• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan, Partisipasi Masyarakat Dan Efektivitas Program Csr Pt Pertamina Ru Vi Balongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan, Partisipasi Masyarakat Dan Efektivitas Program Csr Pt Pertamina Ru Vi Balongan"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PT PERTAMINA RU VI BALONGAN

(Kasus Kelompok Pantai Lestari dan Jaka Kencana

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)

ARIS WIDIANTO

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan antara Gaya Kepemimpinan, Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Program CSR PT Pertamina RU VI Balongan (Kasus Kelompok Pantai Lestari dan Jaka Kencana Kabupaten Indramayu, Jawa Barat), merupakan hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi oleh lembaga manapun. Skripsi ini juga tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(3)

Masyarakat dan Efektivitas Program CSR PT Pertamina RU VI Balongan. Di bawah bimbingan SITI AMANAH.

PT Pertamina menjalankan Program CSR Mangrove Edupark dengan melibatkan dua kelompok mitra binaan yaitu kelompok Pantai Lestari dan Jaka Kencana. Berkaitan dengan hal tersebut, kepemimpinan suatu kelompok penerima program yang disertai partisipasi masyarakat sebagai anggota, merupakan hal penting untuk mendukung keberhasilan Program CSR yang efektif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan, partisipasi masyarakat, dan efektivitas pada Program CSR. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dan penelitian desktriptif yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei melibatkan kelompok mitra binaan di Desa Karangsong dan Pabean Udik. Hasil dari penelitian ini adalah gaya kepemimpinan yang dipakai ketua kelompok Jaka Kencana dominan otoriter dan pada Pantai Lestari dominan demokrasi. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan anggota dengan gaya kepemimpinan ketua kelompok Jaka Kencana dan Pantai Lestari. Terdapat hubungan positif yang lemah antara gaya kepemimpinan dan tingkat partisipasi anggota pada kedua kelompok. Terdapat hubungan positif gaya kepemimpinan dengan efektivitas Program CSR pada kedua kelompok, serta terdapat hubungan positif antara partisipasi dengan efektivitas Program CSR pada kedua kelompok.

Kata Kunci: CSR, efektivitas, gaya kepemimpinan, partisipasi masyarakat.

ABSTRACT

ARIS WIDIANTO. The Correlation between Leadership Style, Community Participation and Effectiveness CSR Program of CSR Program PT Pertamina RU VI Balongan.Supervised bySITI AMANAH.

(4)
(5)

PT PERTAMINA RU VI BALONGAN

(Kasus Kelompok Pantai Lestari dan Jaka Kencana

Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)

ARIS WIDIANTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

(Kasus Kelompok Pantai Lestari dan Jaka Kencana Kabupaten Indramayu, Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : Aris Widianto

NIM : I34120001

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Gaya Kepemimpinan, Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Program CSR PT Pertamina RU VI Balongan”(Kasus Kelompok Pantai Lestari dan Jaka Kencana Kabupaten Indramayu, Jawa Barat). Penelitian ini ditujukan untuk memenuhi satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dan tugas akhir skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr.Ir. Siti Amanah, MSc sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, arahan serta masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini. Kemudian Dr. Ivannovich Agusta, SP, MSi. Ir. Fredian Tonny, MS. Hana Indriana, MSi. sebagai dosen yang telah berkenan mereview dan memberi banyak masukan dan perbaikan. Setelah itu, Manager CSR PT Pertamina, Bapak Agus Mashud yang telah berkenan memberikan izin kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Ungkapan terimakasih juga untuk Mas Edward, Pak Asep Suwanda yang telah memberikan support dan perizinan untuk peneliti. Pak Cecep Supriyatna, Pak Nana Kanan, Mas Riza, Mba Tri sebagai CSR PT Pertamina yang telah memberikan banyak bantuan, masukan informasi dan data. Terima kasih juga kepada Bapak Sugiyanto dan Ibu Yuwana sebagai orang tua tercinta serta Heru Cokro Hadianto selaku adik tercinta yang menjadi sumber motivasi dan selalu memberikan dorongan positif kepada peneliti. Seluruh keluarga SKPM 49, dan Keluarga Majalah Komunitas, Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama, Keluarga Paguyuban Karya Salemba Empat juga KelompokfriendzoneMuchlisah Harliani, Rohmah Hidayati, Ferisa Anis Danesvaran sebagai teman berdiskusi sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat kost Bang Faizal Firdaus, Paman Han, beserta kawan-kawan yang telah membantu peneliti selama di Indramayu. Terakhir penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah memberikan semangat dan doa bagi penulis dan tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Semoga penelitian ini memberikan manfaat bagi semua kalangan.

Bogor, September 2016

(9)

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 4

Kegunaan Penelitian 4

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Pemimpin dan Kepemimpinan 5

Gaya Kepemimpinan 6

Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan 8

Hasil Penelitian tentang Gaya Kepemimpinan 9

Partisipasi Masyarakat 10

Tingkatan Partisipasi Masyarakat 11

Corporate Social Responsibility(CSR) 13

TahapanCorporate Social Responsibility 14

Efektivitas Program CSR 15

Kerangka Pemikiran 17

Hipotesis Penelitian 19

PENDEKATAN LAPANGAN 21

Metode Penelitian 21

Lokasi dan Waktu Penelitian 21

Teknik Penentuan Informan dan Responden 22

Teknik Pengumpulan Data 22

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 23

Definisi Operasional 24

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 29

Profil Desa Karangsong dan Pabean Udik 29

GAMBARAN UMUM KELOMPOK PENERIMA PROGRAM 35

Profil Kelompok Jaka Kencana 35

Profil Kelompok Pantai Lestari 37

GAMBARAN UMUM KETUA KELOMPOK PENERIMA PROGRAM 41

Profil Ketua Kelompok Jaka Kencana dan Pantai Lestari 41

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PROGRAM CSR PT

PERTAMINA RU VI BALONGAN 47

PT. Pertamina RU-VI BALONGAN 47

ProgramCorporate Social Resposibility 54

Program Lingkungan MangroveEdupark 56

Ikhtisar 62

ANALISIS PROFIL ANGGOTA KELOMPOK PEMANFAAT 63

Karakteristik Anggota Kelompok Jaka Kencana dan Pantai Lestari 63

GAYA KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK PEMANFAAT 67

Gaya Kepemimpinan Setiap Situasi 67

Gaya Kepemimpinan Ketua Secara Umum 71

Ikhtisar 72

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK PEMANFAAT 73

(10)

Kondisi Partisipasi Secara Umum 78

Ikhtisar 80

EFEKTIVITAS PROGRAM CSR 81

Analisis Efektivitas Program CSR Mangrove Edupark 81

Ikhtisar 83

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN, PARTISIPASI ANGGOTA, DAN

EFEKTIVITAS PROGRAM 85

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Partisipasi Anggota 85

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Gaya Kepemimpinan 87

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas Program 89

Hubungan Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Program CSR 90

Ikhtisar 92

PENUTUP 95

Simpulan 95

Saran 96

DAFTAR PUSTAKA 97

(11)

2 Perbandingan definisi CSR dan kata kunci 14

3 Faktor yang mempengaruhi efektivitas Program CSR 16

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Program CSR 17 5

Definisi operasional profil anggota kelompok

Definisi operasional faktor-faktor situasi gaya kepemimpinan Definisi operasional tingkat partisipasi

Definisi operasional tingkat efektivitas Program CSR

23 24 26 27 38 10 Jumlah penduduk Desa Pabean Udik dan Karangsong menurut

jenis kelamin tahun 2014

30

11 Jumlah KK menurut jenis kelamin tahun 2014 30

12

Jumlah penduduk menurut kelompok umur muda, umur produktif, dan umur tua tahun 2014

Jumlah dan jenis sekolah di Desa Pabean Udik dan Karangsong tahun 2014

Jumlah kepala keluarga menurut tingkat pendidikan tahun 2014 Penduduk yang bekerja dirinci menurut status dalam pekerjaan di Desa Pabean Udik dan Karangsong tahun 2014

Kegiatan yang Jaka Kencana dengan CSR PT Pertamina RU VI Balongan

18 Penghargaan Pantai Lestari 38

19 Kegiatan Pantai Lestari dengan CSR PT Pertamina RU VI Balongan 39 20 Kapasitas dan distribusi produk Pertamina RU-VI Balongan 53

21 Prestasi PT Pertamina RU VI Balongan 54

22 Frekuensi dan persentase profil anggota kelompok penerima program 63 23

24

Gaya kepemimpinan ketua tiap kelompok pada setiap situasi Ikhtisar gaya kepemimpinan

67 72

25 Partisipasi anggota penerima pogram setiap tahapan 73

26 Tingkat partisipasi anggota tiap kelompok secara umum 80 27

28

Analisis efektivitas Program CSR kelompok Jaka Kencana dan Pantai Lestari

Ikhtisar efektivitas Program CSR

81

83 29 Hubungan gaya kepemimpinan dengan tingkat partisipasi anggota

tiap kelompok

85

30 Hubungan tingkat pengetahuan dengan gaya kepemimpinan ketua tiap kelompok

87

31 Hubungan gaya kepemimpinan dengan efektivitas Program CSR kelompok Jaka Kencana

89

32

33

Hubungan tingkat partisipasi anggota dengan efektivitas Program CSR

Ikhtisar hubungan gaya kepemimpinan, partisipasi, dan efektivitas Program CSR

91

(12)
(13)

2 Logo PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan 49

3 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan 50

4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI 52

5 Implementasi Program Penanaman Mangrove Pantai Lestari 59

6 Implementasi Program Pengolahan Mangrove Jaka Kencana 60

7 Evaluasi Program Mangrove Edupark di Kantor Kecamatan Indramayu 61 8 Diagram jenjang pendidikan anggota Kelompok Jaka Kencana 65 9 Diagram jenjang pendidikan anggota Kelompok Pantai Lestari 65

10 Perbedaan gaya kepemimpinan ketua dari dua kelompok 72

11 Posisi tangga partisipasi anggota Kelompok Jaka Kencana dan Pantai 78 Lestari

12 Posisi kekuatan partisipasi anggota Kelompok Jaka Kencana dan Pantai 79 Lestari

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta Wilayah 102

2 Jadwal Penelitian 103

3 Daftar Responden 104

4 Data Uji Reliabilitas, Uji Validitas , Uji Normalitas Uji Korelasi SPSS 105

5 Dokumentasi Kegiatan Lapang 110

6 Kuesioner 112

7 Pertanyaan Mendalam 128

8 Catatan Lapang 135

9. Tulisan Tematik 137

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya alam merupakan segala sesuatu yang berasal dari alam dan digunakan untuk memberi manfaat kepada manusia dan makhluk hidup sekitarnya untuk keberlangsungan hidup mereka. Sumber daya alam di Indonesia umumnya dikelola oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Akan tetapi, tidak semua proses pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan di Indonesia tepat guna. Hampir semua pengelolaan sumber daya alam rentan terkena isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat akibat adanya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam tersebut. Di Indonesia sendiri, perusahaan tambang merupakan salah satu sektor pembangunan yang sangat penting sehingga pengembangannya secara berkelanjutan perlu dilakukan karena berhubungan erat dengan pendapatan nasional dan daerah serta memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar perusahaan (Mutmainna 2014)

Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah Pertamina RU VI Balongan merupakan masyarakat yang termasuk dalam wilayah operasi pengolahan minyak mentah hasil tambang PT Pertamina yaitu Ring 1 Desa Balongan dan Ring 3 Desa Karangsong dan sekitarnya. Arviana (2014) menjelaskan bahwa Ring 3 yaitu Desa Karangsong menjadi perhatian bagi Pertamina karena pada tahun 2008 pernah terjadi tumpahan minyak oleh kapal tanker di sekitar tempat warga mencari ikan. Hal ini menyebabkan warga menuntut ganti rugi kepada pihak PT. Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT Pertamina untuk meredam konflik tersebut adalah dengan melaksanakan CSR.

Pelaksanaan Program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT Pertamina yang merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk Program CSR Pertamina adalah sebesar 1 persen dari prognosis laba perseroan dengan pembagian realisasi 80 persen dana untuk Program CSR perusahaan yang direncanakan dan 20 persen dana untuk program yang sifatnya responsif (PT Pertamina 2011). Oleh karena itu, PT Pertamina telah menerapkan beberapa Program CSR bagi masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Beberapa program yang telah dilaksanakan PT Pertamina yakni program lingkungan, sosial, kesehatan dan ekonomi yang semuanya berfokus pada pemberdayaan masyarakat sekitar operasi perusahaan.

Aturan dasar dari pemerintah Indonesia yang membuat konsep CSR tersebut harus direalisasikan dan diimplementasikan oleh setiap perusahaan di Indonesia karena diberlakukannya Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas (UU-PT) No. 40 Tahun 2007 yang salah satu pasal dalam UU-PT tersebut, yakni Pasal 74 ayat 1, disebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan kini wajib mengeluarkan dana perusahaannya untuk mengimplementasikan dan membuat Program CSR yang ditujukan bagi seluruh

(16)

Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas juga menyatakan bahwa setiap perseroan mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari pihak yang turut andil dalam menjalankan pembangunan di Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh perusahaan melibatkan berbagai macam pihak, seperti pemerintah, masyarakat, pihak asing, dan lain sebagainya. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional perusahaan adalah salah satu pihak yang dapat mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan suatu perusahaan. Mereka adalah pihak yang paling merasakan dampak suatu kegiatan operasional perusahaan baik dari segi sosial ekonomi maupun lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan sangat perlu menjaga keseimbangan dengan masyarakat khususnya yang berada di sekitar lokasi operasional perusahaan dalam rangka menjaga eksistensinya (Rahmawati 2011). Pelaksanaan CSR seringkali mengalami masalah didalam pelaksanaanya, banyak kelompok penerima program yang diberikan dana CSR dipakai tidak sesuai harapan, sehingga pelaksanaan CSR dapat tidak berjalan tepat sasaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan agar pelaksanaan CSR berjalan tepat sasaran adalah dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat secara langsung (Arviana 2014).

Pemimpin adalah orang yang berperan sentral dalam menggerakkan organisasi dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan berjalannya organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin juga memastikan tujuan dari organisasi tersebut tercapai dengan efektif dan efisien serta memiliki tanggung jawab pula terhadap orang-orang yang dipimpinnya (Bahri 2011). Oleh karena itu, pemimpin adalah salah satu komponen yang menentukan partisipasi sebuah kelompok atau lembaga. Pada penelitian Riyadi (2012) bahwa terciptanya kenyamanan kelompok antara kepala dengan anggota dapat terwujud dengan suatu cara kepemimpinan yang tepat. Penerapan gaya kepemimpinan yang seusai membuat anggota dapat bekerja lebih efekif dan efisien, sehingga dapat mendorong peningkatan partisipasi kerja secara maksimal.

(17)

(Pertamina 2014). Program ini menjadi unggulan dikarenakan ketua kelompok dari Pantai Lestari bersama anggota berhasil dalam mengelola kawasan mangrove yang subur dan menjadi kawasan ekowisata pusat mangrove di Jawa Barat. Pada latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gaya kepemimpinan, partisipasi yang ada pada masing-masing kelompok binaan tersebut dalam mempengaruhi efektivitas CSR Program Mangrove edupark. Hasil penelitian Nikolaus (2014) bahwa partisipasi masyarakat desa akan semakin tinggi jika didorong oleh tipe kepemimpinan kepala desa yang semakin demokratis. Pemimpin formal maupun informal suatu program di desa harus mampu merangkul seluruh lapisan masyarakat agar dapat berjalan beriringan dengan satu tujuan yaitu membangun desa menuju masyarakat yang lebih maju dan lebih baik. Terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan dan tingkatan partisipasi yang digunakan dalam mewujudkan suatu program menjadi efektif. Oleh karena itu, penting mengkaji hubungan gaya kepemimpinan dan partisipasi masyarakat terhadap efektivitas Program MangroveEduparkpada kelompok binaan PT. Pertamina RU VI Balongan.

Masalah Penelitian

Kepemimpinan dan keberhasilan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan unsur penting bagi perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnis. CSR sekaligus merupakan wujud tanggungjawab perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Perusahaan industri yang sangat menggantungkan kegiatan operasionalnya kepada sumber daya alam ini telah memiliki kesadaran akan dampak operasionalnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal tersebut membuat CSR PT Pertamina membuat Program Mangrove Edupark dalam praktek keperdulian lingkungan terhadap lingkungan mangrove dan memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan di berbagai desa binaannya khususnya didaerah sekitar operasi kilang. (Pertamina 2015). PT Pertamina telah berupaya melaksanakan Program CSR berlandaskan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat, belum diketahui sejauhmana tingkat penerapan gaya kepemimpinan dan partisipasi masyarakat yang dilakukan PT Pertamina padaProgram Mangrove edupark ini.

(18)

pengaruh yang besar terhadap suatu program yang dijalankannya karena gaya kepemimpinan yang diterapkan. Gaya kepemimpinan ini memungkinkan program berjalan efektif atau berjalan gagal. Oleh karena itu perlu diteliti, bagaimana hubungan gaya kepemimpinan dengan efektivitas Program Mangrove Edupark PT Pertamina RU VI Balongan? Partisipasi yang dilakukan oleh anggota kelompok dalam menjalankan berbagai kegiatan CSR akan mempengaruhi efektivitas Program CSR. Efektivitas merupakan sebuah pengukuran yang suatu targetnya telah tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Perusahaan mengharapkan bahwa Program CSR yang diimplementasikannya berhasil. oleh karena itu perlu diteliti bagaimana hubungan partisipasi anggota kelompok dengan efektivitas Program MangroveEduparkPT Pertamina RU VI Balongan?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan dan partisipasi masyarakat terhadap efektivitas Program CSR PT. Pertamina RU VI Balongan. Secara khusus bertujuan penelitian untuk:

1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan ketua kelompok binaan yang pada Program MangroveEduparkPT Pertamina RU VI Balongan.

2. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan anggota dengan gaya kepemimpinan ketua kelompok pada Program Mangrove Edupark PT Pertamina RU VI Balongan.

3. Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan dengan tingkat partisipasi

anggota kelompok pada Program Mangrove Edupark PT Pertamina RU VI Balongan?

4. Menganalisis hubungan gaya kepemimpinan dengan efektivitas Program MangroveEdupark PT Pertamina RU VI Balongan.

5. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota kelompok dengan efektivitas Program MangroveEduparkPT Pertamina RU VI Balongan.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan Program CSR, khususnya kepada :

1. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai gaya kepemimpinan dan partisipasi masyarakat terhadap efektivitas CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Selanjutnya, untuk civitas akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai gaya kepemimpinan dan partisipasi masyarakat terhadap efektivitas Program CSR.

2. Kalangan perusahaan, untuk menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan Program CSR yang telah dilaksanakan. Serta memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas Program CSR.

3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran bagaimana partisipasi masyarakat pada Program CSR yang telah dilaksanakan.

(19)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pemimpin dan Kepemimpinan

Pemimpin (Leader) adalah seorang yang dengan cara apapun, mampu mempengaruhi pihak orang lain untuk berbuat sesuatu, sesuai dengan kehendak orang itu sehingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Tidak jauh berbeda, pemimpin juga didefinisikan sebagai pengaruh antar personal yang dilaksanakan dalam suatu keadaan yang ditujukan untuk mencapai suatu tujuan khusus, melalui proses komunikasi (Wiriadihardja 1987).

Kepemimpinan merupakan kemampuan menggerakkan atau memotivasi anggota organisasi agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua orang yang dipimpin dalam pencapaian tujuan organisasi. Kepemimpinan yang efektif akan selalu berusaha agar kehendaknya diterima dan dirasakan oleh seluruh anggota kelompok sebagai kehendaknya juga (Randhita 2009). Pada konteks ini, pemimpin merujuk pada sosok seseorang. Selain itu, kepemimpinan merujuk pada kondisi atau hubungan antara pemimpin dengan orang yang dipimpin (bawahan).

Pemimpin berperan besar dalam mencapai kesuksesan suatu kelompok atau organisasi. Davis (1979) menyebutkan ada empat ciri utama pemimpin yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi :

1. Kecerdasan (intelligence). Kecerdasan seorang pemimpin sangat diperlukan karena dalam sebuah organisasi, pemimpin menjadi fokus utama dalam mengarahkan anggotanya. Pemimpin dituntut untuk dapat mewakili, mengarahkan dan memberikan pandangan kepada anggotanya.. Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat berbeda.

2. Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas (Social Maturity and breadth). Dalam sebuah organisasi, pemimpin membawahi banyak orang dengan kepribadian yang berbeda. Dalam hal ini pemimpin harus dapat mengakomodasi kepentingan anggotanya. Pemimpin juga dituntut untuk bersikap lebih sabar dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam organisasinya. Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan-kegiatan dan perhatian yang luas. Hubungan sosial yang luas berarti seorang pemimpin yang memiliki jaringan lebih banyak tentu akan berpengaruh lebih besar terhadap kesuksesan pemimpin.

3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Pemimpin dituntut untuk mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi. Mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik daripada ekstrinsik. Dengan begitu, pemimpin diharapkan dapat memotivasi semua anggotanya. 4. Sifat-sifat hubungan manusiawi. Seorang pemimpin yang sukses akan

(20)

Gaya Kepemimpinan

Setiap pemimpin memiliki berbagai cara dalam mengatur, mengarahkan dan memimpin untuk mencapai tujuan kelompoknya. Cara – cara dalam memimpin disebut sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan (Thoha 1991). Cara pemimpin dalam menggunakan kontrol atas anggota kelompoknya disebut dengan gaya kepemimpinan (Hybels 2003). Tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi, sebuah tindakan pemimpin harus bergantung pada pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Siregar (2006) hubungan antara atasan dan karyawan akan harmonis apabila atasan mampu menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi yang dihadapi. Adanya gaya kepemimpinan yang sesuai diharapkan dapat memberikan kepuasan kerja kepada karyawan. Terdapat beberapa gaya kepemimpinan menurut Wahjosumidjo (1984), yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Direktif

Gaya kepemimpinan direktif dicirikan oleh pemecahan masalah dan pengambilan keputusan berkaitan dengan seluruh pekerjaan menjadi tanggung jawab pemimpin dan ia hanya memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksanakannya. Selain itu, Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan menjalankan tugas.

2. Gaya Kepemimpinan Konsultatif

Gaya kepemimpinan konsultatif dicirikan oleh pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan dan bawahan. Pemimpin juga menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para bawahan. Dengan demikian, hubungan antara pemimpin dengan bawahan berlangsung baik.

3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepemimpinan partisipatif dicirikan oleh pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah atau dengan kata lain apabila pemimpin akan mengambil keputusan, dilakukan setelah adanya saran dan pendapat dari bawahan. Hal ini menyebabkan hubungan dengan bawahan terjalin dengan baik dan dalam suasana yang penuh persahabatan dan saling mempercayai.

4. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya kepemimpinan delegatif dicirikan oleh pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan. Selain itu, bawahan memiliki hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan.

Pendapat lain menyebutkan terdapat tiga macam gaya kepemimpinan teori Lippit dan White (Oktavina 2013) , yaitu:

1. Otokratis

(21)

Produktivitas kelompok yang dipimpin oleh Pimpinan Otoriter, lazimnya lebih produktif, dalam arti hasil kerja sebagai topeng yang ada hubungannya dengan kesenangannya. Kepemimpinan ini, umumnya dianggap kurang baik dan negatif. Dalam jangka panjang menjadi tidak efektif. Ciri-ciri perilaku kepemimpinan otokratik serta reaksi bawahannya, dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pimpinan

b. Langkah kegiatan teknis ditentukan oleh pimpinan, pada saat-saat tertentu, sehingga biasanya langkah-langkah berikutnya tidak ada kepastian.

c. Pimpinan mendiktekan tugas-tugas khusus dan para anggota adalah pelaksananya.

d. Pimpinan cenderung untuk mencela atau memuji secara personal dan tetap menjauhkan diri dari kegiatan kelompok, kecuali dalam hal berdemostrasi. Pemimpin yang otoriter menjadi pemimpin terbaik ketika kelompok harus melakukan pekerjaan yang sangat cepat. Satu orang mengambil alih tanggung jawab proyek dan menunjuk anggota lain untuk membagi tugas. (Hybels dan Weaver 2003).

2. Demokratis

Gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. pemimpin demokratis mendukung komunikasi di antara para anggota kelompok dengan cara mendorong mereka untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok. Pemimpin berbuat demikian dengan cara mengajukan beberapa sasaran dan prosedur alternatif, memperkenankan anggota untuk memilih sendiri pasangan dalam bekerja, memuji, dan mengeritik anak-anak muda secara obyektif dan kritis serta dengan meminta saran-saran. Wiriadihardja (1987) menjelaskan bahwa suasana dalam kelompok ini lebih akrab dan saling menghormati. Hubungan dengan pimpinan lebih bersahabat dan berlandaskan hubungan tugas kedinasan. Produktivitas meskipun tidak mencapai puncak, namun para pegawai bawahan menikmati kegembiraan-kerja dan memanfaatkan pengalamannya. Pada akhirnya hubungan kerja pola ini akan menjadi lebih baik. Umumnya dinilai lebih baik dan positif dalam jangka panjang akan menjadi lebih efektif, baik dalam arti kegembiraan bawahan. Ciri-ciri perilaku kepemimpinan demokratik serta reaksi bawahannya dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Semua kebijaksanaan dibahas dan ditentukan bersama oleh kelompok, dengan dorongan dan bantuan pimpinan.

b. Prespektif kegiatan diperoleh selama masa pembahasan. Langkah- langkah umum kebijaksanaan kelompok digariskan terlebih dahulu danjika diperlukan dapat meminta nasihat teknis. Pimpinan memberikan saran beberapa alternatif prosedur yang dapat dipilih di antaranya.

c. Para pegawai bawahan bebas untuk bekerja sama dengan siapa saja yang mereka senangi. Pembagian tugas pekerjaan diserahkan kepada kelompok untuk ditentukan bersama.

(22)

3. Laissez-Faire

Gaya laissez-faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Kepemimpinan laissez faire pada dasarnya menunjukkan suatu pola pengabaian yakni di mana pemimpin yang dipilih atau tokoh berwenang dalam suatu kelompok berusaha menghindari suatu tanggung jawab terhadap para pengikutnya. Menurut Wiriadihardja (1987) hasil kerja kelompok yang dipimpin oleh pimpinan laissez faire lebih memprihatinkan. Para pegawai bawahan keadaannya frustasi dan bekerja ogah-ogahan, main-main, kurang kecintaan terhadap perkejaannya. Kelompok kerja ini menunjukkan rasa kurang puas. Ciri-ciri perilaku kepemimpinanlaissez faireserta reaksi bawahannya sebagai berikut:

a. Kebebasan sepenuhnya untuk mengambil keputusan diberikan kepada kelompok maupun individual, tanpa banyak campur-tangan pimpinan. b. Bermacam-macam bahan/data diberikan. Pimpinan dengan jelas

menyatakan hanya akan memberikan bahan informasi bila diminta saja Pimpinan tidak mengambil keaktifan dalam pembahasan bersama kelompok

c. Sama sekali tanpa partisipasi pimpinan

d. Pimpinan jarang memberikan komentar secara spontan, terhadap kegiatan bawahannya, kecuali bila ditanya. Tidak ada usaha-usaha untuk menilai atau mengatur jalannya pekerjaan organisasi.

Gaya kepemimpinan tentu akan menyebabkan kepatuhan bawahan atau anggota yang berbeda – beda. Dalam tulisan ini diarahkan untuk mendapatkan jenis kepatuhan yang partisipatif. Gaya kepemimpinan yang dapat memunculkan kepatuhan tesebut adalah gaya kepemimpinan demokratis yaitu ketika pemimpin memberikan ruang terbuka kepada bawahan atau anggota untuk berkontribusi dan memberikan gagasannya.

Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan

Menurut Thoha (1991), gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang konsisten yang ditunjukan oleh seorang pemimpin dan sebagai yang diketahui oleh pihak lain atau pengikutnya. Pola perilaku umum yang biasanya terlihat antaranya perilaku yang berorientasi pada tugas dan perilaku yang berorientasi pada hubungan.

Perilaku yang berorientasi tugas adalah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peranan-peranan dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masingmasing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Selanjutnya disifati oleh usaha-usaha untuk menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

(23)

semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetia-kawanan dan kepercayaan bersama.

Menurut Amirullah (2015) dengan teori Kaplan dan Norton (2001) Gaya kepemimpinan dapat dikemukakan dengan melihat faktor strategi visi organisasi yaitu bagaimana pemimpin membuat tujuan atau visi untuk membuat strategi keberlanjutan kelompok, membangun jaringan kerja dengan mitra organisasi, desentralisasi kekuasaan kepada bawahan, memberikan inisiatif bawahan dengan memberdayakan bawahan dalam melaksanakan tugas.

Pada penelitian Bahri (2011) Gaya Kepemimpinan dibagi menjadi 4 situasi pekerjaan, yaitu (1) Tahap perencanaan dan pengambilan keputusan: pada tahap ini bagaimana sikap pemimpin kepada anggota saat rapat dan berkumpul dalam menentukan suatu tugas dan program secara bersama-sama. (2) Hubungan pemimpin dan pegawai: Pada tahap ini, mengidentifikasi bagaimana hubungan komunikasi pemimpin keseharianya terhadap pegawai. (3) Tahap evaluasi pembuatan laporan: Pada tahap ini, bagaimana pemimpin melibatkan pegawai dalam membuat laporan dan mengevaluasi tugas-tugas. (4) Tahap pelaksanaan tugas: Tahap ini menjelaskan bagaimana pemimpin memberi contoh yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas, dan memberi nasihat atau wejangan kepada pegawai.

Dari berbagai faktor situasi gaya kepemimpinan diatas, pada penelitian ini menggunakan beberapa faktor yaitu pengambilan keputusan, interaksi pemimpin dan anggota, pelaksanaan kegiatan dan keberlanjutan.

Hasil Penelitian tentang Gaya Kepemimpinan

Hasil penelitian Nikolaus (2014) bahwa partisipasi masyarakat desa semakin tinggi jika didorong oleh tipe kepemimpinan kepala desa yang semakin demokratis Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan gaya kepemimpinan memiliki keterkaitan dengan kinerja pegawainya. Menurut Oktaviani (2007) kepemimpinan dalam birokrasi pemerintah yang partisipatif dapat membawa pencapaian pembangunan yang positif bagi kemajuan desa. Pemimpin selalu mengajak para pegawai untuk terlibat aktif menyelesaikan tugas yang ada sehingga dalam kinerjanya pegawai terpacu dalam penyelesaian tugas yang cepat dan tepat karena pegawai tersebut merasa bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh pemimpinnya. Menurut Sari (2007) gaya kepemimpinan yang baik akan mencerminkan demokrasi dalam masyarakat yang baik. Selain itu Nordholty (1987) menyatakan bahwa peran pemimpin dalam birokrasi pemerintah adalah melayani masyarakat dan pemimpin harus lebih mementingkan kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingannya sendiri serta keluarganya sehingga gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi pegawai dibutuhkan. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan kinerja pegawai dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

(24)

pegawai. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi anggotanya untuk bekerjasama dan berdaya upaya dengan penuh semangat serta keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat lebih baik, lebih jujur, dan bertanggung jawab penuh atas tugas yang diembannya sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Hubungan pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap gaya kepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan membina para bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan (Hadari 2003).

Partisipasi Masyarakat

Menurut Nasdian (2003), pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi. Pemberdayaan masyarakat menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan dari dunianya sendiri, bukan hanya penerima pembangunan.

Proses “partisipasi” ditujukan untuk mendevolusikan kekuasaan kepada

komunitas sehingga inklusivitas dari masyarakat miskin dapat ditingkatkan dalam proses pengambilan keputusan (Rosyida 2012). Pada partisipasi masyarakat terlibat secara inklusif artinya terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi adalah proses yang bertahap dari pemberian atau pendistribusian kekuasaan pada komunitas sehingga memperoleh kontrol lebih besar pada hidup mereka sendiri. Partisipasi masyarakat menggambarkan bagaimana terjadinya pembagian ulang kekuasaan yang adil (redistribution of power) antara penyedia kegiatan dan kelompok penerima kegiatan (Rosyida 2012).

Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang dalam suatu proses. Nikolaus (2014) menjelaskan partisipasi adalah keterlibatan langsung anggota masyarakat dalam pembangunan desa meliputi kontribusi masyarakat desa dalam pembangunan desa yang meliputi:

1. Dimensi kontribusi masyarakat

Dimensi kontribusi masyarakat dijabarkan menjadi indikator-indikator: a. kontribusi pemikiran

b. kontribusi dana c. kontribusi tenaga d. kontribusi sarana

2. Dimensi pengorganisasian masyarakat dan dimensi pemberdayaan masyarakat.Dimensi pengorganisasian masyarakat dijabarkan menjadi indikator-indikator yaitu:

a. model pengorganisasian b. struktur pengorganisasian c. unsur-unsur pengorganisasian d. fungsi pengorganisasian

3. Dimensi pemberdayaan masyarakat dijabarkan menjadi indikator-indikator sebagai berikut:

(25)

Menurut Nasdian (2003) ada beberapa cara untuk mengembangkan partisipasi di tingkat komunitas. Pada dasarnya orang-orang akan berpartisipasi dalam kegitan komunikasi apabila kondisi-kondisinya kondusif melakukan kegiatan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut adalah seperti berikut:

1. Warga komunitas akan berpartisipasi jika mereka memandang penting issue-issue atau aktifitas tertentu. Untuk menentukan issue atau tindakan mana yang penting, Biasanya isu-isu yang menyentuh kebutuhan merupakan prioritas komunitas.

2. Warga komunitas berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok dan komunitas.

3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Jenis partisipasi yang harus dihargai tidak hanya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan formal (kepanitiaan, pertemuan dan lain-lain), tetapi juga kegitan-kegiatan yang lainnya (menyiapkan konsumsi, membuat notulen, kegiatan kesenian dan lain-lain).

4. Isu-isu seperti ketersediaan transportasi, keamanan, waktu dan lokasi aktifitas serta lingkungan tempat aktifitas terjadi merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu dipertimbangkan proses yang didasarkan pada komunitas.

Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Arnstein (1969) mengemukakan ada 8 (delapan) tingkat partisipasi yaitu: 1) manipulasi, 2) terapi, 3) informasi, 4) konsultasi, 5) placation, 6) partnership, 7) delegasi kewenangan, dan 8) kontrol. Terdapat 3 (tiga) tipologi partisipasi berdasarkan tingkat partisipasi, yaitu non-partisipasi, tokenism, dancitizen power.

Manipulasi dan terapi termasuk ke dalam tipologi non-partisipasi. Tujuan dari program bukan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, namun memungkinkan pemegang kekuasaan untuk mendidik peserta. Informasi, konsultasi, dan placation termasuk ke dalam tipologi tokenism. Informasi dan konsultasi merupakan tahap menuju tokenism, artinya peserta dapat mendengar dan didengar. Akan tetapi, peserta tidak memiliki kekuatan untuk memastikan bahwa pandangan mereka diperhatikan dengan kuat. Tidak ada tindak lanjut, tidak ada jaminan mengubah status quo. Sementara itu placation berada pada posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tokenism.

(26)

Tabel 1. Tingkatan partisipasi Arnstein

No Tingkat Partisipasi Hakikat Kesertaan Tingkat

Pembagian 2 Terapi (Therapy) Sekedar agar masyarakat

tidak marah/sosialisasi

1 Manipulasi

(Manipulation)

Permainan oleh pemerintah

(27)

Nasdian (2014) dengan teori Cohen dan Uphoff membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan suatu program. Artinya proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan olehstakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini,

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap monitoring dan evaluasi, tahap ini merupakan tahap yang cukup penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini diperlukan sebagai

feedbackyang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Corporate Social Responsibility(CSR)

Aktivitas perusahaan tidak terlepas dari lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik digunakan untuk aktivitas produksi dan lingkungan sosial merupakan lingkungan perusahaan berinteraksi dengan masyarakat. Pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan sosial perusahaan yakni pemilik karyawan serta publik, yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan yang merupakan sumber dari segala sumber daya yang dimiliki dan direproduksi oleh perusahaan (Tanudjaja 2006).

Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan perwujudan komitmen dan tanggung jawab perusahaan terdapat dampak negatif yang ditimbulkan akibat kegiatan usaha. Konsep CSR dikemukakan oleh beberapa ahli. Tanggung jawab sosial perusahaan atau

(28)

Tabel 2.P Perbandingan Definisi CSR dan Kata Kunci

No Pengarang Definisi CSR Kata Kunci

1 Imam Sulistyo

Program CSR yang dikembangkan harus lebih mengedepankan program-program yang berorientasi pada proses pemberdayaan, yang intinya bersifat

people centered, participatory, empowering, dan sustainable (Adam 2011). Tujuan dari pemberdayaan adalah agar orang yang diberdayakan mampu meraih keberdayaan dengan usaha sendiri. Wibisono (2007) menyatakan ada empat tahapan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam melaksanakan Program CSR, yaitu: Tahap perencanaan, terdiri dari tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building

(29)

mendapatkan prioritas. CSR Manual merupakan perencanaan sebagai pedoman dalam memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan.

Tahap implementasi, tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan, dan implementasi.

Tahap evaluasi, tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR. Dalam tahap evaluasi akan diperoleh nilai kefektivan dari suatu program. Nilai tersebut dapat membantu diperlukan tidaknya suatu rekomendasi program. Tahap Pelaporan, pelaporan perlu dilakukan untuk membangun informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan.

Efektivitas Program CSR

Efektivitas program merupakan bagian dari hasil akhir evaluasi. Hasil akhir tersebut akan menunjukkan suatu kesimpulan apakah program dapat berjalan lebih efektif. Menurut Hadayaningrat (1995). Efektivitas merupakan sebuah pengukuran yang suatu targetnya telah tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Menurut Susanto (1975), efektivitas merupakan daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk mempengaruhi. Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang. Bila suatu tujuan dapat dicapai dapat dikatakan bahwa tujuan tersebut efektif.

Wibisono (2007) mengungkapkan, untuk melihat sejauhmana efektivitas Program CSR, diperlukan parameter atau indikator untuk mengukurnya. Setidaknya ada dua indikator internal dan indikator eksternal. Indikator internal yaitu terdapat ukuran primer/kualitatif (M-A-O terpadu) dan ukuran sekunder. Ukuran primer/kualitatif (M-A-O terpadu) yaitu

1. Minimize, meminimalkan perselisihan/konflik/potensi konflik antara perusahaan dengan masyarakat, dengan harapan terwujudnya hubungan yang harmonis dan kondusif;

2. Asset, asset perusahaan yang terdiri dari pemilik/pemimpin perusahaan, karyawan, pabrik, dan fasilitas pendukungnya terjadi dan terpilihnya dengan aman,

(30)

dan direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan dan masyarakat.

Pelaksanaan Program CSR akan mudah terwujud jika ada faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Program berbasis masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan masyarakat dalam bentuk pelaksanaan program yang dalam prosesnya sangat mengutamakan kerja sama yang baik antar

stakeholder.

Tabel 3. Faktor yang mempengaruhi efektivitas Program CSR

No Penulis Bentuk program Faktor yang mempengaruhi

efektivitas Program CSR

(31)

Tabel 4. Faktor-faktor efektivitas Program CSR

No. Faktor-Faktor Pengertian

1 Evaluasi &

monitoring program

Kegiatan pendamping CSR,ketua berserta anggota untuk menilai kekurangan dan memantau pelaksanaan Program Mangrove Edupark dengan indikator Waktu pelaksanaan evaluasi dan monitoring program, Kehadiran anggota pendamping CSR dalam proses evaluasi dan monitoring program, Keterlibatan masyarakat dalam proses.

2 Daya Tanggap

Perusahaan

Upaya perusahaan dalam menghadapi

permasalahan kebutuhan masyarakat yang diperlukan dalam implementasi Program Mangrove

Edupark dengan cara: perusahaan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di masyarakat dan untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat

3 Konsistensi program Kesesuaian Program Mangrove Edupark yang diterima oleh masyarakat dengan perencanaan yang dilakukan sebelumnya di tingkat organisasi apakah sesuai perencanaan, memenuhi kebutuhan masyarakat, Tetap berlanjut jika ada kendala

4 Kepedulian terhadap Lingkungan Desa

Kepekaan PT Pertamina RU VI Balongan terkait Program Mangrove Edupark, pendidikan, penyuluhan, kesehatan, pemberdayaan, dan lingkungan alam

Kerangka Pemikiran

Pada umumnya Program CSR dilaksanakan dalam bentuk upaya tanggung jawab perusahaan untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan. Program CSR yang dilaksanakan dirancang dengan strategi yang tepat agar dapat menyentuh segala permasalahan sesuai dengan kebutuhan. Perusahaan dalam melaksanakan Program CSR mengharapkan program yang dijalankannya dapat berjalan efektif.

(32)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan untuk mewujudkan program yang efektif dapat dispesifikkan dalam lingkup sejauhmana gaya kepemimpinan dan partisipasi peserta program pada kategori program sosial dan lingkungan yaitu Mangrove Edupark. Profil anggota kelompok yang di observasi terdiri atas umur, jenis kelamin, pendidikan formal dan pengetahuan anggota tentang kelompok. Dari keempat subvariabel tersebut hanya pengetahuan tentang kelompok yang merupakan variabel anteseden yang akan menghubungkan tingkat pengetahuan anggota dengan gaya kepemimpinan ketua diterapkan pada kelompoknya. Pada tingkat partisipasi peserta program dapat diukur dengan melihat sejauhmana tahapan partisipasi pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses program. Selain itu, dilihat bagaimana gaya kepemimpinan mempengaruhi tingkat keefektifan

Ket :

Berhubungan

Variabel anteseden

Fokus Penelitian

Tingkat Partisipasi Masyarakat 1. Pengambilan

keputusan 2. Pelaksanaan 3. Monitoring dan

Evaluasi

4. Menikmati hasil

Faktor- Faktor Gaya Kepemimpinan 1. Pengambilan keputusan

2. Interaksi pemimpin dan anggota 3. Pelaksanaan kegiatan

4. Keberlanjutan program (Orientasi ke depan)

Profil Anggota Kelompok

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Tingkat Pendidikan

Formal 4. Tingkat

Pengetahuan Anggota

Efektivitas Program CSR 1. Evaluasi dan pemantauan

program, 2. Daya tanggap

perusahaan,

3. Konsistensi program, 4. Kepedulian terhadap

(33)

Program CSR dapat dinilai dari evaluasi & monitoring program, daya tanggap perusahaan, konsistensi program, kepedulian terhadap lingkungan desa binaan.

Berkaitan dengan faktor evaluasi & monitoring program, diukur dengan waktu pelaksanaan evaluasi dan monitoring program, kehadiran anggota pendamping CSR dalam proses evaluasi dan monitoring program,keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi dan monitoring pelaksanaan program. Selanjutnya untuk faktor daya tanggap perusahaan diukur dari cara perusahaan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di masyarakat, cara perusahaan untuk mencari solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat. Faktor konsistensi program dapat diukur dari pemenuhan kebutuhan masyarakat, tetap berlanjut jika ada kendala, sesuai dengan perencanaan. Setelah itu, faktor kepedulian terhadap lingkungan kepekaan PT Pertamina RU VI Balongan terhadap masalah lingkungan setempat, penyuluhan, pemberdayaan, lingkungan alam.

Hipotesis Penelitian

Efendi et al. (2012) menjelaskan bahwa hipotesis adalah pernyataan untuk menghubungkan variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka didapatkan hipotesis sebagai berikut.

1. Terdapat hubungan positif yang nyata antara tingkat pengetahuan anggota dan Gaya kepemimpinan dalam Program CSR

2. Terdapat hubungan positif yang nyata antara gaya kepemimpinan dan tingkat partisipasi anggota dalam Program CSR

3. Terdapat hubungan positif yang nyata antara gaya kepemimpinan dan Efektivitas program dalam Program CSR

(34)
(35)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatory

untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang didukung oleh data kualitatif. Metode survei dilakukan melalui pengisian kuesioner. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989). Pendekatan kuantitatif yang dipakai menjawab bagaimana hubungan antara gaya kepemimpinan dengan profil pengetahuan anggota kelompok, partisipasi masyarakat dan efektivitas Program CSR pada Program Mangrove Edupark, mencakup kegiatan penanaman mangrove, pengelolaan ekowisata, pengolahan produk mangrove di lingkungan desa mitra binaan sekitar wilayah operasi perusahaan Desa Karangsong dan Desa Pabean Udik.

Pada pendekatan kualitatif, bersifat deskriptif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian menyoroti tokoh masyarakat, pihak perusahaan (pendamping teknis program). Hasil uraian telah dijelaskan secara deskripsi, juga observasi dan dokumentasi telah dilakukan untuk mengetahui kondisi lapang secara langsung.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di sekitar wilayah PT Pertamina RU VI Balongan khususnya di Desa Karangsong, dan Desa Pabeanudik Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Wilayah ini termasuk dalam wilayah Ring 3 operasi tambang minyak PT Pertamina RU VI Balongan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja). Lokasi tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan, antara lain sebagai berikut.

1. Desa Karangsong dan Pabean Udik adalah Desa di daerah Indramayu yang sangat dekat dengan pantai, dan termasuk wilayah Ring 3 yang bersinggungan langsung dengan operasi kapal pertamina

2. Pada dua desa tersebut terdapat dua kelompok binaan CSR Pertamina yaitu Kelompok Pantai Lestari dan kelompok Jaka Kencana yang mengelola programMangrove Edupark

3. Desa Karangsong menjadi terkenal dengan adanya tempat wisata mangrove

eduparkyang sudah dikunjungi turis domestic maupun mancanegara

4. Desa Pabean Udik dengan kelompok Jaka Kencana yang dikenal dalam mengolah mangrove menjadi produk makanan, minuman dan kosmetik.

(36)

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit analisa. Menurut Singarimbun (1989) Populasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu populasi

sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling pada penelitian ini adalah kelompok mitra binaan Jaka Kencana dan Pantai Lestari Desa karangsong dan Desa Pabeanudik Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Populasi sasaran yang dipilih untuk menjadi responden yaitu anggota yang tergabung dalam kelompok binaan. Unit analisis dalam penelitian ini yaitu individu, karena penelitian ini menilai gaya kepemimpinan dan partisipasi dari kelompok binaan. Wawancara dilakukan kepada individu penerima program. Metode yang digunakan dalam menentukan responden yaitu dengan sensus,

dikarenakan penerima program berjumlah total 41 orang dari dua kelompok binaan, 30 orang Jaka kencana dan 11 orang Pantai Lestari. Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Informan yang dipilih yaitu yang menguasai informasi terkait Program Mangrove Edupark, kelompok binaan, kegiatan kelompok dan perkembangan Program CSR. Informan yang dipilih antara lain pendamping CSR, tokoh masyarakat, aparatur desa, Ketua Kelompok Pantai Lestari, dan Jaka Kencana.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang telahdikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei kepada responden, wawancara mendalam dengan pertanyaan terstruktur kepada informan, dan observasi. Selanjutnya data sekunder didapatkan dengan mengumpulkan berbagai dokumen terkait peta wilayah, profil desa, Program Mangrove Edupark, kelompok binaan CSR pertamina, dari kantor public relation PT. Pertamina, kantor desa. Pendekatan yang dilakukan meliputi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan survei kepada responden yang telah ditentukan dengan kuesioner. Kuesioner tersebut sudah diuji coba melalui uji

validity and reliability. Uji tersebut juga sebagai instrumen pengumpulan data kuantitatif minimal 10 kuesioner.

(37)

Tabel 5. Instrumen pengumpulan data No Jenis

Instrumen

Data

1 Kuesioner 1. Profil Anggota Kelompok

2. Gaya Kepemimpinan Ketua 3. Partisipasi Anggota

4. Efektivitas Program CSR

2 Wawancara

mendalam

1. Ragam kegiatan kelompok binaan 2. Kepemimpinan ketua

3. Kondisi Sosial budaya di masyarakat

4. Keefektivan program dan keberlangsungan ProgramMangrove Edupark

3 Dokumen 1. Peta Desa Karangsong dan Pabeanudik

2. Kebijakan pemerintah terkait mangrove 3. Data monografi desa Karangsong 4. Data monografi desa Pabeanudik 5. Data anggota kelompok binaan 6. Potensi desa

7. Program MangroveEdupark

8. Kondisi geografi dan demografi Desa

9. Data perkembangan Program Mangrove

Edupark

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang diolah dan dianalisis yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan metode tabel frekuensi dan tabulasi silang. Sebelum melakukan pengambilan data di lapangan, kuesioner diolah terlebih dahulu dengan uji reliability dan uji validitas untuk mengetahui kelayakan kuesioner untuk digunakan di lapangan juga hasil wawancara mendalam digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan peranyaan dalam kuesioner. Kelayakan kuesioner dilihat dari nilai signifikasi

alpha, jika nilai signifikasi alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna, nilai alpha 0.70–0.90 reliabilitas tinggi, 0.50–0.70 reabilitas moderat dan nilai alpha < 0.50 reliabilitas rendah. Nilai alpha cronbach’sdengan besaran tertentu dari kuesioner yang didapatkan digunakan untuk mengukur hasil uji reliability. Nilai alpha

dengan reliabilitas tinggi dianggap layak untuk digunakan di lapangan. Hasil dari uji reliabilitas yang diolah melalui SPSS 21. diperolehCronbach’s Alphasebesar 0.947 (Lampiran 4) sehingga dapat dijelaskan bahwa reliabilitas pada kuesioner adalah sempurna.

Pada uji validitas, terdapat langkah yang dilakukan yaitu (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur (2) melakukan uji coba skala pengukuran yang telah disusun sebelumnya kepada sejumlah responden (3) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban (4) menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan skor total (Singarimbun dan Effendi 1989). Uji Validitas tercantum pada (Lampiran 4), dianalisis dengan mengunankan SPSS 21.

(38)

selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 dan software SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows versi 21.0. Selanjutnya, untuk melihat hubungan yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik melalui Korelasi

Rank Spearman(untuk data yang berbentuk ordinal). Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan, profil tingkat pengetahuan anggota, tingkat partisipasi dan tingkat efektivitas Program CSR.

Data kualitiatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilahan, dan penyerdehanaan data hasil FGD dan wawancara mendalam berupa catatan lapangan, obervasi dan studi dokumen yang direduksi dalam tulisan tematik. Tujuan dari reduksi data ini adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua adalah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kalimat yang mudah dibaca kedalam sebuah laporan berupa kutipan langsung atau tipologi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung kuantitatif.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberi arahan bagaimana mengukur sebuah variabel (Effendiet al 2012). Pertanyaan kuesioner yang akan digunakan dibuat berdasarkan definisi operasional sebagai berikut:

Profil Anggota

Profil anggota kelompok adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam anggota secara individu didalam sebuah kelompok. Faktor-faktor tersebut terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan.

Tabel 6. Definisi operasional profil anggota

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

(39)

Pendidikan jenjang pendidikan

2.Perempuan : kode 2

Nominal

Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain agar bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan (Thoha 1993). Terdapat beberapa gaya kepemimpinan yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan ini dicirikan oleh pengambilan keputusan dan kebijakan dilakukan oleh pemimpin seluruhnya juga menimbulkan ketergantungan yang besar dari anggota. Kepemimpinan ini, umumnya dianggap kurang baik dan negatif. Dalam jangka panjang menjadi tidak efektif.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan ini dicirikan oleh pemimpin yang membantu, mengarahkan dan membimbing anggotanya dalam mendiskusikan dan memutuskan kebijakan. Wiriadihardja (1987) menjelaskan bahwa suasana dalam kelompok ini lebih akrab dan saling menghormati. Hubungan dengan pimpinan lebih bersahabat dan berlandaskan hubungan tugas kedinasan. Produktivitas meskipun tidak mencapai puncak, namun para pegawai bawahan menikmati kegembiraan-kerja dan memanfaatkan pengalamannya. Pada akhirnya hubungan kerja pola ini akan menjadi lebih baik. Umumnya dinilai lebih baik dan positif

3. Gaya KepemimpinanLaissez Faire

(40)

oleh pimpinan laissez faire lebih memprihatinkan. Para pegawai bawahan keadaannya frustasi dan bekerja ogah-ogahan, main-main, kurang kecintaan terhadap perkejaannya. Kelompok kerja ini menunjukkan rasa kurang puas.

Penentuan gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin dilakukan berdasarkan situasi merujuk pada Bahri (2011) sebagai berikut:

Tabel 7. Definisi operasional faktor-faktor situasi gaya kepemimpinan

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

Pengukuran

Masing-masing situasi gaya kepemimpinan diwakilkan oleh 5 pernyataan dalam tiap indikator/situasinya. Pada masing-masing komponen pada indikator akan terdapat

pernyataan yang

menggunakan skala likert. yaitu:

• Sering, skor = 3

• Kadang-kadang, skor = 2

• Tidak Pernah, skor = 1

Penilaian gaya

kepemimpinan tiap situasinya dilihat dari nilai total skor gaya kepemimpinan dari tiap indikator situasi, yang dibagi dalam tiga kategori yaitu:

• Demokrasi (12-15)

(41)

Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan responden program pemberdayaan ekonomi lokal dalam setiap tahap implementasi CSR pada Nasdian (2014) dengan teori Cohen dan Uphoff membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, monitoring evaluasi, dan menikmati hasil.

Tabel 8. Definisi operasional tingkat partisipasi

Variabel Definisi skala likert pada jawaban pemberian skor yaitu

• Tidak pernah (skor 1)

• Kadang-kadang (skor 2)

• Sering (skor 3)

Setiap tahapan diberikan 8 soal pada kuesioner dan juga

Selanjutnya dari tingkatan diatas disederhanakan menjadi :

•Rendah (non partisipasi – tokenisme): skor 32-91

(42)

Tingkat Efektivitas Program CSR MangroveEdupark

Efektivitas program merupakan bagian dari hasil akhir evaluasi. Hasil akhir tersebut akan menunjukkan suatu kesimpulan apakah program dapat berjalan lebih efektif. Dengan demikian efektivitas diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara matang.

Tabel 9. Definisi operasional tingkat efektivitas Program CSR

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala

(43)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Profil Desa Karangsong dan Pabean Udik

Kondisi Geografi

Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107o52’ sampai 108o36’ Bujur Timur (BT) dan 6o15’ sampai 6o40 Lintang Selatan (LS). Luas Kabupaten Indramayu + 204.011 ha yang terbagi dalam wilayah administrasi 31 kecamatan serta 302 desa. Kecamatan Indramayu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Indramayu yang merupakan daerah pantai dengan garis pantai sepanjang 114 Km. Pada skripsi ini penulis meneliti dua kelompok pada dua desa yaitu Desa Pabean Udik sebagai kelompok Jaka Kencana dan Desa Karangsong sebagai kelompok Pantai Lestari. Desa Pabean Udik merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Indramayu. Desa Pabean Udik dibentuk pada tahun 1982 dengan luas wilayah 545,932 Ha. Ketinggian tanah dari permukaan laut Desa Pabean Udik yaitu 0,5 m, banyaknya curah hujan 2000 mm/thn. Desa Pabean Udik memiliki tofografi berbentuk dataran rendah, tinggi dan daerah pantai. Suhu udara rata-rata 39oC. Desa Pabean Udik terletak di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat.

Batas Desa wilayah Pabean Udik adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kecamatan Pasekan

• Sebelah Selatan: Desa Karangsong

• Sebelah Timur : Kelurahan Paoman

• Sebelah Barat : Desa Brondong

Desa Karangsong juga merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Desa yang memiliki 4 RW (Rukun Warga) dan 16 RT (Rukun Tetangga) ini memiliki wilayah administrasi yaitu:

• Sebelah Utara : Desa Pabean Udik

• Sebelah Selatan : Desa Tambak

• Sebelah Barat : Kelurahan Paoman dan

• Sebelah Timur : Laut Jawa

(44)

Tabel 10. Jumlah penduduk Desa Pabean Udik dan Karangsong menurut jenis kelamin tahun 2014

No. Jenis Kelamin Jumlah

Pabean Udik Karangsong

1 Laki-Laki 6127 3045

2 Perempuan 5922 2706

3 Jumlah 12049 5751

Sumber: Badan Pusat Statistik Kecamatan Indramayu, 2014

Berdasarkan Tabel 10 dapat ditunjukkan bahwa Desa Pabean Udik merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak sebesar 12.049 jiwa, sedangkan pada Desa Karangsong memiliki penduduk sekitar 5751 orang. hal ini disebabkan karena program Keluarga Berencana (KB) yang disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan Indramayu belum dapat dilaksanakan dengan baik (BPS Indramayu 2013), juga pada luas wilayah masing-masing desa.

Kependudukan

Penduduk merupakan modal dalam pembangunan suatu wilayah. Jumlah penduduk Desa Pabean Udik lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk Desa Karangsong. Jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 11. Jumlah KK menurut jenis kelamin Tahun 2014

No. Jenis kelamin

Jumlah Pabean Udik Karangsong 1

2

Laki-laki Perempuan

3620 225

1421 84

Total 3845 1505

Sumber: Badan Pusat Statistik 2014

Jumlah penduduk di dua desa dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompok usia kerja (15-64 Tahun) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas). Kelompok umur penduduk Desa Pabean Udik dan Karangsong dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah penduduk menurut kelompok umur muda, umur produktif, dan umur tua tahun 2014

No Kelompok Umur (Tahun) Pabean UdikJumlah Penduduk (Jiwa)Karangsong

1 Muda (0-14) 3763 1780

2 Produktif (15-64) 7972 3770

3 Tua (≥65) 314 201

(45)

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Pabean Udik dan Desa Karangsong pada usia produktif lebih besar dari kelompok umur muda, sedangkan usia tua memiliki angka yang sedikit dari kedua desa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Pabean Udik dan karangsong dominan dalam usia kerja (umur produktif).

Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sumberdaya yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan suatu wilayah. Pendidikan adalah salah satu alat utama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara yang maju dicirikan warganya memiliki pendidikan yang tinggi. Semakin maju pendidikan suatu negara akan memberikan kemajuan untuk masa depan di berbagai bidang kehidupan. Prasarana sekolah untuk menunjang pendidikan di dua desa dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah dan jenis sekolah Desa Pabean Udik dan Karangsong tahun 2014

No Jenis Sekolah (Buah) Jumlah

Pabean Udik Karangsong

1 PAUD 2 1

2 Taman Kanak-kanak (TK) 2 2

3 Sekolah Dasar (SD) 3 3

4 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 0 0

5 Sekolah Menengah Atas 1 0

6 Perguruan Tinggi 0 0

Sumber: BPS Kecamatan Indramayu 2014

Pada Tabel 13 terlihat bahwa jenis sekolah terbanyak adalah sekolah dasar, sedangkan sekolah menengah pertama dan perguruan tinggi belum ada di Desa Pabean Udik dan Karangsong. Berdasarkan wawancara dengan responden dapat disimpulkan bahwa hampir 70 persen penduduk Desa Pabean Udik dan Karangsong tamatan Sekolah Dasar. Hal ini terjadi karena kurangnya biaya untuk melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi dan pada jaman dahulu sekolah jaraknya sangat jauh serta budaya kerja lebih di tinggikan dibanding dengan budaya belajar. Banyaknya lulusan pendidikan umum menurut jenis sekolah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Kepala Keluarga menurut Tingkat Pendidikan tahun 2014

No Jenis Sekolah Jumlah

Pabean Udik Karangsong

1 Tidak Tamat SD 760

20

483 2.98316

2 Tamat SD - SMP 1303 314

3 Tamat SLTA 1646 392

4 Tamat AK/PT 136 316

Gambar

Tabel 1. Tingkatan partisipasi Arnstein
Tabel 2.P Perbandingan Definisi CSR dan Kata Kunci
Tabel 3. Faktor yang mempengaruhi efektivitas Program CSR
Tabel 4. Faktor-faktor efektivitas Program CSR
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan hidayahnya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Gaya kepemimpinan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan

Pada penelitian ini kerangka pikir dari dimensi penelitian adalah tentang Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif Kepala Desa Sripendowo Terhadap Partisipasi Masyarakat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan dan kompleksitas tugas terhadap hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan

Nivera Crizendani Citra (2006) Pengaruh Motivasi Gaya Kepemimpinan dan Ketidakpastian Lingkungan Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Antara Partisipasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat dengan gaya kepemimpinan dan kompleksitas tugas sebagai

Judul Tesis : ANALISIS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN

Untuk itu maka penulis ingin meneliti tentang komunikasi kelompok pada gaya kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Kecamatan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial adalah komitmen organisasi, gaya kepemimpinan, dan.. job relevant