• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum dalam Program CSR Tirta Investama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum dalam Program CSR Tirta Investama"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA CIHERANG

PONDOK DAN DESA CIDERUM DALAM PROGRAM CSR

TIRTA INVESTAMA

IPA SADA HANAMI PURBA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum dalam Program CSR Tirta Investama adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Ipa Sada Hanami Purba

(4)
(5)

ABSTRAK

IPA SADA HANAMI PURBA. Partisipasi Masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum dalam Program CSR Tirta Investama. Dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA.

Program CSR akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat turut berperan aktif didalamnya. Keterlibatan masyarakat akan mampu menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap program yang telah diimplementasikan. Oleh karena itu, modal sosial dapat dijadikan alat penilaian untuk mengetahui partisipasi peserta program dalam melaksanakan kegiatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif, menggunakan kuesioner dan panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas peserta program berumur produktif menengah, perempuan, berstatus menikah, berpendidikan tinggi, dan berpengalaman kelompok sedang. Modal sosial peserta program tergolong sedang. Akan tetapi, hal tersebut tidak menimbulkan partisipasi peserta program yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan. Kurangnya keterlibatan peserta program dalam proses perencanaan dan evaluasi menyebabkan tingkat partisipasi masyarakat berada pada tingkatan tokenisme.

Kata kunci: CSR, modal sosial, partisipasi, peserta program, tokenisme.

ABSTRACT

IPA SADA HANAMI. Rural Community in Ciherang and Ciderum on CSR program of Tirta Investama. Supervised by IVANOVICH AGUSTA.

CSR program will be implemented properly if the community also participated in it. Community involvement will be capable of generating a sense of belonging of community to a program that has been implemented. Therefore, social capital can be used as an assessment tool to determine the extent of participation in conducting the program. This research was conducted using quantitative and qualitative methods of questionnaires and in-depth interview. The results showed the majority of program participants are in characteristics, as productive middle age, female, married, educated, and middle experienced with the group. Social capital program participants classified as moderate. However, it does not effect to a higher participation in the program participants conducting the program. Lack of involvement of participants in the program planning and evaluation process led to the level of community participation at the level of tokenism.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA CIHERANG

PONDOK DAN DESA CIDERUM DALAM PROGRAM CSR

TIRTA INVESTAMA

IPA SADA HANAMI PURBA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai April 2014 ini ialah kajian Corporate Social Responsibility (CSR), dengan judul Partisipasi Masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum dalam Program CSR Tirta Investama.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ivanovich Agusta selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Heri Yunarso dari Departemen CSR PT Tirta Investama Caringin, pihak pemerintah Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum, dan seluruh peserta program Kampung Sehat yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada mama, papa, dan seluruh keluarga, serta teman terutama teman-teman SKPM 47 IPB, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Corporate Social Responsibility (CSR) 5

Karakteristik Individu 7

Partisipasi 7

Modal Sosial 10

Kerangka Pemikiran 13

Hipotesis Penelitian 14

Definisi Operasional 14

METODE PENELITIAN 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Sampling 17

Pengumpulan Data 17

Pengolahan dan Analisis Data 18

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 19

Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum 19

Karakteristik Geografi 19

Karakteristik Penduduk 20

Karakteristik Ekonomi 21

Karakteristik Sosial 21

Kondisi Lingkungan 22

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) 27 Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Tirta Investama 27

Program Kampung Sehat 27

KARAKTERISTIK PESERTA PROGRAM CSR KAMPUNG

SEHAT PT TIRTA INVESTAMA 31

Tingkat Umur 31

Jenis Kelamin 31

Status Pernikahan 32

Tingkat Pendidikan 32

Pengalaman Berkelompok 33

TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR KAMPUNG

SEHAT PT TIRTA INVESTAMA 35

(11)

Tahap Pelaksanaan 36

Tahap Menikmati Hasil 36

Tahap Evaluasi 37

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TIRTA

INVESTAMA 39

Hubungan antara Tingkat Umur dan Tingkat Partisipasi 39 Hubungan antara Jenis Kelamin dan Tingkat partisipasi 40 Hubungan antara Status Pernikahan dan Tingkat Partisipasi 40 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi 41 Hubungan antara Pengalaman Berkelompok dan Tingkat Partisipasi 42 MODAL SOSIAL PESERTA PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT

PT TIRTA INVESTAMA 45

Tingkat Kepercayaan 45

Tingkat Kepatuhan Norma 45

Tingkat Jaringan 46

HUBUNGAN MODAL SOSIAL DAN TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM CSR KAMPUNG SEHAT PT TIRTA

INVESTAMA 47

Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Partisipasi 47 Hubungan antara Tingkat Kepatuhan Norma dan Tingkat Partisipasi 48 Hubungan antara Tingkat Jaringan dan Tingkat Partisipasi 49

SIMPULAN DAN SARAN 51

Simpulan 51

Saran 51

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

(12)

DAFTAR TABEL Ciderum menurut jenis kelamin pada tahun 2013

Jumlah dan persentase kategori umur masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum berdasarkan kategori usia pada tahun 2013 Jumlah dan persentase peserta program menurut golongan umur pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut status pernikahan pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendidikan pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut pengalaman berkelompok pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap perencanaan program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap pelaksanaan program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap menikmati hasil program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya pada tahap evaluasi program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya dalam program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut umur dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014 Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut status pernikahan dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut pengalaman berkelompok dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase tingkat kepercayaan peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

(13)

22 23 24 25

26

Jumlah dan persentase tingkat kepatuhan norma peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat jaringan program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat kepercayaan dan tingkat partisipasi program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat norma dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat jaringan dan tingkat partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat pada tahun 2014

46 46 47

48

49

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 13

2 Diagram presentase luas wilayah Desa Ciherang berdasarkan

penggunakan lahan tahun 2013 19

3 Diagram presentase luas wilayah Desa Ciderun berdasarkan penggunaan

lahan tahun 2014 20

4 Sketsa Desa Ciherang Pondok 55

5 Sketsa Desa Ciderum 56

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi Penelitian

2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian tahun 2014 3 Contoh Hasil Pengolahan Data

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan jumlah industri atau perusahaan di Indonesia. Selain menghasilkan maksimalisasi cara berpikir, industri juga mendatangkan keuntungan materiil bagi siapa pun yang berhasil menggerakkan dan memanfaatkannya (Inayah 2012). Namun, eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh sektor industri atau perusahaan seringkali menciptakan degradasi lingkungan yang cukup parah yang berdampak pada keberlangsungan hidup masyarakat sekitar perusahaan. Kini masyarakat telah semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap dunia usaha. Hal ini menuntut para pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya dengan semakin bertanggungjawab. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat ini memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang kita kenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Pemahaman itu memberikan pedoman bahwa korporasi bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri saja, melainkan sebuah entitas usaha yang wajib melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya.

Tanggung jawab sosial perusahaan (TSP) yang sering disebut Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) kini semakin diterima secara luas. CSR kini banyak diterapkan baik oleh perusahaan multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. Respons pemerintah terhadap pentingnya CSR ini terlihat dari dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah melalui Kepmen. BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003, yang mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya ditindak lanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN, SE No. 433/MBU/2003 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas. Lebih lanjut respons pemerintah tersebut terlihat dari dikeluarkannya UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang memuat kewajiban perusahaan khususnya perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan CSR.

(16)

CSR mencakup kontribusi secara ekonomi dan sosial yang akan berdampak pada penguatan lingkungan sosial masyarakat tidak hanya untuk karyawan perusahaan tersebut tetapi bagi masyarakat sekitar dimana perusahaan itu beroperasi. Apabila hal tersebut dianut dengan benar, perusahaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan, yang bermanfaat baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

PT. Tirta Investama merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan Program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai komitmen perusahaan. Fokus yang dilakukan adalah memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan sosial masyarakat dan peningkatan kualitas lingkungan hidup. Salah satu contohnya adalah pengimplementasian program Kampung Sehat. Kegiatan tersebut sebagai bentuk kepedulian Aqua terhadap wilayah di sekitar pabrik Aqua melalui program Corporate Sosial Responsibility (CSR) bina lingkungan bekerjasama dengan Yayasan Tanggap Alam. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Program yang berbasiskan pada potensi lokal ini berupaya mengoptimalkan potensi di kedua desa tersebut untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Pola community development merupakan bentuk CSR yang saat ini banyak dipraktikkan oleh perusahaan besar, dimana salah satu prinsipnya adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua stakeholder, baik pemerintah, masyarakat, maupun perusahaan (Chambers dalam Wibisono 2007). Modal sosial dapat dimanfaatkan dan didayagunakan dalam pengimplementasian community development. Modal sosial akan memungkinkan manusia bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu yang besar, menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Sulasmi (2003) dalam

Inayah (2012) dalam penelitian disertasinya menemukan bahwa semangat kerjasama, rasa saling percaya, berkorelasi dengan intensitas kerjasama yang selanjutnya mempengaruhi kualitas sinergi kerja organisasi. Ketika CSR diimplementasikan melalui model alternatif yang berbasis pemanfaatan modal sosial, maka akan lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, maupun budaya secara berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dianalisis lebih lanjut hubungan antara modal sosial dan partisipasi peserta program CSR Kampung Sehat PT Tirta Investama.

Rumusan Masalah

Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan dan cara pandangnya masing-masing dalam mengimplementasikan program CSR nya. Pelaksanaan CSR yang efektif tentunya akan memberi manfaat bagi perusahaan itu sendiri. Kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program CSR. Oleh karena itu perlu diketahui karakteristik peserta program CSR (umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan pengalaman berkelompok).

(17)

baik apabila masyarakat benar-benar turut berperan aktif didalamnya. Proses pelibatan masyarakat tersebut akan mampu menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap program yang telah diimplementasikan. Oleh karena itu perlu dianalisis sejauhmana tingkat partisipasi dan hubungannya dengan karakteristik individu peserta program CSR.

Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat akan selaras dengan penciptaan kepercayaaan terhadap perusahaan. Kepercayaan merupakan modal sosial yang berarti untuk membangun kemitraan berbasis nilai kekeluargaan yang akhirnya akan menumbuhkan rasa ikut memiliki masyarakat terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perlu dianalisis sejauhmana modal sosial masyarakat dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta program CSR, dilihat dari tingkat kepercayaan, tingkat kepatuhan terhadap norma, dan tingkat kekuatan jaringan.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penulisan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis hubungan antara modal sosial dan partisipasi peserta program CSR dan secara khusus bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik individu peserta program CSR (umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pengalaman berkelompok).

2. Menganalisis tingkat partisipasi dan hubungannya dengan karakteristik individu peserta program CSR.

3. Menganalisis modal sosial dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta program CSR, dilihat dari tingkat kepercayaan, tingkat kepatuhan terhadap norma, tingkat kekuatan jaringan.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.

2. Kalangan akademisi, dapat menambah literatur dalam melakukan kajian mengenai CSR.

(18)
(19)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Corporate Social Responsibility (CSR)

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dilatarbelakangi oleh eksploitasi sumber daya alam dan rusaknya lingkungan karena operasi perusahaan atau industri yang berlomba-lomba mencari laba sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan dampak sosial yang dapat terjadi sehingga terjadi krisis lingkungan. Tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam menguasai industri menjadi parameter kualitas kehidupan manusia. Masalahnya bagaimana mengelola perbedaan di antara dua kepentingan yaitu kepentingan industri dan kepentingan lingkungan (Wibisono dalam Indarti 2012). Menurut Wibisono (2007) CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Implementasi CSR didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat secara ekonomi, lingkungan, dan sosial (triple bottom lines). Aspek ekonomi meliputi kesejahtaraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), lingkungan meliputi peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality), dan untuk aspek sosial meliputi keadilan sosial (social justice).

CSR memiliki kaitan dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang didefinisikan sebagai pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Sejak istilah pembangunan berkelanjutan mulai populer, banyak dilakukan konferensi yang menunjukkan kepedulian masyarakat dunia akibat kecenderungan semakin menurunnya kualitas lingkungan. Adapun tahap-tahap dalam penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya (Wibisono 2007) yaitu:

1. Tahap perencanaan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama yaitu

Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building.

(20)

2. Tahap implementasi. Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Menurut Wibisono (2007) tujuan utama sosialisasi adalah agar program CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dialami oleh unit penyelenggara. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan roadmap yang telah disusun. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan, misalnya melalui sistem manajemen kinerja, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.

3. Tahap evaluasi. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dapat berguna untuk mengetahui kegagalan dan keberhasilan suatu program dan dapat pula dilakukan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi dapat dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang dilakukan.

4. Pelaporan. Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun system informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

(21)

Karakteristik Individu

Menurut Pangestu (1995) terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap program, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. Faktor eksternal yaitu faktor yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Selain itu, menurut Murray dan Lappin yang dikutip Matrizal dalam Wicaksono (2010), faktor lain yang mempengaruhi partisipasi seseorang adalah lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

Silaen dalam Wicaksono (2010) menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga (Ajiswarman dalam Wicaksono 2010).

Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi.

Partisipasi

(22)

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan suatu kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program.

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.

Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat yaitu mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Arnstein juga menjelaskan ada delapan tangga atau tingkatan partisipasi. Delapan tingkat tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Manipulation (Manipulasi)

Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai „stempel karet‟ dalam badan penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa.

2. Therapy (Terapi)

Pada tingkat terapi atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab luka.

3. Informing (Menginformasikan)

(23)

Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitahuan, pamflet, dan poster.

4. Concultation (Konsultasi)

Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyrakat, maka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi palsu. Masyarakat pada dasarnya hanya dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi mereka diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak dari kuesioner dijawab. Dengan demikian, pemegang kekuasaan telah memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat.

5. Placation (Menenangkan)

Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan jika pemegang kekuasaan memiliki mayoritas kursi, maka mereka akan dengan mudah dikalahkan dan diakali.

6. Partnership (Kemitraan)

Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggungjawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar menawar yang tinggi sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan.

7. Delegated Power (Kekuasaan didelegasikan)

(24)

8. Citizen Control (Kontrol warga negara)

Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga. Berdasarkan kedelapan tangga tersebut, Arnstein (1969) mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Non-partispasi, (2) Tokenisme, dan (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama (Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi.Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen Control) termasuk ke dalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan.

Pengertian partisipasi lainnya didefinisikan oleh Nasdian (2006) yaitu proses aktif dimana inisiatif diambil oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat melakukan kontrol secara efektif. Partisipasi komunitas dalam pengembangan masyarakat adalah suatu proses bertingkat dari pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga mereka memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri. Apabila dikaitkan dengan pembangunan, menurut Slamet (1992) dalam Sumardjo dan Saharuddin (2003), untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan ada tiga syarat utama yaitu: (1) adanya kemampuan, (2) adanya kesempatan, (3) adanya kemauan untuk berpartisipasi. Partisipasi sangat penting dalam pembangunan, karena pembangunan merupakan kegiatan yang berkesinambungan. Dalam pembangunan seperti itu sangat membutuhkan pelibatan orang sebanyak mungkin. Sehingga tanpa partisipasi dari seluruh masyarakat pembangunan sulit dapat berjalan dengan baik.

Modal Sosial

Colleta dan Cullen (2000) dalam Nasdian (2006), modal sosial didefinisikan sebagai “suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Merujuk pada Ridell (1997) dalam Suharto (2006), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Ketiganya dijelaskan sebagai berikut:

1. Kepercayaan

(25)

kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Cox (1995)

dalam Inayah (2012) menyebutkan bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial yang cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama. Adanya kapital sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh. Kapital sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam 1995). Rasa percaya diri (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam sutu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya. 2. Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama. Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

3. Jaringan

Infrastruktur dinamis dari kapital sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu.

Ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial dalam komunitas dapat dibedakan tiga jenis jaringan sosial yaitu: (i) jaringan

interest (jaringan kepentingan), yakni hubungan sosial yang dibentuk adalah hubungan-hubungan sosial yang bermuatan kepentingan; (ii) jaringan sentiment

(jaringan emosi), yang terbentuk atas adanya hubungan-hubungan sosial yang bermuatan emosi; dan (iii) jaringan power, yakni hubungan hubungan sosial yang membentuk jaringan lebih bermuatan power. Jaringan kepentingan terbentuk atas dasar hubungan-hubungan sosial yang bermaknsa pada tujuan-tujuan tertentu dan khusus yang ingin diraih para aktor atau pelakunya. Oleh karena itu tindakan dan interaksi yang terjadi dalam jaringan tipe yang pertama selalu dievaluasi berdasarkan tujuan-tujuan relasional. Sedangkan jaringan power umumnya diujukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Terakhir mengenai tipe jaringan emosi terbentuk atas hubungan sosial yang mana hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan tindakan sosial, seperti dalam hubungan pertemanan, kekeluargaan ataupun kekerabatan (Agusyanto, 2007).

(26)

jaringan kerja itu, terdapat hubungan yang sifatnya inter dan antar organisasi dalam masyarakat yang akan mencerminkan adanya kapital sosial yang bersifat mengikat, menyambung, dan mengait (bonding, bridging, dan linking social capital). Kapital sosial yang mengikat (bonding) berasal dari dalam komunitas, sementara yang bersifat menyambung (bridging) terjadi dari interaksi antar organisasi (kelompok), dan yang bersifat mengait (linking) terbentuk dari hubungan formal kelembagaan seperti antara pemerintah (pemerintah daerah) dengan komunitas.

Menurut Djohan (2007), modal sosial yang ideal adalah modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Modal sosial yang dimiliki seyogianya memiliki muatan nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai universal yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian (achievement values) dengan nilai-nilai lokal. Modal sosial yang berbasis pada ideologi pancasila merupakan bentuk modal sosial yang perlu dikembangkan bersama-sama guna membangun masyarakat Indonesia yang partisipatif, kokoh, terus bergerak, kreatif, kompak, dan yang menghormati manusia lain. Modal sosial memiliki unsur-unsur penopang, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Social participation. Social participation berarti partisipasi sosial anggota masyarakat. Pada masyarakat tradisional, hal ini melekat dalam perayaan kelahiran, perkawinan, kematian, (2)

Reciprocity atau timbal balik, yaitu saling membantu dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan orang laindan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian hubungan yang terjadi menyangkut hak dan tanggung jawab, (3) Trust atau kepercayaan, (4) Acceptance and diversity atau penerimaan atas keberagaman, yaitu adanya toleransi yang memperhatikan sikap dan tindak-tanduk serta perilaku yang saling hormat-menghormati, saling pengertian, dan apresiasi di antara lingkungan, (5) Norma dan nilai, Norma dan nilai merupakan

value sistem yang akan berkembang menjadi suatu budaya, (6) Sense of efficacy

atau perasaan berharga, yaitu timbulnya rasa percaya diri dengan memberikan penghargaan kepada setiap orang, dan (7) Cooperation and proactivity atau kerjasama dan proaktif. Dalam kaitannya dengan modal sosial, kerjasama harus terus bergerak serta dituntut kreatif dan aktif.

Komponen-komponen modal sosial dalam Uphoff (1979), dikelompokkan ke dalam dua kategori. Pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial. Kedua, kategori kognitif yang dihubungkan dengan proses-proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen kapital sosial tersebut diantaranya adalah:

1. Hubungan sosial (jaringan); yang merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan atau hubungan biasa. Komponen ini termasuk ke dalam kategori struktural,

2. Norma; merupakan kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama. Komponen ini termasuk ke dalam kategori kognitif,

(27)

4. Solidaritas; terdapat norma untuk menolong orang lain, kebersamaan, sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok serta keyakinan bahwa anggota lain juga akan melaksanakan hal yang serupa. Komponen ini termasuk ke dalam kategori struktural,

5. Kerjasama; terdapat norma untuk bekerja sama, sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif serta menerima tugas untuk kepentingan bersama. Komponen ini termasuk ke dalam kategori kognitif.

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah menganalisis hubungan modal sosial terhadap partisipasi masyarakat dalam program CSR. Pangestu (1995) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap program, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.

Keterangan:

Modal sosial dapat digunakan untuk mengetahui apakah kepercayaan dan partisipasi di dalam komunitas itu besar atau kecil. Merujuk pada Ridell (1997) dikutip Suharto (2006), terdapat tiga komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Program CSR akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat benar-benar turut berperan aktif didalamnya. Oleh karena itu, meneliti hubungan antara modal sosial dan partisipasi penting dilakukan.

Berhubungan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Penguatan Modal Sosial : 1. Tingkat Kepercayaan

2. Tingkat Kepatuhan terhadap Norma 3. Tingkat Kekuatan Jaringan

(28)

Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik peserta program dan tingkat

partisipasi peserta program.

2. Terdapat hubungan antara modal sosial dan tingkat partisipasi peserta program.

Definisi Operasional

Karakteristik Individu

Pangestu (1995) menjelaskan bahwa terdapat faktor internal karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, status pernikahan, dan pengalaman berkelompok.

Tabel 1 Definisi operasional karakteristik individu

Variabel Definisi Operasional Ukuran Jenis Data

Tingkat Umur Lama hidup responden dari sejak lahir hingga

(29)

Tingkat Partisipasi Peserta Program

Definisi partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, dan evaluasi. Dengan total skor dari seluruh pertanyaan dari masing-masing indikator yang telah distandarisasi, maka dapat dikategorikan kedalam rendah, sedang, dan tinggi. Dengan rincian sebagai berikut:

1. Rendah (Non-Partisipasi) : skor 4-6 2. Sedang (Tokenisme): skor 7-9 3. Tinggi (Citizen Power): skor 10-12 Tabel 2 Definisi operasional partisipasi

Variabel Definisi Operasional Ukuran Jenis Data

Tahap dirasakan dari program CSR.

 Skor 3-4 komponen atau parameter kapital sosial yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks). Dengan total skor dari seluruh pertanyaan dari masing-masing indikator yang telah distandarisasi, maka dapat dikategorikan kedalam rendah, sedang, dan tinggi. Dengan rincian sebagai berikut:

(30)

2. Sedang : skor 5-6 3. Tinggi : skor 7-9

Tabel 3 Definisi operasional modal sosial

Variabel Definisi Operasional Ukuran Jenis Data Tingkat

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ciderum dan Desa Ciherang Pondok, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Tirta Investama. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Ciherang Pondok dan Ciderum termasuk kedalam kawasan pelaksanaan Program Kampung Sehat. Waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.

Teknik Sampling

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh warga peserta program Kampung Sehat PT Tirta Investama, Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Unit analisanya adalah individu. Responden adalah individu yang menjadi peserta program kampung sehat. Dalam pendekatan kuantitatif, responden dipilih untuk nantinya menjadi target survei. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode sensus. Peneliti menggunakan metode sensus karena jumlah populasi yang tidak terlalu banyak sehingga akan lebih baik apabila teknik sensus yang dilakukan. Sehingga responden penelitian ini berjumlah 35 orang.

Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Informan adalah orang dari pihak perusahaan yang andil dalam program CSR dan juga peserta program (tokoh masyarakat) yang memiliki peran besar dalam program CSR PT Tirta Investama.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan kuesioner kepada responden yang merupakan seluruh peserta Program Kampung Sehat. Sementara untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi serta wawancara mendalam dengan informan yang dipilih. Wawancara diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam.

(32)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabulasi silang dan Uji Rank Spearman untuk melihat hubungan antara variabel dengan data ordinal, yaitu mengukur modal sosial dan tingkat partisipasi masyarakat. Pengolahan data menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft Excel

(33)

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

DESA CIHERANG PONDOK DAN DESA CIDERUM

Karakteristik Geografi

Desa Ciherang Pondok merupakan salah satu desa binaan PT Tirta Investama yang terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor yang menjadi sasaran pengimplementasian program Kampung Sehat. Desa Caringin Pondok memiliki lima Rukun Warga (RW), 29 Rukun Tetangga (RT), dan tiga Dusun. Desa ini juga berbatasan dengan Desa Bitungsari (Kecamatan Ciawi) di sebelah utara, Desa Cimande Hilir (Kecamatan Caringin) di sebelah selatan, Desa Ciderum (Kecamatan Caringin) di sebelah timur, dan Desa Cibalung (Kecamatan Cijeruk) di sebelah barat. Desa Ciherang Pondok memiliki luas wilayah kurang lebih 427 Ha, dimana sebagian besar untuk pemukiman. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Profil dan potensi Desa Ciherang Pondok (2013)

Gambar 2 Diagram presentase luas wilayah Desa Ciherang berdasarkan penggunaan lahan tahun 2013

Desa Ciderum merupakan salah satu desa binaan PT Tirta Investama yang terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor yang menjadi sasaran pengimplementasian program Kampung Sehat. Desa Ciderum memiliki 11 Rukun Warga (RW), 46 Rukun Tetangga (RT), dan lima Dusun. Desa ini juga berbatasan Desa ini juga berbatasan dengan Desa Teluk Pinang (Kecamatan Ciawi) di sebelah utara, Desa Cimande Hilir (Kecamatan Caringin) di sebelah selatan, Desa Cileungsi (Kecamatan Ciawi) di sebelah timur, dan Desa Ciherang Pondok (Kecamatan Caringin) di sebelah barat. Desa Ciderum memiliki luas wilayahnya kurang lebih 322,7 Ha, dimana sebagian besar untuk persawahan. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Permukiman 48,8 49%

Sawah 14,2 14% Ladang 33,9

34%

Lainnya 3,1 3%

(34)

Sumber : Profil dan potensi Desa Ciderum (2013)

Gambar 3 Diagram presentase luas wilayah Desa Ciderum berdasarkan penggunaan lahan tahun 2013

Wilayah Desa Ciderum masih bertumpu pada sektor pertanian. Desa Ciderum memiliki sawah irigasi dan tadah hujan. Apabila musim hujan tiba aktivitas warga terutama yang berada di Dusun Batu Kembar menjadi sangat sibuk karena letak Dusun Batu Kembar yang berada di antara lahan persawahan dan sebagian besar penduduknya adalah bertani dan buruh tani.

Karakteristik Penduduk

Berdasarkan Data Demografi Desa Ciherang Pondok pada tahun 2013, penduduk Desa Ciherang Pondok terdiri dari 2.985 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk perempuan relatif lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini berbeda dengan Desa Ciderum. Berdasarkan Data Demografi Desa Ciderum pada tahun 2013, penduduk Desa Ciderum terdiri dari 3.543 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah penduduk laki-laki relatif lebih banyak dibandingkan perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Desa Ciherang Pondok dan Desa Caringin berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2013

Jenis Kelamin Desa Ciherang Pondok Desa Caringin Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Perempuan 6.132 50,96 7.562 52,14

Laki-laki 5.902 49,04 6.942 47,68

Total 12.034 100,0 14.504 100,00

Sumber : Profil dan potensi Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum (2013)

Penduduk Desa Ciherang Pondok sebagian besar berada pada usia produktif muda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.

Sawah 213,5 Ha

66% Permukiman

57,8 Ha 18%

Ladang 43 Ha 13%

Lainnya 8,4 Ha

3%

(35)

Tabel 5 Jumlah dan persentase kategori umur masyarakat Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum berdasarkan kategori usia pada tahun 2013

Desa Ciherang Pondok Desa Ciderum

Kategori Usia Jumlah Persentase Jumlah Persentase

Produktif Muda 8.145 67,68 4.704 32,45

Produktif Menengah 2.146 17,83 7.510 51,77

Produktif Tua 1.743 14,49 2.290 15,78

Total 12.034 100,0 14.504 100,00

Sumber : Profil dan potensi Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum (2013)

Jumlah penduduk produktif muda yang cenderung lebih banyak dibandingkan lainnya, menyebabkan semakin tingginya jumlah pasokan air bersih yang dibutuhkan oleh masyarakat, seperti untuk keperluan mencuci baju/seragam sekolah anak-anak dan lainnya. Hal ini berbeda dengan Desa Ciderum. Berdasarkan Data Demografi Desa Ciderum pada tahun 2013, penduduk Desa Penduduk Desa Ciderum sebagian besar berada pada usia produktif menengah. Mayoritas penduduk Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum menganut agama Islam, sedangkan sebagian kecil penduduk total keseluruhan penduduk menganut agama Katolik dan Protestan.

Karakteristik Ekonomi

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Ciherang Pondok adalah buruh tani. Meskipun di wilayah Desa Ciherang Pondok terdapat ratusan unit industri, namun hanya beberapa masyarakat yang bekerja menjadi karyawan/buruh industri. Sedangkan yang lainnya bermata pencaharian pedagang, pengrajin, guru, PNS ataupun sudah pensiun. Hal yang sama juga pada masyarakat Desa Cideum, yang bermata pencaharian sebagai karyawan swasta. Karakteristik Sosial

Wilayah Desa Ciherang Pondok masih bertumpu pada sektor pertanian. Berdasarkan data BPS, luas lahan pertanian dengan kategori lahan sawah yang ditanami padi di Desa Ciherang Pondok seluas 60 Ha, tetapi berdasarkan pengamatan diperkirakan jumlah tersebut sudah menurun karena tidak adanya sistem pengairan atau irigasi (teknis) yang baik sehingga lahan sawah berubah fungsi menjadi ladang atau pemukiman. Wilayah Desa Ciderum masih bertumpu pada sektor pertanian. Akan tetapi masyarakat lebih emmilih bekerja sebagai buruh/karyawan di pabrik daripada bekerja menjadi buruh tani.

(36)

transportasi di dusun-dusun tertentu sehingga mayoritas masyarakatnya tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hanya Dusun Batu Kembar bagian atas masih merasakan kesulitan karena letak fasilitas sekolah yang terlalu jauh, sarana dan prasarana transportasi yang mahal. Untuk tingkat SLTP dan SLTA harus ke Kecamatan Caringin atau ke kecamatan lain (Ciawi dan sekitarnya).

Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan kondisi lingkungan di masing-masing Desa Ciherang Pondok dan Ciderum. Sebelum adanya program, masyarakat tidak peduli terhadap lingkungan. Masyarakat membuah sampah di selokan. Program kampung sehat tidak hanya menjalankan aksi untuk membersihkan lingkungan, tetapi masyarakat juga diberikan pengetahuan terkait dengan lingkungan. Masyarakat dilibatkan dalam kegiatan sekolah lapang untuk mendapatkan pengetahuan bagaimana mengelola tanaman, air dan lingkungan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak AND warga RW 11 Desa Ciderum dan Ibu IRM warga RW 1 Desa Ciherang Pondok:

“...alhamdulillah ya neng, setelah adanya program ini

lingkungan kita lebih bersih dan nyaman. Orang-orang udah gak membuang sampah sembarangan lagi. Gak kayak dulu. Sampah berserakan dimana-mana...”– Bapak AND.

“...dulu kita kalo mau buang sampah juga bingung mau

kemana. Jadi ya sesukanya aja gitu neng. Kadang dibakar, kadang ditumpuk. Kalo sekarang mah kan udah ada tong

sampah disediakan...”– Ibu IRM.

Perubahan juga terjadi pada perilaku masyarakat. Hal tersebut dipertegas oleh Ibu FTR warga RW 1 Desa Ciherang Pondok dan Ibu ANG warga RW 11 Desa Ciderum:

“...menurut saya program ini bermanfaat sekali dek. Selain

lingkungan kita bersih, kita juga jadi tahu sekarang gimana cara mengelola sampah, jenis tanaman...”– Ibu FTR.

“...setelah adanya program ini pengetahuan saya bertambah.

Saya lebih ngerti tanaman apa yang bisa ditanam di

perkarangan, sampah juga bisa dijual...”– Ibu ANG.

(37)

Ikhtisar

Desa Ciherang Pondok merupakan desa binaan PT TI Caringin. Desa ini memiliki luas wilayah 427 Ha dengan mayoritas lahan digunakan untuk wilayah permukiman yaitu 49 persen. Masyarakat Desa Ciherang Pondok mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu sekitar 50,96 persen dari total masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, mayoritas masyarakat Desa Ciherang Pondok berada pada usia produktif muda yaitu sekitar 67,68 persen. Agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Desa Ciherang Pondok adalah Islam yaitu sebanyak 98,55 persen dari total masyarakat secara keseluruhan. Meskipun mayoritas lahan digunakan sebagai lahan pertanian, bukan berarti mayoritas masyarakat bekerja sebagai buruh tani, melainkan beberapa masyarakat wiraswasta (perdagangan). Hal tersebut dikarenakan mayoritas penduduk yang bekerja di sektor swasta adalah warga pendatang. Terdapat perubahan dalam kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah adanya pengimplementasian program Kampung Sehat.

(38)
(39)

PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Program Corporate Social Responsibility PT Tirta Investama

Aqua adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh PT Tirta Investama (PT TI) di Indonesia sejak tahun 1973. Tokoh pendiri PT TI adalah Tirto Utomo. Sebagai salah satu perusahaan yang menggunakan salah satu sumber daya alam yaitu air sebagai bahan baku utama dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT TI turut serta berperan dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut selaras dengan konsep triple bottom line dimana PT TI tidak hanya mementingkan keuntungan ekonomi saja, tetapi juga pencapaian pelestarian lingkungan dan kesejahteraan sosial. PT TI menjaga sumber alam dengan tidak mengambil lebih dari apa yang diberikan oleh alam.

PT TI bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber mata air dengan mengajak peran serta masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama melindungi lingkungan alam sekitar. Kegiatan PT TI bersama masyarakat setempat dalam menjalankan program sosial dan lingkungan hidup bertujuan untuk melestarikan sumber daya air dan memberdayakan masyarakat. PT TI juga ikut berperan serta pada penurunan emisi CO2. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan menghitung tingkat emisi CO2, mulai dari pengiriman bahan baku supplier, jenis bahan baku, proses produksi, pengiriman dari pabrik hingga ke konsumen, penyimpanan produk di gudang, dan yang terakhir adalah tingkat daur ulang di tempat pembuangan akhir. Bentuk kepedulian dan tanggung jawab PT TI dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat diwujudkan melalui program-program CSR yang berada di bawah payung besar “Aqua Lestari”. Program CSR-Aqua Lestari

Aqua Lestari adalah payung inisiatif keberlanjutan yang dikembangkan AQUA Group sejak tahun 2006 sebagai perwujudan visi dan komitmennya dalam mengelola operasional secara bertanggung jawab demi keberkelanjutan bisnis dan lingkungan serta kesejahteraan para pemangku kepentingannya. Setidaknya terdapat empat pilar yang terdapat pada Aqua Lestari, yaitu pelestarian air dan lingkungan, praktik perusahaan ramah lingkungan, pengelolaan distribusi produk, dan pelibatan dan pemberdayaan masyarakat. Berikut penjelasan singkat mengenai empat pilar Aqua Lestari:

1. Pelestarian Air dan Lingkungan

(40)

menerapkan konsep hemat air dalam pengelolaan lahan. Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) merupakan komitmen jangka panjang dan memerlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan terkait.

2. Praktik Perusahaan Ramah Lingkungan

Praktik perusahaan ramah lingkungan adalah komitmen AQUA Group untuk menjalankan operasi bisnisnya dengan mengedepankann nilai-nilai hak asasi manusia, kesehatan dan keselamatan kerja, kualitas dan kepatuhan pada peraturan serta perundang-undangan yang berlaku. Emisi gas rumah kaca merupakan penyebab perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan kualitas hidup manusia. AQUA Group melakukan berbagai inovasi untuk menekan emisi gas rumah kaca sekaligus meningkatkan kinerja operasionalnya. Untuk mencapai target penurunan emisi beberapa inisiatif dilakukan, yaitu antara lain mengurangi berat dari material kemasan dan melakukan penghematan listrik antara lain merancang ulang proses, mengkonversi dan mengganti peralatan, serta mendorong perubahan perilaku individu. 3. Pengelolaan Distribusi Produk

AQUA Group menyadari bahwa distribusi produk juga perlu dikelola dengan baik sehingga tidak berkembang menjadi suatu resiko yang besar bagi lingkungan dan masyarakat ke depannnya. Pengelolaan distribusi produk AQUA Group dimulai dengan sejumlah langkah seperti menjalankan program pendidikan keselamatan transportasi (safety driving) bagi supir pengantar (transporter) dan karyawan, berkontribusi pada perawatan jalan, serta mengkaji peluang penggunaan model transportasi alternatif kereta api untuk mengangkut produk dari pabrik-pabrik di Sukabumi ke Jakarta.

4. Pelibatan dan Pemberdayaan Masyarakat

AQUA Group melibatkan dan memberdayakan masyarakat sekitar lokasi operasinya untuk keberlanjutan bisnis dan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Hal itu dilakukan dengan membangun keswadayaan masyarakat di sekitar pabrik.

Dari ke empat pilar tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi lima program yang masih terintegrasi dengan empat pilar Aqua Lestari. Kelima program tersebut ialah:

1. Konservasi

Program yang bertujuan untuk mencegah erosi tanah, yaitu melalui penanaman kembali di daerah gundul di kawasan hutan lindung maupun di kawasan hutan masyarakat. Selain itu, program ini juga salah satu program edukasi yang mengajarkan masyarakat maupun anak-anak untuk senantiasa bersama-sama menjaga kelestarian sumber mata air. Program ini senantiasa mengacu pada kebutuhan masyarakat sekitar, dan bekerja sama dengan pemerintah, sekolah dan masyarakat di daerah sekitar PT TI dalam pembibitan, pendistribusian dan penanaman pohon, baik di daerah konservasi, lingkungan desa, pekarangan masyarakat maupun di sekitar sumber AQUA.

(41)

Program yang bertujuan untuk memberikan penyediaan sarana dan prasarana air bersih, memfasilitasi kelembagaan pengguna air, serta membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di sekitar PT TI.

3. Waste Management

Program kerjasama antara PT TI dengan masyarakat sekitar untuk mengelola sampah organik menjadi pupuk organik yang bisa digunakan untuk pertanian dan penghijauan. Sementara itu, sampah organik didaur ulang menjadi barang yang dapat dipakai kembali dan bernilai secara ekoonomi.

4. Pertanian Organik

Program yang dikembangkan dengan menggunakan pupuk dan pestisida alami sebagai upaya mengurangi kerusakan lahan pasca pemakaian pupuk kimiawi.

5. Pendidikan Keselamatan Transportasi

Program yang bertujuan untuk memberikan pembelajaran atau edukasi kepada seluruh karyawan PT TI agar senantiasa menjaga keselamatan selama menggunakan moda transportasi.

Program Kampung Sehat

Program CSR PT TI yang menjadi fokus penelitian ini ialah program Kampung Sehat. Program ini merupakan bagian dari Program WASH yang telah diimplementasikan oleh PT TI di dua desa yang berbeda, yaitu Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor sejak tahun 2011. Berikut ini akan dijelaskan mengenai awal mula, implementasi, hingga hasil program CSR Kampung Sehat di Desa Ciherang Pondok dan Desa Caringin. Awal Pelaksanaan Program Kampung Sehat

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat menjadi salah satu alasan PT TI dalam merencanakan pengimplementasian program Kampung Sehat di Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum. Terbukti dengan masih terdapatnya tempat pembuangan air limbah rumah tangga ditempat terbuka, seperti air cucian baju, piring, dan sebagainya, banyaknya sampah yang berserakan di jalan sekitar tempat tinggal mereka, dan minimnya saluran air/selokan. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak PPN, peserta program CSR Kampung Sehat PT TI Caringin:

“...disini tuh neng banyak kubangan air limbah rumah tangga,

warga juga kayanya mah gak peduli kalo sebenernya selokan itu juga penting, saya mah sebenernya mau bikin tapi mau disalurin kemana kalo warga yang laen aja belom bikin, jadi ya nggak dibuat-buat deh sampe sekarang...” - Bapak PPN.

(42)

memfasilitasi kelembagaan pengguna air, serta membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Hal tersebut senada dengan yang dijelaskan oleh Bapak HRY, Community Development Officer PT TI:

“...selain memberikan sarana air, program ini juga untuk

merubah PHBS dan mengajarkan masyarakat untuk mengelola sampah di sekitar rumah mereka serta juga membantu

pemerintah dalam pencapaian MDG’s...”- Bapak HRY.

Program Kampung Sehat ini dilaksanakan didua RW/RT yaitu RT 3/11 Desa Ciderum dan RT 7/01 Desa Ciherang Pondok. Sebelum program Kampung Sehat diimplementasikan, pihak perusahaan mengadakan pertemuan dengan warga untuk membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan program tersebut.

Saat pertemuan tersebut, sosialisasi hanya melibatkan warga yang memiliki jabatan atau kedudukan penting di dua desa, seperti tetua masyarakat, ketua RT, dan ketua RW. Mereka nantinya akan menjadi perantara antara manajemen perusahaan dengan masyarakat lainnya. Hal tersebut yang menyebabkan penyebaran infromasi mengenai program Kampung Sehat menjadi tidak efektif. Sehingga, banyak dari masyarakat desa yang tidak mengetahui program Kampung Sehat karena minimnya informasi yang didapat.

Implementasi Program Kampung Sehat

Pada tahap implementasi program, PT TI bekerjasama dengan Yayasan Tanggap Alam untuk memfasilitatori kegiatan-kegiatan Kampung Sehat. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain, TOT (Pencarian kader Kampung Sehat), Sekolah Lapang, Studi Pengelolaan Sampah, Aksi pengelolaan air dan lingkungan, pertemuan teknis petani, dll. Selain adanya aksi yang dilakukan, masyarakat juga diberikan pengetahuan terkait lingkungan serta mengelola sampah untuk dijadikan sebagai barang ekonomis. Hal tersebut dipertegas oleh Ibu SRY, warga RW 11 Desa Ciderum:

“...dengan adanya program Kampung Sehat ini, kita jadi tahu

neng cara mengelola sampah dan lebih peduli sama

lingkungan...” - Ibu SRY.

Pihak PT TI juga menyatakan bahwa salah satu tujuan diimplementasikannya program Kampung Sehat ini adalah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses air bersih agar tercipta keluarga yang sehat dan lingkungan yang bersih. Masyarakat juga diberikan pendampingan dalam mengelola lingkungannya. Melalui program ini, harapannya dapat menimbulkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan serta menciptakan keberlanjutan dari program Kampung Sehat tersebut.

Evaluasi Program Kampung Sehat

(43)

mengetahui umpan balik masyarakat sebagai penerima manfaat program yang dapat dijadikan masukan demi upaya perbaikan program yang diimplementasikannya pada masa yang akan datang. Dalam hal ini PT TI belum melibatkan peran serta masyarakat dalam mengevaluasi program Kampung Sehat yang telah diimplementasikannya di Desa Ciherang Pondok dan Desa Ciderum karena kurangnya sumberdaya manusia dari kalangan internal PT TI untuk melakukan evaluasi program di lapang. Evaluasi masih dilakukan secara mandiri oleh PT TI nya dan tidak melibatkan masyarakat didalamnya. Hal tersebut dipertegas oleh Bapak HRY, Community Development Officer PT TI:

“...untuk evaluasi program memang kami belum libatkan

masyarakat karena kaminya sendiri saja kurang orang untuk ke lapang, yang ada ya hanya sukarelawan saja. Sejauh ini memang evaluasi hanya kami lakukan dikalangan internalnya saja, belum sampai mengajak serta masyarakat...” - Bapak HRY.

Sebelum melakukan evaluasi, PT TI melakukan pengawasan di lapang. Pengawasan yang dilakukan hanya sebatas untuk mengetahui apakah ada kendala yang berarti setelah program tersebut selesai diimplementasikan.Setelah pengawasan dilakukan, maka pihak PT TI melakukan penilaian terhadap indikator-indikator keberhasilan program yang telah dibuat sebelum program diimplementasikan. Penilaian tersebut akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan program kedepan.

Ikhtisar

(44)
(45)

KARAKTERISTIK PESERTA PROGRAM CSR KAMPUNG

SEHAT PT TIRTA INVESTAMA

Karakteristik individu merupakan faktor internal dari masing-masing individu peserta program CSR Kampung Sehat PT TI Caringin yang dibagi menjadi lima variabel, yaitu tingkat umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan pengalaman berkelompok.

Tingkat Umur

Umur individu peserta program pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu < 35 tahun yang digolongkan menjadi umur produktif muda, 35-50 tahun yang digolongkan menjadi umur produktif menengah, dan > 50 tahun yang digolongkan menjadi umur produktif tua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah dan persentase peserta program menurut golongan umur pada tahun 2014

Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

<35 tahun (Produktif Muda) 13 37,14

35-50 tahun (Produktif Menengah) 19 54,28

>50 tahun (Produktif Tua) 3 8,58

Total 35 100,0

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah peserta program yang berada pada umur produktif menengah lebih banyak dibandingkan dengan peserta program yang berada pada umur produktif muda dan produktif tua.

Jenis Kelamin

Jumlah peserta program berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah peserta program laki-laki. Hal ini disebabkan peserta program perempuan cenderung lebih banyak terlibat dan bersedia meluangkan waktunya selama program CSR Kampung Sehat PT TI Caringin diimplementasikan. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan persentase peserta program menurut jenis kelamin pada tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 17 48,57

Perempuan 18 51,43

(46)

Status Pernikahan

Status pernikahan individu peserta program dalam penelitian ini dibagi menjadi empat kategori, yaitu belum menikah, menikah, cerai hidup, dan cerai mati. Hampir seluruh peserta program pada penelitian ini berstatus menikah dan hanya terdapat satu peserta program yang berstatus cerai hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah dan persentase peserta program menurut status pernikahan pada tahun 2014

Status Pernikahan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Belum Menikah 5 14,28

Menikah 27 77,14

Cerai Hidup 1 2,8

Cerai Mati 2 5,78

Total 35 100,0

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan individu peserta program dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak sekolah/tamat SD yang digolongkan menjadi tingkat pendidikan rendah, tamat SMP yang digolongkan menjadi tingkat pendidikan sedang, dan tamat SMA/PT yang digolongkan menjadi tingkat pendidikan tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendidikan pada tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tidak Sekolah/ Tamat SD (Rendah) 9 25,72

Tamat SMP (Sedang) 9 25,72

Tamat SMA/ Perguruan Tinggi (Tinggi) 17 48,56

Total 35 100,0

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Tabel 1  Definisi operasional karakteristik individu
Tabel 2  Definisi operasional partisipasi
Tabel 3 Definisi operasional modal sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulan

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena kesalahan dalam penulisan atau ortografi bahasa Perancis, karena masih ditemukan permasalahan dalam penulisan

Pada rancangan ketel uap pipa api mini dari PDP 1 (2014) bahwa laju aliran kalor pada pipa api belum dilakukan analisa teoritis, untuk itu perlu dilakukan

Penelitian tersebut diperkuat dengan pemberian ekstrak daun katuk ke dalam ransum broiler sebesar 18 g/kg ransum mampu menurunkan akumulasi lemak pada perut.. Penelitian

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi bumi dan alam semesta dengan model pembelajaran Make a Match pada siswa kelas V

Hal ini dikarenakan aroma kopi yang mengundang selera membuat konsumen menginginkannya lagi, walaupun pada awalnya tidak berniat melakukan pembelian ulang, namun dengan

Proses pencocokkan dilakukan setelah data-data citra wajah yakin telah di-training dan telah tersimpan dalam basis data, sehingga data-data tersebut dapat digunakan

Sistem struktur yang menyebarkan beban kepada penyangggga melalui kabel ataupun selaput. Sistem ini direkabentuk untuk memindahkan daya-daya tegangan.Kabel dan