• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Partisipasi Dan Taraf Hidup Penerima Program Umkm Pt Itp Di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Partisipasi Dan Taraf Hidup Penerima Program Umkm Pt Itp Di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP

PENERIMA PROGRAM UMKM PT ITP DI DESA LULUT,

KLAPANUNGGAL, BOGOR

DWI YUNI ATIK

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Dwi Yuni Atik

(4)
(5)

ABSTRAK

DWI YUNI ATIK. Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN.

CSR merupakan bentuk kontribusi perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat partisipasi penerima program UMKM, efektivitas program UMKM, taraf hidup penerima program UMKM, hubungan antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program UMKM, efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program, dan tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima program UMKM. Penelitian ini menggunakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi penerima program UMKM tergolong non-participation, efektivitas program UMKM tergolong tinggi dan taraf hidup penerima program UMKM mayoritas rendah. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan efektivitas program UMKM, kemudian juga antara efektivitas program UMKM dengan taraf hidup penerima program. Selain itu terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup penerima program UMKM.

Kata kunci: partisipasi, efektivitas program UMKM, taraf hidup, CSR

ABSTRACT

DWI YUNI ATIK. The Analysis of participation level and strandard of living of the beneficaries of UMKM PT ITP program at Lulut Village, Klapanunggal, Bogor. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI DAN TARAF HIDUP

PENERIMA PROGRAM UMKM ITP DI DESA LULUT,

KLAPANUNGGAL, BOGOR

DWI YUNI ATIK

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup Penerima Program UMKM PT ITP di Desa Lulut, Klapanunggal, Bogor” ini dengan baik. Laporan skripsi ini ditujukan untuk mendapat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Sukirman dan Ibunda Sarini atas doa, kasih sayang dan perjuangan untuk penulis, kakak tercinta Rini Utami, serta kepada Adi Kurniawan atas dukungan dan doanya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ir Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai pembimbing yang dengan sabar membimbing, memberikan saran, masukan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan hingga penyelesaian laporan skripsi ini. Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir Murdianto, MS sebagai dosen penguji utama dan dosen uji petik, Martua Sihaloho, Sp, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen, serta Ir Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen uji petik. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada PT Indocement Tunggal Prakarsa yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian mengenai program CSR di salah satu desa binaan. Pemerintah Desa Lulut beserta masyarakat Desa Lulut penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang telah membagi cerita, pengalaman hidup serta ilmu kepada penulis. Tidak lupa ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman SKPM 48, terutama kepada Ike Rosmanita, Indah Erina Priska, Maria Magdalena Bagariang, Fitri Hilmi Hikmayanti, Nur Apriyani dan Qoyyimal Jauziyah atas semangat yang diberikan.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

PENDEKATAN TEORETIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis Penelitian 14

Definisi Operasional 15

PENDEKATAN LAPANGAN 19

Metode Penelitian 19

Lokasi dan Waktu Penelitian 19

Teknik Pengambilan Responden dan Informan 20

Teknik Pengumpulan Data 21

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 22

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, PROGRAM CSR DAN LOKASI

PENELITIAN 23

Profil Perusahaan 23

Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa 27

Profil Desa Lulut 31

Ikhtisar 35

PROGRAM UMKM 37

Perencanaan 37

Pelaksanaan 38

(14)

Evaluasi 39

Ikhtisar 39

TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS PROGRAM UMKM, DAN

TARAF HIDUP PENERIMA PROGRAM 41

Tingkat Partisipasi Penerima Program 41

Efektivitas Program 46

Taraf Hidup Penerima Program UMKM di Desa Lulut 52

Ikhtisar 53

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI, EFEKTIVITAS

PROGRAM UMKM, DAN TARAF HIDUP 55

Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program dengan Efektivitas

Program UMKM 55

Hubungan Efektivitas Program UMKM dengan Taraf Hidup Penerima

Program 56

Hubungan Tingkat Partisipasi Penerima Program UMKM dengan Taraf

Hidup Penerima Program 58

Ikhtisar 59

SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 65

(15)

DAFTAR TABEL

1 P

erbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program. 10

2 P

engukuran skor tingkat partisipasi 15

3 P

engukuran skor efektivitas program 16

4 P

endekatan penelitian 20

5 J

enis dan metode pengumpulan data 21

6 D

esa Lulut berdasarkan Dusun, RW, dan RT 32

7 J

umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis

kelamin pada tahun 2009 dan 2013 32

8 J

umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan

pendidikan tahun 2009 dan 2013 32

9 J

umlah dan persentase masyarakat Desa Lulut berdasarkan tingkat

kesejahteraan tahun 2005 33

10 J

umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan etnis dan

jenis kelamin tahun 2009. 33

11 J

umlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan Agama

dan jenis kelamin tahun 2009 34

12 L

aju perubahan penggunaan lahan di Desa Lulut tahun 2008 35

13 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi

tahun 2014 41

14 P

erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan

tingkat partisipasi tahun 2014 42

15 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan program, tahun 2014 43

16 J

(16)

Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan program, tahun 2014 44

17 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan manfaat program, tahun 2014 45

18 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi

pada tahap evaluasi program, tahun 2014 46

19 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program,

tahun 2014 47

20 P

erbandingan jumlah dan persentase penerima program antara UMKM ITP dengan UMKM ITP-Bank Mandiri berdasarkan

efektivitas program UMKM tahun 2014 48

21 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat manfaat

program, tahun 2014 49

22 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat kesesuaian

program, tahun 2014 49

23 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat keberlanjutan

program, tahun 2014 50

24 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat

pemberdayaan, tahun 2014 51

25 S

kor taraf hidup dan kategori penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut tahun 2014 53

26 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan taraf hidup, tahun

2014 53

27 J

umlah dan persentase penerima prgram UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi

dan efektivitas program tahun 2014 56

28 J

(17)

Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program

dan taraf hidup tahun 2014 57

29 J

umlah dan persentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan tingkat partisipasi

dan taraf hidup tahun 2014 58

DAFTAR GAMBAR

1 K

erangka pemikiran 14

2 S

truktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa 26

3 S

truktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal

Prakarsa Unit Citeureup 29

4 P

ersentase penerima program berdasarkan tingkat partisipasi dalam program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa

Lulut tahun 2014. 42

5 P

ersentase penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut berdasarkan efektivitas program, tahun

2014 47

DAFTAR LAMPIRAN

1 J

adwal pelaksanaan penelitian 65

2 S

ketsa Desa Lulut 66

3 A

nggota penerima program UMKM di Desa Lulut 67

4 H

asil penghitungan skor taraf hidup penerima program UMKM PT

Indocement Tunggal Prakarsa 68

5 H

asil uji korelasi Rank Spearman 69

6 D

okumentasi 71

7 K

uesioner 72

8 P

anduan Pertanyaan Wawancara Mendalam 77

9 T

(18)
(19)

63

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia telah dimulai sejak masa pemerintahan kolonial Belanda, ini tidak berselang lama dari revolusi industri yang terjadi di Inggris pada akhir abad ke-19. Sejak saat itu mulai berdiri pabrik-pabrik di Indonesia mulai dari pabrik yang berskala kecil, menengah, hingga berskala besar. Beberapa dasawarsa silam, investasi pembangunan pabrik berskala besar masih terkonsentrasi di kota-kota besar tempat pusat-pusat pemerintahan berada. Belakangan ini, para investor mulai melirik daerah pedesaan untuk menanamkan investasi. Hadirnya industri-industri tersebut berdampak pada perubahan kehidupan masyarakat pedesaan. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan di sektor pertanian yang selama ini telah menjadi tumpuan hidup masyarakat lokal bisa jadi semakin sempit. Sebagai alternatif pilihan, masyarakat lokal mencoba untuk menjadi karyawan di salah satu perusahan yang berdiri di daerahnya tersebut dengan modal pendidikan yang rendah dan kemampuan industrial yang kurang memadai. Keberadaan industri-industri di pedesaan seharusnya mampu menyerap banyak tenaga kerja lokal, namun kenyataannya karyawan yang dipekerjakan lebih banyak dan bahkan didominasi oleh masyarakat yang berasal dari luar daerah yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dari masyarakat setempat. Posisi-posisi tinggi dalam perusahaan pun banyak diisi oleh masyarakat pendatang. Hal ini berarti perusahaan telah gagal dalam menyerap tenaga kerja lokal secara maksimal.

Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, perusahaan yang memanfaatkan kekayaan sumber daya alam mempunyai kewajiban untuk memberdayakan masyarakat sekitar tersebut melalui program Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility

(CSR). Sebagaimana yang terdapat pada Undang-undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab V pasal 74, perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan (UUPT 2007).

Berdasarkan aturan yang terdapat pada UU-PT tersebut berarti setiap perusahaan wajib menganggarkan dana perusahaannya untuk mendanai kegiatan-kegiatan untuk pemberdayaan masyarakat. Adanya kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dari perusahaan ini diharapkan masyarakat yang tidak mampu mengakses manfaat keberadaan perusahaan secara langsung -dalam hal penyerapan tenaga kerja- bisa mendapatkan manfaat atas keberadaan perusahaan secara tidak langsung melalui keikutsertaan mereka dalam program pemberdayaan tersebut.

(20)

2

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, keberadaan perusahaan harus mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya masyarakat penerima program. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Zainal yang dikutip dalam Laporan akhir studi mengenai persepsi masyarakat desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP; IPB 2011), bahwa pertama, CSR merupakan komitmen bisnis. Kedua, CSR berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat. Ketiga, karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas, pemerintah dan keseluruhan merupakan dimensi-dimensi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan CSR.

Selain itu, pelaksanaan CSR oleh perusahaan juga harus memperhatikan prinsip Triple Bottom Line milik John Elkington yang dikutip oleh Hadi seperti dikutip oleh Saputra (2012). Prinsip Triple Bottom Line ini terdiri dari profit, people dan planet. Menurut pendekatan ini, perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi juga harus berkontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan menjaga kelestarian lingkungan hidup (planet). Akan tetapi kenyataannya banyak perusahaan yang melaksanakan program CSR-nya hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban atau untuk menjaga citra perusahaannya saja. Lebih parahnya lagi setelah terjadi konflik dengan masyarakat lokal, perusahaan baru melaksanakan program CSR. Akibatnya, banyak program pemberdayaan dilaksanakan tanpa persiapan dan perencanaan yang matang. Banyak program yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan tidak jarang pula program hanya bersifat top-down dalam arti masyarakat hanya melaksanakan program yang sudah “jadi”. Hal ini berarti masyarakat tidak dilibatkan untuk berpartisipasi penuh dalam keseluruhan rangkaian program, meliputi perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan, hasil, dan evaluasi. Pelaksanaan program CSR yang tidak melibatkan partisipasi aktif dari masyarakatnya akan mengakibatkan program tersebut tidak dapat berkelanjutan dan terlebih akan sulit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut. Misalnya saja PT Freeport Indonesia. Menurut hasil penelitian Anatan (2009), perusahaan ini menggunakan tanah adat untuk pertambangan sehingga hal ini menyebabkan kerusakan lingkungan dan justru menghancurkan perekonomian rakyat.

(21)

3 disaat terjadinya konflik diantara PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan masyarakat desa binaan, termasuk Desa Lulut. Disaat terjadi konflik atau pasca konflik, CSR memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembalikan keharmonisan hubungan diantara perusahaan dan masyarakat. CSR juga berfungsi untuk mencegah terjadinya konflik diantara perusahaan dan masyarakat. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pemberian kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam setiap kegiatan atau pun program yang dilaksanakan oleh perusahaan. Melalui partisipasi aktif, akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) pada diri masyarakat sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan efektif dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat. Maka dari itu, menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai sejauh mana tingkat partisipasi penerima program UMKM CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa mampu meningkatkan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut?

Masalah Penelitian

Program Corporate Social Responsibility merupakan wujud tanggung jawab perusahaan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. Salah satu program CSR yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah program UMKM. Setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk program UMKM, seharusnya melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam setiap tahapan program mulai dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi program. Pada setiap tahapan program tersebut perlu dilihat bagaimana tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut? Selanjutnya dari pelakasanaan program CSR ini dapat dianalisis bagaimana efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa? Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa keberadaan CSR adalah untuk memberikan manfaat kepada masyarakat desa binaan khususnya program UMKM yang diadakan untuk tujuan peningkatan taraf hidup masyarakat. Maka dari itu perlu dianalisis mengenai bagaimana taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut?

Program CSR sudah seharusnya melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam setiap tahapan program, namun dalam kenyataannya tidak sedikit yang melibatkan masyarakat hanya sebagai formalitas saja, sehingga program yang dijalankan kurang efektif dan sesuai. Menurut Irwanto dan Prabowo (2010), partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penentu efektivitas program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga menjadi menarik untuk mengkaji sejauh mana hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut?

(22)

4

masyarakat Desa Lulut saat ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan PT Indocement Tunggal Prakarsa karena hadirnya perusahaan ini telah menyebabkan perubahan mata pencaharian masyarakat yang awalnya mayoritas berada pada sektor pertanian, kini harus beralih ke sektor industri dan jasa karena konversi lahan pertanian yang terjadi (ITP; IPB 2012). Hal ini tentunya menyebabkan perubahan pula pada kondisi taraf hidup masyarakat Desa Lulut, kemudian melalui program CSR inilah tugas perusahaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Lulut. Sehingga pertanyaan yang diajukan yaitu sejauh mana hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut? Selanjutnya melalui pemberian ruang kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pemberdayaan yang diadakan oleh CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terlibat. Pertanyaan terakhir yang diajukan pada penelitian ini yaitu sejauh mana hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut?

Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam program UMKM CSR di Desa Lulut ini bertujuan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai:

1. Tingkat partisipasi penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.

2. Efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa.

3. Taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.

4. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.

5. Hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut.

6. Hubungan tingkat partisipasi penerima program dengan taraf hidup penerima program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa di Desa Lulut.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak, diantara lain: 1. Akademisi

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR dengan taraf hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan mengenai CSR dan taraf hidup.

2. Perusahaan

(23)

5 kebutuhan masyarakat dan dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat khususnya penerima program CSR.

3. Masyarakat.

(24)
(25)

7

PENDEKATAN TEORETIS

Tinjauan Pustaka

Partisipasi

1. Definisi Partisipasi

Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor yang penting untuk diperhatikan. Menurut Arnstein (1969), partisipasi masyarakat merupakan istilah kategoris untuk kekuasaan warga negara yang merupakan redistribusi kekuasaan yang memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi. Ikut serta dalam proses politik ini meliputi proses pengambilan keputusan, menetapkan tujuan dan kebijakan, melaksanakan program dan merasakan manfaat. Sedangkan Uphoff et al. (1979) menganggap partisipasi adalah sebuah istilah deskriptif yang menjelaskan keterlibatan banyak orang dalam situasi atau aksi yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka seperti pendapatan, rasa aman, dan penghargan diri. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat dibedakan bahwa dalam memahami konsep partisipasi, Arnstein menekankan pada redistribusi kekuasaan kepada masyarakat miskin dalam proses politik dan ekonomi, sedangkan Uphoff et al. menekankan pada keterlibatan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Akan tetapi, dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya dengan partisipasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya dapat diukur dari kondisi taraf hidup masyarakat.

2. Tingkatan Partisipasi

Keterlibatan masing-masing stakeholder dalam sebuah program CSR memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Menurut Kaho seperti yang dikutip oleh Kali (2011), partisipasi masyarakat dapat terjadi pada empat tahap, yaitu partisipasi dalam proses pembuatan keputusan, partisipasi dalam proses pelaksanaan, partisipasi dalam pengambilan manfaat, serta partisipasi saat evaluasi. Tingkatan partisipasi menurut Kaho ini hampir sama dengan pandangan Uphoff et al. (1979) yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam implementasi, partisipasi dalam pemanfaatan, dan partisipasi dalam evaluasi.

1. Pengambilan keputusan (decision-making) atau tahap perencanaan

Jenis partisipasi ini berpusat pada penggalian ide, perumusan pilihan, melakukan evaluasi pilihan-pilihan tersebut, dan pengambilan keputusan dari pilihan-pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk melaksanakan pilihan yang telah ditetapkan.

2. Implementasi (implementation)

(26)

8

untuk proyek-proyek yang berusaha untuk menggabungkan sumber daya lokal dalam pelaksanaannya. Partisipasi dalam administrasi dan koordinasi proyek merupakan cara dimana masyarakat dapat berpartisipasi sebagai karyawan lokal, atau sebagai anggota dari berbagai proyek penasehat atau pengambilan keputusan. Kemudian bentuk partisipasi dalam implementasi yang paling umum adalah dengan mendaftar dalam program.

3. Pengambilan manfaat (benefits)

Partisipasi masyarakat untuk mendaftar ke dalam suatu proyek dapat menghasilkan paling tidak tiga manfaat yang mungkin, yaitu manfaat material, sosial, dan pribadi. Partisipasi dalam mendapatkan manfaat merupakan tujuan yang diinginkan, hal ini dapat terwujud melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi. Manfaat material pada dasarnya berupa barang-barang privat (private goods), misalnya peningkatan konsumsi, pendapatan, ataupun kepemilikan aset. Sedangkan manfaat sosial pada dasarnya adalah barang publik (public goods), misalnya pelayanan fasilitas seperti sekolah, klinik kesehatan, sistem irigasi, atau pembangunan jalan. Manfaat pribadi biasanya adalah yang paling diinginkan, namun seringkali tidak dapat tercapai karena manfaat ini cenderung hanya dapat dirasakan oleh anggota kelompok atau sektor yang mempunyai lebih banyak kekuatan sosial dan politik.

4. Evaluasi (evaluation)

Partisipasi langsung atau tidak langsung dapat terjadi dengan evaluasi proyek-berpusat. Kemungkinan besar masyarakat setempat atau pemimpin lokal tidak akan berpartisipasi dalam mengevaluasi proyek, kecuali evaluasi secara khusus diatur dalam desain proyek. Aparat pemerintah mungkin akan dilibatkan dalam mengulas anggaran tahunan proyek, namun pada level lokal tidak ada yang dilibatkan.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Arnstein (1969) menganalisis tingkatan partisipasi masyarakat dengan menggunakan tipologi delapan tingkat partisipasi yang diatur dalam pola anak tangga dengan masing-masing anak tangga tersebut menggambarkan tingkat kekuasaan masyarakat dalam menentukan hasil akhir. Delapan anak yangga tersebut secara berurutan dari bawah ke atas yaitu

manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated power, dan citizen control. Delapan anak tangga ini menggambarkan tipologi tingkatan partisipasi sebagai berikut:

1. Nonparticipation (tidak ada partisipasi)

Tipologi yang pertama ini ditempati oleh dua anak tangga terbawah yaitu manipulasi (manipulation) dan terapi (therapy). Dua tingkat non-partisipasi ini telah didesain oleh beberapa orang untuk menggantikan partisipasi yang sesungguhnya. Tujuan sebenarnya bukan untuk memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan atau pelaksanaan program, tetapi hanya sekedar sosialisasi agar masayarakat tidak marah. 2. Degrees of tokenism (derajat penghargaan)

Tingkat partisipasi yang menggambarkan adanya tingkat penghargaan adalah tingkat partisipasi pada anak tangga informasi (informing), konsultasi

(27)

9 mereka akan diperhatikan oleh mereka yang berkuasa. Ketika partisipasi dibatasi pada tahap ini maka tidak ada jaminan bagi masyarakat miskin dan masyarakat yang tidak punya kekuasaan untuk bisa mengubah keputusan. Tangga placation menggambarkan penghargaan pada tingkatan yang lebih tinggi. Tingkatan ini memungkinkan masyarakat miskin untuk menasehati atau berpendapat, namun keputusan tetap menjadi hak pemegang kekuasaan (powerholder).

3. Degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat)

Tipologi tertinggi ini terdapat tiga anak tangga yaitu partnership, delegated power, dan citizen control. Anak tangga 6, Partnership, memungkinkan masyarakat untuk bernegosiasi dan terlibat tawar-menawar dengan pemegang kekuasaan tradisional. Anak tangga paling atas, yaitu delegasi kewenangan (anak tangga 7) dan kontrol masyarakat (anak tangga 8) memungkinkan warga negara miskin memperoleh kesempatan paling besar dalam pengambilan keputusan.

Arnstein menjelaskan partisipasi ke dalam tipologi yang sifatnya bertingkat (hirearkhi) berdasarkan seberapa besar kekuasaan masyarakat untuk mempengaruhi pengambilan keputusan, sedangkan Uphoff et al. menjelaskan partisipasi ke dalam tahapan program, mulai dari tahap pengambilan keputusan hingga pada tahap evaluasi. Keduanya sama-sama dapat digunakan untuk menganalisis seberapa besar partisipasi masyarakat dalam sebuah program pembangunan, khususnya pada program CSR suatu perusahaan. Penelitian ini, penulis menggunakan analisis partisipasi dengan memadukan dari kedua pendapat tersebut. Penulis menggunakan analisis partisipasi dari Uphoff et al. untuk menganalisis pada proses mana saja partisipasi masyarakat dilibatkan dalam program CSR. Kemudian pada setiap proses tersebut dianalisis sejauh mana sejauh mana masyarakat dilibatkan untuk berpartisipasi dalam program CSR dengan melihat pada tipologi delepan tingkat partisipasi dari Arnstein yang meliputi nonparticipation (tidak ada partisipasi), degrees of tokenism (derajat penghargaan), dan degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat). penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.

Corporate Social Responsibility

1. Definisi Corporate Social Responsibility

(28)

10

Konsep CSR seringkali dihubungkan dengan konsep-konsep pemberdayaan karena perkembangan konsep CSR berkaitan dengan konsep-konsep pemberdayaan. Pardosi (2011) berpendapat bahwa dalam memahami CSR tidak dapat dilepaskan dari pemahaman tentang konsep Community Development (CD) karena pendekatan pelaksanaan pembangunan yang ada pada CD dapat juga diterapkan dalam program CSR. Penjelasan konsep CD ini, Pardosi menggunakan

Tabel 1 Perbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.

Tingkat

(29)

11 penjelasan prinsip-prinsip CD dari Ife, antara lain pembangunan terintegrasi, penghargaan akan hak-hak azasi manusia, keberlanjutan harus memperhatikan keberlangsungan lingkungan, pemberdayaan merupakan tujuan pembangunan masyarakat, meningkatkan rasa percaya diri, proses terintegrasi, kooperatif, memaksimalkan partisipasi masyarakat dengan tujuan setiap orang dapat terlibat secara aktif sesuai kesanggupan masing-masing, sesuai kebutuhan, serta menjauhkan dari kejahatan. Sementara itu, van Marrewijk (2009) menjelaskan konsep CSR menggunakan konsep Corporate Sustainability (CS). van Marrewijk menganggap konsep CSR dapat disamakan dengan konsep CS, yaitu memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Definisi pembangunan berkelanjutan juga dijelaskan oleh The Brundtland Comission seperti dikutip Rahmatullah (2011) yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Berkaitan dengan dua konsep yang dapat dapat disamakan atau dapat digunakan untuk menjelaskan konsep CSR tersebut, CSR seharusnya tidak dipandang dari satu sisi saja, CD saja atau CS saja, melainkan harus menggunakan kedua konsep tersebut secara bersamaan karena sebenarnya CSR berkaitan dengan keduanya. Saat implementasi, program CSR harus dilaksanakan menggunakan prinsip-prinsip Community Development agar program yang diberikan efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu program CSR yang dilaksanakan haruslah mempertimbangkan keberlanjutan program (Corporate Sustainability)

sehingga setelah perusahaan selesai melaksanakan programnya masyarakat tetap dapat merasakan manfaat yang diberikan dari program tersebut.

Berkaitan dengan konsep CSR, Hadi menjelaskan mengenai konsep Triple Bottom Line milik John Elkington yang dikutip dalam Saputra (2012). Prinsip

Triple Bottom Line ini terdiri dari profit, people dan planet. Menurut pendekatan ini, perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi saja (profit), tetapi juga harus memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan peduli terhadap kelestarian lingkungan (planet). Carroll seperti dikutip Solihin (2009) menjelaskan komponen-komponen tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam empat kategori, yaitu pertama, economic responsibilities yang berkaitan dengan tugas menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat secara menguntungkan. Kedua, legal responsibilities, masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis dengan mentaati hukum dan peraturan yang berlaku. Ketiga, ethical responsibilities, masyarakat berharap perusahaan menjalankan bisnis secara etis. Keempat, masyarakat mengharapkan keberadaan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi mereka melalui berbagai program yang bersifat filantropis.

2. Efektivitas Program CSR

(30)

12

dalam upaya pengentasan kemiskinan sangat sulit untuk dilakukan apabila menggunakan indikator makro seperti indeks kemiskinan atau indeks pembangunan seperti yang digunakan oleh Worldbank, United Nation, ataupun Amartya Sen. Pengukuran tingkat keberhasilan peran korporasi dalam pengentasan kemiskinan harus dilihat dalam indikator mikro, yaitu dengan melihat program pengentasan kemiskinan itu sendiri. Prayogo dan Hilarius (2012) menggunakan enam aspek penilaian efektivitas program CSR, aspek tersebut meliputi:

a. Aspek manfaat: tingkat manfaat program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan pelayanan para penerima program berdasarkan tingkat kebutuhannya.

b. Aspek kesesuaian: tingkat kesesuaian program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal.

c. Aspek keberlanjutan: tingkat keberlanjutan program dapat dilakukan oleh penerima program jika bantuan selesai atau dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen.

d. Aspek dampak: besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program.

e. Aspek pemberdayaan: seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi atau majanemen.

f. Aspek partisipasi: seberapa besar tingkat keterlibatan masyarakat lokal dalam program.

PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki indikator tersendiri dalam menilai efektivitas program CSR yang dilaksanakannya yang melihat dari sisi tingkat kepuasan masyarakat. Tingkat kepuasan masyarakat dinilai berdasarkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan pelaksanaan program CSR yang dibagi ke dalam delapan unsur penilaian, yaitu sosialisasi sebelum implementasi program CSR, proses implementasi program CSR, sumberdaya staf CSR, jadwal dan jenis program CSR, pendanaan program CSR, unsur penunjang program CSR, dampak program CSR, dan keamanan di lingkungan PT ITP. Tingkat kepuasan masyarakat dihitung berdasarkan besarnya harapan masyarakat (tingkat kepentingan) dengan kenyataan yang terjadi (tingkat kinerja) dalam pengimplementasian program CSR (ITP; IPB 2011). Penulis menggunakan pendapat Prayogo dan Hilarius (2012) dalam menganalisis efektivitas program UMKM dan tidak menggunakan indikator efektivitas program yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa karena menurut penulis indikator efektivitas program CSR dari Prayogo dan Hilarius (2012) lebih mudah digunakan untuk menganalisis efektivitas program UMKM dibanding dengan indikator yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa. Selain itu, penulis tidak menemukan penjelasan yang lebih rinci mengenai cara pengukuran efektivitas program CSR yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa, sehingga penulis memutuskan untuk menggunakan indikator efektivitas program menurut Prayogo dan Hilarius (2012).

(31)

13 aspek keberlanjutan, dan aspek pemberdayaan. Aspek dampak tidak digunakaan karena akibat positif dari adanya program sudah tercakup ke dalam aspek manfaat. Kemudian, aspek partisipasi dalam penelitian ini juga tidak digunakan untuk menilai efektivitas program CSR karena berdasarkan hasil studi literatur, aspek partisipasi merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas program CSR. Seperti yang dijelaskan oleh Irwanto dan Prabowo (2010) bahwa efektivitas program CSR dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu latar belakang pendidikan responden, kemampuan responden dalam mengerjakan proses daur ulang, partisipasi responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan masyarakat sekitar, pencarian informasi tentang perlombaan, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif dari organisasi masyarakat.

Taraf Hidup

Salah satu tujuan diadakannya program CSR untuk masyarakat sekitar perusahaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Owolabi dan Olu-Owolabi yang dikutip oleh Azimi (2013) menjelaskan mengenai kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia. Kriteria tersebut yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak, harus dilaksanakan dan dipenuhi sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia dalam menjaga kelangsungan hidup.

Pembahasan taraf hidup pada beberapa hasil penelitian sebelumnya berkaitan dengan variabel kesejahteraan dan variabel kemiskinan. Penelitian Lestari (2010) melihat taraf hidup menggunakan indikator kesejahteraan dari beberapa sumber yang berbeda, salah satunya yaitu BPS yang menjelaskan indikator kesejahteraan yang terdiri dari kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan lingkungan, serta sosial dan budaya. Berdasarkan indikator tersebut, Lestari (2010) mengukur taraf hidup menggunakan indikator tingkat pendapatan, kondisi tempat tinggal, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan tingkat pemilikan aset. Selanjutnya Sugiharto (2007) menganalisis taraf hidup menggunakan indikator BPS yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan mendapat fasilitas transportasi serta kemudahan akses pendidikan. Berdasarkan berbagai indikator di atas, indikator yang digunakan untuk menganalisis taraf hidup masyarakat dalam penelitian ini yaitu pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, kondisi fasilitas tempat tinggal (yang terdiri dari jenis rumah, status rumah, sumber air bersih, daya listrik yang digunakan, bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari, sumber air bersih, dan kepemilikan barang elektronik), kesehatan keluarga, pendidikan keluarga, dan kepemilikan alat transportasi.

Kerangka Pemikiran

(32)

14

suatu kondisi yang dapat menggambarkan bagaimana kualitas hidup suatu masyarakat dilihat dari sisi ekonomi. Taraf hidup ini diukur menggunakan beberapa indikator yang kemudian menggolongkan masyarakat ke dalam kategori apakah taraf hidup rendah, sedang, atau tinggi. Taraf hidup tinggi berarti masyarakat telah mampu mengakses sumber daya yang ada sehingga mereka sejahtera. Sebaliknya, taraf hidup rendah berarti masyarakat tidak mampu mengakses sumber daya sehingga mereka tidak sejahtera. Seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut, efektivitas program CSR dan tingkat partisipasi masyarakat berhubungan dengan tingkat kemiskinan masyarakat.

Efektifitas program UMKM, yang merupakan salah satu program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, merupakan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi program CSR yang dapat diukur dari nilai aspek manfaat, aspek kesesuaian, aspek keberlanjutan, serta aspek pemberdayaan (Prayogo dan Hilarius 2012). Efektivitas program CSR dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meliputi latar belakang pendidikan responden, kemampuan responden, partisipasi responden, latar belakang umur responden, komunikasi dengan masyarakat sekitar, pencarian informasi, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif dari organisasi masyarakat (Irwanto dan Prabowo 2010). Berdasarkan beberapa faktor tersebut terdapat faktor partisipasi yang menentukan efektivitas program CSR.

Tingkat partisipasi penerima program adalah tingkatan keikutsertaan penerima program UMKM dalam tahap-tahap pelaksanaan program UMKM. Peserta program dapat berpartisipasi pada proses pengambilan keputusan (perencanaan), implementasi, pengambilan manfaat, serta dalam proses evaluasi (Uphoff et al. 1979). Empat proses tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pada proses mana saja peserta program telah dilibatkan untuk berpartisipasi, sedangkan untuk mengetahui sejauh mana tingkatan partisipasi peserta program pada setiap proses tersebut, dapat digunakan analisis tipologi tingkatan partisipasi (Arnstein 1969) yang sifatnya hirearkhi dari nonparticipation (tidak ada partisipasi), degrees of tokenism (derajat penghargaan), hingga degrees of citizen power (derajat kekuasaan masyarakat).

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut:

(33)

15 1. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka

semakin tinggi efektivitas program UMKM.

2. Semakin tinggi efektivitas program UMKM maka semakin tinggi taraf hidup penerima program UMKM.

3. Semakin tinggi tingkat partisipasi penerima program UMKM maka semakin tinggi taraf hidup penerima program UMKM.

Definisi Operasional

1. Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi adalah persepsi atau penilaian responden terhadap keterlibatan mereka dalam program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa. Tingkatan partisipasi yang dicapai penerima program diukur menggunakan tangga partisipasi Arnstein dari yang terendah sampai tingkat partisipasi tertinggi berturut-turut yaitu non-participation,

degrees of tokenism, dan citizen control. Tingkatan partisipasi dilihat pada masing-masing tahapan program yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengambilan manfaat, dan tahap evaluasi. Setiap tahapan program terdiri dari tiga pernyataan dan masing-masing pertanyaan mewakili satu tingkatan partisipasi. Setiap pernyataan memiliki dua variasi jawaban, yaitu “tidak” dengan skor 1 dan “ya” dengan skor 2.

2. Efektivitas Program

Efektivitas program UMKM merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa yang dapat diketahui dengan menggunakan empat aspek penilaian responden, yaitu berdasarkan penilaian responden mengenai tingkat manfaat program yang dirasakan responden terhadap pemenuhan ekonomi responden, penilaian responden mengenai tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan responden dan potensi responden, penilaian responden mengenai tingkat keberlanjutan program, dan penilaian responden mengenai tingkat pemberdayaan masyarakat yang dilihat dari bertambahnya pengetahuan dan keahlian responden. Setiap aspek penilaiannya terdapat 6 pernyataan dan masing-masing pernyataan memiliki 3 variasi jawaban yang terdiri dari “tidak setuju” dengan skor 1,

Tabel 2 Pengukuran skor tingkat partisipasi

(34)

16

“ragu-ragu” dengan skor 2, dan “setuju” dengan skor 3 sehingga pada setiap aspek akan memiliki total skor terendah 6 dan total skor tertinggi 18. Setelah setiap aspek penilaian dikategorikan sesuai dengan kategori rendah (skor 1), sedang (skor 2) dan tinggi (skor 3), selanjutnya dikategorikan menjadi efektivitas program secara keseluruhan.

3. Taraf Hidup

Taraf hidup adalah kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Taraf hidup diukur menggunakan indeks komposit dengan menghitung variabel: (1) Pendapatan rata-rata keluarga per bulan; (2) Pengeluaran rata-rata keluarga per bulan; (3) Status kepemilikan rumah yang ditempati; (4) Jenis rumah yang ditempati; (5) Luas rumah yang ditempati; (6) Daya listrik yang digunakan; (7) Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari; (8) Sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari; (9) Kepemilikan barang elektronik; (10) Tempat berobat ketika keluarga sedang sakit; (11) Pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh kebanyakan dari anggota keluarga; dan (12) Kepemilikan alat transportasi. Variabel (6) dan (8) tidak dimasukkan ke dalam perhitungan indeks komposit taraf hidup karena data yang didapat pada variabel (6) tidak dapat diperbandingkan, yaitu terdapat beberapa responden yang tidak lagi menggunakan listrik dengan sistem besarnya daya tetapi menggunakan listrik dengan sistem isi ulang pulsa. Kemudian untuk data yang diperoleh pada variabel (8) juga tidak dapat diperbandingkan karena data yang diperoleh di lapangan pada variabel tersebut ternyata homogen. Perhitungan taraf hidup dimulai dengan membagi responden ke dalam dua lapisan sosial (bawah dan atas) berdasarkan jumlah modal yang dipinjam pada program UMKM. Responden yang meminjam modal ≤ Rp5 000 000 digolongkan pada lapisan bawah. Sedangkan responden yang meminjam modal > Rp5 000 000 hingga Rp20 000 000 digolongkan pada lapisan atas. Selanjutnya memilih salah satu pilihan jawaban dari setiap variabel yang memiliki skor tertinggi dalam kuesioner. Setelah itu menghitung persentase responden dari masing-masing lapisan sosial yang memiliki jawaban terpilih (jawaban skor tertinggi) tersebut, kemudian membaginya dengan rata-rata persentase dari kedua lapisan sosial lalu dikali 100. Berikut rumus perhitungan taraf hidup (Saputra 2012):

Tabel 3 Pengukuran skor efektivitas program

No Aspek penilaian Rendah

(35)

17 Skor taraf hidup =

Ket: = Persentase responden yang memiliki jawaban terpilih (jawaban skor tertinggi) pada tiap lapisan sosial.

= Rata-rata persentase dari seluruh lapisan sosial.

(36)
(37)

19

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode sensus menggunakan instrumen kuesioner kepada seluruh populasi penelitian. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut, hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan efektivitas program UMKM tersebut, hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut, serta hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program tersebut.

Pendekatan kualitiatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa, hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan efektivitas program UMKM tersebut, hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut, serta hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program tersebut. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disajikan secara rinci pada Tabel 4.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(38)

20

Desa Hambalang. Penelitian ini dilakukan di Desa Lulut karena desa ini termasuk ke dalam area Ring I dan salah satu area tambang PT Indocement Tunggal Prakarsa terdapat di Desa Lulut sehingga tentunya keberadaan PT Indocement Tunggal Prakarsa memberikan dampak yang besar baik secara langsung maupun tidak langsung pada kehidupan sosial dan lingkungan di Desa Lulut.

Pengambilan data, baik primer maupun sekunder dilaksanakan pada bulan September hingga minggu kedua bulan November 2014. Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada bulan November 2014. Selanjutnya dilakukan penulisan draft skripsi pada bulan November 2014 hingga minggu kedua bulan Januari 2015. Kegiatan penelitian ini terdiri dari kegiatan penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada Lampiran 1.

Tabel 4 Pendekatan penelitian

No Tujuan Pendekatan

Kuantitatif Kualitatif

1. Tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa.

√ √

2. Efektivitas program UMKM PT Indocement

Tunggal Prakarsa. √ √

3. Taraf hidup penerima program UMKM di Desa

Lulut. √ √

4. Hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan efektivitas program UMKM.

√ √

5. Hubungan efektivitas program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program UMKM di Desa Lulut.

√ √

6. Hubungan tingkat partisipasi penerima program UMKM di Desa Lulut pada program UMKM PT Indocement Tunggal Prakarsa dengan taraf hidup penerima program tersebut

√ √

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

(39)

21 Lulut adalah sebanyak 19 orang. Maka dari itu, keseluruhan anggota dari populasi adalah responden dalam penelitian ini. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive). Informan kunci yang dipilih adalah pihak CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, pengurus program UMKM Desa Lulut, serta kepala Desa Lulut.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan dari responden dan informan dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen-dokumen ataupun menggunakan literatur pendukung. Teknik pengumpulan data pada metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, sedangkan penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan serta penelusuran dokumen. Penggunaan jenis dan metode pengumpulan data disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis dan metode pengumpulan data

(40)

22

menggunakan panduan kuesioner

informan menggunakan panduan pertanyaan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh secara kualitatif seperti profil perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa, gambaran umum Desa Lulut, data monografi Desa Lulut, dan data sekunder lainnya kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan.

Data primer yang diperoleh secara kuantitatif di lapangan selanjutnya diolah melalui proses pengolahan data. Proses pengolahan data ini meliputi proses pembuatan kode, pemberian skor, dan kemudian dientri ke dalam Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistic 16.0. Analisis data yang digunakan adalah uji Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel tingkat partisipasi penerima program dengan variabel efektivitas program, hubungan antara variabel efektivitas program dengan variabel taraf hidup, serta variabel tingkat partisipasi penerima program dengan variabel taraf hidup. Sebelum dilakukan uji Rank Spearman, terlebih dahulu dilakukan penyusunan tabel frekuensi, kemudian disusun menjadi tabel tabulasi silang, setelah itu dilakukan uji Rank Spearman

(41)

23

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN, PROGRAM CSR DAN

LOKASI PENELITIAN

Profil Perusahaan

Sejarah Perusahaan

Berdasarkan informasi pada website resmi PT Indocement Tunggal Prakarsa (ITP, tahun terbit tidak diketahui), PT Indocement Tunggal Prakarsa saat ini memiliki tiga lokasi pabrik yaitu pabrik Citeureup yang memiliki 9 buah plant

(pabrik), pabrik Cirebon yang memiliki 2 buah plant dan pabrik Tarjun yang memiliki 1 buah plant. Berdirinya 12 buah pabrik yang berada di tiga lokasi berbeda ini melalui proses perjalanan yang panjang.

PT Indocement Tunggal Prakarsa berdiri pada tanggal 16 Januari 1985 yang merupakan hasil penggabungan dari enam perusahaan semen yang pada saat itu memiliki delapan buah pabrik semen. Kemudian pada tahun 1989 PT Indocement Tunggal Prakarsa menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1991 PT Indocement Tunggal Prakarsa mengakusisi pabrik yang ke-9 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat. Selain itu PT Indocement Tunggal Prakarsa juga melakukan penyelesaian pembangunan terminal semen yang terdapat di Surabaya dan memulai usaha beton siap pakai. Tahun 1996, pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat selesai dibangun. Selanjutnya pada tahun 1997 PT Indocement Tunggal Prakarsa menyelesaikan pembangunan pabrik di Citeureup, Bogor, Jawa Barat yang merupakan pabrik yang ke-11 dan pada tahun 1998, PT Indocement Tunggal Prakarsa mengambil alih PT Indo Kodeco Cement untuk dijadikan pabrik yang ke-12 melalui penggabungan usaha.

Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 2001, Heidelberg Cement Group melalui anak perusahaannya (Kimmeridge Enterprise Pte.) menjadi pemegang saham terbesar pada PT Indocement Tunggal Prakarsa. Kemudian tahun 2003, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada HC Indocement GmbH. Tahun 2005, PT Indocement Tunggal Prakarsa mengeluarkan produk PCC ke pasar Indonesia dan melakukan penggabungan usaha antara HC Indocement GmbH dengan Heidelberg Cement South-East Asia GmbH. Selanjutnya tahun 2006 Heidelberg Cement South-East Asia GmbH melakukan penggabungan usaha dengan Heidelberg Cement AG sehingga Heidelberg Cement AG menguasai 65.14% saham PT Indocement Tunggal Prakarsa. Satu tahun kemudian, 2007, PT Indocement Tunggal Prakarsa membeli 51% saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Bogor, Jawa Barat.

(42)

24

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk periode 2007-2008, untuk Pabrik Citeureup dan Peringkat Biru untuk Pabrik Palimanan. Selanjutnya, tahun 2009, Birchwood Omnia Limited (Heidelberg Cement Group) menjual 14.1% sahamnya kepada publik. Melalui anak perusahaannya, PT Dian Abadi Perkasa dan PT Indomix Perkasa, tahun ini PT Indocement Tunggal Prakarsa menguasai 100% saham PT Bahana Indonor, sebuah perusahaan di bidang transportasi laut. Selain itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa meraih peringkat tertinggi, yaitu Peringkat Emas, pada program PROPER 2008- 2009. Peringkat tersebut diraih oleh Pabrik Citeureup, Bogor. PT Indocement Tunggal Prakarsa merupakan perusahaan kedua di Indonesia yang meraih Peringkat Emas sejak program PROPER dimulai tahun 2002. Pabrik Palimanan, Cirebon, memperoleh Peringkat Hijau pada program PROPER 2008-2009. Kemudian tahun 2012 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menerbitkan CER untuk PT Indocement Tunggal Prakarsa atas keberhasilannya mengurangi emisi dari proyek blended cement untuk periode 2006-2007.

Identitas Perusahaan

PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki visi dan misi perusahaan yang menjadi identitas perusahaan dan dijadikan landasan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Visi yang dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah sebagai berikut:

“Pemain utama dalam bisnis semen dan beton siap-pakai, pemimpin pasar di Jawa, pemain kunci di luar Jawa, memasok agregat dan pasir untuk bisnis beton siap-pakai secara mandiri”

Kemudian misi yang dimiliki PT Indocement Tunggal Prakarsa adalah sebagai berikut:

“Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan bahan bangunan berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan”

Selain itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa juga memiliki moto atau slogan yang juga menjadi identitas perusahaan. Slogan tersebut yaitu:

Better shelter for a better life(turut membantu kehidupan bermutu)”

Pada laporan keberlanjutan (Sustainability Report) tahun 2013 (ITP 2013b) disebutkan bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa memiliki sasaran keberlanjutan yang sederhana, yaitu bertekad untuk menjadi perusahaan semen yang berkelanjutan untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang dengan menganut prinsip keberlanjutan untuk seluruh kegiatan usaha. PT Indocement Tunggal Prakarsa berniat untuk mencapai hasil usaha terbaik (profit), mendukung peningkatan kesejahteraan karyawan dan masyarakat sekitar (people), melestarikan lingkungan alam (planet), serta mengupayakan kepuasan pelanggan (product). Untuk mencapai sasaran tersebut, PT Indocement Tunggal Prakarsa mengandalkan teknologi pabrikasi semen yang unggul sebagai perusahaan kelas dunia dan melakukan penekanan dalam hal pembinaan lingkungan serta kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan lainnya.

Penghargaan-penghargaan

(43)

25 Ini dibuktikan dari banyaknya penghargaan yang telah diraih atas prestasinya di berbagai bidang. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2014, PT Indocement Tunggal Prakarsa telah meraih lebih dari 90 buah penghargaan. Berikut adalah penghargaan yang diperoleh PT Indocement Tunggal Prakarsa pada tahun 2014:

1. 20 Agustus 2014 - Indocement menerima beberapa penghargaan dalam “Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Awards” yaitu:

a. Terbaik 2 CSR Best Practice for MDGs kategori tingkat Manajemen untuk Alexander Frans

b. Terbaik 3 CSR Best Practice for MDGs kategori tingkat Manajemen untuk Jean Christophel

c. Terbaik 2 kategori tingkat Pelaku Mitra Perusahaan untuk Nining Nurhayati (Mitra CSR Non-Plant)

d. Terbaik 3 kategori tingkat Pelaku Mitra Perusahaan untuk Cicah Nurhayati (Mitra CSR Non-Plant)

e. Penghargaan Gold, kategori MDGs Tujuan 7, bidang Program Produk Daur Ulang

f. Penghargaan Silver, kategori MDGs Tujuan 7, bidang Penanaman Pohon di atas Lahan yang tidak Produktif dan Bidang Pengembangan Kelompok Simpan Pinjam di Kalangan Kaum Perempuan

g. Penghargaan Stan Favorit kategori Informatif

2. Agustus 2014 - Indocement berhasil mempertahankan sertifikasi ISO 14001:2004

3. Juli 2014 - Indocement menerima penghargaan MURI atas “pengiriman semen menggunakan kereta api dengan jarak terpanjang”

4. 20 Juni 2014 - Indocement mendapatkan penghargaan di “Indonesia Green Awards2014” untuk empat kategori yaitu:

a. Mengembangkan dan menggunakan energi baru dan terbarukan (bahan baku dan bahan bakar alternatif dari limbah - biomas dan non-biomas) b. Mempelopori pencegahan polusi (pengembangan tanaman penyerap

CO2 atau carbon neutral, seperti jarak pagar, nyamplung, kemiri sunan, trembesi dan pohon besi pantai)

c. Mengembangkan pengolahan sampah terpadu (Kampung Hijau Jati Baru RW17 di Bandung dan penanaman pohon dan pengolahan sampah organik menjadi pupuk)

d. “Green School” (Sekolah Adiwiyata dan SMP Yasmen Bantarjati di

Citeureup, Bogor)

5. 19 Juni 2014 - Semen Tiga Roda untuk kedelapan kalinya meraih penghargaan "Top Brand Award" kategori semen

6. 14 Juni 2014 - Indocement dianugerahi penghargaan MURI atas “roadshow event terbanyak di 96 perguruan tinggi seluruh Indonesia dalam waktu tiga bulan”

Struktur Organisasi Perusahaan

(44)

26

(Sumber: Annual Report PT ITP 2013a)

Gambar 2 Struktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa

Proses Produksi Semen

(45)

27

a. Penambangan

Bahan baku utama yang digunakan dalam memproduksi semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum. Batu kapur, tanah liat dan pasir silika ditambang dengan cara pengeboran dan peledakan dan kemudian dibawa ke mesin penggiling yang berlokasi tidak jauh dari lokasi tambang (quarry). Bahan yang telah digiling kemudian dikirim melalui ban berjalan (conveyor) atau dengan menggunakan truk.

b. Pengeringan dan Penggilingan

Semua bahan yang sudah dihancurkan lalu dikeringkan di dalam pengering yang berputar untuk mencegah pemborosan panas. Kadar air dari material tersebut turun sesuai kontrol kualitas yang telah ditentukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Setelah disimpan di Raw Mill Feed Bins, campuran material yang telah mengikuti standar dimasukkan ke dalam penggilingan. Dalam proses penggilingan ini, dilakukan pengambilan contoh setiap satu jam untuk diperiksa agar komposisi masing-masing material tetap konstan dan sesuai dengan standar. Setelah itu tepung yang telah bercampur itu dikirimkan ke tempat penyimpanan. c. Pembakaran dan Pendinginan

Tahap berikutnya, material yang telah halus tersebut dikirim ke tempat pembakaran yang berputar dan bertemperatur sangat tinggi sampai menjadi klinker. Setelah klinker ini didinginkan, kemudian dikirim ke tempat penyimpanan. Selama proses ini berlangsung, dilakukukan pemantauan proses pembakaran secara terus menerus dari Pusat Pengendalian. Bahan bakar yang dipergunakan adalah batu bara, kecuali untuk semen putih dan oil well cement

yang digunakan adalah gas alam. d. Penggilingan Akhir

Klinker yang sudah didinginkan kemudian dicampur dengan gips, kemudian digiling untuk menjadi semen. Penggilingan ini dilaksanakan dengan sistem close circuit untuk menjaga efisiensi serta mutu yang tinggi. Semen yang telah siap untuk dipasarkan ini kemudian dipompa ke dalam tangki penyimpanan.

e. Pengantongan

Semen dari silo tempat penampungan, selanjutnya dipindahkan ke tempat pengantongan untuk kantong maupun curah. Pengepakan dilakukan dengan menggunakan mesin pembungkus dengan kecepatan tinggi. Kantong-kantong yang telah terisi dengan otomatis ditimbang dan dijahit untuk kemudian dimuat ke truk melalui ban berjalan, sedangkan semen curah dimuat ke lori khusus untuk diangkut ke tempat penampungan di pabrik, atau langsung diangkut ke pelabuhan untuk disimpan ataupun untuk langsung dikapalkan.

Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa

Sejarah Program CSR Unit Citeureup

(46)

28

ada kegiatan pembinaan lingkungan maupun pelatihan. Hal ini berarti keterlibatan atau partisipasi masyarakat hanya sebatas sebagai penerima bantuan, masyarakat tidak mendapat kesempatan untuk berpartisipasi aktif pada setiap kegiatan yang dilaksanakan karena sifatnya hanya sekedar pemberian bantuan sosial. Kegiatan ini dilaksanakan oleh bagian HR-GAD, misalnya pemberian bantuan pada acara 17 Agustus. Kemudian pada tahun 1990 dibentuklah BILIK (Bina Lingkungan) yang berada di bawah sub Security Department. Melalui Bilik ini barulah ada kegiatan-kegiatan pembinaan. Bilik bertugas untuk membina masyarakat guna menciptakan keamanan, maka dari itu Bilik digabung dengan Security Department. Pada tahapan ini pun, masyarakat belum diberikan ruang partisipasi yang sebenarnya karena keterlibatan masyarakat hanya sebagai peserta dalam kegiatan-kegiatan pembinaan.

Pelaksanaan Bilik ini bertahan hingga tahun 2001 yang kemudian tahun 2002-2006 diganti menjadi CDO (Community Development Organization). Setelah berubah menjadi CDO, tidak lagi bergabung dengan Security Department melainkan sudah menjadi divisi tersendiri. Pada masa tersebut, kegiatan yang dilaksanakan sudah mulai ada program pengembangan masyarakat.Tahun 2006-2008, CDO terpisah menjadi sub departemen dari SSCD yang berada di bawah pimpinan Bapak Iwan Sabar.

Satu tahun kemudian, yaitu tahun 2009, CDO berubah nama menjadi CSR Departement dan di sinilah mulai ada program Community Development (CD) dan

Sustainability Development Program (SDP). Pada saat itu, PT Indocement Tunggal Prakarsa sudah melaksanakan kegiatan Bilikom sebagai forum komunikasi bersama masyarakat desa binaan. Forum Bilikom ini merupakan wadah yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi yang lebih baik dibanding dengan masa-masa sebelumnya, namun Bilikom yang dilaksanakan masih bersifat komunikasi satu arah yang hanya digunakan sebagai fasilitas penyampaian informasi terkait program yang dilaksanakan. Seperti pada hasil penelitian Dewani (2009) yang menyebutkan bahwa Bilikom sudah dirasa efektif oleh masyarakat desa binaan dalam hal menjalin hubungan komunikasi, menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, namun Bilikom belum mampu memfasilitasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi masyarakat serta cenderung hanya mensosialisasikan program. Berdasarkan fakta di lapangan saat ini, Bilikom yang dilaksanakan tidak hanya berupa sosialisasi program yang dilaksanakan, namun sudah mulai menampung aspirasi dari masyarakat. Akan tetapi, aspirasi yang ditampung masih berkisar pada program prioritas desa yang berupa pembangunan infrastuktur fisik (lihat Lampiran 9, tema ke-2, alinea ke-2).

Visi dan Misi Departemen CSR

(47)

29 hubungan saling mendukung antara perusahan dan masyarakat, khususnya masyarakat dimana unit operasional perusahaan berdiri melalui keterlibatan yang intens dalam peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dan secara khusus masyarakat lokal, menjadi masyarakat yang mandiri sehingga dapat tercipta hubungan yang harmonis. Selanjutnya misi yang dimiliki oleh Departemen CSR yaitu menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan. Struktur Organisasi Departemen CSR Unit Citeureup

Struktur organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup dipaparkan pada gambar berikut.

(Sumber: CSR Departement file 2012)

Gambar 3 Struktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup

Program CSR Perusahaan

Program CSR yang dilaksanakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa terdiri dari dua kategori program, yaitu program Community Development (CD) yang mencakup 5 Pilar dan program Sustainability Development Programme

Gambar

Tabel 1 Perbandingan tingkat partisipasi pada setiap tahap program.
Gambar 2 Struktur organisasi PT Indocement Tunggal Prakarsa
Gambar 3 Struktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tabel 9 Jumlah dan persentase masyarakat Desa Lulut berdasarkan tingkat
+4

Referensi

Dokumen terkait