• Tidak ada hasil yang ditemukan

Increased Distribution Strategy People Business Credit at ABC Bank Branch Pangkalpinang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Increased Distribution Strategy People Business Credit at ABC Bank Branch Pangkalpinang"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

BANK ABC CABANG PANGKALPINANG

HIMAWAN SUSANTO NUGRAHA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam tugas akhir yang berjudul :

STRATEGI PENINGKATKAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK ABC CABANG PANGKALPINANG

merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah disebutkan dalam teks dan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

(3)

HIMAWAN SUSANTO NUGRAHA. Strategi Peningkatan Penyaluran Kredit

Usaha Rakyat pada Bank ABC Cabang Pangkalpinang. Dibimbing oleh

MA’MUN SARMA sebagai Ketua dan ANGGRAINI SUKMAWATI sebagai Anggota

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM dan koperasi, baik di sektor tradisional maupun moderen. Oleh karena itu, selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan kajian ini secara umum adalah mengetahui strategi yang digunakan Bank ABC dalam meningkatkan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di Pangkalpinang. Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk (a) mengkaji pola penyaluran KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang; (b) mengidentifikasikan dan menganalisis faktor internal dan eksternal dalam menyalurkan KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang dan (c) menyusun alternatif strategi bisnis prioritas terpilih bagi KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang

Penelitian berbentuk studi kasus yang dilaksanakan di Bank ABC Cabang Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung. Metode yang digunakan adalah metode sampling sampel deskriptif untuk menjawab permasalahan yang ada. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner dan wawancara dengan Kepala Cabang, Manajer Kredit dan Dinas Koperasi dan UKM dan data sekunder diperoleh dari laporan tahunan Bank ABC dan instansi atau lembaga terkait seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) dan lain-lain, serta perusahaan sejenis sebagai studi banding. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan alat analisis yang sesuai, yaitu analisis deskriptif, analisis internal dan eksternal, matriks internal-eksternal (IE), matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan Quantitative Strategic Planning Matriks(QSPM).

Hasil telaah secara deskriptif dan analisis terhadap strategi peningkatan penyaluran KUR pada Bank ABC di Pangkalpinang didapatkan bahwa hal-hal yang dapat mengakselerasi penyaluran dana KUR, yaitu (a) KUR merupakan produk kredit Bank ABC dengan plafond hingga Rp 500 juta untuk usaha kecil

(4)

diterapkan di masa mendatang adalah strategi intensif atau pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy) dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluangnya, melalui pemeliharaan mutu layanan produk, peningkatan kemampuan petugas kredit, pengembangan jejaring dan kelompok sasaran.

Berdasarkan hasil analisis matriks QSPM, dapat terlihat bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan bunga kredit dan lamanya waktu angsuran dengan nilai Total Attractiveness Score (TAS) tertinggi (7,380). Seluruh alternatif strategi dapat diperingkatkan berikut : (1) mempertahankan bunga kredit dan lamanya waktu angsuran (7,380); (2) mempertahankan komitmen terhadap mutu layanan produk dan mensosiali-sasikannya kepada seluruh pegawai (7,126); (3) mempertahankan dan menjaga mutu layanan Bank ABC (6,896); (4) memperluas dan mempertahankan pasar yang sudah ada (6,866); (5) meningkatkan kinerja pemasaran dalam menganalisis permintaan pasar (6,762); (6) memperbaiki jaringan pemasaran (6,761); (7) melakukan promosi dengan efektif dan efisien (6,696) dan (8) meningkatkan kerjasama dengan koperasi dan perusahaan avalis (6,199).

(5)

HIMAWAN SUSANTO NUGRAHA. Increased Distribution Strategy People Business Credit at ABC Bank Branch Pangkalpinang. Under the supervision of MA’MUN SARMA as the head of the committee and ANGGRAINI SUKMAWATI as member.

Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) have a role in the national development strategy. Due to most of the people involved in the activities of SMEs and cooperatives, both in the traditional and modern sectors. Therefore, in addition to a role in economic growth and employment also play a role in improving the welfare of society.

The purpose of this study was to determine the general strategy used by Bank ABC in improving people's business credit (KUR) in Pangkalpinang. In particular, this study aims to (a) examine patterns KUR Bank ABC Branch Pangkalpinang; (b) identify and analyze internal and external factors in KUR Bank ABC Branch Pangkalpinang and (c) developing alternative business strategies for the selected priority KUR ABC Bank Branch Pangkalpinang.

Research form of case studies conducted in Bank ABC Branch Pangkalpinang Bangka Belitung province. The method used is descriptive sample sampling method to address existing problems. The primary data obtained from questionnaires and interviews with the Head of Branch, Credit Managers and Department of Cooperatives and SMEs and secondary data obtained from the annual report of Bank ABC and relevant agencies or institutions such as Bank Indonesia, Central Bureau of Statistics (BPS) and others, as well as company as a kind of comparative study. The data obtained were processed using appropriate analytical tools, namely the descriptive analysis, internal and external analysis, internal-external matrix (IE), matrix Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).

(6)

Based on the analysis QSPM matrix, it can be seen that the best strategy is to be done is to maintain the company's interest installment loan and the length of time the value of Total Attractiveness Score (TAS), the highest (7.380). The entire strategy can be graded following alternatives: (1) maintain interest installment loan and the length of time (7.380), (2) maintaining a commitment to quality service products and socialize to all employees (7,126), (3) maintaining and ABC Bank to maintain the quality of service (6.896), (4) expand and maintain existing markets (6.866), (5) improve marketing performance in analyzing market demand (6.762), (6) improve the marketing network (6.761), (7) promoting the effective and efficient (6.696) and (8) improve collaboration with cooperatives and kernel companies (6.199).

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

BANK ABC CABANG PANGKALPINANG

HIMAWAN SUSANTO NUGRAHA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional

pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)

Nomor Pokok : P054110075

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, MM

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing.DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, MSc, Agr

(11)

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmatnya, sehingga tugas akhir yang berjudul Strategi

Peningkatan Penyaluran Kredit Usaha Rakyat pada Bank ABC Cabang Pangkalpinang berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).

Penulisan ini kiranya tidak dapat selesai tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, MEc, selaku pembimbing utama yang telah memberikan dorongan, bimbingan, motivasi dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan Tugas Akhir ini.

2. Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, MM, selaku pembimbing anggota yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan Tugas Akhir ini.

3. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis MS, Dipl.Ing. DEA, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.

4. Istri dan anak yang tiada hentinya selalu mendukung dan memberikan dorongan untuk penyelesaian Tugas Akhir ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas kerjasama dan informasi yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga kajian ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil pada umumnya dan kegiatan Penyaluran Kredit bagi UMKM pada khususnya. Saran dan kritik atas kajian ini diharapkan, agar kajian ini menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Oktober 2013

(12)

xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Permasalahan……….... 5

1.3 Tujuan Penelitian………... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Strategik... 7

2.2. Perkreditan... 8

2.3. Fungsi Kredit Pembiayaan... 9

2.4. Kredit Usaha Rakyat ……... 10

2.4.1. Latar Belakang... 11

2.4.2. Ruang Lingkup Penyaluran... 12

2.4.3. Tujuan Penyaluran KUR... 14

2.4.4. Pola Penyaluran... 15

2.4.5. Persyaratan Calon Debitur... 16

2.4.6. Kebijaksanaan Kredit... 18

2.5. Proses Penyaluran KUR Bank ABC ….……….. 20

2.6. Konsep SWOT …………... 22

2.6.1. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman... 22

2.6.2. Matriks QSPM ……… 24

2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan………... 24

III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran…..……… 29

3.2 Lokasi dan Waktu…..……..………. 29

3.3 Pengumpulan Data…………..……….. 29

3.4 Pengolahan dan Analisis Data……….. 31

3.4.1 Analisis kuantitatif………... 31

3.4.2 Matriks Internal – Eksternal ………... 33

3.4.3 Matriks QSPM……… 34

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum…..……….. 37

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 37

4.1.2. Produk Pinjaman Bank ABC ………... 38

4.1.3. Kredit Usaha Rakyat ………. 40

4.2 Pola Penyaluran KUR Bank ABC …….……….. 41

4.3 Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal .………….. 44

(13)

xiii

Analisis Matriks SWOT ……….……….. 47

4.6 Prioritas Strategi ……….……….. 51

4.7 Implikasi Manajerial ……….……… 52

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……..…..……….. 55

5.2. Saran ……..………....……….. 55

DAFTAR PUSTAKA………. 57

(14)

xiv

Nomor Halaman

1. Realisasi KUR menurut sektor ekonomi per 30 November 2012 ... 4

2. Realisasi KUR menurut provinsi per 30 November 2012 ... 4

3. Perbedaan penelitian sebelumnya ... 26

4. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ... 31

5. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan ... 32

6. Matriks EFE ... 33

7. Matriks IFE ... 33

8. Matriks QSPM ... 35

9. Outlet Bank ABC Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 37

10. Faktor strategis internal ... 45

11. Faktor strategis eksternal ... 46

12. Matriks SWOT Bank ABC ... 48

13. Pertumbuhan debitur KUR ... 48

14. Pertumbuhan baki debet KUR ... 50

(15)

xv

Nomor Halaman

1. Pola penjaminan KUR ... 15

2. Pola penyaluran KUR melalui pola executing ... 15

3. Pola penyaluran KUR melalui pola channeling ... 16

4. Kerangka Pemikiran ... 30

5. Matriks IE ... 34

(16)

xvi

Nomor Halaman

1. Kuesioner gambaran umum bank ABC ... 59

2. Kuesioner pemberian nilai peringkat peluang ... 60

3. Kuesioner pemberian nilai peringkat ancaman ... 61

4. Kuesioner pemberian nilai peringkat kekuatan ... 62

5. Kuesioner pemberian nilai peringkat kelemahan ... 63

6. Kuesioner pembobotan terhadap peluang dan ancaman ... 64

7. Kuesioner pembobotan terhadap kekuatan dan kelemahan ... 65

8. Hasil pembobotan terhadap faktor internal ... 66

9. Hasil pembobotan terhadap faktor eksternal ... 67

(17)

1.1 Latar Belakang

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM dan koperasi, baik di sektor tradisional maupun moderen. Oleh karena itu, selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Data Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2011, pelaku usaha terbesar dengan persentasenya mencapai 99,99% dari total pelaku usaha nasional dilakukan oleh UMKM. Pelaku UKM berjumlah 52,7 juta unit dan Koperasi berjumlah 177.483 unit. Disisi lain, akses UKM ke lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UKM yang memperoleh akses ke lembaga keuangan. Untuk tenaga kerja, 97% diserap oleh pelaku UKM dan koperasi. Hal ini mengindikasikan UMKM memiliki peran besar dalam menopang perekonomian.

Secara umum sektor UMKM dinilai memiliki kontribusi cukup dominan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satu alasan dan yang menjadi kelebihannya adalah sektor UMKM mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dengan padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) berorientasi ekspor dan substitusi impor (perkokoh struktur industri dan perolehan devisa). Kontribusi UMKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) yang menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2011, berkontribusi 56,5% dan sisanya ditunjang oleh sektor-sektor usaha besar.

Kondisi demikian menyiratkan terdapat potensi besar atas kekuatan domestik, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka UMKM akan dapat tumbuh dan menjadi usaha menengah yang tangguh. Di sisi yang lain, UMKM masih dihadapkan pada masalah mendasar (Hubeis, 2009) seperti:

1. Masih sulitnya akses pasar untuk produk-produk yang dihasilkan pelaku UMKM.

2. Masih lemahnya SDM dalam kewirausahaan dan manajerial.

3. Keterbatasan keuangan dan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal, khususnya dari perbankan.

Keterbatasan keuangan dan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan, program pemerintah yang sejalan dengan pengembangan UMKM adalah program Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu kredit atau pembiayaan kepada usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif.

(18)

Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui peraturan menteri keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang fasilitasi pinjaman KUR yang telah diubah dengan peraturan Menteri Keuangan No. 10 /PMK.05/2009.

PT. Bank ABC merupakan salah satu bank pelaksana penyaluran KUR yang kemudian disebut KUR Bank ABC. Hal ini didasarkan pada Inpres Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Selain Bank ABC, KUR disalurkan oleh Bank Mandiri, BRI, Bukopin, BTN dan Bank Syariah Mandiri. Pada tahun 2010 bank pelaksana bertambah 3 (tiga) bank, yaitu Bank Jabar Banten (BJB), Bank Jateng dan Bank Jatim, sehingga pelaksana KUR menjadi 9 (sembilan) bank dan pada tahun 2011, pemerintah melibatkan 13 Bank Pemerintah Daerah (BPD).

Sejalan dengan perkembangan bisnis perbankan masa depan di mana usaha kecil menjadi dasar dan prioritas pembangunan ekonomi, pembiayaan dalam bentuk KUR memiliki prospek yang cerah untuk bisnis perbankan di masa yang akan datang. Secara spesifik alasan dipilihnya produk KUR sebagai bahan kajian berikut :

1. Sumber pendapatan Bank masih didominasi oleh bunga pinjaman.

2. Dana yang dihimpun dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan jauh lebih besar dibandingkan kredit yang diberikan, sehingga pendapatan bunga lebih kecil dibanding biaya bunga dan overheadnya, akibatnya bank akan mengalami kerugian.

3. Kredit mikro memiliki tingkat risiko kemacetan yang lebih kecil

dibandingkan dengan kredit Wholesale/Korporasi.

4. Masyarakat pengguna khususnya sektor usaha kecil memiliki karakteristik berikut :

a. Manajemen usaha masih bersifat sederhana dan lebih banyak

menggunakan tenaga keluarga sebagai pembantunya. b. Tidak adanya jaminan tambahan.

c. Tidak dapat membuat catatan administrasi usaha seperti neraca, rugi/laba, dan aktivitas lainnya.

d. Beranggapan bahwa berhubungan dengan Bank harus menghadapi

birokrasi panjang.

e. Bank hanya untuk pengusaha besar saja. f. Tidak memiliki ijin usaha.

g. Aspek permodalan masih sangat minim.

5. Image para pemasar bisnis perbankan yang menjadi hambatan adalah bahwa para pengusaha kecil memiliki sifat, kelemahan dan karakteristik, yaitu cepat merasa puas, jangkauan pemasaran yang relatif sempit dan manajemen lemah.

6. Segmen kredit mikro memiliki peran strategis karena dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan jumlah kredit macet sangat kecil.

(19)

debitur usaha kecil, Bank ABC telah mengimplementasikan teknologi secara

online, sehingga memungkinkan proses aplikasi kredit usaha kecil menjadi lebih cepat dan mudah.

Sebagai ilustrasi pada tahun 2010, perkembangan KUR mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, realisasi KUR mencapai Rp 12,64 triliun, tahun 2009 Rp 4,56 triliun, dan tahun 2010 hampir mencapai Rp 15 triliun dengan jumlah debitur 1.339.570 per 28 Desember 2010. Salah satu bank yang sukses menyalurkan KUR adalah Bank ABC. Penyaluran KUR Bank ABC pada tahun 2010 mencapai Rp 1,63 triliun atau 101,9 persen dari target yang ditentukan pemerintah Rp 1,6 triliun. Jika dihitung penyaluran KUR sejak awal diluncurkan tahun 2007, total yang disalurkan mencapai Rp 3,16 triliun kepada 27.824 debitur (Kiryanto, 2011).

Dari jumlah debitur KUR tersebut, sebanyak 2.655 debitur KUR dengan nilai kredit Rp 435,5 miliar berhasil “naik kelas” menjadi debitur kredit wirausaha dengan batas kredit yang lebih besar dari Rp 500 juta. Penyaluran KUR oleh Bank ABC selain langsung kepada debitur, juga melalui program linkage dengan 174 BPR dan 1.384 koperasi dengan total 313.114 debitur.

Berdasarkan data yang disampaikan Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hingga 31 Juli 2011, penyaluran KUR secara nasional sudah mencapai mencapai Rp17,28 triliun atau 86,44% dari target tahun yang sebesar Rp20 triliun. KUR ini dikucurkan kepada 1.183.534 debitur. Penyalur KUR terbesar adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencapai Rp10,25 triliun. Angka penyaluran KUR BRI ini melampaui target sebesar Rp 10 triliun. Di posisi kedua ada Bank ABC. Realisasi KUR Bank ABC ini mencapai 75,53% dari target atau Rp1,88 triliun. Sementara Bank Mandiri menduduki posisi ketiga dengan realisasi pencapaian sebesar 68,87% dari target atau Rp2,06 triliun.

Dilihat dari sisi sektor ekonomi, penyaluran KUR oleh Bank Pelaksana masih didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran di sektor ini mencapai Rp53,513 triliun dengan jumlah debitur UMKMK 5,05 juta debitur. Sektor pertanian menjadi sektor kedua terbesar menyerap KUR dari bank pelaksana, yaitu Rp14,9 triliun dengan jumlah debitur mencapai 1.048.015 debitur. Realiasasi KUR menurut sektor ekonomi dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari sebaran wilayahnya, penyerapan KUR masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan plafond masing-masing Rp14,309 triliun dan Rp13,972 triliun masih merupakan propinsi terbesar yang menyerap KUR dari Bank Pelaksana. Realisasi KUR menurut propinsi dapat dilihat pada Tabel 2.

(20)

Tabel 1. Realisasi KUR menurut sektor ekonomi per 30 November 2012

Sumber : Kemenko Bidang Perekonomian (2012)

Tabel 2. Realisasi KUR menurut provinsi per 30 November 2012

(21)

NO PROVINSI Sumber : Kemenko Bidang Perekonomian (2012)

1.2 Rumusan Permasalahan

Penyaluran KUR di sejumlah bank milik pemerintah di Pangkalpinang berjalan lancar. Setidaknya sejak 2007 hingga sekarang ribuan UMKMK yang sudah mendapatkan bantuan dana melalui KUR. Salah satu Bank penyalur KUR Bank ABC pada tahun 2012 menargetkan penyaluran KUR Rp11,2 miliar. Target naik 83 persen dari tahun sebelumnya Rp6,9 miliar. Sementara itu realisasi penyaluran kredit per Maret 2012 sudah tercapai Rp8,45 miliar, sehingga dana KUR di Bank ABC masih tersisa Rp3 miliar yang disalurkan kepada UKM di seluruh wilayah Bangka Belitung.

Pola penyaluran yang dilakukan oleh dana KUR Bank ABC kepada anggota koperasi PT ”X” Rp7,8 miliar dan disalurkan ke UMK Rp0,65 milyar. Saat ini Bank ABC lebih memfokuskan penyaluran kepada kelompok atau anggota koperasi, mengingat debitur ini memiliki potensi yang lebih bagus dalam hal pengembalian. KUR disalurkan kepada 1.115 petani KUD. KUR disalurkan kepada UMKM yang tersebar di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat dan Bangka Tengah. KUR bermanfaat bagi pengembangan usaha atau pembiayaan modal kerja kepada UMKM di bidang usaha produktif dan layak, namun belum bankable.

(22)

21,76% dan 15,56%. Pada kelompok kredit lapangan usaha, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada kredit sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian.

Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa pasar terbesar atau menggeser sektor perdagangan, hotel dan restoran yang biasanya terbesar dalam penyaluran kredit lapangan usaha, share sektor pertambangan dan penggalian 30,05% dari keseluruhan kredit yang ditujukan kepada lapangan usaha. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian, peternakan dan kehutangan, yaitu masing-masing 27,05% dan 11,91% (BI, 2012).

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain:

1. Bagaimana pola penyaluran KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang?

2. Faktor-faktor apakah yang dihadapi dalam penyaluran KUR Bank ABC

Cabang Pangkalpinang ?

3. Bagaimana alternatif strategi penyaluran kredit prioritas terpilih bagi KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji pola penyaluran KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang

2. Mengidentifikasikan dan menganalisis faktor internal dan eksternal dalam menyalurkan KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang.

3. Menyusun alternatif strategi penyaluran kredit prioritas terpilih bagi KUR Bank ABC Cabang Pangkalpinang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Penelitian Secara Praktis

1. Masukan untuk bank pelaksana KUR dan Pemerintah Daerah,

sehingga meningkatkan penyaluran KUR dan daya serap KUR di provinsi Bangka Belitung sehingga mampu bersaing dengan provinsi lainnya di Indonesia.

2. Memberikan informasi dan masukan bagi Bank ABC Cabang

Pangkalpinang mengenai hambatan dan kendala penyaluran KUR serta membangun strategi untuk meningkatkan pangsa pasar KUR Bank ABC diantara bank pelaksana KUR di provinsi Bangka Belitung. 1.4.2 Manfaat Penelitian Secara Teori

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Strategik

Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen, perusahaan memerlukan tipe perencanaan yang tidak sekadar untuk merespon perubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, namun lebih dari itu. Manajemen strategik merupakan suatu tipe perencanaan yang dapat merespon lingkungan bisnis yang demikian. Jangka waktu yang dicakup dalam perencanaan tipe ini cukup panjang agar dapat mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang dirumuskan. Kehadiran manajemen strategik dalam khasanah ilmu manajemen merupakan isu penting yang berorientasi pada kepentingan jangka panjang dengan memperhatikan berbagai unsur yang dimiliki oleh organisasi.

Berikut pengertian manajemen strategik yang dikemukakan oleh berbagai penulis, antara lain: David (2009) memberikan pengertian manajemen strategik sebagai “the art and science of formulating, implementing, and evaluating cross -functional decisions that enable an organization to achieve its objectives”.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa manajemen strategik merupakan suatu proses yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap perumusan strategi (strategy formulation), implementasi strategi (strategy implementation), dan evaluasi strategi (strategy evaluation). Menurut Pearce and Robinson (2000) “Strategic

management is define as the set of decisions and actions that result in the

formulation and implementaion of plans designed to achieve a company’s objectives”.

Berbagai definisi tentang manajemen strategik, yang pada hakekatnya mengandung 2 (dua) hal penting, yakni:

1. Manajemen strategik terdiri dari tiga macam proses manajemen, yaitu perumusan strategi, penerapan strategi, dan evaluasi/kontrol terhadap strategi.

2. Manajemen strategik memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan

(integrasi) aspek-aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntansi dan produksi/operasional dari sebuah bisnis.

Merujuk pada beberapa pendapat mengenai proses manajemen strategik, maka proses manajemen strategik merupakan implementasi dari strategi-strategi terpilih (merujuk pada sasaran dan pola pengambilan keputusan) serta biasanya berupa siklus yang cenderung berulang. Dengan kata lain proses manajemen strategik akan sangat bersifat kontekstual, dimensional, yaitu sejalan dengan karakteristik organisasi yang menetapkan strategi-strategi tersebut.

Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai instrumen untuk mengantisipasi perubahan lingkungan sekaligus sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan setiap masalah melalui pengambilan keputusan organisasi, maka penerapan manajemen strategik dalam suatu organisasi diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau keuntungan sebagai berikut (Wahyudi, 1995) 1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju

2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi 3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif

4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam

lingkungan semakin berisiko

(24)

6. Keterlibatan karyawan dalam penyusunan strategi akan lebih memotivasi pegawai pada tahap pelaksanaannya.

7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi

8. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.

Manajemen strategik semakin penting arti dan manfaatnya apabila diingat bahwa lingkungan organisasi-organisasi mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan manajemen strategik ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya. Dengan demikian manajemen strategik berkaitan dengan upaya memutuskan persoalan strategi dan perencanaan dan bagaimana strategi tersebut dilaksanakan dalam praktiknya.

Manajemen strategik dapat dipandang sebagai hal yang mencakup tiga macam unsur utama. Pertama, terdapat adanya analisis strategik, di mana penyusun strategi (strategik) bersangkutan berupaya untuk memahami posisi strategik organisasi bersangkutan. Kedua, terdapat pula adanya pilihan strategik yang berhubungan dengan perumusan aneka macam arah tindakan, evaluasinya dan pilihan antara manajer. Ketiga, terdapat pula implementasi strategi yang ber-hubungan dengan merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat dilaksanakan.

Mengacu pada berbagai kajian tentang manajemen strategik di atas, maka salah satu fokus manajemen strategik adalah pada lingkungan eksternal dan pada operasi-operasi masa mendatang. Manajemen strategik mendeterminasi arah jangka panjang organisasi bersangkutan dan menghubungkan sumber-sumber daya organisasi yang ada dengan peluang-peluang pada lingkungan lebih besar.

Konsep manajemen modern menunjukkan bahwa badan usaha atau perusahaan yang melakukan suatu kegiatan ekonomi tidaklah berdiri sendiri melainkan, berada dalam lingkungan (environment) yang saling berpengaruh. Suatu perusahaan akan selalu berada ditengah lingkungan yang terdiri dari pemerintah, masyarakat sosial, pelanggan, pemasok, pegawai atau karyawan dan industri sejenis yang merupakan pesaing.

Kemampuan perusahaan menempatkan posisinya dalam lingkungan dengan memperhitungkan dan mengevaluasi kondisi dirinya dari faktor-faktor lingkungan yang saling berpengaruh dan memengaruhi, akan sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Langkah-langkah memperhitungkan dan mengevaluasi kondisi dirinya dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh dan saling memengaruhi didalam proses pengambilan keputusan untuk suatu rencana tindakan ataupun kebijakan dalam mengelola perusahaan adalah suatu bentuk manajemen strategis. 2.2. Perkreditan

Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang, maka bisnis utamanya suatu kepercayaan (trust), sehingga dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan Permata, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit kepada masyarakat, mengingat bahwa :

1. Bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik

2. Pos pinjaman yang diberikan adalah pos aktiva terbesar dalam neraca bank 3. Perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi bank

(25)

Debitur merupakan orang yang meminjamkan sejumlah dana dengan jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui suatu perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar dan aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan, bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan dikemudian hari (Compton, 1991).

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian sural berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA).

Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari, suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu, suatu hak yang dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.

Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari sektor perkreditan menurut Mulyono (2001) adalah:

1. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak

2. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit)

3. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat

diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang

2.3. Fungsi Kredit Pembiayaan

Menurut Mulyadi (2001) menyatakan bahwa dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan pada umumnya, maka garis besar fungsi kredit pembiayaan adalah:

1. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang.

Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank akan dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha produksi maupun perdagangan.

2. Meningkatkan daya guna (utility) dan suatu barang.

Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit, para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian, pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.

(26)

bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku money creator.

4. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan, terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi

Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-Iebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang sangat penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor prioritas secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat.

6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional

Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut, orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik, juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang nantinya mendatangkan devisa bagi negara.

7. Sebagai alat hubungan ekonomi intemasional

Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang, atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat ringan, yaitu bunga relatif murah dan jangka waktu penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui bantuan antar negara yang disebut "G to G" (Government to Government).

Hubungan antar negara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.

2.4. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Bank ABC sebagai salah satu Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu institusi perbankan yang mempunyai keseriusan dalam membantu pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil sekaligus untuk meningkatkan porsi kredit Bank ABC untuk segmen UKM. Dalam menyalurkan kredit kecil untuk para pelaku UKM sampai dengan Rp 500 juta, Bank ABC memfokuskan pada KUR yang ditujukan untuk pengusaha layak namun belum

(27)

2.4.1. Latar Belakang

Latar belakang KUR berdasarkan Bank ABC (2010) sebagai berikut: 1. Inpres Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan

Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

2. Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding)

antara Departemen Keuangan Republik Indonesia, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Departemen Perindustrian Republik Indonesia, Kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, dengan Perusahaan Umum (Perum) Sarana Pengembangan Usaha, PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Indonesia (Persero), PT. Bank Bukopin Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada UMKM-K.

3. PKS antara Perusahaan Umum (Perum) Sarana Pengembangan Usaha

dengan Bank ABC No. 26/Sarana/X/2007 dan DIR/045 tanggal 22 Oktober 2007 tentang Penjamian Kredit Pembiayaan atas Kredit Mikro Produktif bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, serta PKS antara Bank ABC dengan PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia No. PPK/PKS/21/X/2007, Nomor DIR/044 tanggal 22 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi.

4. Radisi tanggal 10 Oktober 2007 telah menyetujui skim penjaminan kredit dengan nama Bank ABC Tunas Usaha (dhi. Kredit Usaha Rakyat/KUR).

5. Addendum I Nota Kesepahaman Bersama antara Pelaksana Teknis Program, Perusahaan Penjamin dan Bank Pemberi Kredit tanggal 14 Mei 2008 tentang Penjaminan Kredit Pembiayaan kepada UMKMK. 6. Peraturan. Menteri Keuangan Nomor : 135/PMK.05/2008 tanggal 24

September 2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 10/PMK.05/2009 tanggal 02

Februari 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat

8. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksanaan Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor KEP-14/D.I.M.EKON/04/2009 tanggal 28 April 2009

(28)

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 22/PMK.05/2010 tanggal 24 Januari 2010 Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat 11. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksanaan Komite Kebijakan Penjaminan Kredit Pembiayaan kepada UMKMK Nomor KEP- 01D.I.M.EKON/01/2010 tanggal 25 Januari 2010

2.4.2. Ruang Lingkup Penyaluran KUR

Ruang lingkup penyaluran KUR (bank ABC, 2010) sebagai berikut:

1. Belum Bankable adalah UMKM-K yang belum dapat memenuhi

persyaratan perkreditan dari bank pemberi kredit antara lain penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan kredit yang sesuai dengan ketentuan bank

2. Bank Pelaksana adalah Bank yang ikut menandatangani Nota

Kesepahaman Bersama Penjaminan Kredit kepada UMKM-K yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin dan Bank Syariah Mandiri, serta bank lainnya yang secara sukarela mengikatkan diri dan tunduk kepada Nota Kesepahaman Bersama tentang Penjaminan Kredit atau Pembiayaan.

3. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR dengan maksimal penjaminan oleh Perusahaan Penjamin 70% dari plafond kredit

4. Debitur Baru adalah debitur-debitur yang tidak sedang menerima kredit modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima kredit program dari Pemerintah, yang wajib dibuktikan dengan sistem Informasi Debitur Bank Indonesia pada saat permohonan kreditlpembiayaan diajukan

5. Calon Debitur KUR adalah UMKM-K, kelompok usaha dan Lembaga

Linkage

6. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan

7. Kelompok Usaha adalah kumpulan orang perorang atau badan usaha (UMKM-K) yang melakukan kegiatan produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya

8. Kementerian yang menurut Nota Kesepahaman bersama tentang

Penjaminan Kredit kepada UMKM-K merupakan Pelaksanaan Teknis Program, yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

(29)

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

10.Kredit baru adalah fasilitas kredit baru yang diberikan kepada calon debitur dalam rangka pelaksanaan KUR

11.KUR Mikro adalah kredit dengan skema KUR dengan Plafond sampai dengan Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan suku bunga kredit maksimal 22% efektif per tahun

12.KUR Ritel adalah kredit dengan skema KUR dengan Plafond di atas Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) - Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan suku bunga kredit maksimal 14% efektif per tahun 13.Lembaga Linkage

Lembaga yang menerus-pinjamkan KUR dari Bank Pelaksana kepada UMKM-K, yaitu Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal Wa Tanwif (BMT), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

14.Lembaga Keuangan Mikro adalah badan usaha keuangan yang

menyediakan layanan jasa keuangan mikro, seperti Badan Kredit Desa (BKD), Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) yang bukan bank dan bukan Koperasi

15.Perusahaan Penjamin adalah PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) yang melakukan dan memberikan sebagian penjaminan kredit secara otomatis (automatic cover) kepada Bank Pelaksana

16.Pola Penyaluran Langsung adalah kredit yang langsung diberikan Bank Pemberi Kredit langsung kepada UMKM-K dimana kewajiban pengembalian kredit tersebut menjadi tanggungjawab UMKM-K selaku penerima kredit.

17.Pola Penyaluran Tidak Langsung adalah kredit yang diberikan bank pemberi kredit kepada UMKM-K melalui Lembaga Linkage dengan pola channeling atau pola executing

18.Pola Channeling adalah KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana

kepada UMKM-K melalui lembaga linkage. Kewajiban pengembalian

KUR menjadi tanggungjawab dari UMKM-K selaku penerima KUR 19.Pola Executing adalah KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana

kepada Lembaga Linkage untuk diterus pinjamankan kepada

UMKMK. Kewajiban pengembalian KUR menjadi tanggungjawab dari lembaga linkage selaku penerima KUR

20.Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro yaitu: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,- tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,- 21.Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

(30)

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil, yaitu:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000, sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,-

22.Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria Usaha Menengah, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,-sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,-

23.Usaha Produktif adalah usaha untuk menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha

24.Usaha Layak adalah usaha calon debitur yang menguntungkan sehingga mampu membayar bunga dan mengembalikan seluruh kewajiban pokok kredit pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati Bank Pelaksana dengan debitur dan memberikan sisa keuntungan untuk mengembangkan usahanya

25.Aflopend adalah sistem pembayaran kredit yang dilakukan dengan mencicil angsuran pokok dan bunga dalam jangka waktu tertentu sesuai yang telah disepakati

26.Clean-up adalah salah satu cara pengembalian kredit dengan melunasi seluruh kewajiban pokok kredit sekaligus pada saat jatuh tempo (untuk kredit yang sumber pengembaliannya berdasarkan hasil panen atau penjualan komoditi yang dibiayai). Take over adalah proses pemberian kredit kepada pihak ketiga dengan cara pengambilalihan kewajibannya di bank lain.

2.4.3. Tujuan Penyaluran KUR

Tujuan penyaluran KUR (Bank ABC, 2010) adalah:

1. Meningkatkan peranan Bank dalam Percepatan Pengembangan Sektor

Riil dan Pemberdayaan UMKM-K

(31)

2.4.4. Pola penyaluran

Pola penyaluran KUR yang dikembangkan oleh Bank ABC (Bank ABC, 2010)

1. Langsung ke UMKM-K :

a. Bank melakukan penilaian secara individu terhadap calon debitur. Apabila dinilai layak dan disetujui oleh bank selanjutnya debitur menandatangani Perjanjian Kredit (PK)

b. Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada Perusahaan

Penjamin. Maksimal penjaminan 70% dari plafond kredit yang diberikan dan selanjutnya perusahaan penjaminan menerbitkan sertifikat penjaminan.

Gambar 1. Pola penjaminan KUR

2. Tidak Langsung

a. Pola Executing

iii

i ii iv

Gambar 2. Pola penyaluran KUR melalui pola executing

Keterangan :

1) Lembaga linkage mengajukan permohonan kredit pembiayaan kepada Bank.

2) Bank melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur (SID) dan melakukan analisa kelayakan. Apabila dinyatakan layak,

maka bank memberikan persetujuan kredit dengan

menandatangani Perjanjian Kredit dengan Lembaga Linkage. 3) Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan

penjamin. Perusahaan penjamin menerbitkan Sertifikat

Penjaminan kepada Lembaga Linkage

4) Lembaga Linkage menyalurkan kredit yang diterima bank

kepada debitur UMKM.

Bank Perusahaan

Penjamin

UMKMK

ii

i

Bank Perusahaan Penjamin

(32)

5) Debitur UMKM-K melakukan pembayaran kewajiban kredit kepada Lembaga Linkage.

b. Pola Channeling

iv

ii iii

v i

Gambar 3. Penyaluran KUR melalui pola channeling

Keterangan :

1) Dalam rangka mendapatkan kredit dari bank, UMKM-K

memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage yang

berfungsi sebagai agen (Channel) untuk :

i. Mengajukan kredit kepada bank

ii. Menjaminkan agunan pokok kepada bank.

2) Lembaga Linkage mewakili UMKMK mengajukan permohonan

kredit kepada Bank

3) Bank melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur (SID) terhadap Lembaga Linkage dan melakukan analisa.

Berdasarkan analisa tersebut Bank memberikan kuasa

kepada Lembaga Linkage untuk melakukan analisa dan memutus

kredit yang diajukan oleh UMKM-K. Dalam hal UMKM-K dinyatakan layak, maka bank memberikan persetujuan kredit dengan mekanisme berikut :

i. Berdasarkan kuasa dari Bank, maka lembaga linkage

menandatangani Perjanjian Kredit dengan UMKM-K atau ii. Berdasarkan kuasa dari UMKM-K, maka lembaga linkage

menandatangani perjanjian kredit dengan bank.

4) Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan

penjamin. Perusahaan penjamin menerbitkan Sertifikat

Penjaminan untuk masing-masing UMKM-K.

5) Lembaga Linkage menerus pinjamkan kredit yang diterima dari Bank kepada debitur UMKM-K. Debitur UMKM-K melakukuan pembayaran kewajiban kepada Bank melalui Lembaga Linkage.

2.4.5. Persyaratan Calon Debitur

Persyaratan calon debitur KUR (Bank ABC, 2010) sebagai berikut :

1. Persyaratan Umum

a. Kriteria debitur yang dapat dibiayai KUR adalah UMKM-K yang tidak sedang menerima Kredit Modal Kerja (KMK) dan/atau

Bank Perusahaan Penjamin

(33)

Kredit Investasi dari perbankan dan/atau tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah, yang wajib dibuktikan dengan SID Bank Indonesia (BI) pada saat permohonan kredit diajukan . b. Dapat sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Pemilikan

Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya) dengan total fasilitas (KUR dan Kredit Konsumtif) maksimal Rp500.000.000,-

c. Jika debitur sedang menerima kredit konsumtif, maka kinerja kredit konsumtif pada saat diberikan berada dalam golongan lancar (1)

d. Dalam hal UMKM-K masih memiliki baki debet yang tercatat pada SID BI, tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman,

maka diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan

melampirkan cetakan rekening dari bank sebelumnya

e. UMKM-K yang mengajukan KUR Mikro, baik yang disalurkan secara langsung atau tidak langsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan SID BI

f. Sektor yang dapat dibiayai seluruh sektor ekonomi g. KUR tidak diperbolehkan untuk :

1) Debitur yang telah bankable

2) Take Over fasilitas kredit dari debitur-debitur yang telah memperoleh kredit non KUR dari bank.

3) Perpanjangan/tambahan fasilitas kredit dari debitur yang telah memperoleh kredit non KUR dari bank.

4) Debitur yang sedang memperoleh kredit dengan subsidi bunga atau atau fasilitas kredit program atau fasilitas lain dari pemerintah.

2. Persyaratan Khusus a. Debitur Perorangan

1) Persyaratan legalitas (perijinan usaha) minimal mendapatkan surat keterangan berusaha dari Kelurahan/Kecamatan.

2) Identitas diri minimal berupa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga atau identitas lainnya bila ada. 3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon kredit untuk

kredit di atas Rp, 50.000.000,-

4) Pengalaman dibidang usaha minimal 1 (satu) tahun.

5) Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan tidak tercatat sebagai debitur macet/bermasalah.

6) Menyampaikan fotokopirekening bank selama 6 (enam) bulan

terakhit (bila ada)

7) Menyampaikan fotokopi bukti kepemilikan rumah

tinggal/tempat usaha/kontrakan (bila ada).

b. Debitur Kelompok

1) Syarat debitur Kelompok

(34)

ii. Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri atau bekerjasama dengan mitra usaha yang dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian

iii. Kelompok tani telah terdaftar pada dinas teknis setempat

iv. Mempunyai anggota yang melakukan usaha produktif

v. Mempunyai organisasi dengan pengurus aktif, minimal ketua, sekretaris dan bendahara

vi. Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota

vii. Mempunyai pembukuan yang sederhana.

viii. Membuat surat pernyataan tanggung renteng

2) Tugas dan tanggungjawab Ketua Kelompok

i. Menyeleksi anggota kelompok

ii. Menyusun kebutuhan kredit anggota kelompok

iii. Menerima surat kuasa dari anggota kelompok untuk

mengajukan permohonan kredit, menandatangani

Perjanjian Kredit (PK), dan menerima kredit atas nama Kelompok

iv. Mengajukan permohonan kredit ke Bank atas nama

kelompok

v. Menerima dan menyalurkan kredit kepada anggota

kelompok.

vi. Melakukan administrasi kredit

vii.Melakukan penagihan ke anggota kelompok sebesar

kewajiban masing-masing anggota dan menyetorkan ke Bank

2.4.6. Kebijaksanaan Kredit

Kebijakan KUR (Bank ABC, 2010), yakni :

1. Maksimum Kredit

a. KUR Mikro : Maksimum s/d Rp5.000.000,-

b. KUR Ritel : Maksimum diatas Rp5.000.000,- sampai dengan Rp500.000.000,-

c. KUR kepada Lembaga Linkage dengan pola Executing maksimal sebesar Rp1.000.000.000,-

d. Penyaluran KUR Mikro secara langsung telah disepakati Bank ABC sebagai Bank Pelaksana.

e. Besarnya kredit yang diberikan kepada calon debitur disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan debitur dalam mengembalikan kewajiban ke Bank.

f. Penetapan besarnya maksimum kredit ditentukan atas dasar besarnya angsuran (pokok dan bunga) setiap bulan maksimal 50% dari laba bersih atau EAT (Earning After Tax)

2. Tujuan penggunaan Kredit

(35)

3. Jenis Kredit

a. Kredit Modal Kerja (KMK)

1) KMK Aflopend

2) KMK Transaksional

b. Kredit Investasi (KI) 4. Sifat/bentuk kredit

a. KMK Aflopend dan Investasi adalah Aflopend menurun

b. KMK Transaksional adalah clean-up yaitu lunas sekaligus pada saat jatuh tempo (kredit yang sumber pengembaliannya berdasarkan hasil panen/penjualan komoditi yang dibiayai)

5. Suku Bunga

a. KUR Mikro : 22 % (dua puluh dua per seratus) efektif per tahun b. KUR Ritel : 14 % (empat belas per seratus) efektif per tahun c. Sistem Perhitungan bunga adalah :

1) Efektif annuitas untuk KMK Aflopend

2) Efektif Murni untuk KMK Transaksional dan KI

d. Suku bunga KUR mikro berlaku untuk penyaluran tidak langsung. 6. Fee kepada Lembaga Linkage dengan pola penyaluran Channelling :

Maksimal 8%

7. Jangka Waktu

a. KMK : maksimal 3 (tiga) tahun

b. KI : maksimal 5 (lima) tahun

c. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi dan restrukturisasi maka jangka waktu sebagaimana disebutkan di atas dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) tahun untuk modal kerja dan 10 (sepuluh) tahun untuk investasi terhitung sejak tanggal PK awal 8. Grace Period

a. Grace Period dapat diberikan untuk usaha yang dibiayai sampai dengan usaha tersebut berproduksi (menghasilkan).

b. Lamanya Grace Period sampai dengan usaha tersebut berproduksi maksimal 12 (dua belas) bulan.

9. Self Financing

Self Financing atau dana sendiri untuk Kredit Investasi di atas Rp50.000.000 minimal 10%.

10. Propisi dan Commitment Fee

Biaya propisi dan Commitment Fee tidak dikenakan. 11. Biaya Administrasi

Biaya Administrasi tidak dikenakan.

12. Denda tunggakan

Terhadap tunggakan dikenakan denda sebesar 5% p.a. (lima persen per tahun) atas saldo tertunggak.

13. Asuransi Kerugian

Agunan pokok dan/atau tambahan yang insurable harus

diasuransikan pada Perusahaan Asuransi yang ditunjuk Bank, dengan

(36)

a. Atas kredit yang diberikan dijamin oleh Perusahaan Penjaminan (PT. Asuransi Kredit Indonesia (Akrindo) atau Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo).

b. Premi Penjaminan (Imbal Jasa Penjaminan) menjadi beban

Pemerintah dan ditagihkan oleh Perusahaan Penjamin.

15. Agunan

a. Agunan Pokok

1) Kelayakan usaha dan obyek yang dibiayai oleh debitur 2) Pengikatan: sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Agunan Tambahan

1) Besarnya nilai agunan tarnbahan minimal 30% dari maksimum

kredit.

2) Pengikatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Ketentuan agunan tambahan tidak dipersyaratkan untuk KUR Mikro.

2.5. Proses Penyaluran KUR Bank ABC

Proses analisa pemberian KUR Bank ABC di unit bisnis yang berlaku saat ini, yaitu : (Bank ABC, 2010)

1. Sales Agent (SA) akan memasarkan produk dengan cara mengunjungi tempat calon debitur yang usahanya layak untuk diberikan kredit sesuai dengan skim KUR Bank ABC. Bila data debitur telah dinyatakan layak, maka data calon debitur tersebut dikumpulkan sesuai dengan persyaratan minimal yang harus dipenuhi dan dibuatkan neraca keuangan. Bila data sudah lengkap, SA melakukan pengecekan calon debitur tersebut melalui fasilitas on line SID BI yang menunjukkan status calon debitur apakah telah memiliki fasilitas kredit di tempat lain beserta kolektibilitasnya. Selain itu, perlu dilakukan pengecekan pada Daftar Hitam Nasional (DHN). Jika calon debitur mempunyai riwayat pembayaran dengan koletibilitas satu maka proses selanjutnya akan dilakukan data entry.

2. Dokumen-dokumen tersebut diberikan kepada Penyelia Kredit Standard

(PKS). PKS kemudian melakukan checking kelengkapan data dan

memeriksa kelayakan dari data-data yang telah dikumpulkan SA. Apabila masih terdapat data yang kurang lengkap maka PKS berhak menugaskan kembali SA untuk melengkapi kekurangannya.

3. Sales Agent membuat Surat Permohonan Penilaian Jaminan kepada

Appraisal Independent (AI)/Analis Kredit Standard (RO/AKS) Silang untuk dilakukan proses taksasi nilai agunan. Data entry juga menginput data milik calon debitur ke dalam sistem eLO (Electronic Loan Origination), serta melakukan verifikasi ulang atas info BI milik calon debitur beserta seluruh pengurusnya melalui fasilitas SID BI dan dimintakan DHN ke PNC Cabang.

4. PKS melakukan validasi terhadap data yang telah diinput oleh Data Entry

pada sistem eLO dan meneruskan hasil validasi tersebut kepada Penyelia Analisa Kredit Standar (PAKS) untuk dilakukan verifikasi dan assignment

(37)

5. Analis Kredit Standard (RO/AKS) akan memverifikasi kelengkapan dan keabsahan data dari tim Sales Agent (SA) dan memeriksa hasil input dari

Data Entry (DE) sesuai dengan persyaratan dalam proses verifikasi data.

6. Penyelia Analis Kredit Standar (PAKS) bersama dengan RO/AKS (Analis

Kredit Standar) melakukan pengecekan atas berkas permohonan milik calor debitur dengan cara melakukan On The Spot (OTS) untuk memverifikasi atau memeriksa kebenaran data dan kondisi usahanya. Hasil verifikasi ini harus memuat informasi mengenai aspek umum, aspek manajemen, aspek legalitas, aspek usaha, aspek pemasaran, aspek teknis/produksinya dan juga aspek keuangan usahanya, serta kelayakan jaminan yang diberikan. Hasil dari OTS tersebut dituangkan dalam Formulir Analisa Keuangan, Formulir Kunjungan Setempat (FKS) dan

Call Memo. Selain itu jaminan yang telah selesai ditaksasi oleh Appraisal Independent juga dijadikan acuan, apakah jaminan yang menjadi second way out tersebut dapat/tidak mencakup besarnya maksimum kredit yang diajukan calon debitur.

7. Analis Kredit Standard (RO/AKS) menyusun Formulir Analisa Keuangan

(FAK), melakukan analisa penyusunan proyeksi arus kas dalam skenario yang wajar untuk menentukan kebutuhan modal kerja, menyusun

schedule. penarikan atau pelunasan kredit dan jangka waktu kredit, menyusun FKS Formulir Kunjungan Setempat, Berita Acara Transaksi Agunan (BATA), dan Plotting jaminan. RO/AKS juga melakukan input proses Appraisal, proses Analisa Kredit, Call Memo dan Proses scoring

terhadap data-data calon debitur tersebut pada sistem eLO. Sistem eLO akan secara otomatis menilai (scoring) apakah calon debitur tersebut dikategorikan layak atau tidak layak dalam pemberian kredit. Selain itu, RO/AKS juga mengisi checklist kepatuhan terhadap prosedur pemberian dan analisa kredit di sistem eLO.

8. Jika sistem eLO menilai permohonan calon debitur tersebut dikategorikan layak maka hasil analisa dan scoring tersebut akan dituangkan kedalam

dalam MPK (Memorandum Pengusulan Kredit). Jika hasil scoring

ternyata reject (ditolak), maka RO/AKS membuat Surat Penolakan yang kemudian disampaikan melalui SA kepada calon debitur.

9. Analis Kredit Standard (RO/AKS) akan menyusun semua berkas

permohonan kredit, analisa kredit dan dokumen calon debitur sebagai

advis untuk dimintakan persetujuan kepada Pejabat Pemutus Kredit (PPK). Bila dalam tahap validasi, verifikasi, analisa serta pengambilan keputusan dimana data-data calon debitur tersebut dinyatakan tidak layak oleh PPK, maka RO/AKS membuat Surat Penolakan yang kemudian disampaikan melalui SA kepada calon debitur.

10.Bila dinyatakan layak, (RO/AKS) membuat dan mencetak Surat

(38)

11.PK ditandatangani oleh calon debitur dihadapan Notaris/PPAT dan pegawai Bank. Bila telah selesai ditandatangani dan syarat-syarat disposisi telah dipenuhi, maka dilakukan pencairan kredit dan penutupan asuransi jiwa dan kebakaran.

12.RO/AKS harus selalu memantau pembayaran angsuran dan pembayaran bunga dari kredit yang diberikan kepada debitur. RO/AKS harus memelihara tingkat kolektibilitas debitur agar selalu berada di performing loan (kolektibiliti 1 dan 2).

2.6. Konsep SWOT

2.6.1. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT)

Analisis SWOT terdiri dari Strength (kekuatan), yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat

terkandung dalam sumber daya keuangan, citra perusahaan,

kepemimpinan pasar. Weaknesses (kelemahan), yaitu keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan, seperti keterampilan pemasaran dan citra merek. Opportunities (peluang), yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang seperti segmen pasar yang tadinya terabaikan. Threats (ancaman), yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, seperti masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar dan sebagainya (Pearce dan Robinson, 1997).

Menurut Rangkuti (2008) SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para Manajer mengembangkan 4 (empat) jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi WO (kelemahan-ancaman), strategi WT (kelemahan-ancaman).

1. Strategi SO (SO-Strategies), memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasinya berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat dipergunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai trend dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST atau WT untuk mencapai situasi dimana dapat menjalankan strategi SO. Jika perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang dan mengubahnya menjadi kekuatan dan organisasi yang dihadapkan pada sebuah ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya dan berkonsentrasi pada peluang.

2. Strategi WO (WO-Strategies), bertujuan untuk memperbaiki

(39)

mobil tidak memiliki, teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan peralatan tersebut (kelemahan). Salah satu strategi WO yang ditempuh adalah mengakuisisi teknologi ini melalui usaha patungan

(joint venture) dengan sebuah perusahaan lain yang memiliki kompetensi di bidang ini. Alternatif lainnya dari strategi WO adalah dengan merekrut dan melatih orang agar memiliki kapabilitas teknis yang diperlukan.

3. Strategi ST (ST-Strategies) menggunakan kekuatan sebuah

perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu oganisasi kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung didalam lingkungan eksternal. Salah satu contoh strategi ST adalah ketika Texas

instruments menggunakan lembaga hukum yang sangat bagus (kekuatan) untuk memperoleh ganti rugi dan royalti hampir US $ 700 juta dari 9 (sembilan) perusahaan Jepang dan Korea yang melanggar paten untuk chip memori semi konduktor (ancaman). Perusahaan pesaing yang meniru gagasan, inovasi dan produk yang telah dipatenkan merupakan ancaman besar yang banyak ditiru. Hal ini masih menjadi sebuah persoalan besar bagi perusahaan-perusahaan yang menjual produk ke China.

4 Strategi WT (WT-Strategies) merupakan taktik defensif yang

diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai

ancaman eksternal dan kelemahan intenal dalam posisi

membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan, pernyataan diri bangkrut atau memilik likuidasi.

Sebuah Matriks SWOT terdiri atas 9 (sembilan) sel, yaitu 4 (empat) sel faktor utama, 4 (empat) sel strategi, dan satu sel yang dibiarkan kosong. Keempat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST dan WT dikembangkan setelah melengkapi keempat sel faktor utama, yang diberi nama S, W, O dan T. Dalam hal ini terdapat 8 (delapan) langkah dalam membentuk Matriks SWOT :

a. Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan. b. Buat daftar ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan c. Buat daftar kekuatan-kekuatan internal utama perusahaan. d. Buat daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan.

e. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi SO.

f. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WO.

g. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman ekstemal dan catat hasilnya pada sel strategi ST.

h. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya pada sel strategi WT.

Gambar

Gambar 1. Pola penjaminan KUR
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
Tabel 5.  Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan
Tabel 7.  Matriks  IFE
+7

Referensi

Dokumen terkait