• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program Csr Pt. Pertamina Dengan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program Csr Pt. Pertamina Dengan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM

CSR PT. PERTAMINA DENGAN TARAF HIDUP

MASYARAKAT DESA KARANGSONG

NERISSA ARVIANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nerissa Arviana

(3)

ABSTRAK

NERISSA ARVIANA. Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina dengan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong. Dibimbing oleh MURDIANTO.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat. PT. Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang telah melaksanakan CSR guna menunjang operasionalisasi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan keberhasilan program, hubungan keberhasilan program dengan taraf hidup peserta dan hubungan partisipasi dengan taraf hidup peserta program. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengombinasikan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan lemah antara partisipasi dengan keberhasilan program, tidak terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan program dengan taraf hidup, serta tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup peserta program.

Kata kunci: CSR, partisipasi, keberhasilan program, taraf hidup

ABSTRACT

NERISSA ARVIANA. The relation of the level of participation program participants CSR PT. Pertamina with the level of standard life of the village Karangsong. Guided by MURDIANTO.

Corporate Social Responsibility (CSR) is a form of concern and social responsibility a company to its environment and community PT. Pertamina is one of the companies which has already implemented in order to support the company operational of CSR. This study attempts to analyze their level of participation with relations effectiveness of the program, effectiveness of the program level of relations with life of participants and relations with the life quality of participation participate in the program. The approach were used in this research combined with a qualitative approach of a quantitative approach. The results of research shows that there are weak links between participation with effectiveness of the program, there was no correlation between the level of effectiveness of the program with living standard, and there was no correlation between the level of participation by the life quality of its participants.

(4)

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PESERTA

PROGRAM CSR PT. PERTAMINA DENGAN TARAF HIDUP

MASYARAKAT DESA KARANGSONG

NERISSA ARVIANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong

Nama : Nerissa Arviana NIM : I34110013

Disetujui oleh

Ir. Murdianto, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Ir Murdianto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberi masukan serta kritik kepada penulis selama penulisan skripsi ini,

2. Ayahanda Arsyam dan Ibunda Asnimar serta kakak-kakakku (Mega Putri Armanesa, Ricky Putra Armando, Wastu Ayu Diamahesa dan Mardian Putri) yang telah menjadi sumber inspirasi dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis,

3. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Aris, Kak Irma, Kak Wulan, Mas Maul, Kak Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses penelitian di Indramayu.

4. Teman satu kelompok bimbingan Rielisa AP. Hutagaol, Fitri Andriani Sidik, Hanung dan Audy yang selalu memberi semangat dan menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi ini,

5. Sahabat-sahabatku Nisa, Dudu, Rina, Nanda, dan Yunita serta seluruh keluarga SKPM 48 yang telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

(7)

DAFTAR ISI

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Teknik Pengambilan Responden dan Informan 14

Teknik Pengumpulan Data 14

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 14

Definisi Operasional 15

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17

Kondisi Geografis 17

Kondisi Ekonomi 17

Kependudukan dan Struktur Sosial 18

Program Corporate Social Responsibility 19

Program Peternakan 20

Program Perikanan Budidaya 21

Program Perikanan Tangkap 22

Program Pengolahan Bandeng Tanpa Duri 23

Ikhtisar 24

TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL CSR PT. PERTAMINA

25

Tahap Perencanaan 25

Program Peternakan 25

Program Perikanan Budidaya 26

Program Perikanan Tangkap 26

Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap Perencanaan

27

Tahap Pelaksanaan 27

Program Peternakan 28

Program Perikanan Budidaya 28

(8)

Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap Pelaksanaan

29

Tahap Evaluasi 31

Program Peternakan 31

Program Perikanan Budidaya 31

Program Perikanan Tangkap 32

Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap Evaluasi

33

Tahap Pelaporan 33

Program Peternakan 33

Program Perikanan Budidaya 34

Program Perikanan Tangkap 34

Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap Pelaporan

35

Tingkat Partisipasi peserta program Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR PT. Pertamina

36

Ikhtisar 37

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL CSR PT. PERTAMINA

39

Tingkat Manfaat 39

Program Peternakan 39

Program Perikanan Budidaya 40

Program Perikanan Tangkap 41

Tingkat Manfaat Keseluruhan Peserta Program CSR PT. Pertamina 42

Tingkat Keberlanjutan 43

Program Peternakan 43

Program Perikanan Budidaya 44

Program Perikanan Tangkap 44

Tingkat Keberlanjutan Keseluruhan Peserta Program CSR PT. Pertamina

45

Tingkat Kesesuaian 46

Program Peternakan 46

Program Perikanan Budidaya 47

Program Perikanan Tangkap 47

Tingkat Kesesuaian Keseluruhan Peserta Program CSR PT. Pertamina 48

Tingkat Pemberdayaan 49

Program Peternakan 49

Program Perikanan Budidaya 50

Program Perikanan Tangkap 50

Tingkat Pemberdayaan Keseluruhan Peserta Program CSR PT. Pertamina

51

Tingkat Keberhasilan Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR PT. Pertamina

52

Ikhtisar 53

TARAF HIDUP PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL CSR PT. PERTAMINA

55

Program Peternakan 55

(9)

Program Perikanan Tangkap 57 Taraf Hidup Keseluruhan Peserta Sebelum Mendapatkan Bantuan

Program

58

Taraf Hidup Keseluruhan Peserta Setelah Mendapatkan bantuan Program

58

Ikhtisar 60

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI, KEBERHASILAN DAN TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT DESA KARANGSONG

61

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Keberhasilan Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR PT. Pertamina

61

Hubungan Tingkat Keberhasilan Program dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong

62

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Taraf Hidup Peserta Program CSR PT. Pertamina

63

Ikhtisar 64

PENUTUP 65

Kesimpulan 65

Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 67

(10)

DAFTAR TABEL

1 Pendekatan penelitian 13

2 Jumlah Keluarga Pra KS dan KS I berdasarkan alasan di Desa Karangsong

18

3 Tingkat pendidikan dan jumlah penduduk Desa Karangsong 19 4 Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap

perencanaan tahun 2015

25

5 Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap perencanaan tahun 2015

26

6 Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap perencanaan tahun 2015

26

7 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina pada tahap perencanaan di Desa Karangsong tahun 2015

27

8 Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap pelaksanaan tahun 2015

28

9 Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap pelaksanaan tahun 2015

28

10 Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap pelaksanaan tahun 2015

29

11 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina pada tahap pelaksanaan di Desa Karangsong tahun 2015

30

12 Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap evaluasi tahun 2015

31

13 Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap evaluasi tahun 2015

32

14 Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap evaluasi tahun 2015

32

15 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina pada tahap evaluasi di Desa Karangsong tahun 2015

33

16 Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap pelaporan tahun 2015

33

17 Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap pelaporan tahun 2015

34

18 Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap pelaporan tahun 2015

35

19 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina pada tahap pelaporan di Desa Karangsong tahun 2015

35

20 Keseluruhan tingkat partisipasi peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

36

21 Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program peternakan tahun 2015

39

22 Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program perikanan budidaya tahun 2015

40

23 Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program perikanan tangkap tahun 2015

(11)

24 Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

42

25 Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program peternakan tahun 2015

43

26 Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program perikanan budidaya tahun 2015

44

27 Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program perikanan tangkap tahun 2015

44

28 Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

45

29 Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program peternakan tahun 2015

46

30 Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program perikanan budidaya tahun 2015

47

31 Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program perikanan tangkap tahun 2015

47

32 Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

48

33 Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program peternakan tahun 2015

49

34 Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program perikanan budidaya tahun 2015

50

35 Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program perikanan tangkap tahun 2015

50

36 Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

51

37 Jumlah dan persentase tingkat keberhasilan peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

52

38 Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program peternakan sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011

55

39 Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program peternakan setelah mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015

55

40 Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan budidaya sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011

56

41 Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan budidaya setelah mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015

56

42 Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan tangkap sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011

57

43 Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan tangkap setelah mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015

57

44 Jumlah dan persentase taraf hidup keseluruhan peserta sebelum mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2011

58

45 Jumlah dan persentase taraf hidup keseluruhan peserta setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

58

46 Hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberhasilan program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

(12)

47 Hubungan tingkat keberhasilan dengan taraf hidup peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

63

48 Hubungan tingkat partisipasi dengan taraf hidup peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat partispasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan taraf hidup masyarakat Desa Karangsong

12

2 Kumpulan peternak bersama tim pendamping teknis CSR 23

3 Survey peserta baru oleh tim ahli IPB 24

4 Buku catatan pendapatan nelayan 25

5 Produk olahan bandeng Desa Karangsong 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal pelaksanaan penelitian 71

2 Peta Desa Karangsong 72

3 Data sensus responden 73

4 Hasil uji reabilitas 74

5 Hasil uji wilcoxon 74

6 Hasil uji Korelasi Rank Spearman 77

7 Dokumentasi 79

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah. Kekayaan sumberdaya alam ini membuat semakin banyak perusahaan atau perseroan terbatas yang dibangun untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di Indonesia. Banyaknya perusahaan yang dibangun tidak terlepas dari kondisi masyarakat sekitar perusahaan dan kondisi lingkungan. Tidak jarang perusahaan harus berkonflik dengan masyarakat

sekitar perusahaan beroperasi. Asy’ari (2009) dalam penelitiannya menjelaskan kesalahpahaman dan konflik yang terjadi antara PT Newmont dengan masyarakat sekitar perusahaan beroperasi. Hal ini dikarenakan warga menuntut ganti rugi pada PT Newmont yang dianggap melakukan pencemaran di desa mereka dan melakukan eksplorasi tambang di daerah eksplorasi Dodo, Kecamatan Ropang yang diklaim oleh warga Labangkar sebagai tempat pemakaman nenek moyang mereka. Selain itu, tuntutan beberapa nelayan setempat yang mengatakan bahwa kegiatan tambang PT Newmont telah mengurangi hasil tangkapan mereka. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki tanggung jawab terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar perusahaan itu beroperasi untuk menghindari konflik dan kesalahpahaman dengan masyarakat sekitar serta sebagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan adalah dengan menjalankan Corporate Social Responsibility

(CSR).

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan jika dilaksanakan secara tepat. Penerapan CSR yang tepat dapat menaikkan citra perusahaan dan menarik simpati masyarakat dan berdampak positif bagi masyarakat sekitar perusahaan itu berdiri atau bagi masyarakat luas. Selain itu, kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR juga sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui UU No. 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

(15)

dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap monitoring evaluasi, maupun tahap pelaporan. Adanya partisipasi dari masyarakat, akan lebih memungkinkan bagi perusahaan untuk terus menjalankan program CSR-nya sehingga program yang diadakan dapat menjadi lebih efektif.

Pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang pertambangan meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Salah satu perusahaannya terletak di Kabupaten Indramayu. Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam untuk produksinya, Pertamina memiliki tanggung jawab terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan khususnya di wilayah yang masuk ke dalam Ring 1, Ring 2 dan Ring 3 perusahaan. Adapun bidang yang menjadi fokus Pertamina dalam menjalankan Visi Misi CSR nya adalah bidang pendidikan, lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan kesehatan. Dalam pengembangan CSR PT. Pertamina telah disusun kriteria untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan CSR di seluruh wilayah operasi perusahaan, kriteria tersebut adalah: berkelanjutan, bermanfaat, dekat wilayah operasi, publikasi dan mendukung PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan).

Mutmainna (2014) menyebutkan beberapa program CSR PT. Pertamina Indramayu yang diinisiasikan khususnya di dua desa dalam Ring 1 yakni Desa Balongan, dan Desa Majakerta adalah program budidaya lele, perikanan tangkap, dan peternakan. Selain di Desa Majakerta dan Desa Balongan, program pemberdayaan ekonomi lokal ini juga diadakan di Desa Karangsong yang merupakan desa yang berada di Ring 3. Ring 3 menjadi perhatian bagi Pertamina karena pada tahun 2011 pernah terjadi tumpahan minyak oleh kapal tanker di sekitar tempat warga mencari ikan. Hal ini menyebabkan warga menuntut ganti rugi kepada pihak PT. Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT.Pertamina untuk meredam konflik tersebut adalah dengan melaksanakan CSR. Program yang dilakukan oleh PT. Pertamina adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal yang merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan CSR Pertamina yang bekerjasama dengan P4W (Pusat Pengkajian, Pengembangan, dan Perencanaan Wilayah) LPPM IPB. Program pemberdayaan ekonomi lokal ini juga merupakan salah satu upaya Pertamina untuk meningkatkan taraf hidup peserta program CSR PT. Pertamina. Berdasarkan kondisi tersebut, menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai

bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong?

Rumusan Masalah

Corporate Social Responsibility yang telah diterapkan oleh PT. Pertamina salah satunya adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB. Latar belakang dibuatnya program ini adalah sebagai salah satu bentuk tanggung jawab PT. Pertamina terhadap masyarakat di sekitar perusahaan beroperasi. Penginisiasian program ini diawali dengan social mapping

(16)

masyarakat juga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan program. Oleh karena itu,pertanyaan yang akan dikaji lebih lanjut adalah Bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina?

Salah satu tujuan CSR PT. Pertamina adalah untuk meningkatkan perekonomian peserta program. Oleh karena itu, salah satu program yang menjadi fokus CSR PT. Pertamina adalah program pemberdayaan ekonomi lokal. Program ini dibuat sesuai dengan permasalahan, kebutuhan masyarakat dan kondisi alam yang ada di Desa Karangsong. Dengan penyesuaian ini diharapkan program ini dapat berjalan dengan lebih efektif dan berhasil sehingga tujuan CSR PT. Pertamina untuk meningkatkan perekonomian peserta program dapat terwujud. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk melihat Bagaimana hubungan tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah:

1. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan tingkat keberhasilan program CSR Pertamina.

2. Menganalisis hubungan tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong.

3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak, di antaranya: 1. Akademisi

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR dengan keberhasilan program dan hubungannya dengan peningkatan taraf hidup peserta program CSR, serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan mengenai CSR.

2. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun dan mengambil keputusan berkaitan dengan program CSR yang dilaksanakan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Masyarakat

(17)
(18)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Partisipasi

Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: Pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Nasdian (2014) juga menyatakan bahwa selama ini, peran serta masyarakat hanya dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini,

partisipasi masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program;

masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan

harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis”.

Pengertian partisipasi menurut Sutrisno (1955:222) seperti dikutip oleh Nasution (2009) terdiri dari dua definisi, yaitu: Pertama, partisipasi adalah dukungan masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan tujuannya dirancang oleh perencana; Kedua, partisipasi mayarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut Nasution (2009) partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa merupakan salah satu prasyarat utama untuk keberhasilan proses pembangunan di pedesaan.

Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen participation is citizen power) yaitu mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Arnstein juga menjelaskan ada delapan atau tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu:

1. Manipulation (Manipulasi)

Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai “stempel karet” dalam bentuk penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa.

2. Therapy (Terapi)

(19)

sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukan menemukan penyebab luka.

3. Informing (Menginformasikan)

Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negoisasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitahuan pamflet dan poster.

4. Concultation (Konsultasi)

Meminta pendapat merupakan salah satu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi palsu. Partisipasi masyarakat diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak kuisioner dijawab.

5. Placation (Menenangkan)

Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan.

6. Partnership (Kemitraan)

Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negoisasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Masyarakat sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup tinggi bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat.

7. Delegated Power (Pendelegasian Kekuasaan)

Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut.

(20)

Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.

Berdasarkan kedelapan tangga tersebut, Arnstein (1969) mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Non-participation, (2) Tokenism, (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama (Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk ke dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi. Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen Power) termasuk kedalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Rosyida dan Nasdian (2011) menyatakan bahwa pengukuran tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi maupun tahap pelaporan.

Nasdian (2014) menyatakan meskipun sulit mencapai partisipasi yang murni, banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengembangkan partisipasi di tingkat komunitas. Pada dasarnya orang-orang akan berpartisipasi dalam kegiatan komunitas apabila kondisi-kondisinya kondusif untuk melakukan kegiatan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isu-isu dan aktivitas tertentu.

2. Warga komunitas berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu, kelompok dan komunitas.

3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Jenis partisipasi yang harus dihargai tidak hanya keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan formal, (kepanitiaan, pertemuan, dan lain-lain) tetapi juga kegiatan-kegiatan lainnya (menyiapkan konsumsi, membuat notulen, kegiatan kesenian, dan lain-lain).

4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya. Ini berarti bahwa isu-isu seperti ketersediaan transportasi, keamanan, waktu, dan lokasi aktivitas serta lingkungan tempat aktivitas terjadi merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu dipertimbangkan oleh proses yang didasarkan pada komunitas.

5. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan.

Corporate Social Responsibility

(21)

(Mulyadi, et.al 2012). Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Definisi CSR berasal dari konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam

bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit atau keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan Rosyida dan Nasdian (2011).

G.R Steiner-Miner (Djaslim Saladin, 2004:157) seperti yang dikutip oleh Mulyadi et.al (2012) memandang tanggung jawab sosial dari dua sudut yaitu: (1) Sudut pandang konseptual: bahwa para usahawan seyogyanya mempertimbangkan kepentingan sosial masyarakat dalam pengambilan keputusan mereka. (2) Program sosial perusahaan spesifik : perusahaan perlu membuat program spesifik yang mungkin dapat ditempuh perusahaan. Menurut Wibisono (2007) umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama, yaitu

Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain. CSR Assesment

merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, hasil

assessment merupakan dasar untuk penyusunan manual atau pedoman implementasi CSR. Uapaya yang dapat dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.

2. Tahap Implementasi (pelaksanaan): Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi ini terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi. 3. Tahap Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke

(22)

4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan banyak manfaat bagi pembentukan citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan dan kesejahteraan masyarakat maupun bagi penanam saham dan lingkungan sekitar perusahaan beroperasi. Saat ini sudah dapat banyak ditemui para ahli yang mendefinisikan CSR. Namun sayangnya, tidak jarang juga ditemui penyamaan definisi antara CSR dengan CD, padahal antara CSR dan CD sangatlah berbeda. Kumalasari (2012) menyatakan bahwa CD lebih berfokus dan menyasar kelompok masyarakat yang spesifik, yaitu mereka yang mengalami masalah. Akan tetapi CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh pemangku kepentingan, sehingga dapat disimpulkan bahwa CD merupakan bagian dari CSR dan CSR merupakan bagian yang sangat berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan.

Keberhasilan Program CSR

Indikator keberhasilan adalah suatu hal yang sangat penting untuk setiap pelaksanaan program CSR. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui kinerja program yang sudah terlaksana. Adanya indikator keberhasilan membuat perusahaan dapat melakukan evaluasi untuk menyiapkan rencana strategis selanjutnya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja dari program sebelumnya. Dalam upaya pengembangan masyarakat, terdapat ciri-ciri atau indikator yang menunjukkan terjadinya upaya pengembangan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Chaskin (2001) seperti dikutip oleh Saputro (2010), yaitu: a sense of community

(rasa memiliki terhadap komunitas); a level of commitment (tingkat komitmen);

the ability to solve problems (kemampuan untuk memecahkan masalah); dan

access to resources (akses kepada sumber daya). Salah satu contoh penerapan indikator ini adalah pada penerapan CSR PT. Telkom yang menekankan pada penggunaan indikator ketiga, yaitu access to resources (akses kepada sumber daya) terutama setelah tidak adanya intervensi program dari PT Telkom. Sumber daya merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan kapasitas masyarakat (Saputro 2010). Chaskin (1999) seperti dikutip oleh Saputro (2010) berpendapat bahwa terdapat dua penekanan yang harus diperhatikan pada indikator ini yakni : (1) penggunaan sumber daya dapat diperoleh baik dari dalam komunitas (internal) maupun dari luar komunitas (eksternal); dan (2) akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan oleh komunitas itu sangat beragam. Selanjutnya, karena karaktersitiknya yang berbeda tersebut, maka perolehan sumber daya komunitas dapat dipandang dalam perspektif yang luas maupun secara lebih sempit.

Prayogo dan Hilarius (2012) menggunakan beberapa indikator untuk menilai keberhasilan suatu program CSR yaitu:

(23)

2. Relevance (kesesuaian), dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal; 3. Sustainability (Keberlanjutan), dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan

program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun secara manajemen;

4. Impact (Dampak), dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan (geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan;

5. Empowerment (Pemberdayaan), dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian maupun organisasi/manajemen;

6. Participation (Partisipasi), dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.

PT. Pertamina merupakan salah satu BUMN yang peduli dengan kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat. Wujud kepedulian tersebut dibuktikan melalui penyelenggaran program CSR. Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan atau keberhasilan penyelenggaraan program CSR yang sudah dijalankan, PT. Pertamina juga memiliki beberapa indikator untuk menilai keberhasilan program CSR yang telah dijalankan, yaitu: bermanfaat, berkelanjutan, dekat wilayah operasi, publikasi, dan mendukung proper. Pengukuran dan penerapan indikator keberhasilan menjadi penting sebagai salah satu alat untuk mengukur keberhasilan keberhasilan program. Hal lain yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan keberhasilan suatu program CSR adalah dengan menggunakan kriteria evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk melihat hal yang belum tercapai dari suatu tujuan dan sasaran program, sehingga dapat dibuat suatu kebijakan baru atau strategi baru untuk meningkatkan kinerja program CSR agar program yang dijalankan berikutnya dapat lebih efektif.

Taraf Hidup

(24)

keluarga, tingkat pengeluaran keluarga (pangan dan non pangan), kualitas pendidikan keluarga, kepemilikan alat produksi, dan kualitas kesehatan.

Kerangka Pemikiran

(25)

Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan taraf hidup masyarakat Desa karangsong

Berhubungan Secara Kuantitatif

Hipotesis Penelitian

1. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan keberhasilan program CSR.

2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan taraf hidup peserta program CSR.

3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup peserta program CSR

Tingkat Partisipasi (X1): - Tahap perencanaan (X11) - Tahap pelaksanaan (X12) - Tahap evaluasi (X13) - Tahap pelaporan (X14)

Tingkat Keberhasilan Program CSR PT. Pertamina (X2):

- Tingkat Manfaat (X21)

- Tingkat Keberkelanjutan (X22) - Tingkat Kesesuaian Program

(X23)

- Tingkat Pemberdayaan (X24)

Taraf Hidup (Y1):

- Tingkat Pendapatan (Y11) - Tingkat Pengeluaran (Y12) - Kualitas pendidikan (Y13)

(26)

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif didukung dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk pengumpulan informasi. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun 1989). Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengenai hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan keberhasilan program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina, hubungan tingkat keberhasilan program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina dengan taraf hidup peserta program serta hubungan tingkat partisipasi peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Di samping itu pendekatan kualitiatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif.

Tabel 1. Pendekatan Penelitian

No Tujuan Pendekatan

Kuantitatif Kualitatif 1. Hubungan tingkat partisipasi penerima

program CSR PT. Pertamina dengan keberhasilan program CSR PT. Pertamina di Desa Karangsong

√ √

2. Hubungan keberhasilan program CSR Pertamina dengan taraf hidup penerima program CSR PT. Pertamina di Desa Karangsong

√ √

3. Hubungan tingkat partisipasi penerima program CSR PT. Pertamina dengan taraf hidup penerima program tersebut

√ √

Lokasi dan Waktu Penelitian

(27)

skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu penelitian dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada Lampiran 1.

Teknik Pengambilan Responden dan Informan

Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan. Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga yang mengikuti program CSR PT. Pertamina. Rumah tangga menjadi unit analisis karena taraf hidup dapat dilihat dari kondisi keluarga. Responden akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat dan jawabannya dianggap dapat mewakili kondisi dirinya sebagai salah satu anggota dari program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina. Metode yang digunakan adalah sensus dengan jumlah responden sebanyak 43 orang (Lampiran 3) yang merupakan peserta program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja

(purposive). Informan kunci yang dipilih adalah pihak CSR PT. Pertamina, koordinator CSR Desa Karangsong, pengurus program CSR Desa Karangsong, serta kepala Desa Karangsong.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan dari responden dan informan dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara mendalam. Di samping itu data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen-dokumen ataupun menggunakan literatur pendukung. Teknik pengumpulan data pada metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan wawancara kepada responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, sedangkan pada metode kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan serta penelusuran dokumen.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(28)

yang diukur dalam penelitian ini yaitu tingkat partisipasi masyarakat, tingkat keberhasilan program dan taraf hidup masyarakat.

Pengukuran taraf hidup dilakukan dengan melihat kondisi taraf hidup peserta sebelum dan setelah mengikuti program. Taraf hidup sebelum dan setelah program ini diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat perubahan taraf hidup peserta sebelum dan setelah mengikuti program. Di samping itu, untuk data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara serta catatan harian disusun menjadi tulisan tematik yang digunakan sebagai penjelasan untuk data yang diperoleh dari pendekatan kuantitatif.

Definisi Operasional

1. Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan responden program pemberdayaan ekonomi lokal dalam setiap tahap implementasi CSR yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Masing-masing tahap terdiri dari enam pernyataan yang memiliki dua pilihan jawaban

yaitu “Ya” yang selanjutnya akan diberi nilai 2 dan “Tidak” yang selanjutnya

akan diberi nilai 1. Selanjutnya jawaban dari pernyataan yang ada akan dikategorikan ke dalam tingkatan tangga partisipasi Arnstein yaitu rendah (non participation) diberi skor 1, sedang (tokenism) diberi skor 2, dan tinggi (citizen power) diberi skor 3.

2. Tingkat Keberhasilan

Tingkat keberhasilan adalah keberhasilan program pemberdayaan ekonomi lokal yang dirasakan oleh para peserta program. Pengukuran tingkat keberhasilan dilakukan dengan memberikan pernyataan kepada peserta sesuai dengan indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan yaitu tingkat manfaat, tingkat keberlanjutan, tingkat kesesuaian, dan tingkat pemberdayaan. Masing-masing indikator terdiri dari lima pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu tidak setuju (nilai 1), kurang setuju (nilai 2), setuju (nilai 3), dan sangat setuju (nilai 4). Jawaban yang didapatkan dari peserta akan dikategorikan ke dalam Rendah, Sedang dan Tinggi. Tingkat keberhasilan dikaregorikan rendah jika peserta memiliki nilai 5-10, dikategorikan sedang jika peserta memiliki nilai 11-15 dan memiliki nilai tinggi jika peserta memiliki nilai 16-20. Selanjutnya untuk peserta yang menilai keberhasilan program rendah akan diberi skor 1, sedang diberi skor 2, dan tinggi diberi skor 3.

3. Taraf Hidup

(29)
(30)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis

Desa Karangsong merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Desa yang memiliki 4 RW (Rukun Warga) dan 16 RT (Rukun Tetangga) ini memiliki wilayah administrasi yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pabean Udik, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tambak, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Paoman dan sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa. Desa Karangsong memiliki ketinggian dari permukaan Laut 0,5 Mdpl sehingga suhu udara di desa ini terbilang cukup panas, yaitu rata-rata 29 derajat celcius. Dilihat dari letaknya, Desa Karangsong terbilang cukup strategis karena Desa Karangsong berada di tengah-tengah Pusat Pemerintahan desa, yaitu 5 km jarak dari pusat pemerintahan kecamatan dan 5 km jarak dari pusat pemerintahan kabupaten. Desa Karangsong merupakan salah satu desa binaan PT. Pertamina yang bekerja sama dengan P4W LPPM IPB. Desa Karangsong yang memiliki luas wilayah sebesar 341.027 Ha ini sebagian besar digunakan untuk lahan sawah dan ladang yaitu seluas 24.750 Ha. Selain untuk sawah dan ladang sebanyak 20.562 Ha digunakan untuk pemukiman atau perumahan penduduk, 1.595 Ha digunakan untuk bangunan umum, 270 Ha digunakan untuk empang atau tambak, 47 Ha digunakan untuk jalur hijau dan 3 Ha digunakan untuk lahan perkuburan.

Kondisi Ekonomi

Penduduk Desa Karangsong sebagaian besar bermata pencaharian sebagai nelayan yaitu sebanyak 1621 orang. Hal ini dikarenakan letak Desa Karangsong yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Walaupun luas sawah dan ladang di desa ini terbilang cukup besar, namun hanya 108 orang yang menjadi petani dan 281 orang orang yang menjadi buruh tani. Tidak hanya di sektor pertanian dan pesisir, penduduk di Desa Karangsong sebagian besar juga bekerja di sektor perdagangan yaitu sebanyak 846 orang. Berdasarkan data Profil Desa Karangsong 2014, terdapat 38 % Kepala Keluarga (KK) yang dikategorikan ke dalam KK miskin. Jika dilihat dari tingkat kesejahteraannya, masih cukup banyak keluarga di Desa Karangsong yang berada di tingkat Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS) dengan jumlah Keluarga sebanyak 208, Keluarga Sejahtera I (KS I) sebanyak 373, Keluarga Sejahtera II (KS II) sebanyak 695, Keluarga Sejahtera III (KS III) sebanyak 188, dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) sebanyak 41.

(31)

Tabel 2. Jumlah keluarga pra KS dan KS I berdasarkan alasan di Desa Karangsong tahun 2013

Tahapan Sejahtera Alasan Ekonomi Alasan Non Ekonomi Jumlah

Pra KS I 167 41 208

KS I 331 42 373

Jumlah 498 83 581

Sumber: Kecamatan Indramayu dalam Angka 2014 (diolah)

Selain itu, jumlah rumah tangga di Desa Karangsong yang masih menerima bantuan beras miskin (raskin) terbilang masih cukup banyak yaitu dari 1476 rumah tangga, terdapat 584 rumah tangga yang menerima bantuan raskin atau sebesar 39.57% rumah tangga yang masih menerima bantuan raskin. Hal ini menunjukkan bahwa masih cukup banyak penduduk yang memiliki taraf hidup yang terbilang rendah di Desa Karangsong.

Kependudukan dan Struktur Sosial Masyarakat

Desa Karangsong memiliki jumlah penduduk sebanyak 5751 jiwa, dengan jumlah perempuan lebih banyak dari pada jumlah laki-laki yaitu, perempuan sebanyak 2985 orang dan jumlah laki-laki 2785 orang. Adapun jumlah Kepala Keluarga yang terdapat di desa ini adalah 1530 KK dengan jumlah KK miskin sebanyak 583 KK. Agama Islam merupakan agama mayoritas yang ada di Desa Karangsong dengan jumlah penganut sebanyak 5709 orang. Agama Islam bukanlah agama satu-satunya yang ada di Desa Karangsong, sebayak 8 orang menganut agama Kristen Protestan, 21 orang menganut agama Katholik, 7 orang menganut agama Hindu dan 4 orang yang menganut agama Budha. Namun perbedaan agama ini bukanlah menjadi penghambat bagi masyarakat untuk hidup rukun dan damai walau adanya perbedaan agama.

Akses menuju Desa Karangsong sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari jalan desa yang sudah banyak diaspal yaitu sepanjang 1,5 km dan 2 km berupa jalan makadam. Sedangkan jalan antar desa jauh lebih banyak yang sudah diaspal yaitu sekitar 3 km. Sarana transportasi untuk menuju Desa karangsong sudah cukup beragam seperti sudah dilalui Bus Umum, Truk Umum, Ojek Motor dan Becak namun ketersediaan sarana transportasi ini belum terlalu banyak, sehingga sarana angkutan umum tidak selalu tersedia di desa ini.

Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Karangsong terbilang belum terlalu memadai. Hal ini dapat dilihat dari data Puskesmas Margadadi dan Plumbon Indramayu dalam Buku Kecamatan Indramayu dalam Angka 2014 yang menyebutkan bahwa hanya terdapat satu Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan tujuh Posyandu. Di samping itu untuk tenaga pelayanan kesehatan hanya terdapat tiga dukun terlatih dan satu bidan.

(32)

bersekolah atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Berikut data jumlah penduduk menurut lulus pendidikan umum:

Tabel 3. Tingkat pendidikan dan jumlah penduduk Desa Karangsong 2015

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 834

2 Usia 7 - 45 tahun tidak pernah sekolah 176

3 Pernah sekolah SD atau tidak tamat 1099

4 Tamat SD/ Sederajat 1202

Program Corporate Social Responsibility PT. Pertamina

Pertamina merupakan salah satu badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang eksplorasi minyak bumi dan gas alam. Lingkup usaha PT. Pertamina terdiri atas bisnis energi di sektor hulu dan sektor hilir. Sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak gas dan panas bumi yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selanjutnya, di sektor hilir kegitan PT. Pertamina meliputi pengolahan minyak mentah (refinery), pemasaran dan niaga produk-produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait produk-produk perusahaan. Sebagai bentuk tanggung jawab PT. Pertamina terhadap aktivitas yang dilakukan, hal tersebut diwujudkan dengan pelaksanaan program CSR dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang telah menjangkau 3.298 mitra binaan dengan akumulasi dana penyaluran hingga Rp 635 milyar tersebar diseluruh wilayah Indonesia.

Pelaksanaan tanggung jawab sosial bertujuan untuk membangun hubungan yang harmonis dan kondusif, memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan sosial, meningkatkan nilai dan budaya Perseroan yang terintegrasi serta dalam rangka membangun citra dan reputasi Perseroan. Adapun fokus program CSR PT. Pertamina mencakup aspek pendidikan, kesehatan, konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Perencanaan dan implementasi program CSR PT. Pertamina dapat bermitra dengan Pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah Pertamina yang beroperasi di Kabupaten Indramayu bekerja sama dengan P4W LPPM IPB. Tujuan dilaksanakannya Program CSR yang memasuki tahun keempat ini adalah untuk mengembangkan desa-desa binaan menjadi desa mandiri sesuai dengan tahap dan tingkat perkembangan serta potensinya, sedangkan sasaran dari program ini yaitu:

(33)

2. Memperkuat kelembagaan masyarakat, terutama yang terkait dengan jaring pengaman sosial dan kepemudaan

3. Memperkuat kelembagaan usaha yang telah dibina pada program tahun sebelumnya

4. Menggerakkan perekonomian wilayah berbasis sumberdaya lokal

5. Membuat infrastruktur pendukung program yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam pencapaian kehidupan yang sejahtera dan mata pencaharian yang berkelanjutan

6. Membuat dokumentasi sebagai bagian dari best-practice.

Fokus Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki oleh PT. Pertamina Indramayu yang bekerjasama dengan P4W LPPM IPB adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal ini terdiri dari empat program lainnya, yaitu Program Peternakan, Program Perikanan Budidaya, Program Perikanan tangkap, dan Program Pengolahan Bandeng Tanpa Duri (Batari). Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing program:

1. Program Peternakan

Program pemberdayaan ekonomi lokal yang sudah dilaksanakan sejak awal adalah program peternakan. Latar belakang diadakannya program peternakan karena berdasarkan hasil pemetaan sosial, peternakan merupakan salah satu potensi yang terdapat di daerah Indramayu. Terlebih salah satu makanan khas di daerah ini merupakan makanan olahan yang berasal dari

produk peternakan yaitu “pedesan entok” yang berbahan dasar daging entok.

Tujuan dari program peternakan ini antara lain: sebagai sarana pembelajaran beternak, meningkatkan pengetahuan dalam budidaya beternak, dan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat binaan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program peternakan ini diantaranya: pelatihan program, pembuatan kandang ternak, pengadaan ternak dan pakan serta monitoring program peternakan.

(34)

Jenis bantuan yang diberikan oleh pihak PT. Pertamina bekerjasama dengan P4W LPPM IPB untuk program peternakan diantaranya pelatihan program, pengadaan kandang, 10 ekor entok betina siap bertelur, 2 ekor entok jantan dewasa, dan pengadaan pakan serta vitamin ternak. Tim pendamping teknis CSR juga rutin melakukan kunjungan kepada para peserta program untuk melihat perkembangan usaha ternak peserta. Selain itu, sebagai upaya untuk meningkatkan silaturahmi antara para peserta program dengan tim pendamping teknis CSR, diadakan juga pertemuan rutin setiap bulan sebagai wadah untuk bertukar pikiran antar para peternak.

Gambar 2. Kumpulan peternak bersama tim pendamping teknis CSR

Sumber: Laporan Kegiatan Pendampingan 2014

2. Program Perikanan Budidaya (Polikultur Bandeng dan Udang)

Program perikanan budidaya merupakan program yang telah dilakukan sejak tahun 2012. Program Perikanan budidaya yang terdapat di Desa Karangsong, Kecamatan Idramayu, Kabupaten Indramayu meliputi budidaya ikan Bandeng dan Udang. Program perikanan budidaya ini merupakan program pengganti dari program pemberdayaan masyarakat di bidang pembesaran kepiting pada tahun 2011 yang tidak dapat dilanjutkan karena program berjalan dengan tidak efektif. Tujuan program budidaya bandeng dan udang di Desa Karangsong antara lain: peningkatan produksi bandeng dan udang melalui manajemen pakan, mendekatkan kelompok bandeng dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, serta meningkatkan pendapatan masyarakat Karangsong. Fokus dari pembinaan budidaya bandeng dan udang ini adalah pada penyelesaian permasalahan teknis terkait peningkatan kapasitas produksi seperti manajemen pakan. Adapun jenis kegiatan pada program perikanan budidaya ini adalah pendampingan tebar dan panen bandeng dan udang, survey anggota baru, pertemuan rutin bulanan dan monitoring oleh tim ahli IPB.

(35)

program lainnya. Tujuan diberlakukannya persyaratan ini adalah untuk meminimalisir peserta yang hanya mau mendapatkan bantuan tanpa bersungguh-sungguh menjalankan bantuan program yang sudah diberikan. Selain itu tujuan diberlakukannya syarat harus memiliki lahan tambak sendiri atau menyewa lahan tambak di Desa Karangsong karena pihak CSR tidak memberikan bantuan berupa lahan tambak, sehingga jika peserta ingin mendapatkan bantuan program perikanan budidaya, maka peserta harus memiliki lahan tambak sendiri ataupun menyewa di Desa Karangsong.

Gambar 3. Survey peserta baru oleh tim ahli IPB

Sumber: Laporan Kegiatan Pendampingan 2014

Kegiatan yang dilakukan dalam program perikanan budidaya ini terdiri dari pembinaan, pendampingan, monitoring dan evaluasi. Tim pendamping teknis CSR rutin melakukan kunjungan kepada para peserta program ke lahan tambak untuk melihat secara langsung kondisi yang terjadi di lapang. Selain itu, setiap bulan selalu diadakan pertemuan rutin antara tim pendamping teknis CSR dengan peserta program, hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan para peserta program dengan tim pendamping teknis, juga sebagai wadah untuk bersilaturahmi dan berdiskusi mengenai program yang dijalankan.

3. Program Perikanan Tangkap

Program perikanan tangkap juga merupakan program pemberdayaan ekonomi lokal yang sudah diinisiasikan sejak awal program. Latar belakang adanya program ini juga dikarenakan kondisi potensi lokal dan mata pencaharian penduduk Desa Karangsong yang juga banyak bermata pencaharian sebagai nelayan harian. Program ini juga merupakan hasil dari pemetaan sosial yang sudah dilakukan sebelum adanya program pemberdayaan ekonomi lokal. Program ini juga diadakan karena adanya kendala yang dihadapi nelayan Karangsong yang hanya memiliki satu jenis alat tangkap, sehingga pada musim-musim tertentu mereka tidak dapat melakukan operasi penangkapan. Untuk memecahkan masalah tersebut, tim ahli IPB dan pendamping teknis CSR memperkenalkan sistem multigear

(berbagai jenis alat tangkap). Sistem ini memberikan solusi kepada nelayan agar tetap dapat melakukan operasi penangkapan sepanjang tahun tanpa adanya kendala keterbatasana alat tangkap (jaring) karena faktor musim, sehingga produktivitas nelayan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

(36)

pencaharian sebagai nelayan kecil dengan ukuran perahu 1-2 GT, merupakan warga Desa Karangsong (dibuktikan dengan KTP), dan memiliki minat besar dengan kegiatan perikanan tangkap. Adapun jenis kegiatan dari program perikanan tangkap yaitu: kunjungan ke setiap rumah peserta program, monitoring catatan pendapatan per bulan, monitoring ke daerah tegur (tempat nelayan karangsong migrasi), pembagian bantuan jaring, buku catatan pendapatan dan kunci perbaikan mesin perahu. Jenis bantuan alat tangkap yang diberikan kepada peserta program perikanan tangkap disesuaikan dengan permintaan peserta, sehingga tidak semua peserta program mendapatkan jenis alat tangkap yang sama.

Gambar 4. Buku catatan pendapatan nelayan

Sumber: Laporan Kegiatan Pendampingan 2014

4. Program Pengolahan Bandeng Tanpa Duri (Batari)

Program pengolahan bandeng tanpa duri dilatarbelakangi karena banyaknya petambak ikan bandeng di desa Karangsong, sehingga memudahkan ketersediaan bahan baku dalam pengolahan bandeng menjadi produk yang lebih variatif. Hal ini didukung dengan jumlah produksi ikan Bandeng di Indramayu yang banyak ditemukan di Desa Karangsong dengan jumlah produksi mencapai 36.286 ton (Dirjen Perikanan Budidaya 2011 dalam Laporan pendamping teknis CSR PT. Pertamina).

Jenis kegiatan yang dilakukan dalam program ini berupa kegiatan pelatihan kegiatan bandeng cabut duri padatahun pertama (2012), proses pengolahan diversifikasi produk batari sampai dengan pemasaran hasil produksi. Adapun bantuan yang diberikan kepada peserta program tidak berbentuk uang melainkan berupa bahan baku, freezer kapasitas 1200 liter, kemasan, serta rumah produksi. Selain iitu, kegiatan pendampingan dan monitoring juga rutin dilakukan oleh tim pendamping teknis CSR. Tidak hanya bantuan modal dan pelatihan yang diberikan kepada peserta program pengolahan Batari, tetapi juga bantuan pengajuan perijinan seperti Sertifikasi P-IRT untuk produk Bandeng tanpa Duri, ikan asin/Gesek Batari dan Kerupuk Ikan Batari, serta bantuan pengurusan sertifikasi halal untuk produk

olahan ikan “Batari”. Selain proses pendampingan yang dilakukan oleh

(37)

Gambar 5. Produk Olahan Bandeng Desa Karangsong

Sumber: Dokumentasi pribadi 2015

Ikhtisar

Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu merupakan salah satu desa binaan PT. Pertamina bekerjasama dengan P4W LPPM IPB yang termasuk ke dalam wilayah Ring III PT. Pertamina. Desa ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa sehingga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Berdasarkan data profil Desa Karangsong, jumlah penduduk di desa ini adalah 5751 jiwa dengan persentase penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, dari data jumlah penduduk tersebut diperoleh sebanyak 38% penduduk yang masuk ke dalam kategori Keluarga Miskin. Adapun jumlah Kepala Keluarga yang terdapat di Desa ini adalah 1530 KK dengan jumlah KK miskin sebanyak 583 KK. Selain itu, sebanyak 13.82% penduduk berada pada kategori Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS) serta 24.78% Keluarga Sejahtera (KS I). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak penduduk Desa Karangsong yang memiliki taraf hidup yang masih terbilang cukup rendah. Tidak hanya itu, tingkat pendidikan di Desa Karangsong juga terbilang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari data profil Desa Karangsong yang menunjukkan bahwa dari total penduduk yang berjumlah 5751 orang terdapat 1099 orang yang pernah SD atau tidak tamat SD.

(38)

TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL CSR PT. PERTAMINA

Keterlibatan peserta dilihat dalam setiap tahap implementasi CSR mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pelaporan. Selanjutnya masing-masing tahap akan dilihat dalam tingkatan partisipasi berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu non participation (rendah), tokenism

(sedang), dan citizen power (tinggi). Keterlibatan peserta pada setiap program juga akan dijelasakan dalam setiap tahap.

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dalam penelitian ini adalah, tahap awal dalam merumuskan masalah, menentukan program yang akan dibuat, sasaran serta target yang akan dicapai dari program pemberdayaan ekonomi lokal. Pada tahap ini dapat dilihat keterlibatan masyarakat dalam menyusun dan merencanakan kegiatan yang akan masuk ke dalam program pemberdayaan ekonomi lokal. Pada tahap perencanaan ini juga akan dilihat partisipasi peserta pada masing-masing program yaitu program peternakan, program perikanan budidaya dan program perikanan tangkap.

1. Program Peternakan

Tabel 4. Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap perencanaan tahun 2015

Tingkat Partisipasi %

Non Participation 14 87.50

Tokenism 0 0.00

Citizen Power 2 12.50

Total 16 100.00

(39)

2. Perikanan Budidaya

Tabel 5. Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap perencanaan tahun 2015

Tingkat Partisipasi %

Non Participation 6 75.00

Tokenism 2 25.00

Citizen Power 0 0.00

Total 8 100.00

Tabel 5 menunjukkan tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya berada pada kategori non participation dengan persentase sebesar 75%. Rendahnya tingkat partisipasi ini dikarenakan sebanyak 50% peserta program perikanan budidaya merupakan peserta baru yang tidak ikut serta dalam perencanaan program. 50% peserta lainnya merupakan peserta yang ikut serta dalam program sejak awal program dilakukan. Namun walaupun peserta lama juga mengikuti program sejak awal program, tapi hanya sebesar 25% peserta yang masuk ke dalam kategori partisipasi pada tingkat tokenism. Hal ini dikarenakan peserta yang juga mengikuti proses perencanaan tidak banyak terlibat aktif dalam proses perencanaan. Sebagain besar peserta hanya hadir dalam rapat perencanaan program dan hanya beberapa orang saja yang ikut terlibat memberikan pendapat dan terlibat aktif dalam proses perencanaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat salah seorang peserta “...ikut ngerencanain sih iya mba, tapi saya ngga berani

banyak ngomong. Kan ada ketua juga jadi biar ketua aja yang nyampein

pendapat kita...”(MNM, 28 tahun)

3. Program Perikanan Tangkap

Tabel 6. Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap perencanaan tahun 2015

Tingkat Partisipasi %

Non Participation 13 68.40

Tokenism 4 21.10

Citizen Power 2 10.50

Total 19 100.00

Gambar

Tabel 2. Jumlah keluarga pra KS dan KS I berdasarkan alasan di Desa Karangsong tahun 2013
Tabel 3. Tingkat pendidikan dan jumlah penduduk Desa Karangsong 2015
Gambar 2. Kumpulan peternak bersama tim pendamping teknis CSR  Sumber: Laporan Kegiatan Pendampingan 2014
Gambar 5. Produk Olahan Bandeng Desa Karangsong  Sumber: Dokumentasi pribadi 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana cara mengatur loading dock dan parker untuk meminimal isir kemacetan Penentuan sirkulasi parkir dan BOH Peletakan zona pasar dan area makan Peletakan

AL BALAD DI MI MUHAMMADIYAH GONILAN KARTASURA. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sekolah bukan hanya lembaga pendidikan

Pemanfaatan metode ultrasonik untuk menen- tukan parameter fisika batubara didasarkan pada be- berapa penelitian terdahulu seperti pengukuran para- meter fisika cairan, beton,

Hasil penelitian menunjukkan nilai mean evaluasi pendidikan Kepangudiluhuran menurut responden atas keseluruhan aspek adalah 73,0 yang menunjukkan bahwa secara umum

Mengetahui gambaran kualitas hidup pada subjek yang mengalami. dandruff berdasarkan

lebih organisasi bekerjasama dengan mengintegrasikan lebih organisasi bekerjasama dengan mengintegrasikan sistem IT mereka, sehingga dapat memberikan yang terbaik yang dapat

l\renetapkan Dosen Penasehat Akademik Tahap Saiana pada Prograrn Stud Sariana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya TA 2016/20'17 sebagaimana

Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran dasar mengenai realita yang terjadi dalam hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Krimea