PEMBERIAN EKSTRAK BATANG PISANG AMBON
Musa
paradisiaca
MELALUI PAKAN UNTUK MENCEGAH
PENYAKIT
MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA
PADA
IKAN LELE
Clarias
sp.
DYAH ANGGUN PARAMITA INDRASWARI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon Musa paradisiaca Melalui Pakan untuk Mencegah Penyakit Motile Aeromonad Septicaemia pada Ikan Lele Clarias sp.” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Dyah Anggun Paramita Indraswari
ABSTRAK
DYAH ANGGUN PARAMITA INDRASWARI. Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon Musa paradisiaca Melalui Pakan untuk Mencegah Penyakit Motile Aeromonad Septicaemia pada Ikan Lele Clarias sp. Dibimbing oleh SRI NURYATI dan SUKENDA.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak batang pisang Ambon terbaik yang dicampur melalui pakan untuk mencegah penyakit motile aeromonad septicaemia pada ikan lele Clarias sp. Ikan lele yang berasal dari daerah Ciampea dengan bobot rerata awal 5,61±0,16 g dan panjang rerata awal 7,50±0,30 cm dipelihara dalam akuarium berukuran 55×50×45 cm3 yang dilengkapi sistem aerasi dengan kepadatan 10 ekor ikan per akuarium. Batang pisang Ambon yang diperoleh di sekitar kampus IPB Dramaga diekstraksi dengan menggunakan etanol 96% dengan perbandingan 1:1. Ekstrak etanol batang pisang Ambon dicampurkan ke dalam pakan komersial dengan kadar protein 31 % dengan dosis 2 g/kg pakan, 4 g/kg pakan, dan 6 g/kg pakan menggunakan metode
sprayer. Pakan perlakuan diberikan sebanyak tiga kali sehari (10.00, 14.00, 18.00 WIB) selama 14 hari secara at satiation. Uji tantang dilakukan pada hari ke-15 dengan penyuntikan bakteri Aeromonas hydrophila sebanyak 0,1 mL (106 CFU/mL) secara intramuskular. Pengamatan tingkat kelangsungan hidup dilakukan selama 14 hari setelah uji tantang. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan (kontrol negatif, kontrol positif, 2 g/kg pakan, 4 g/kg pakan, dan 6 g/kg pakan) dan 3 ulangan. Perlakuan dengan dosis 6 g/kg pakan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 81,25% dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap kontrol positif (45,83%).
Kata kunci: Clarias sp., Musa paradisiaca, Aeromonas hydrophila
ABSTRACT
DYAH ANGGUN PARAMITA INDRASWARI. Addition of Ambon’s Banana Stem Extract Musa paradisiaca into Feed in Order to Prevent Motile Aeromonad Septicaemia Disease on Catfish Clarias sp. Supervised by SRI NURYATI and SUKENDA.
ii
injection of 0.1 mL Aeromonas hydrophila bacteria (106 CFU/ mL). Observation of survival rates was conducted during 14th days after challenge test. This study used complete randomized designed with 5 treatments (negative control, positive control, 2 g/kg feed, 4 g/kg feed, and 6 g/kg feed) and triplicate. Treatment with dose 6 g/kg feed gave the highest survival rate of 81.25% and significantly different (P<0.05) with positive control (45.83%).
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan
PEMBERIAN EKSTRAK BATANG PISANG AMBON
Musa
paradisiaca
MELALUI PAKAN UNTUK MENCEGAH
PENYAKIT
MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA
PADA
IKAN LELE
Clarias
sp.
DYAH ANGGUN PARAMITA INDRASWARI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon Musa paradisiaca
Melalui Pakan untuk Mencegah Penyakit Motile Aeromonad Septicaemia pada Ikan Lele Clarias sp.
Nama : Dyah Anggun Paramita Indraswari NIM : C14110049
Program Sudi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya
Disetujui oleh
Dr Sri Nuryati, SPi, MSi Pembimbing I
Dr Ir Sukenda, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ambon Musa paradisiaca Melalui Pakan untuk Mencegah Penyakit Motile Aeromonad Septicaemia pada Ikan Lele Clarias sp.” Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni–Agustus 2015 bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Laboratorium Percobaan Babakan, dan Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr Sri Nuryati, SPi, MSi selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi.
2. Bapak Dr Ir Sukenda, MSc selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan sekaligus Dosen Pembimbing II.
3. Ibu Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku Dosen Tamu Penguji dan Bapak Dr Alimuddin, SPi, MSc selaku Komisi Program Studi atas kehadiran dan sarannya kepada penulis sewaktu ujian skripsi.
4. Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.
5. Bapak Kukuh Pramudjo Satuhu dan Ibu Dyah Ratnawati Kurnianingsih, Tante Dyah Kentjonowati Ratnaningsih, Pakde Bambang Sukardjo Hari Prasetyo, Bude Winni Trilaksani, Dyah Pitaloka Intan Puspitorukmi, Mahesa Agni Prafastara Hestungkoro Purwonoadi, Dyah Anggraheni Intan Kiranarukmi, serta Tegar Adityatomo Bayuaji atas segala doa dan kasih sayangnya.
6. Andini Yudita Sari atas kebersamaannya selama penelitian.
7. Bapak Ranta, Kak Dendi Hidayatullah, Kak Abung Maruli Simanjuntak, dan Kak Windu Sukendar atas bimbingan, dukungan, dan arahan selama penelitian. 8. BDP 48, LKI’ers (Mulyati Hasanah, Kiki Amalia Pratiwi, Ridhana Dwi Meilita,
Hana Nafisah, May Silvani, Syifa Afianti, Fadhilatun, Fenti Nurul, Risma Suryani, Hesti Irissanti, Dian Novita Sari, Dinda Januari Cipta, Ermianus Samalei, Iqbal Wijaya, M. Mufthi Rafsyanzani, Adel Christian P. Sakeru, Adhiet Yogi Utomo), Kru Laboratorium MST (Lina Mulyani, Hasan Nasrullah, Nurindah Rozi Rahmawati, Lilis Nurjannah), Kru Babakan Never Fail (Hamzah M. Ihsan, Prasetyo D. Dhany Wijaya, Ari Ngastoni, Uswatun Khasanah, Rahmadani, Anna Nurkhasanah, Winy Yusrina, Wulan Nurindah Rakhmawati, Ayi Siti Alfalah), dan Widyaningtyas atas motivasinya.
9. Sahabat nun jauh disana (Afra Bai’atun Nisa Sinaga dan Febrina Nuzulani Siregar) atas suntikan semangatnya, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Semoga karya ilmah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2016
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... ii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
METODE ... 2
Pembuatan Ekstrak Batang Pisang Ambon ... 2
Penyediaan Bakteri Uji ... 2
Pembuatan Pakan Uji ... 2
Penentuan Nilai LD50 ... 3
Pemeliharaan Ikan ... 3
Uji In Vivo (Pengujian Dosis) ... 4
Pergantian Air ... 4
Kualitas Air ... 5
Gambaran Darah ... 5
PARAMETER PENELITIAN ... 5
Tingkat Kelangsungan Hidup ... 5
Jumlah Konsumsi Pakan ... 6
Konversi Pakan ... 6
Laju Pertumbuhan Harian ... 6
Pertumbuhan Panjang ... 6
Gambaran Darah ... 7
Analisis Data ... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9
Hasil ... 9
Pembahasan ... 15
KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
Kesimpulan ... 18
Saran ... 18
DAFTAR PUSTAKA ... 19
ii
DAFTAR TABEL
1 Penjabaran perlakuan ... 4
2 Kisaran kualitas air selama pemeliharaan ... 5
3 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), laju pertumbuhan harian (LPH), dan pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang ... 10
4 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), laju pertumbuhan harian (LPH), dan pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele setelah uji tantang ... 10
5 Jumlah sel darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 11
6 Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hc) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 12
7 Diferensial leukosit ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 12
8 Gejala klinis dan pengamatan organ dalam ikan lele ... 14
DAFTAR GAMBAR
1 Tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+(K-), perlakuan 2 g/kg pakan (A(K-), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). ... 92 Persentase aktivitas fagositik (AF) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+(K-), perlakuan 2 g/kg pakan (A(K-), perlakuan 4 g/kg pakan (B) dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). ... 13
3 Hasil pembacaan respiratory burst (RB) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+(K-), perlakuan 2 g/kg pakan (A(K-), perlakuan 4 g/kg pakan (B) dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). ... 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji biokimia bakteri A.hydrophila ... 222 Perhitungan nilai LD50 ... 22
3 Perhitungan pembuatan pakan uji ... 22
4 Gejala Klinis ikan lele yang teramati setelah uji tantang ... 23
5 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 24
6 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 24
iii
8 Analisis statistik laju pertumbuhan harian (LPH) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 25 9 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele selama
pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ... 26 10 Analisis statistik sel darah merah (SDM) ikan lele sebelum pemberian
ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 27 11 Analisis statistik sel darah putih (SDP) ikan lele sebelum pemberian
ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 28 12 Analisis statistik hemoglobin (Hb) ikan lele sebelum pemberian
ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 29 13 Analisis statistik hematokrit (Hc) ikan lele sebelum pemberian
ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 30 14 Analisis statistik monosit ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang
pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 31 15 Analisis statistik neutrofil ikan lele sebelum pemberian ekstrak
batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 32 16 Analisis statistik limfosit ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang
pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 33 17 Analisis statistik aktivitas fagositik (AF) ikan lele sebelum pemberian
ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang ... 34 18 Analisis statistik respiratory burst (RB) ikan lele sebelum pemberian
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi ikan lele pada tahun 2013 mencapai angka 543.461 ton (KKP 2013). Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah penghasil lele tertinggi sepanjang tahun 2013 dengan pencapaian produksi sebesar 197.783 ton. Pencapaian produksi ikan lele yang semakin pesat didukung oleh sistem budidaya intensif. Namun, penggunaan sistem budidaya intensif tidak terlepas dari permasalahan, salah satunya masalah penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah
motile aeromonad septicemia (MAS) yang disebabkan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (Angka 2005). Lukistyowati dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa wabah penyakit yang disebabkan A. hydrophila dapat mengakibatkan kematian hingga 80-100% populasi ikan dalam waktu singkat (1-2 minggu).
Upaya pencegahan penyakit MAS salah satunya melalui penggunaan bahan fitofarmaka. Fitofarmaka merupakan obat yang berasal dari bahan alami, khususnya bahan alami nabati berupa bahan baku simplisia maupun sediaan galenik yang telah memenuhi syarat sehingga keragaman komponen aktif, keamanan, dan kegunaannya terjamin (Dewoto 2007). Penggunaan fitofarmaka dalam kegiatan akuakultur dapat dilakukan melalui injeksi, media budidaya, dan penambahan dalam pakan (Wahjuningrum et al. 2013).
Penelitian ini menggunakan ekstrak batang pisang Ambon (Musa paradisiaca). Batang pisang merupakan salah satu limbah pertanian yang dihasilkan dari tanaman pisang yang telah dipanen serta dapat dijadikan bahan pakan alternatif (Advena et al. 2014). Menurut Munadjim (1983), sebanyak 60% dari total produksi tanaman pisang terletak pada batang pisang. Batang pisang Ambon mengandung beberapa senyawa aktif di antaranya saponin, tanin, dan flavonoid (Priosoeryanto et al. 2006). Berdasarkan hasil uji fitokimia yang dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka IPB, ekstrak etanol batang pisang Ambon mengandung tanin, saponin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan hidroquinon (Simanjuntak et al. 2016). Kandungan senyawa bioaktif yang terdapat di dalam ekstrak metanol batang pisang Musa sp. diantaranya saponin 14,49%, alkaloid 0,35%, flavonoid 0,25%, dan tanin 67,59% (Apriasari et al. 2014). Ningsih et al.
(2013) mengemukakan bahwa ekstrak kental batang pisang memiliki diameter daerah hambat bakteri tertinggi terhadap Staphylococcus aureus yang bersifat irradikal dan terhadap Escherichia coli yang bersifat radikal. Penggunaan ekstrak batang pisang Ambon telah dilakukan sebelumnya melalui metode pemberian pakan pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) ukuran PL 10 yang menghasilkan tingkat kelangsungan hidup tertinggi sebesar 100% pada dosis 0,5 g/kg pakan setelah uji tantang terhadap white spot syndrome virus (Simanjuntak
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak batang pisang Ambon terbaik yang dicampur melalui pakan untuk mencegah penyakit MAS pada ikan lele.
METODE
Pembuatan Ekstrak Batang Pisang Ambon
Batang pisang Ambon (Musa paradisiaca) diperoleh di sekitar Kampus IPB Dramaga, Bogor dan dipilih dari tanaman pisang Ambon yang sudah panen buah. Pembuatan ekstrak batang pisang Ambon dimodifikasi dari metode Ningsih et al. (2013). Batang pisang Ambon dipotong membujur dan diiris tipis terlebih dahulu. Batang pisang Ambon ditimbang lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan etanol 96% dengan perbandingan 1:10 (80 g batang pisang Ambon : 800 mL etanol 96%). Keduanya dicampur dan digoyang dengan shaker pada suhu 40 ˚C dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam. Ekstrak batang pisang Ambon diaduk dan disaring dengan plankton net hingga diperoleh filtrat dan ditampung dalam wadah. Filtrat kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 50 ˚C hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 1,68 g.
Penyediaan Bakteri Uji
Isolat bakteri A. hydrophila diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Depok. Bakteri dikultur pada media
trypticase soy broth (TSB) 10 mL dan diinkubasi selama 24 jam dalam water shaker dengan kecepatan 140 rpm. Bakteri yang telah dikultur disuntikkan ke tiga ekor ikan dengan dosis penyuntikan 0,1 mL per ekor melalui intramuskular untuk pengujian virulensi. Selanjutnya dilakukan reisolasi bakteri dari organ ginjal dan digoreskan dalam media trypticase soy agar (TSA) dan diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37 ˚C. Koloni murni diisolasi kembali sebanyak satu Ose ke media TSA miring dan diinkubasi selama 24 jam pada inkubator dengan suhu 37 ˚C sebagai stok primer bakteri. Pewarnaan Gram dan uji biokimia (oksidasi/fermentasi, motilitas, katalase, oksidase) dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri yang diperoleh merupakan bakteri A. hydrophila. Bakteri dari stok primer dikultur kembali sebanyak satu Ose ke dalam media TSB 25 mL dan diinkubasi dalam water shaker selama 24 jam untuk digunakan pada penentuan nilai LD50 dan uji tantang.
Pembuatan Pakan Uji
3
dilakukan Simanjuntak et al. (2016). Sebelum dicampur pada pakan, ekstrak kental batang pisang Ambon dicampur dengan Tween 80 yang berfungsi sebagai
emulsifier dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya ekstrak batang pisang Ambon dicampur dengan akuades yang mengandung putih telur 2% sebagai binder dan kemudian disemprotkan ke pakan komersial dengan kadar protein 31% sekaligus diaduk secara manual hingga merata. Pakan yang sudah tercampur dikeringudarakan pada suhu ruang dan disimpan dalam lemari pendingin. Perhitungan pembuatan pakan uji dapat dilihat pada Lampiran 3.
Penentuan Nilai LD50
Bakteri yang diperoleh dari kultur di TSB 25 mL dimasukkan ke dalam tabung mikro bervolume 1 mL. Tabung mikro yang berisi bakteri kemudian disentrifugasi hingga terbentuk bagian supernatan dan natan. Bagian supernatan dibuang lalu ditambahkan dengan phosphate buffer saline (PBS) sebanyak 1 mL sebagai pengganti media dan kemudian divorteks. Bakteri dengan kepadatan 109 CFU/mL diambil 0,1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung mikro baru yang telah berisi 0,9 mL PBS untuk diencerkan hingga mencapai kepadatan 106 CFU/mL, 107 CFU/mL, dan 108 CFU/mL pada tiga tabung mikro berbeda. Penentuan nilai LD50 dilakukan melalui penyuntikan bakteri sebanyak 0,1 mL per ekor secara intramuskular. Ikan yang digunakan berjumlah 6 ekor per akuarium. Pengamatan dilakukan dengan penghitungan jumlah kematian ikan hingga mencapai 50% populasi ikan dalam satu akuarium dengan mengacu pada metode Reed dan Muench (1938).
Selang proporsi =
log negatif LD50 = log negatif konsentrasi di atas 50% + selang proporsi
Pemeliharaan Ikan
4
Uji In Vivo (Pengujian Dosis)
Penelitian ini terdiri atas 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dijabarkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Penjabaran perlakuan
Simbol Perlakuan
Ikan disuntik bakteri A. hydrophila
(106 CFU/mL sebanyak 0,1 mL)
K-
Ikan lele diberi pakan pelet komersial tanpa penambahan ekstrak batang pisang.
0g/kg
-K+
Ikan lele diberi pakan pelet komersial tanpa penambahan ekstrak ekstrak batang pisang Ambon 2 g/kg pakan.
2 g/kg -
B
Ikan lele diberi pakan komersial ditambahkan ekstrak batang pisang Ambon 4 g/kg pakan. ekstrak batang pisang Ambon 6 g/kg pakan.
6 g/kg -
Keterangan : Kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C).
Pengujian in vivo dilakukan selama 29 hari. Pemberian pakan dilakukan dengan metode at satiation sebanyak tiga kali sehari, yakni pagi hari (sekitar pukul 10.00 WIB), siang hari (sekitar pukul 14.00 WIB), dan sore hari (sekitar pukul 18.00 WIB). Pada 14 hari pertama, ikan diberi pakan uji sesuai perlakuan. Pada hari ke-15, ikan diuji tantang dengan penyuntikan bakteri A. hydrophila
secara intramuskular sebanyak 0,1 mL per ekor, atau dengan PBS (kontrol negatif), dan dipelihara untuk diamati selama 14 hari. Gejala klinis yang diamati meliputi tukak/ulcer, haemoragi, dan pembengkakan organ dalam.
Pergantian Air
5
Kualitas Air
Kualitas air yang diukur meliputi suhu, pH, DO, dan amonia. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari sedangkan pengukuran pH, DO, dan amonia dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kisaran kualitas air selama pemeliharaan
Perlakuan Parameter
Suhu (oC) pH DO (mg/L) amonia (mg/L)
K- 26,5–28,9 6,43 – 8,38 6,1 –7,0 0,0002 – 0,0042
K+ 27,1–28,9 6,87 – 8,38 5,4 – 6,4 0,0002 – 0,0042
A 27,4–28,9 6,79 – 8,38 5,7 - 6,4 0,0005 – 0,0042
B 27,0–28,9 7,14 – 8,38 5,4 - 6,6 0,0003 – 0,0042
C 27,6–28,9 6,56 – 8,38 6,1 – 7,0 0,0016 – 0,0053
SNI (01- 6484.4 - 2000) 25,0 – 30,0 6,50 – 8,50 4,0 0,01
Keterangan : Kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C).
Gambaran Darah
Gambaran darah dilakukan sebanyak tiga kali yaitu sebelum diberi perlakuan, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang. Sampling ikan untuk gambaran darah dilakukan sehari sebelum perlakuan, hari ke-14 selama pemberian ekstrak batang pisang, dan hari ke-14 setelah uji tantang. Ikan yang disampling sebanyak 3 ekor dari masing-masing perlakuan. Syringe 1 mL dibilas dengan antikoagulan. Syringe ditusukkan pada bagian vena caudalis
lalu ditarik perlahan hingga darah yang terkumpul mencapai 0,5-1 mL untuk setiap perlakuan. Darah pada syringe dipindahkan ke dalam tabung mikro yang telah dibilas antikoagulan dan digunakan untuk preparasi sel darah putih, sel darah merah, kadar hematokrit, kadar hemoglobin, aktivitas fagositik, diferensial leukosit (neutrofil, limfosit, dan monosit), dan respiratory burst.
PARAMETER PENELITIAN
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase yang diperoleh dari perbandingan populasi ikan di akhir pemeliharaan dan populasi ikan di awal pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 2002).
Keterangan:
TKH = tingkat kelangsungan hidup (%)
6
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan dihitung setiap hari mulai awal perlakuan hingga akhir perlakuan selama 29 hari. Jumlah konsumsi pakan ditentukan berdasarkan jumlah pakan yang masuk ke dalam tubuh ikan uji.
JKP (g) = jumlah pakan awal (g) – jumlah pakan sisa (g)
Konversi Pakan
Konversi pakan diperoleh dari perbandingan total jumlah konsumsi pakan dengan penambahan biomassa ikan di akhir perlakuan dan biomassa ikan mati dikurangi dengan biomassa ikan awal. Konversi pakan dihitung dengan rumus El-Qusairi (2011).
KP =
Keterangan :
KP = konversi pakan
JKP = jumlah Konsumsi Pakan (g) Bt = biomassa ikan akhir (g) Bm = biomassa ikan mati (g) Bo = biomassa ikan awal (g)
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian merupakan persentase peningkatan rerata bobot ikan berdasarkan waktu pemeliharaan. Laju pertumbuhan harian dhitung dengan menggunakan rumus El-Qusairi (2011).
LPH (%) =
√
Keterangan :
LPH = laju pertumbuhan bobot harian (%) Wt = rerata bobot ikan akhir (g)
Wo = rerata bobot ikan awal (g) t = lama waktu pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan panjang mutlak diukur dari selisih panjang rerata tubuh ikan di akhir pemeliharaan dengan panjang rerata tubuh ikan di awal pemeliharaan. Jumlah ikan yang diukur sebanyak 10 ekor ikan per akuarium. Pertumbuhan panjang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (2002).
L = L2 - L1 Keterangan :
7
L2 = panjang rerata tubuh ikan akhir (cm) L1 = panjang rerata tubuh ikan awal (cm)
Gambaran Darah Jumlah Sel Darah Merah (Yanto et al. 2015)
Sampel darah diambil dari tabung mikro dengan menggunakan alat hisap berupa pipet bulir merah hingga mencapai garis 0,5 mL. Kemudian ditambahkan larutan Hayem’s hingga mencapai skala 101 dan pipet diayunkan membentuk angka delapan selama 3-5 menit agar larutan homogen. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang untuk membuang gelembung udara, kemudian larutan darah diteteskan secara perlahan ke dalam Haemocytometer tipe Bauer dan ditutup dengan cover glass untuk diamati. Perhitungan jumlah sel darah merah dilakukan pada 5 bidang pandang dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 .
Jumlah Sel Darah Putih (Yanto et al. 2015)
Sampel darah diambil dari tabung mikro dengan menggunakan alat hisap berupa pipet bulir putih hingga mencapai garis 0,5 mL. Kemudian ditambahkan larutan Turk’s hingga mencapai skala 11 dan pipet diayunkan membentuk angka delapan selama 3-5 menit agar larutan homogen. Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang untuk membuang gelembung udara, kemudian larutan darah diteteskan secara perlahan ke dalam Haemocytometer tipe Bauer dan ditutup dengan cover glass untuk diamati. Perhitungan jumlah sel darah merah dilakukan pada 5 bidang pandang dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400 .
Kadar Hematokrit (Maswan 2009)
Tabung mikro yang berisi sel darah dikocok terlebih dahulu. Salah satu ujung tabung hematokrit dicelupkan ke dalam tabung mikro yang berisi darah hingga aliran darah mencapai ¾ bagian tabung mikro. Kemudian ujung tabung hematokrit ditusukkan pada crytoceal kira-kira sedalam 1 mm hingga terbentuk sumbat crytoceal. Tabung hematokrit disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 5000 rpm dengan posisi tabung yang bervolume saling berhadapan agar perputaran sentrifuse seimbang. Panjang bagian darah yang mengendap dan panjang total volume darah dalam tabung hematokrit diukur dengan menggunakan penggaris dan dimasukkan ke dalam rumus :
Kadar Hemoglobin (Maswan 2009)
Hb-8
meter yang telah diisi HCl 0,1 N hingga mencapai skala 10 (merah). Darah diaduk dengan batang pengaduk selama 3-5 menit. Akuades ditambahkan perlahan ke dalam tabung tersebut hingga warna darah menjadi seperti warna larutan standar yang berada dalam Hb-meter. Skala dibaca dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan dengan skala tabung Hb-meter (kuning). Kadar hemoglobin dinyatakan dalam satuan g%.
Diferensial Leukosit (Hartika et al. 2014)
Gelas objek dipegang dengan telunjuk dan ibu jari. Darah diteteskan pada salah satu sisi gelas objek dan ditarik dengan gelas objek lain membentuk sudut 30˚ hingga darah tersebar di sepanjang gelas objek. Darah yang diulas dikeringudarakan lalu difiksasi dalam larutan metanol selama 5 menit. Preparat ulas kemudian direndam dalam larutan Giemsa yang diencerkan (1:20) selama 15 menit. Kemudian preparat ulas dibilas dengan akuades dan dikeringudarakan. Preparat ulas kemudian ditempatkan di bawah mikroskop sebanyak 10 lapang pandang dengan perbesaran 400 . Diferensial leukosit dihitung berdasarkan jenisnya (monosit, limfosit, dan neutrofil) dengan menggunakan rumus berikut :
Persentase monosit (%) =
Persentase limfosit (%) =
Persentase neutrofil (%) =
Aktivitas Fagositik (Maswan 2009)
Sampel darah ikan lele diambil sebanyak 50 µL dan dimasukkan kedalam
microplate. Kemudian ditambahkan dengan 50 µL bakteri S. aureus kepadatan 108 CFU/mL. Campuran darah dan bakteri dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu ruang selama 20 menit. Sebanyak 5 µL campuran darah dan bakteri diteteskan pada salah satu sisi gelas objek dan ditarik dengan gelas objek lain membentuk sudut 30˚ hingga membentuk preparat ulas yang cukup tipis. Preparat ulas dikeringudarakan lalu difiksasi dalam larutan metanol selama 5 menit. Preparat ulas kemudian direndam dalam larutan Giemsa selama 15 menit. Preparat ulas kemudian dicuci dengan air yang mengalir dan dikeringudarakan. Pengamatan aktivitas fagositik dilakukan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400×. Persentase aktivitas fagositik dihitung berdasarkan perbandingan jumlah sel yang memfagosit dengan 100 sel fagosit yang teramati.
AF (%) =
Respiratory Burst (Yengkokpam et al. 2012)
Respiratory burst dilakukan dengan pemasukan darah ke dalam lubang
microplate sebanyak 0,05 mL dan kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 ˚C selama satu jam. Darah kemudian dibuang dan dibilas dengan
9
kembali pada suhu 37˚C selama satu jam. Kemudian larutan NBT dibuang dan dibilas dengan metanol 100% sebanyak 0,1 mL selama 10 menit. Larutan metanol 100% dibuang dan ditambahkan metanol 30% sebanyak 0,1 mL selama 2,5 menit sebanyak tiga kali. Larutan metanol kemudian dibuang dan ditambahkan kalium hidroksida (KOH) sebanyak 0,06 mL dan dimethyl sulfonil oxide (DMSO) 0,07 mL. Kemudian microplate dimasukkan dalam microplate reader untuk dibaca hasilnya.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Ms. Excel 2007 dan analisis data dilakukan dengan uji statistik menggunakan SPSS 22.0 dan uji lanjut Duncan. Parameter yang dianalisis statistik meliputi tingkat kelangsungan hidup, jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, laju pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang, dan gambaran darah. Gejala klinis dianalisis secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele setelah uji tantang berkisar antara 45,83-100,00% (Gambar 1). TKH perlakuan C (81,25±26,52%) adalah sama dengan K- (100,00±0,00%) dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan K+ (45,83±14,43%).
Gambar 1 Tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). Huruf superskrip yang berbeda di dalam bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Jumlah Konsumsi Pakan, Konversi Pakan, Laju Pertumbuhan Bobot, Pertumbuhan Panjang Mutlak
Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), laju pertumbuhan harian (LPH), dan pertumbuhan panjang mutlak (L) selama pemberian ekstrak
100
45,83
62,5 62,5
81,25
0 20 40 60 80 100
Setelah Uji Tantang
T
KH
(%)
c a ab ab bc
10
batang pisang disajikan pada Tabel 3. JKP ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang berkisar antara 41,15–57,21 g. JKP perlakuan C (57,21±0,58 g) adalah sama dengan perlakuan K- (48,71±1,31) dan B (46,29±1,00 g), serta berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A (41,15±1,28 g) dan K+ (41,40±1,03 g). Konversi pakan (KP) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang berkisar antara 1,39-1,69 dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Laju pertumbuhan bobot (LPH) ikan lele berkisar antara 2,82-3,61% dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele berkisar antara 2,60-3,10 cm dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Tabel 3 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), laju pertumbuhan
harian (LPH), dan pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang
Parameter yang diamati
Selama pemberian ekstrak batang pisang
K- K+ A B C
JKP (g) 48,71±1,03ab 41,40±1,31a 41,15±1,28a 46,29±1,00ab 57,21±0,58b
KP 1,49±0,35a 1,59±0,39a 1,64±0,60a 1,39±0,08a 1,69±0,02a
LPH (%) 3,53±0,74a 2,83±0,21a 2,82±0,60a 3,61±0,10a 3,44±0,07a L (cm) 3,10±0,17a 2,80±0,17a 2,60±0,26a 2,90±0,30a 3,10±0,32a
Keterangan : Kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
JKP, KP, LPH dan L ikan lele setelah uji tantang disajikan pada Tabel 4. JKP ikan lele setelah uji tantang berkisar antara 41,86–67,81 g. JKP tertinggi terdapat pada perlakuan K- (67,81±1,69 g) dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap keempat perlakuan lainnya. KP ikan lele berkisar antara 1,15-2,44 dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). LPH ikan lele berkisar antara 2,83-5,01% dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). L ikan lele berkisar antara 1,48-2,10 cm dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05).
Tabel 4 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), laju pertumbuhan harian (LPH), dan pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele setelah uji tantang
Parameter yang diamati
Setelah uji tantang
K- K+ A B C
JKP (g) 67,81±1,69b 41,86±1,61a 43,77±1,40a 47,67±1,49a 54,94±1,06a
KP 1,37±0,57a 2,44±1,61a 1,59±0,59a 1,28±0,50a 1,15±0,44a
LPH (%) 4,00±1,43a 2,83±1,93a 3,85±1,26a 4,61±0,74a 5,01±1,91a L (cm) 1,50±0,77a 1,80±0,65a 1,80±0,93a 1,48±0,28a 2,10±0,96a
Keterangan : Kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Jumlah Sel Darah Merahdan Jumlah Sel Darah Putih
11
Jumlah SDM ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang hanya meningkat pada perlakuan C sebesar 1,61±0,02 ( 106 sel/mm3). Jumlah SDM ikan lele setelah uji tantang menurun pada semua perlakuan. Namun, jumlah SDM ikan lele tertinggi setelah uji tantang diperlihatkan oleh perlakuan C sebesar 1,29±0,04 ( 106 sel/mm3) dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap K+ sebesar 0,82±0,18 ( 106 sel/mm3).
Tabel 5 Jumlah sel darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP) ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang
Waktu SDM ( 10 4,87±1,89 ( 104 sel/mm3). Jumlah SDP ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang meningkat untuk semua perlakuan dan tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 9,50±1,41 ( 104 sel/mm3). Jumlah SDP ikan lele tertinggi setelah uji tantang terdapat pada perlakuan A sebesar 11,20±1,15 ( 104 sel/mm3).
Kadar Hemoglobin dan Hematokrit
12
Tabel 6 Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hc) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang
Waktu Hb (g%) K+ (22,86±3,44 %). Kadar Hc ikan lele meningkat pada semua perlakuan setelah uji tantang dan tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan.
Diferensial Leukosit
Persentase neutrofil sebelum pemberian ekstrak batang pisang sebesar 25,67±3,51% dan selama pemberian ekstrak batang pisang meningkat pada perlakuan K-, K+,dan A. Persentase neutrofil setelah uji tantang meningkat pada perlakuan K+, B, dan C.
Tabel 7 Diferensial leukosit ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang
Perlakuan
Selama Pemberian
Ekstrak Batang Pisang (%) Setelah Uji Tantang (%)
13
Perlakuan
Selama Pemberian
Ekstrak Batang Pisang (%) Setelah Uji Tantang (%)
N L M N L M positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Persentase limfosit sebelum pemberian ekstrak batang pisang sebesar 72,00±3,00% dan meningkat pada perlakuan B dan C selama pemberian ekstrak batang pisang. Setelah uji tantang, persentase limfosit hanya meningkat pada perlakuan A. Persentase monosit sebelum diberi perlakuan sebesar 2,33±0,58% dan meningkat selama pemberian ekstrak batang pisang pada perlakuan A dan B. Peningkatan persentase monosit terjadi pada perlakuan K-, K+, dan B setelah uji tantang.
Aktivitas Fagositik
Persentase aktivitas fagositik (AF) sebelum pemberian ekstrak batang pisang sebesar 17,33±6,11%. Persentase AF selama pemberian ekstrak batang pisang meningkat pada perlakuan K- (47,33±11,55%), A (13,33±2,83%), B (18,00±4,62%), dan C (25,00±2,31%). Persentase AF setelah uji tantang meningkat pada perlakuan K+ (41,33±7,07%), A (37,33±14,14%), B (43,00±2,31%), dan C (44,00±7,91%).
Gambar 2 Persentase aktivitas fagositik (AF) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). Huruf superskrip yang berbeda di dalam bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Respiratory Burst
Nilai respiratory burst (RB) ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang pisang sebesar 0,25±0,01. Nilai RB ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang meningkat pada perlakuan A (0,27±0,02), perlakuan B (0,28±0,03), dan perlakuan C (0,35±0,10). Nilai RB tertinggi setelah uji tantang terdapat perlakuan K+ (0,47±0,01) dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A (0,22±0,01), B (0,25±0,01), dan C (0,33±0,01) yang mengalami penurunan nilai (Gambar 3).
47,33 21,33
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang Setelah Uji Tantang
14
Gambar 3 Hasil pembacaan respiratory burst (RB) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang pada kontrol negatif (K-), kontrol positif (K+), perlakuan 2 g/kg pakan (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B) dan perlakuan 6 g/kg pakan (C). Huruf superskrip yang berbeda di dalam bar menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Gejala Klinis
Gejala klinis ikan lele yang diamati berupa kondisi luar tubuh dan organ dalam. Pengamatan kondisi luar tubuh dilihat dari ada atau tidaknya luka pada kulit. Pengamatan kondisi organ dalam meliputi perubahan warna serta ukuran pada organ hati, ginjal, dan usus. Gejala klinis dan pengamatan organ dalam dilakukan saat ikan mengalami kematian. Gejala klinis dan pengamatan organ dalam disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Gejala klinis dan pengamatan organ dalam ikan lele
Perlakuan Gejala Klinis Pengamatan organ dalam
Hati Ginjal Usus
K- tidak terdapat luka
ukuran normal, (A), perlakuan 4 g/kg pakan (B), dan perlakuan 6 g/kg pakan (C).
15
Pembahasan
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele tertinggi setelah uji tantang terdapat pada perlakuan C sebesar 81,25% dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap K+ sebesar 45,83% (Gambar 1). TKH yang tinggi pada perlakuan C diduga karena adanya pengaruh senyawa aktif yang terkandung dalam batang pisang berupa tanin, saponin, flavonoid, steroid, triterpenoid, dan hidroquinon. Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang memiliki beberapa khasiat diantaranya sebagai astringen, anti diare, anti bakteri, dan antioksidan, serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel dan membran serta menyebabkan terjadinya endapan protein pada sel dan kelainan permeabilitas membran bakteri (Malangngi et al. 2012; Darma et al. 2014). Menurut Apriasari
et al. (2014), flavonoid memiliki sifat farmakologi berupa antijamur, antioksidan, antialergi, anti-peradangan, antitrombotik, antikanker, dan pertahanan hati.
Dosis ekstrak batang pisang yang diujikan masih tergolong tidak berbahaya dan tidak menurunkan nafsu makan ikan. Hal ini terlihat dari jumlah konsumsi pakan tertinggi selama pemberian ekstrak batang pisang terdapat pada perlakuan C sebesar 57,21 g selama 14 hari perlakuan pakan dan berbeda nyata (P<0,05) terhadap K+ (Tabel 3). Konversi pakan (KP) terbaik selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang masing-masing terlihat pada perlakuan B dan C sebesar 1,39 dan 1,13 (Tabel 3; Tabel 4). KP tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan yang menunjukkan bahwa penambahan ekstrak batang pisang melalui metode sprayer tidak mempengaruhi kualitas pakan sehingga pakan masih mampu diserap secara baik oleh tubuh ikan lele. Laju pertumbuhan harian (LPH) tertinggi selama pemberian ekstrak batang pisang terdapat pada perlakuan B (Tabel 3) dan setelah uji tantang terlihat pada perlakuan C (Tabel 4). Pertumbuhan panjang (L) tertinggi selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang juga terdapat pada perlakuan C yakni masing-masing sebesar 3,1 cm dan 2,1 cm. Hasil ini tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan sehingga menunjukkan bahwa penambahan ekstrak batang pisang pada pakan tidak memperlambat pertumbuhan bobot maupun panjang ikan lele.
16
diberikan mampu meningkatkan aktivitas fagositik lebih tinggi dibandingkan dengan K+.
Aktivitas fagositik berkorelasi dengan respiratory burst (RB) dan merupakan pembentuk dasar sistem antibakteri yang terdapat pada tubuh ikan (Rawling et al. 2012). Nilai RB ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang pisang sebesar 0,25 dan meningkat pada perlakuan A, B, dan C selama pemberian ekstrak batang pisang. RB meningkatkan konsumsi oksigen yang dapat mengakibatkan pembentukan anion superoksida serta dipercepat oleh NADPH-oksidase yang merupakan multi komponen enzim yang terpasang pada permukaan bagian dalam membran plasma setelah terjadinya aktifasi untuk melakukan fagositik (Azhar 2014). Peningkatan nilai RB ikan lele pada perlakuan C yang setelah uji tantang menunjukkan bahwa dosis 6 g/kg ekstrak batang pisang yang diberi melalui pakan mampu meningkatkan konsumsi oksigen untuk melawan sel bakteri.
Kadar hemoglobin (Hb) sebelum hingga selama pemberian ekstrak batang pisang mengalami peningkatan dan berada pada kisaran 6,73-8,00 g%. Kadar Hb setelah uji tantang juga mengalami peningkatan dan kadar tertinggi terdapat pada perlakuan C sebesar 10,20 g%. Menurut Purwanti et al. (2014), kadar Hb terkait dengan jumlah eritrosit namun belum tentu berbanding lurus dengan jumlah eritrosit dikarenakan Hb adalah kandungan pigmen sel darah merah. Besar kecilnya nilai Hb yang terkandung dalam sel darah merah menunjukkan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah (Hastuti dan Subandiyono 2011).Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-14 setelah uji tantang sehingga diduga kemampuan mengikat oksigen dalam darah ikan sudah kembali normal dan tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Hasil ini juga ditunjang dari nilai hematokrit (Hc) yang meningkat selama pemberian ekstrak batang pisang maupun setelah uji tantang.
Kadar hematokrit (Hc) merupakan perbandingan antara sel darah merah dengan plasma darah dan berpengaruh terhadap pengaturan sel darah merah (Azhar 2014). Kadar Hc ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang maupun setelah uji tantang tergolong rendah dibandingkan dengan kadar Hc ikan lele sehat yang pada umumnya berada pada kisaran 30,8-45,5% (Angka et al.
1985). Kadar Hc ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang berada pada kisaran 21,29-27,94% dan tertinggi terdapat pada perlakuan A (Tabel 6). Kadar Hc dibawah 30% menunjukkan defisiensi eritrosit dan kadar hematokrit dibawah 22% menunjukkan ikan terkena gejala anemia (Dontriska et al. 2014). Kadar Hc tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah SDM dikarenakan Hc merupakan kekentalan darah sehingga di dalam jumlah SDM yang sedikit belum tentu kadar Hc-nya rendah. Hal ini terlihat pada kadar Hc setelah uji tantang yang meningkat menjadi 31,00-34,51%. Peningkatan kadar Hc setelah uji tantang diduga karena adanya eritrosit muda pada sel darah ikan yang cenderung berukuran lebih besar dan bundar sehingga volume padatan selnya jauh lebih tinggi dibandingkan sel darah normal (Nabib dan Pasaribu 1989).
Jumlah sel darah putih (SDP) meningkat selama pemberian ekstrak batang pisang maupun setelah uji tantang. Jumlah SDP tertinggi selama pemberian ekstrak batang pisang terdapat pada perlakuan C (Tabel 5). Menurut Sukenda et al.
17
Pemberian ekstrak batang pisang melalui pakan dikenali sebagai benda asing oleh tubuh ikan sehingga jumlah SDP meningkat sebagai imunostimulan. Adapun peningkatan jumlah SDP setelah uji tantang dikarenakan adanya infeksi A. hydrophila sehingga ikan mengirimkan SDP yang lebih banyak ke area infeksi dan bekerja dalam memfagosit bakteri yang masuk agar tidak berkembang dan menyebarkan virulensinya (Triyaningsih et al. 2014).
Diferensial leukosit merupakan data yang menunjukkan kinerja SDP pada ikan, yang meliputi neutrofil, limfosit, dan monosit. Neutrofil merupakan sel vakuola yang berisi lisozim guna menghancurkan organisme yang dimakan (Azhar 2014). Menurut Tizard (1988), neutrofil merupakan salah satu jenis sel leukosit yang mampu memfagosit satu kali saja. Persentase neutrofil sebelum diberi perlakuan sebesar 25,67% dan meningkat selama pemberian ekstrak batang pisang pada perlakuan K-, K+, dan A. Pemberian ekstrak batang pisang juga meningkatkan neutrofil setelah uji tantang. Neutrofil bermigrasi ke situs peradangan untuk membunuh bakteri dengan serangkaian reaktif oksigen,
respiratory burst, dan peroksidase yang terkandung dalam neutrofil yang berkontribusi selama proses fagositosis berlangsung (Tavares-Dias dan de Moraes 2007).
Limfosit merupakan sel yang paling banyak terdapat di dalam leukosit yang berfungsi dalam memproduksi antibodi dan zat kimia untuk pertahanan terhadap infeksi (Ayoola 2011). Persentase limfosit sebelum diberi perlakuan sebesar 72,00% dan meningkat pada perlakuan B dan C masing-masing sebesar 79,00% dan C 81,00% selama pemberian ekstrak batang pisang. Ekstrak batang pisang diduga sebagai bahan imunostimulan. Menurut Suprayudi et al. (2006), penambahan bahan-bahan imunostimulan diduga mampu menstimulasi populasi dan aktivitas sel limfosit. Limfosit yang aktif kemudian menerima pesan makrofag yang telah memfagosit antigen yang masuk ke dalam tubuh sehingga membentuk antibodi untuk kekebalan tubuh. Setelah uji tantang, persentase limfosit hanya meningkat pada perlakuan A (65,67±8,62%). Pada penelitian ini, limfosit perlakuan B dan C setelah uji tantang menurun namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan K+. Penurunan persentase ini diduga karena kekebalan tubuh ikan yang diberi perlakuan B dan C sudah terbentuk sejak pemberian pakan sebelum uji tantang sehingga limfosit yang aktif membentuk kekebalan tubuh jauh lebih sedikit dibandingkan dengan K+ dan perlakuan A yang sebelum uji tantang tidak mengalami peningkatan persentase limfosit.
Persentase monosit sebelum diberi perlakuan sebesar 2,33% dan meningkat selama pemberian ekstrak batang pisang pada perlakuan A (13,00%) dan B (6,00%). Peningkatan persentase monosit terjadi pada perlakuan K- (2,67%), K+ (7,67%), dan B (8,50%) setelah uji tantang. Peningkatan persentase diduga karena monosit aktif mengolah antigen untuk persiapan tanggap kebal dan penanda adanya radang sehingga monosit aktif memakan bakteri penyebab radang (Tizard 1988; Angka 2005). Monosit pada ikan teleostei memiliki kemampuan yang tinggi dalam memfagosit sel sehingga berpotensi dalam pertahanan antimikroba intraseluler (Rieger dan Barreda 2011).
18
dalam lainnya seperti ginjal, hati, dan usus. Berdasarkan hasil penelitian, pada perlakuan K+ terlihat tukak/ulcer yang besar di bagian punggung badan hingga tulang terlihat dan terdapat pembengkakan pada organ hati dan usus. Organ ginjal berukuran normal hanya saja warnanya memucat dan terlihat adanya bintik hijau. Kulit luar tubuh pada perlakuan A, B, dan C terkelupas hingga daging terlihat. Namun, pada pengamatan organ dalam hanya organ usus saja yang mengalami pembengkakan, sedangkan pada organ hati dan ginjal berukuran normal dan hanya mengalami perubahan warna. Adapun pada perlakuan K- tidak ditemukan adanya tukak/ulcer dan pada organ dalam (hati, ginjal, dan usus) berukuran normal (tidak membengkak) dan masih berwarna cerah (tidak mengalami perubahan warna). Gejala klinis dan pengamatan organ dalam pada penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja ekstrak batang pisang yang utama bukan mencegah maupun mengurangi infeksi serangan bakteri A. hydrophila, melainkan lebih mengarah ke imunostimulan dengan melihat beberapa parameter hematologi darah yang sudah dibahas pada beberapa paragraf sebelumnya.
Kisaran suhu pada media pemeliharaan semua perlakuan masih dalam kisaran normal yakni 26,5–28,9 oC. Nilai pH juga masih dalam batas toleransi sebesar 6,43-8,38. Kisaran nilai DO dalam media pemeliharaan semua perlakuan juga melebihi 4 mg/L yang merupakan nilai minimum untuk ikan catfish. Kandungan amonia juga berada di bawah angka 0,01 mg/L. Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa media pemeliharaan masih berada dalam batas toleransi normal dan tergolong layak untuk budidaya ikan lele (Tabel 2).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penambahan ekstrak batang pisang melalui pakan pada perlakuan C (dosis 6 g/kg pakan) menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele sebesar 81,25±26,52% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan K+ sebesar 45,83±14,43%.
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Advena D, Mulyani S, Fridarti. 2014. Fermentasi batang pisang menggunakan probiotik dan lama inkubasi berbeda terhadap perubahan kandungan bahan kering, protein kasar dan serat kasar. Jurnal Fakultas Pertanian. Program Studi Peternakan. Padang (ID): Universitas Taman Siswa.
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau (ID): Unri Press.
Angka SL, Wongkar GT, Karwani. 1985. Blood picture and bacteria isolated from ulcered and crooked-black Clarias batrachus. Symposium on Practice Measure for Preventing and Controlling Fish Disease. Bogor, Indonesia.
Angka SL. 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicemia pada ikan lele dumbo Clarias sp.: patologi, pencegahan dan pengobatannya dengan fitofarmaka [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Apriasari ML, Iskandar, Suhartono. 2014. Bioactive compound and antioxidant activity of methanol extract Mauli bananas Musa sp. stem. International Journal of Bioscience, Biochemistry, and Bioinformatics. 4: 110-115.
Ayoola SO. 2011. Haematological characteristics of Clarias gariepinus (Buchell, 1822) juveniles fed with poultry hatchery waste. Iranica Journal of Energy & Environment. 2: 18-23.
Azhar F. 2014. Pengaruh pemberian probiotik dan prebiotik terhadap performan juvenile ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis. Buletin Veteriner Udayana.
6: 1-9.
Cipriano RG. 2001. Aeromonas hydrophila and Motile Aeromonad Septicemia of fish. Fish Disease leaflet of the US fish and wildlife service. 68: 1-24.
Darma RG, Sarjito, Haditomo AHC. 2014. Efikasi perendaman ekstrak sambiloto
Andrographis paniculata Ness dengan salinitas berbeda dan pengaruhnya pada kelulushidupan serta indeks fagositosis ikan nila Oreochromis niloticus yang diinfeksi Aeromonas hydrophila. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3: 222-229.
Dewoto HR. 2007. Pengembangan obat tradisional menjadi fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia. 57: 205-211.
Dontriska, Sasanti AD, Yulisman. 2014. Efektivitas tepung jintan hitam Nigella sativa untuk mencegah infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan patin. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2: 188-201.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.
El-Qusairi A. 2011. Evaluasi kualitas dan kecernaan kulit singkong, biji karet, kopra, biji kapuk, dan palm kernel meal difermentasi Saccharomyces cerevisiae pada juvenil ikan nila Oreochromis niloticus [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gardenia L, Koesharyani I, Supriyadi H, Mufidah T. 2010. Aplikasi deteksi
Aeromonas hydrophila penghasil aerolysin dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 877-883.
Hartika R, Mustahal, Putra AN. 2014. Gambaran darah ikan nila Oreochromis niloticus dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan.
20
Hastuti S, Subandiyono. 2011. Performa hematologis ikan lele dumbo Clarias gariepinus dan kualitas air media pada sistim budidaya dengan penerapan kolam biofiltrasi. Jurnal Saintek Perikanan. 6: 1-5.
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Kamaluddin I. 2011. Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera untuk pengobatan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. melalui pakan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[KKP] Kementerian Kelautan Perikanan. 2013. Statistik menakar target ikan air tawar tahun 2013 [internet]. [diacu 25 Mei 2015]. Tersedia dari: www.djpb.kkp.go.id.
Lukistyowati I, Kurniasih. 2012. Pelacakan gen aerolysin dari Aeromonas hydrophila pada ikan mas yang diberi pakan ekstrak bawang putih. Jurnal Veteriner. 13: 43-50.
Malangngi LP, Sangi MS, Paendong JEJ. 2012. Penentuan kandungan tanin dan uji Aktivitas antioksidan ekstrak biji buah alpukat Persea americana Mill.
Jurnal MIPA Unsrat Online. 1: 5-10.
Maswan NA. 2009. Pengujian efektivitas dosis vaksin DNA dan korelasinya terhadap parameter hematologi secara kuantitatif [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Matofani AS, Hastuti S, Basuki F. 2013. Profil darah ikan nila kunti Oreochromis niloticus yang diinjeksi Streptococcus agalactiae dengan kepadatan berbeda.
Journal of Aquaculture Management and Technology. 2: 64-72.
Munadjim. 1983. Teknologi Pengolahan Pisang. Jakarta (ID): PT Gramedia. Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ningsih AP, Nurmiati, Agustien A. 2013. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kental tanaman pisang kepok kuning Musa paradisiaca Lim terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2: 207-213. Priosoeryanto BP, Huminto H, Wientarsih I, Estuningsih S. 2006. Aktivitas getah
batang pohon pisang dalam proses persembahan luka dan efek kosmetik nya pada hewan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwanti SC, Suminto, Sudaryono A. 2014. Gambaran profil darah ikan lele dumbo Clarias gariepinus yang diberi pakan dengan kombinasi pakan buatan dan cacing tanah Lumbricus rubellus. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3: 53-60.
Rawling MD, Merrifield DL, Snelgrove DL, Kuhlwein H, Adams A, Davies SJ. 2012. Haemato-immunogical and growth response of mirror carp Cyprinus carpio fed a tropical earthworm meal in experimental diets. Fish and Selfish Immunology. 32: 1002-1007.
Reed LJ, Muench H. 1938. A simple method of estimating fifty percent endpoints.
The American Journal of Hygiene. 27: 493-497.
Rieger AM, Barreda DR. 2011. Antimicrobial mechanisms of fish leukocytes.
Developmental and Comparative Immunology. 35: 1238–1245
21
control in white shrimp Litopenaeus vannamei. Journal Udayana [on progress publishing].
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 01- 6484.4 - 2000. Produksi benih ikan lele dumbo Clarias gariepinus × Clarias fuscus kelas benih sebar. Indonesia (ID): BSN.
Sukenda, Jamal L, Wahjuningrum D, Hasan A. 2008. Penggunaan kitosan untuk pencegahan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 7: 161-171.
Suprayudi MA, Indriastuti L, Setiawati M. 2006. Pengaruh penambahan bahan-bahan imunostimulan dalam formulasi pakan buatan terhadap respons imunitas dan pertumbuhan ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5: 77-86.
Tavares-Dias M, de Moraes FR. 2007. Leukocyte and thrombocyte reference values for channel catfish Ictalurus punctatus Raf, with an assessment of morphologic, cytochemical, and ultrastructural features. Veterinary Clinical Pathology. 36: 49-54.
Tizard IR. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya (ID): Airlangga University Press.
Triyaningsih, Sarjito, Prayitno SB. 2014. Patogenitas Aeromonas hydrophila yang diisolasi dari lele dumbo Clarias gariepinus dari Boyolali. Jurnal Teknologi dan Manajemen Akuakultur. 3: 11-17.
Wahjuningrum D, Astrini R, Setiawati M. 2013. Pencegahan infeksi Aeromonas hydrophila pada benih ikan lele Clarias sp. yang berumur 11 hari menggunakan bawang putih Allium sativum dan meniran Phyllanthus niruri.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 12: 94-104.
Yanto H, Hasan H, Sunarto. 2015. Studi hematologi untuk diagnosa penyakit ikan secara dini di seentra produksi budidaya ikan air tawar di sungai Kapuas kota Pontianak. Jurnal Akuatika. 6: 11-20.
22
Lampiran 1 Hasil uji biokimia bakteri A.hydrophila
Karakteristik Hasil uji Austin (2012)
Pewarnaan gram Negatif Negatif
Bentuk sel Batang Batang
O/F Fermentatif (F) Fermentatif (F)
Katalase + +
Oksidase + +
Motilitas + +
Lampiran 2 Perhitungan nilai LD50 Kepadatan bakteri
(CFU/mL)
Jumlah ikan mati (ekor)
Jumlah ikan hidup (ekor)
Ratio kematian
Kematian (%)
108 6 0 1 100
107 5 1 0,83 83
106 2 4 0,33 33
Selang proporsi =
=
= 0,66
log negatif LD50 = log negatif konsentrasi di atas 50% + selang proporsi
= (-7) + 0,66
= (-6,34) LD50 = 10
6,34
106 CFU/mL
LD50 yang diperoleh sebesar 10 6
CFU/mL menunjukkan bahwa bakteri A. hydrophila pada kepadatan 106 CFU/mL mengakibatkan kematian populasi ikan lele sebanyak 50% dalam waktu 7 hari.
Lampiran 3 Perhitungan pembuatan pakan uji
Campuran ekstrak (mL) = 10 % x total pakan (g) = 10 % x 1000 g
= 100 mL
Campuran putih telur (mL) = 2 % x campuran ekstrak = 2 % x 100 mL
= 2 mL + 98 mL akuades
Campuran ekstrak ke dalam pakan
● A (2 g/kg) = 2 g + 98 mL campuran putih telur
● B (4 g/kg) = 4 g + 96 mL campuran putih telur
23
Lampiran 4 Gejala Klinis ikan lele yang teramati setelah uji tantang
1
2
3
1
2
3
Perlakuan K+ (kontrol positif): 1. Hati bengkak, kuning pucat; 2. Ginjal normal, merah pucat; 3. Usus bengkak, terdapat lendir warna kuning
Perlakuan A (2 g/kg pakan): 1. Hati normal, kuning pucat; 2. Ginjal normal, merah pucat; 3. Usus bengkak, kuning cerah, tidak terdapat sisa makanan
Perlakuan B (4 g/kg pakan): 1. Hati normal namun sedikit hancur, kuning pucat; 2. Ginjal normal, merah pucat; 3. Usus normal, kuning pucat, tidak terdapat sisa makanan
Perlakuan C (6 g/kg pakan): 1. Hati normal, pink pucat; 2. Ginjal normal, merah pucat; 3. Usus bengkak, kuning pucat, terdapat sisa makanan
1
2
3
1
2
3
Perlakuan K- (kontrol negatif): 1. Hati normal, merah kecoklatan; 2. Ginjal normal, merah kecoklatan; 3. Usus normal, kuning cerah, terdapat sisa makanan makanan
kuning
1
2
24
Lampiran 5 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ANOVA
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 4,923 4 8 0,027
Setelah Uji Tantang 7,648 4 8 0,008
Uji Duncan Selama Pemberian Uji Duncan Setelah Uji Tantang Ekstrak Batang Pisang
Lampiran 6 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang
ANOVA
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 1,561 4 8 0,274
25
Uji Duncan Selama Pemberian Uji Duncan Setelah Uji Tantang Ekstrak Batang Pisang
Lampiran 7 Analisis statistik konversi pakan (KP) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang
ANOVA
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 1,894 4 8 0,205
Setelah Uji Tantang 5,443 4 8 0,020
Lampiran 8 Analisis statistik laju pertumbuhan harian (LPH) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang
26
Uji Homogenitas dan Ragam
Statistik levene df1 df2 Sig.
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 3,261 4 8 0,073
Setelah Uji Tantang 0,693 4 8 0,617
Uji Duncan Selama Pemberian Uji Duncan Setelah Uji Tantang Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan N α= 0,05 Perlakuan N α= 0,05
1 1
A 3 2,82 A 3 3,85
K+ 3 2,83 K- 3 3,97
C 2 3,44 B 2 4,50
K- 3 3,53 K+ 3 4,54
B 2 3,61 C 2 4,61
Sig. 0,13 Sig. 0,62
Lampiran 9 Analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak (L) ikan lele selama pemberian ekstrak batang pisang dan setelah uji tantang ANOVA
Jumlah
Kuadrat DB
Kuadrat
Tengah F P
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan 0,451 4 0,113 2,057 0,179
Galat 0,438 8 0,055
Total 0,889 12
Setelah Uji Tantang
Perlakuan 3,679 4 0,920 0,947 0,485
Galat 7,773 8 0,972
Total 11,452 12
Uji Homogenitas dan Ragam
Statistik levene df1 df2 Sig.
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 3,693 4 8 0,055
Setelah Uji Tantang 0,636 4 8 0,651
Uji Duncan Selama Pemberian Uji Duncan Setelah Uji Tantang Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan N α= 0,05 Perlakuan N α= 0,05
1 1
A 3 2,63 B 2 1,20
K+ 3 2,80 K- 3 1,37
B 2 2,90 A 3 1,80
C 2 3,05 C 2 2,10
K- 3 3,13 K+ 3 2,67
27
Lampiran 10 Analisis statistik sel darah merah (SDM) ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang
ANOVA
Jumlah Kuadrat DB
Kuadrat
Tengah F P
Sebelum
Pemberian Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan 0,081 4 0,020 0,198 0,933
Galat 0,818 8 0,102
Total 0,898 12
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan 0,266 4 0,067 1,722 0,238
Galat 0,309 8 0,039
Total 0,576 12
Setelah Uji Tantang
Perlakuan 0,388 4 0,097 4,168 0,041
Galat 0,186 8 0,023
Total 0,574 12
Uji Homogenitas dan Ragam
Statistik levene df1 df2 Sig.
Sebelum Pemberian Ekstrak Batang Pisang 2,568 4 8 0,119
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 3,228 4 8 0,074
Setelah Uji Tantang 1,439 4 8 0,306
Uji Duncan Sebelum Pemberian Uji Duncan Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan N α= 0,05 Perlakuan N α= 0,05
1 1 2
B 2 1,31 B 2 1,14
K- 3 1,39 K+ 3 1,23 1,23
A 3 1,39 A 3 1,36 1,36
K+ 3 1,39 K- 3 1,38 1,38
C 2 1,58 C 2 1,61
Sig. 0,40 Sig. 0,23 0,08
Uji Duncan Setelah Uji Tantang
Perlakuan N α= 0,05
1 2 3
K+ 3 0,82
B 2 0,87 0,87
A 3 1,04 1,04 1,04
K- 3 1,19 1,19
C 2 1,29
28
Lampiran 11 Analisis statistik sel darah putih (SDP) ikan lele sebelum pemberian ekstrak batang pisang, selama pemberian ekstrak batang pisang, dan setelah uji tantang
ANOVA
Jumlah Kuadrat DB
Kuadrat
Tengah F P
Sebelum
Pemberian Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan 3,183 4 0,796 0,244 0,906
Galat 26,125 8 3,266
Total 29,308 12
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang
Perlakuan 8,524 4 2,131 0,614 0,664
Galat 27,745 8 3,468
Total 36,269 12
Setelah Uji Tantang
Perlakuan 10,196 4 2,549 3,068 0,083
Galat 6,647 8 0,831
Total 16,843 12
Uji Homogenitas dan Ragam
Statistik levene df1 df2 Sig.
Sebelum Pemberian Ekstrak Batang Pisang 1,808 4 8 0,221
Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang 1,661 4 8 0,251
Setelah Uji Tantang 2,509 4 8 0,125
Uji Duncan Sebelum Pemberian Uji Duncan Selama Pemberian Ekstrak Batang Pisang Ekstrak Batang Pisang
Uji Duncan Setelah Uji Tantang
Perlakuan N α= 0,05
1 2
C 2 9,00
K- 3 9,37 9,37
B 2 9,80 9,80
K+ 3 11,00 11,00
A 3 11,20
Sig. 0,05 0,07
Perlakuan N α= 0,05 Perlakuan N α= 0,05
1 1
B 2 4,20 K- 3 7,23
K- 3 4,87 B 2 8,05
A 3 4,87 K+ 3 8,33
K+ 3 4,87 A 3 9,17
C 2 5,95 C 2 9,50