• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

“KAMPUNG SIAGA INDOSAT”

(Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan)

Oleh :

YOHANA DESI FEBRIANA A14204047

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

YOHANA DESI FEBRIANA. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ”KAMPUNG SIAGA INDOSAT”. (Di bawah bimbingan NURAINI W. PRASODJO)

Dunia bisnis dan sosial merupakan dua hal yang saling terkait. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya.

Pemikiran tersebut yang mendorong munculnya konsep yang sering diperbincangkan saat ini yaitu konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). PT Indosat yang bekerjasama dengan PKPU sudah memulai untuk melaksanakan program CSR yang diwujudkan dalam program “Kampung Siaga Indosat”. Diperlukan pendekatan pengembangan komunitas yang selalu

mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan semua warga dapat ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Dengan menerapkan prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR diharapkan warga penerima program tidak tergantung lagi pada perusahaan dan kemudian dapat secara mandiri mengelola program lanjutan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan keragaan CSR PT Indosat dan aspirasi masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan terhadap kegiatan CSR “Kampung Siaga Indosat”, menganalisis tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR “Kampung Siaga Indosat” serta menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program CSR “Kampung Siaga

(3)

Indosat”. Responden penelitian ini adalah warga RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode penelitian survai dengan didukung oleh data kualitatif.

Metode yang digunakan adalah survai eksplanatoris. Jumlah responden yang diteliti adalah 100 orang. Analisis data kuantitatif menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi rank spearman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari responden berusia 10-55 tahun, dengan tingkat pendidikan mayoritas Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan lama tinggal, mayoritas dari responden adalah warga pendatang.

Tingkat partisipasi warga RW 04 terhadap kegiatan CSR “Kampung Siaga

Indosat” tergolong rendah yaitu sebesar 79 persen. Secara keseluruhan, tingkat partisipasi warga RW 04 yang tergolong rendah ini dikarenakan belum semua warga dapat

berpartisipasi secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil hingga evaluasi program, khususnya warga RT yang letaknya jauh dari posko “Kampung Siaga Indosat”. Kendala lain yang diakui oleh beberapa warga adalah masalah waktu.

Kebanyakan dari mereka mengaku tidak sempat untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan di “Kampung Siaga Indosat” dikarenakan mereka harus bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga yang tentunya mereka anggap lebih penting.

Faktor-faktor yang berhubungan kuat dari tingkat partisipasi warga RW 04 terhadap program “Kampung Siaga Indosat” yaitu faktor usia dengan tingkat partisipasi tahap menikmati hasil, tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi tahap pelaksanaan, tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi tahap menikmati hasil, tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi tahap evaluasi, pelayanan kegiatan dengan tingkat partisipasi

(4)

tahap pelaksanaan dan pelayanan kegiatan dengan tingkat partisipasi tahap menikmati hasil.

Program CSR “Kampung Siaga Indosat” belum berlandaskan pada asas-asas pengembangan masyarakat. Mekanisme yang dilakukan dalam program “Kampung Siaga Indosat” masih bersifat top down process. Selain itu, partisipasi yang terjadi di

masyarakat hanya sebatas partisipasi konsultatif, masyarakat belum dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

(5)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

“KAMPUNG SIAGA INDOSAT”

(Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan)

Oleh

Yohana Desi Febriana A14204047

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana pada

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor 2008

(6)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama : Yohana Desi Febriana

No. Pokok : A14204047

Judul : Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility “Kampung Siaga Indosat”

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Nuraini W. Prasodjo, MS NIP. 131 967 634

Menyetujui, Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr.

NIP. 131 124 019

Tanggal kelulusan:_____________________

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

”PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT” INI BENAR-BENAR

MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI SERTA TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA

MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2008

Yohana Desi Febriana A14202047

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, 10 Februari 1986, sebagai anak dari Bapak D. Soetopo dan Ibu F. Indarti Ningsih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, memiliki satu orang adik bernama Antonius C. N.

Pada tahun 1992 penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Gladi Siwi, Jakarta Timur. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 13 Jakarta, kemudian pada tahun 2001 penulis telah menyelesaikan

pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama 81 Jakarta. Penulis telah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 62 Jakarta. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB, dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmatnya dalam menyusun skripsi yang berjudul ”Partisipasi Masyarakat dalam Program Corporate Social Responsibility ”Kampung Siaga Indosat” (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan)” sehingga dapat

terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mencoba untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai,

Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan terhadap program “Kampung Siaga Indosat”.

Penulis berharap semoga materi yang disampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan minat yang sama.

Bogor, Agustus 2008

Yohana Desi Febriana A14202047

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung, diantaranya adalah:

1. Nuraini W. Prasodjo selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, perhatian dan masukan serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Fredian Tonny selaku dosen penguji utama dan Iman K. Nawireja selaku dosen komisi pendidikan atas kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Mama, Papa, adikku dan bulek yang tak henti-hentinya memanjatkan doa, memberikan dukungan secara moril maupun materi, serta kasih sayang kepada penulis.

4. Bapak Djarot Handoko selaku manager Public Relation PT Indosat yang telah memberikan banyak informasi seputar pelaksanaan program “Kampung Siaga Indosat”.

5. Warga RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, khususnya Bang Adil, Mba Ayu, Mba Pipim, Mba Uum, Nia dan Dani yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data.

6. Teman seperjuanganku, Amie atas semangatnya dan semua bantuannya.

(11)

7. Mira, Meita, Yunda, Oline, Elin, Anyu, Andhini, Bang Ilham, Yudie, Adi yang memberikan motivasi dan doanya. Khusus Meita thanks buat bantuannya mencari lokasi penelitian. Buat Mira thanks bantuannya dalam mengolah data.

8. Teman-teman KPM 41 atas semangat dan dukungannya.

9. Keluarga besar Gereja St. Catharina, khususnya teman-temanku mudika wilayah 1 atas doa, pengertiannya dan dukungannya selalu. Khusus Henry thanks buat motivasi dan doanya.

10. Keluarga besar Lengkong, khususnya David, Dwi, Sekar, Yamin dan Ari atas doa dan semangatnya.

11. Sahabatku, Widya, Indah yang selalu memberikan semangat. Untuk Putri thanks buat buku-buku pinjamannya.

12. Semua rekan yang telah memberikan sumbangsih sekecil apapun dalam penyelesaian skripsi ini.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... v vii viii BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Partisipasi………. 8

2.1.1 Konsep Partisipasi... 8

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi... 13

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). 15 2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan... 15

2.2.2 Strategi Penerapan CSR... 18

2.3 Pengembangan Masyarakat (Community Development)... 21

2.3.1 Komunitas sebagai Basis Pengembangan Masyarakat... 21

2.3.2 Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development)………... 22 2.3.3 Arti Penting Community Development bagi Perusahaan dan Pemerintah... 24

(13)

2.4 Kerangka Pemikiran... 26

2.5 Hipotesis... 29

2.6 Definisi Operasional... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 35

3.1 Metode Penelitian... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

3.3 Teknik Pemilihan Responden... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 36

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 37

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 38

4.1 Kondisi Geografis RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet... 38

4.2 Kependudukan di RW 04... 39

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi di RW 04... 40

4.4 Kesehatan di RW 04... 41

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN……….. 43

5.1 Karakteristik Internal Responden... 43 5.1.1 Usia... 43

5.1.2 Tingkat Pendidikan... 43

5.1.3 Jumlah Beban Keluarga... 44

5.1.4 Lama Tinggal... 44

5.2 Karakteristik Eksternal Responden... 45

5.2.1 Metode Kegiatan... 45

5.2.2 Pelayanan Pelaksanaan Kegiatan... 45

(14)

BAB VI KERAGAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT INDOSAT DAN ASPIRASI MASYARAKAT RW 04 TERHADAP PROGRAM ”KAMPUNG SIAGA INDOSAT”...

47 6.1 Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indosat………. 47 6.2 Keragaan Program CSR ”Kampung Siaga Indosat” dan Aspirasi

Masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan...

49 6.2.1 Keragaan Program CSR ”Kampung Siaga Indosat” di RW 04... 49 6.2.2 Aspirasi Masyarakat RW 04... 53 6.3 Analisis Penerapan Pengembangan Masyarakat dalam Program CSR

”Kampung Siaga Indosat”...

57 BAB VII TINGKAT PARTISIPASI WARGA RW 04, KELURAHAN

MANGGARAI DALAM PROGRAM “KAMPUNG SIAGA INDOSAT”………...

61 7.1 Tingkat Partisipasi Warga RW 04 dalam Tahap Perencanaan Program

“Kampung Siaga Indosat”………...

61 7.2 Tingkat Partisipasi Warga RW 04 dalam Tahap Pelaksanaan Program

“Kampung Siaga Indosat”………...

62 7.3 Tingkat Partisipasi Warga RW 04 dalam Tahap Menikmati Hasil

Program “Kampung Siaga Indosat”………

63 7.4 Tingkat Partisipasi Warga RW 04 dalam Tahap Evaluasi Program

“Kampung Siaga Indosat”………...

64 7.5 Tingkat Partisipasi Warga RW 04 Terhadap Program “Kampung Siaga

Indosat”………...

65 BAB VIII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PROGRAM

“KAMPUNG SIAGA INDOSAT”………...

68 8.1 Hubungan Antara Faktor Internal Responden dengan Tingkat

Partisipasi Warga dalam Program “Kampung Siaga Indosat”…………

68 8.2 Hubungan Antara Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat

Partisipasi Warga dalam Program “Kampung Siaga Indosat”…………

72

(15)

BAB IX ANALISIS CSR PT INDOSAT SERTA PARTISIPASI DAN ASPIRASI WARGA RW 04, KELURAHAN MANGGARAI TERHADAP PROGRAM “KAMPUNG SIAGA INDOSAT”….

76

BAB X KESIMPULAN DAN SARAN……… 82

10.1 Kesimpulan……… 82

10.2 Saran……….. 84

DAFTAR PUSTAKA………. 86

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………...40

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………43

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………44

Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Beban Keluarga………...44

Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal………...45

Tabel 6. Karakteritik Responden Berdasarkan Metode Kegiatan………...45

Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pelayanan Pelaksanaan Kegiatan……...46

Tabel 8. Jumlah Realisasi Pembiayaan Kegiatan ”Kampung Siaga Indosat”...53

Tabel 9. Status Gizi Balita Pondok Gizi Bulan November-Desember 2007...55

Tabel 10. Tingkat Partisipasi Warga RW 04, Kelurahan Manggarai dalam Tahap Perencanaan Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008………..62

Tabel 11. Tingkat Partisipasi Warga RW 04, Kelurahan Manggarai dalam Tahap Pelaksanaan Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008………..63

Tabel 12. Tingkat Partisipasi Warga RW 04, Kelurahan Manggarai dalam Tahap Menikmati Hasil Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008…..64

Tabel 13. Tingkat Partisipasi Warga RW 04, Kelurahan Manggarai dalam Tahap Evaluasi Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008…………...65

Tabel 14. Tingkat Partisipasi Warga RW 04, Kelurahan Manggarai Terhadap Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008………...66

(17)

Tabel 15. Hubungan Faktor Internal Responden dengan Tingkat Partisipasi Warga RW 04, Kelurahan Manggarai dalam program

“Kampung Siaga Indosat”, 2008………....68 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Usia dan Tingkat Partisipasi

dalam Tahap Menikmati Hasil Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008…...69 Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan

dan Tingkat Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan Program

“Kampung Siaga Indosat”, 2008………...70 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan

dan Tingkat Partisipasi dalam Tahap Menikmati Hasil

Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008……….………71 Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan

dan Tingkat Partisipasi dalam Tahap Evaluasi

Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008……….………72 Tabel 20. Hubungan Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat Partisipasi

Warga RW 04, Kelurahan Manggarai dalam program

“Kampung Siaga Indosat”, 2008………73 Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kualitas Pelayanan

Pelaksanaan Kegiatan dan Tingkat Partisipasi

dalam Tahap Pelaksanaan Program “Kampung Siaga Indosat”, 2008..………74 Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kualitas Pelayanan

Pelaksanaan Kegiatan dan Tingkat Partisipasi dalam

Tahap Menikmati Hasil Program “Kampung Siaga Indosat, 2008..…………..75

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Konsep Triple Bottom Line...19

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program CSR “Kampung Siaga Indosat”...29

Gambar 3. Program CSR Indosat...48

Gambar 4. Jamban Perorangan...77

Gambar 5. MCK Umum Sumbangan Pemerintah...77

Gambar 6. Saluran Pembuangan Air Limbah...78

Gambar 7. Akses Jalan...78

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi Penelitian………...88

Lampiran 2. Waktu dan Jadwal Penelitian………89

Lampiran 3. Teknik Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data bagi Penelitian...90

Lampiran 4. Panduan Pertanyaan sebagai Pedoman Wawancara...92

Lampiran 5. Kerangka Sampel...95

Lampiran 6. Kuesioner...97

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia bisnis dan sosial merupakan dua hal yang saling terkait. Pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari lapangan usahanya, melainkan mereka juga diminta untuk memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya.

Pemikiran tersebut yang mendorong munculnya konsep yang sering diperbincangkan saat ini yaitu konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Definisi CSR menurut Departemen Sosial RI yaitu komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk memberi kepedulian, melaksanakan kewajiban sosial, membangun kebersamaan, melakukan program/kegiatan kesejahteraan sosial/pembangunan sosial/kesejahteraan masyarakat sebagai wujud kesetiakawanan sosial dan menjaga keseimbangan ekosistem di sekelilingnya. Namun sebagai sebuah konsep yang makin populer, CSR ternyata belum memiliki definisi yang tunggal. Maka, tidak jarang masih banyak pihak yang salah dalam memahami konsep CSR, salah satunya yaitu menyamakan CSR dengan CD (Community Development). Padahal secara substansial CD hanya salah satu strategi menerapkan CSR (Majalah Bisnis dan CSR Vol. 1 No. 1, Oktober, 2007, p. 69).

Terlepas dari beragam definisi mengenai CSR, ada satu kesamaan bahwa CSR tidak dapat lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Mereka adalah pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara dan lingkungan. Konsep inilah

(21)

yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai triple bottom line, yaitu profit, people, dan planet. Maksudnya adalah selain mengejar profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007).

Kini diakui telah banyak korporasi yang mulai sadar akan pentingnya menjalankan CSR, meskipun masih banyak juga yang belum menjalankannya dengan benar. Dari segi besaran uangnya, banyak perusahaan yang sudah memberikannya dalam jumlah yang cukup besar, ada yang sedang tapi ada juga yang hanya sekedarnya saja.

Motif perusahaan dalam menyumbang seringkali tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan tanggung jawab moral, melainkan dalam bentuk pemberian dengan motif:

charity (amal atau derma), imagebuilding (promosi), tax-facility (fasilitas pajak), security-prosperity (keamanan dan peningkatan kesejahteraan), atau bahkan money laundering (Achda, 2006).

Penerapan CSR tidak seharusnya dianggap sebagai cost semata-mata, melainkan juga sebuah investasi jangka panjang bagi perusahaan bersangkutan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hill et. al. pada tahun 2007 di beberapa perusahaan di Amerika Serikat, Eropa dan Asia yang melakukan praktik CSR lalu menghubungkannya dengan value perusahaan yang diukur dari nilai saham perusahaan-perusahaan

tersebut. Perusahan-perusahaan yang melakukan CSR, pada jangka pendek (3-5 tahun) tidak mengalami kenaikan nilai saham yang signifikan, namun dalam jangka panjang (10 tahun), perusahaan-perusahaan yang berkomitmen terhadap CSR tersebut mengalami kenaikan nilai saham yang sangat signifikan dibandingkan dengan perusahaan-

(22)

perusahaan yang tidak melakukan praktik CSR (www.madani-ri.com). Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa CSR dalam jangka pendek memang tidak memberikan value yang memadai bagi pemegang saham, karena biaya CSR justru mengurangi keuntungan yang dapat dicapai perusahaan. Namun demikian, dalam jangka panjang, perusahaan yang memiliki komitmen kuat di CSR ternyata kinerjanya melampaui perusahan-perusahaan yang tidak memiliki komitmen terhadap CSR.

Pendeknya, CSR dapat menciptakan value bagi perusahaan, terutama dalam jangka panjang.

CSR adalah konsep moral dan etis yang berciri umum, oleh karena itu pada tataran praktisnya harus diwujudkan ke dalam program-program kongkrit. Menurut Achda (2006) salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Program CSR seharusnya tidak hanya bersifat charity, melainkan harus diikuti strategi pemberdayaan guna mengangkat fungsi sosial masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi mandiri.

Dalam kaitan dengan Community Development/pengembangan masyarakat, menurut Ife (1995) salah satu prinsip Community Development (CD) adalah partisipasi.

Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua orang dalam masyarakat tersebut pada proses kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi.

Meskipun berbagai program dan kebijakan yang telah dilakukan perusahaan telah dirancang sedemikian rupa agar langsung mengena pada sasaran yang diinginkan, namun

(23)

tanpa partisipasi atau keterlibatan masyarakat lokal secara penuh dalam mendukung program tersebut, maka program tersebut tidak akan berjalan sinambung. Keterlibatan masyarakat lokal sebagai sentral pembangunan akan sangat membantu dalam upaya mensosialisasikan program ataupun kebijakan perusahaan agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat, antara lain faktor internal yaitu yang mencakup karakteristik individu dan faktor eksternal yang meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran (Pangestu, 1995).

Berdasarkan uraian di atas, melalui penelitian ini akan dianalisis apakah program CSR ”Kampung Siaga Indosat” sudah menerapkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat dalam pelaksanaannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu dalam penelitian ini akan diukur tingkat partisipasi masyarakat serta keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan masyarakat terhadap tingkat partisipasinya dalam program pengembangan masyarakat melalui berbagai program dan kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Fokus penelitian ini yaitu program CSR “Kampung Siaga Indosat” yang merupakan program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di suatu wilayah, meliputi aspek pemberdayaan ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan yang bekerjasama dengan Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) guna memantapkan perannya di tengah masyarakat, khususnya masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (www.indosat.com).

(24)

1.2 Perumusan Masalah

Program “Kampung Siaga Indosat” dilaksanakan di Kelurahan Manggarai, RW 04, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Latar belakang PT Indosat melaksanakan program CSRnya di daerah tersebut karena Kelurahan Manggarai merupakan daerah yang memiliki standar kualitas hidup yang masih perlu ditingkatkan. Kelurahan ini berada di sepanjang bantaran sungai Ciliwung dan secara rutin menjadi daerah paling parah terkena dampak bencana banjir karena belum memiliki sistem pengendalian dan penanggulangan bencana banjir yang memadai. Tujuan diadakannya program “Kampung Siaga Indosat”

di wilayah tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program pemberdayaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Keberhasilan program ini tergantung dari kerjasama antara perusahaan, pemerintah dan partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat. Tinggi rendahnya partisipasi dalam program “Kampung Siaga Indosat” dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal individu. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini apakah program CSR ”Kampung Siaga Indosat”

yang dilaksanakan oleh PT Indosat bekerjasama dengan PKPU sudah menerapkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat dalam pelaksanaannya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu dirumuskan pertanyaan penelitian antara lain:

1. Bagaimana keragaan CSR PT Indosat dan aspirasi masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan terhadap kegiatan CSR “Kampung Siaga Indosat”?

(25)

2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Manggarai, RW 04, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan terhadap kegiatan CSR “Kampung Siaga Indosat”?

3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program CSR “Kampung Siaga Indosat”?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan keragaan CSR PT Indosat dan aspirasi masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan terhadap kegiatan CSR

“Kampung Siaga Indosat”.

2. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Manggarai, RW 04, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan terhadap kegiatan CSR “Kampung Siaga Indosat”.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam program CSR “Kampung Siaga Indosat”.

4. Mendeskripsikan apakah program CSR ”Kampung Siaga Indosat” yang dilaksanakan oleh PT Indosat bekerjasama dengan PKPU menerapkan prinsip- prinsip pengembangan masyarakat atau tidak dalam pelaksanaannya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan (PT Indosat)

(26)

Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan evaluasi bagi PT Indosat dalam meningkatkan peran tanggung jawab sosial perusahaan sehingga dapat menjadi lebih baik dan dapat bertahan dalam persaingan bisnis dengan perusahaan telekomunikasi lain yang semakin ketat saat ini.

2. Bagi Kalangan Akademisi

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat akan pentingnya kerjasama antara masyarakat dan perusahaan serta partisipasi aktif masyarakat dalam peningkatkan kualitas hidup mereka melalui kegiatan pengembangan masyarakat.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Partisipasi

2.1.1 Konsep Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yang berarti ambil bagian atau melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Menurut Cohen dan Uphoff (1977), partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.

Definisi lain dari partisipasi adalah peluang untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai hasil pembangunan (Sajogyo, 1998). Partisipasi juga diartikan sebagai kemampuan dari masyarakat untuk bertindak dalam keberhasilan (keterpaduan) yang teratur untuk menanggapi kondisi lingkungan sehingga masyarakat tersebut dapat bertindak sesuai dengan logika dari yang dikandung oleh kondisi lingkungan tersebut (Adjid, 1985).

Partisipasi tidak hanya berarti keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriah saja, seperti yang dikemukakan oleh Gordon W. Allport dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Participation (1945) sebagaimana dikutip oleh Sastropoetro (1986), yaitu bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja.

Dengan keterlibatan dirinya, berarti terdapat keterlibatan pikiran dan perasaannya.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Keith Davis dalam bukunya yang berjudul Human Relations at Work sebagaimana dikutip oleh Sastropoetro (1986) yaitu partisipasi

(28)

merupakan keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha yang berangkutan.

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud di sini yaitu pada saat perencanaan suatu kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

Jika dicermati, makna partisipasi berbeda-beda menurut mereka yang terlibat, misalnya antara pengambil kebijakan, pelaksana di lapangan, dan masyarakat. Para ahli telah mampu membuat pengklasifikasian partisipasi. Misalnya, ada yang berpendapat

(29)

bahwa sesungguhnya ada tujuh karakteristik tipologi partisipasi, yang berturut-turut semakin dekat kepada bentuk yang ideal (www.fao.org), yaitu:

1. Partisipasi pasif atau manipulatif. Ini merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah. Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang dan telah terjadi. Pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek tidak memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasaran program. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran belaka.

2. Partisipasi informatif. Di sini masyarakat hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi proses keputusan. Akurasi hasil studi tidak dibahas bersama masyarakat.

3. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, sedangkan orang luar mendengarkan serta menganalisa masalah dan pemecahannya. Dalam pola ini belum ada peluang untuk pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan masyarakat (sebagai masukan) untuk ditindaklanjuti.

4. Partisipasi insentif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan insentif berupa upah walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan.

5. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian proyek setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati. Pada tahap awal,

(30)

masyarakat tergantung kepada pihak luar tetapi secara bertahap kemudian menunjukkan kemandiriannya.

6. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola ini cenderung melibatkan metode interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dan sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol atas pelaksanaan keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.

7. Mandiri (self mobilization). Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka junjung. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumber daya yang diperlukan. Yang terpenting, masyarakat juga memegang kendali atas pemanfaatan sumber daya yang ada dan atau digunakan.

Keith Davis sebagaimana dikutip oleh Sastropoetro (1986) mengemukakan pula bentuk dan jenis partisipasi sebagai berikut:

• Bentuk Partisipasi

1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.

2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.

3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan dari individu/instansi yang berada di luar lingkungan tertentu (dermawan, pihak ketiga).

(31)

4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komunitas (biasanya diputuskan oleh rapat komunitas).

5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat.

6. Aksi massa.

7. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga desa sendiri.

8. Membangun proyek komunitas yang bersifat otonom.

• Jenis Kontribusi Partisipasi

1. Pikiran (psychological participation) 2. Tenaga (physical participation)

3. Pikiran dan tenaga (psychological dan physical participation) 4. Keahlian (participation with skill)

5. Barang (material participation) 6. Uang (money participation).

Partisipasi suatu kelompok masyarakat sebagai partnership sistem adalah hal yang dapat diciptakan. Partisipasi masyarakat dapat tercipta apabila dapat dihidupkan sikap saling percaya antara perangkat kelompok dan anggota kelompok. Sikap penciptaan kondisi saling percaya dan saling pengertian ini pun tidak dapat tumbuh dengan begitu saja, tetapi diperlukan suatu usaha yang membuat masyarakat memiliki pengertian tentang aturan yang dilandaskan pada prinsip saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara aparat dan anggota kelompok masyarakat (Maskun, 1993 sebagaimana dikutip Dianawati, 2004).

(32)

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Pangestu (1995) faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Internal

Yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok.

2. Faktor Eksternal

Meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Tamarli (1994) dalam penelitiannya menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai- nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru.

(33)

Jumlah beban keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota, yang dinyatakan dalam besarnya jumlah jiwa yang ditanggung oleh anggota dalam keluarga. Menurut Ajiswarman (1996), semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya.

Sedangkan menurut Arifah (2002) faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong masyarakat untuk berpartisipasi.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kondisi yang kondusif untuk berpartisipasi.

Kondisi-kondisi tersebut menurut Tonny (2002) antara lain:

1. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka memandang penting issue-issue atau aktivitas tertentu.

2. Masyarakat akan berpartisipasi jika mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu.

3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi dan didukung dalam partisipasinya.

(34)

4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya.

5. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan.

Slamet (1985) sebagaimana dikutip Manembu (2004) menyatakan tentang syarat yang diperlukan agar masyarakat lebih berperan aktif dalam pembangunan, yaitu:

kemauan, kemampuan dan kesempatan. Keberadaan kemampuan, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, terutama faktor-faktor: umur, pendidikan (formal maupun non formal), keterampilan, penghasilan, kelembagaan (formal maupun informal), kepemimpinan (formal maupun informal), budaya lokal (norma, tradisi, adat istiadat) serta pengaturan dan pelayanan pemerintah.

2.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) 2.2.1 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Sampai saat ini belum ada definisi tunggal mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Oleh karena itu, banyak pihak seperti pemerintah, swasta maupun masyarakat masih memahami konsep CSR dengan pandangan yang berbeda-beda. Salah satu definisi CSR menurut Bank Dunia yaitu komitmen bisnis yang memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerja sama dengan para karyawan dan perwakilan mereka, keluarga mereka, baik masyarakat setempat maupun umum untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara- cara yang bermanfaat baik bagi bisnis itu sendiri maupun pembangunan (Majalah Bisnis dan CSR Vol. 1 No. 1, Oktober, 2007, p. 67).

(35)

Definisi lain mengenai CSR menurut Trinidad and Tobacco Bureau Standard, yaitu CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan memberikan kontribusi untuk peningkatan ekonomi seiring dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarga, komunitas dan masyarakat secara lebih luas (Majalah Bisnis dan CSR Vol. 1 No. 1, Oktober, 2007, p. 67). Dari kedua definisi mengenai CSR di atas dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan suatu komitmen yang harus dijalankan oleh suatu perusahaan atau instansi tertentu dalam rangka memberikan kontribusi bagi karyawan maupun masyarakat baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan perusahaan melalui suatu kegiatan yang bermanfaat bagi perusahaan maupun karyawan dan masyarakat.

Selain definisi-definisi yang telah disebutkan di atas, Hasanudin Rachman, Ketua Komite Tetap Hubungan Industrial KADIN juga memberikan pengertian tentang CSR sebagai suatu kegiatan secara sukarela yang mengintegrasikan kepedulian sosial dan lindung lingkungan ke dalam operasi bisnis keseharian dari suatu perusahaan. Definisi lain yang serupa, yang diacu oleh Pertamina, yaitu CSR merupakan tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholder sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, disamping ekonomi (Majalah Bisnis dan CSR Vol. 1 No. 1, Oktober, 2007, p. 68). Jadi, dapat disimpulkan bahwa selain kepada karyawan maupun masyarakat, perusahaan juga mempunyai tanggung jawab sosial terhadap lingkungan alam sekitar.

Kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR dimuat dalam UU PT tentang CSR (UU No. 40 Tahun 2007, Pasal 74) dan juga UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi sebagai berikut:

(36)

a. UU PT TENTANG CSR Pasal 74:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

b. UU NO. 25 TENTANG PENANAMAN MODAL Pasal 15 (b):

Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

Pasal 34:

(1) Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa: (a) peringatan tertulis; (b) pembatasan kegiatan usaha;

(c) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; (d) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

(37)

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(3) Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.2 Strategi Penerapan CSR

Penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tentunya menggunakan strategi yang berbeda-beda, tetapi dalam perbedaan itu mereka merujuk pada konsep yang sama, yaitu konsep triple bottom line yang merupakan buah pemikiran Elkington sebagai dasar pelaksanannya, sehingga meskipun skemanya agak berbeda namun lingkupnya tidak jauh dari lingkup ekonomi, lingkup sosial dan lingkup lingkungan (Wibisono, 2007). Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam Gambar 1. sebagai berikut:

Gambar 1. Konsep Triple Bottom Line sosial (people)

lingkungan ekonomi

(planet) (profit)

(38)

Adapun penerapan CSR menurut Wibisono (2007) yang umumnya digunakan perusahaan-perusahaan antara lain:

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assessement dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. CSR Assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya adalah membangun CSR Manual. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Tahap Implementasi

Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama, yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. Tujuan utama sosialisasi adalah agar progam CSR yang akan diimplementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Sedang internalisasi adalah tahap jangka panjang. Internalisasi

(39)

mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.

4. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Sedangkan mekanisme pelaksanaan program atau kegiatan CSR menurut Wibisono (2007) dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Bottom Up Process

Program berdasar pada permintaan beneficiaries, yang kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan.

2. Top Down Process

Program berdasar pada survey atau pemeriksaan seksama oleh perusahaan yang disepakati oleh beneficiaries.

3. Partisipatif

Program dirancang bersama antara perusahaan dan beneficiaries.

(40)

Perlu ditekankan bahwa manfaat CSR yang dibangun berdasarkan visi tanggung jawab sosial korporat itu memang bisa dipetik kedua belah pihak, yaitu perusahaan dan komunitas. Maka dari itu, penting untuk disadari bahwa program-program CSR bukanlah program dari perusahaan untuk komunitas melainkan program untuk perusahaan dan komunitas.

2.3 Pengembangan Masyarakat (Community Development) 2.3.1 Komunitas sebagai Basis Pengembangan Masyarakat

Komunitas adalah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of common interest), baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial (Nasdian, 2003).

Definisi lain dari komunitas adalah sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu dimana seluruh anggotanya berinteraksi satu sama lain, mempunyai pembagian peran dan status yang jelas, mempunyai kemampuan untuk memberikan pengaturan terhadap anggota-anggotanya (Warren, Cottrell sebagaimana dikutip Rudito dan Budimanta, 2003). Biasanya komunitas dikuatkan oleh hubungan kerabat, hubungan kerja, hubungan profesi.

Kriteria yang utama bagi keberadaan suatu komunitas adalah terdapat hubungan sosial (social relationships) antara anggota suatu kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunitas menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para angotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soekanto, 1990 sebagaimana dikutip Nasdian, 2003).

(41)

2.3.2 Pengertian Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Pengembangan masyarakat adalah suatu gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat (Brokensha dan Hodge, 1969: h. 35 sebagaimana dikutip Adi, 2003).

Definisi lain pengembangan masyarakat menurut Christensen dan Robinson (1980) sebagaimana dikutip Nasdian (2003) adalah “a group of people working together in a community setting on a shared decision to initiate a process to change their economic, social, cultural or environmental situation”.

Menurut Ife (1995), pengembangan masyarakat merupakan suatu proses yang selalu bersumber pada keswadayaan lokal serta mengandung unsur partisipasi sebagai konsep utama dan kemandirian dari warga, sehingga dalam mengevaluasi program community development harus dilihat pada proses sejak perencanaan program hingga hasil. Pengembangan masyarakat sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas:

1. Komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan.

2. Mensinerjikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties) dan partisipasi warga.

3. Membuka akses warga atas bantuan professional, teknis, fasilitas serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga.

4. Mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas.

Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosial. Prinsip-prinsip ini saling terkait

(42)

dalam pelaksanaannya. Sulit sekali menjalankan satu prinsip tanpa mengaitkannya dengan prinsip yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip ini perlu dilakukan agar dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang community worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat pragmatis tetapi juga mempunyai visi jangka panjang. Dalam prakteknya di lapangan, seringkali ditemukan suatu proyek dinamakan sebagai proyek pengembangan masyarakat, namun setelah dipelajari ternyata tidak menganut prinsip- prinsip pengembangan masyarakat.

Menurut Ife (1995) terdapat 22 prinsip pengembangan masyarakat, antara lain Integrated Development (Pembangunan Terpadu), Confronting Structural Disadvantage (konfrontasi dengan kebatilan struktural), Human Rights (Hak Asasi Manusia), Sustainability (Keberlanjutan), Empowerment (Pemberdayaan), The Personal and The Political (Pribadi dan Politik), Community Ownership (Kepemilikan Komunitas), Self Reliance (Kemandirian), Independent from the State (Ketidaktergantungan pada Pemerintah), Imediate Goals and Ultimate Vision (Tujuan dan Visi), Organic Development (Pembangunan bersifat Organik), The Pace of Development (Kecepatan Gerak Pembangunan), External Experties (Keahlian Pihak Luar), Community Building (Membangun Komunitas), Process and Outcome (Proses dan Hasilnya), The Integrity of the Process (Keterpaduan Proses), Non-Violence (Tanpa Kekerasan), Inclusiveness (Inklusif), Consensus (Konsensus), Co-operation (Kerjasama), Participation (Partisipasi), Defining Need (Mendefinisikan Kebutuhan).

Salah satu prinsip yang akan dikaji secara lebih mendalam dalam penelitian ini adalah prinsip partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut

(43)

dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi, dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan dan terlibat dalam pelaksanaan serta evaluasi. Melalui peran serta warga komunitas maka akan diperoleh proses belajar satu sama lain, mereka dapat mengubah secara alamiah kegiatan tradisional yang ekslusif menjadi kegiatan yang partisipatif dan secara sportif mereka dapat menjadi tergantung satu sama lain.

Arti Penting Community Development bagi Perusahaan dan Pemerintah

Menurut Rudito dan Budimanta (2003) ada tiga alasan penting mengapa perusahaan dan pemerintah melakukan kegiatan community development, yaitu:

1. Izin lokal dalam mengembangkan hubungan dengan komuniti lokal. Izin lokal merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan komuniti perusahaan dalam rangka melanggengkan kegiatan di wilayah hak ulayat komuniti lokal sebagai bagian dari masyarakat, sehingga izin lokal mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan legalitas dari Nasional dan Pemerintah Daerah. Dengan izin lokal maka perusahaan dapat meminimalkan resiko pengeluaran biaya yang lebih banyak terhadap kelompok anggota masyarakat yang tergolong miskin yang ada di lokasi.

Artinya perusahaan dan programnya dapat bekerjasama dengan komuniti- komuniti yang ada sehingga dapat ikut terlibat dalam jenis-jenis usaha penunjang perusahaan yang ada, yang pada akhirnya pengeluaran biaya secara donor terhadap anggota masyarakat yang tergolong miskin yang ada di sekitarnya dapat tertanggulangi oleh adanya jasa penunjang ini.

(44)

2. Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program community development. Dengan beradaptasinya perusahaan dengan kehidupan sosial budaya komuniti lokal maka perusahaan dapat memperoleh dan menciptakan strategi pengembangan usahanya melalui kerjasama yang proaktif melalui program community development. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan komuniti lokal dalam community development dapat menciptakan kesempatan usaha yang baru. Terciptanya mata rantai suplai dan usaha diantara keterkaitan komuniti-komuniti yang ada dan perusahaan dapat melanggengkan kehidupan beroperasinya perusahaan.

3. Program community development sebagai cara untuk membantu pemenuhan sasaran usaha. Sasaran-sasaran tersebut termasuk menangani isu pembangunan yang dapat secara langsung berakibat pada usaha perusahaan, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, membangun hubungan positif dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, memfasilitasi konsultasi umum dan komunikasi antara perusahaan dan masyarakat lokal dalam isu-isu usaha.

Jadi, dapat dikatakan bahwa kegiatan pengembangan masyarakat perlu partisipasi aktif dari masyarakat. Dengan demikian, program pengembangan masyarakat yang dijalankan perusahaan nantinya dapat terus berlanjut dan masyarakat menjadi mandiri serta tidak tergantung lagi pada perusahaan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Selanjutnya, salah satu prinsip Community Development (CD) adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan

(45)

peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan dalam proses implementasi serta evaluasi.

Program CSR “Kampung Siaga Indosat” merupakan program pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Manggarai, Jakarta selatan yang meliputi aspek pemberdayaan ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan yang bekerjasama dengan Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU). Tujuan diadakannya program “Kampung Siaga Indosat” adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui program pemberdayaan ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Keberhasilan program “Kampung Siaga Indosat” tergantung dari kerjasama antara perusahaan, pemerintah dan partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat. Tinggi rendahnya partisipasi dalam program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal individu. Faktor internal yang diduga mempengaruhi partisipasi adalah karakteristik individu seperti usia, jumlah beban keluarga, lama tinggal dan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan rendah jika masyarakat hanya tamat sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tingkat pendidikan tinggi jika masyarakat tamat hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) atau bahkan Perguruan Tingggi (PT). Sedangkan faktor eksternal yang diduga mempengaruhi partisipasi adalah metode pelaksanaan kegiatan dan kualitas pelayanan pelaksanaan kegiatan.

Faktor usia diduga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam program

“Kampung Siaga Indosat”, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

(46)

Semakin tua usia seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah.

Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Dalam hal ini, pada program “Kampung Siaga Indosat” terdapat kegiatan pelatihan komputer.

Diduga semakin tua usia, penerimaan terhadap hal baru rendah, yaitu teknologi komputer, sehingga partisipasinya rendah.

Tingkat pendidikan juga diduga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat karena semakin tinggi pendidikan seseorang, maka dia merasa tidak perlu lagi untuk mengikuti kegiatan-kegiatan lain di luar pekerjaannya. Faktor internal lain yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat adalah jumlah beban keluarga dan lama tinggal. Semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga, begitu pula dengan lama tinggal.

Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Hal tersebut juga diduga terjadi pada masyarakat RW 04, Kelurahan Manggarai yang wilayahnya merupakan tempat berdirinya posko “Kampung Siaga Indosat”.

Selain faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Adanya pendamping yang bisa berkomunikasi secara interaktif dengan masyarakat sehubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan diduga akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Begitu pula dengan kualitas pelayanan

(47)

pelaksanaan kegiatan. Kualitas pendampingan yang dilakukan pihak Indosat dan PKPU selama program berlangsung serta kelengkapan fasilitas pendukung kegiatan diduga mempengaruhi partisipasi masyarakat. Jika selalu ada pendamping dalam setiap kegiatan dan fasilitas yang terdapat pada posko “Kampung Siaga Indosat” sudah tersedia lengkap, maka masyarakat pun mempunyai minat yang tinggi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya secara garis besar disajikan pada kerangka pemikiran Gambar 2. berikut ini:

Keterangan: hubungan yang dihipotesiskan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program CSR

“Kampung Siaga Indosat”

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang kuat antara faktor internal dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

Karakteristik Individu:

¾ Umur

¾ Tingkat pendidikan

¾ Jumlah beban keluarga

¾ Lama tinggal

Pelaksanaan Kegiatan “Kampung Siaga Indosat”

¾ Metode pelaksanaan kegiatan

¾ Kualitas pelayanan pelaksanaan kegiatan

Tingkat Partisipasi terhadap Program “Kampung Siaga Indosat”

¾ Tahap pengambilan keputusan (tahap perencanaan program)

¾ Tahap pelaksanaan

¾ Tahap menikmati hasil

¾ Tahap evaluasi

(48)

a. Ada hubungan yang kuat antara usia dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

b. Ada hubungan yang kuat antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

c. Ada hubungan yang kuat antara jumlah beban keluarga dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

d. Ada hubungan yang kuat antara lama tinggal dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

2. Ada hubungan yang kuat antara faktor eksternal dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

a. Ada hubungan yang kuat antara metode kegiatan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

b. Ada hubungan yang kuat antara kualitas pelayanan pelaksanaan kegiatan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”.

2.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam program “Kampung Siaga Indosat” adalah:

• Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam program “Kampung Siaga Indosat”. Faktor internal meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, dan lama tinggal.

(49)

• Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika diwawancarai.

Rentang usia diukur dalam jumlah tahun berdasarkan sebaran yang didapat dari rata-rata data lapang.

Tua : ≥ 33 tahun Muda : < 33 tahun

• Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir dan dengan acuan dasar wajib belajar sembilan tahun.

Tinggi : > SMP Rendah : ≤ SMP

• Jumlah beban keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami/istri, anak-anak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi menjadi tanggungan responden.

Diukur dengan jumlah jiwa dan dengan dasar acuan standard BKKBN yaitu dua anak cukup.

Besar : > 4 orang Kecil : ≤ 4 orang

• Lama tinggal yaitu lamanya responden tinggal di tempat ini sampai dengan dilakukan wawancara. Diukur dengan satuan tahun. Tinggi rendahnya akan didapat dari rata-rata data lapang.

Tinggi : ≥ 27 tahun Rendah : < 27 tahun

(50)

• Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar responden yang dapat memotivasi atau mendorong responden untuk berpartisipasi dalam kegiatan

“Kampung Siaga Indosat”. Faktor eksternal meliputi metode kegiatan dan pelayanan pelaksanaan kegiatan.

• Metode kegiatan adalah pandangan responden mengenai bagaimana cara penyampaian informasi dalam kegiatan “Kampung Siaga Indosat”. Diukur berdasarkan skor total yang didapat. Pengukuran yang digunakan yaitu satu arah dan dua arah. Metode kegiatan yang dua arah menerapkan proses tanya jawab antara pendamping dan warga dalam setiap pelaksanaan kegiatan “Kampung Siaga Indosat”. Untuk jawaban “ada” diberi nilai 2 dan untuk jawaban “tidak”

diberi nilai 1 untuk masing-masing pertanyaan.

Metode dua arah yaitu skor 5-6 Metode satu arah yaitu skor 3-4

• Kualitas pelayanan pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden tentang: 1) Kualitas pendampingan yang dilakukan oleh pihak Indosat dan PKPU selama program berlangsung 2) Kelengkapan fasilitas yang mendukung program

“Kampung Siaga Indosat”. Diukur berdasarkan skor yang didapat. Skor tertinggi tiap pertanyaan yaitu bernilai 2 dan skor terendah bernilai 1. Pengukurannya yaitu baik dan buruk. Ada 3 pertanyaan yang menjaring pandangan responden tentang kualitas pendampingan dan 2 pertanyaan yang menjaring kelengkapan fasilitas yang mendukung program “Kampung Siaga Indosat”.

Kualitas pelayanan baik yaitu skor 8-10 Kualitas pelayanan buruk yaitu skor 5-7

(51)

• Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam semua tahapan kegiatan kelompok yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

• Tahap perencanaan, dinyatakan sebagai keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat penyusunan rencana suatu kegiatan. Pada tahap perencanaan yang dinilai adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut.

Skor tertinggi tiap pertanyaan yaitu bernilai 3 dan skor terendah bernilai 1. Jika kehadiran dalam rapat tersebut > 2 kali diberi nilai 3, jika kehadirannya ≤ 2 kali diberi nilai 2 dan jika tidak pernah hadir dalam rapat diberi nilai 1. Untuk keaktifan dalam rapat, jika dia hanya hadir diberi nilai 1, jika dia hadir dan bertanya atau memberi usul/pendapat diberi nilai 2 dan jika dia hadir, bertanya, memberi usul/pendapat dan usul/pendapat diterima diberi nilai 3.

Partisipasi tinggi yaitu skor 5-6 Partisipasi rendah yaitu skor 2-4

• Tahap pelaksanaan, dinyatakan dalam keikutsertaan dan keaktifan pada pelaksanaan kegiatan “Kampung Siaga Indosat”. Partisipasi pada tahap pelaksanaan diukur berdasarkan banyaknya kegiatan yang diikuti responden pada

”Kampung Siaga Indosat” serta kehadiran/keaktifan dalam tiap-tiap kegiatan tersebut.

Partisipasi tinggi yaitu skor 17-23 Partisipasi rendah yaitu skor 9-16

(52)

• Tahap menikmati hasil yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari program “Kampung Siaga Indosat”. Partisipasi pada tahap menikmati hasil diukur dari manfaat/keterampilan yang didapat oleh responden dari adanya kegiatan “Kampung Siaga Indosat” serta bagaimana dia menerapkan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Skor tertinggi tiap pertanyaan bernilai 2 dan skor terendah bernilai 1. Jika responden menjawab mendapatkan manfaat/keterampilan dari adanya “Kampung Siaga Indosat” dan menerapkan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing diberi nilai 2. Jika responden menjawab tidak mendapatkan manfaat/keterampilan diberi nilai 1 Partisipasi tinggi yaitu skor 7-8

Partisipasi rendah yaitu skor 4-6

• Tahap evaluasi, yaitu keikutsertaan responden dalam mengevaluasi kegiatan. Jika responden ikut mengevaluasi dan membuat laporan secara lisan/tulisan, masing- masing diberi nilai 2. Jika responden tidak ikut mengevaluasi dan tidak membuat laporan secara lisan/tulisan, masing-masing diberi nilai 1.

Partisipasi tinggi yaitu skor 4 Partisipasi rendah yaitu skor 2-3

Penilaian terhadap partisipasi secara keseluruhan diukur melalui keikutsertaan responden pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi serta berdasarkan jumlah skor yang didapat pada tahap-tahap tersebut. Sehingga tingkat partisipasi dapat dikategorikan menjadi:

Tinggi, yaitu skor 29-41 Rendah, yaitu skor 17-28

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data-data kualitatif. Pendekatan kuantitaif dilakukan melalui metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survai dilakukan dengan maksud untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa yang dikategorikan sebagai penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory) (Singarimbun, 1989). Hubungan kausal yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan partisipasi masyarakat dalam program “Kampung Siaga Indosat”.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan yang merupakan wilayah didirikannya posko Kampung Siaga Indosat.

Lokasi tersebut dipilih karena merupakan wilayah pertama yang ditetapkan oleh PT Indosat dalam menjalankan salah satu program CSRnya yaitu Indosat Peduli. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap yang dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2008. Tahap pertama yaitu pengumpulan literatur. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian. Tahap ketiga yaitu pengumpulan data untuk pencapaian tujuan penelitian. Sedangkan penelitian tahap keempat yaitu pengolahan data sampai penyelesaian draft penelitian.

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program CSR
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 6. Karakteritik Responden Berdasarkan Metode Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

sekolah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran

Merkityksen muutos, sekä kytkentä väestöön ja maatalouteen vuoden 1975 jälkeen.. Olli Wuori ja

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara durasi bermain game online dengan kualitas tidur pada anak usia remaja.. Metode : Penelitian ini menggunakan

(2) Proses geomorfik yang mempengaruhi terhadap perubahan garis pantai adalah angin, gelombang dan arus dengan dominasi arah dari tenggara sampai barat daya (angin dan

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan antara sikap tenaga kesehatan terhadap pengelolaan limbah medis padat di Puskesmas Konawe Utara tahun

Menurut William pendekatan kualitatif adalah “pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti

Pada rancangan ketel uap pipa api mini dari PDP 1 (2014) bahwa laju aliran kalor pada pipa api belum dilakukan analisa teoritis, untuk itu perlu dilakukan