PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI) PT CHEVRON GEOTHERMAL
3. Kegiatan Penunjang Lainnya
Pada tahap perencanaan terdapat usulan untuk membangun PSP (Permanent Sample Plot) seluas 1 ha di area koridor Halimun-Salak sebagai
‘scientific model’ sekaligus sumber bibit. Namun hingga berakhirnya periode
program ini, kegiatan ini belum terealisasi.
Pada 14 Juni 2013 diadakan diskusi di BTNGHS terkait dengan hasil investigasi pembalakan pohon di wilayah Garehong. Hadir dalam diskusi yaitu RMI, Kehati, dan perwakilan masyarakat Kp.Padajaya. Hal penting yang disepakati dalam diskusi bahwa perlu keterbukaan informasi semua dan antar pihak khususnya yang berada di wilayah koridor Halimun-Salak.
Pada Juni 2013 juga diadakan pertemuan antara RMI dengan BTNGHS untuk mengkoordinasikan kegiatan yang dilakukan RMI di wilayah Halimun- Salak. Dalam pertemuan ini juga sekaligus perkenalan formal dengan Kepala Resort Gunung Butak yang baru (per 1 Juni 2013). Hasil pertemuan ini akan ditindaklanjuti dengan diskusi penyusunan rencana kerja antara BTNGHS dengan RMI di wilayah Halimun-Salak agar kerja-kerja kegiatan dapat lebih sinergis. Namun diskusi ini belumterlaksana sehubungan dengan adanya pergantian Kepala BTNGHS per akhir Juli 2013 dan akhirnya pertemuan ini terlaksana pada tanggal 25 Sepetember 2013 di Kantor BTNGHS Kabandungan.
Ada inisiasi usaha budidaya jamur tiram yang dilakukan secara swadaya oleh masyarakat Kp.Padajaya yang dimulai sejak akhir Juli 2013. Masyarakat secara swadaya membuat saung (rumah jamur) yang terbuat dari bilik bambu. Baglog (media untuk menumbuhkan jamur tiram) dari campuran limbah serbuk gergaji, dedak dan kapur pertanian. Sayangnya, usaha budidaya jamur tiram ini belum berjalan baik karena ternyata butuh keahlian khusus (pengalaman) untuk merawat jamur ini dan budidaya jamur ini baru pertama kalinya dilakukan oleh masyarakat.
Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.
Monitoring dan evaluasi pernah dilakukan oleh tim GCI Kehati sekaligus pencacahan pohon yang dilakukan pada bulan November 2013, diperoleh bahwa jumlah tanaman yang hidup di areal restorasi Kp. Padajaya hanya sejumlah 11.400 atau setara dengan 39% dari 29.046 pohon. Sehingga perlu untuk dilakukan replanting di blok Palahlar dan Cimapag sebanyak 17.646 bibit. Namun pada saat crosscheck ke lapangan pada awal Desember 2013, tim RMI dan masyarakat menemukan kembali pohon-pohon yang luput dari tim pencacah Kehati, sejumlah 975 pohon.
Tahap evaluasi dilakukan beberapa kali, evaluasi biasanya dilakukan pada saat pelaksanaan program telah selesai dilakukan. Pihak yang hadir diantaranya masyarakat, RMI, Cevron, KEHATI dan BTNGHS. Hasil evaluasi menghasilkan pembelajaran dan tantangan untuk implementasi program GCI pada tahun berikutnya. hasil evaluasi tersebut diantaranya :
1. Tantangan dan Kendala
Tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu:
a. Komunikasi multipihak untuk menyamakan persepsi bukanlah hal yang mudah. Menyatukan pemahaman dan perbedaan memang biasa, namun menjadi tantangan tersendiri bagi tim untuk menemukenali dan membaca karakter penerima manfaat secara langsung (masyarakat) serta pihak pendukung lainnya, seperti BTNGHS, Resort Gunung Butak, Pemerintah Desa Purwabhakti.
b. Koordinasi multipihak secara intensif dan efektif tetap harus dijaga. Mengingat menguatnya informasi sepihak yang diterima masyarakat dari pihak tertentu yang terkait dengan besaran dana pembiayaan proyek tanpa diimbangi dengan informasi yang utuh. Informasi yang tidak utuh, holistic dan logis akan berpengaruh terhadap pelaksanaan proyek.
c. Di dalam internal tim kerja, rasa tidak percaya diantara tim, turunnya semangat dan motivasi diri menjadi tantangan dan kendala yang cukup berpengaruh terhadap perjalanan program. Menjaga kepercayaan serta berbagi tugas dengan baik untuk menjalankan kesepakatan menjadi tantangan yang dihadapi tim.
d. Mendorong dan memperkuat masyarakat dalam mengelola area restorasi terutama agar masyarakat pun memiliki posisi tawar yang kuat mengingat mereka sudah tinggal di wilayah kampungnya sejak lama dan membutuhkan penghidupan yang lebih baik di masa mendatang.
e. Kesepakatan dengan BTNGHS (termasuk Resort Gn.Butak) pada Juni 2013 akan menyusun agenda bersama terkait kerja di area koridor Halimun-Salak agar dapat bersinergi secara lebih baik. Adanya pergantian personel yang cepat, terutama di Resort Gn.Butak memberikan tantangan tersendiri bagi tim (Kepala BTNGHS juga mengalami pergantian per Agustus 2013).
f. Komitmen dukungan Pemerintah Desa belum terealisasi dengan baik. Proses komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah desa pun harus diperbaiki.
2. Pembelajaran dan Rekomendasi
Pembelajaran dalam proses kegiatan ini yaitu:
a. Mempertajam substansi tentang konsep restorasi menjadi penting bagi seluruh stakeholder dalam program GCI ini, misalnya perbedaan konsep jarak tanam dan proses pemeliharaan tanaman. Hal ini penting sebagai bentuk peningkatan kapasitas tim kerja.
b. Pemetaan area restorasi semestinya dilakukan sebelum kegiatan penanaman sehingga plot area restorasi sudah jelas dan disepakati bersama dengan pihak lain (terutama BTNGHS). Hal ini untuk menghindari kesulitan koordinasi untuk overlay peta, selain itu untuk memudahkan bagi masyarakat ketika ingin menyusun rencana pemeliharaan dan pengelolaannya.
c. Kombinasi kegiatan teknis dan non teknis dapat dimanfaatkan secara sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Penanaman, pengadaan air bersih, pemetaan, kerajinan tangan merupakan kegiatan teknis yang dapat menyeimbangkan kegiatan pengkayaan wawasan (non teknis) seperti dalam SLR dan penyusunan konsep RTRK.
d. Berhadapan dengan masyarakat perlu ketegasan dan ‘tidak romantis’. Perlu ada sinergis yang baik dan contoh perilaku yang konsisten dari pendamping masyarakat pada kelompok masyarakat yang didampingi. e. Di tingkat tim kerja GCI (RMI dan KEHATI) perlu bersama-sama
membangun kesepakatan mekanisme dan etika berkomunikasi, baik di tim maupun di lapangan (masyarakat), serta tetap menjaga kepercayaan
dan kerjasama untuk saling memperkuat substansi dan teknis serta pola- pola pemberdayaan masyarakat.
Tahap Pelaporan
Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. RMI membuat laporan implementasi program GCI dan diserahkan kepada KEHATI. Sedangkan KEHATI membuat laporan yang kemudian diserahkan kepada pihak Chevron dan BTNGHS.
Keterlibatan dan Kerjasama Para Stakeholder
Dalam implementasi program, keberhasilan atau pun kegagalan tergantung pada pengelolaannya. Keterlibatan dan kerjasama berbagai pihak tentunya diharapkan dapat membantu keberhasilan proyek dengan sangat baik. Proses Implementasi program GCI yang berjalan di Desa Purwabakti tidak dipungkiri melibatkan banyak pihak yang mendukung dalam prosesnya. Stakeholder kunci dalam proses implementasi program GCI diantaranya: