• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN WHEATGRASS PADA BERBAGAI MACAM MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN YANG BERBEDA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KADAR KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN WHEATGRASS PADA BERBAGAI MACAM MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN YANG BERBEDA."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

YESSY UMMAFIYANTI NPM 0825010012

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

SURABAYA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan dalam

Memper oleh Gelar Sar jana Per tanian

J ur usan Agroteknologi

Oleh :

YESSY UMMAFIYANTI NPM 0825010012

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

SURABAYA

(3)

Disusun Oleh :

Yessy Ummafiyanti NPM : 0825010012

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 19 Juni, 2012

Telah disetujui oleh :

Pembimbing : Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Ir. Widi Wur jani, MP

Ir. Widi Wurjani, MP 2. Sekretaris

2. Pembimbing Pendamping

Ir.Guniar ti, MP

3. Anggota

Dr . Ir. Bambang Pr iyanto, SU

Dr . Ir . Bambang Pr iyanto, SU

4. Anggota

Dr . Ir. J uli Santoso, MP

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agroteknologi

(4)

Telah Dir evisi

Tanggal : ………...

Dosen Dosen

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(5)

RINGKASAN

Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk memperkenalkan tentang

budidaya tanaman wheatgrass agar dapat diaplikasikan oleh masyarakat pada

umumnya. Wheatgrass kurang dikenal di Indonesia, namun manfaatnya sudah

dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Wheatgrass merupakan bahan dasar dalam

pembuatan obat klorofil yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan

manusia antara lain membersihkan hati dan membantu fungsi hati, sebagai

antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan jumlah sel darah

merah dan melindungi DNA terhadap kerusakan. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh macam media tanam dan volume penyiraman yang

berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass. Penelitian

dilaksanakan di Laboratorium Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian UPN

“Veteran” Jawa Timur pada bulan April-Mei 2012.

Bahan Tanaman yang digunakan adalah benih gandum varietas DWR 162

yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah. Benih direndam selama 12 jam

kemudian letakkan benih pada wadah dalam kondisi gelap selama 36 jam, setelah

itu bibit-bibit tersebut dipindahkan di pot mini dengan media sesuai perlakuan dan

pada pemeliharaan tanaman disiram dengan volume air sesuai perlakuan.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah

media tanam yang terdiri dari tiga macam media yaitu pasir : kompos (1:1), kertas

merang dan baby blanket. Faktor kedua adalah volume penyiraman yang terdiri

dari penyiraman ½ kapasitas lapang, penyiraman kapasitas lapang dan penyiraman

(6)

tanam pasir dan kompos (M1) relatif lebih baik jika dibandingkan dengan media

tanam kertas merang (M2) dan baby blanket (M3). Volume penyiraman 1½

kapasitas lapang (P3) secara umum memberikan pertumbuhan dan kadar klorofil

yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan pengamatan tinggi tanaman, berat

basah dan kadar klorofil yang lebih tinggi dibandingkan dengan volume

penyiraman ½ kapasitas lapang (P1) dan kapasitas lapang (P2).

Terdapat interaksi nyata antara perlakuan media tanam dan perlakuan

volume penyiraman air terhadap berat basah tanaman wheatgrass. Kombinasi

perlakuan M1P3 (media tanam pasir dan kompos dengan volume penyiraman 1½

kapasitas lapang) menghasilkan rata-rata berat basah tanaman 85.76 gr/pot. Tetapi

tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan kadar klorofil

(7)

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “KADAR

KLOROFIL DAN PERTUMBUHAN WHEATGRASS PADA BERBAGAI

MACAM MEDIA TANAM DAN VOLUME PENYIRAMAN YANG

BERBEDA”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian Program Studi Agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pada dasarnya tujuan penulisan

skrisi ini adalah untuk memperkenalkan cara budidaya tanaman wheatgrass yang

saat ini masih awam bagi masyarakat Indonesia, dengan tersusunnya skripsi ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk

mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.

Penulis pada kesempatan ini, ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Ir. Widi Wurjani, MP. selaku Dosen Pembimbing

Utama dan Dr. Ir. Bambang Priyanto, SU. selaku Dosen Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan saran dan petunjuk serta kesabaran beliau selama

penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UPN “Veteran”

Jawa Timur.

2. Ir. Mulyadi, MS selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN

(8)

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga yang telah memberi kepercayaan dan

bantuan baik spiritual maupun material.

5. Sahabat-sahabat terbaikku yang kerap menemani, memarahi dan selalu

memberi motivasi Maria Kristina F. Sila, Eka Adi Saputra dan Rafael

Hendrawan Pramono. Khususnya sahabat dari UKSW yang banyak

membantu jarak jauh, Frias Gria Raharja.

6. Keluarga Agroteknologi (In Sila, Krisnawan, Tito, Sigit, Rahadi, Ike, Silta,

Fitri, Vandi, Ajib, Miko) dan teman-teman kampus lainnya.

7. Sahabatku Metro (Eva, Evi, Lynda, Ica), Vero, Tere dan Ivonne. Keluarga

besar Beswan Djarum angkatan 26, yang selalu membawa energi positif dan

selalu creative thinking. Tidak lupa kawan-kawan pengajar dan adik-adik di

SSCS (Save Street Child Surabaya).

8. Semua pihak yang telah membantu dalam bentuk apapun yang tidak dapat

disebut satu persatu, terima kasih banyak.

Dengan terselesaikannya laporan ini penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan

kritik pembaca sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Juni 2012

(9)

DAFTAR GAMBAR ………..………….... ii

3. Stadia pertumbuhan dan perkembangan gandum …………... 12

4. Syarat tumbuh tanaman gandum ………... 14

5. Syarat tumbuh wheatgrass ………...…………. 15

B. Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman ………... 16

1. Media pasir dan kompos ………. 18

2. Media kertas merang ………..… 19

3. Media baby blanket ……….... 19

C. Pengaruh Pemberian Air terhadap Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman ... 20

D. Hubungan antara Media Tanam dan Pemberian Air pada Pertumbuhan dan Kadar Klorofil Tanaman ……….………... 21

E. Hipotesis ……….. 23

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ………...… 24

B. Bahan dan Alat ………. 24

C. Rancangan Percobaan Penelitian ………..………... 24

D. Pelaksanaan Penelitian ………... 26

(10)

5. Pelaksanaan pemberian air ………..………... 27

6. Panen ………... 27

7. Pengamatan ………. 28

E. Analisis Data ……… 28

1. Analisis ragam …..………... 29

2. Uji beda nyata jujur (BNJ) ………..……… 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 31

1. Pertumbuhan ………... 31

a. Panjang tanaman ……….………...…….. 31

b. Berat basah tanaman ………..………….. 32

2. Kadar klorofil ……….………. 36

B. Pembahasan ………. 38

1. Pertumbuhan ………... 38

2. Kadar klorofil ………..……… 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 50

B. Saran ……… 50

DAFTAR PUSTAKA ……….. 51

(11)

Teks

1. Perbandingan Gizi per-ons (28.35 gram) pada wheatgrass, Brokoli dan

Bayam (Anonim, 2011) …... 8

2. Hasil perhitungan Total Berat Media Tanam dan Air ………... 26

3. Tabel sidik ragam Rancangan Acak Lengkap (Murdiyanto, 2005) ... 29

4. Rata-rata Panjang Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ……… 31

5. Rata-rata Berat Basah Tanaman Wheatgrass per-pot pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ... 32

6. Rata-rata Kadar Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil total Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ………. 37

7. Rata-rata Kadar Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda ……….. 38

Lampiran 1. Analisis Ragam Panjang Tanaman ..………..……… 54

2. Analisis Ragam Berat Basah Tanaman ………...……….. 54

3. Analisis Ragam Kadar Klorofil a ……….………. 54

4. Analisis Ragam Kadar Klorofil b ……….………... 55

5. Analisis Ragam Kadar Klorofil Total ………... 55

6. Cara Pengukuran Kapasitas Lapang ………. 56

7. Metode Analisa Kadar Klorofil (Gross, 1991) dan Perhitungan (Lichtenthaler dan Wellburn, 1983) ………..………..……….. 60

(12)

1. Wheatgrass (Anonim, 2011) ………...……….. 5

2. Struktur Molekul Klorofil dan Hemoglobin (Johnson, 2005) ………... 6

3. Baby Blanket (Anonim, 2011) ……….. 19

4. Denah Percobaan Kombinasi Perlakuan ………... 25

5. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Pasir dan Kompos dengan Volume Penyiraman Yang Berbeda …...……… 33

6. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Kertas Merang dengan Volume Penyiraman Yang Berbeda ……….……… 33

7. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Baby Blanket dengan Volume Penyiraman Yang Berbeda …….……… 34

8. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam Yang Berbeda dengan Volume Penyiraman ½ Kapasitas Lapang …..….… 34

9. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass Pada Berbagai Media Tanam Yang Berbeda Dengan Volume Penyiraman Kapasitas Lapang ………..…. 34

10.Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam Yang Berbeda dengan Volume Penyiraman 1½ Kapasitas Lapang ……... 35

11.Biosintesis Klorofil (Shermer, 2008) ……… 45

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wheatgrass adalah tanaman gandum (Triticum aestivum) yang baru tumbuh

pada stadia perkembangan embrio. Pada stadia ini embrio akan tumbuh pada

lokasi dengan kelembaban, oksigen dan suhu yang cukup. Selama berkecambah

embrio akan berkembang dan menembus kulit biji, bakal akar dan bakal daun

yang dibungkus koleoptil berkembang, kemudian muncul ke permukaan tanah,

selanjutnya mengalami stadia perkembangan vegetatif, yang dimulai dari

munculnya daun pertama dari koleoptil, yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya

daun kedua, ketiga dan seterusnya. Setiap bakal daun yang berkembang diikuti

oleh pembentukan anakan pada ketiak daun (Raharja, 2011).

Saat tanaman sekitar berumur 7 – 10 hari, memiliki tinggi 15 – 22.5 cm dan

dapat diolah menjadi minuman (jus). Jus ini sangat kaya akan klorofil, enzim,

mineral dan vitamin. Wheatgrass mempunyai banyak manfaat untuk

penyembuhan penyakit, antara lain membersihkan limpa, menambah jumlah sel

darah merah, menjaga keseimbangan tubuh, menghilangkan racun unsur logam

dari dalam tubuh, menyuplai nutrisi ke hati dan ginjal. Wheatgrass juga

mengandung antara lain zat antibakteri, antiparasit, antioksidan (Anonim, 2011).

Berbagai penelitian membuktikan bahwa mengkonsumsi makanan yang

mengandung klorofil meningkatkan kualitas kesehatan. Klorofil (chlorophyll)

adalah zat pembawa warna hijau pada tumbuh-tumbuhan. Klorofil berasal dari

bahasa Yunani: khloros (hijau kekuningan) dan phullon (daun). Klorofil termasuk

(14)

Klorofil ada beberapa jenis yaitu klorofil a, klorofil b, pigmen flavins (berwarna

merah), caretenoid (berwarna kuning). Zat hijau kebiruan merupakan sel hidup

pertama yang tumbuh di atas muka bumi-dalam bentuk lumut (Blue-green algae) -

sekitar tiga setengah milyar tahun lalu. Sedangkan sel-sel organisme lainnya baru

muncul 650 juta tahun lalu. Namun sampai saat ini, proses terbentuknya klorofil

di dalam struktur tumbuh-tumbuhan masih merupakan misteri (Anonim, 2003).

Sejak lama zat hijau ini dipercaya memiliki khasiat panjang umur bagi manusia.

Berbagai penelitian masa kini sudah membuktikan bahwa mereka yang lebih

banyak mengkonsumsi makanan tinggi klorofil memiliki kualitas kesehatan yang

lebih baik (Anonim, 2003).

Penelitian ke arah budidaya wheatgrass masih belum banyak dilakukan.

Saat ini penelitian lebih banyak di bidang farmakologinya saja, sehingga

perlu adanya penelitian di bidang teknik budidaya.

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang

ingin ditanam. Rohman (2011) menjelaskan bahwa dalam menentukan media

tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya

merupakan hal yang sulit. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga

kelembaban daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan

ketersediaan unsur hara. Untuk itu penelitian ini dilakukan karena ingin

membuktikan pengaruh berbagai macam media tanam bagi pertumbuhan tanaman

(15)

berasal dari bahan organik, sehingga akan menghasilkan tanaman wheatgrass

yang bebas bahan kimia.

Secara umum media tanam yang digunakan untuk pertumbuhan wheatgrass

adalah campuran dari pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1 karena

mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat memperbaiki

drainase media sebab mempunyai ruang pori besar (Raharja, 2011). Pemilihan

media tanam berikutnya adalah kertas merang, seperti diketahui kertas merang

biasa digunakan dalam pengujian viabilitas benih dan media tanam yang terakhir

adalah baby blanket, yaitu media yang terbuat dari sabut kelapa.

Tingkat penyiraman juga mempengaruhi pertumbuhan wheatgrass. Pada

beberapa artikel atau penelitian sebelumnya belum dijelaskan tentang kebutuhan

air yang paling ideal untuk pertumbuhan dan kadar klorofil pada wheatgrass.

Hendriyani dan Setiari (2009) mengemukakan bahwa usaha peningkatan

kandungan klorofil tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan volume

penyiraman yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam. Oleh karena itu

perlu diketahui volume penyiraman yang tepat pada suatu tanaman agar

pertumbuhan dan kandungan klorofilnya maksimal. Kebanyakan tanaman

mempunyai pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas lapang. Kapasitas

lapang adalah keadaan dimana air hanya berada dalam pori-pori mikro tanah dan

(16)

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan

tujuan :

1. Mengetahui macam media tanam dan volume penyiraman yang terbaik

bagi pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass.

2. Mengetahui pengaruh berbagai macam media tanam terhadap

pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass.

3. Mengetahui pengaruh volume penyiraman terhadap pertumbuhan dan

kadar klorofil wheatgrass.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yang

terjadi yaitu :

1. Apakah ada perbedaan pertumbuhan dan kadar klorofil pada wheatgrass

yang tumbuh pada macam media tanam yang berbeda dengan volume

penyiraman yang berbeda?

2. Apakah macam media tanam yang berbeda dapat menyebabkan

perbedaan pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass?

3. Apakah volume penyiraman yang berbeda menyebabkan perbedaan

(17)

II.TINJ AUAN PUSTAKA

A. Wheatgrass

Wheatgrass berasal dari tanaman gandum umum yang dibudidayakan di

dalam ruangan. Sementara itu di beberapa Negara, wheatgrass sering ditemukan

dalam bentuk alami ataupun dijual sebagai jus, bubuk terkonsentrasi atau dalam

bentuk tablet.

Gambar 1. Wheatgrass; a. Daun, b. Titik Tumbuh (Anonim, 2011)

Wheatgrass dipopulerkan di tahun 1930-an oleh Charles Schnabel, seorang

kimiawan pertanian. Pada awalnya bereksperimen untuk memberi pakan ayamnya

berupa rumput gandum, setelah beberapa hari ayam- ayamnya yang sakit

berangsur sembuh dan menurutnya ayam-ayam tersebut bahkan lebih cepat

bertelur dari sebelumnya. Ann Wigmore, seorang peneliti dari Boston, Amerika,

kemudian membantu untuk melanjutkan penelitian wheatgrass sebagai cara

detoksifikasi tubuh, dimulai pada 1940-an (Anonim, 2011).

Menurut Shermer (2008), penelitian wheatgrass telah mengungkapkan

beberapa manfaat kesehatan yang beragam. Wheatgrass telah menampilkan efek

kardiovaskular seperti mengurangi tekanan darah (karena pelebaran pembuluh a

(18)

darah), meningkatkan jumlah sel darah merah dan meningkatkan pengiriman

oksigen ke otak. Efek ini sering dikaitkan dengan konsentrasi tinggi klorofil,

bahkan dibandingkan dengan sayuran hijau (klorofil molekul hampir identik

dengan molekul hemoglobin pada sel-sel darah merah manusia).

Bahri (2007) mengemukakan bahwa struktur dari klorofil memiliki

kesamaan struktur dengan hemoglobin. Perbedaannya hanyalah terletak pada atom

pusat dari molekul. Atom pusat klorofil adalah magnesium (Mg) sedangkan atom

pusat hemoglobin adalah besi (Fe). Jika hemoglobin diidentikan sebagai darah

merah manusia, maka klorofil dapat diidentikan sebagai darah hijau manusia.

Karena kemiripan struktur inilah, maka klorofil adalah satu-satunya molekul di

dunia ini yang secara alamiah dapat diterima oleh tubuh dan menjadi nutrisi vital

bagi tubuh manusia.

Gambar 2. Struktur Molekul Klorofil dan Hemoglobin (Johnson, 2005)

Penggunaan klorofil bagi tubuh manusia antara lain dapat membantu

meningkatkan jumlah sel-sel darah, khususnya meningkatkan produksi

hemoglobin dalam darah, mengatasi anemia, membersihkan jaringan tubuh,

(19)

terhadap senyawa asing (virus, bakteri, parasit), memperkuat sel, dan melindungi

DNA terhadap kerusakan. Yang terpenting dari molekul klorofil adalah aman

terhadap tubuh (Raharja, 2011).

Bahri (2007) juga mengatakan bahwa klorofil berfungsi sebagai desinfektan

dan antibiotik, bahkan sebelum adanya obat-obatan sintesis. Klorofil

membersihkan jaringan-jaringan tubuh dan tempat pembuangan sisa limbah

metabolisme dalam tubuh, sekaligus mengatasi parasit, bakteri, dan virus yang ada

dalam tubuh manusia. Bahkan, klorofil dapat menghilangkan senyawa-senyawa

kimia yang bersifat racun dalam tubuh. Ekor molekul klorofil yang bersifat

hidrofobik dapat menggali ke dalam sel/jaringan dan mengangkat senyawa

hidrokarbon dari dinding sel serta mengeluarkan senyawa beracun tersebut.

Hidrokarbon yang dimaksud adalah pestisida, obat-obatan yang tertimbun dalam

tubuh, pewarna makanan, bahkan bakteri, parasit, dan virus. Klorofil dapat

melindungi kita dari senyawa-senyawa karsinogen, dimana makanan dan obat

lainnya sudah tidak berfungsi lagi. Klorofil bertindak menguatkan sel-sel,

melepaskan zat racun dari hati dan aliran darah dan secara kimiawi menetralisasi

polutan-polutan.

Klorofil dapat langsung dicerna secara alami, tetapi riset terkini tentang

klorofil, menyatakan bahwa klorofil murni yang terkena proses pengolahan

(dimasak) akan rusak fungsi utamanya. Klorofil yang terolah tersebut akan sulit

diserap oleh tubuh manusia, bahkan sebagian besar akan terbuang dalam sistem

pembuangan. Sehingga disini sangat dianjurkan bagi penderita untuk

(20)

Tabel 1. Perbandingan Gizi per-ons (28.35 gram) pada wheatgrass, brokoli dan bayam (Anonim, 2011)

Gizi Wheatgrass Brokoli Bayam

Protein 860 mg 800 mg 810 mg

Beta-carotene 120 IU 177 IU 2658 IU

Vitamin E 880 mcg 220 mcg 580 mcg

Vitamin C 1 mg 25.3 mg 8 mg

Vitamin B12 0.30 mcg 0 mcg 0 mcg

Phosphorus 21 mg 19 mg 14 mg

Magnesium 8 mg 6 mg 22 mg

Calcium 7.2 mg 13 mg 28 mg

Iron 0.66 mg 0.21 mg 0.77 mg

Potassium 42 mg 90 mg 158 mg

Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan

membuat penanaman wheatgrass semakin diminati terutama di kota-kota besar

seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Namun, saat ini dapat

dikatakan perkembangan wheatgrass di Indonesia masih dalam tahap awal, hanya

kalangan tertentu saja yang mengetahui wheatgrass dan merasakan manfaatnya.

Untuk menanam wheatgrass sebenarnya tidak susah dan hanya membutuhkan

(21)

berasumsi bahwa wheatgrass jika ditanam di iklim tropis tidak dapat tumbuh

dengan baik. Tapi pada kenyataannya, wheatgrass dapat bertumbuh baik. Hal ini

dikarenakan wheatgrass tidak membutuhkan syarat tanam seperti tanaman

gandum untuk hasil biji, wheatgrass cukup ditanam pada pot mini atau nampan di

dalam suhu ruang.

Pertumbuhan wheatgrass tidak memerlukan sinar matahari sampai pada

umur 4 hari setelah tanam, karena dapat dikatakan ini merupakan fase

perkecambahan awal. Jika ditanam di tempat gelap, maka wheatgrass akan

tumbuh lebih panjang daripada normalnya. Peristiwa itu terjadi karena pengaruh

fitohormon, terutama hormon auksin. Fungsi utama hormon auksin adalah sebagai

pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di daerah belakang

meristem ujung. Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila

terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang

gelap, hormon auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu pemanjangan

batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat

yang gelap. Hal ini bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom

karbon menjadi molekul gula (Anonim, 2009a).

1. Kla sifikasi Ilmiah

Dalam Sudarmini (2001), sistematika (taksonomi) tanaman gandum

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

(22)

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Triticum

Species : Triticum aestivum L.

2. Klasifikasi Umum

Anonim (2011) menjelaskan untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi

winter (musim dingin) dan spring (musim semi). Namun, secara umum gandum

diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat dan durum wheat.

a. T. Aestivum (hard wheat)

T. aestivum adalah spesies gandum yang paling banyak ditanam di dunia

dan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti karena

mempunyai kadar protein yang tinggi. Gandum ini mempunyai ciri-ciri

kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap air tinggi.

Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah.

b. T. Compactum (soft wheat)

T. compactum merupakan spesies yang berbeda dan hanya sedikit ditanam.

Setiap bulirnya terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna putih sampai

merah, bijinya lunak, berdaya serap air rendah dan berkadar protein

rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan

(23)

c. T. Durum (durum wheat)

T. durum merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum ini

ialah bagian dalam (endosperma) yang berwarna kuning, bukan putih,

seperti jenis gandum pada umumnya dan memiliki biji yang lebih keras,

serta memiliki kulit yang berwarna coklat. Gandum jenis ini digunakan

untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan

produk pasta lainnya.

Tanaman gandum mempunyai umur dan tinggi yang beragam, tergantung

pada jenisnya. Tinggi tanaman gandum mulai dari 30 cm (extreme dwarf), yang

umumnya dimiliki pada tanaman gandum varietas genjah, sampai ketinggian 1.5

m pada varietas yang berumur dalam (Maspary, 2010). Penggolongan tanaman

gandum berdasarkan umur dan tinggi tanaman adalah sebagai berikut:

a. Golongan genjah, tipe tanaman seperti semi dwarf berumur 80 – 90 hari

dengan tinggi tanaman 50 – 100 cm.

b. Golongan sedang, tipe tanaman intermediate dengan umur 90 – 110 hari

dan tinggi tanaman 100 – 125 cm.

c. Golongan dalam, berumur 110 – 135 hari dengan tinggi tanaman lebih dari

125 cm.

Rudiyanto (2002) membagi dua kelompok tanaman gandum berdasarkan

pertumbuhannya, yaitu:

a. Tanaman gandum musim dingin. Tanaman ditanam pada musim gugur di

(24)

(lag vegetatif). Pada musim dingin tanaman akan ditutupi salju sehingga

terhindar dari kabut dan keadaan ini akan memacu perkembangan anakan.

Pada musim semi, pertumbuhannya cepat dan pemanenan dapat dilakukan

pada musim panas. Jenis tanaman ini berumur 9 – 11 bulan.

b. Tanaman gandum yang ditanam pada musim panas, tumbuh dan

berkembang pada musim panas. Pemanenan dapat dilakukan pada jenis

tanaman ini berumur 3 – 6 bulan. Jenis tanaman gandum ini yang

diusahakan di Indonesia antara lain DWR 162 adalah jenis tanaman

gandum musim panas.

3. Stadia Per tumbuhan dan Per kembangan Gandum

Menurut Rudiyanto (2002), stadia pertumbuhan dan perkembangan tanaman

gandum terdiri dari :

1. Stadia Perkembangan Embrio

Embrio akan tumbuh pada lokasi dengan keadaan kelembaban, oksigen

dan suhu yang cukup.

2. Stadia Perkembangan Vegetatif

Stadia perkembangan vegetatif diawali dengan munculnya daun pertama

dari koleoptil lalu diikuti oleh stadia daun kedua, ketiga, dan seterusnya.

Pada stadia ini titik tumbuh berada dipermukaan tanah. Setiap bakal daun

yang berkembang diikuti oleh pembentukan anakan pada ketiak daun

3. Stadia Inisiasi Bunga

Saat inisiasi bunga berbeda antara satu varietas dengan varietas lain dan

(25)

bunga dikenal dengan stadia titik tumbuh ganda. Pada stadia ini

pembentukan bakal daun telah berakhir sehingga jumlah daun tidak

bertambah.

4. Stadia Buku Pertama

Stadia ini tercapai pada saat bakal malai sepanjang 1 cm, stadia ini dikenal

juga dengan stadia akhir pembentukan bunga lengkap. Pada stadia buku

pertama, pembentukan anakan telah berakhir, dan mulai terjadi

pemanjangan ruas, pada stadia ini jumlah bagian bunga lengkap mencapai

maksimum dan bakal bunga dalam bunga lengkap ini mulai berkembang.

5. Stadia Buku Kedua

Stadia buku kedua mudah dikenali di lapangan, setelah terlihat adanya ruas

buku pada batang. Pada stadia ini bakal bunga maksimum dapat tercapai.

6. Stadia Daun Bendera dan Stadia Bunting

Setelah daun bendera berkembang sempurna, malai berkembang dalam

pelepah daun bendera stadia ini dikenal dengan stadia bunting. Mulai

stadia buku pertama sampai stadia daun bendera bakal bunga banyak

mengalami kematian akibat persaingan fotosintat penggunaan dengan

organ tanaman lainnya serta faktor lingkungan.

7. Stadia Keluar Malai

Stadia keluar malai ditandai dengan 50 % dari malai telah muncul di atas

ketiak daun bendera. Pada stadia ini hanya tinggal antara 30 – 40 % bakal

(26)

8. Stadia Berbunga

Stadia berbunga ditandai dengan munculnya lebih kurang 50 % malai dari

kelopak bunga. Pada stadia ini mulai berlangsung penyerbukan. Sebagian

besar penyerbukan terjadi sebelum kotak sari keluar dari kelopak bunga

yang membuka.

9. Stadia Pengisian Biji

Stadia ini diawali dari bakal bunga yang tidak mengalami kematian dan

telah diserbuki, berlangsungnya pengisian biji sampai biji berkembang

secara sempurna. Keadaan lingkungan yang kurang baik akan berdampak

negatif pada kualitas biji.

10.Stadia Masak

Biji telah berisi sempurna dan keras dengan kadar air biji sekitar 11 %.

Tetapi untuk menumbuhkan wheatgrass stadia pertumbuhannya hanya

sampai pada tahap stadia vegetatif saja.

4. Syar at Tumbuh Tanaman Gandum

Tanaman gandum dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah dan mampu

beradaptasi pada kisaran iklim yang luas. Adapun faktor iklim yang sangat

berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pertumbuhan dan produksi gandum

adalah suhu udara dan curah hujan (Rudiyanto, 2002).

Rahardi (2011) mengungkapkan bahwa untuk dapat tumbuh dan

berproduksi, tanaman gandum memerlukan keadaan lingkungan sebagai berikut:

a. Kisaran suhu udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman gandum

(27)

b. Tanaman gandum umumnya termasuk tanaman hari panjang, Saat ini

banyak dikembangkan varietas baru tanaman gandum yang dapat tumbuh

dengan panjang hari berkisar 9 hingga 13 jam per hari.

c. Selama siklus hidupnya, tanaman gandum membutuhkan curah hujan

antara 350 – 1250 mm. Keadaan kering diperlukan tanaman ini terutama

mulai tanaman berbunga hingga panen. Bila saat biji tanaman sudah

mencapai masak fisiologi dan terguyur hujan, dapat menyebabkan

terjadinya imbibisi dan perkecambahan di malai. Di sisi lain biji yang telah

berimbibisi akan mengandung kadar air tinggi dan memungkinkan

serangan patogen yang lebih tinggi.

d. Untuk terbentuknya bunga diperlukan suhu udara yang rendah (dingin).

Pertumbuhan tanaman gandum memerlukan suhu udara minimum 2 – 4o C

suhu udara optimum adalah 15 – 25o C dan suhu udara maksimum adalah

37oC. Di daerah subtropis, tanaman gandum mampu bertahan pada suhu –

20oC. Perkecambahan tanaman gandum akan baik bila keadaan suhu

optimum dan kelembaban tanah tinggi. Tanaman gandum tahan terhadap

genangan air hingga maksimum 15 hari. Bila genangan air lebih dari 15

hari maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

karena pada kondisi tersebut tanah mengalami reaksi anaerob.

5. Syar at Tumbuh Wheatgrass

Pada dasarnya syarat tumbuh wheatgrass sama dengan tanaman gandum itu

sendiri, hanya saja pada wheatgrass sampai pada stadia vegetatif saja. Pada

(28)

tidak memerlukan syarat tumbuh seperti tanaman gandum di lahan. Wheatgrass

ditanam pada media-media tanam yang biasanya digunakan untuk perkecambahan

seperti kertas merang dan pasir (Raharja, 2011).

Raharja (2011) menjelaskan, bahwa wheatgrass memerlukan kondisi yang

lembab antara 75%-83% dan pada suhu ruang (23oC–27oC) dalam

pertumbuhannya sehingga dapat ditanam di daerah mana saja, hal ini

menunjukkan bahwa wheatgrass bukan merupakan tanaman khusus. Dalam

perkembangannya sebagai tanaman herbal, wheatgrass ditanam di dalam ruangan.

Menurut Murdjono (2010), wheatgrass dipanen pada saat berumur 7 hst

karena kadar klorofilnya pada saat itu mencapai tingkat yang paling ideal. Pada

umur tersebut wheatgrass memilki rasa yang lebih manis jika dibandingkan

dengan wheatgrass yang dipanen pada usia 12 hari, rasanya agak pahit. Selain itu,

jika wheatgrass dipanen melebihi umur 10 hari kadar klorofilnya akan semakin

menurun begitu juga jika dipanen terlalu dini (kurang dari tujuh hari), kadar

klorofilnya tidak mencapai 70% crude chlorophyill. Pemanenan wheatgrass tidak

hanya mengacu pada tingginya kadar klorofil yang terkandung tetapi juga rasa dan

kematangan yang paling ideal, dimana 28 ml wheatgrass mengandung vitamin

dan mineral yang setara dengan 1 kg sayuran segar.

B. Pengar uh Media Tanam ter hadap Per tumbuhan dan Kadar Klor ofil Tanaman

Media tumbuh tanaman merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan, sebab mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

(29)

Haryadi (1986), menyatakan bahwa media yang baik untuk pertumbuhan tanaman

harus mempunyai sifat fisik yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan

menahan air.

Menurut Fatimah dan Handarto (2008) menyatakan bahwa tersedianya

nitrogen di dalam tanah dan di permukaan tanah dapat meningkatkan ketersediaan

nitrogen bagi tanaman. Unsur nitrogen banyak berperan dalam pertumbuhan

vegetatif tanaman seperti pembentukan zat hijau daun (klorofil) yang dibutuhkan

dalam fotosintesis sebagai proses memasak makanan di daun melalui bantuan

sinar matahari, membutuhkan unsure karbon (C) dan nitrogen (N) sebagai bahan

utama penghasil fotosintat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan cabang, batang,

daun dan akar. Menurut Andalusia (2005), nitrogen dapat memacu pertumbuhan

vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun.

Media tanam sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman termasuk

pertumbuhan wheatgrass. Secara umum media tanam yang digunakan untuk

pertumbuhan wheatgrass adalah campuran dari pasir dan kompos.

Media tanam lainnya untuk menumbuhkan wheatgrass antara lain seperti

kertas merang dan baby blanket yang biasa digunakan masyarakat negara maju

seperti Australia, Amerika dan Eropa. Masyarakat di Negara Eropa dan Amerika

khususnya sudah terbiasa untuk bertanam wheatgrass secara indoor di rumah

mereka, menyadari besarnya manfaat klorofil yang terkandung pada tanaman

wheatgrass bagi kesehatan. Macam media yang digunakan dalam budidaya

(30)

1. Media Pasir dan Kompos

Pasir adalah partikel terbesar yang ada didalam tanah. Bila kita

menyentuhnya akan terasa kasar karena pasir memiliki tekstur yang tajam. Sejauh

ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk

penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang

tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit

tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain.

Sementara bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek

batang (Raharja, 2011).

Pasir adalah contoh dari kelas material yang disebut sebagai bahan butiran.

Pasir terjadi secara natural karena adanya pecahan-pecahan dari batu.

Butiran-butiran pasir memiliki ukuran antara 0.0625 sampai 2 mm (Raharja, 2011). Tanah

berpasir sering dipilih untuk dipakai sebagai media dalam bercocok tanam karena

memiliki drainase yang baik, hal ini disebabkan karena pasir mempunyai ruang

pori yang cukup besar (Anonim, 2007).

Menurut Setyorini, Saraswati dan Anwar (2004) kompos merupakan bahan

organik, seperti dedaunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang

jagung serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh

mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki

sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara mineral yang esensial bagi tanaman.

Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat

meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan

(31)

kompos antara lain : (1) mengandung unsure hara dalam jenis dan jumlah bervariasi

tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsure hara secara lambat (slow release) dan

dalam jumlah terbatas; dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan

kesehatan tanah (Setyorini, Saraswati dan Anwar, 2004).

2. Media Ker tas Mer ang

Kertas merang merupakan kertas yang terbuat dari jerami dan biasanya

kertas ini digunakan sebagai media untuk menguji viabilitas benih. Santana dan

Suwarno (2009) menunjukkan bahwa kertas merang memiliki daya regang yang

sama dengan kertas blotter putih (1.10%), kadar α selulosa 42.7 % dan kekuatan

tarik 0.311 kg/cm.

3. Media Baby Blanket

Gambar 3. Baby Blanket

Baby blanket adalah lapisan atau lembaran yang terbuat dari bahan organik

yang mempunyai daya pegang air cukup baik. Baby blanket biasanya digunakan

untuk menumbuhkan tanaman kecil (hias) termasuk wheatgrass, baby blanket ini

ditempatkan di nampan atau pot sebagai media pengganti pasir. Selain lebih

efisien, kelebihan penggunaan baby blanket ini adalah faktor kebersihan baik

(32)

wheatgrass di Negara Eropa khususnya, pada tahap pemanenan baby blanket yang

telah menyatu dengan akar wheatgrass hanya perlu dibersihkan saja tanpa

dibuang, karena bahan dasar wheatgrass yang organik dipercaya tidak akan

berdampak buruk bagi kesehatan, selain itu konsumsi wheatgrass beserta akarnya

akan lebih meningkatkan manfaat kesehatan dari wheatgrass itu sendiri (Anonim,

2011).

Di Indonesia baby blanket dikenal dengan cocosheet yaitu cocofiber atau

cocopeat dalam bentuk lembaran, merupakan media tanam yang terbuat dari serat

dan sabut kelapa.

C. Pengar uh Pember ian Air ter hadap Per tumbuhan dan Kadar Klor ofil Tanaman

Air merupakan komponen utama dalam kehidupan tanaman, sekitar 70 – 90

% berat segar tanaman berupa air yang merupakan media penunjang untuk

berlangsungnya reaksi biokimia. Di dalam tubuh tanaman air dapat masuk ke

jaringan tanaman berlangsung melalui proses difusi. Proses ini dipengaruhi oleh

banyak faktor diantaranya adalah faktor lingkungan yang berperan dalam proses

keseimbangan air yang ada pada system tanah, tanaman dan udara (Fatimah dan

Handarto, 2008).

Pengaruh ketersediaan air bagi pembentukan dan perkembangan organ

tanaman (daun, akar dan batang) berhubungan dengan proses sel tanaman

membesar. Sel tanaman akan membesar seiring dengan menebalnya dinding sel

dan terbentuknya selulosa pada tanaman. Pengaruh lainnya terkait dengan

(33)

Hara yang berada dalam tanah diangkut melalui air yang terserap oleh tanaman

melalui proses difusi osmosis yang terjadi. Semakin banyak hara yang terjerap

oleh tanaman, maka ketersediaan bahan dasar bagi proses fotosintesis semakin

baik pula. Proses fotosintesis yang berlangsung dengan baik, akan memacu

penimbunan karbohidrat dan protein pada organ tubuh tanaman. Penimbunan

karbohidrat dan protein sebagai akumulasi hasil proses fotosintesis akan

berpengaruh terhadap berat basah tanaman (Fatimah dan Handarto, 2008).

Air yang dapat diserap tanaman adalah air yang berada dalam pori-pori

tanah di lapisan perakaran (Maranatha dan Darmanti, 2004). Kebanyakan tanaman

mempunyai pertumbuhan yang bagus pada kondisi kapasitas lapang. Kapasitas

lapang merupakan keadaan kadar air dimana tanah cukup lembab tetapi tidak

dalam keadaan jenuh dan tidak pula mendekati titik layu permanen. Titik layu

permanen merupakan kondisi tanah yang kadar airnya tidak lagi bisa diserap

tanaman, sehingga tanaman menjadi layu. Selisih antara kadar air antara kapasitas

lapangan dengan titik layu permanen inilah yang disebut dengan air tersedia.

Perbedaan tekstur, kadar bahan organik dan kematangannya merupakan penyebab

berbedanya tingginya kadar air pada masing-masing kondisi kapasitas lapang, titik

layu permanen dan air tersedia (Anonim, 2009a).

D. Hubungan antar a Media Tanam dan Pember ian Air pada Per tumbuhan

dan Kadar Klor ofil Tanaman

Menurut Andalusia (2005) perlakuan media berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan vegetatif tanaman jati belanda pada 4 -10 MSP. Perlakuan media

(34)

semua parameter pengamatan. Pertumbuhan vegetatif terjadi akibat adanya

pembelahan sel dan perpanjangan sel di dalam jaringan meristematik pada titik

tumbuh batang, ujung-ujung akar, dan pada kambium. Penggunaan media tanam

dengan penambahan pupuk kandang akan semakin meningkatkan pertumbuhan

vegetatif tanaman. Kandungan unsur hara N, P, dan K yang ada dalam media ini

merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman terutama nitrogen. Nitrogen dapat

memacu pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditandai dengan meningkatnya tinggi

tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, dan pertumbuhan

akar.

Perlakuan pemberian air berdasarkan perhitungan kapasitas lapang yang

diberikan merupakan jumlah air yang mampu diserap dan tertahan oleh tanah, jadi

meskipun kondisi air cukup tersedia dalam media tanamnya belum tentu air tersebut

akan diserap semua oleh tanaman. Hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pada

masing-masing perlakuan yang diberikan menyebabkan tidak berbedanya tanaman

buncis (Anonim, 2009a). Namun, proses proses pertumbuhan tanaman membutuhkan

air dalam jumlah yang berbeda, bergantung pada jenis tanaman.

Hendriyani dan Setiari (2009) mengemukakan bahwa absorbsi air pada

tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan potensial air dari tanah ke

akar, dari akar ke bagian atas tumbuhan, dan adanya hambatan pergerakan air di

dalam tanah dan tanaman. Pada dasarnya makin luas daerah perakaran, tanaman

makin efektif menggunakan air tanah. Tekstur dan struktur tanah juga mempengaruhi

absorpsi air karena berpengaruh terhadap hambatan pergerakan air pada waktu air

(35)

Air sangat berperan penting terhadap pertumbuhan tanaman, akan tertapi air

juga dapat membatasi pertumbuhan. Jika jumlah air terlalu banyak akan

menimbulkan cekaman aerasi dan jika jumlahnya terlalu sedikit akan menimbulkan

cekaman kekeringan. Tanaman yang mengalami cekaman auir stomata daunnya

menutup sebagai akibat menurunnya turgor sel daun sehingga mengurangi jumlah

CO2 yang berdifusi ke dalam daun. Selain itu, dengan menutupnya stomata laju

transpirasi menurun. Menurunnya laju transpirasi akan mengurangi suplai unsur hara

dari tanah ke tanaman, sedangkan sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanaman

bersama-sama dengan aliran air (Anonim, 2009a).

E. Hipotesis

1. Macam media tanam yang berbeda dan volume penyiraman yang berbeda

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kadar klorofil wheatgrass.

2. Macam media tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan kadar klorofil wheatgrass.

3. Volume penyiraman yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

(36)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lab Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Pelaksanaan

penelitian pada bulan April sampai dengan Mei 2012.

B. Bahan dan Alat

Bahan – bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi benih

gandum varietas DWR 162, pasir, kompos, kertas merang, baby blanket, dan air.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : cetok, tray (nampan), pot

mini (diameter : 10 cm), mangkuk, penggaris, alat tulis, beaker glass, timbangan

analitik, oven, spektrofotometer, gunting, cutter, mortal, kertas saring, sprayer dan

aceton 80 %.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) secara

faktorial yang terdiri atas 2 faktor dan diulang 3 kali.

Faktor I adalah rasio media tanam yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

M1 : Pasir + kompos

M2 : Kertas Merang

(37)

Faktor II adalah volume penyiraman yang terdiri dari tiga taraf yaitu:

P1 : ½ kapasitas lapang

P2 : kapasitas lapang

P3 : 1½ kapasitas lapang

Terdapat 9 perlakuan kombinasi dan diulang sebanyak 3 kali sehingga

diperoleh 27 unit percobaan.

Susunan Kombinasi Perlakuan Dengan Menggunakan RAL :

M1 P1= Kombinasi pasir dan kompos + Penyiraman ½ kapasitas lapang

M1 P2= Kombinasi pasir dan kompos + Penyiraman kapasitas lapang

M1 P3= Kombinasi pasir dan kompos + Penyiraman 1½ kapasitas lapang

M2 P1= Kombinasi kertas Merang + Penyiraman ½ kapasitas lapang

M2 P2= Kombinasi kertas Merang + Penyiraman kapasitas lapang

M2 P3= Kombinasi kertas Merang + Penyiraman 1½ kapasitas lapang

M3 P1= Kombinasi baby blanket + Penyiraman ½ kapasitas lapang

M3 P2= Kombinasi baby blanket + Penyiraman kapasitas lapang

M3 P3= Kombinasi baby blanket + Penyiraman 1½ kapasitas lapang

M1 P1(1) M3 P1(3) M1 P3(2) M3 P2(2) M2 P1(1) M3 P3(1) M2 P2(2) M2 P3(3) M1 P2(3)

M3 P3(2) M2 P2(1) M2 P3(1) M1 P2(2) M1 P1(3) M3 P1(2) M2 P1(3) M1 P3(1) M3 P2(3)

M2 P1(2) M3 P3(3) M1 P2(1) M1 P3(3) M3 P2(1) M2 P2(3) M2 P3(2) M3 P1(1) M1 P1(2)

(38)

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Per siapan Penelitian

Persiapan penelitian ini mencakup alat dan bahan yang dibutuhkan selama

penelitian berlangsung, selain itu dilakukan juga pengukuran kapasitas lapang

masing-masing media tanam (lampiran 6). Berdasarkan hasil perhitungan

kapasitas lapang dan tingkat pemberian air pada berbagai media, maka diperoleh

hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Perhitungan Total Berat Media Tanam dan Air

Media Tanam Volume Air Total Berat Media

Tanam dan Air

Langkah pertama dilakukan persiapan benih yaitu dengan cara melakukan

seleksi biji. Seleksi biji gandum dilakukan dengan merendam biji tersebut di

dalam wadah/ mangkuk berisi air selama 10 – 12 jam. Biji yang digunakan adalah

biji yang tenggelam karena biji tersebut baik untuk dikecambahkan, sedangkan

biji yang terapung dibuang. Kemudian cuci menggunakan air mengalir, diamkan

dalam sebuah wadah yang mempunyai ventilasi kecil selama 36 jam dan setiap 4

– 5 jam sekali dicuci menggunakan air mengalir untuk menjaga kelembabannya.

(39)

3. Per siapan Media Tanam

Siapkan pot mini sebagai tempat media tanam. Pot mini yang digunakan

berdiameter 10 cm.

Media tanam yang digunakan ada tiga macam, yaitu :

a. Campuran pasir : kompos (perbandingan 1:1) ; (100 gram/ pot)

b. Kertas merang sebanyak (6 gram dengan ketebalan 1 cm / pot)

c. Baby blanket/ cocosheet (5 gram dengan ketebalan 1 cm)

4. Penanaman

Tiga macam media tanam yaitu campuran pasir dan kompos, kertas merang

dan baby blanket dimasukkan ke dalam pot mini yang telah disiapkan, kemudian

benih gandum yang sudah mulai bertunas ditanam dengan cara menaburkan di

atas media tanam sampai merata pada permukaan media, termasuk untuk media

pasir. Penelitian terhadap biji yang digunakan 20 gram/ pot.

5. Pelaksanaan Pember ian Air

Pemeliharaan tanaman dilakuakan setiap hari pada pagi hari dengan

penyiraman pada kondisi ½ kapasitas lapang pada saat penanaman sampai 3 hst,

kemudian pada 4 hst dan hari selanjutnya penyiraman dilakukan sesuai dengan

perlakuannya masing-masing.

6. Panen

Wheatgrass yang siap dipanen adalah pada saat umur tujuh hari setelah

(40)

7. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian, yaitu pada saat panen.

Variabel yang diamati adalah :

a. Panjang tanaman

Panjang tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun (pucuk),

dilakukan saat panen. Satuan yang digunakan adalah cm.

b. Berat Basah

Berat basah tanaman adalah hasil penimbangan berat batang, daun, dan akar

tanaman. Dilakukan setelah pemanenan dengan satuan gram (g). Berat basah

tanaman ditimbang per-tanaman dalam setiap perlakuan kemudian dihitung

rata-ratanya.

c. Kadar klorofil

Kadar klorofil yang diukur meliputi klorofil a, klorofil b dan klorofil total.

Pengukuran dilakukan pada akhir penelitian, metode penentuan klorofil adalah

dengan teknik Spektroskopi menggunakan spektrofotometer (Lampiran 7).

E. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis sidik ragam

(ANOVA = Analysis of Variance) dengan model matematis dari rancangan yang

digunakan adalah sebagai berikut (Sugandi, Sugiarto dan Sugandi, 1994):

Yijk = µ +

α

i + β j + (

α

β) ij +

ε

ijk

Keterangan :

Yijk : Hasil pengamatan kelompok ke-i, yang memperoleh perlakuan pada taraf

(41)

µ : Nilai tengah atau pengaruh rata-rata umum

α

i : Pengaruh faktor perbandingan media tanam (M) pada taraf ke-i

β j : Pengaruh volume penyiraman (P) pada taraf ke-j

(

α

β) ij : Pengaruh interaksi perbandingan media tanam (M) taraf ke-j dan volume

penyiraman (P) taraf ke-t.

ε

(i)j : Galat gabungan volume penyiraman ke j pada ulangan ke k dalam

media tanam ke i.

1. Analisis Ragam

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis RAL

seperti tabel berikut :

Tabel 3. Tabel Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap (Murdiyanto, 2005)

SK Db JK KT Fhitung

Cara mengetahui nyata atau tidak nyatanya perbedaan di antara perlakuan

dapat dilihat dengan membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel ; apabila Fhitung > Ftabel

5% dan Ftabel 1%, maka perbedaan antar perlakuan adalah nyata dan sangat nyata ;

apabila Fhitung < Ftabel 5%, maka perbedaan antar perlakuan tidak nyata.

2. Uji Beda Nyata J ujur (BNJ )

Pengaruh perlakuan diuji dengan Fhitung. Apabila nilai Fhitung lebih besar

(42)

lebih besar daripada Ftabel pada taraf 5% maka perlakuan dianggap tidak nyata.

Jika hasil pengujian analisis keragaman dengan uji F tersebut berbeda nyata atau

berbeda sangat nyata, maka untuk mengetahui perbedaan masing-masing taraf

perlakuan dilakukan uji beda nyata jujur (BNJ). Adapun rumus BNJ menurut

Syahid (2009) adalah sebagai berikut :

BNJ

α

= q

(p,v,α)

x

Keterangan :

q (p.v.α) : dicari pada tabel ”Studentized Range”

p : jumlah perlakuan

v : nilai derajat bebas

KTG : Kuadrat tengah galat

(43)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Per tumbuhan

Parameter pertumbuhan yang diukur adalah tinggi dan berat basah akhir

tanaman. Tinggi merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai

indikator pertumbuhan dan berat basah merupakan total berat tanaman yang

menunjukkan hasil aktivitas metabolik tanaman (Anonim, 2009b).

a. Panjang Tanaman.

Hasil analisis ragam dengan uji F menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi

yang berbeda nyata terhadap rata-rata panjang tanaman Wheatgrass. Namun, pada

masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman

wheatgrass (tabel lampiran 1).

Tabel 4. Rata-rata Panjang Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda

Keterangan : Rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Perlakuan Rata-rata Tinggi Tanaman Saat Panen

(44)

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% (tabel 4) menunjukkan bahwa

perlakuan media M1 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi, berbeda

nyata dengan perlakuan M2 dan M3, sedangkan pada M2 dan M3 menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata. Pada perlakuan volume penyiraman menunjukkan

bahwa perlakuan P3 menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dan tidak berbeda nyata

dengan pemberian air pada kondisi kapasitas lapang, sedangkan pemberian air

pada kondisi ½ kapasitas lapang menunjukkan rata-rata paling rendah dan berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya.

b. Ber at Basah Tanaman

Hasil analisis statistik dengan uji F menunjukkan bahwa perlakuan yang

dicobakan berbeda nyata pada perlakuan media tanam dan volume penyiraman

serta terjadi interaksi antara kedua perlakuan terhadap rata-rata berat basah

tanaman (tabel lampiran 2).

Tabel 5. Rata-rata Berat Basah Tanaman Wheatgrass per-pot pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda

(45)

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% (tabel 5) menunjukkan bahwa

perlakuan media campuran pasir dan kompos menghasilkan rata-rata tinggi

tanaman tertinggi pada tingkat volume penyiraman 1 ½ kapasitas lapang (M1P3)

dan berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya.

Gambar 5. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Pasir dan Kompos dengan Volume Penyiraman yang Berbeda

Gambar 6. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Kertas Merang dengan Volume Penyiraman yang Berbeda

M1P3 M1P2

M1P1

(46)

Gambar 7. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Media Baby Blanket dengan Volume Penyiraman yang Berbeda

Gambar 8. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam yang Berbeda dengan Volume Penyiraman ½ Kapasitas Lapang

Gambar 9. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam yang Berbeda dengan Volume Penyiraman Kapasitas Lapang

M3P3 M3P2

M3P1

M3P1 M2P1

M1P1

M3P2 M2P2

(47)

Gambar 10. Perbedaan Pertumbuhan Tanaman Wheatgrass pada Berbagai Media Tanam yang Berbeda dengan Volume Penyiraman 1½ Kapasitas Lapang

Hasil uji sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini

menunjukkan bahwa perlakuan macam media tanam dan volume penyiraman

yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap berat

basah tanaman (tabel lampiran 2).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman wheatgrass dengan

kombinasi perlakuan M1P3 (Media tanam pasir dan kompos dengan volume

penyiraman 1 ½ kapasitas lapang) dan M1P2 (media tanam pasir dan kompos

dengan volume penyiraman kapasitas lapang) memperlihatkan pertumbuhan yang

cenderung lebih bagus daripada tanaman dengan perlakuan lainnya.

Tanaman dengan perlakuan M1 (pasir dan kompos) memilki panjang

tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah yang cenderung lebih besar

dari tanaman dengan perlakuan M2 (kertas merang) dan M3 (Baby blanket).

Perbandingan antara M2 dan M3 menunjukkan bahwa tanaman M3 mempunyai

tinggi tanaman yang cenderung lebih tinggi daripada tanaman M2 dan

M3P3 M2P3

(48)

perbandingan berat basah antara M2 dan M3 cenderung lebih besar tanaman M2

daripada tanaman M3.

Tanaman wheatgrass dengan volume penyiraman 1½ kapasitas lapang (P3)

menunjukkan panjang tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat basah yang

cenderung lebih besar dari tanaman dengan perlakuan P1 (½ kapasitas lapang) dan

P2 (kapasitas lapang). Perbandingan antara P1 dan P2 menunjukkan bahwa

tanaman P2 mempunyai panjang tanaman yang cenderung lebih tinggi serta berat

basah yang cenderung lebih besar daripada tanaman P1. Hasil ini menunjukkan

bahwa pertumbuhan tanaman wheatgrass paling optimal adalah pada tanaman

dengan kombinasi perlakuan M1P2 (media tanam pasir dan kompos dengan

volume penyiraman kapasitas lapang).

Dari hasil analisis yang diperoleh, menunjukkan bahwa perlakuan yang

diberikan menunjukkan pengaruh yang yang berbeda signifikan terhadap

pertumbuhan tanaman wheatgrass. Hal ini berarti kombinasi antara perlakuan

media tanam dan pemberian air dengan volume yang berbeda merupakan faktor

yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman wheatgrass.

2. Kadar Klorofil

Kadar klorofil yang diukur merupakan klorofil a, klorofil b dan klorofil total

tanaman. Tabel 6 berikut merupakan nilai rata-rata kadar klorofil pada

(49)

Tabel 6. Rata-rata Kadar Klorofil a, klorofil b dan klorofil total Tanaman Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda

Keterangan : Rata-rata menunjukkan hasil tidak nyata (tn)

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan uji sidik ragam sembilan

kombinasi perlakuan yang diberikan tidak memperlihatkan pengaruh yang

berbeda nyata secara signifikan terhadap kadar klorofil a, klorofil b dan klorofil

total pada tanaman wheatgrass (tabel lampiran 3, 4 dan 5).

PERLAKUAN Rata-r ata

Klorofil a (mg/l) Klorofil b (mg/l) Klorofil total (mg/l)

M1P1 7.52 3.69 11.21

M1P2 8.37 3.39 11.77

M1P3 8.56 3.54 12.10

M2P1 7.73 3.16 10.90

M2P2 7.91 3.23 11.14

M2P3 8.51 3.36 11.87

M3P1 7.24 3.55 10.79

M3P2 8.40 3.28 11.68

M3P3 8.69 3.34 12.03

(50)

Tabel 7. Rata-rata Kadar Klorofil a, Klorofil b dan Klorofil Total Wheatgrass pada Perlakuan Kombinasi antara Media Tanam dan Volume Penyiraman yang Berbeda berbeda nyata pada uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil uji lanjut BNJ 5% (tabel 7) menunjukkan bahwa

perlakuan pada berbagai media tanam yang berbeda tidak memberikan pengaruh

nyata terhadap kadar klorofil total pada tanaman. Pada perlakuan volume

penyiraman menunjukkan bahwa pemberian air pada kondisi 1½ kapasitas lapang

menunjukkan nilai rata-rata tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan pemberian

air pada kondisi kapasitas lapang, sedangkan pemberian air pada kondisi ½

kapasitas lapang menunjukkan rata-rata paling rendah dan berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya.

B. PEMBAHASAN

1. Per tumbuhan

Hasil uji sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95% pada penelitian ini

(51)

sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan pada perlakuan volume penyiraman

juga memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata.

Pada variabel pertumbuhan, hasil terbaik ditunjukan pada perlakuan M1. Hal

ini menunjukan bahwa perlakuan media tanam pasir dan kompos merupakan

media tanam yang ideal bagi pertumbuhan wheatgrass jika dibandingkan dengan

media tanam kertas merang dan baby blanket. Hal ini didukung oleh parameter

tinggi tanaman wheatgrass yang mencapai hasil maksimal pada media tanam M1

kemudian media tanam M3 dan media tanam yang memilki hasil terendah adalah

M2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah bahan

organik serta unsur hara esensial yang cukup (Andalusia, 2005). Perlakuan (M1)

media tanam pasir dan kompos (1:1) memberikan hasil terbaik bagi pertumbuhan

tanaman wheatgrass dibandingkan dengan perlakuan media kertas merang dan

baby blanket. Hal ini kemungkinan disebabkan karena media pasir memiliki ruang

pori yang cukup besar dan drainase yang baik pula, kemudian penambahan

kompos sebagai soil conditioner. Menurut Setyorini, Saraswati dan Anwar (2004)

tanah berpasir menjadi lebih kompak dan tanah lempung menjadi lebih gembur,

penyebab kompak dan gemburnya tanah ini adalah senyawa-senyawa polisakarida

yang dihasilkan oleh mikroorganisme pengurai serta miselium atau hifa yang

berfungsi sebagai perekat partikel tanah. Dengan struktur tanah yang baik ini

berarti difusi O2 atau aerasi akan lebih banyak sehingga proses fisiologis di akar

(52)

Pada perlakuan volume penyiraman, hasil terbaik ditunjukkan oleh

perlakuan P3, yaitu pemberian air pada kondisi 1½ kapasitas lapang. Hal ini

menunjukkan pada perlakuan volume penyiraman 1½ kapasitas lapang, tanaman

menunjukkan hasil terbaik, demikian pula pada kondisi kapasitas lapang tanaman

dapat tumbuh dengan baik juga. Tanaman wheatgrass membutuhkan kondisi

lembab dan cenderung basah untuk pertumbuhannya sehingga dalam kondisi 1½

kapasitas lapang dia sangat toleran dan dapat memberikan hasil terbaik. Namun

menjadi kurang efektif pemberian air pada volume 1½ kapasitas lapang

dikarenakan dalam pengamatannya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata

dengan pemberian air pada kapasitas lapang. Sehingga volume penyiraman yang

efektif bagi pertumbuhan tanaman adalah pada kondisi kapasitas lapang.

Proses pertumbuhan tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang berbeda,

bergantung pada jenis tanaman (Hendriyani dan Setiari, 2009). Air yang tersedia

dalam tanah akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan

tanaman akan semakin baik dengan pertambahan jumlah air, akan tetapi terdapat

batasan maksimum dan minimum dalam jumlah penyerapan air oleh tanaman

untuk petumbuhannya disamping itu pertumbuhan juga bergantung pada interaksi

antara sel dengan lingkungannya (Anonim, 2009b).

Kombinasi perlakuan media tanam dan volume penyiraman mampu

menghasilkan berat basah tanaman secara sangat nyata, hasil terbaik ditunjukan

pada kombinasi M1P3. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi media tanam pasir

dan volume penyiraman 1½ kapasitas lapang mempunyai keterkaitan dalam

(53)

kertas merang dapat memberikan hasil terbaik pada volume penyiraman 1½

kapasitas lapang, demikian pula pada media tanam baby blanket yang

menunjukkan hasil terbaik pada volume penyiraman 1½ kapasitas lapang.

Perlakuan pemberian air berdasarkan perhitungan kapasitas lapang yang

diberikan merupakan jumlah air yang mampu diserap dan tertahan oleh media

tanam. Masing-masing media tanam memilki karakteristik yang berbeda pada

kondisi air cukup tersedia, hal inilah yang kemungkinan menyebabkan pada

masing-masing perlakuan yang diberikan menunjukkan pengaruh yang berbeda

secara signifikan pada pertumbuhan tanaman wheatgrass.

Tanaman wheatgrass dengan volume penyiraman berdasarkan kapasitas

lapang (P2), media tanamnya berada dalam kondisi yang lembab. Sedangkan pada

volume penyiraman satu setengah kapasitas lapang (P3), media tanamnya berada

dalam kondisi basah. Kedua kondisi tersebut sesuai untuk pertumbuhan

wheatgrass. Pada perlakuan penyiraman satu setengah kapasitas lapang, kondisi

media tanam mengandung banyak air tetapi pertumbuhan wheatgrass masih bisa

berjalan dengan baik bahkan pertumbuhannya terlihat yang paling bagus diantara

perlakuan volume penyiraman lainnya. Hal yang paling penting dalam

penyiraman wheatgrass adalah volume air yang digunakan utuk menyiram cukup

banyak (tidak menggenang). Hal ini disebabkan tanaman wheatgrass merupakan

tanaman yang membutuhkan kondisi lembab dalam pertumbuhannya dan toleran

terhadap kondisi yang basah.

Air dalam media tanam akan diserap oleh akar tanaman kemudian masuk ke

(54)

fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian digunakan oleh tanaman untuk proses

pertumbuhan. Peranan air bagi kehidupan tanaman antara lain, air sebagai pelarut

unsur hara di dalam tanah sehingga tanaman dapat dengan mudah mengambil hara

tersebut melalui akar sebagai makanan dan sekaligus mengangkut hara tersebut ke

bagian-bagian tanaman yang memerlukan melalui pembuluh xilem. Selain itu, air

juga berperan dalam proses fotosintesis. Air akan melarutkan glukosa sebagai

hasil fotosintesis dan mengangkutnya ke seluruh tubuh tumbuhan melalui

pembuluh floem. Hasil fotosintesis ini akan digunakan tumbuhan untuk proses

pertumbuhannya (Hendriyani daan Setiari, 2009).

Perlakuan media tanam M1 menunjukkan hasil terbaik dibandingkan dengan

perlakuan M2 dan M3. Sifat media tanam M1 yang mempunyai pori besar

membuat akar tanaman mampu bergerak bebas dan dapat menyerap air dengan

lebih baik. Menurut Setyorini, Saraswati dan Anwar (2004) penggunaan kompos

membuat tanah berpasir menjadi lebih kompak sehingga mempermudah

penyerapan air ke dalam tanah sehingga penyerapan energi cahaya lebih banyak

dan fluktuasi suhu di dalam tanah dapat dihindarkan.

Pada perlakuan media tanam M2, tanaman menunjukkan pertumbuhan

paling rendah diantara perlakuan lainnya. Hal ini kemungkinan karena

ketersediaan air di dalam media tidak mampu diserap dengan baik oleh akar

tanaman. Menurut ISTA (2005) persyaratan media kertas untuk pengujian

viabilitas antara lain harus memiliki kapasitas menahan air yang cukup selama

periode pengujian benih untuk memastikan kontuitas suplai air bagi pertumbuhan

Gambar

Gambar 1. Wheatgrass; a. Daun, b. Titik Tumbuh (Anonim, 2011)
Gambar 2. Struktur Molekul Klorofil dan Hemoglobin (Johnson, 2005)
Tabel 1. Perbandingan Gizi per-ons (28.35 gram) pada wheatgrass, brokoli dan bayam (Anonim, 2011)
Gambar 3. Baby Blanket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi nutrisi dan media tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman bayam merah secara

Interaksi antara komposisi media tanam dan interval penyiraman air berpengaruh nyata terhadap volume akar tertinggi volume akar bibit jambu madu deli hijau dimana

Interaksi antara pemberian berbagai jenis pupuk kandang dan media tanam yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter waktu muncul tunas,

Berat biji merupakan pertumbuhan generatif ketiga yang dilihat pada perlakuan berbagai dosis pupuk kandang sapi dan berbagai jarak tanam terhadap produksi tanaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis media tumbuh dan interval pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dengan

Tanaman stroberi yang menggunakan media tanam sebanyak 7 liter memiliki stolon nyata lebih banyak dibandingkan dengan yang menggunakan volume media tanam 3

Komposisi media tanam P2 dan P3 yaitu tanah regosol yang ditambah dengan pupuk kandang dan tanah regosol yang ditambah dengan kompos menunjukkan berat segar akar

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan setek tanaman sungkai dengan media tanam yang berbeda di antara Top Soil Murni, Top Soil campur Pupuk Ayam, dan