• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PENGUATAN PRINSIP KEMITRAAN DENGAN TINGKAT PARTISIPAS

STAKEHOLDER

Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan

Program GCI dalam pelaksanaannya membutuhkan kerja sama antar pihak. Prinsip kemitraan yang dimiliki dalam hubungan kerja sama antar stakeholder menjadi sangat penting untuk menilai kerja sama antar pihak. Dalam penelitian ini prinsip kemitraan yang di analisis dalam kerja sama antar stakeholder pada Program GCI di antaranya adalah adanya kesetaraan atau keseimbangan, transparansi dan saling menguntungkan.

Kesetaraan atau keseimbangan (equity)

Prinsip kesetaraan dalam penelitian ini merupakan pandangan responden mengenai adanya kesamaan kesempatan, saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya dalam hubungan kemitraan. Tingkat kesetaraan atau keseimbangan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam bentuk kerja sama. Hasil penelitian terkait pandangan responden mengenai adanya prinsip kesetaraan atau keseimbangan dalam implementasi Program GCI akan disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Persentase pandangan responden terkait prinsip kesetaraan

Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 33 responden, 97% persen menganggap prinsip kesetaraan tinggi, dan 3% rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat penguatan prinsip kesetaraan didominasi oleh kategori tinggi. Rincian jumlah responden terkait prinsip kemitraan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip kesetaraan Prinsip kesetaraan Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 32 97 Rendah 1 3 Total 33 100 Rendah 3% Tinggi 97%

Pada Program GCI semua pihak yang terlibat saling dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan keputusan yang dibuat didiskusikan secara bersama. Dalam rapat koordinasi antar pihak yang melibatkan Chevron, KEHATI, RMI, BTNGHS dan masyarakat, setiap pihak diberikan kesempatan untuk berpendapat. Pendapat yang dikemukakan oleh suatu pihak akan di hargai oleh pihak lain. Seperti halnya dalam rapat yang membicarakan masalah teknis penanaman, masing – masing pihak seperti BTNGHS dan KEHATI memiliki cara penentuan jarak tanam yang berbeda. Dalam rapat didiskusikan bersama, hingga mencapai hasil kesepakatan bersama. Hal ini menggambarkan bahwa terdapat kesetaraan dalam mengemukakan pendapat. Hal tersebut menjadi poin penting sebagai alasan tingginya pandangan responden terait prinsip kesetaraan. Berikut hasil wawancara kepada informan terkait prinsip kesetaraan:

“...Setiap kesepakatan yang dibuat berdasarkan keputusan bersama, seperti halnya pihak Chevron tidak dapat membuat keputusan sendiri tanpa adanya persetujuan dari pihak BTNGHS...” Bapak WS (Lampiran 5)

“...Masing-masing pihak yang terlibat dalam Program GCI, mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang setara sesuai dengan tupoksinya masing – masing...” Bapak DS (Lampiran 5)

Transparansi

Prinsip transparansi dalam penelitian ini merupakan pandangan responden mengenai keterbukaan tiap – tiap stakeholder dalam memberikan informasi terkait pelaksanaan Program GCI. Hasil penelitian terkait pandangan responden mengenai adanya prinsip transparansi dalam Program GCI akan disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Persentase pandangan responden terkait tingkat trasparansi stakeholder Gambar 5 menunjukkan bahwa dari 33 responden, paling banyak responden menganggap tingkat transparansi stakeholder yaitu dalam kategori rendah sekitar 76%. Sedangkan responden dengan kategori prinsip transparansi tinggi sekitar 24%. Merujuk pada Gambar 5 dapat disimpulkan bahwa prinsip

Rendah 76% Tinggi

transparansi menurut pandangan responden paling banyak dalam kategori rendah. Rincian pandangan responden terkait prinsip transparansi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat transparansi

Prinsip transparansi Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 8 24

Rendah 25 76

Total 33 100

Tingkat transparansi sering kali diidentikkan dengan masalah keuangan. Dana Program GCI dari Chevron di berikan kepada KEHATI untuk dikelola. KEHATI sendiri mengakui sudah bertindak transparan dan laporan terkait dana sudah diberikan, terutama kepada Chevron.

“...Apakah harus setransparan itu, apakah harus diperlihatkan kepada semua pihak?.. Apakah boleh orang melihat pembukuan

kita?”. Setiap tahun KEHATI pun di audit dan nilainya juga tidak

menjadi masalah. Dalam transparansi juga ada batasan, dan dapat ditujukan pada tingkat mana. Kewajiban KEHATI sendiri memberikan report kepada Chevron, tentu dengan format yang berbeda untuk laporan kepada yang lainnya...” Bapak MS (Lampiran 5)

Masyarakat peserta program merasa sebaliknya, masyarakat menganggap tidak mengetahui secara persis dana yang dianggarkan baik oleh RMI maupun KEHATI sendiri. Masyarakat tidak dilibatkan dalam perencanaan anggaran, mereka menerima dana yang sudah dianggarkan.

“...Kalau masalah dana kita (masyarakat) enggak tahu yang diberikan kepada RMI berapa.. kita pernah menanyakannya.. mereka (RMI) bilang dana yang dikeluarkan juga banyak buat ini itu.. tapi tidak pernah disebutkan persisnya berapa...” Ibu J (Lampiran 5)

“...Pada perancangan biaya awal masyarakat tidak dilibatkan karena jika masyarakat tahu nanti orientasinya akan berubah lebih berfokus pada uang bukan kemandirian, terlebih lagi dana yang dianggarkan sangat besar.. Transparan tidak mesti telanjang...” Bapak WS (Lampiran 5)

Di sisi lain, masyarakat sendiri kurang transparan dalam masalah bibit, bibit yang ditanam tidak sesuai dengan perencanaan pada awalnya. RMI mengakui bahwa kondisi pendamping pada saat itu kurang memungkinkan untuk terlibat langsung pada waktu penanaman. Pada akhirnya hal tersebut menjadi persoalan yang berakibat dilakukannya penanaman ulang. Penanaman ulang tersebut menggunakan dana RMI sebagai bukti tanggung jawab RMI itu sendiri.

“...Kesalahan tersebut (hilangnya bibit) mungkin juga terjadi karena masyarakat baru pertama kali menerima uang besar sehingga terlihat

agak “main – main”.. Namun sekarang sudah dapat dipastikan

jumlah pohon sesuai dengan data sekarang.. Karena kondisi pendamping yang kurang memungkinkan sehingga terjadi kejadian tersebut, biasanya RMI ikut mendampingi pada saat penanaman bahkan ikut serta menanam...” Ibu N (Lampiran 5)

Dalam hal ini transparansi masih dibilang perlu ditingkatkan karena masih terdapat kecurigaan antar pihak yang mungkin diakibatkan oleh komunikasi dan penyampaian informasi yang kurang baik.

Saling Menguntungkan

Prinsip saling menguntungkan merupakan pandangan responden mengenai manfaat dalam kemitraan yang terjalin di antara stakeholder terutama dalam proses implementasi program GCI. Hasil penelitian terkait pandangan responden mengenai adanya prinsip saling menguntungkan dalam proses implementasi program GCI akan disajikan dalam gambar 6.

Gambar 6 Pandangan responden terkait prinsip saling menguntungkan Gambar 6 menunjukkan dari 33 responden, 91% responden menyatakan bahwa prinsip saling menguntungkan dalam kategori tinggi. Sedangkan 9% responden menyatakan prinsip saling menguntungkan dalam kategori rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pandangan responden terkait prinsip saling menguntungkan paling banyak pada kategori tinggi. Rincian pandangan responden terkait prinsip saling menguntungkan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip saling menguntungkan

Prinsip saling menguntungkan Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 30 91 Rendah 3 9 Total 33 100 Rendah 9% Tinggi 91%

Pihak yang terlibat dalam program GCI pada umumnya sudah merasakan manfaat dari pelaksanaan program GCI. Hal ini membuat kerja sama antar pihak yang dapat dikatakan baik. Masyarakat sendiri merasakan manfaat baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Manfaat jangka pendek yang diterima dan diakui oleh masyarakat yaitu adanya manfaat ekonomi baik dari hasil penjualan bibit maupun upah penanaman dan perawatan. Sedangkan untuk jangka panjang masyarakat sendiri mengakui program GCI bermanfaat untuk kelestarian hutan, yang pada akhirnya berguna bagi anak cucu mereka.

“...Untuk manfaat Alhamdulillah ada, karena kalau dibiarkan saja gunung akan gundul. Kemanfaatannya untuk masa depan, apalagi jika pertumbuhan kayunya bagus, tapi itu semua tergantung perawatan.. bapak sendiri merasakan manfaatnya baik jangka pendek, untuk makan sehari – hari dan apalagi untuk masa depannya, lumayan untuk anak cucu...” Bapak U (Lampiran 5)

RMI, KEHATI dan BTNGHS juga merasakan manfaat pelaksanaan program GCI yaitu sebagai pencapaian visi dan misi organisasi mereka. Sedangkan untuk Chevron sendiri manfaatnya adalah untuk kelanjutan perusahaan Chevron sendiri karena dengan dilakukannya penanaman hutan akan semakin baik, hutan yang bagus akan menghasilkan geotermal yang lebih baik. Di samping itu, program GCI juga bermanfaat untuk meningkatkan citra perusahaan.

Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan

Berikut hasil penelitian tingkat penguatan prinsip kemitraan dalam pengimplementasian program GCI (Green Corridor Initiative), setelah melakukan penelitian untuk mengetahui jumlah dan Persentase tingkat penguatan prinsip kemitraan yang akan disajikan dalam Gambar 7.

Gambar 7 Persentase pandangan responden berdasarkan tingkat penguatan prinsip kemitraan

rendah 9%

Tinggi 91%

Berdasarkan Gambar 7, di peroleh data bahwa pandangan responden terhadap penguatan prinsip kemitraan 91% dalam kategori kuat, sedangkan untuk kategori lemah sekitar 9%. Pandangan responden terkait penguatan prinsip kemitraan yang sebagian besar dalam kategori kuat disebabkan oleh tingginya pandangan responden tentang adanya prinsip kesetaraan dan prinsip saling menguntungkan. Rincian pandangan responden terkait prinsip transparansi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait penguatan prinsip kemitraan

Penguatan prinsip kemitraan Jumlah responden (n) Persentase (%)

Kuat 30 91

Lemah 3 9

Total 33 100

Tingkat Partisipasi Stakeholder

Menurut Nasdian (2014), dalam bentuk collaboratif patnership terdapat beberapa syarat yang dapat dijadikan indikator atau alat ukur tingkat partisipasi stakeholder itu sendiri, yaitu adanya pertukaran informasi, resources sharing, meningkatkan kapasitas, dan membangun kepercayaan.

Pertukaran Informasi

Pertukaran informasi dalam penelitian ini merupakan pandangan responden terkait adanya pertukaran informasi antar stakeholder yang ditandai dengan adanya komunikasi antar stakeholder terutama mengenai peran dan pengetahuan yang dimiliki masing - masing stakeholder. Misalnya para stakeholder saling bertukar informasi terkait kebutuhan dan sumberdaya yang mereka miliki untuk memenuhi tujuan bersama. Hasil penelitian terkait pandangan responden mengenai adanya pertukaran informasi dalam proses implementasi Program GCI akan disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 8 Persentase pandangan responden terkait tingkat pertukaran informasi Rendah

36%

Tinggi 64%

Gambar 8 menunjukkan bahwa dari 33 responden, 64% responden memandang tingkat pertukaran informasi dalam program GCI termasuk ke dalam kategori tinggi dan 36% dalam kategori rendah. Merujuk pada Gambar 8 dapat disimpulkan bahwa pandangan responden terkait adanya pertukaran informasi dalam proses implementasi program GCI paling banyak dalam kategori sedang. Rincian pandangan responden terkait tingkat pertukaran informasi dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat pertukaran informasi

Pertukaran informasi Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 21 64

Rendah 12 36

Total 33 100

Pertukaran informasi atau koordinasi antar stakeholder sering kali menjadi kendala dalam suatu kerja sama antar pihak. Seperti halnya dalam pelaksanaan Program GCI ini, koordinasi menjadi kendala dan sekaligus menjadi tantangan untuk pelaksanaan program GCI pada tahun berikutnya. Contohnya pihak BTNGHS merasa KEHATI kurang koordinasi dengan langsung ke masyarakat tanpa berkoordinasi dengan pihak BTNGHS.

“...Dalam pelaksanaan terdapat kendala, namun tidak signifikan.. Kendala yang dirasakan adalah terkait komunikasi, pada aspek

tertentu terdapat “miss” antar pihak. Seperti halnya KEHATI kadang

langsung terjun kemasyarakat tanpa melibatkan BTNGHS...” Bapak WS (Lampiran 5)

“...Komunikasi dengan pihak balai terkadang stuck, dan pergantian kepala balai menjadi salah satu yang menjadi kendala. Dengan adanya pergantian kepala balalai memerlukan audiensi kembali.. Dalam program ini mungkin KEHATI kurang koordinasi dengan pihak balai, akhibatnya program menjadi freezing dan perlu

dibicarakan kembali.. Taman nasional menginginkan “hal yang

lebih” karena tahu aliran dana yang cukup besar...” Ibu N (Lampiran

5)

“...Untuk LSM KEHATI sempat dengar tapi belum tahu dengan pasti...” Bapak AS (Lampiran 5)

“...Dalam pelaksanaan program, KEHATI berkomunikasi dengan seluruh pihak, tergantung pada konteksnya...” Bapak MS (Lampiran 5)

Dalam internal RMI juga terjadi kurangnya koordinasi, yaitu pendamping masyarakat yang tidak mendampingi masyarakat pada waktu penanaman. Di Desa Purwabakti sendiri RMI menempatkan dua orang pendamping, pendamping

tersebut bertugas untuk mendampingi masyarakat dalam proses implementasi program GCI. Pada saat penanaman, kedua orang tersebut tidak dapat mendampingi pada saat penanaman, karena yang satu sedang hamil dan satu lagi sedang ada tugas di lain tempat, sehingga mereka tidak dapat terlibat langsung pada saat penanaman.

Proses pertukaran informasi antar masyarakat dapat dibilang berjalan dengan lancar. Hal ini disebabkan masyarakat yang terlibat menjadi peserta program masih terikat kekeluargaan, dan jarak antar penerima program pun masih dibilang dekat, sehingga informasi terkait proses implementasi program mudah untuk disampaikan. Mudahnya masyarakat untuk memperoleh informasi dari masyarakat lain inilah yang menyebabkan responden menganggap tingkat pertukaran informasi dalam kategori tinggi, walaupun realitanya pertukaran informasi antar stakeholder lain masih menjadi kendala.

Resources Sharing

Resources sharing dalam penelitian ini merupakan pandangan responden mengenai adanya sharing akan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu stakeholder terhadap stakeholder lainnya, khususnya dalam proses implementasi program GCI. Hasil penelitian terkait pandangan responden mengenai adanya resources sharing dalam proses implementasi program GCI disajikan dalam Gambar 9.

Gambar 9 Persentase pandangan responden terkait resources sharing

Gambar 9 menunjukkan bahwa seluruh responden memandang bahwa resources sharing dalam pengimplementasian program GCI termasuk ke dalam kategori tinggi. Rincian pandangan responden terkait prinsip resources sharing dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait resources sharing

Resources sharing Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 33 100 Rendah - - Total 33 100 Rendah 0% Tinggi 100%

Dalam pelaksanaan program GCI masing – masing pihak saling berbagi akan sumberdaya yang dimilikinya. Kontribusi Chevron dalam proses implementasi program GCI berbentuk dana, dana yang dialokasikan untuk proses implementasi program GCI bisa dibilang besar.

“...Kita (Chevron) melakukan GCI sejalan atau mendukung rencana aksi.. kolaborasi Chevron dengan KEHATI untuk mendukung GCI itu sekitar 80% lebihnya didanai oleh Chevron sisanya KEHATI.. untuk yang sifatnya Monitoring dan pendampingan itu Taman Nasional...” Bapak DS (Lampiran 5)

Masyarakat menyumbangkan tenaga dan pengetahuan lokalnya, RMI dan KEHATI menyumbangkan pengetahuan dan tenaga untuk mengelola program, sedangkan BTNGHS memediasi, menyumbangkan pengetahuan dan memberikan izin dalam pelaksanaan program.

“...Peran RMI sudah jelas yaitu implementor dalam artian pendamping masyarakat, sedangkan KEHATI sebagai bridging yang menjembatani antar pihak seperti antara kita (RMI) dengan

Chevron...” Ibu N (Lampiran 5)

“...KEHATI merupakan Grand Making Institution yaitu sebagai pengelola dan menyalurkan program kepada mitra serta memastikan berjalannya program dengan baik...” Bapak MS (Lampiran 5)

Meningkatkan Kapasitas (Capacity Building)

Meningkatkan kapasitas (capacity Building) dalam penelitian ini merupakan pandangan responden terkait adanya peningkatan kapasitas antar stakeholder, khususnya dalam proses implementasi program GCI. Hasil penelitian terkait peningkatan kapasitas akan disajikan dalam Gambar 10.

Gambar 10 Persentase pandangan responden terkait peningkatan kapasitas Rendah

15%

Tinggi 85%

Gambar 10 menunjukkan bahwa dari 33 responden, 85% diantaranya menganggap peningkatan kapasitas dalam kategori tinggi dan 15% dalam kategori rendah. Merujuk pada Gambar 9 dapat disimpulkan bahwa pandangan responden terkait peningkatan kapasitas antar stakeholder didominasi oleh kategori tinggi. Rincian pandangan responden terkait peningkatan kapasitas dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait resources sharing

Peningkatan kapasitas Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 28 85

Rendah 5 15

Total 33 100

Program GCI sebenarnya memiliki manfaat yang salah satunya yaitu meningkatkan kapasitas para pihak yang terlibat dalam program. Para stakeholder yang terlibat menganggap program GCI khususnya pada tahun pertama, menghasilkan pembelajaran bagi mereka. Bagi masyarakat melalui SLR, pengetahuan mereka meningkat terutama terkait restorasi dan kepedulian terhadap hutan.

“...Karena mungkin mereka (masyarakat) juga baru kenal istilah restorasi itu ya di sini (melalui SLR).. sebelumnya ya nanem aj.. penanaman lahan kritis.. atau mungkin mereka kenal adopsi pohon

namun untuk mengenal restorasi ya di sini..” Ibu N (Lampiran 5)

“...Leweung hejo masyarakat ngejo, leuweng rusak masyarakat belangsak.. jika kekurangan air maka ditambah lagi (penanaman) jika ditanami lagi mudah – mudahan airnya banyak lagi.. bapak tahunya itu ya dari SLR...” Bapak AM (Lampiran 5)

Bagi RMI sendiri, program GCI menjadi pelajaran yang bagus. Pelajaran yang bagus tersebut terutama pada kejadian hilangnya bibit. Peristiwa hilangnya bibit karena RMI merasa terjadi koordinasi yang kurang baik di dalam internal RMI sendiri.

“...Hal ini (hilangnya bibit) menjadi pelajaran bagus bagi kami (RMI) dan kami baru pertama kali mengalami kejadian begini.. karena kami baru kali ini ada program nanem yang memang ada uangnya.. karena biasanya kami nanem ya nanem secara swadaya...” Ibu N (Lampiran 5)

Selain itu bagi Chevron sendiri, terkait koordinasi dan komunikasi menjadi bahan evaluasi di tahun 2013 yang sekaligus menjadi pembelajaran dan tantangan untuk pelaksanaan program GCI ditahun kedepannya. Program yang dijalankan dengan bermitra bersama pihak ketiga, cenderung pihak ketiganya tersebut yang

lebih dikenal. Kondisi seperti ini menjadikan pembelajaran bagi Chevron, dan pada tahun selanjutnya akan dilakukan pendekatan yang berbeda.

Masyarakat setelah adanya program GCI pun memandang terjadi perubahan pada pendekatan BTNGHS. Pihak BTNGH setelah adanya program GCI menjadi lebih besahabat dengan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh BTNGHS yang dulunya cenderung kaku dan keras, sekarang menjadi lebih lunak namun tetap tegas.

Pembangun Kepercayaan (Trust Building)

Pembangunan kepercayaan dalam penelitian ini merupakan pandangan responden mengenai adanya kepercayaan antar stakeholder, yang diawali dengan rasa saling mengenal, percaya hingga menghormati antar stakeholder. Hasil penelitian terkait pembangunan kepercayaan dalam proses implementasi program GCI akan disajikan dalam Gambar 11.

Gambar 11 Persentase pandangan responden terkait peningkatan kepercayaan Gambar 11 menunjukkan bahwa dari 33 responden, 70% diantaranya menganggap peningkatan kepercayaan dalam kategori tinggi dan 30% menganggap rendah. Merujuk pada Gambar 10 dapat disimpulkan bahwa menurut pandangan responden pembangunan kepercayaan yang terjadi dalam proses implementasi program GCI paling banyak responden dalam kategori tinggi. Rincian pandangan responden terkait peningkatan kepercayaan dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait peningkatan kepercayaan

Peningkatan kepercayaan Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 23 70

Rendah 10 30

Total 33 100

Kepercayaan merupakan hal yang fundamental dalam suatu kerja sama, kepercayaan sering kali mempengaruhi kinerja dan hubungan antar pihak.

Rendah 30%

Tinggi 70%

Kepercayaan antar pihak yang terlibat dalam Program GCI masih perlu dibagun dan dijaga dengan sebaik–baiknya. Kejadian hilangnya bibit atau ketidaksesuaian bibit yang tersedia dengan bibit yang ditanam mempengaruhi dinamika kepercayaan antara KEHATI, RMI dan masyarakat. Di sisi lain cepatnya pergantian kepala BTNGHS juga mewarnai kepercayaan antar stakeholder yang terlibat dalam Program GCI.

“...Kalau berbicara institusi, secara formal kepercayannya tinggi.. pergantian kepala balai itu berarti merubah warna Taman Nasional secara tidak langsung yang pada akhirnya memberikan persepsi para mitranya.. mengenai apakah Taman Nasional mendukung atau tidak, membantu atau tidak.. jika dikaitkan dengan kepercayaan atau komunikasi sebetulnya bukan tidak ada kepercayaan namun mempengaruhi dinamika dan mewarnai tingkat kepercayaan...” Bapak DS (Lampiran 5)

Tingkat Partisipasi Stakeholder

Berikut tingkat partisipasi stakeholder dalam pengimplementasian Program GCI (Green Corridor Initiative), setelah melakukan penelitian untuk mengetahui jumlah dan Persentase tingkat partisipasi stakeholder yang akan disajikan dalam Gambar 12.

Gambar 12 Persentase pandangan responden terkait tingkat partisipasi stakeholder Berdasarkan Gambar 12 dari jumlah 33 responden, 78% diantaranya menganggap tingkat partisipasi stakeholder dalam kategori tinggi dan 22% menganggap rendah. Merujuk pada Gambar 12 dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi stakeholder menurut pandangan responden didominasi oleh kategori tinggi. Rincian pandangan responden terkait tingkat partisipasi stakeholder dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat partisipasi stakeholder

Tingkat partisipasi stakeholder Jumlah responden (n) Persentase (%)

Tinggi 25 78 Rendah 7 22 Total 33 100 Rendah 22% Tinggi 78%

Tingkat partisipasi stakeholder yang didominasi oleh kategori tinggi tersebut menurut peneliti disebabkan oleh kecenderungan pandangan responden terhadap indikator–indikator yang terdapat pada tingkat partisipasi stakeholder yang tergolong tinggi. Tingkat partisipasi stakeholder yang tergolong tinggi ini merupakan awal yang baik dalam proses implementasi Program GCI. Tingkat partisipasi stakeholder yang tinggi mencerminkan bentuk pola kemitraan atau kerja sama yang sudah kolaboratif.

Hubungan Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan dengan Tingkat Partisipasi Stakeholder

Tingkat penguatan prinsip kemitraan dan tingkat partisipasi stakeholder merupakan dua variabel yang berhubungan, setelah penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data secara kualitatif dan kuantitatif diperoleh data yang disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat penguatan prinsip kemitraan dan tingkat partisipasi stakeholder

Tingkat penguatan prinsip kemitraan

Tingkat partisipasi stakeholder

Total

Tinggi Rendah

N % N % N %

Kuat 25 83 5 17 30 100

Lemah 1 33 2 67 3 100

Berdasarkan Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder. Semakin kuat tingkat penguatan prinsip kemitraan maka semakin tinggi tingkat partisipasi stakeholder. Semakin lemah tingkat penguatan prinsip kemitraan maka semakin rendah tingkat partisipasi stakeholder. Pada tingkat penguatan prinsip kemitraan lemah ditunjukkan dengan tingkat partisipasi stakeholder rendah yaitu sebesar 67%, sedangkan pada tingkat penguatan prinsip kemitraan kuat ditunjukkan dengan tingkat partisipasi stakeholder tinggi pula yaitu sebesar 83%.

Peneliti kemudian untuk memperjelas kasus ini menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik non-parametik melakukan uji Rank Spearman pada variabel tingkat penguatan prinsip kemitraan dengan variabel tingkat partisipasi stakeholder. Hasil uji Rank Spearman akan disajikan dalam Tabel 19.

Berdasarkan Tabel 19 didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,352 dengan sig (0,045). Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang moderat. Aturan nilai dalam menentukan nilai adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0.69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), > 0,9 (hubungan mendekati sempurna).

Setelah mengetahui nilai korelasi, maka untuk menguji hipotesis yang ada, maka hasil dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

H0: Tidak terdapat hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder

H1: Terdapat hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder.

Tabel 19 Hasil uji korelasi rank spearman penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder

Correlations Tingkat penguatan prinsip kemitraan Tingkat partisipasi stakeholder Spearman's rho Tingkat Penguatan prinsip kemitraan Correlation coefficient 1,000 0,352 * Sig. (2-tailed) . 0,045 N 33 33 Tingkat partisipasi stakeholder Correlation coefficient 0,352 * 1,000 Sig. (2-tailed) 0,045 . N 33 33

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

Hipotesis tersebut diuji dengan melihat nilai signifikansi hasil pengujian dengan analisis Rank Spearman. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik