• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

MUHAMAD RANDY WIGUNA SEMESTA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI),

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Muhamad Randy Wiguna Semesta

(4)
(5)

Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal. Dibawah bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN.

Populasi hewan langka di sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) kian menurun bahkan terancam punah. Menyadari adanya masalah tersebut PT Chevron Geothermal bersama dengan para stakeholder lain membentuk program yang dinamakan program Green Corridor Initiative (GCI). Bagi PT Chevron Geothermal program ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi stakeholder dalam implementasi program Green Corridor Initiative (GCI) PT Chevron Geotermal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui responden dan informan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder, tidak adanya hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas Pogram GCI dan adanya hubungan antara tingkat efektivitas Program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan.

(6)

ABSTRACT

MUHAMAD RANDY WIGUNA SEMESTA. Stakeholder Participation in the Green Corridor Implementation Program Initiative (GCI), Chevron Geothermal. Under the guidance of FREDIAN TONNY NASDIAN.

The population of endangered animals around the Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) decreased even more endangered. Aware of the problem the PT Chevron Geothermal, together with other stakeholders to form a program called the Green Corridor programme Initiative (GCI). For PT Chevron Geothermal program as a form of corporate social responsibility to the environment. This research aims to analyze the participation of stakeholders in the implementation of the programme of the Green Corridor Initiative (GCI) PT Chevron Geothermal. The research method used is the quantitative and qualitative methods. The Data collected includes primary data and secondary data obtained by respondents and informants. The results showed the existence of a relationship between strengthening the principle of partnership with the level of participation of stakeholders, the absence of a relationship between the level of participation of stakeholders with the level of effectiveness of the GCI Program and the existence of a relationship between the level of effectiveness of the GCI Program with the attitude of community towards the company.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI),

PT CHEVRON GEOTHERMAL

MUHAMAD RANDY WIGUNA SEMESTA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

NIM : I34100059

Disetujui oleh

Ir Fredian Tonny Nasdian MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen

(10)
(11)

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur penulis kepada ALLAH SWT atas rahmat dan anugerah-Nya, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan skipsi yang berjudul “Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geotermal” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen Sains Komunikasi dan Pengambangan Masyarakat yang memberi kesempatan penulis untuk banyak belajar di dikampus tercinta ini.

2. Ir Fredian Tonny Nasdian MS, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. Ayahanda tecinta Ridwan, Ibunda Jamilah, Adik-adik tercinta Risna, Rafly, Rafika dan Ramzy, yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal.

4. Iman K Nawireja, dosen pembimbing akademik yang telah membimbing peneliti dan memberi masukan dalam hal akademik.

5. Keluarga besar Bapak H Swaroop Widodo dan khususnya Vemy Ertika Widowaty yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi penulis selama perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi.

6. Keluarga bapak Atma, teh Juju dan warga desa Purwabakti atas dukungan, kerjasama serta kebersamaan layaknya keluarga selama penelitian.

7. Bapak Dali Sadli, Muchamad Soleh, Mbak Nana dan Mas Helmi yang banyak sekali membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8.

Teman-teman satu bimbingan, Idah, Mahdi, Pinky dan Riky, yang saling menyemangati satu sama lain.

9. Teman seperjuangan, Zulkarnain, Ferdi, Bram, Ajron, dan Saefihim yang telah memotivasi dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini.

11.Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang CSR.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) 5

Konsep Kemitraan 6

Konsep Partisipasi 6

Partisipasi Masyarakat 7

Partisipasi Stakeholder dalam Bentuk Collaboratif Patnership 8

Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) 9

Konsep Efektivitas 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Metode Penelitian 15

Teknik Penentuan Informan dan Responden 16

Teknik Pengumpulan Data 16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

PROFIL DESA PURWABAKTI 21

Kondisi Geografi dan Demografi 21

Kondisi Sosial dan Ekonomi 22

KARAKTERISTIK RESPONDEN 25

Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin Responden 25

Kondisi Sosial dan Ekonomi 26

Kondisi Pendidikan 27

PROGRAM GREEN CORIDOR INITIATIVE (GCI) PT CHEVRON GHEOTERMAL

29 Proses Implementasi Program GCI di Desa Purwabakti Kecamatan

Pamijahan Kabupaten Bogor

31

Keterlibatan dan Kerjasama Para Stakeholder 40

ANALISIS HUBUNGAN PENGUATAN PRINSIP KEMITRAAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKHOLDER

43

Penguatan Prinsip Kemitraan 43

(14)

Hubungan Penguatan Prinsip Kemitraan Dengan Tingkat Partisipasi Stakeholder

55 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER

DENGAN TINGKAT EFEKTIVITAS PROGRAM GCI

59

Tingkat Efektivitas Program GCI 59

Hubungan Tingkat Partisipasi Stakeholder Dengan Tingkat Efektivitas Program GCI

64 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT EFEKTIVITAS PROGRAM GCI

DENGAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUSAHAAN

67

Sikap Masyarakat Terhadap Perusahaan 67

Hubungan Tingkat Efektivitas Program GCI Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Perusahaan

68

SIMPULAN DAN SARAN 71

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 75

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwan pelaksanaan penelitian Tahun 2014 15 Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk desa purwabakti kecamatan

pamijahan berdasarkan pekerjaan

22 Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk desa purwabakti kecamatan

pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

23 Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin 25 Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut golongan usia 25 Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 27 Tabel 7 Jumlah bibit desember 2012 – juni 2013 33 Tabel 8 Jumlah pohon yang di tanam di area restorasi 34 Tabel 9 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip

kesetaraan

43 Tabel 10 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat

transparansi

45 Tabel 11 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip saling

menguntungkan

46 Tabel 12 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip

kemitraan

48 Tabel 13 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat

pertukaran informasi

49 Tabel 14 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait resourches

sharing

50 Tabel 15 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait peningkatan

kapasitas

52 Tabel 16 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait peningkatan

kepercayaan

53 Tabel 17 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat

partisipasi stakeholder

54 Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penguatan prinsip

kemitraan dan tingkat parisipasi stakeholder

55 Tabel 19 Hasil uji korelasi rank spearman penguatan prinsip kemitraan

dengan tingkat partisipasi stakeholder

56 Tabel 20 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

perencanaan

60 Tabel 21 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

pelaksanaan

61 Tabel 22 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

evaluasi

62 Tabel 23 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

pelaporan

63 Tabel 24 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas Program GCI 63 Tabel 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi

stakeholder dan tingkat efektivitas Program GCI

64 Tabel 26 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel tingkat partisipasi

stakeholder dengan tingkat efektivitas Program GCI

(16)

Chevron Geothermal

Tabel 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat efektivitas Program GCI dan sikap masyarakat terhadap perusahaan

68 Tabel 29 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel tingkat efektivitas

Program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan

69

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran 11

Gambar 2 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti 21 Gambar 3 Jumlah responden berdasarkan usia dan jenis kelamin 26 Gambar 4 Persentase pandangan responden terkait prinsip kesetaraan 43 Gambar 5 Persentase pandangan responden terkait tingkat transparansi

responden

44 Gambar 6 Pandangan responden terkait prinsip saling menguntungkan 46 Gambar 7 Persentase pandangan responden berdasarkan penguatan prinsip

kemitraan

47 Gambar 8 Persentase pandangan responden mengenai tingkat pertukaran

informasi

48 Gambar 9 Persentase pandangan responden terkait resources sharing 50 Gambar 10 Persentase pandangan responden terkait peningkatan kapasitas 51 Gambar 11 Persentase pandangan responden terkait peningkatan kepercayaan 53 Gambar 12 Persentase pandangan responden terkait tingkat partisipasi

stakeholder

54 Gambar 13 Persentase tingkat partisipasi responden dalam tahap perencanaan 59 Gambar 14 Persentase tingkat partisipasi responden pada tahap pelaksanaan 60 Gambar 15 Persentase tingkat partisipasi responden pada tahap evaluasi 61 Gambar 16 Persentase tingkat partisipasi responden pada tahap pelaporan 62 Gambar 17 Persentase tingkat partisipasi responden dalam Progam GCI 63 Gambar 18 Persentase sikap responden terhadap perusahaan PT Chevron

Geothermal

67

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta overlay rencana restorasi GCI terhadap zonasi TNGHS 75

Lampiran 2 Kerangka sampling 76

Lampiran 3 Kuisioner 78

Lampiran 4 Panduan pertanyaan penelitian 83

(17)

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini yang kemudian diakhiri dengan General Research Question (GRQ). Pada bab masalah penelitian diuraikan permasalahan penelitian yang merupakan penjabaran dari General Research Question atau disebut Spesific Research Question (SRQ). Pada bab tujuan dijelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan pada bab kegunaan dijelaskan kegunaan penelitian baik bagi peneliti, akademisi, perusahaan, pemerintah, dan masyarakat

Latar Belakang

Populasi hewan langka di wilayah Gunung halimun salak kian menurun. Data dari TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak) menyebutkan, populasi hewan langka di area taman nasional itu terancam punah. Macan tutul (Panthera pardus melas) tinggal berjumlah 59 ekor, elang jawa (Nisaetus bartelsi) kurang dari 25 ekor, kukang jawa (Nycticebus javanicus) 12 ekor. Penyebab berkurangnya populasi hewan-hewan tersebut disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya disebabkan oleh pemburuan liar serta perusakan habitat hewan.1 Masalah menurunnya populasi hewan langka di wilayah Gunung Halimun Salak ini merupakan masalah yang menjadi tanggung jawab bersama.

Menyadari adanya masalah tersebut PT Chevron Geotermal bersama dengan para stakeholder lain membentuk program yang dinamakan program Green Corridor Initiative (GCI). Tujuan utama program ini adalah melakukan restorasi Koridor Halimun Salak (KHS) untuk penghidupan yang berkelanjutan dengan menghubungkan dua ekosistem penting, yaitu ekosistem Gunung Salak dan ekosistem Halimun, yang merupakan habitat dan tempat perlintasan bagi tiga spesies kunci yaitu: Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan (Panthera pardus), dan Elang Jawa (Spizaeteus bartelsi), serta menjadi bagian dari daerah tangkapan air DAS Cisadane dan DAS Citarik.2

PT Chevron Geothermal di Gunung Salak merupakan salah satu perusahaan yang mendayagunakan energi panas bumi terbesar di dunia. Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan, Perusahaan PT Chevron Geotermal menyelenggarakan program CSR (Corporate Social Responsibility). Penyelenggaraan program Green Corridor initiative (GCI) ini merupakan bagian dari salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) bagi PT Chevron Geotermal.

Program Green Corridor Initiative (GCI) memiliki tiga unit program, diantaranya program restorasi habitat, pemberdayaan masyarakat dan komunikasi terpadu. Ketiga unit program tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan fungsi ekologis hutan koridor guna mendukung

(18)

penghidupan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi ekologis hutan koridor melalui program restorasi seluas 500 ha.

Dalam implementasian program Green Corridor Initiative (GCI) membutuhkan adanya partisipasi stakeholder sehingga program akan terselenggara secara efektif. Menurut Wibisono (2007) Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran untuk peningkatan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi mutipihak yang solid, baik dari pemerintah maupun komunitas atau masyarakat. Tidak mungkin persoalan – persoalan bangsa ini hanya diselesaikan oleh salah satu pihak saja.

Perbedaan persepsi peran dan tanggung jawab di antara stakeholder ini merupakan masalah fundamental untuk membangun kerja sama. Mainstream yang muncul saat ini lebih menempatkan perusahaan sebagai penanggung jawab tunggal untuk mencapai keberhasilan CSR. Apapun yang terkait dengan resources untuk mendukung CSR menjadi beban perusahaan. Itu sebabnya, perusahaan akan menjadi kambing hitam jika terjadi kegagalan dalam CSR. Oleh karena itu, hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni

Bagaimana partisipasi stakeholder dalam implentasi program Green Corridor Initiative (GCI)?

Rumusan Masalah

Efektivitas Program GCI tergantung pada proses pengimplementasian program tersebut. Pengimplementasian program CSR merupakan sebuah proses yang tidak hanya ditinjau dari waktu pelaksanaan program saja, melainkan terdiri dari beberapa tahapan. Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan tahap pelaporan. Pada penelitian ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tahap pelaporan?

Untuk mencapai tujuan program diperlukan adanya partisipasi stakeholder yang dalam hal ini akan membentuk pola kemitraan. Dalam kemitraan terdapat prinsip – prinsip kemitraan yang dapat menjadi spirit kemitraan itu sendiri. Prinsip – prinsip kemitraan mencakup hal-hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap stakeholder dalam menjalin kerja sama dengan stakeholder yang lainnya. Oleh karena itu penting untuk dianalisis bagaimana hubungan penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi stakeholders GCI ?

(19)

hubungan antara tingkat partisipasi stakeholders dengan tingkat efektivitas pengimplementasian program GCI?

Program Green Corridor Initiative (GCI) merupakan salah satu jenis program CSR pada dimensi lingkungan. Pada dasarnya efektivitas program GCI ini tidak dapat langsung berdampak pada profit perusahaan. Program Green Corridor ini pada dasarnya akan berdampak pada brand image perusahaan yang pada akhirnya akan berhubungan dengan sikap positif masyarakat terhadap perusahaan. Menurut Leimona dan Fauzi (2008) program CSR yang berlandaskan Contribution to environmental conservation merupakan suatu kegiatan CSR dimana perusahaan mengadakan aktivitas tambahan bagi konservasi lingkungan yang tidak secara langsung menambah profit tetapi berdampak langsung pada kenaikan “brand image”, pemasaran produk, cap: industri hijau dan periklanan. Oleh sebab itu penting untuk dianalisis bagaimana hubungan antara tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dengan sikap masyarakat peserta program terhadap perusahaan?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum menganalisis partisipasi stakeholders dalam implementasi program Green Corridor Initiative (GCI). Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

2. Menganalisis hubungan penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi stakeholders GCI.

3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi stakeholders dengan tingkat efektivitas Program GCI

4. Menganalisis hubungan antara tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dengan sikap masyarakat peserta program terhadap perusahaan

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai program CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.

2. Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai CSR.

3. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan guna meningkatkan efektifitas perusahaan.

(20)
(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Masing-masing stakeholders melakukan perannya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya yang disebut tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau disingkat CSR. CSR merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line) ( Prabawati 2009).

Implementasi CSR

Wibisono (2007) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.

(22)

menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.

3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.

4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Konsep Kemitraan

Utama (2006) mendefinisikan kemitraan sebagai jalinan kerja sama antar pihak – pihak yang terkait untuk sebuah kepentingan dan tujuan tertentu. Menurut Tennyson (1998) dalam Wibisono (2007) kemitraan adalah kesepakatan antar sektor dimana individu, kelompok atau organisasi sepakat bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama sama menanggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerja sama.

Prinsip Kemitraan

Wibisono (2007) menjelaskan tiga prinsip dalam membentuk kemitraan diantaranya:

1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity)

Pendekatannya bukan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya. Untuk menghindari antagonisme perlu dibangun rasa saling percaya.

2. Transparansi

Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja.

3. Saling Menguntungkan

Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Konsep Partisipasi

(23)

kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar (Nasdian 2006).

Mitchell et al. (2010) menjelaskan bahwa pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama pada tahap – tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya, pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan. Saat ini negara – negara demokratik dengan masalah yang semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini.

Law dan Hartig (1993) dalam Mitchell et al. (2010) menambahkan bahwa efektif tidaknya partisipasi tidak hanya sekedar dari jumlah kehadiran saja. Kepercayaan, komunikasi, kesempatan dan fleksibilitas merupakan elemen penting yang menentukan efektif tidaknya program-program partisipasi masyarakat.

Partisipasi Masyarakat

Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya.

(24)

tidak berkelanjutan. Pelaksanaan partisipatif yang diikuti oleh seluruh stakeholders akan meminimalisir kecenderungan akan pembangunan yang tidak berguna.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri.

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki

Partisipasi Stakeholder dalam Bentuk Collaboratif Patnership

Menurut Nasdian (2014), dalam bentuk collaboratif patnership terdapat beberapa syarat yang dapat dijadikan indikator atau alat ukur tingkat partisipasi stakeholder itu sendiri, diantaranya:

1. Pertukaran informasi

Adanya pertukaran informasi antar stakeholder yang ditandai dengan adanya komunikasi antar stakeholder mengenai pengetahuan yang dimiliki masing -masing stakeholder. Misalnya para stakeholder saling bertukar informasi terkait kebutuhan dan sumberdaya yang mereka miliki untuk memenuhi tujuan bersama.

2. Resources sharing

Adanya sharing akan sumberdaya misalnya pihak perusahaan sharing sumberdaya yang mereka miliki yang sering kali berbentuk material (dana) sedangkan masyarakat menyumbangkan tenaganya.

3. Meningkatkan kapasitas

(25)

4. Membangun kepercayaan

Adanya kepercayaan antar stakeholder, yang diawali dengan rasa saling mengenal, percaya hingga menghormati antar stakeholder.

Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan)

Freeman dan Reed (1983) dalam Jalal (2011) mendefinisikan pemangku kepentingan secara sempit yaitu kelompok dan individu kepada siapa sebuah organisasi bergantung untuk mempertahankan keberadaannya. Sedangkan dalam arti luas Freeman (1984) dalam Jalal (2011) mendefinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompok dan individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah organisasi.

Menurut Sukada (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), pelibatan pemangku kepentingan ditentukan berdasarkan derajat relevansinya dengan keberadaan serta program yang akan diselenggarakan. Sukada juga bahwa menambahkan, semakin relevan pemangku kepentingan dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat perusahaan, maka pelibatannya menjadi keharusan.

Konsep Efektivitas

Menurut Barnard (2007) dalam Yulianti (2012) Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Yulianti (2012) menambahkan bahwa suatu program akan berjalan efektif jika program tersebut berjalan sesuai tujuan pelaksanaan program.

Menurut Rihadhini (2012) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Menurut Subagyo (2000) dalam Budiani (2009) efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan.

Mengacu pada beberapa pendapat terkait efektivitas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas program merupakan sebuah acuan untuk mengukur tingkat pencapaian dalam memenuhi tujuan pengimplementasian program.

Konsep Sikap

(26)

objek tertentu. Adapun komponen sikap menurut Middlebrook (1974) dalam Sari (2013) melibatkan tiga komponen yang saling berhubungan yakni:

1. Komponen Kognitif: berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen Afektif: menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen Behavior (konatif): komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Kerangka Pemikiran

(27)

Penguatan Prinsip kemitraan:

1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity) 2. Transparansi

3. Saling menguntungkan

Tingkat Partisipasi Stakeholder:

1. Tingkat pertukaran informasi 2. Tingkat pembagian sumberdaya 3. Tingkat peningkatan kapasitas 4. Tingkat pembangunan kepercayaan

Tingkat Efektivitas program GCI:

Tingkat partisipasi masyarakat peserta program

GCI

Sikap masyarakat peserta program terhadap

perusahaan

Keterangan: mempunyai hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Hipotesis

Hipotesa Penelitian

1. Diduga terdapat hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholders

2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas program GCI

(28)

Definisi Operasional

Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan

Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan adalah suatu pandangan responden mengenai sejauh mana prinsip kemitraan yang diterapkan dalam hubungan kemitraan diantara stakeholder. Pengukuran penguatan prinsip kemitraan menggunakan skala ordinal dan diukur melalui pernyataan berbentuk skala likert dengan kategori sebagai berikut: Sangat Setuju (5), Setuju (4), Tidak Tahu (3), Kurang Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1).

1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity) adalah pandangan responden mengenai adanya kesamaan kesempatan, saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya dalam hubungan kemitraan.

2. Transparansi adalah pandangan responden mengenai keterbukaan tiap – tiap stakeholder dalam memberikan informasi terkait pelaksanaan program.

3. Saling menguntungkan adalah pandangan responden mengenai manfaat dalam kemitraan yang terjalin diantara stakeholder.

Keseluruhan skor akan dijumlahkan, kemudian dibagi menjadi tiga kategori: a) Kuat: skor 28 - 45

b) Lemah: skor 9 - 27

Tingkat Partisipasi Stakeholder

Tingkat Partisipasi Stakeholder adalah pandangan responden mengenai sejauh mana partisipasi stakeholder yang diukur berdasarkan indikator dibawah ini. Indikator tersebut membutuhkan jenis skala data ordinal dengan skala likert sebagai alat pengukuran. Indikator untuk mengukur collaboratif patnership dari masing – masing stakeholder adalah sebagai berikut:

1. Pertukaran informasi adalah kondisi dimana masing-masing stakehoder berbagi informasi tentang perannya yang berkaitan dengan program.

2. Resources sharingadalah kondisi dimana masing-masing stakeholder berbagi sumberdaya baik material maupun non material.

3. Meningkatkan kapasitas adalah kondisi dimana masing-masing stakeholder mengalami perubahan dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.

4. Membangun kepercayaan adalah kondisi dimana masing-masing stakeholder sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain sehingga sampai kepada kondisi yang paling tinggi, yaitu saling percaya dan penghormatan satu sama lain (mutual trust and respect).

Keseluruhan skor akan dijumlahkan, kemudian dibagi menjadi tiga kategori: a) Tinggi: skor 49 - 80

(29)

Tingkat Efektivitas Program GCI

Tingkat Efektivitas Program GCI merupakan tingkatan tujuan yang telah dicapai dalam pengimplementasian tujuan program GCI. Sesuai dengan tujuan program program GCI maka untuk mengukur tingkat efektivitas program GCI melalui partisipasi masyarakat. Tingkat efektivitas program GCI menggunakan skala ordinal, diukur dengan menggunakan skala Guttman.

1. Tahap Perencanaan merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam merumuskan, merancang penyelenggaraan program GCI baik bersifat teknis maupun nonteknis, menyangkut aspek, kehadiran, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dan keaktifan anggota selama proses perencanaan kegiatan, dengan skor paling tinggi 10 dan skor terendah 5.

2. Tahap Pelaksanaan merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan pelaksanaan kegiatan rangkaian program GCI yang menyangkut aspek kehadiran, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, serta keaktifan anggota selama proses kegiatan. Skor tertinggi 10 dan skor paling rendah 5

3. Tahap Evaluasi melalui tingkat partisipasi masyarakat dalam mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan rangkaian kegiatan program GCI, meliputi keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik, skor tertinggi 10 dan skor terendah yaitu 5

4. Tahap Pelaporan merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam menyusun laporan kegiatan program GCI untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan, skor tertinggi 10 dan skor terendah 5

Sehingga skor keseluruhan bernilai 20 - 26 untuk kategori tingkat efektivitas rendah, skor bernilai 27 - 33 untuk kategori tingkat efektivitas sedang dan skor bernilai 34 - 40 untuk kategori tingkat efektivitas tinggi.

Sikap Masyarakat Peserta Program terhadap Perusahaan

Sikap masyarakat terhadap perusahaan adalah respon evaluatif yang berakar pada nilai yang dianut dan berkaitan dengan perusahaan. Untuk mengukur sikap menggunakan komponen sikap itu sendiri sebagai indikator:

1. Komponen Kognitif: berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen Afektif: menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

(30)

Indikator tersebut membutuhkan jenis skala data ordinal dengan skala likert sebagai alat pengukuran. Keseluruhan skor akan dijumlahkan, kemudian dibagi menjadi tiga kategori:

(31)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Chevron Geothermal di Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Chevron Geothermal dan sekaligus dekat dengan wilayah TNGHS. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (Sengaja). Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan tambang PT Chevron Geothermal adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, pengolahan minyak dan gas yang aktif melakukan berbagai program CSR, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian partisipasi stakeholder dalam implementasi program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron.

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2014

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Keter

(32)

research, hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron yang tergabung dalam bagian community development PT Chevron Geothermal.

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Purwabakti yang terlibat dalam program Green Corridor Initiative (GCI). Pemilihan responden pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan cara memilih dengan sengaja seluruh anggota KTPH (Kelompok Tani Peduli Hutan) yang berjumlah 35 orang, namun dari jumlah tersebut hanya 33 orang yang dapat dijadikan responden. Unit analisis adalah individu yang terlibat dalam implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Perolehan data primer akan mencakup diantaranya data kuantitatif dan data kualitatif. Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui observasi dan wawancara. Hasil dari observasi dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder akan diperoleh melalui studi literatur.

Kuesioner

Terdapat dua skala yang digunakan dalam pertanyaan kuesioner yaitu skala Likert dan skala Guttman.

a. Skala Likert

(33)

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a) Sangat setuju dengan skor 5 b) Setuju dengan skor 4 c) Tidak tahu dengan skor 3 d) Tidak setuju dengan skor 2 e) Sangat tidak setuju dengan skor 1 b. Skala Guttman

Menurut Sugiyono (2011) skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawawaban yang tegas, yaitu “ya – tidak”. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Dalam penelitian ini variabel yang menggunakan skala Guttman pada kuesioner adalah tingkat efektivitas program GCI yang berfokuskan pada tingkat partisipasi masyarakat. Jawaban jika “Ya” akan di beri skor 2 dan jika “Tidak” akan diberi skor 1.

Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Menurut Sugiyono (2011) dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperanserta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini teknik observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2011) observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk menilai segala hal terkait pengimplementasian program Green Corridor Initiative (GCI) dengan mengacu pada variabel – variabel yang ada dalam penelitian.

Wawancara

(34)

Corridor Initiative (GCI). Wawancara dilakukan dengan mendatangi informan yaitu para stakeholder yang terlibat dalam program GCI, hasil wawancara dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung.

Studi literatur

Studi literatur merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi berupa data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan mengkaji berbagai informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, dan kegiatan-kegiatan dalam implementasi program GCI. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data Kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Korelasi Rank Spearman untuk menjawab hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder, hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dan hubungan antara tingkat efektivitas program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan. Data Kualitatif akan dianalisis melalui metode reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Uji Korelasi Rank Spearman

Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan lainnya. Khususnya data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran berjenjang. Rumus korelasi Rank Spearman (Siegel 1992 dalam Sugiyono 2011):

= 1 −

6 ∑��= ��

� −�

...

(1)

Keterangan:

�� = koefisien korelasi

N = jumlah sampel penelitian

di = selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke-i

(35)

negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas tinggi maka variabel terikat menjadi rendah (Sugiyono 2011).

Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji signifikasi adalah 5% sedangkan yang menjadi dasar pengambilan keputusan signifikan atau tidaknya hubungan kedua variabel adalah:

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2011) reduksi data merupakan sebuah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat catatan lapang berdasarkan hasil wawancara dengan informan. Pemusatan perhatian dilakukan dengan memfokuskan pertanyaan pada pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian.

Penyajian Data

Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Menurut Sugiyono (2011) dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapang yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk matriks dan bagan merupakan hasil gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu, sehingga memudahkan untuk melihat kejadian yang terjadi.

Penarikan Kesimpulan

(36)
(37)

PROFIL DESA PURWABAKTI

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lengkap lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab seperti kondisi geografis, demografi,sosial ekonomi, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan visi misi.

Kondisi Geografi dan Demografi

Desa Purwabakti merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, dengan luas: 1.662 hektar, di atas permukaan laut 520 -1350 meter, dan tinggi curah hujan 120 m3, yang terbagi dalam liman dusun, 12 Rukun Warga dan 41 Rukun Tetengga. Batas wilayah Desa Purwabakti antara lain: (a) sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciasmara; (b) sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciasmara; (c) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kabupaten Sukabumi; (d) sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibunian. Sementara itu, jarak kantor desa dengan Ibukota Kecamatan Pamijahan yaitu tujuh Km, Kabupaten Bogor yaitu 35 Km, jarak dengan Provinsi Jawa Barat yaitu 142 Km, dan ibukota negara yaitu 79 Km. Dibawah ini merupakan sketsa wilayah Desa Purwabakti.

Gambar 2 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti

(38)

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Purwabakti seluruhnya menganut agama islam. Sementara itu, menurut data profil desa pada tahun 2011 mayoritas penduduk desa bermatapencaharian sebagai petani (pemilik/buruh), pedagang, swasta dan pegawai pabrik. jumlah dan Persentase masyarakat Desa Purwabakti berdasarkan pekerjaan akan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Petani pemilik 781 25,00

Pedagang 747 24,00

Tani / buruh tani 538 17,00

Swasta 432 13,90

Buruh pabrik 312 10,00

Tukang bangunan 113 3,63

Sopir angkutan 45 1,45

Lain-lain 34 1,09

Tukang ojek 32 1,03

Pengrajin 15 0,48

Pegawai negeri sipil (PNS) 29 0,93

Pensiunan/purnawirawan 11 0,35

Penjahit 7 0,23

Bengkel 5 0,16

Tukang las 5 0,16

TNI / POLRI 3 0,10

Jumlah 3109 100

Sumber: Profil Desa Purwabakti 2011 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa pertanian merupakan salah satu sektor andalan masyarakat Desa Purwabakti. Namun yang perlu diketahui, menurut pengamatan peneliti pertanian di desa purwabakti tidak hanya sebatas pertanian padi sawah. Pertanian di Desa Purwabakti mencakup sektor perikanan, peternakan dan perkebunan. Menurut pihak desa pun, mayoritas penduduk Desa Purwabakti bekerja sebagai petani, sehingga mereka sulit untuk ditemui pada pagi hari.

(39)

Kondisi masyarakat Desa Purwabakti berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 3. Terlihat pada Tabel 3 bahwa mayoritas masyarakat desa merupakan lulusan SD/sederajat yaitu sebanyak 1035 jiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat didominasi oleh tingkat pendidikan rendah. Hal ini disebabkan oleh sarana dan prasarana pendidikan yang terbatas dan akses untuk pergi ke sekolah masih belum memadai.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tamat SD/Sederajat 1035 38,79

Tamat SLTP/Sederajat 784 29,39

Tamat SLTA/Sederajat 436 16,34

Tidak Tamat SD/Sederajat 334 12,52

Tamat Akademi 68 2,55

Tamat Perguruan Tinggi/S.1 9 0,34

Tamat Perguruan Tinggi/S.2 2 0,07

Tamat Perguruan Tinggi/S.3 0 0,00

Jumlah 2668 100

Sumber: Profil Desa Purwabakti 2011 (diolah)

Secara umum kondisi sosial politik serta keamanan dan ketertiban di wilayah Desa Purwabakti cukup aman terkendali. Dalam hal ini, kehidupan politik warga masyarakat dapat tersalurkan sesuai aspirasinya, seiring dengan bergulirnya informasi dan banyaknya partai politik yang berkembang pada saat ini. Adapun jumlah anggota perlindungan masyarakat (LINMAS) sampai saat ini tercatat sebanyak 20 orang. Berkaitan dengan keberadaan dan kelembagaan Linmas, dimana saat ini sudah ada di Pemerintahan Kabupaten Bogor, adanya Kantor Kesbangpol dan Linmas yang mengatur tentang keberadaan Linmas di tingkat Kabupaten Bogor, sesuai dengan berubahnya organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bogor.

(40)

Ikhtisar

Desa Purwabakti merupakan desa yang berada di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciasmara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciasmara, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kabupaten Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibunian. Lokasi desa yang berada diujung wilayah administrasi kabupaten, wilayah desa ini masih tertinggal jauh dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Sebagai contoh, dalam sarana dan prasarana sekolah, desa ini hanya memiliki Sekolah Dasar sebagai tingkat institusi pendidikan tertinggi. Tidak ada SMP ataupun SMA di wilayah ini. Jarak antar dusun dan insfrastruktur yang kurang memadai menjadi kendala dalam akses ke semua aspek.

Kondisi ekonomi dan sosial masyarakat desa masih banyak yang bekerja sebagai petani. Namun tidak hanya petani dalam bidang padi sawah saja, petani ikan dan perkebunan pun juga ada. Sebagian lain masyarakat menggantungkan hidupnya dengan menjadi buruh tani maupun buruh swasta, selain itu masyarakat yang bekerja sebagai peternak pun ada.

(41)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Responden dalam penelitian ini adalah warga Kp Padajaya RT 01 dan 02 RW 09 Desa Purwabakti yang tergabung dalam Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH), karena hanya warga yang tergabung dalam KTPH yang dilibatkan dalam Program GCI. Jumlah anggota Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH) sebanyak 35 orang. Jumlah responden yang diambil adalah 33 orang, hal ini dikarenakan 2 orang responden tidak dapat ditemui oleh peneliti karena migrasi dan meninggal dunia. jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin akan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 jumlah responden perempuan dan laki-laki hanya berbeda satu orang, jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Responden

Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 16 48

Perempuan 17 52

Jumlah 33 100

Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin Responden

Usia responden adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilaksanakannya penelitian. Usia responden bervariasi mulai dari 18 tahun hingga 72 tahun dengan rata-rata 43 tahun. Usia responden digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu usia muda (kurang dari 30 tahun), dewasa (31-50), dan tua (lebih dari 50 tahun). Jumlah dan persentase usia responden menurut golongan usia akan disajikan dalam Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 jumlah responden menurut golongan usia didominasi oleh responden yang tergolong dewasa yaitu sebesar 64% dengan jumlah sebanyak 21 orang.

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut golongan usia

Usia responden Responden

Jumlah Persentase (%)

Muda (≤ 30) 4 12

Dewasa (31-50) 21 64

Tua (> 50) 8 24

(42)

Gambar 3 Jumlah responden berdasarkan usia dan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 3, responden paling banyak adalah golongan usia dewasa dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun demikian selisih antara dewasa laki-laki dan perempuan hanya berjumlah satu orang.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Berdasarkan agama, responden yang tergabung dalam Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH) seluruhnya beragama islam. Aktivitas responden wanita pada umumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mereka sebagian besar melakukan pekerjaan rumah tangga dipagi hari. Di siang hari hingga menjelang sore mereka biasa berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Sebagian kecil responden wanita juga membuka warung kecil di depan rumahnya untuk membantu perekonomian keluarga. Responden wanita rebih mudah ditemui karena aktivitas mereka sebagian besar disekitar rumah saja. Sedangkan responden laki-laki, pada pagi hari hingga siang sangat sulit untuk ditemui. Mereka pada umumnya berada dirumah pada sore atau malam hari.

Aktivitas atau pekerjaan responden laki-laki cukup beragam diantaranya, mengambil getah karet, mencari pakan ternak untuk sendiri maupun ternak orang lain, beternak kambing, bertani kesawah, memanfatkan tanaman pekarangan, atau menjadi buruh swasta. Aktivitas atau pekerjaan tersebutlah yang membuat mereka sulit untuk ditemui pada pagi dan siang hari. Petani padi sawah jumlahnya hanya sedikit sekali, kalaupun ada letak lahannya cukup jauh dari tempat tinggal. Hal ini disebabkan oleh semakin sedikitnya lahan pertanian milik responden. Sebagian besar wilayah tempat tinggal mereka termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Sedikitnya jumlah lahan pertanian menyebabkan mereka semakin sulit untuk mencari nafkah. Beberapa responden harus keluar desa atau kota untuk mencari pekerjaan, pekerjaannya pun sebagian besar menjadi tukang bangunan. Keberadaan kawasan perkebunan Perhutani cukup membantu perekonomian mereka, melalui kawasan tersebutlah mereka dapat memanfaatkan hasil kebun walaupun hasilnya sedikit.

Kondisi sarana air bersih sangatlah terbatas, padahal sarana air bersih merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh warga padajaya khususnya

(43)

responden. Hal ini lah yang menjadi motivasi responden untuk ikut serta dalam proses implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI).

Kondisi Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada umumnya tergolong rendah. Sebagian besar responden hanya merasakan pendidikan sampai pada tingkat SD. Sebagian responden lainnya bahkan tidak bisa baca tulis. Rendahnya tingkat pendidikan responden ini disebabkan terbatasnya akses responden, terutama kondisi jalan yang berbukit/ tidak rata dan terbatasnya fasilitas sekolah. Hingga penelitian ini dilakukan jarak antara sekolah SD dengan tempat tinggal masih cukup jauh. Terlebih lagi jika harus melanjutkan sekolah pada tingkat SMP dan SMA, jarak antara fasilitas sekolah dengan tempat tinggal sangatlah jauh. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6. Disisi lain beberapa responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai jenis-jenis tanaman dihutan, bahkan mereka tahu nama latin dari tanaman maupun hewan yang ada dihutan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penelitian yang dilakukan di hutan koridor yang melibatkan responden menjadi pendamping. Mereka mengakui banyak belajar dari para peneliti, mengenai nama latin spesies tanaman maupun hewan.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Responden

Jumlah Persentase (%)

SD/ Sederajat 31 94

SMP/ Sedarajat - -

SMA/ Sederajat 2 6

Jumlah 33 100

Ikhtisar

(44)
(45)

PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI) PT

CHEVRON GEOTHERMAL

Bab ini membahas Program GCI baik dari latar belakang program, proses implementasi program (tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan) hingga para stakeholder yang terlibat dalam proses implementasi Program GCI.

Latar Belakang Program GCI

Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragam hayati terluas di Pulau Jawa. TNGHS terletak di Kecamatan Sukabumi, Jawa Barat merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan langka yang dilindungi, termasuk tiga spesies kunci, yaitu: Owa Jawa (Hylobates moloch), Harimau Jawa (Panthera pardus melas), dan Elang Jawa (Spizaetus bartelsi). TNGHS juga merupakan daerah tangkapan air dan menjadi sumber air bagi kota-kota di sekitar Jawa Barat dan Jakarta.

Hutan Koridor Halimun Salak (KHS) adalah bagian penting dari ekosistem Taman Nasional Halimun Salak, karena merupakan areal hutan yang memanjang dan menghubungkan dua ekosistim pegunungan, yaitu: Gunung Halimun dan Gunung Salak. Fungsi KHS antara lain menjadi jalur perlintasan beranekaragam satwa yang hidup di wilayah TNGHS, dan menjadi tangkapan air bagi hulu Sungai Citarik dan Sungai Cisadane.

Program Green Corridor Initiatives (GCI) atau Program Prakarsa Lintasan Hijau yang berjudul Restorasi Ekosistem berbasis Masyarakat dan Peningkatan Penghidupan Masyarakat sekitar Koridor Halimun Salak

adalah program kerjasama selama lima tahun antara Chevron Geothermal Salak dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS), dan Yayasan KEHATI. Proyek ini merupakan kelanjutan dan perluasan dari kegiatan Konservasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (I3E), yang dimulai sejak 2010 oleh Yayasan Bina Usaha Lingkungan (YBUL). Program GCI dilaksanakan selama 5 tahun, dimulai pada tahun 2012 hingga tahun 2016. Program ini berupaya untuk mengintegrasikan kegiatan konservasi dengan kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat.

Tujuan utama Proyek GCI adalah melakukan restorasi hutan koridor yang berada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Sedangkan untuk tujuan khusus ada dua , yaitu:

1. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan fungsi ekologi hutankoridor guna mendukung penghidupan berkelanjutan.

2. Meningkatkan fungsi ekologis hutan koridor melalui program restorasi hutan seluas 500 hektar yang menjadi habitat Owa Jawa, Harimau Jawa, dan Elang Jawa.

Secara garis besar ruang lingkup Program Green Corridor Initiative (GCI) diantaranya:

1. Restorasi Habitat

(46)

Tujuan:

a. Rehabilitasi hutan koridor yang kritis di TNGHS

b. Mempertahankan keberlanjutan migrasi hewan (fauna) dan habitatnya di kawasan area konservasi Halimun dan Salak

2. Pemberdayaan Masyarakat

Aktivitas utama: Pemetaan sosial, pendampingan, training, pemberdayaan, income generating, monitoring dan pos/ gapura

Tujuan:

a. Partsipasi masyarakat dalam kegiatan reforestasi hutan koridor

b. Masyarakat lokal terlibat dalam perlindungan dan pelestarian hutan koridor TNGHS

3. Komunikasi Terpadu

Aktivitas utama: Kemitraan, launching, GCI coffee table book, pembuatan social media, volunteer, dan publikasi/ communication utreach

Tujuan:

a. Menggalang dukungan dan kegiatan partisipasi publik/masyarakat luas b. Menunjukkan komitmen Chevron dalam pelestarian keanekaragaman

hayati dan kemitraan multipihak: BTNGHS, Kehati dan lembaga lainnya

Program GCI pada dasarnya dilaksanakan di dua tempat yaitu di wilayah Sukabumi dan di wilayah Bogor. Fokus analisis program dalam penelitian ini adalah program GCI diwilayah Bogor, yaitu Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan.

Tujuan pelaksanaan program GCI, khususnya untuk wilayah Desa Purwabakti, kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut:

1. Mengembalikan fungsi kawasan mata air melalui penghijauan 100.000 bibit di area seluas 200 ha. Pada tahun pertama target penghijauan adalah seluas 40 ha dengan jumlah bibit sebanyak 20.000 bibit

2. Tercukupinya air bersih di rumah-rumah penduduk

3. Terlaksananya pemetaan partisipatif yang menunjang baseline data sekaligus media untuk membangun RTRK sebagai bentuk kesepakatan pemanfaatan ruang secara tertulis

4. Meningkatnya pengetahuan anggota kelompok tani tentang fungsi koridor melalui sekolah lapang rakyat

Adapun hasil yang diharapkan dalam periode satu tahun, 3 Desember 2012 – 3 Agustus 2013 diantaranya:

1. Tertanamnya 20.000 bibit tanaman di areal seluas 40 ha

2. Tersedianya bibit 2.000 bibit tanaman untuk proses penyulaman 3. Sedikitnya 20 KK mendapatkan manfaat air bersih

4. Terbangunnya sarana air bersih di Desa Purwabhakti 5. Adanya peta partisipatif yang menjelaskan ruang restorasi

6. Terbentuknya kelembagaan lokal berupa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

(47)

Proses Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), di Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan bahwa perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR, diantaranya tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi, dan tahap pelaporan.

Tahap Perencanaan

Pada tahun 2012 program GCI hadir, meskipun obrolan terkait program GCI sudah dimulai pada tahun 2010. BTNGHS juga sudah sering kali berganti – ganti kepala Balai. Program GCI ini dimulai dengan kegiatan assesment pada tahun 2011, assesment ini lebih menyangkut livelihood masyarakat. Pada proses assesment belum ada kegiatan yang berinteraksi dengan masyarakat karena kegiatannya hanya memotret. Assesment untuk di wilayah Bogor dilakukan oleh RMI sedangkan untuk wilayah Sukabumi dilakukan oleh BCI.

RMI juga menyesuaikan pemilihan lokasi dengan rencana aksi. Pada awalnya lokasi yang direkomendasikan ada dua yaitu Desa Purwasari, Kecamatan Leuwiliang dan Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan. Kedua desa tersebut masih dalam kawasan Bogor. Jika berbicara tentang koridor, wilayah tersebut sangat penting karena sebagai lintasan berbagai satwa.

Dahulu kala sebelum menjadi wilayah taman nasional, wilayah tersebut masuk ke dalam wilayah kawasan Perum Perhutani yang merupakan hutan produksi oleh sebab itu hutannya menjadi agak gundul. Walaupun kelihatan hijau namun hanya semak belukar. Secara ekologi kondisi ini sangat berbahaya dan rawan longsor atau terjadi bencana alam. Pada saat kemarau pun air menjadi sangat sulit, kejadian tersebut memuncak pada tahun 2007.

Proses assesment menyangkut empat desa, untuk wilayah Purwabakti dan Purwasari dilakukan oleh RMI sedangkan BCI di wilayah Kebandungan dan Cipeuteuy. Proses assesment tersebut dibantu oleh Bapak Haryanto dari IPB yang direkomendasikan oleh KEHATI. Selain melihat potret empat desa, assesment ini juga bertujuan untuk menentukan lokasi program GCI. Akhirnya dipilihlah desa yang paling dekat dengan koridor yaitu Desa Purwabakti dan Cipeuteuy. Selain itu juga diwilayah Purwabakti masyarakatnya sudah ada trust building dengan RMI dan di wilayah Cipeuteuy sudah ada kelompok Jamaskor. Keputusan lokasi program GCI dilakukan pada tahun 2011.

(48)

Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan program, program GCI terbagi menjadi beberapa unit kegiatan diantaranya:

1. RESTORASI KAWASAN

a. Pembibitan Tanaman

Sejak awal proses, disepakati bahwa bibit yang akan digunakan berasal dari masyarakat setempat. Tidak bisa dipungkiri bahwa di tahun pertama tentu akan sangat sulit mendapatkan 20.000 bibit yang seluruhnya berasal dari masyarakat. Namun sejak kontrak sosial terjadi, masyarakat sudah menyanggupi sejumlah 7.000 bibit yang tersedia di wilayahnya. Kekurangan jumlah bibit kemudian dicari oleh masyarakat dengan masuk ke dalam hutan, dengan harapan mendapatkan bibit pohon asli lokal yang sesuai dengan kondisi setempat, sehingga probabilitas pertumbuhan akan semakin tinggi. Bibit masyarakat diperoleh dari hutan dekat pemukiman (Kp. Padajaya). Proses pengambilan bibit pun didampingi oleh staf Resort Gn.Butak. Bibit yang diambil dari hutan ukuran 20 – 30 cm lalu ditanam dalam polibag berisi humus sekitar 1 - 3 bulan sebelum ditanam di area restorasi. Adapula bibit berukuran lebih besar (40 – 50 cm) yang dapat langsung ditanam di area restorasi. Ketika mengambil bibit ini, masyarakat tidak mengambil seluruh calon bibit per pohon (rata-rata hanya diambil 1 – 2 bibit per pohon) sehingga tiap pohon masih ada bibit yang tertinggal.

Prosentase ketersediaan bibit dari masyarakat per Juli 2013 mencapai 57%, dan sisa nya (43%) diperoleh dari staf Resort Gunung Butak, TNGHS (Bpk. Mad) yang kemudian dikelola oleh masyarakat setempat. Sedangkan untuk proses replanting pada Desember 2013 – Februari 2014 sejumlah 16.682 bibit yang ditanam; bibit sejumlah 3.300 pohon didapatkan dari swadaya masyarakat dan selebihnya merupakan kontribusi RMI.

Hasil identifikasi tanaman per Januari 2014, terdapat 50 jenis pohon di blok Cimapag dan 11 jenis pohon di blok Palahlar. Untuk identifikasi jenis tanaman, ada beberapa orang dari Kp.Padajaya yang memiliki keahlian untuk mengenali jenis tanaman yaitu Pak Usi dan Pak Atma.

b. Pelaksanaan Penanaman

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran
Gambar 2 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti
Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan
Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota

Degree of Tokenism ; terdapat hubungan antara umur petani, pengalaman bertani dan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada

Pada Gapoktan I terdapat hubungan yang nyata antara umur, frekuensi mengikuti penyuluhan (pertemuan) dan pengalaman bertani dengan tingkat partisipasi petani dalam

Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak bahwa secara umum tingkat partisipasi peserta dalam tahap pelaksanan dan monitoring tergolong tinggi pada pelatihan montir sepeda

Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang Kawasan Tanpa Rokok dengan tingkat partisipasi dalam implementasi Kawasan Tanpa Rokok ( p value =

Hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam program seribu hektar sistem jajar legowo di Kecamatan Karangpandan Kabupa- ten

Jalan Kuaro, Gn. 2) Mengukur tingkat partisipasi petani ikan dalam kegiatan penyuluhan. 3) Menentukan hubungan antara faktor internal dan eksternal terhadap tingkat partisipasi,

Studi  ini  menggunakan  pendekatan  gabungan  kualitatif  dan  kuantitatif  untuk