• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT SENSITIVITAS GENDER

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN

USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

DI DESA GEMPOL SARI TANGERANG

DWI IZMI HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Dwi Izmi Handayani

(4)
(5)

ABSTRAK

DWI IZMI HANDAYANI. Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang. Dibimbing oleh SITI AMANAH.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program pembangunan perdesaan yang bertujuan agar dapat meningkatkan pendapatan petani melalui kegiatan usaha agribisnis. Keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam Program PUAP bervariasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauhmana tingkat sensitivitas gender dalam pelaksanaan Program PUAP di Desa Gempol Sari Tangerang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas gender dalam pelaksanaan Program PUAP masih cukup rendah. Hal tersebut terjadi karena tingkat partisipasi, akses dan kontrol perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki dalam pelaksanaan program. Kelompok tani masih didominasi oleh laki-laki dan perempuan diposisikan pada aktivitas domestik. Jadi kebutuhan strategis gender perempuan masih rendah. hubungan yang positif terdapat antara karaktersitik usahatani dan peran kelompok tani dengan tingkat sensitivitas gender.

Kata kunci: kebutuhan gender, Program PUAP, sensitivitas gender

ABSTRACT

DWI IZMI HANDAYANI. Gender Sensitivity Level in the Implementation of Rural Agribusiness Development Program (PUAP) in Gempol Sari Village Tangerang. Supervised by SITI AMANAH.

Rural Agribusiness Development Program (PUAP) is a program aims to increase the income of farmers through agribusiness activities. The involvement of men and women in PUAP varied. The purpose of this study was to analyze the gender sensivity level in implementation program of PUAP at Gempol Sari Village Tangerang. A number of fifty farmers (men and women) involved as responden in the study. The results showed that the level of gender sensitivity in implementation program of PUAP is still quite low. The level of participation, access and control of women is lower than men in the implementation of the program. Farmers groups still dominated by men and women are positioned to hold domestic roles rather than man. So, strategic gender needs of women remains low. There is positive correlation between farm management, technology access, and farmer group anda gender sensitivity level.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

TINGKAT SENSITIVITAS GENDER

DALAM PELAKSANAAN PROGRAM

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

(PUAP) DI DESA GEMPOL SARI TANGERANG

DWI IZMI HANDAYANI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang

Nama : Dwi Izmi Handayani

NIM : I34100032

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Untaian puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Tingkat Sensitivitas Gender dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang“ dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para

sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada:

1. Ayah Haini, Ibunda Helmiati Agus, Kakak Nurika Maulitiasari, Bambang Eko Suryanto, Adik-adik tercinta Akbar Tri Bowo, Dimas Caturaji Wibowo dan Hafidz Bahtiar, Nenek Tercinta Djamroh, yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal serta Tante Siti Wahyuni yang selalu setia menemani penulis selama melakukan penelitian.

2. Dr Ir Siti Amanah, M.Sc, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS, dosen pembimbing akademik yang telah membimbing saya dan memberi masukan dalam hal akademik.

4. Pak Suherman sebagai Ketua Gapoktan Gempol Sari yang sudah membantu penulis selama melakukan penelitian.

5. Petan-petani Desa Gempol Sari sebagai responden yang sudah membantu penulis selama melakukan penelitian.

6. Teman-teman tercinta Saefihim, Hermin Rahayu, Yudhistira, Anggi, Fadhianisa, Putri, Sakinah, Gebyar Trisula, Salis, Indah, Putri Nadya, Wulandari, Wahyu Dewi yang selalu membantu dan memberikan semangat. 7. Keluarga di Tlogopakis yang selalu memberikan doa dan dukungan.

8. Teman-teman SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang sensitivitas gender.

Bogor, Juni 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xvii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Kegunaan Penelitian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Konsep Gender 7

Kesetaraan Gender 8

Teknik Analisis Gender 9

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 10

Agribisnis dan Peran Kelompok Tani 11

Kerangka Pemikiran 12

Hipotesis 13

Definisi Operasional 14

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Pendekatan Penelitian 17

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Pengambilan Sampel 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 19

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 19

PROFIL DESA, KELOMPOK TANI DAN PUAP DESA GEMPOL SARI 21

Profil Desa Gempol Sari 21

Kondisi Geografis dan Demografi 21

Kondisi Sosial dan Ekonomi 22

Profil Kelompok Tani Gempol Sari 23

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) 24

Ikhtisar 25

PROFIL PETANI DAN PERAN KELOMPOK TANI 27

Karakteristik Individu 27

Karakteristik Usahatani 28

Pendapat Responden tentang Peran Kelompok Tani 30

Ikhtisar 31

TINGKAT SENSITIVITAS GENDER DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PUAP

33

(14)

Tingkat Keseimbangan Aktivitas Domestik dan Publik 34

Tingkat Akses dan Kontrol 36

Ikhtisar 39

TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA POKTAN DALAM PROGRAM PUAP

41 Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi Anggota 41 Hubungan Karakteristik Usahatani dengan Tingkat Partisipasi Anggota 42 Hubungan Peran Poktan dengan Tingkat Partisipasi Anggota 44

Ikhtisar 45

TINGKAT KESEIMBANGAN AKTIVITAS DOMESTIK DAN PUBLIK ANGGOTA POKTAN

47 Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Keseimbangan Aktivitas Domestik dan Publik

47 Hubungan Karakteristik Usahatani dengan Tingkat Keseimbangan Aktivitas Domestik dan Publik

48 Hubungan Peran Poktan dengan Tingkat Keseimbangan Aktivitas Domestik dan Publik

50

Ikhtisar 51

TINGKAT AKSES DAN KONTROL ANGGOTA POKTAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PUAP

53 Hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Akses dan Kontrol dalam Pelaksanaan Program PUAP

53 Hubungan Karakteristik Usahatani dengan Tingkat Akses dan Kontrol dalam Pelaksanaan Program PUAP

54 Hubungan Peran Poktan dengan Tingkat Akses dan Kontrol dalam Pelaksanaan Program PUAP

55

Ikhtisar 57

SIMPULAN DAN SARAN 59

Simpulan 59

Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 63

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3 Profil petani menurut karakteristik individu Desa Gempol Sari,

2014

27 Tabel 4 Profil petani menurut karakteristik usahatani Desa Gempol Sari,

2014

29 Tabel 5 Profil kelompok tani menurut pendapat responden tentang

peran kelompok tani Desa Gempol Sari, 2014

30 Tabel 6 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi anggota poktan

laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014

33 Tabel 7 Nilai rataan tingkat partisipasi anggota poktan laki-laki dan

perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014

34 Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat keseimbangan aktivitas domestik

dan publik Desa Gempol Sari, 2014

35 Tabel 9 Nilai rataan tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan

publik Desa Gempol Sari, 2014

36 Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat akses dan kontrol anggota poktan

Desa Gempol Sari, 2014

37 Tabel 11 Nilai rataan tingkat akses dan kontrol anggota poktan Desa

Gempol Sari, 2014

38 Tabel 12 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik individu dengan

tingkat partisipasi anggota poktan, 2014

42 Tabel 13 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik usahatani dengan

tingkat partisipasi anggota poktan, 2014

43 Tabel 14 Nilai koefisien korelasi antara peran poktan dengan tingkat

partisipasi anggota poktan, 2014

44 Tabel 15 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik individu dengan

tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014

47 Tabel 16 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik usahatani dengan

tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014

49 Tabel 17 Nilai koefisien korelasi antara peran poktan dengan tingkat

keseimbangann aktivitas domestik dan publik, 2014

50 Tabel 18 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik individu dengan

tingkat akses dan kontrol, 2014

53 Tabel 19 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik usahatani dengan

tingkat akses dan kontrol, 2014

55 Tabel 20 Nilai koefisien korelasi antara karakteristik peran poktan

dengan tingkat akses dan kontrol, 2014

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran tingkat sensitivitas gender dalam pelaksanaan Program PUAP

13

Gambar 2 Kerangka penentuan responden 18

Gambar 3 Kelompok tani di Gapoktan Gempol Sari 24

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta desa di Kecamatan Sepatan Timur 63

Lampiran 2 Jadwal penelitian 63

Lampiran 3 Uji reliabilitas instrumen 63

Lampiran 4 Profil aktivitas domestik rumahtangga anggota poktan Desa Gempol Sari, 2014

64 Lampiran 5 Profil aktivitas publik (usahatani) rumahtangga anggota

poktan Desa Gempol sari, 2014

64 Lampiran 6 Profil aktivitas publik (sosial) rumahtangga anggota

poktan Desa Gempol Sari, 2014

65 Lampiran 7 Hasil uji beda T Inpedependen tingkat partisipasi anggota

poktan laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014

65

Lampiran 8 Hasil uji beda T Independen tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik rumahtangga anggota poktan, 2014

66

Lampiran 9 Hasil uji beda T Independen tingkat akses dan kontrol anggota poktan dalam pelaksanaan Program PUAP, 2014

66 Lampiran 10 Hasil uji korelasi antara karakteristik individu dengan

tingkat partisipasi anggota poktan, 2014

67 Lampiran 11 Hasil uji korelasi antara karakteristik usahatani dengan

tingkat partisipasi anggota poktan, 2014

67 Lampiran 12 Hasil uji korelasi antara peran poktan dengan tingkat

partisipasi anggota poktan, 2014

68 Lampiran 13 Hasil uji korelasi antara karakteristik individu dengan

tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014 68 Lampiran 14 Hasil uji korelasi antara karakteristik usahatani dengan

tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014 69 Lampiran 15 Hasil uji korelasi antara peran poktan dengan tingkat

keseimbangan aktivitas domestik dan publik, 2014

69 Lampiran 16 Hasil uji korelasi antara karakteristik individu dengan

tingkat akses dan kontrol anggota poktan, 2014

70 Lampiran 17 Hasil uji korelasi antara karakteristik usahatani dengan

tingkat akses dan kontrol anggota poktan, 2014

70 Lampiran 18 Hasil uji korelasi antara peran poktan dengan tingkat

akses dan kontrol anggota poktan, 2014

71

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini yang kemudian diakhiri dengan perumusan masalah. Perumusan masalah memaparkan masalah-masalah yang akan diteliti yang disertai dengan alasannya. Pada bab tujuan dijelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Pada bab kegunaan dijelaskan kegunaan penelitian baik bagi peneliti, akademisi, pemerintah, dan masyarakat

Latar Belakang

Sekitar 17 persen penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian1. Selain itu, berdasarkan data BPS (2013) dari hasil sementara Sensus Pertanian 2013 bahwa jumlah rumah tangga petani di Indonesia sebanyak 26, 13 juta. Selain itu, hasil sementara Sensus Pertanian 2013 juga menjelaskan bahwa jumlah rumah tangga petani memiliki angka yang lebih dibandingkan jumlah perusahaan pertanian. Data tersebut menunjukkan bahwa rumahtangga petani masih memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan komoditas pertanian di Indonesia. Rumah tangga petani didefinisikan oleh BPS (2013) sebagai rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian. Sektor pertanian di Indonesia masih menjadi sumber utama pendapatan dan mata pencaharian mayoritas masyarakat pedesaan. Sebanyak 70 persen dari 120 juta penduduk yang tinggal di pedesaan masih menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian (Muspriyanto 2012). Keterlibatan rumahtangga petani dalam mempertahankan pangan negara tidak seimbang dengan kesejahteraan perekonomian mereka. Berdasarkan data BPS (2013) jumlah penduduk miskin di Indonesia terbesar berada di daerah perdesaan sebesar 14,42 persen dibandingkan perkotaan yang hanya 8,52 persen.

Pada tahun 2013 BPS juga sudah memprediksi bahwa warga miskin di Indonesia masih akan didominasi oleh sektor pertanian. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Suhariyanto menyatakan bahwa pemetaan per sektor menunjukkan bahwa pertanian hanya tumbuh 3,54 persen di bawah Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai 5,78 persen2. Hal tersebut membuktikan bahwa tingginya jumlah penduduk miskin di perdesaan pada tahun 2013. Upaya yang dilakukan penanggulangan kemiskinan terutama pada pembangunan pertanian. Salah satu program yang dilakukan adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program PUAP

1 Dikutip dari Republika Online pada tanggal 5 Maret 2014 dan dapat diakses dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/06/mmdc8b-jumlah-tenaga-kerja-di-sektor-pertanian-turun

(20)

dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada pada tahun 2008 yang merupakan salah satu cara pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan agar masyarakat petani lebih berkembang dan mandiri.

PUAP merupakan sebuah bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga petani3. Pelaksanaan program PUAP adalah dengan memberikan sumber permodalan, pasar dan teknologi melalui organisasi tani yang disebut dengan GAPOKTAN (GabunganKelompok Tani). Program PUAP diberikan kepada petani sebagai anggota GAPOKTAN baik laki-laki maupun perempuan. PUAP merupakan suatu program pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi mengurangi kemiskinan dengan mengembangkan usaha agribsinis dan menguatkan kelembagaan pertanian di pedesaan. Keberhasilan suatu program akan sangat tergantung pada peran laki-laki dan perempuan secara bersamaan sebagai pelaku dan pemanfaatnya. Seyogyanya setiap program yang dilakukan harus meperhatikan hubungan atau relasi antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut juga didukung dengan ditetapkannya Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan. PUG menjelaskan bahwa pentingnya mengintegrasikan gender dalam pembangunan sebagai strategi mencapai keadilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara4. Oleh karena itu setiap program diharapkan memliki sensitifitas gender dalam pelaksanaannya.

Sensitivitas gender merupakan sebuah konsep yang membicarakan kepekaan tehadap aspek gender. Sensitivitas gender mencerminkan kepentingan laki-laki dan perempuan secara setara. Gender berbeda dengan jenis kelamin (sex) yang lebih menekankan pada peranan biologis dalam membedakan antara laki-laki dan perempuan. Menurut Fakih (1996) “Konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

maupun kultural”. Sifat-sifat yang terbentuk tersebut dapat dipertukarkan antar laki-laki dengan perempuan dan hal itu yang membedakan gender dengan jenis kelamin (sex). Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dapat menimbulkan permasalahan ketika perbedaan tersebut memunculkan ketidakadilan gender atau tidak terciptanya keseteraan gender. Hubeis (2010) menegaskan bahwa

“kesetaraan gender adalah kesetaraan perilaku dari masyarakat terhadap

ketidaksamaan dan pembedaan antara lelaki dan perempuan, dan beragam peranan

yang dapat mereka perankan”. Kesetaraan gender ini diharapkan dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan.

Keseteraan gender diharapkan terjadi dalam pelaksanaan suatu program pembangunan. Namun pada kenyataannya masih terdapat rumah tangga petani yang mengalami ketimpangan gender. Keseteraan gender dapat dilihat melalui akses dan kontrol terhadap sumberdaya termasuk dalam program pembangunan. Hasil penelitian Gandarsih (1998) pada usaha pertanian bunga potong di Kelurahan Bandungan, Semarang menunjukkan bahwa terjadi ketidakadilan

3Di kutip dari Pedoman Umum PUAP dan dapat diakses di

http://database.deptan.go.id/puap/tampil.php?page=pedum 4 Di kutip dari Bappenas dan dapat diakses di

(21)

gender, terutama pada akses dan kontrol perempuan. Perempuan memiliki peran ganda dalam rumah tangga tetapi akses dan kontrol perempuan masih dianggap rendah terhadap sumberdaya. Akses laki-laki (bapak) dalam mendapatkan bibit bunga yang baik lebih tinggi dibandingkan perempuan karena laki-laki dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih luas yang mereka dapatkan melalui penyuluhan. Hal tersebut juga menunjukan bahwa perempuan tidak dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan. Menurut Gandarsih (1998) hal tersebut terjadi karena stereotipe yang terbentuk bahwa keterlibatan perempuan dalam pertanian hanya dianggap sebagai kepanjangan tangan dari dapur (sektor domestik).

Desa Gempol Sari merupakan salah satu desa dengan mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian. Usahatani menjadi sumber pendapatan utama masyarakat Desa Gempol Sari. Amanah et al. (2010) mengatakan bahwa 90 persen pendapatan rumahtangga Desa Gempol Sari berasal dari usaha tani hortikultura. Selain itu Desa Gempol Sari juga menjadi salah satu sentra hortikultura dataran rendah di Kabupaten Tangerang. Desa Gempol Sari terletak di Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten. Komoditas yang dihasilkan oleh petani adalah padi, bawang merah, kangkung, caisim dan bayam, namun komoditas utama yang dihasilkan adalah tanaman hortikultura. Berdasarkan data Kabupaten Tangerang (2005) yang dikutip oleh Putri (2010) Desa Gempol Sari memproduksi padi sebanyak 360 ton, sedangkan sayuran kangkung, bayam, dan caisim sebanyak 9.000 ton.

Desa Gempol Sari merupakan salah satu desa yang menerima program PUAP. Program PUAP di desa ini dilaksanakan oleh sebuah GAPOKTAN yang dikenal dengan nama Gapoktan Gempol Sari. Program PUAP mulai masuk di Desa Gempol Sari pada tahun 2008. Berbagai fasilitas diberikan kepada petani melalui program ini seperti bantuan modal dan teknologi pertanian. Hingga saat ini program PUAP masih berjalan dengan baik dan memberikan manfaat pada petani di Desa Gempol Sari. Salah satu kelompok tani yang menjadi anggota Gapoktan Gempol Sari adalah Poktan Rawa Banteng. Poktan Rawa Banteng didirkan pada bulan Juni 2004. Berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang Nomor 520 atau Kep.559-Huk atau 2008 tanggal 21 November 2008 memperoleh bantuan modal Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Kabupaten Tangerang Tahun Anggaran 2008. Jika dikaitkan dengan PUG dalam pembangunan belum diketahui apakah program PUAP telah mengintegrasikan gender dalam pelaksanaannya di Desa Gempol Sari. Berdasarkan penelitian Putri (2010) di Desa Gempol Sari mengatakan bahwa perempuan tidak memiliki akses yang besar dalam kelompok tani meskipun mereka tetap diberikan peluang untuk terlibat dalam melakukan kegiatan usaha tani. Berdasarkan hal tersebut, relevan bagi penulis untuk menganalisis sejauhmana tingkat sensitivitas gender dalam pelaksanaan Program PUAP di Desa Gempol Sari.

Rumusan Masalah

(22)

yang menjadi hasil produk pertanian masayarakat Desa Gempol Sari adalah bayam, kangkung, cabai, bawang merah, pakcoy, dan kubis. Upaya dalam mengembangkan usaha tani di Desa Gempol Sari pun dilakukan, salah satunya dengan adanya program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tim PUAP dibentuk pada tahun 2008 melalui Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor 545/Kpts/OT.160/9/2007. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pencanangan Presiden atas program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M), sehingga PUAP dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M.

Berdasarkan penelitian Putri (2010) di Desa Gempol Sari menyatakan bahwa perempuan dibebankan pada tanggung jawab pekerjaan domestik secara penuh, namun perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan usaha tani seperti mencabut dan mengikat hasil produksi. Hal tersebut menunjukan bahwa perempuan juga memilki peran yang cukup besar. Perempuan tidak hanya melakukan pekerjaan demostik melainkan juga pekerjaan publik. Hal tersebut juga menunjukan banyaknya waktu yang digunakan perempuan setiap harinya. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis sejauh mana pelaksanaan Program PUAP dapat menyesuaikan jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi laki-laki dan perempuan (aktivitas domestik dan publik)?

Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam pembangunan, menginstruksikan kepada segenap pemegang kebijakan untuk mengintegrasikan aspek gender dalam keseluruhan tahapan pembangunan. Hal yang sering terjadi adalah perempuan memiliki akses dan kontrol yang rendah dibandingkan perempuan dalam sebuah program pembangunan. Penelitian Luthfi (2010) menyatakan bahwa perempuan melakukan aktivitas yang sama dengan laki-laki di lahan garapan, namun akses dan kontrol perempuan dalam Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) masih rendah terutama dalam pengambilan keputusan. PUAP sebagai salah satu program pembangunan pertanian juga perlu pengintegrasian PUG dalam pelaksanaannya. Pelaksaanaan PUAP diharapkan tercipta hubungan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sehingga kesejahteraan petani dirasakan baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, relevan bagi penulis untuk menganalisis sejauhmana akses dan kontrol laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan Program PUAP?

(23)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini, antara lain:

1. Menganalisis sejauh mana pelaksanaan Program PUAP dapat menyesuaikan jadwal kegiatan sesuai dengan kondisi laki-laki dan perempuan (aktivitas domestik dan publik).

2. Menganalisis akses dan kontrol laki-laki dan perempuan dalam Program PUAP.

3. Menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender dalam Program PUAP.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai kajian gender dalam suatu program pembangunan. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut :

1. Bagi akademisi

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai sensitivitas gender dalam program pembangunan.Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai sensitivitas gender dalam program pembangunan.

2. Bagi pembuat kebijakan.

Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan untuk membuat kebijakan terkait pembangunan pertanian yang sensitiv gender.

3. Bagi masyarakat.

(24)
(25)

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Konsep Gender

Konsep gender sering diartikan serupa dengan sex atau jenis kelamin. Pada kenyataanya gender memiliki makna yang berbeda dengan sex atau jenis kelamin. Menurut Hubeis (2010) gender merupakan konstruksi sosial yang mengacu pada perbedaan sifat perempuan dan laki-laki yang tidak didasarkan pada perbedaan biologis melainkan pada nilai-nilai sosial budaya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa gender berbeda dengan sex atau jenis kelamin. Perbedaan dalam konsep gender bukan dilihat berdasarkan ciri-ciri biologis atau jenis kelamin (sex) yang sudah menjadi sebuah kodrat melainkan berdasarkan bentukan masyarakat dan sosial budaya yang ada. Sadli (2010) menambahkan bahwa gender merupakan suatu kosep sosial karena gender berkaitan dengan sejumlah karakteristik psikologis dan perilaku yang kompleks, yang telah dipelajari oleh seseorang melalui pengalaman sosialisasinya. Selain itu, Wood (2001) mengatakan bahwa “sex is a designation based on biology, whereas gender is socially and psychologically constructed” dan hal tersebut yang membedakan antara sex dengan gender.

Perubahan gender dibentuk atau dipengaruhi oleh sosial budaya, adat kebiasaan, situasi ekonomi maupun politik yang ada di masyarakat. Setiap tempat dan setiap kelas sosial juga memiliki pembentukan gender yang berbeda-beda. Fakih (1996) mengatakan bahwa terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh beberapa hal, seperti dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Hal tersebut yang membuat konsep gender yang terbentuk dalam suatu komunitas atau masyarakat menjadi sangat kuat dan mengakar hingga turun-menurun. Berbeda dengan gender, sex

yang merupakan suatu pembeda antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan secara biologis dan merupakan sebuah kodrat sehingga tidak dapat dipertukarkan atau dirubah, seperti perempuan melahirkan dan suami menghamili. Gender juga merupakan suatu konstruksi budaya yang berbeda-beda antar budaya dan dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pembentukan gender dapat dipelajari dan disosialisasikan dari generasi ke generasi.

(26)

kebijakan. Namun demikian, terdapat perbedaan antara sensitifitas gender dengan responsif gender. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2010), sensitivitas gender adalah pola pikir, sikap dan tingkah laku serta pengambilan keputusan yang memperhatikan perbedaan kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan. Responsif gender adalah suatu kebijakan, program, kegiatan, dan penganggaran yang memperhatikan perbedaan, kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan.

Keseteraan Gender

Salah satu isu penting dalam pembangunan dunia saat ini adalah isu gender. Pada aras internasional telah diselenggarakan konverensi Wanita Se-Dunia di Beijing yang menghasilkan MDGs (Millenium Development Goals). Salah satu butir penting dalam MDGs terkait isu gender adalah kesetaraan dan pemberdayaan perempuan baik dalam bidang kesehatan maupun pendidikan (Hubeis 2010). Sebelum terciptanya kesetaraan gender terlebih dahulu terbentuknya keadilan gender. Hubeis (2010) mengatakan bahwa “keadilan gender adalah proses berlaku adil pada perempuan sedangkan kesetaraan gender adalah kesetaraan perilaku dari masyarakat terhadap ketidaksamaan dan pembedaan antara lelaki dan perempuan, dan beragam peranan yang dapat mereka perankan”. Kesetaraan gender merupakan suatu konsep yang membicarakan hubungan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan diharapkan memiliki hak, kewajiban, tanggungjawab dan kesempatan yang sama dalam berpartisipasi dan memanfaatkan hasil pembangunan. Oleh karena itu keadilan dan kesetaraan gender ini diharapkan dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan.

(27)

pengambilan keputusan dalam perencanaan (sosialisasi dan perencanaan), pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil.

Teknik Analisis Gender

Analisis gender adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat kesenjangan gender yang terjadi antara laki-laki dan perempuan. Menurut Puspitawati (2012) analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis gender dianggap sangat penting, khususnya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dari suatu program atau proyek sehingga masalah gender dapat dipersempit atau diatasi. Dalam melakukan analisis gender dapat menggunakan sebuah teknik yang disebut dengan teknik analisis gender. Teknik analisis gender adalah suatu teknik analisis untuk memahami struktur sosial berdasarkan pada asumsi bahwa laki-laki dan perempuan berkarya dan berpartisipasi sesuai dengan potensi, kebutuhan dan kepentingan mereka serta mendapatkan manfaat secara adil (Hubeis 2010).

Teknik dalam analisis gender memiliki beberapa model yang telah dikembangkan oleh beberapa ahli, yaitu (Puspitawati 2012):

1. Model Harvard

Analisis Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID (Women in Development) yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal. Kerangka analisis Harvard lebih sesuai digunakan untuk perencanaan proyek. Kerangka ini juga dapat digunakan bersama dengan kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategis gender. Komponen dasar dalam model Harvard, yaitu: 1. Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial) yang didasarkan

pada pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin, 2. Profil akses dan kontrol

3. Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol 4. Analisis siklus proyek

2. Model Moser

Analisis model Moser dikembangkan oleh Caroline Moser seorang peneliti senior dalam perencanaan gender. Ada enam alat yang dipergunakan kerangka ini dalam perencanaan untuk semua tingkatan, mulai dari tingkatan proyek sampai ke tingkatan perencanaan daerah, yaitu:

1. Identifikasi peranan gender, 2. Penilaian kebutuhan,

3. Pemisahan data/informasi berdasarkan jenis kelamin tentang kontrol 4. Menyeimbangkan peran gender,

5. Matriks kebijakan WID (Women in Development) dan GAD (Gender and Development),

(28)

Analisis kebutuhan gender berguna untuk melihat dan menimbang kebutuhan laki-laki dan perempuan. Kebutuhan gender terbagi menjadi dua, yaitu kebutuhan strategis dan kebutuhan praktis. Kebutuhan strategis berkaitan dengan keadaan yang dibutuhkan untuk mengubah posisi subordinat perempuan. Hal ini berhubungan dengan isu kekuasaan dan kontrol, sampai dengan eksploitasi pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Kebutuhan praktis berkaitan dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari seperti kebutuhan perempuan akan sumber air bersih, makanan, kesehatan dan penghasilan tunai untuk kebutuhan rumah tangga.

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program pembangunan pertanian perdesaan dengan mengembangkan usaha agribisnis dan menguatkan kelembagaan pertanian di perdesaan. Program PUAP telah dilaksanakan oleh Kementarian Pertanian sejak tahun 2008 yang merupakan upaya untuk menanggulangi kemiskinan di perdesaan khususnya pertanian. Pelaksanaan Program PUAP dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Bentuk pelaksanaan PUAP yaitu dengan memberikan bantuan modal usaha kepada gapoktan/poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani, rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil dan buruh tani.

Sasaran dari PUAP yaitu 10.000 desa miskin/tertinggal yang memiliki potensi pertanian desa, 10.000 GAPOKTAN/POKTAN yang dimiliki dan dikelola oleh petani, rumah tangga petani miskin, petani/peternak (pemilik dan atau penggarap) skala kecil dan buruh tani, serta pelaku agribisnis yang memiliki usaha harian, mingguan, maupun musiman (Deptan 2009). Bantuan modal usaha diberikan kepada gapoktan/poktan agar dapat meningkatkan usaha agribisnis petani di perdesaan khususnya yang menjadi anggota gapoktan/poktan. Sejak tahun 2008 provinsi Banten memberikan Program PUAP kepada 298 desa yang tersebar di tujuh Kabupaten/Kota yang dikawal oleh 13 orang Penyelian Mitra Tani (PMT) (BPTP Serang 2011a). Pada tahun 2010 sebanyak 115 Gapoktan yang menerima dana BLM PUAP yang terdiri dari Kab Serang (30 gapoktan), Kota Serang (15 gapoktan), Kota Cilegon (sembilan gapoktan), Kab. Pandeglang (31 gapoktan), Kab.Lebak (sepuluh gapoktan), Kab. Tangerang (15 gapoktan) dan Kota Tangerang Selatan (lima gapoktan) (BPTP Serang 2011b).

(29)

Agribisnis dan Peran Kelompok Tani

Agribisnis adalah usaha dalam pertanian yang meliputi keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil sampai pemasaran. Agribisnis menjadi salah satu cara untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan usaha pertanian. Menurut Saragih (2007) agribisnis merupakan sebuah sistem besar yang meliputi semua aktivitas dari rangkaian sistem yang terdiri dari empat hal, yaitu:

1. Industri hulu pertanian yang disebut juga agribisnis hulu atau up stream agribusiness, yakni subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input), teknologi, dan pengembangan sumberdaya pertanian, seperti industri agro kimia (pupuk, pestisida, obat-obatan hewan), industri agro-otomotif (alat dan mesin pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil pertanian), dan industri pembibitan/perbenihan tanaman/hewan. Pada sub sistem ini pengadaan sarana produksi tidak hanya dilakukan dengan penjualan tetapi juga dapat dilakukan dengan penyewaan.

2. Pertanian dalam arti luas yang disebut juga on farm agribusiness, yaitu subsistem produksi dan usaha tani (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

3. Industri hilir pertanian (pascapanen) yang disebut juga agribisnis hilir atau

down stream agribusiness, yakni subsistem pengolahan hasil-hasil produk pertanian menjadi produk olahan baik produk antara maupun produk akhir (agroindustri).

4. Jasa penunjang agribisnis yang disebut juga of farm agribusiness, yakni subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian seperti perdagangan, perbankan dan pendidikan.

Agribisnis merupakan salah satu cara untuk mengembangkan usaha terutama di perdesaan. Kegiatan usahatani yang dilakukan masyarakat di perdesaan tidak hanya melibatkan laki-laki saja melainkan perempuan pun ikut terlibat dalam setiap kegiatan usahatani. Keterlibatan perempuan dalam usahatani dimulai dari tahap penanaman hingga pemanenan bahkan terkadang perempuanpun dilibatkan dalam tahap pemasaran. Penelitian Putri (2010) menyatakan bahwa perempuan juga dilibatkan dalam kegiatan usaha tani seperti mencabut dan mengikat hasil produksi. Begitupula dengan kegiatan agribisnis mulai dari hulu hingga hilir laki-laki dan perempuan pun terlibat dalam pelaksanaannya. Perempuan sering dilibatkan pada sub sistem on farm, pascapanen dan of farm.

(30)

1. Kelas belajar: kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana kerjasama: kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antarkelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

3. Unit produksi: usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Kerangka Pemikiran

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program pembangunan perdesaan pertanian. Berkaitan dengan Inpres No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) seyogyanya pelaksanaan Program PUAP memperhatikan perbedaan kebutuhan, pengalaman dan aspirasi laki-laki dan perempuan sehingga dapat dikatakan sensitif gender (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2010). Sensitivitas gender dalam dilihat dengan menggunakan sebuah kerangka analisis, salah satunya yang terdiri dari profil aktivitas dan profil akses dan kontrol laki-laki dan perempuan atau disebut sebagai kerangka analisis Harvard. Profil aktivitas berkaitan dengan pembagian kerja yang dilakukan dalam rumah tangga yang terdiri dari pekerjaan domestik dan publik.

Program PUAP dalam pelaksanaanya melibatkan poktan/gapoktan sebagai kelembagaan pertanian yang bertangung jawab untuk mengelola bantuan modal usaha yang diberikan dalam upaya mengembangkan usaha agribisnis (Deptan 2009). Oleh karena itu poktan/gapoktan memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan Program PUAP. Peranan poktan/gapoktan diukur dengan melihat tingkat kapasitas poktan dalam pembelaran, tingkat kapasitas poktan dalam kerjasama, kapasitas poktan dalam unit produksi. Hal tersebut berkaitan dengan tiga peran kelompok tani, yaitu kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi (Deptan 2007).

(31)

Keterangan: : Hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran tingkat sensitivitas gender dalam pelakasanaan Program PUAP

Hipotesis

Hipotesa Uji

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, karakteristik usahatani dan peran poktan dengan tingkat partisipasi anggota poktan dalam Program PUAP.

2. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, karakteristik usahatani, dan peran poktan dengan tingkat keseimbangan profil aktivitas domestik dan publik.

3. Diduga terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu, karakteristik usahatani dan peran poktan dengan tingkat keseimbangan akses dan

kontrol.

Karakteristik Individu (X1): (X1.1) Usia

(X1.2) Tingkat pendidikan formal (X1.3) Tingkat lama bertani

Peran Poktan (X3) :

(X3.1) Tingkat kapasitas dalam pembelajaran

(X3.2) Tingkat kapasitas kerjasama (X3.3) Tingkat kapasitas sebagai unit

produksi

Karakteristik Usahatani (X2): (X2.1) Luas lahan garapan

(X2.2) Tingkat pendapatan usahatani (X2.3) Tingkat akses dan penerapan

teknologi

Tingkat Sensitifitas Gender Program PUAP (Y): (Y1) Tingkat partisipasi

anggota poktan (Y2) Tingkat

keseimbangan aktivitas domestik dan publik

(Y3) Tingkat

(32)

Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik individu adalah karakteristik yang melekat pada diri responden. Variabel ini diukur dengan :

a. Usia adalah lama hidup (tahun) petani mulai lahir sampai penelitian. Pengkategorian umur digolongkan ke dalam tiga kategori berdasarkan pendapat Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2007), yaitu :

Dewasa awal (18-29 tahun)

Dewasa pertengahan (30-50 tahun)

Dewasa tua (≥ 50 tahun)

b. Tingkat pendidikan formal adalah jumlah tahun pendidikan yang telah dilalui. Pengukuran dikategorikan sebagai berikut:

Rendah : jika jumlah tahun yang ditempuh 0-6 tahun Sedang : jika jumlah tahun yang ditempuh 7-12 tahun Tinggi : jika jumlah tahun yang ditempuan ≥ 13 tahun c. Tingkat lama bertani adalah lamanya (tahun) dalam berbudidaya

tanaman sayuran (on farm) petani sebelum menerima program PUAP dari tahun responden memulai memutuskan dan melaksanakan bertani. Pengukuran dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : jika lamanya pengalaman ≤ x – ½ sd

Sedang : jika lamanya pengalaman x – ½ sd< x < x + ½ sd Tinggi : jika lamanya pengalaman ≥ x + ½ sd

2. Karakteristik usahatani adalah keadaan atau kondisi kegiatan usaha tani yang dijalankan oleh petani responden. Variabel ini diukur dengan :

a. Luas lahan garapan adalah besarnya kepemilikan lahan yang digarap baik lahan yang dimiliki maupun yang disewa oleh responden yang dinyatakan dalam ukuran baku perkalian nilai panjang dan lebar. Luas lahan ini di ukur dalam satuan hektar (Ha). Pengukuran dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

Sempit : jika luas lahan garapan berkisar dari 0,5 Ha Menengah : jika luas lahan garapan berkisar 0,5 – 1 Ha Luas : jika luas lahan garapan lebih dari 1 Ha b. Tingkat pendapatan usahatani adalah jumlah pendapatan responden

yang dihasilkan dari kegiatan usahatani dalam kurun waktu satu satu bulan. Pengukuran dikategorikan sebagai berikut:

Kecil : jika pendapatan usahatani ≤ x – ½ sd

Sedang : jika pendapatan usahatani x – ½ sd< x < x + ½ sd Besar : jika pendapatan usahatani ≥ x + ½ sd

c. Tingkas akses dan penerapan teknologi adalah alat yang digunakan responden untuk melakukan kegiatan usaha tani. Pengukuran dikategorikan sebagai berikut yaitu :

(33)

3. Peran kelompok Tani adalah kedudukan atau status kelompok tani menurut anggota kelompok.

a. Tingkat kapasitas dalam pembelajaran adalah sejauhmana kelompok tani berperan sebagai kelas belajar. Data ini diukur dengan melihat pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta kemandirian dalam berusahatani petani selama menjadi anggota kelompok tani. Responden menjawab dengan memberikan nilai antara 1 hingga 6 yang menunjukan tidak setuju hingga setuju. Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : 10-25 Sedang : 27-43 Tinggi : 44-60

b. Tingkat kapasitas kerjasama adalah besarnya kerjasama dalam mengatasi hambatan atau tantangan. Data diukur dengan melihat intensitas bertemu, saling membantu dalam menghadapi masalah dan hambatan. Responden menjawab dengan memberikan nilai antara 1 hingga 6 yang menunjukan tidak setuju hingga setuju. Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : 10-25 Sedang : 27-43 Tinggi : 44-60

c. Tingkat kapasitas sebagai unit produksi adalah adalah besarnya peningkatan usahatani yang dilakukan oleh anggota kelompok. Data analisis ini diukur dengan peningkatan dalam melakukan usahatani deri segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas. Responden menjawab dengan memberikan nilai antara 1 hingga 6 yang menunjukan tidak setuju hingga setuju. Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : 10-25 Sedang : 27-43 Tinggi : 44-60

4. Tingkat sensitivitas gender adalah derajat sejauhmana PUAP dan pengelola PUAP mempertimbangkan perbedaan kebutuhan, pengalaman, dan aspirasi laki-laki dan perempuan dalam usahatani. Variabel ini diukur dengan:

a. Tingkat partisipasi laki-laki dan perempuan adalah tinggi rendahnya keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam setiap tahapan pelaksanaan program PUAP mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Responden dapat memilih satu dari dua pilihan, yakni tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : 15-19 Sedang : 20-24 Tinggi : 25-30

(34)

banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam pekerjaan domestik dan publik (reproduktif dan sosial). Data ini dianalisis dengan melihat pola pembagian kerja dalam rumah tangga. Responden dapat memilih satu dari tiga pilihan, yakni laki-laki (skor 1), perempuan (skor 2), dan bersama (skor 3). Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : 30-49 Sedang : 50-69 Tinggi : 70-90

c. Tingkat akses dan kontrol adalah tinggi rendahnya kesempatan untuk menggunakan fasilitas yang diberikan dan kekuasaan yang dimiliki anggota kelompok dalam pengawasan serta pengambilan keputusan. Repsonden dapat memilih satu dari dua pilihan, yakni tidak (skor 1) dan ya (skor 2). Kemudian jumlah skor yang diperoleh akan dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:

Rendah : 20-26 Sedang : 27-33 Tinggi : 34-40

(35)

PENDEKATAN LAPANGAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif biasa disebut juga sebagai penelitian survai. Pencarian data atau informasi dalam penenlitian survai menggunakan kuesioner yang dikumpulkan dari responden. Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi 1989a). Unit analisa yang digunakan dalam penelitian survai ini adalah rumahtangga yang menjadi anggota gapoktan khususnya anggota kelompok tani Rawa Banteng dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Citra Mandiri sebagai penerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) baik laki-laki maupun perempuan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menambah data yang didapat dari penelitian survai. Pendekatan kualitatif dapat mengungkapkan berbagai fenomena sosial yang tidak bisa didapatkan melalui penelitian survai. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan slip, yakni sepotong kertas yang khusus disediakan untuk itu dan catatan harian, selain penggunaan kuesioner (Singarimbun dan Effendi 1989b).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki Gapoktan dan menerima program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Gapoktan Gempol Sari ikut terlibat dalam Program PUAP sejak tahun 2008. Oleh karena itu lokasi ini dianggap tepat dengan kebutuhan data yang diperoleh untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan lima bulan, sejak bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014 mulai dari penyusunan proposal hingga perbaikan skripsi.

Teknik Pengambilan Sampel

(36)

Rawa Banteng) dan kelompok tani beranggotakan wanita (KWT). Penentuan Poktan Rawa Banteng sebagai sampel karena poktan ini sudah sejak awal menerima Program PUAP. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan mengambil batas toleransi kesalahan 0,1 (e = 0,1). Setelah melakukan penghitungan sampel yang diambil sebagai responden adalah kelompok tani Rawa Banteng sebanyak 33 orang dan KWT Citra Mandiri sebanyak 17 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengundi nama-nama yang menjadi kerangka sampling. Nama-nama yang keluar dari kotak undian adalah mereka yang bukan menjadi sampel, melainkan nama-nama yang tersisa dalam kotak undian yang akan dijadikan sampel.

Rumus Slovin : n= N 1+Ne2 Keterangan:

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Gambar 2 Kerangka penentuan responden Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan metode survei dengan kuesioner sebagai instrumennya, selain itu, data primer juga dikumpulkan dari hasil wawancara mendalam dengan responden dan informan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan pertanyaan. Sementara itu, data sekunder merupakan data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peniliti dengan cara membaca, melihat, dan mendengar (Sarwono 2006)5. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data profil desa, potensi desa, profil program PUAP, pelaksanaan program PUAP, dokumen kependudukan dan sumber lainnya yang mendukung kelengkapan informasi. Data sekunder ini digunakan untuk menunjang dan memperkuat hasil penelitian.

5

Sarwono J. 2006. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu

Gapoktan Gempol Sari

Poktan Rawa Banteng

Poktan Blok Putat

Poktan Gaga Kecil

KWT Citra Mandiri

(37)

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum melakukan penelitian, instrumen penelitian atau kuesioner terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner diuji pada 7 petani yang menjadi penerima program PUAP baik laki-laki maupun perempuan. Sasaran responden uji yang dipilih adalah anggota kelompok tani Blok Putat yang juga berada di Desa Gempol Sari Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten. Alasan pemilihan responden uji ini adalah karena kelompok tani ini juga merupakan bagian dari Gapoktan Gempol Sari. Uji validitas dilakukan dengan perangkat lunak SPSS for Windows versi 20. Hasil dari pengujian adalah tingkat reliabilitasnya sebesar 0,558 dan untuk validitas kuesioner masih terdapat beberapa pertanyaan dalam kuesioner yang belum valid sebanyak 10 pertanyaan. Oleh karena itu dilakukan beberapa perubahan kuesioner seperti penambahan pertanyaan dan merubah jenis pertanyaan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitaif yang diperoleh melalui kuesioner akan diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software SPSS for windows versi 20 dan

Microsoft Excel 2007. Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggunakan sekumpulan data secara visual dimana dapat dilakukan dalam dua bagian yaitu dalam bentuk gambar dan tulisan. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel tabulasi silang (crosstab). Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk baris kolom. Hubungan antara variabel pengaruh (X) dan variabel terpengaruh (Y) dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Selain itu, digunakan juga uji beda yaitu Uji T Inpendent Test. Uji T digunakan untuk melihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasi, profil aktivitas, akses dan kontrol. Data yang akan dianalisis sebagai berikut:

1. Karakteristik individu, karakteritik usahatani dan peran kelompok akan dianalisis menggunakan tabulasi silang dengan menggunakan skor pada kategori rendah sedang dan tinggi. Skor didapatkan menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor = nilai maksimum - nilai minimum

3

2. Tingkat sensitifitas gender yang dilihat dari tingkat partisipasi, tingkat keseimbangan aktivitas domestik dan publik serta tingkat akses dan control dianalisis menggunakan tabulasi silang dan menggunankan Uji Beda (T-Independent Samples). Uji Beda (T-Independent Samples) digunakan untuk melihat perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

(38)

persen. Jika angka signifikasi hasil penelitian < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Jika angka signifikasi hasil penelitian > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan. Sarwono (2006) menjelaskan tentang kekuatan hubungan antara dua variabel dengan kriteria sebagai berikut:

a. 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel b. > 0-0,25 : korelasi sangat lemah

c. > 0,25-0,5 : korelasi cukup d. > 0,5-0,75 : korelasi kuat

e. > 0,75-0,99 : korelasi sangat kuat

(39)

PROFIL DESA, KELOMPOK TANI DAN PUAP

DESA GEMPOL SARI

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab seperti kondisi geografis, demografi, sosial ekonomi, sarana dan prasarana. Selain itu, juga dijelaskan mengenai profil kelompok tani dan keterlibatannya dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Desa Gempol Sari Tangerang.

Profil Desa Gempol Sari

Kondisi Geografi dan Demografi

Desa Gempol Sari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa Gempol Sari memiliki luas 2.968 Ha dengan curah hujan rata-rata dalam setahun adalah 177,3 mm yang terbagi dalam 30 Rukun Tetangga dan delapan Rukun Warga. Penggunaan lahan di Desa Gempol sari terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sawah, kebun, dan non pertanian dengan luas yang berbeda. Sebesar 45 persen lahan di Desa Gempol Sari merupakan lahan persawahan. Sumberdaya ini menjadi hal yang penting sebagai penunjang kemajuan pertanian di Desa Gempol Sari.

Tabel 1 Luas tanah dan penggunaannya di Kecamatan Sepatan Timur, 2012

No Desa/Kelurahan Luas Lahan (Ha)

Sawah Kebun, Tegal Non Pertanian

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Lebak Wangi 256,1 14,3 209,6

2 Kedaung Barat 101,7 11,3 74,2

3 Jati Mulya 77,5 7,8 58,5

4 Tanah Merah 98,5 18,7 97,0

5 Sangiang 138,3 17,5 68,2

6 Gempol Sari 133,2 50,1 113,5

7 Podok Kelor 65,2 22,8 85,0

8 Kampung Kelor 82,6 15,0 89,7

Kecamatan 953,1 144,0 809,2

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tangerang, 2013

Desa Gempol Sari juga berbatasan dengan desa/kelurahan lainnya di Kecamatan Sepatan Timur. Berikut ini batas-batas wilayah Desa Gempol Sari : Sebelah Utara : Kiara Payung

(40)

Sebelah Selatan : Kampung Kelor Sebelah Barat : Sangiang

Desa Gempol Sari berpenduduk sebanyak 12.591 orang yang terbagi menjadi 6.437 laki-laki dan 6.154 perempuan. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.611 KK dan keluarga Tani sebanyak 1.850 KK. Petani Desa Gempol Sari terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan statusnya yaitu petani pemilik, petani penggarap dan petani pemilik penggarap dengan jumlah yang berbeda-beda. Petani pemilik sebanyak 320 KK, petani penggarap 410 KK, dan petani pemilik penggarap 2.050 KK. Petani pemilik penggarap merupakan mayoritas petani yang ada di Desa Gempol Sari. Petani di Desa Gempol Sari dapat dikatakan memiliki beban kerja yang lebih besar karena mereka tidak hanya menggarap lahan sendiri tetapi juga menjadi buruh di lahan pertanian orang lain. Waktu yang mereka miliki sepenuhnya digunakan untuk melakukan kegiatan usahatani mulai dari pagi hari hingga sore hari.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Gempol Sari seluruhnya menganut Agama Islam dan merupakan suku Betawi asli. Oleh karena itu satu dengan yang lainnya masih memiliki hubungan kekerabatan.

“di mari mah orang betawi semua neng orang asli sini, ya makanya masih

pada sodaraan dah di mari mah tetangga-tetangga juga” (di sini mah orang betawi semua neng orang asli sini, ya makanya masih jadi saudara kalau di sini tetangga-tetangga juga).

(SHN, Ketua Gapoktan Gempolsari)

Penduduk Desa Gempol Sari mayoritas bekerja di sektor pertanian bahkan pertanian menjadi pendapatan utama rumah tangga di Desa Gempol Sari. Pertanian di Desa Gempol Sari mayoritas berusahatani pada komoditas hortikultura, meskipun demikian terdapat juga penduduk yang berusahatani komoditas padi bahkan beternak. Jenis tanaman hortikultura yang diusahakan petani di Desa Gempol Sari adalah bayam, kangkung, pakcoy, bawang merah, caisim, kalian, kemangi dan cabe. Pada kegiatan keorganisasisan, Desa Gempol Sari memiliki sebuah organisasi di bidang pertanian yaitu Gabungan Kelompok Tani yang bernama Gapoktan Gempol Sari yang terdiri dari empat kelompok tani. Selain itu Desa Gempol Sari memiliki sarana dan prasarana pendidikan seperti

(41)

Tabel 2 Jumlah fasilitas dan tenaga kesehatan di Desa Gempol Sari, 2012

No. Sarana dan prasarana Jumlah

1 Fasilitas

Praktek dokter 1

Praktek bidan 3

Posyandu 7

Apotek 0

Toko obat 0

Total 11

2 Tenaga

Dokter 1

Bidan 4

Mantri 5

Dukun bayi 4

Total 14

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Tangerang, 2013

Akses kesehatan di Desa Gempol Sari masih dikatakan kurang mudah untuk didapatkan oleh masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Keberadaan dokter yang hanya satu orang membuat masyarakat hanya dapat memanfaatkan mantri sebagai tenaga kesehatan. Selain itu, akses untuk mendapatkan obat yang cukup sulit karena tidak adanya sarana apotek dan toko obat di Desa Gempol Sari.

Profil Kelompok Tani Gempol Sari

Kelompok tani (Poktan) merupakan sebuah kelembagaan sosial yang menghimpun beberapa petani sebagai anggota. Keberadaan kelompok tani sangat diperlukan sebagai wadah bagi petani dalam mengembangkan usahatani mereka, begitu pula di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur. Pada tahun 2005 dibentuk sebuah kelompok tani yang bernama Kelompok Tani Rawa Banteng yang diketuai oleh Bapak Suherman. Terbentuknya Kelompok Tani Rawa Banteng memberikan perubahan yang berarti bagi petani di Desa Gempol Sari. Perubahan pola pikir baik dari cara tanam yang belum terarah menjadi terarah, dari yang berjalan sendiri menjadi bersama-sama sehingga permasalahan yang ada di petani menjadi mudah teratasi dan petani menjadi lebih bijak dan dewasa. Sebelum dibentuk kelompok tani, pertanian di Desa Gempol Sari hanya berfokus pada komoditas padi yang ternyata kurang memberikan keuntungan. Menurut Pak Suherman sebagai ketua gapoktan, terbentuknya kelompok tani memperluas pengetahuan petani tentang budidaya dan agribisnis. Berikut kutipan pernyataan

“semenjak dibentuknya kelompok tani dan gapoktan, pengetahuan petani semakin

bertambah terutama tentang budidaya tanaman sayuran yang mulai dikembangkan

di sini”.

(42)

gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) yang bernama Gapoktan Gempol Sari. Gapoktan Gempol Sari berdiri sejak 2008 dan diketuai oleh Bapak Suherman. Terbentuknya gapoktan membuat pertanian di Desa Gempol Sari semakin maju dan memberikan manfaat bagi petani. Petani semakin terorganisir dengan baik dan kegiatan-kegiatan penyuluhan serta pelatihan menjadi mudah untuk dilakukan. Pada tahun 2012 Gapoktan Gempol Sari kembali membentuk sebuah kelompok tani yang beranggotakan perempuan atau biasa disebut dengan Kelompok Wanita Tani (KWT). KWT lebih berperan pada kegiatan pelatihan yang diadakan, seperti pelatihan budidaya bawang merah serta pembuatan keripik pisang dan bayam.

Gambar 3 Kelompok tani di Gapoktan Gempol Sari

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan salah satu program pembangunan pertanian dengan mengembangkan usaha agribisnis dan menguatkan kelembagaan pertanian di perdesaan. Pelaksanaan program PUAP melibatkan kelembagaan pertanian yang ada di perdesaan seperti Gapoktan/Poktan. Gapoktan/Poktan berfungsi sebagai kelembagaan yang membantu dalam penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota petani. Bantuan dana modal usaha diberikan kepada Gapoktan/Poktan untuk diberikan kepada petunia anggota. Dana Program PUAP merupakan dana stimulan BLM Departemen Pertanian RI hibah bersyarat yakni untuk digunakan pemberdayaan usahapetani dalam bentuk fasilitasi pembaiayaan/permodalan anggota secara berkelanjutan. Pengelolaan dana bantuan modal usaha dilakukan oleh gapoktan dengan membentuk sebuah Lembaga Keuangan Mikro Agribsinis (LKM-A).

Gapoktan Gempol Sari mulai terlibat Program PUAP sejak tahun 2008. Bantuan dana modal usaha pun diberikan kepada petani anggota. Pada tahun 2010 Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dibentuk di Desa Gempol Sari. LKM-A merupakan sebuah lembaga keuangan mikro agribisnis di bawah naungan Kementerian Pertanian yang merupakan lembaga alternatif bagi usaha kecil, mikro, dan menengah. LKM-A berfungsi untuk membiayai kegiatan ekonomi menabung dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengembangkan kemandirian usaha. Pengelolaan bantuan dana dari Program PUAP tidak hanya dengan melakukan peminjaman modal usaha melainkan juga

Gapoktan Gempol Sari

Poktan Rawa Banteng

Poktan Blok Putat

Poktan Gaga Kecil

(43)

pembelian alat pertanian seperti traktor dan pompa air. Alat pertanian tersebut kemudian disewakan kepada anggota petani.

Ikhtisar

(44)
(45)

PROFIL PETANI DAN PERAN KELOMPOK TANI

Pembahasan ini menguraikan hasil penelitian mengenai profil petani dan peran kelompok tani di Desa Gempol Sari Tangerang. Pada penelitian ini profil individu dilihat dari karakteristik individu dan karakteristik usahatani. Penelitian ini berkaitan dengan pelaksanaan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang melibatkan kelompok tani sebagai kelembagaan yang menyalurkan dana bantuan modal usaha kepada petani anggota. Pada peran kelompok tani yang merujuk pada Departemen Pertanian (2007) meliputi peran kelompok sebagai kelas belajar, peran kelompok sebagai wahana kerjasama, dan peran kelompok sebagai unit produksi.

Karakteristik Individu

Umur responden laki-laki maupun perempuan berada pada kelompok umur dewasa pertengahan dengan persentase 67 persen laki-laki dan 64 persen perempuan. Meskipun demikian, terdapat sembilan persen laki-laki dan 18 persen perempuan pada umur dewasa awal. Dari sisi pendidikan formal, laki-laki dan perempuan berada pada ketegori rendah dengan persentase 76 persen laki-laki dan 100 persen perempuan. Kategori tingkat lama bertani mayoritas laki-laki berada pada kategori tinggi sebesar 40 persen sedangkan perempuan pada kategori rendah sebesar 60 persen.

Tabel 3 Profil petani menurut karakteristik individu Desa Gempol Sari, 2014

No. Karakteristik individu Laki-laki Perempuan

n % n %

1 Umur

Dewasa awal (18-29 tahun) 3 9 3 18

Dewasa pertengahan (30-50 tahun) 22 67 11 64

Dewasa tua (≥50 tahun) 8 24 3 18

Total 33 100 17 100

2 Tingkat pendidikan formal

Rendah (0-6 tahun) 25 76 17 100

Sedang (7-12 tahun) 8 24 0 0

Tinggi (≥ 13 tahun) 0 0 0 0

Total 33 100 17 100

3 Tingkat lama bertani

Rendah (≤ 8 tahun) 9 27 10 60

Sedang (9-14 tahun) 11 33 1 5

Tinggi (≥ 15 tahun) 13 40 6 35

(46)

Tabel 3 menunjukan bahwa mayoritas petani di Desa Gempol Sari berada pada kelompok umur dewasa pertengahan. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan umur dewasa pertengahan termasuk kedalam usia kerja (15-64 tahun). Oleh karena itu petani di Desa Gempol Sari masih produktif untuk melakukan usahatani. Meskipun demikian terdapat delapan orang laki-laki dan tiga orang perempuan yang berada pada kelompok umur dewasa tua. Hal tersebut terjadi karena menurut mereka, bagi laki-laki bertani sudah menjadi bagian hidup mereka sejak kecil dan hanya dengan bertani mereka dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Pada perempuan yang berumur dewasa tua mereka berstatus janda sehingga perlu bekerja untuk mendapatkan penghasilan agar terpenuhi kebutuhan sehari-hari. Para perempuan mengatakan bahwa menjadi kuli cabut merupakan pekerjaan yang cocok untuk mereka yang sudah berumur dewasa tua karena mudah untuk melakukannya.

Pada tingkat pendidikan formal, laki-laki dan perempuan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Meskipun demikian, pendidikan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Sebesar 100 persen perempuan berpendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa akses pendidikan laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Selain itu juga menunjukkan bahwa perempuan tersubordinasikan dalam hal pendidikan. Adanya anggapan bahwa setinggi-tingginya pendidikan perempuan nanti akan kembali ke dapur juga, menurut Fakih (1996) merupakan salah satu bentuk diskriminasi dalam rumah tangga.

Pada tingkat lama bertani, laki-laki lebih lama bekerja sebagai petani dibandingkan perempuan. Sebanyak 13 orang laki-laki bekerja sebagai petani lebih dari 15 tahun. Pada perempuan hanya sebanyak enam orang yang bekerja lebih dari 15 tahun. Mayoritas perempuan lama bertani kurang dari delapan tahun. Hal tersebut terjadi karena perempuan mulai bertani sejak mereka menikah karena untuk membantu pendapatan rumah tangga. Selain itu perempuan mulai bertani ketika anak-anak mereka sudah tidak pada umur balita sehingga sudah dapat ditinggal pergi ke sawah, karena mengurus anak merupakan tanggung jawab perempuan (istri). Hal itu menunjukkan bahwa perempuan berada peran transisi, yaitu mengutamakan wanita pada fungsi reproduksi (Elizabeth 2007).

Karakteristik Usahatani

Gambar

Gambar  1
Gambar 1 Kerangka pemikiran tingkat sensitivitas gender dalam pelakasanaan
Gambar 2 Kerangka penentuan responden
Gambar 3 Kelompok tani di Gapoktan Gempol Sari
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Nopember 2013, peneliti melakukan wawancara dengan 10 remaja putri yang sudah menstruasi dan

Tuhan Yang Maha Esa, untuk setiap bimbingan, penyertaan, hikmat dan kekuatan dalam proses menyelesaikan skripsi ini.. Almarhum papa dan mama, untuk setiap kasih sayang, dukungan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecerdasan emosional dan hasil belajar seni musik antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi

Alhamdulillah, penulis panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Penggambaran karakter guru pada cerpen-cerpen mereka sangat menarik dan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh guru ini juga merupakan permasalahan yang sering

Luostarisen ja Peltomaan mukaan laaja-alaiset oppimisen tavoitteet eivät to- teudu itsestään perusopetuksessa. Tavoitteiden saavuttamiseksi opetuksen tulee olla

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk menghasilkan instrumen pengukur higher order thinking skills (HOTS) matematika siswa kelas X yang valid dan reliabel, dan (2) untuk mengetahui

[r]