SKRIPSI
Diajukan oleh :
YESSY UMMAFIYANTI NPM 0825010012
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan dalam
Memper oleh Gelar Sar jana Per tanian
J ur usan Agroteknologi
Oleh :
YESSY UMMAFIYANTI NPM 0825010012
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SURABAYA
Disusun Oleh :
Yessy Ummafiyanti NPM : 0825010012
Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 19 Juni, 2012
Telah disetujui oleh :
Pembimbing : Tim Penguji :
1. Pembimbing Utama 1. Ketua
Ir. Widi Wur jani, MP
Ir. Widi Wurjani, MP 2. Sekretaris
2. Pembimbing Pendamping
Ir.Guniar ti, MP
3. Anggota
Dr . Ir. Bambang Pr iyanto, SU
Dr . Ir . Bambang Pr iyanto, SU
4. Anggota
Dr . Ir. J uli Santoso, MP
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agroteknologi
Telah Dir evisi
Tanggal : ………...
Dosen Dosen
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
RINGKASAN
Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk memperkenalkan tentang
budidaya tanaman wheatgrass agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat pada
umumnya. Wheatgrass kurang dikenal di Indonesia, namun manfaatnya sudah
dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Wheatgrass merupakan bahan dasar dalam
pembuatan obat klorofil yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan
manusia antara lain membersihkan hati dan membantu fungsi hati, sebagai
antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan jumlah sel darah
merah dan melindungi DNA terhadap kerusakan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh macam media tanam dan volume penyiraman yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian UPN
“Veteran” Jawa Timur pada bulan April-Mei 2012.
Bahan Tanaman yang digunakan adalah benih gandum varietas DWR 162
yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah. Benih direndam selama 12 jam
kemudian letakkan benih pada wadah dalam kondisi gelap selama 36 jam, setelah
itu bibit-bibit tersebut dipindahkan di pot mini dengan media sesuai perlakuan dan
pada pemeliharaan tanaman disiram dengan volume air sesuai perlakuan.
Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah
media tanam yang terdiri dari tiga macam media yaitu pasir : kompos (1:1), kertas
merang dan baby blanket. Faktor kedua adalah volume penyiraman yang terdiri
dari penyiraman ½ kapasitas lapang, penyiraman kapasitas lapang dan penyiraman
tanam pasir dan kompos (M1) relatif lebih baik jika dibandingkan dengan media
tanam kertas merang (M2) dan baby blanket (M3). Volume penyiraman 1½
kapasitas lapang (P3) secara umum memberikan pertumbuhan dan kadar klorofil
yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan pengamatan tinggi tanaman, berat
basah dan kadar klorofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan volume
penyiraman ½ kapasitas lapang (P1) dan kapasitas lapang (P2).
Terdapat interaksi nyata antara perlakuan media tanam dan perlakuan
volume penyiraman air terhadap berat basah tanaman wheatgrass. Kombinasi
perlakuan M1P3 (media tanam pasir dan kompos dengan volume penyiraman 1½
kapasitas lapang) menghasilkan rata-rata berat basah tanaman 85.76 gr/pot. Tetapi
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan kadar klorofil
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “KADAR
KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN WHEATGRASS PADA BERBAGAI
MACAM MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN YANG
BERBEDA”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian Program Studi Agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pada dasarnya tujuan penulisan
skrisi ini adalah untuk memperkenalkan cara budidaya tanaman wheatgrass yang
saat ini masih awam bagi masyarakat Indonesia, dengan tersusunnya skripsi ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk
mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Penulis pada kesempatan ini, ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Ir. Widi Wurjani, MP. selaku Dosen Pembimbing
Utama dan Dr. Ir. Bambang Priyanto, SU. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan saran dan petunjuk serta kesabaran beliau selama
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN “Veteran”
Jawa Timur.
2. Ir. Mulyadi, MS selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga yang telah memberi kepercayaan dan
bantuan baik spiritual maupun material.
5. Sahabat-sahabat terbaikku yang kerap menemani, memarahi dan selalu
memberi motivasi Maria Kristina F. Sila, Eka Adi Saputra dan Rafael
Hendrawan Pramono. Khususnya sahabat dari UKSW yang banyak
membantu jarak jauh, Frias Gria Raharja.
6. Keluarga Agroteknologi (In Sila, Krisnawan, Tito, Sigit, Rahadi, Ike, Silta,
Fitri, Vandi, Ajib, Miko) dan teman-teman kampus lainnya.
7. Sahabatku Metro (Eva, Evi, Lynda, Ica), Vero, Tere dan Ivonne. Keluarga
besar Beswan Djarum angkatan 26, yang selalu membawa energi positif dan
selalu creative thinking. Tidak lupa kawan-kawan pengajar dan adik-adik di
SSCS (Save Street Child Surabaya).
8. Semua pihak yang telah membantu dalam bentuk apapun yang tidak dapat
disebut satu persatu, terima kasih banyak.
Dengan terselesaikannya laporan ini penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan
kritik pembaca sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Surabaya, Juni 2012
DAFTAR GAMBAR ………..………….... ii
3. Stadia pertumbuhan dan perkembangan gandum …………... 12
4. Syarat tumbuh tanaman gandum ………... 14
5. Syarat tumbuh wheatgrass ………...…………. 15
B. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman ………... 16
1. Media pasir dan kompos ………. 18
2. Media kertas merang ………..… 19
3. Media baby blanket ……….... 19
C. Pengaruh Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman ... 20
D. Hubungan antara Media Tanam dan Pemberian Air pada Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman ……….………... 21
E. Hipotesis ……….. 23
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ………...… 24
B. Bahan dan Alat ………. 24
C. Rancangan Percobaan Penelitian ………..………... 24
D. Pelaksanaan Penelitian ………... 26
5. Pelaksanaan pemberian air ………..………... 27
6. Panen ………... 27
7. Pengamatan ………. 28
E. Analisis Data ……… 28
1. Analisis ragam …..………... 29
2. Uji beda nyata jujur (BNJ) ………..……… 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 31
1. Pertumbuhan ………... 31
a. Panjang tanaman ……….………...…….. 31
b. Berat basah tanaman ………..………….. 32
2. Kadar klorofil ……….………. 36
B. Pembahasan ………. 38
1. Pertumbuhan ………... 38
2. Kadar klorofil ………..……… 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 50
B. Saran ……… 50
DAFTAR PUSTAKA ……….. 51
Teks
1. Perbandingan Gizi per-ons (28.35 gram) pada wheatgrass, Brokoli dan
Bayam (Anonim, 2011) …... 8
2. Hasil perhitungan Total Berat Media Tanam dan Air ………... 26
3. Tabel sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (Murdiyanto, 2005) ... 29
4. Rata-rata Panjang Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ……… 31
5. Rata-rata Berat Basah Tanaman Wheatgrass per-pot pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ... 32
6. Rata-rata Kadar Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil total Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ………. 37
7. Rata-rata Kadar Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ……….. 38
Lampiran 1. Analisis Ragam Panjang Tanaman ..………..……… 54
2. Analisis Ragam Berat Basah Tanaman ………...……….. 54
3. Analisis Ragam Kadar Klorofil a ……….………. 54
4. Analisis Ragam Kadar Klorofil b ……….………... 55
5. Analisis Ragam Kadar Klorofil Total ………... 55
6. Cara Pengukuran Kapasitas Lapang ………. 56
7. Metode Analisa Kadar Klorofil (Gross, 1991) dan Perhitungan (Lichtenthaler dan Wellburn, 1983) ………..………..……….. 60
1. Wheatgrass (Anonim, 2011) ………...……….. 5
2. Struktur Molekul Klorofil dan Hemoglobin (Johnson, 2005) ………... 6
3. Baby Blanket (Anonim, 2011) ……….. 19
4. Denah Percobaan Kombinasi Perlakuan ………... 25
5. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Pasir dan Kompos dengan Volume Penyiraman Yang Berbeda …...……… 33
6. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Kertas Merang dengan Volume Penyiraman Yang Berbeda ……….……… 33
7. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Baby Blanket dengan Volume Penyiraman Yang Berbeda …….……… 34
8. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam Yang Berbeda dengan Volume Penyiraman ½ Kapasitas Lapang …..….… 34
9. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass Pada Berbagai Media Tanam Yang Berbeda Dengan Volume Penyiraman Kapasitas Lapang ………..…. 34
10.Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam Yang Berbeda dengan Volume Penyiraman 1½ Kapasitas Lapang ……... 35
11.Biosintesis Klorofil (Shermer, 2008) ……… 45
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wheatgrass adalah tanaman gandum (Triticum aestivum) yang baru tumbuh
pada stadia perkembangan embrio. Pada stadia ini embrio akan tumbuh pada
lokasi dengan kelembaban, oksigen dan suhu yang cukup. Selama berkecambah
embrio akan berkembang dan menembus kulit biji, bakal akar dan bakal daun
yang dibungkus koleoptil berkembang, kemudian muncul ke permukaan tanah,
selanjutnya mengalami stadia perkembangan vegetatif, yang dimulai dari
munculnya daun pertama dari koleoptil, yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya
daun kedua, ketiga dan seterusnya. Setiap bakal daun yang berkembang diikuti
oleh pembentukan anakan pada ketiak daun (Raharja, 2011).
Saat tanaman sekitar berumur 7 – 10 hari, memiliki tinggi 15 – 22.5 cm dan
dapat diolah menjadi minuman (jus). Jus ini sangat kaya akan klorofil, enzim,
mineral dan vitamin. Wheatgrass mempunyai banyak manfaat untuk
penyembuhan penyakit, antara lain membersihkan limpa, menambah jumlah sel
darah merah, menjaga keseimbangan tubuh, menghilangkan racun unsur logam
dari dalam tubuh, menyuplai nutrisi ke hati dan ginjal. Wheatgrass juga
mengandung antara lain zat antibakteri, antiparasit, antioksidan (Anonim, 2011).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa mengkonsumsi makanan yang
mengandung klorofil meningkatkan kualitas kesehatan. Klorofil (chlorophyll)
adalah zat pembawa warna hijau pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil berasal dari
bahasa Yunani: khloros (hijau kekuningan) dan phullon (daun). Klorofil termasuk
Klorofil ada beberapa jenis yaitu klorofil a, klorofil b, pigmen flavins (berwarna
merah), caretenoid (berwarna kuning). Zat hijau kebiruan merupakan sel hidup
pertama yang tumbuh di atas muka bumi-dalam bentuk lumut (Blue-green algae) -
sekitar tiga setengah milyar tahun lalu. Sedangkan sel-sel organisme lainnya baru
muncul 650 juta tahun lalu. Namun sampai saat ini, proses terbentuknya klorofil
di dalam struktur tumbuh-tumbuhan masih merupakan misteri (Anonim, 2003).
Sejak lama zat hijau ini dipercaya memiliki khasiat panjang umur bagi manusia.
Berbagai penelitian masa kini sudah membuktikan bahwa mereka yang lebih
banyak mengkonsumsi makanan tinggi klorofil memiliki kualitas kesehatan yang
lebih baik (Anonim, 2003).
Penelitian ke arah budidaya wheatgrass masih belum banyak dilakukan.
Saat ini penelitian lebih banyak di bidang farmakologinya saja, sehingga
perlu adanya penelitian di bidang teknik budidaya.
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Rohman (2011) menjelaskan bahwa dalam menentukan media
tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya
merupakan hal yang sulit. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga
kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan
ketersediaan unsur hara. Untuk itu penelitian ini dilakukan karena ingin
membuktikan pengaruh berbagai macam media tanam bagi pertumbuhan tanaman
berasal dari bahan organik, sehingga akan menghasilkan tanaman wheatgrass
yang bebas bahan kimia.
Secara umum media tanam yang digunakan untuk pertumbuhan wheatgrass
adalah campuran dari pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1 karena
mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat memperbaiki
drainase media sebab mempunyai ruang pori besar (Raharja, 2011). Pemilihan
media tanam berikutnya adalah kertas merang, seperti diketahui kertas merang
biasa digunakan dalam pengujian viabilitas benih dan media tanam yang terakhir
adalah baby blanket, yaitu media yang terbuat dari sabut kelapa.
Tingkat penyiraman juga mempengaruhi pertumbuhan wheatgrass. Pada
beberapa artikel atau penelitian sebelumnya belum dijelaskan tentang kebutuhan
air yang paling ideal untuk pertumbuhan dan kadar klorofil pada wheatgrass.
Hendriyani dan Setiari (2009) mengemukakan bahwa usaha peningkatan
kandungan klorofil tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan volume
penyiraman yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam. Oleh karena itu
perlu diketahui volume penyiraman yang tepat pada suatu tanaman agar
pertumbuhan dan kandungan klorofilnya maksimal. Kebanyakan tanaman
mempunyai pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas lapang. Kapasitas
lapang adalah keadaan dimana air hanya berada dalam pori-pori mikro tanah dan
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan
tujuan :
1. Mengetahui macam media tanam dan volume penyiraman yang terbaik
bagi pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass.
2. Mengetahui pengaruh berbagai macam media tanam terhadap
pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass.
3. Mengetahui pengaruh volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan
kadar klorofil wheatgrass.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang
terjadi yaitu :
1. Apakah ada perbedaan pertumbuhan dan kadar klorofil pada wheatgrass
yang tumbuh pada macam media tanam yang berbeda dengan volume
penyiraman yang berbeda?
2. Apakah macam media tanam yang berbeda dapat menyebabkan
perbedaan pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass?
3. Apakah volume penyiraman yang berbeda menyebabkan perbedaan
II.TINJ AUAN PUSTAKA
A. Wheatgrass
Wheatgrass berasal dari tanaman gandum umum yang dibudidayakan di
dalam ruangan. Sementara itu di beberapa Negara, wheatgrass sering ditemukan
dalam bentuk alami ataupun dijual sebagai jus, bubuk terkonsentrasi atau dalam
bentuk tablet.
Gambar 1. Wheatgrass; a. Daun, b. Titik Tumbuh (Anonim, 2011)
Wheatgrass dipopulerkan di tahun 1930-an oleh Charles Schnabel, seorang
kimiawan pertanian. Pada awalnya bereksperimen untuk memberi pakan ayamnya
berupa rumput gandum, setelah beberapa hari ayam- ayamnya yang sakit
berangsur sembuh dan menurutnya ayam-ayam tersebut bahkan lebih cepat
bertelur dari sebelumnya. Ann Wigmore, seorang peneliti dari Boston, Amerika,
kemudian membantu untuk melanjutkan penelitian wheatgrass sebagai cara
detoksifikasi tubuh, dimulai pada 1940-an (Anonim, 2011).
Menurut Shermer (2008), penelitian wheatgrass telah mengungkapkan
beberapa manfaat kesehatan yang beragam. Wheatgrass telah menampilkan efek
kardiovaskular seperti mengurangi tekanan darah (karena pelebaran pembuluh a
darah), meningkatkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan pengiriman
oksigen ke otak. Efek ini sering dikaitkan dengan konsentrasi tinggi klorofil,
bahkan dibandingkan dengan sayuran hijau (klorofil molekul hampir identik
dengan molekul hemoglobin pada sel-sel darah merah manusia).
Bahri (2007) mengemukakan bahwa struktur dari klorofil memiliki
kesamaan struktur dengan hemoglobin. Perbedaannya hanyalah terletak pada atom
pusat dari molekul. Atom pusat klorofil adalah magnesium (Mg) sedangkan atom
pusat hemoglobin adalah besi (Fe). Jika hemoglobin diidentikan sebagai darah
merah manusia, maka klorofil dapat diidentikan sebagai darah hijau manusia.
Karena kemiripan struktur inilah, maka klorofil adalah satu-satunya molekul di
dunia ini yang secara alamiah dapat diterima oleh tubuh dan menjadi nutrisi vital
bagi tubuh manusia.
Gambar 2. Struktur Molekul Klorofil dan Hemoglobin (Johnson, 2005)
Penggunaan klorofil bagi tubuh manusia antara lain dapat membantu
meningkatkan jumlah sel-sel darah, khususnya meningkatkan produksi
hemoglobin dalam darah, mengatasi anemia, membersihkan jaringan tubuh,
terhadap senyawa asing (virus, bakteri, parasit), memperkuat sel, dan melindungi
DNA terhadap kerusakan. Yang terpenting dari molekul klorofil adalah aman
terhadap tubuh (Raharja, 2011).
Bahri (2007) juga mengatakan bahwa klorofil berfungsi sebagai desinfektan
dan antibiotik, bahkan sebelum adanya obat-obatan sintesis. Klorofil
membersihkan jaringan-jaringan tubuh dan tempat pembuangan sisa limbah
metabolisme dalam tubuh, sekaligus mengatasi parasit, bakteri, dan virus yang ada
dalam tubuh manusia. Bahkan, klorofil dapat menghilangkan senyawa-senyawa
kimia yang bersifat racun dalam tubuh. Ekor molekul klorofil yang bersifat
hidrofobik dapat menggali ke dalam sel/jaringan dan mengangkat senyawa
hidrokarbon dari dinding sel serta mengeluarkan senyawa beracun tersebut.
Hidrokarbon yang dimaksud adalah pestisida, obat-obatan yang tertimbun dalam
tubuh, pewarna makanan, bahkan bakteri, parasit, dan virus. Klorofil dapat
melindungi kita dari senyawa-senyawa karsinogen, dimana makanan dan obat
lainnya sudah tidak berfungsi lagi. Klorofil bertindak menguatkan sel-sel,
melepaskan zat racun dari hati dan aliran darah dan secara kimiawi menetralisasi
polutan-polutan.
Klorofil dapat langsung dicerna secara alami, tetapi riset terkini tentang
klorofil, menyatakan bahwa klorofil murni yang terkena proses pengolahan
(dimasak) akan rusak fungsi utamanya. Klorofil yang terolah tersebut akan sulit
diserap oleh tubuh manusia, bahkan sebagian besar akan terbuang dalam sistem
pembuangan. Sehingga disini sangat dianjurkan bagi penderita untuk
Tabel 1. Perbandingan Gizi per-ons (28.35 gram) pada wheatgrass, brokoli dan bayam (Anonim, 2011)
Gizi Wheatgrass Brokoli Bayam
Protein 860 mg 800 mg 810 mg
Beta-carotene 120 IU 177 IU 2658 IU
Vitamin E 880 mcg 220 mcg 580 mcg
Vitamin C 1 mg 25.3 mg 8 mg
Vitamin B12 0.30 mcg 0 mcg 0 mcg
Phosphorus 21 mg 19 mg 14 mg
Magnesium 8 mg 6 mg 22 mg
Calcium 7.2 mg 13 mg 28 mg
Iron 0.66 mg 0.21 mg 0.77 mg
Potassium 42 mg 90 mg 158 mg
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan
membuat penanaman wheatgrass semakin diminati terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Namun, saat ini dapat
dikatakan perkembangan wheatgrass di Indonesia masih dalam tahap awal, hanya
kalangan tertentu saja yang mengetahui wheatgrass dan merasakan manfaatnya.
Untuk menanam wheatgrass sebenarnya tidak susah dan hanya membutuhkan
berasumsi bahwa wheatgrass jika ditanam di iklim tropis tidak dapat tumbuh
dengan baik. Tapi pada kenyataannya, wheatgrass dapat bertumbuh baik. Hal ini
dikarenakan wheatgrass tidak membutuhkan syarat tanam seperti tanaman
gandum untuk hasil biji, wheatgrass cukup ditanam pada pot mini atau nampan di
dalam suhu ruang.
Pertumbuhan wheatgrass tidak memerlukan sinar matahari sampai pada
umur 4 hari setelah tanam, karena dapat dikatakan ini merupakan fase
perkecambahan awal. Jika ditanam di tempat gelap, maka wheatgrass akan
tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh
fitohormon, terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai
pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung. Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila
terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang
gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan
batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat
yang gelap. Hal ini bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom
karbon menjadi molekul gula (Anonim, 2009a).
1. Kla sifikasi Ilmiah
Dalam Sudarmini (2001), sistematika (taksonomi) tanaman gandum
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum
Species : Triticum aestivum L.
2. Klasifikasi Umum
Anonim (2011) menjelaskan untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi
winter (musim dingin) dan spring (musim semi). Namun, secara umum gandum
diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat dan durum wheat.
a. T. Aestivum (hard wheat)
T. aestivum adalah spesies gandum yang paling banyak ditanam di dunia
dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti karena
mempunyai kadar protein yang tinggi. Gandum ini mempunyai ciri-ciri
kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap air tinggi.
Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah.
b. T. Compactum (soft wheat)
T. compactum merupakan spesies yang berbeda dan hanya sedikit ditanam.
Setiap bulirnya terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna putih sampai
merah, bijinya lunak, berdaya serap air rendah dan berkadar protein
rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan
c. T. Durum (durum wheat)
T. durum merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum ini
ialah bagian dalam (endosperma) yang berwarna kuning, bukan putih,
seperti jenis gandum pada umumnya dan memiliki biji yang lebih keras,
serta memiliki kulit yang berwarna coklat. Gandum jenis ini digunakan
untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan
produk pasta lainnya.
Tanaman gandum mempunyai umur dan tinggi yang beragam, tergantung
pada jenisnya. Tinggi tanaman gandum mulai dari 30 cm (extreme dwarf), yang
umumnya dimiliki pada tanaman gandum varietas genjah, sampai ketinggian 1.5
m pada varietas yang berumur dalam (Maspary, 2010). Penggolongan tanaman
gandum berdasarkan umur dan tinggi tanaman adalah sebagai berikut:
a. Golongan genjah, tipe tanaman seperti semi dwarf berumur 80 – 90 hari
dengan tinggi tanaman 50 – 100 cm.
b. Golongan sedang, tipe tanaman intermediate dengan umur 90 – 110 hari
dan tinggi tanaman 100 – 125 cm.
c. Golongan dalam, berumur 110 – 135 hari dengan tinggi tanaman lebih dari
125 cm.
Rudiyanto (2002) membagi dua kelompok tanaman gandum berdasarkan
pertumbuhannya, yaitu:
a. Tanaman gandum musim dingin. Tanaman ditanam pada musim gugur di
(lag vegetatif). Pada musim dingin tanaman akan ditutupi salju sehingga
terhindar dari kabut dan keadaan ini akan memacu perkembangan anakan.
Pada musim semi, pertumbuhannya cepat dan pemanenan dapat dilakukan
pada musim panas. Jenis tanaman ini berumur 9 – 11 bulan.
b. Tanaman gandum yang ditanam pada musim panas, tumbuh dan
berkembang pada musim panas. Pemanenan dapat dilakukan pada jenis
tanaman ini berumur 3 – 6 bulan. Jenis tanaman gandum ini yang
diusahakan di Indonesia antara lain DWR 162 adalah jenis tanaman
gandum musim panas.
3. Stadia Per tumbuhan dan Per kembangan Gandum
Menurut Rudiyanto (2002), stadia pertumbuhan dan perkembangan tanaman
gandum terdiri dari :
1. Stadia Perkembangan Embrio
Embrio akan tumbuh pada lokasi dengan keadaan kelembaban, oksigen
dan suhu yang cukup.
2. Stadia Perkembangan Vegetatif
Stadia perkembangan vegetatif diawali dengan munculnya daun pertama
dari koleoptil lalu diikuti oleh stadia daun kedua, ketiga, dan seterusnya.
Pada stadia ini titik tumbuh berada dipermukaan tanah. Setiap bakal daun
yang berkembang diikuti oleh pembentukan anakan pada ketiak daun
3. Stadia Inisiasi Bunga
Saat inisiasi bunga berbeda antara satu varietas dengan varietas lain dan
bunga dikenal dengan stadia titik tumbuh ganda. Pada stadia ini
pembentukan bakal daun telah berakhir sehingga jumlah daun tidak
bertambah.
4. Stadia Buku Pertama
Stadia ini tercapai pada saat bakal malai sepanjang 1 cm, stadia ini dikenal
juga dengan stadia akhir pembentukan bunga lengkap. Pada stadia buku
pertama, pembentukan anakan telah berakhir, dan mulai terjadi
pemanjangan ruas, pada stadia ini jumlah bagian bunga lengkap mencapai
maksimum dan bakal bunga dalam bunga lengkap ini mulai berkembang.
5. Stadia Buku Kedua
Stadia buku kedua mudah dikenali di lapangan, setelah terlihat adanya ruas
buku pada batang. Pada stadia ini bakal bunga maksimum dapat tercapai.
6. Stadia Daun Bendera dan Stadia Bunting
Setelah daun bendera berkembang sempurna, malai berkembang dalam
pelepah daun bendera stadia ini dikenal dengan stadia bunting. Mulai
stadia buku pertama sampai stadia daun bendera bakal bunga banyak
mengalami kematian akibat persaingan fotosintat penggunaan dengan
organ tanaman lainnya serta faktor lingkungan.
7. Stadia Keluar Malai
Stadia keluar malai ditandai dengan 50 % dari malai telah muncul di atas
ketiak daun bendera. Pada stadia ini hanya tinggal antara 30 – 40 % bakal
8. Stadia Berbunga
Stadia berbunga ditandai dengan munculnya lebih kurang 50 % malai dari
kelopak bunga. Pada stadia ini mulai berlangsung penyerbukan. Sebagian
besar penyerbukan terjadi sebelum kotak sari keluar dari kelopak bunga
yang membuka.
9. Stadia Pengisian Biji
Stadia ini diawali dari bakal bunga yang tidak mengalami kematian dan
telah diserbuki, berlangsungnya pengisian biji sampai biji berkembang
secara sempurna. Keadaan lingkungan yang kurang baik akan berdampak
negatif pada kualitas biji.
10.Stadia Masak
Biji telah berisi sempurna dan keras dengan kadar air biji sekitar 11 %.
Tetapi untuk menumbuhkan wheatgrass stadia pertumbuhannya hanya
sampai pada tahap stadia vegetatif saja.
4. Syar at Tumbuh Tanaman Gandum
Tanaman gandum dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah dan mampu
beradaptasi pada kisaran iklim yang luas. Adapun faktor iklim yang sangat
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pertumbuhan dan produksi gandum
adalah suhu udara dan curah hujan (Rudiyanto, 2002).
Rahardi (2011) mengungkapkan bahwa untuk dapat tumbuh dan
berproduksi, tanaman gandum memerlukan keadaan lingkungan sebagai berikut:
a. Kisaran suhu udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gandum
b. Tanaman gandum umumnya termasuk tanaman hari panjang, Saat ini
banyak dikembangkan varietas baru tanaman gandum yang dapat tumbuh
dengan panjang hari berkisar 9 hingga 13 jam per hari.
c. Selama siklus hidupnya, tanaman gandum membutuhkan curah hujan
antara 350 – 1250 mm. Keadaan kering diperlukan tanaman ini terutama
mulai tanaman berbunga hingga panen. Bila saat biji tanaman sudah
mencapai masak fisiologi dan terguyur hujan, dapat menyebabkan
terjadinya imbibisi dan perkecambahan di malai. Di sisi lain biji yang telah
berimbibisi akan mengandung kadar air tinggi dan memungkinkan
serangan patogen yang lebih tinggi.
d. Untuk terbentuknya bunga diperlukan suhu udara yang rendah (dingin).
Pertumbuhan tanaman gandum memerlukan suhu udara minimum 2 – 4o C
suhu udara optimum adalah 15 – 25o C dan suhu udara maksimum adalah
37oC. Di daerah subtropis, tanaman gandum mampu bertahan pada suhu –
20oC. Perkecambahan tanaman gandum akan baik bila keadaan suhu
optimum dan kelembaban tanah tinggi. Tanaman gandum tahan terhadap
genangan air hingga maksimum 15 hari. Bila genangan air lebih dari 15
hari maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
karena pada kondisi tersebut tanah mengalami reaksi anaerob.
5. Syar at Tumbuh Wheatgrass
Pada dasarnya syarat tumbuh wheatgrass sama dengan tanaman gandum itu
sendiri, hanya saja pada wheatgrass sampai pada stadia vegetatif saja. Pada
tidak memerlukan syarat tumbuh seperti tanaman gandum di lahan. Wheatgrass
ditanam pada media-media tanam yang biasanya digunakan untuk perkecambahan
seperti kertas merang dan pasir (Raharja, 2011).
Raharja (2011) menjelaskan, bahwa wheatgrass memerlukan kondisi yang
lembab antara 75%-83% dan pada suhu ruang (23oC–27oC) dalam
pertumbuhannya sehingga dapat ditanam di daerah mana saja, hal ini
menunjukkan bahwa wheatgrass bukan merupakan tanaman khusus. Dalam
perkembangannya sebagai tanaman herbal, wheatgrass ditanam di dalam ruangan.
Menurut Murdjono (2010), wheatgrass dipanen pada saat berumur 7 hst
karena kadar klorofilnya pada saat itu mencapai tingkat yang paling ideal. Pada
umur tersebut wheatgrass memilki rasa yang lebih manis jika dibandingkan
dengan wheatgrass yang dipanen pada usia 12 hari, rasanya agak pahit. Selain itu,
jika wheatgrass dipanen melebihi umur 10 hari kadar klorofilnya akan semakin
menurun begitu juga jika dipanen terlalu dini (kurang dari tujuh hari), kadar
klorofilnya tidak mencapai 70% crude chlorophyill. Pemanenan wheatgrass tidak
hanya mengacu pada tingginya kadar klorofil yang terkandung tetapi juga rasa dan
kematangan yang paling ideal, dimana 28 ml wheatgrass mengandung vitamin
dan mineral yang setara dengan 1 kg sayuran segar.
B. Pengar uh Media Tanam ter hadap Per tumbuhan dan Kadar Klor ofil Tanaman
Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
Haryadi (1986), menyatakan bahwa media yang baik untuk pertumbuhan tanaman
harus mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan
menahan air.
Menurut Fatimah dan Handarto (2008) menyatakan bahwa tersedianya
nitrogen di dalam tanah dan di permukaan tanah dapat meningkatkan ketersediaan
nitrogen bagi tanaman. Unsur nitrogen banyak berperan dalam pertumbuhan
vegetatif tanaman seperti pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang dibutuhkan
dalam fotosintesis sebagai proses memasak makanan di daun melalui bantuan
sinar matahari, membutuhkan unsure karbon (C) dan nitrogen (N) sebagai bahan
utama penghasil fotosintat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan cabang, batang,
daun dan akar. Menurut Andalusia (2005), nitrogen dapat memacu pertumbuhan
vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun.
Media tanam sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman termasuk
pertumbuhan wheatgrass. Secara umum media tanam yang digunakan untuk
pertumbuhan wheatgrass adalah campuran dari pasir dan kompos.
Media tanam lainnya untuk menumbuhkan wheatgrass antara lain seperti
kertas merang dan baby blanket yang biasa digunakan masyarakat negara maju
seperti Australia, Amerika dan Eropa. Masyarakat di Negara Eropa dan Amerika
khususnya sudah terbiasa untuk bertanam wheatgrass secara indoor di rumah
mereka, menyadari besarnya manfaat klorofil yang terkandung pada tanaman
wheatgrass bagi kesehatan. Macam media yang digunakan dalam budidaya
1. Media Pasir dan Kompos
Pasir adalah partikel terbesar yang ada didalam tanah. Bila kita
menyentuhnya akan terasa kasar karena pasir memiliki tekstur yang tajam. Sejauh
ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk
penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang
tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit
tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.
Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek
batang (Raharja, 2011).
Pasir adalah contoh dari kelas material yang disebut sebagai bahan butiran.
Pasir terjadi secara natural karena adanya pecahan-pecahan dari batu.
Butiran-butiran pasir memiliki ukuran antara 0.0625 sampai 2 mm (Raharja, 2011). Tanah
berpasir sering dipilih untuk dipakai sebagai media dalam bercocok tanam karena
memiliki drainase yang baik, hal ini disebabkan karena pasir mempunyai ruang
pori yang cukup besar (Anonim, 2007).
Menurut Setyorini, Saraswati dan Anwar (2004) kompos merupakan bahan
organik, seperti dedaunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang
jagung serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara mineral yang esensial bagi tanaman.
Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan
kompos antara lain : (1) mengandung unsure hara dalam jenis dan jumlah bervariasi
tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsure hara secara lambat (slow release) dan
dalam jumlah terbatas; dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan
kesehatan tanah (Setyorini, Saraswati dan Anwar, 2004).
2. Media Ker tas Mer ang
Kertas merang merupakan kertas yang terbuat dari jerami dan biasanya
kertas ini digunakan sebagai media untuk menguji viabilitas benih. Santana dan
Suwarno (2009) menunjukkan bahwa kertas merang memiliki daya regang yang
sama dengan kertas blotter putih (1.10%), kadar α selulosa 42.7 % dan kekuatan
tarik 0.311 kg/cm.
3. Media Baby Blanket
Gambar 3. Baby Blanket
Baby blanket adalah lapisan atau lembaran yang terbuat dari bahan organik
yang mempunyai daya pegang air cukup baik. Baby blanket biasanya digunakan
untuk menumbuhkan tanaman kecil (hias) termasuk wheatgrass, baby blanket ini
ditempatkan di nampan atau pot sebagai media pengganti pasir. Selain lebih
efisien, kelebihan penggunaan baby blanket ini adalah faktor kebersihan baik
wheatgrass di Negara Eropa khususnya, pada tahap pemanenan baby blanket yang
telah menyatu dengan akar wheatgrass hanya perlu dibersihkan saja tanpa
dibuang, karena bahan dasar wheatgrass yang organik dipercaya tidak akan
berdampak buruk bagi kesehatan, selain itu konsumsi wheatgrass beserta akarnya
akan lebih meningkatkan manfaat kesehatan dari wheatgrass itu sendiri (Anonim,
2011).
Di Indonesia baby blanket dikenal dengan cocosheet yaitu cocofiber atau
cocopeat dalam bentuk lembaran, merupakan media tanam yang terbuat dari serat
dan sabut kelapa.
C. Pengar uh Pember ian Air ter hadap Per tumbuhan dan Kadar Klor ofil Tanaman
Air merupakan komponen utama dalam kehidupan tanaman, sekitar 70 – 90
% berat segar tanaman berupa air yang merupakan media penunjang untuk
berlangsungnya reaksi biokimia. Di dalam tubuh tanaman air dapat masuk ke
jaringan tanaman berlangsung melalui proses difusi. Proses ini dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya adalah faktor lingkungan yang berperan dalam proses
keseimbangan air yang ada pada system tanah, tanaman dan udara (Fatimah dan
Handarto, 2008).
Pengaruh ketersediaan air bagi pembentukan dan perkembangan organ
tanaman (daun, akar dan batang) berhubungan dengan proses sel tanaman
membesar. Sel tanaman akan membesar seiring dengan menebalnya dinding sel
dan terbentuknya selulosa pada tanaman. Pengaruh lainnya terkait dengan
Hara yang berada dalam tanah diangkut melalui air yang terserap oleh tanaman
melalui proses difusi osmosis yang terjadi. Semakin banyak hara yang terjerap
oleh tanaman, maka ketersediaan bahan dasar bagi proses fotosintesis semakin
baik pula. Proses fotosintesis yang berlangsung dengan baik, akan memacu
penimbunan karbohidrat dan protein pada organ tubuh tanaman. Penimbunan
karbohidrat dan protein sebagai akumulasi hasil proses fotosintesis akan
berpengaruh terhadap berat basah tanaman (Fatimah dan Handarto, 2008).
Air yang dapat diserap tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori
tanah di lapisan perakaran (Maranatha dan Darmanti, 2004). Kebanyakan tanaman
mempunyai pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas lapang. Kapasitas
lapang merupakan keadaan kadar air dimana tanah cukup lembab tetapi tidak
dalam keadaan jenuh dan tidak pula mendekati titik layu permanen. Titik layu
permanen merupakan kondisi tanah yang kadar airnya tidak lagi bisa diserap
tanaman, sehingga tanaman menjadi layu. Selisih antara kadar air antara kapasitas
lapangan dengan titik layu permanen inilah yang disebut dengan air tersedia.
Perbedaan tekstur, kadar bahan organik dan kematangannya merupakan penyebab
berbedanya tingginya kadar air pada masing-masing kondisi kapasitas lapang, titik
layu permanen dan air tersedia (Anonim, 2009a).
D. Hubungan antar a Media Tanam dan Pember ian Air pada Per tumbuhan
dan Kadar Klor ofil Tanaman
Menurut Andalusia (2005) perlakuan media berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman jati belanda pada 4 -10 MSP. Perlakuan media
semua parameter pengamatan. Pertumbuhan vegetatif terjadi akibat adanya
pembelahan sel dan perpanjangan sel di dalam jaringan meristematik pada titik
tumbuh batang, ujung-ujung akar, dan pada kambium. Penggunaan media tanam
dengan penambahan pupuk kandang akan semakin meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman. Kandungan unsur hara N, P, dan K yang ada dalam media ini
merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman terutama nitrogen. Nitrogen dapat
memacu pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditandai dengan meningkatnya tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, dan pertumbuhan
akar.
Perlakuan pemberian air berdasarkan perhitungan kapasitas lapang yang
diberikan merupakan jumlah air yang mampu diserap dan tertahan oleh tanah, jadi
meskipun kondisi air cukup tersedia dalam media tanamnya belum tentu air tersebut
akan diserap semua oleh tanaman. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pada
masing-masing perlakuan yang diberikan menyebabkan tidak berbedanya tanaman
buncis (Anonim, 2009a). Namun, proses proses pertumbuhan tanaman membutuhkan
air dalam jumlah yang berbeda, bergantung pada jenis tanaman.
Hendriyani dan Setiari (2009) mengemukakan bahwa absorbsi air pada
tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan potensial air dari tanah ke
akar, dari akar ke bagian atas tumbuhan, dan adanya hambatan pergerakan air di
dalam tanah dan tanaman. Pada dasarnya makin luas daerah perakaran, tanaman
makin efektif menggunakan air tanah. Tekstur dan struktur tanah juga mempengaruhi
absorpsi air karena berpengaruh terhadap hambatan pergerakan air pada waktu air
Air sangat berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman, akan tertapi air
juga dapat membatasi pertumbuhan. Jika jumlah air terlalu banyak akan
menimbulkan cekaman aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit akan menimbulkan
cekaman kekeringan. Tanaman yang mengalami cekaman auir stomata daunnya
menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah
CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Selain itu, dengan menutupnya stomata laju
transpirasi menurun. Menurunnya laju transpirasi akan mengurangi suplai unsur hara
dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanaman
bersama-sama dengan aliran air (Anonim, 2009a).
E. Hipotesis
1. Macam media tanam yang berbeda dan volume penyiraman yang berbeda
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass.
2. Macam media tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan kadar klorofil wheatgrass.
3. Volume penyiraman yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lab Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pelaksanaan
penelitian pada bulan April sampai dengan Mei 2012.
B. Bahan dan Alat
Bahan – bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi benih
gandum varietas DWR 162, pasir, kompos, kertas merang, baby blanket, dan air.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : cetok, tray (nampan), pot
mini (diameter : 10 cm), mangkuk, penggaris, alat tulis, beaker glass, timbangan
analitik, oven, spektrofotometer, gunting, cutter, mortal, kertas saring, sprayer dan
aceton 80 %.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) secara
faktorial yang terdiri atas 2 faktor dan diulang 3 kali.
Faktor I adalah rasio media tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
M1 : Pasir + kompos
M2 : Kertas Merang
Faktor II adalah volume penyiraman yang terdiri dari tiga taraf yaitu:
P1 : ½ kapasitas lapang
P2 : kapasitas lapang
P3 : 1½ kapasitas lapang
Terdapat 9 perlakuan kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh 27 unit percobaan.
Susunan Kombinasi Perlakuan Dengan Menggunakan RAL :
M1 P1= Kombinasi pasir dan kompos + Penyiraman ½ kapasitas lapang
M1 P2= Kombinasi pasir dan kompos + Penyiraman kapasitas lapang
M1 P3= Kombinasi pasir dan kompos + Penyiraman 1½ kapasitas lapang
M2 P1= Kombinasi kertas Merang + Penyiraman ½ kapasitas lapang
M2 P2= Kombinasi kertas Merang + Penyiraman kapasitas lapang
M2 P3= Kombinasi kertas Merang + Penyiraman 1½ kapasitas lapang
M3 P1= Kombinasi baby blanket + Penyiraman ½ kapasitas lapang
M3 P2= Kombinasi baby blanket + Penyiraman kapasitas lapang
M3 P3= Kombinasi baby blanket + Penyiraman 1½ kapasitas lapang
M1 P1(1) M3 P1(3) M1 P3(2) M3 P2(2) M2 P1(1) M3 P3(1) M2 P2(2) M2 P3(3) M1 P2(3)
M3 P3(2) M2 P2(1) M2 P3(1) M1 P2(2) M1 P1(3) M3 P1(2) M2 P1(3) M1 P3(1) M3 P2(3)
M2 P1(2) M3 P3(3) M1 P2(1) M1 P3(3) M3 P2(1) M2 P2(3) M2 P3(2) M3 P1(1) M1 P1(2)
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Per siapan Penelitian
Persiapan penelitian ini mencakup alat dan bahan yang dibutuhkan selama
penelitian berlangsung, selain itu dilakukan juga pengukuran kapasitas lapang
masing-masing media tanam (lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan
kapasitas lapang dan tingkat pemberian air pada berbagai media, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Perhitungan Total Berat Media Tanam dan Air
Media Tanam Volume Air Total Berat Media
Tanam dan Air
Langkah pertama dilakukan persiapan benih yaitu dengan cara melakukan
seleksi biji. Seleksi biji gandum dilakukan dengan merendam biji tersebut di
dalam wadah/ mangkuk berisi air selama 10 – 12 jam. Biji yang digunakan adalah
biji yang tenggelam karena biji tersebut baik untuk dikecambahkan, sedangkan
biji yang terapung dibuang. Kemudian cuci menggunakan air mengalir, diamkan
dalam sebuah wadah yang mempunyai ventilasi kecil selama 36 jam dan setiap 4
– 5 jam sekali dicuci menggunakan air mengalir untuk menjaga kelembabannya.
3. Per siapan Media Tanam
Siapkan pot mini sebagai tempat media tanam. Pot mini yang digunakan
berdiameter 10 cm.
Media tanam yang digunakan ada tiga macam, yaitu :
a. Campuran pasir : kompos (perbandingan 1:1) ; (100 gram/ pot)
b. Kertas merang sebanyak (6 gram dengan ketebalan 1 cm / pot)
c. Baby blanket/ cocosheet (5 gram dengan ketebalan 1 cm)
4. Penanaman
Tiga macam media tanam yaitu campuran pasir dan kompos, kertas merang
dan baby blanket dimasukkan ke dalam pot mini yang telah disiapkan, kemudian
benih gandum yang sudah mulai bertunas ditanam dengan cara menaburkan di
atas media tanam sampai merata pada permukaan media, termasuk untuk media
pasir. Penelitian terhadap biji yang digunakan 20 gram/ pot.
5. Pelaksanaan Pember ian Air
Pemeliharaan tanaman dilakuakan setiap hari pada pagi hari dengan
penyiraman pada kondisi ½ kapasitas lapang pada saat penanaman sampai 3 hst,
kemudian pada 4 hst dan hari selanjutnya penyiraman dilakukan sesuai dengan
perlakuannya masing-masing.
6. Panen
Wheatgrass yang siap dipanen adalah pada saat umur tujuh hari setelah
7. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian, yaitu pada saat panen.
Variabel yang diamati adalah :
a. Panjang tanaman
Panjang tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun (pucuk),
dilakukan saat panen. Satuan yang digunakan adalah cm.
b. Berat Basah
Berat basah tanaman adalah hasil penimbangan berat batang, daun, dan akar
tanaman. Dilakukan setelah pemanenan dengan satuan gram (g). Berat basah
tanaman ditimbang per-tanaman dalam setiap perlakuan kemudian dihitung
rata-ratanya.
c. Kadar klorofil
Kadar klorofil yang diukur meliputi klorofil a, klorofil b dan klorofil total.
Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian, metode penentuan klorofil adalah
dengan teknik Spektroskopi menggunakan spektrofotometer (Lampiran 7).
E. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA = Analysis of Variance) dengan model matematis dari rancangan yang
digunakan adalah sebagai berikut (Sugandi, Sugiarto dan Sugandi, 1994):
Yijk = µ +
α
i + β j + (α
β) ij +ε
ijkKeterangan :
Yijk : Hasil pengamatan kelompok ke-i, yang memperoleh perlakuan pada taraf
µ : Nilai tengah atau pengaruh rata-rata umum
α
i : Pengaruh faktor perbandingan media tanam (M) pada taraf ke-iβ j : Pengaruh volume penyiraman (P) pada taraf ke-j
(
α
β) ij : Pengaruh interaksi perbandingan media tanam (M) taraf ke-j dan volumepenyiraman (P) taraf ke-t.
ε
(i)j : Galat gabungan volume penyiraman ke j pada ulangan ke k dalammedia tanam ke i.
1. Analisis Ragam
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis RAL
seperti tabel berikut :
Tabel 3. Tabel Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (Murdiyanto, 2005)
SK Db JK KT Fhitung
Cara mengetahui nyata atau tidak nyatanya perbedaan di antara perlakuan
dapat dilihat dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel ; apabila Fhitung > Ftabel
5% dan Ftabel 1%, maka perbedaan antar perlakuan adalah nyata dan sangat nyata ;
apabila Fhitung < Ftabel 5%, maka perbedaan antar perlakuan tidak nyata.
2. Uji Beda Nyata J ujur (BNJ )
Pengaruh perlakuan diuji dengan Fhitung. Apabila nilai Fhitung lebih besar
lebih besar daripada Ftabel pada taraf 5% maka perlakuan dianggap tidak nyata.
Jika hasil pengujian analisis keragaman dengan uji F tersebut berbeda nyata atau
berbeda sangat nyata, maka untuk mengetahui perbedaan masing-masing taraf
perlakuan dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ). Adapun rumus BNJ menurut
Syahid (2009) adalah sebagai berikut :
BNJ
α= q
(p,v,α)x
Keterangan :
q (p.v.α) : dicari pada tabel ”Studentized Range”
p : jumlah perlakuan
v : nilai derajat bebas
KTG : Kuadrat tengah galat
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Per tumbuhan
Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi dan berat basah akhir
tanaman. Tinggi merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai
indikator pertumbuhan dan berat basah merupakan total berat tanaman yang
menunjukkan hasil aktivitas metabolik tanaman (Anonim, 2009b).
a. Panjang Tanaman.
Hasil analisis ragam dengan uji F menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi
yang berbeda nyata terhadap rata-rata panjang tanaman Wheatgrass. Namun, pada
masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman
wheatgrass (tabel lampiran 1).
Tabel 4. Rata-rata Panjang Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda
Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman Saat Panen
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% (tabel 4) menunjukkan bahwa
perlakuan media M1 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi, berbeda
nyata dengan perlakuan M2 dan M3, sedangkan pada M2 dan M3 menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata. Pada perlakuan volume penyiraman menunjukkan
bahwa perlakuan P3 menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dan tidak berbeda nyata
dengan pemberian air pada kondisi kapasitas lapang, sedangkan pemberian air
pada kondisi ½ kapasitas lapang menunjukkan rata-rata paling rendah dan berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya.
b. Ber at Basah Tanaman
Hasil analisis statistik dengan uji F menunjukkan bahwa perlakuan yang
dicobakan berbeda nyata pada perlakuan media tanam dan volume penyiraman
serta terjadi interaksi antara kedua perlakuan terhadap rata-rata berat basah
tanaman (tabel lampiran 2).
Tabel 5. Rata-rata Berat Basah Tanaman Wheatgrass per-pot pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% (tabel 5) menunjukkan bahwa
perlakuan media campuran pasir dan kompos menghasilkan rata-rata tinggi
tanaman tertinggi pada tingkat volume penyiraman 1 ½ kapasitas lapang (M1P3)
dan berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya.
Gambar 5. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Pasir dan Kompos dengan Volume Penyiraman yang Berbeda
Gambar 6. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Kertas Merang dengan Volume Penyiraman yang Berbeda
M1P3 M1P2
M1P1
Gambar 7. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Baby Blanket dengan Volume Penyiraman yang Berbeda
Gambar 8. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam yang Berbeda dengan Volume Penyiraman ½ Kapasitas Lapang
Gambar 9. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam yang Berbeda dengan Volume Penyiraman Kapasitas Lapang
M3P3 M3P2
M3P1
M3P1 M2P1
M1P1
M3P2 M2P2
Gambar 10. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam yang Berbeda dengan Volume Penyiraman 1½ Kapasitas Lapang
Hasil uji sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini
menunjukkan bahwa perlakuan macam media tanam dan volume penyiraman
yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap berat
basah tanaman (tabel lampiran 2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman wheatgrass dengan
kombinasi perlakuan M1P3 (Media tanam pasir dan kompos dengan volume
penyiraman 1 ½ kapasitas lapang) dan M1P2 (media tanam pasir dan kompos
dengan volume penyiraman kapasitas lapang) memperlihatkan pertumbuhan yang
cenderung lebih bagus daripada tanaman dengan perlakuan lainnya.
Tanaman dengan perlakuan M1 (pasir dan kompos) memilki panjang
tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah yang cenderung lebih besar
dari tanaman dengan perlakuan M2 (kertas merang) dan M3 (Baby blanket).
Perbandingan antara M2 dan M3 menunjukkan bahwa tanaman M3 mempunyai
tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi daripada tanaman M2 dan
M3P3 M2P3
perbandingan berat basah antara M2 dan M3 cenderung lebih besar tanaman M2
daripada tanaman M3.
Tanaman wheatgrass dengan volume penyiraman 1½ kapasitas lapang (P3)
menunjukkan panjang tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah yang
cenderung lebih besar dari tanaman dengan perlakuan P1 (½ kapasitas lapang) dan
P2 (kapasitas lapang). Perbandingan antara P1 dan P2 menunjukkan bahwa
tanaman P2 mempunyai panjang tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat
basah yang cenderung lebih besar daripada tanaman P1. Hasil ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan tanaman wheatgrass paling optimal adalah pada tanaman
dengan kombinasi perlakuan M1P2 (media tanam pasir dan kompos dengan
volume penyiraman kapasitas lapang).
Dari hasil analisis yang diperoleh, menunjukkan bahwa perlakuan yang
diberikan menunjukkan pengaruh yang yang berbeda signifikan terhadap
pertumbuhan tanaman wheatgrass. Hal ini berarti kombinasi antara perlakuan
media tanam dan pemberian air dengan volume yang berbeda merupakan faktor
yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman wheatgrass.
2. Kadar Klorofil
Kadar klorofil yang diukur merupakan klorofil a, klorofil b dan klorofil total
tanaman. Tabel 6 berikut merupakan nilai rata-rata kadar klorofil pada
Tabel 6. Rata-rata Kadar Klorofil a, klorofil b dan klorofil total Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda
Keterangan : Rata-rata menunjukkan hasil tidak nyata (tn)
Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan uji sidik ragam sembilan
kombinasi perlakuan yang diberikan tidak memperlihatkan pengaruh yang
berbeda nyata secara signifikan terhadap kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil
total pada tanaman wheatgrass (tabel lampiran 3, 4 dan 5).
PERLAKUAN Rata-r ata
Klorofil a (mg/l) Klorofil b (mg/l) Klorofil total (mg/l)
M1P1 7.52 3.69 11.21
M1P2 8.37 3.39 11.77
M1P3 8.56 3.54 12.10
M2P1 7.73 3.16 10.90
M2P2 7.91 3.23 11.14
M2P3 8.51 3.36 11.87
M3P1 7.24 3.55 10.79
M3P2 8.40 3.28 11.68
M3P3 8.69 3.34 12.03
Tabel 7. Rata-rata Kadar Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda berbeda nyata pada uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% (tabel 7) menunjukkan bahwa
perlakuan pada berbagai media tanam yang berbeda tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap kadar klorofil total pada tanaman. Pada perlakuan volume
penyiraman menunjukkan bahwa pemberian air pada kondisi 1½ kapasitas lapang
menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan pemberian
air pada kondisi kapasitas lapang, sedangkan pemberian air pada kondisi ½
kapasitas lapang menunjukkan rata-rata paling rendah dan berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
B. PEMBAHASAN
1. Per tumbuhan
Hasil uji sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini
sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan pada perlakuan volume penyiraman
juga memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata.
Pada variabel pertumbuhan, hasil terbaik ditunjukan pada perlakuan M1. Hal
ini menunjukan bahwa perlakuan media tanam pasir dan kompos merupakan
media tanam yang ideal bagi pertumbuhan wheatgrass jika dibandingkan dengan
media tanam kertas merang dan baby blanket. Hal ini didukung oleh parameter
tinggi tanaman wheatgrass yang mencapai hasil maksimal pada media tanam M1
kemudian media tanam M3 dan media tanam yang memilki hasil terendah adalah
M2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah bahan
organik serta unsur hara esensial yang cukup (Andalusia, 2005). Perlakuan (M1)
media tanam pasir dan kompos (1:1) memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan
tanaman wheatgrass dibandingkan dengan perlakuan media kertas merang dan
baby blanket. Hal ini kemungkinan disebabkan karena media pasir memiliki ruang
pori yang cukup besar dan drainase yang baik pula, kemudian penambahan
kompos sebagai soil conditioner. Menurut Setyorini, Saraswati dan Anwar (2004)
tanah berpasir menjadi lebih kompak dan tanah lempung menjadi lebih gembur,
penyebab kompak dan gemburnya tanah ini adalah senyawa-senyawa polisakarida
yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai serta miselium atau hifa yang
berfungsi sebagai perekat partikel tanah. Dengan struktur tanah yang baik ini
berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar
Pada perlakuan volume penyiraman, hasil terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan P3, yaitu pemberian air pada kondisi 1½ kapasitas lapang. Hal ini
menunjukkan pada perlakuan volume penyiraman 1½ kapasitas lapang, tanaman
menunjukkan hasil terbaik, demikian pula pada kondisi kapasitas lapang tanaman
dapat tumbuh dengan baik juga. Tanaman wheatgrass membutuhkan kondisi
lembab dan cenderung basah untuk pertumbuhannya sehingga dalam kondisi 1½
kapasitas lapang dia sangat toleran dan dapat memberikan hasil terbaik. Namun
menjadi kurang efektif pemberian air pada volume 1½ kapasitas lapang
dikarenakan dalam pengamatannya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata
dengan pemberian air pada kapasitas lapang. Sehingga volume penyiraman yang
efektif bagi pertumbuhan tanaman adalah pada kondisi kapasitas lapang.
Proses pertumbuhan tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang berbeda,
bergantung pada jenis tanaman (Hendriyani dan Setiari, 2009). Air yang tersedia
dalam tanah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan
tanaman akan semakin baik dengan pertambahan jumlah air, akan tetapi terdapat
batasan maksimum dan minimum dalam jumlah penyerapan air oleh tanaman
untuk petumbuhannya disamping itu pertumbuhan juga bergantung pada interaksi
antara sel dengan lingkungannya (Anonim, 2009b).
Kombinasi perlakuan media tanam dan volume penyiraman mampu
menghasilkan berat basah tanaman secara sangat nyata, hasil terbaik ditunjukan
pada kombinasi M1P3. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi media tanam pasir
dan volume penyiraman 1½ kapasitas lapang mempunyai keterkaitan dalam
kertas merang dapat memberikan hasil terbaik pada volume penyiraman 1½
kapasitas lapang, demikian pula pada media tanam baby blanket yang
menunjukkan hasil terbaik pada volume penyiraman 1½ kapasitas lapang.
Perlakuan pemberian air berdasarkan perhitungan kapasitas lapang yang
diberikan merupakan jumlah air yang mampu diserap dan tertahan oleh media
tanam. Masing-masing media tanam memilki karakteristik yang berbeda pada
kondisi air cukup tersedia, hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pada
masing-masing perlakuan yang diberikan menunjukkan pengaruh yang berbeda
secara signifikan pada pertumbuhan tanaman wheatgrass.
Tanaman wheatgrass dengan volume penyiraman berdasarkan kapasitas
lapang (P2), media tanamnya berada dalam kondisi yang lembab. Sedangkan pada
volume penyiraman satu setengah kapasitas lapang (P3), media tanamnya berada
dalam kondisi basah. Kedua kondisi tersebut sesuai untuk pertumbuhan
wheatgrass. Pada perlakuan penyiraman satu setengah kapasitas lapang, kondisi
media tanam mengandung banyak air tetapi pertumbuhan wheatgrass masih bisa
berjalan dengan baik bahkan pertumbuhannya terlihat yang paling bagus diantara
perlakuan volume penyiraman lainnya. Hal yang paling penting dalam
penyiraman wheatgrass adalah volume air yang digunakan utuk menyiram cukup
banyak (tidak menggenang). Hal ini disebabkan tanaman wheatgrass merupakan
tanaman yang membutuhkan kondisi lembab dalam pertumbuhannya dan toleran
terhadap kondisi yang basah.
Air dalam media tanam akan diserap oleh akar tanaman kemudian masuk ke
fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian digunakan oleh tanaman untuk proses
pertumbuhan. Peranan air bagi kehidupan tanaman antara lain, air sebagai pelarut
unsur hara di dalam tanah sehingga tanaman dapat dengan mudah mengambil hara
tersebut melalui akar sebagai makanan dan sekaligus mengangkut hara tersebut ke
bagian-bagian tanaman yang memerlukan melalui pembuluh xilem. Selain itu, air
juga berperan dalam proses fotosintesis. Air akan melarutkan glukosa sebagai
hasil fotosintesis dan mengangkutnya ke seluruh tubuh tumbuhan melalui
pembuluh floem. Hasil fotosintesis ini akan digunakan tumbuhan untuk proses
pertumbuhannya (Hendriyani daan Setiari, 2009).
Perlakuan media tanam M1 menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan
perlakuan M2 dan M3. Sifat media tanam M1 yang mempunyai pori besar
membuat akar tanaman mampu bergerak bebas dan dapat menyerap air dengan
lebih baik. Menurut Setyorini, Saraswati dan Anwar (2004) penggunaan kompos
membuat tanah berpasir menjadi lebih kompak sehingga mempermudah
penyerapan air ke dalam tanah sehingga penyerapan energi cahaya lebih banyak
dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan.
Pada perlakuan media tanam M2, tanaman menunjukkan pertumbuhan
paling rendah diantara perlakuan lainnya. Hal ini kemungkinan karena
ketersediaan air di dalam media tidak mampu diserap dengan baik oleh akar
tanaman. Menurut ISTA (2005) persyaratan media kertas untuk pengujian
viabilitas antara lain harus memiliki kapasitas menahan air yang cukup selama
periode pengujian benih untuk memastikan kontuitas suplai air bagi pertumbuhan