HUBUNGAN PERAN PEMIMPIN LOKAL DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMANFAATAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA (ADD)
DI DESA DRAMAGA
RESA URPON
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Peran Pemimpin Lokal dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Resa Urpon
ABSTRAK
RESA URPON. Hubungan Peran Pemimpin Lokal dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Dramaga. Dibimbing oleh SOFYAN SJAF
Pemerintah telah melakukan berbagai macam program pembangunan pemberdayaan masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Salah satu program tersebut yaitu program Alokasi Dana Desa (ADD). Keberhasilan program sangat tergantung pada peran pemimpin lokal dalam mempengaruhi dan mendorong masyarakat terlibat dalam pelaksanaan program. Peran pemimpin lokal dalam mempengaruhi tindakan masyarakat tersebut yakni sebagai komunikator, motivator, dan fasilitator. Pemimpin lokal dalam peranannya akan mempengaruhi bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan di desa, bentuk–bentuk partisipasi masyarakat dalam program pembangunan dapat dilihat dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran pemimpin lokal dalam pemanfaatan ADD, menganalisis partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD dan menganalisis hubungan peran pemimpin lokal dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD. Penelitian dilakukan di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan metode kuantitatif serta di dukung metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum peran pemimpin dan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan kegiatan program ADD memiliki kategori yang tinggi. Selain itu terdapat hubungan yang kuat antara peran pemimpin lokal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan program ADD. Hal ini sesuai dengan kesiapan peran pemimpin lokal dalam mendorong, mempengaruhi serta dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program. Dengan demikian, hasil analisa ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan implementasi kebijakan program-program pemberdayaan masyarakat yang akan mendatang.
ABSTRACT
RESA URPON. The Relation Between the Role of Local Leader and Community Participation in Utilizing Village Alocation Fund Program (ADD) in Dramaga Village. Supervised by SOFYAN SJAF.
Government has implemented all various development programs including community empowerment in alleviating poverty. One of those programs is Alokasi Dana Desa (ADD). The success of program really depends on local leader role in influencing and encouraging community to participate in implementing program. The roles of local leader in this program could be as follows, communicator, motivator, and facilitator. Local leader plays a role to influence community participation in programs or activities in the village. Village residents could participate in development program starting from planning, implementation, result utilization, and evaluation. This study, therefore, aimed to analyze the role of local leader in utilizing ADD, community participation in utilizing ADD, and the relation between the role of local leader and community participation in utilizing ADD. The study was conducted in Dramaga Village, Dramaga District, Bogor Regency, West Jawa, and using quantitative and qualitative method as well. The result showed generally the role of local leader and community participation in utilizing ADD program had a high category. Besides, the role of local leader and community participation strongly correlated in utilizing ADD program. This was in accordance with the role of local leader in encouraging, influencing, and improving community participation in implementing program. Thereby, this study result is expected to be considered in implementing policy of community empowerment programs in the future.
HUBUNGAN PERAN PEMIMPIN LOKAL DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA (ADD) DI DESA DRAMAGA
RESA URPON
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Nama NIM
Tanggal Lulus:
Dramaga
Resa Urpon
!34100160
Disetujui Oleh
Dr MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat yang dilimpahkannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Peran Pemimpin Lokal dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Dramaga” ini dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari penulisan skripsi ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimaksih banyak kepada:
1. Dr. Sofyan Sjaf selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan, masukan, saran, dan sabar dalam membimbing penulis dengan segala keterbatasannya, sangat bersyukur dan berterimkasih banyak kepada bapak. 2. Dinas Pendidikan Kabupaten Pegunungan Bintang selaku pihak yang
memberikan pembiayaan selama proses perkuliahaan di IPB.
3. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta bapak Rumin Urpon, Mama Amina Kaladana, ibu Mina dan adik-adikku Dolpinus, Nelson, Nelpin, Ela, dan Karisma yang tiada henti memberikan doa, semangat, dukungan, dan pengorbanan dengan penuh ikhlas kepada penulis sehngga bisa melalui masa penulisan skripsi dengan lancar. 4. Kelurga besar urwan, bapa ade Alfi, bapa ade Bertus, dan bapa ade Kori 5. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekelompok
bimbingan yaitu Ciput, Nisa, Sofi, Try, Mirfa, kaka Zezy dan Habibi yang telah banyak memberikan dukungan dan menjadi tempat curahan hati penulis ketika mengeluh. Terima kasih yang tak terkira penulis sampaikan juga kepada seluruh teman-teman SKPM 47 yang telah dengan penuh kasih sayang dan keceriaan bersama-sama melewati masa perkuliahan di SKPM.
6. Terima kasih kepada Keluarga IMAPA Bogor dan The Golden 2009, serta adik Rini dan Rehulina Ginting yang telah memberikan banyak pengalaman belajar, memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama kuliah di IPB. 7. Dr. Selvi Tebay dan keluarga yang telah membantu penulis dalam memberikan
motivasi, moral dan keuangan selama perkulihan hingga saat ini.
8. Dr. Dedy. S yang senantiasa menolong saya dalam penulisan skripsi semoga berkat Tuhan selalu mengalir dalam kehidupan dan keluargamu
9. Ibu Yeremina Kulka dan kaka Iknas Mimin yang membantu dalam memberikan semangat, doa dan finansial keuangan selama study saya di IPB. 10. Sudara-sudara yang membantu saya dalam penelitian yakni adik Widel, adik
Ice, kaka Ida dan Acel dan Domin You serta saudaraku Honoratus kulka.
Bogor, April 2015
Resa Urpon
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL IX
DAFTAR GAMBAR IX
DAFTAR LAMPIRAN IX
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 5
Pemimpin dan Peranannya 5
Partisipasi Masyaraka 8
Alokasi Dana Desa 9
Kerangka Pemikiran 10
Hipotesis 12
Definisi Operasional 12
PENDEKATAN LAPANG 21
Metode Penelitian 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Teknik Sampling 21
Teknik Pengolahan Data 23
Teknik Analisis Data 23
GAMBARAN UMUM 24
Kondisi Sosial dan Geografis Desa Dramaga 24
Pelaksanaan Pemanfaata Program ADD di Desa Dramaga 30
Karakteristik Responden 32
PERAN PEMIMPIN LOKAL DALAM PEMANFAATAN PROGRAM ADD 35
Peran Pemimpin 35
Ikhtisar 41
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN PROGRAM
ADD 43
Ikthisar 50
HUBUNGAN PERAN PEMIMPIN LOKAL TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN PROGRAM ADD DI DESA
DRAMAGA 53
KESIMPULAN DAN SARAN 55
kesimpulan 55
Saran 56
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 59
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
1. Karakteristik pemimpin formal dan informal 6 2. Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Dramaga 24 3. Jenis kepemilikan ternak Desa Dramaga berdasarkan
4. Sensus Tahun 2010 29
5. Jumlah dan jenis lembaga atau organisasi dengan
jumlah anggota Desa Dramaga 30
6. Jumlah dan persentase karakteristik
responden berdasarkan umur 32
7. Jumlah dan persentase karakteristik
reponden berdasarkan pendidikan 33
8. Jumlah dan persentase karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan atau mata pencaharian 34 9. Jumlah dan persentase peran pemimpin
sebagai komunikator dalam program ADD berdasarkan kategorinya 35 10. Jumlah dan persentase peran pemimpin
sebagai motivator dalam program ADD berdasarkan kategorinya 37 11. Jumlah dan persentase peran pemimpin
sebagai fasilitator dalam program ADD berdasarkan kategorinya 39 12. Standar Deviasi jumlah dan persentase pengaruh peran pemimpin
lokal dalam pemanfaatan program ADD 41
13. Tingkat partsisipasi masyarakat dalam
perencanaan kegiatan ADD berdasarkan kategorinya 43 14. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan ADD berdasarkan kategorinya 45 15. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
pemanfaatan hasil kegiatan ADD berdasarkan kategorinya 47 16. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
evaluasi kegiatan ADD berdasarkan kategorinya 49 17. Standar Deviasi jumlah dan persentase tingkat partsisipasi
masyarakat dalam pemanfaatan program ADD berdasarkan kategorinya 50 18. Hasil uji Spearman's Rho (SPSS), hubungan
peran pemimpin lokal dengan partisipasi masyarakat
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
1. Kerangka pemikiran 11
2. Bagan mekanisme pengambilan sampel 22
3. Jumlah dan jenis mata pencaharian penduduk Desa Dramaga
berdasarkan RPJM desa tahun 2014 25 4. Jumlah (unit) dan jenis sarana dan prasarana ekonomi penduduk
Desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014 26 5. Jumlah dan persentase sarana prasarana pendidikan
Penduduk desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014 27 6. Jumlah dan sarana prasarana kesehatan penduduk
Desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Halaman
1. Peta lokasi penelitian 59
2. Kegiatan penyelenggaraan ADD 60
3. Tahapan pelaksanaan ADD 62
4. Data kualitatif 64
5. Dokumentasi penelitian 69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fenomena kemiskinan selalu menjadi bahasan yang hangat dalam setiap diskusi baik di pemerintah maupun di masyarakat awam. Kemiskinan merupakan kondisi serba kekurangan dan ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum (Kuncoro dalam Bahri 2005). Kemiskinan dengan berbagai standarnya akan selalu ditemui di belahan dunia manapun. Indonesia dengan sebaran penduduk yang sebagian besar berada di pedesaan juga tidak lepas dari kondisi kemiskinan tersebut. Badan Pusat Statistik/BPS (2012) mencatat terdapat 28.59 juta atau 11.66% jumlah penduduk miskin di Indonesia yang sebarannya hanya banyak terdapat di kawasan di pedesaan (14.70 persen).
Melihat kondisi tersebut, maka pemerintah merumuskan dan menetapkan berbagai macam kebijakan untuk meningkatkan dan memberdayakan masyarakat desa, baik itu materi ataupun non materi dalam berbagai program pembangunan. Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang diperuntukkan untuk pemberdayan desa adalah Alokasi Dana Desa (ADD). Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 37 tahun 2007 menjelaskan bahwa ADD merupakan satu kesatuan dengan pengelolaan keuangan desa. Rumus yang dipergunakan dalam ADD adalah azas merata dan adil. Merata artinya bahwa besarnya bagian ADD setara untuk setiap desa, dan adil adalah bahwa besarnya bagian ADD ditetapkan berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu (misalnya: kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan dasar, kesehatan, dan lain-lain).
Selanjutnya ADD bersumber dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa dengan porsi minimal 10 persen. Tujuan diberlakukannya ADD adalah untuk menanggulangi kemiskinan, mengurangi kesenjangan, meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan ditingkat desa dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan, meningkatkan pengamalan nilai-nilai keagamaan, sosial budaya dalam rangka mewujudkan peningkatan sosial, meningkatkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat, meningkatkan pelayanan pada masyarakat desa dalam rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, mendorong peningkatan keswadayaan dan gotong royong masyarakat, serta meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sehubungan dengan hal di atas maka dipastikan pelaksanaan program ADD memiliki keterkaitan dengan peran pemimpin sebagai bagian yang diamanahkan untuk menjalankan program tersebut. Lancar tidaknya program dan tinggi tidaknya partisipasi masyarakat didalamnya adalah tergantung dari peran pemimpin itu sendiri. Terkait dengan peran pemimpin Ismail dalam
berfungsi untuk menerjemahkan perintah dan segala kebijakan dari pemerintahan di atasannya. Sementara itu, sebagai koordinator, pemimpin
berfungsi untuk mengkoordinir perencanaan dari instansi “atas desa”
kemudian melaksanakannya. Sedangkan sebagai motivator pemimpin berfungsi untuk senantiasa berusaha menyadarkan dan menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Uraian di atas, maka peran pemimpin bahwa prihal secara langsung atau tidak akan mempengaruhi keikutsertaan masyarakat (partisipasi) dalam kegiatan pemanfaatan ADD. Pemimpin dapat mempengaruhi, menggerakkan, mengkomunikasikan, menginformasikan secara berimbang, dan mengajak turut serta masyarakat, memengaruhi sikap masyarakat dalam berpartisipasi dikegiatan tersebut. Cohen dan Uphoff dalam Barlan (2011) menjabarkan kegiatan partisipasi dalam empat tahapan, yaitu pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi.
Kenyataan dalam pelaksanaannya, banyak praktik pemanfaatan ADD yang masih belum sesuai dengan standar dan prosedur serta belum mencapai tujuan utamanya untuk mendekatkan diri pada cita-cita kedaulatan dan kesejahteraan rakyat. Karyana (2011) mengungkapkan bahwa prosedur formal perencanaan pembangunan dari bawah tidak sesuai harapan karena aspirasi warga desa yang disampaikan dalam Musrenbangdes tidak sampai ke pemerintah diatasanya. Pembangunan pedesaan cenderung masih menekankan aspek formalitas administrasi dalam artian program wajib dilaksanakan, meskipun belum sesuai dengan pemusatan partisipastif masyarakat (seperti: tujuan pemerintah dalam perencanaan pembangunan untuk memberdayakan masyarakat).
Alhasil, efektifitas program dalam pembanguan pemberdayan masyarakat yang dilaksanakan menjadi kurang dan peran pemimpin lokal yang menjadi alat pemersatu antara masyarakat dan pemerintah tidak dapat terlaksana dengan baik karena kurangnya kepercayaan masyarakat. Oleh sebab itu, penting untuk dianalisis bagaimana peran pemimpin lokal dalam setiap kegiatan pembangunan pedesaan, utamanya pemanfaatan ADD yang seharusnya dapat membawa masyarakat kepada kondisi sosial dan ekonomi yang lebih baik. Peran pemimpin yang sesuai dengan harapan masyarakat akan berbanding lurus dengan partisipasi masyarakat dan pada akhirnya kedaulatan dan kesejahteraan yang menjadi harapan masyarakat pedesaan dapat terwujud.
masyarakat yang merepresentasikan kondisi sosial lapisan bawah. Dengan demikian, menjadi penting bagi peneliti untuk meneliti bagaimana peran pemimpin lokal terhadap partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program ADD di desa Dramaga, Kecamatan Dramaga Kabupatan Bogor.
Perumusan Masalah
Pelaksanaan program pembangunan pedesaan salah satunya berupa pemanfaatan ADD, dalam pamenfaatan ADD pemimpin lokal memiliki peranan penting untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Kasus rendahnya partisipasi dan sumbangsi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan di pedesaan Indonesia menyebabkan kajian tentang pengaruh pemimpin dan peranannya terhadap peningkatan partisipasi masyarakat menjadi penting sehingga muncul pertanyaan penelitian secara umum yaitu
seberapa kuat hubungan peran pemimpin lokal dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD?
Pemimpin lokal memiliki beberapa peran dalam pembangunan pedesaan. Masing-masing peran memiliki dedikasi dan pertanggungjawabannya sendiri dalam program pemberdayaan masyarakat di desa. Peran tersebut yaitu peran sebagai motivator, komunikator, dan fasilitator. Peran-peran tersebut memiliki derajat yang berbeda-beda dalam hal mempengaruhi partisipasi masyarakat pada kegiatan pemanfaatan ADD. Oleh sebab itu perlu melihat sejauh mana peran pemimpin lokal dalam pemanfaatan ADD?
Peran-peran pemimpin dalam pembangunan pedesaan (motivator, komunikator, dan fasilitator) secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Beberapa peran yang dilakukan pemimpin lokal tersebut memiliki derajat efektifitas yang berbeda-beda dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan partisipasi (perencanaan, pelaksanaa, menikmati hasil, dan evaluasi). Oleh karena itu perlu mengetahui sejauhmana partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, dirumuskan tujuan umum pada penelitian ini, yaitu untuk menganalisis sejauh mana hubungan peran pemimpin lokal terhadap partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD. Sementara itu, tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis peran pemimpin lokal dalam pemanfaatan ADD; 2. Menganalisis partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ADD; dan 3. Menganalisis hubungan peran pemimpin lokal terhadap partisipasi
Manfaat Penelitian
Pada dasarnya kegunaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peran pemimpin lokal terhadap partisipasi masyarakat dalam program ADD. Adapun penelitian ini memberikan manfaat untuk kepentingan akademisi, pemerintah dan masyarakat. Penjelasan kegunaan yakni sebagai berikut :
1. Bagi akademisi
Penelitian ini merupakan perwujudan dari tridharma perguruan tinggi yang dapat meningkatkan khazanah ilmu pengetahuan dan menjadi sumber rujukan dalam topik peran pemimpin khususnya menganalisis paritsipasi masyarakat dalam program pembangunan desa.
2. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini akhirnya dapat digunakan sebagai referensi pemerintah maupuan pihak-pihak terkait dalam menggulirkan program ke pedesaan agar yang masuk terimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan rencana dan tujuan.
3. Bagi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Pemimpin dan Peranannya
Seorang pemimpin dikatakan berhasil dalam kepemimpinannya jika pemimpin tersebut dapat mempengaruhi pengikutnya sehingga tujuan yang direncanakan bersama dapat tercapai. Pemimpin yang memiliki pengaruh yang besar bagi pengikutnya tentu memiliki kepekaan terhadap pengembangan akan individu pengikut, memberikan motivasi, serta pengetahuan yang mumpuni sehingga dalam peranan kepemimpinannya dapat berhasil dengan baik. Hal tersebut juga dapat terlihat dari hubungan yang kuat serta nyata antara peran pemimpin dengan partisipasi pengikutnya dalam mencapai tujuan. Oleh sebab itu, sesuai dengan pengertian pemimpin menurut Sholehuddin (2008) bahwa seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan serta memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi pengikutnya dengan tugas-tugas yang harus di laksanakan, dalam artian bahwa pemimpin tentu memiliki kekuasaan sehingga mereka memiliki hak dalam mengajak dan mnendorong orang melakukan suatu tugas dalam mencapai tujuan yang di inginkan. Demikian halnya yang diungkapkan oleh Soekanto (1982) bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang (pemimpin atau Leader) untuk mempengaruhi orang lain (orang yang dipimpin atau pengikutnya) bertingkah laku seperti yang diinginkan oleh pemimpinnya.
Selanjutnya, menurut Etzioni (1985) dalam Barlan (2011) menjelaskan bahwa pemimpin dapat dibagi menjadi dua yaitu formal dan informal. Etzioni menambahkan bahwa yang dimaksud dengan pemimpin informal adalah seorang individu yang mampu mengendalikan bawahan berdasarkan kekuatan pribadinya Sedangkan seorang yang sekaligus memiliki kekuasaan posisional dan kekuatan pribadi disebut pimpinan formal. Oleh sebab itu, berdasarkan uraian di atas maka pengertian pemimpin lokal menurut Barlan (2011) dalam penelitiannya adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya.
dipisahkan atau saling tergantung, istilah kata bahwa tidak ada peranan tanpa kedudukan atau sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peranan.
Peran pemimpin tersebut akan diakui sesuai dengan posisi atau kedudukan yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Oleh sebab itu, karakteritsik pemimpin formal adalah seorang individu yang secara sah menurut aturan (hukum) diakui status dan kedudukannya sebagai pemimpin sedangkan, pemimpin informal adalah seorang individu yang mampu mengendalikan bawahan berdasarkan kekuatan pribadinya. Lebih rinci terkait Perbedaaan karakteristik pemimpin formal dan informal dapat pada Tabel1.
Tabel 1 Karakteristik pemimpin formal dan informal
Karakteristik Pemimpin formal Pemimpin informal Pengangkatan
Dalam organisasi Teratur dalam organisasi secara dalam bagan dan hirarki yang jelas
Panggilan pemimpin
Kepala Sesuai pemangku
kepentingan pemimpin
Aturan Ketat Tidak ketat
Jangka waktu Jangka waktu yang di tentukan organisasi
Tidak ada ketentuan, bisa jangka panjang dan jangka pendek.
Sumber: Karjadi (1983)
Peran pemimpin lokal forma ataupun informal memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan masyarakat dalam pembangunan pedesaan. Ha ini karena pemimpin lokal adalah individu-individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh peran yang mereka tunjukan dimasyarakat. Kemampuan pemimpin dalam mengajak, membimbing, dan memotivasi warga dalam berbagai aktivitas bersama di pedesaan adalah kemampuan utama yang harus dimiliki.
Sejalan dengan itu, maka pada hakekatnya anggota masyarakat memerlukan peranan pemimpin untuk menggerakan peran warga dalam pembangunan pedesaan. Salah satu peran pemimpin lokal formal (kepala desa) menurut Ismail dalam Lestari (1991) yaitu; (1) sebagai komunikator, yakni Peran pemimpin yang berfungsi untuk menerjemahkan perintah dan segala kebijakan dari pemerintahan di atasnya; (2) sebagai motivator, yakni peran pemimpin yang senantiasa berusaha menyadarkan dan menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik; (3) sebagai koordinator, yaitu Peran pemimpin yang berfungsi untuk mengkoordiniar perencanaan dari instansi
budaya, dana, dan segala unsur dari pemimpin kelompok (key people) di gerakan serta diarahkan; (5) sebagai pemimpin tertinggi, yakni dalam desa, berkewajiban melindungi dan memberikan contoh (teladan) kepada rakyat dalam tindak tinduk sehari-hari.
Demikian halnya, menurut Mahayana (2013) menyatakan peran pemimpin lokal diantaranya:
a. Motivator, yaitu peran sebagai pendorong dan pemberi semangat kepada masyarakat setempat, agar ikut melakukan tindakan-tindakan yang positif sehingga apa yang diharapkan dapat lebih berkembang dan suatu saat dapat menjadi penopang perekonomian yang ada.
b. Fasilitator dalam hal ini Kepala Desa sebagai fasilitator, yaitu orang yang memberikan bantuan dan menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga program pembangunan desa dapat berjalan dengan baik.
c. Mobilisator, yaitu orang yang mengarahkan atau menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan sebuah pembangunan guna untuk kepentingan bersama. Jadi kepala desa sebagai mobilisator yaitu kepala desa menggerakkan atau mengajak masyarakat untuk bersama-sama melakukan tindakan yang nyata untuk membangun desa, misalnya melakukan gotong royong, memperbaiki tempat ibadah, serta memperbaiki tempat-tempat umum lainnya.
Menurut Lestari (1991) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa setiap kepala desa dalam pembangunan pedesaan memiliki peranan yang berbeda-beda. Dalam pengaruh peranan kepala desa dari kedua desa penelitianya terlihat bahwa peranan pemimpin lokal yang besar adalah sebagai komunikator sedangkan peranan sebagai pemersatu dan koordinator hanya kecil. Seperti halnya Barlan (2011) menyatakan bahwa peran pemimpin lokal dalam program pembangunan pedesaan didominasi oleh pemimpin lokal formal. Salah satunya kepala desa dibandingkan pemimpin informal (tokoh pemuda, tokoh agama dan tokoh petugas PNPM). Hal tersebut dipengaruh oleh status peran pemimpin lokal yang dimilinya. Atribut kepemilikan modal manusia yang dimiliki kepala desa tersebut memiliki pengaruh yang besar sehingga tahapan program partisipasinya tinggi dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Pedesaan di Desa Dramaga.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi merupakan aktivitas pengambilan bagian atau keterlibatan sesama individu masyarakat dalam suatu proses pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Menurut Nasdian (2014) bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Demikian halnya, berdasarkan pada pengertian Uphoff et al. (1979) menyatakan bahwa partisipasi adalah istilah deskriptif yang menunjukan keterlibatan sejumlah besar orang dalam situasi atau tindakan yang mensejahterakan mereka. Demikian juga menurut Adisasmita (2006) bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) adalah aktualisasi dan kemampuan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program atau proyek yang dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Selanjutnya pelaksanakan kegiatan program pembangunan pedesaan baik dari pemerintah ataupun masyarakat itu sendiri. Hal mendasar dalam pelaksanakan kegiatan program pembangunan pedesaan yaitu keterlibatan masyarakat dalam berbagai tahapan kegiatan atau program hingga mencapai hasil yang dituju.
Keterlibatan masyarakat dalam tahapan kegiatan yang disesebut juga sebagai tahapan partisipasi, menurut Cohen dan Uphoff (1979) dalam Barlan (2011) yang membagi ke dalam empat tahapan, yakni:
1) Tahap pengambilan keputusan (perencanaan), diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini adalah proses perencanaan suatu kegiatan. 2) Tahapan pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam
pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. 3) Tahap menikmati hasil, yang menjadi indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek yang dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
Partisipasi masyarakat dalam program pembangunan pedesaan dalam penelitian Girsang (2013) menyimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan perbaikan prasarana jalan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Megamendung, Bogor berada pada tingkat sedang. Hal ini terjadi karena tidak semua tahapan partisipasi masyarakat diikuti atau dilibatkan warganya. Terlihat dari kurangnya partisipasi masyarakat pada tahapan pengambilan keputusan atau perencanaan dan evaluasi yanag dilakukan dalam program pembangunan tersebut. Demikian halnya dengan penelitian Suhendar (2004) dalam program pengembangan masyarakat yang telah di laksanakan di Desa Rancamanyar RW 05, Bandung membuktikan bahwa perencanan program belum dilaksanakan dalam kegiatan partisipatif pada program pengembangan masyarkat sehingga berakibat pada ketidak berhasilan program.
Partisipasi masyarakat menurut penelitian Radjabaycolle (2013) pada partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan DAS Cikapundung, di Kelurahan Dago, Bandung, terlihat kurang aktif. Hal ini sesuai dengan hasil jawaban responden yang terdapat pada kategori sedang pada tahapan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan. Selain itu, keterlibatan masyarakat yang kurang dalam tahapan program pembangunan dapat dilihat dari respon atau kecenderungan masyarakat yang terlibat dalam tahap pelaksanaan kegiatan di bandingkan pada tahapan perencanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembangunan program pemberdayaan masyarakat belum dapat memenuhi keterlibatan secara penuh oleh masyarakat.
Atas pemaparan para peneliti sebelumnya maka tahapan program ADD dalam penelitian ini menggunakan tahapan partisipasi masyarakat yakni perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi dalam pemanfaatan program ADD di Desa Dramaga.
Alokasi Dana Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa mengatur bahwa penyelenggaraan urusan Pemerintah Desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan Bantuan Pemerintah Desa. Aturan tersebut diperkuat dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa (ADD) dari pemerintah kabupaten kepada Pemerintah Desa, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Melalui ADD, desa ataupun kelurahan berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan desa secara otonom.
percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis. ADD sangat penting guna pembiayaan pengembangan wilayah tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Pelaksanaan ADD ini ditujukan untuk program-program fisik dan non fisik yang berhubungan dengan indikator perkembangan desa, meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat, dan tingkat kesehatan.
Pelaksanaan ADD didasarkan atas prinsip-prinsip yaitu pelaksanaan yang transparan/terbuka, peran aktif masyarakat mulai proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemelihara, pelaksanaan kegiatan yang dapat dipertangggungjawabkan secara administratif, teknis dan hukum, peningkatan fungsi peran lembaga kemasyarakatan, dan pelestarian kegiatan yang dikembangkan secara berkelanjutan melalui partisipasi masyarakat. Penggunaan ADD dibagi menjadi dua bidang, yaitu untuk penyelenggaraan Pemerintah Desa sebesar 3 persen dan sebesar 70 peren untuk pemberdayaan masyarakat desa.
ADD seperti telah dijelaskan di atas, diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat. Penjelasan mengenai penyelenggaraan kegiatan yang di peruntukan ADD dapat dilihat pada Lampiran1. Alokasi Dana Desa untuk biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan, prioritas secara seimbang dan sesuai kemampuan keuangan (ADD) yang diterima oleh Pemerintah Desa berdasarkan musyawarah tentang penggunaan ADD. Adapun dalam pelaksanaannya, ADD dilakukan melalui beberapa tahapan-tahapan kegiatan yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kerangka Pemikiran
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain. Pemimpin lokal dalam masyarakat pedesaan memiliki peranan, arti kata peranan sendiri yaitu apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan peranan. Peranan dalam penelitian ini adalah peranan pemimpin lokal formal Desa Dramaga yang akan dinyatakan dalam pelaksanaan pemanfaatan program ADD.
berjalan dengan baik. Peran pemimpin yang terakhir dalam penelitian ini adalah sebagai fasilitator memiliki kemampuan pemimpin dalam memberikan bantuan dan menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa, memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga program pembangunan desa dapat berjalan dengan baik. Adapun Gambaran kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini :
Program AD
Keterangan: :
Keterangan :
: Memiliki hubungan
Gambar 1 Kerangka analisis peran pemimpin lokal dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program ADD.
Sehubungan dengan hal diatas, Peran pemimpin juga memiliki hubungan yang erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemanfaatan program ADD. Adapun partisipasi masyarakat dapat dilihat dari tahapan program yang diikuti masyarakat yakni dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi program. Partisipasi
masyarakat dalam tahapan perencanaan program ADD dapat diilihat dari kehadiran dan pemahaman masyarakat akan konsep program yang terkait dengan pelaksanaan pemanfaatan program ADD. Selanjutnya, tahapan pelaksanan dilihat dari keterlibatan dan peran masyarakat dalam memberikan sumbangan pada saat pelaksanaan kegiatan ADD. Adapun sumbangsi yang dapat diberikan berupa sumbangsih non materi atau materi, dan keterlibatan masyarakat sebagai anggota proyek. Kemudian tahapan berikutnya adalah tahapan menikmati hasil yaitu tahapan dimana masyarakat sebagai subjek pembangunan menikmati hasil dari pembangunan kegiatan dari ADD sebagai hasil dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sebelumnya. Tahapan partisipasi yang terakhir dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ADD yakni tahapan evaluasi program, pada tahapan ini akan dilihat partisipasi masyarakat ketika menilai, memberikan kritik serta saran sebagai hasil evaluasi masyarakat terhadap pelaksanaan program ADD itu sendiri.
Hipotesis
Pemimpin lokal memiliki hubungan yang penting dalam mengimplementasikan program ADD. Dalam hal ini, pemimpin lokal memiliki peran penting dalam membimbing, menggerakkan serta memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pemanfaatan program ADD. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, maka peneliti menetapkan hipotesis uji penelitian yaitu: semakin aktif peran pemimpin lokal maka semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program ADD.
Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki 3 konsep utama yaitu pemimpin, peran pemimpin, dan tahapan partisipai masyarakat dalam program. Ketiga konsep tersebut, maka di dirumuskan definisi operasional yang bertujuan sebagai batasan dan indikator dalam penelitian ini. Adapun definisi operasional tersebut yaitu:
A. Pemimpin lokal
B. Peran Pemimpin, yaitu perilaku yang diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang pemimpin yang memiliki status dan kedudukan tertentu di masyarakat. Peran pemimpin dibagi menjadi beberapa jenis, sebagai berikut:
1. Komunikator, yaitu orang yang memilih, menyusun, merencanakan program-program, cerita-cerita yang disebarkan kepada khalayak. Peran pemimpin sebagai komunikator diukur dengan variabel-variabel sebagai berikut:
Penerjemahan pesan (perintah) dari pemerintah di atasnya adalah mengalihkan pesan dari sumber (pemerintah) pesan kepada penerima (masyarakat) pesan dalam ADD. Dimana pemimpin memiliki kecapakan dalam mengemas dan menyampaikan pesan yang sesuai dari pemerintah kepada masyarakat. Penyampaian dalam penggunaan bahasa yang di mengerti masyarakat serta isi pesan harus singkat, padat dan jelas kemudian isi pesan tersebut dapat di pahami oleh masyarakat awam pada umumnya di desa tersebut. Pengukuran indikator yakni kesesuaian pesan.
- Sangat sesuai, skor = 3 - Kurang sesuai, skor = 2 - Tidak sesuai, skor = 1 Indikator pengukurannya adalah ;
- Penyampaian pesan dengan bahasa yang dimengerti masyarakat desa (bahasa daerah);
- Pengemasaan pesan yang baik sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat;
- Isi pesan singkat, padat dan jelas; dan
- Pesan yang disampaikan sesuai dengan pesan dari pemerintah di atasanya.
Penyampaian informasi terbaru adalah peran pemimpin dalam menyampaikan informasi terbaru terkait dengan kebijakan dan perintah ataupun informasi tentang program pemberdayaan masyarakat desa, seperti pemanfaatan ADD kepada masyarakat. Pengetahuan pemimpin lokal dalam meng-update (kekinian informasi) penyampaian informasi baru dan kemudahan peran pemimpin mentransformasikan pesan sangat mudah. Oleh karea itu, peran pemimpin dapat diukur dengan kemudahan informasi terbaru yakni :
- Sangat cepat menyampaikan informasi tebaru, skor = 3 - Kurang cepat menyampaikan informasi terbaru, skor = 2 - Tidak cepat menyampain informasi terbaru, skor = 1 Indikator yang di ukur adalah
- Pemimpin selalu mengetahui dengan cepat informasi baru mengenai kebijakan dan perintah dari pemerintah di atasanya; - Pemimpin mudah dalam menyampaikan atau
mentransformasikan pesan baru bagi masyarakat; - Memiliki pengetahuan tinggi dalam membagikan
- Pernyataan yang disampaikan oleh pemimpin lokal desa mudah di cerna oleh masyarakat desa.
Kategori peran pemimpin lokal sebagai komunikator diukur dengan menjumlahkan masing-masing skor dari penerjemah pesan dari pemerintah diatasnya dan penyampaian komunikator terbaru bagi masyarakat desa. Adapun ukuran dari total masing-masing indikator yaitu dengan rumus serta jawaban dari responden sbb :
a. Penerjemah pesan sangat baik = X≥21 b. Penerjemah pesan yang kurang baik = 7≤X˂9 c. Penerjemah pesan yang tidak sesuai = X≤ 6
2. Motivator akan dapat disebut sebagai pendorong, yakni peran pemimpin kepada masyarakat yang dapat memberikan motivasi bagi anggota/komunitas/ masyarakat. Peran pemimpin sebagai motivator diukur dengan variabel-variabel sebagai berikut:
Tingkat kemampuan menggerakkan masyarakat adalah perilaku peran pemimpin dalam menemukan, menampung dan mengemukakan ide-ede yang baik dalam pemanfaatan ADD. Pengukuran indikator dilihat dari kemampaun dalam menggerakan masyarakat:
- Sangat mampu, skor = 3 - Kurang mampu, skor = 2 - Tidak mampu, skor = 1 Indikatornya yang di ukur adalah
- Pemimpin dapat atau mampu menggerakan masyarakat dalam kegiatan desa;
- Pemimpin dapat menggerakan masyarakat dengan idenya yang berkualitas;
- Pemimpin mampu dalam menampung aspirasi masyarakat sehingga dapat dengan mudah menggerakan masyarakat; dan - Pemimpin dapat mengemukakan ide- idenya yang
berkualitas pada masyarakat sehingga dengan mudah meyakinkan masyarakat untuk ikut dalam program.
Motivasi dan pendorong semangat adalah membangkitkan emosi dan pikiran positif serta Kemauan atau keinginan masyarakat melaksanakan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih khusus pemanfaatan ADD oleh masyarakat. Peran pemimpin dapat mendorong masyarakat atau komunitas memiliki keinginan, ikut terlibat dan melaksanakan kegiatan. Nilai pengukuran akan dilihat dari adanya virus motivasi dari pemimpin, sehingga ada keinginan atau kemauan masyarakat untuk terlibat dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa lebih khusus kegiatan pemanfaatan ADD. Pengukuran indikator melalui kemampuan peran pemimpin dalam memberikan motivasi:
Indikator pengukurannya adalah
- Pemimpin dapat atau mampu memberikan motivasi bagi masyarakat untuk menggerakan masyarakat dalam kegiatan ADD;
- Pemimpin mampu memberikan dorongan atau semangat bagi masyarakat untuk bergerak dalam mengikuti kegiatan ADD; - Pemimpin mampu memberikan contoh dalam pelaksanaan
kegiatan;
- Pemimpin memberikan motivasi untuk memiliki keinginan dalam kegiatan ADD; dan
- Pemimpin memberikan motivasi sehingga masyarakat ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.
Penilaian Kategori peran pemimpin lokal sebagai motivator akan di ukur dengan menjumlahkan skor masing-masing dari tingkat kemampuan menggerakan masyarakat dan motivasi pendorong dan pemberi semangat. Adapun pengukurannya dilakukan dengan rumus dan jawaban sbb:
a. Sangat memotivasi = X ≥ 12 b. Kurang memotivasi = 7 ≤ X<9 c. Tidak memotivasi = X ≤ 6
3. Fasilitator yaitu peran pemimpin untuk mendukung masyarakat dan merangsang pembangunan komunitas dengan memberikan bantuan dan menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta memfasilitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka berbagai fasilitator adalah sebagai berikut :
Memberikan bantuan fasilitas kegiatan yakni kemudahan dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga,program pembangunan desa dapat berjalan dengan baik. Pengukurannya melihat dari indikator fasilitas yakni dalam memberikan bantuan berupa materi, tenaga dan waktu. Pengukuran nilai di berikan sesuai peran pemimpin melakukan ketiga indikator apakah memberikan kemudahan atau tidak :
- Kemudahan sangat tinggi, skor = 3 - Kemudahan sedang, skor = 2 - Kemudahan rendah, skor = 1 Indikator pengukuran adalah
- Pemimpin mampu memberikan fasilitas bagi masyarakat; - Pemimpin memberikan fasilitas berupa materi yakni uang; - Pemimpin juga memberikan fasilitas non-materi yakni tenaga
dan waktu; dan
Memberikan mediasi permasalahan warga adalah peran pemimpin sebagai narasumber dalam penyelesaian persoalan warga dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih khusus program ADD. Jika pemimpin melakukan mediasi dalam perpecahan permasalahan warga terkait pemanfaatan ADD dari mengetahui masalah, ingin menyelesaikan masalah dan bertindak menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang dialami warga. Dengan demikian ketiga skor tersebut sangat mampu memberikan mediasi apa tidaknya peran pemimpin diukur dengan tindakan nyata pengaruh kemampuan pemimpin yakni :
- Sangat mampu, skor = 3 - Kurang mampu, skor = 2 - Tidak mampu, skor = 1 Indikator pengukurannya adalah
- Pemimpin mampu dalam menyelesaikan permasalahan warga desa;
- Pemimpin merupakan narasumber yang baik dalam memberikan mediasi permasalahan;
- Pemimpin selalu mengetahui permasalahan warga sehingga mudah dalam menyelesaikan masalah warga desa; dan
- Pemimpin ingin dan selalu menyelesaikan persoalan dengan baik.
Kategori peran pemimpin lokal sebagai fasilitator diukur dengan menjumlahkan skor masing-masing dari peran pemimpin memberikan fasilitas dan memberikan mediasi permasalahan warga sebagai tanggungjawab perannya sebagai pemimpin bagi masyarakat desa yang memberikan kepercayaan bagi dirinya. Adapun pengukuran jumlah total masing–masing kategori peran sebagai fasilitator di ukur dengan rumus dan jawaban responden sebagai berikut:
a. Tinggi = X ≥ 12 b. Sedang = 7 ≤ X < 9 c. Rendah = X ≤ 6
C. Tahapan partisipasi masyarakat dalam program 1. Tahap perencanaan
Kehadiran adalah keikutsertaan masyarakat dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat perencanaan program pemanfaatan ADD. Jumlah kehadiran responden masyarakat dalam tahapan perencanaan, baik dalam musyawarah atau rapat kegiatan pengambilan keputusan yakni dalam pemanfaatan ADD. Indikator pengukuran dilakukan dengan melihat jumlah kegiatan pemanfaatan ADD yang disesuaikan dengan intensitas kehadiran masyarakat atau responden dalam perencanaan kegiatan tersebut yakni:
- Intensitas sangat tinggi, skor =3 - Intensitas sedang, skor =2 - Intensitas rendah, skor =1
Indikator pengukuran adalah
- Partisipasi masyarakat dalam perencanaan kegiatan ADD dalam pelaksanaan kegiatan ADD ikut terlibat apa tidak; dan - Terdaftar Aktif dalam daftar kehadiran dari kegiatan rapat
tersebut
Konsep program adalah keterlibatan dan keaktifan responden atau masyarakat dalam merencanakan atau menentukan konsep program yang akan dilaksanakan di desa. Bentuk kehadiran dalam rapat atau musyawarah yakni di nilai keaktifannya dalam memberikan ide, (konsep) dalam perencanaan program pemanfaatan ADD. Ide yang di berikan berupa usulan dan pernyataan untuk menyelesaikan persoalan dalam permasalahan yang terjadi di desa dan penting dalam penentuan program. Pengukuran indikator yakni dengan melihat keaktifan masyarakat atau responden dalam perencanaan:
- Sangat aktif , skor =3 - Kurang aktif , skor =2 - Tidak aktif , skor =1 Indikator pengukuran adalah
- Responden aktif dalam setiap pertemuan yang ada yakni dalam perencanaan kegiatan pemanfaatan ADD;
- Responden aktif dalam memberikan usulan, pernyataan, dan argumen;
- Argumen yang diberikan sangat memberikan manfaat; dan - Setiap argumen peserta selalu diterima dan diproses oleh
pimpinan dan anggota musyawarah.
Tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan, dinyatakan sebagai keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat penyusunan rencana kegiatan program desa. Pada tahap perencanaan yang dinilai dari masing-masing penjumlahan indikator kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut dengan meyampaikan konsep berupa argumen atau ide yang bermanfaat dalam perencanaan program ADD. Adapun ukuran dalam hal ini, total masing-masing kategori di gunakan rumus sesuai dengan jawaban reponden sbb:
a. Keterlibatan tingi = X≥12 b. Keterlibatan sedang = 7≤X<9s c. Keterlibatan rendah = X≤6
2. Tahap pelaksanaan
- Selalu terlibat, skor = 3 - Kurang terlibat, skor = 2 - Tidak terlibat, skor = 1 Indikator Pengukuran adalah
- Responden aktif dalam pelaksanaan kegiatan ADD;
- Responden aktif dalam pelaksanan dengan menyumbangkan pemikiran dan tenaga; dan
- Responden memberikan makanan dan minuman saat melaksanakan kegiatan.
Sumbangsih materi adalah kemampuan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan program dengan materi (uang) yang dimilikinya. Dimana, hal tersebut menjadi wujud nyata atau sebagai bentuk keterlibatan responden atau masyarakat sebagai peserta dalam kegiatan menyumbangkan materi (uang) untuk dapat membantu pemenuhan sumbangan non-materi sebelumnya. Indikator yang menjadi pengukuran yakni: sumbangan yang diberkan responden.
- Selalu menyumbang, skor =3 - Jarang menyumbang, skor =2 - Tidak menyumbang, skor = 1 Indikator Pengukuran adalah
- Responden hadir dalam pelaksanaan setiap kegiatan ADD yang dilaksanakan; dan
- Responden juga aktif dalam memberikan materi (uang) saat pelaksanaan kegiatan tersebut dilaksanakan.
Tahap pelaksanaan, dinyatakan dalam keikutsertaan dan keaktifan pada pelaksanaan kegiatan ADD. Partisipasi pada tahap pelaksanaan ini diukur dengan masing –masing kategori kehadiran responden dalam pelaksanaan kegiatan yakni memberikan masukan sumbangsi non-materi maupaun berupa materi. Dalam tiap-tiap kegiatan tersebut, di ukur total skor dengan rumus dan jawaban responden dalam tingkat partisipasi yakni:
a. Partisipasi tinggi = X≥12 b. Partisipasi sedang = 10≤X<9 c. Partisipasi rendah = X≤6
3. Tahapan menikmati hasil/pemanfaatan hasil
Manfaat yang didapat merupakan hasil dari perencanaaan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai peserta atau anggota pelaksana kegiatan. Hasil yang dapat dinikmati telah membawa manfaat apa tidak dalam kehidupan dengan melihat tahapan sebelumnya yang telah dilalui dalam kegiatan pemanfaatan ADD. Indikator pengukuran yakni, manfaat yang di rasakan masyarakat
Indikator pengukuran adalah
- Responden mendapatkan manfaat dari hasil kerja sebelumnya;
- Manfaat tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat; dan - Ada harapan untuk diadakan kegiatan mendatang apa tidak.
Kegunaan hasil dalam kehidupan sehari-hari adalah kegunaan hasil yang dirasakan responden atau masyarakat sesuai dengan dengan kebutuhan masyarakat yang diinginkan atau tidak. Jika sesuai berarti dapat dipastikan bahwa memenuhi sasaran yang tepat. Sasaran yang sesuai akan sangat terkait dengan waktu yang akan digunakan dalam pemanfaatan kegiatan atau pemanfaatan ADD yang ada, yakni waktu yang di gunakan untuk menikmati hasil apa sementara saja atau selamanya. Kebutuhan sesuai sasaran dan dengan waktu yang lama berarti sangat sesuai. Dengan demikian pengukuran indikator di lakukan dengan kesesuaian kebutuhan bagi masyarakat yakni ;
- Sangat sesuai, skor =3 - Kurang sesuai, skor =2 - Tidak sesuai, skor =1 Indikator pengukurannya adalah
- Ada manfaat yang di dapat oleh responden untuk setiap hari; - Responden mendapat Manfaat untuk selamanya ;
- Responden hanya mendapat manfaat sementara dari hasil kerja ; - Manfaat yang didapat sesuai kebutuhan ; dan
- Manfaat kegiatan tersebut memenuhi sasaran yang tepat.
Tahapan menikmati hasil yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari program ADD. Menilai tingkat partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil diukur dari manfaat yang di dapat dan kegunaan hasil dalam kehidupan sehari-hari dalam kegiatan ADD. Pengukuran total masing-masing kategori dianalisis dengan rumus dan jawaban responden sbb:
a. Partisipasi tinggi =X≥12 b. partisipasi sedang =7≤X< 9 c. partisipasi rendah = X≤ 6
4..Tahap Evaluasi
Kehadiran adalah keikutsertaan responden atau masyarakat dalam rapat atau musyawarah untuk mengevaluasi kesalahan, kelebihan atau kekurang sesuai dengan pelaksanaan pemanfaatan alokasi dana desa (ADD) yang diadakan saat program berakhir. Pengukuran sesuai dengan daftar peserta masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan yakni dengan indikator:
Indikator pengukurannya adalah
- Responden hadir dalam kegiaatan pemanfaatan ADD; dan - Keikutsertaan responden dalam evaluasi ADD
Kritik dan Saran adalah keterlibatan atau keikutsertaan masyarakat dalam rapat atau musyawarah yang di lakukan. Bentuk keterlibatan masyarakat atau responden dengan menyumbangkan kritik, saran, atau argumen terhadap program ADD yang telah dilaksanakan. Indikator pengukuran yang akan dilihat yakni:
- Selalu terlibat, skor =3 - Kurang terlibat, skor =2 - Tidak terlibat, skor =1 Indikator pengukurannya adalah
- Responden hadir dalam rapat; dan
- Responden ikut memberikan pendapat atau saran dan kritik
Tahap evaluasi, yaitu keikutsertaan responden dalam mengevaluasi kegiatan pemanfaatan ADD. Mengukur partisipasi keaktifan masyarakat dalam tahapan evaluasi yaitu jumlah total masing-masing kategori kehadiran dan menyampaikn kritik dan saran berupa argumen dari responden untuk mengevaluasi pelaksanaan atau hasil kegiatan pemanfaatan ADD. Indikator pengukuran masing –masing indikator tahapan evaluasi menggunakan rumus sesuai dengan jawaban responden sebagai berikut:
a. Aktif =X≥12
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Penelitin ini menggunakan metode penelitian kuantitatif didukung oleh metode kualitatif. Metode penelitian kuantitatif menggunakan tehnik survei, yakni dilakukan pengumpulan data dari sampel atas populasi responden menggunakan instrumen berupa kuesioner. Adapun tehnik penelitian kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan dan responden yang terlibat dalam pemanfaatan program ADD. khususnya pengurus dan anggota penguna atau kegiatan pelaksanann pemanfaat program ADD tersebut. Lebih lanjut dengan wawancara tidak terstruktur, wawancara mendalam, dan opservasi lapang juga peneliti lakukan guna mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawah Barat. Proses penelitian dimulai dari pembuatan proposal penelitian pada bulan Maret – Juli 2014. Kemudian dilanjutkan dengan proses penelitian di lapangan dilaksanakan selama 6 minggu, yaitu bulan Agustus hingga bulan September 2014.
Teknik Sampling
Berbeda halnya dengan pengambilan sampel sebelumnya penentuan responden bagi pengurus pemanfaatan ADD ini direkomendasikan oleh RT dan RW sehingga menggunakan puposive sampling. dengan cara purposive
atau sengaja. Adapun mekanisme pemilihan responden dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Bagan mekanisme pengambilan sampel
Teknik Pengolahan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) di lokasi penelitian, wawancara mendalam kepada informan dan responden dengan mengacu kepada panduan pertanyaan kuesioner. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari kantor Kepala Desa terkait dengan data mengenai kondisi wilayah dari segi sosial, ekonomi, geografis, serta profil desa dari RPJM Desa Dramaga Tahun 2014 dan data berupa dokumen-dokumen dari informan ataupun responden. Hal ini dilakukan supaya data yang diambil dapat terwakili secara akurat sesuai topik penelitian dan lengkap data penelitian yang diperlukan.
Teknik Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pengurus desa, tokoh masyarakat, responden, informan, dan observasi langsung disajikan dalam bentuk deskriptif. Sementara itu, data kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel 2013 yaitu menentukan frekuensi setiap indikator dari variabel peran pemimpin dan indikator variabel partisipasi masyarakat dengan rumus sebagai berikut: =IF(I6>=10;"tinggi";IF(H6<=6;"rendah";"sedang")). Dilanjutkan dengan rumus Standar deviasi dengan cara; jumlah skor jawaban responden masing-masing variabel peran pemimpin dan partisipasi masyarakat setelah itu diambil rata-ratanya, hal yang sama dilakukan pada Standar Deviasi yakni (sum=STD). Kemudian dilanjutkan dengan menentukan nilai skor tertinggi yakni (rata-rata + STD), nilai skor rendah dengan (rata-rata-STD) sedangkan untuk nila skor sedang diambil nilai skor diantara nilai tinggi hingga rendah. Adapun analisis data kuantitatif selanjutnya menggunakan
Software SPSS Statistik 21 yakni Uji korelasi Spearman’s Rho untuk melihat hubungan varaiabel peran pemimpin lokal dengan variabel partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan program ADD, analisis uji hubungan tersebut dengan cara melakukan input skor hasil kuisioner responden dan mengakumulasi pada setiap variabel dan melakukan uji korelasi rank spearman tersebut.
GAMBARAN UMUM
Kondisi Sosial dan Geografis Desa Dramaga
Desa Dramaga merupakan salah satu desa dari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawah Barat. Penduduk desa ini tersebar pada 3 (tiga) dusun, dengan jumlah Rukun Warga (RW) 6 (enam), dan 22 (dua puluh dua) rukun tangga (RT). Kepadatan penduduk desa yaitu 91 orang/ km2. Berikut adalah batas administrasi Desa Dramaga sebagai berikut; 1) Bagian utara Desa Dramaga di batasi oleh Desa Babakan dan Kelurahan Balubang Jaya; 2) Bagian Timur di batasi oleh Kelurahan Margjaya Desa Ciherang; 3) Bagian Selatan di batasi oleh Desa Sinarsari; dan 4) Bagian barat Desa Dramaga di batasi oleh Desa Sinar sari dan Desa Cihideung Ilir.
Adapun kondisi umum terkait sosial, budaya, ekonomi dan geografis Desa Dramaga disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Dramaga
berdasarkan Sensus Tahun 2010
No. Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (persentase)
1 Tidak tamat SD 2917 26.30
2 Tamat SD 2643 23.90
3 Tamat SLTA 2431 22.14
4 Tamat SLTA 1237 11.70
5 D1 95 0.80
6 D2 75 0.60
7 D3 57 0.50
8 S1 47 0.40
9 S2 7 0.06
10 S3 0 0.00
11 Lain-lain 1506 13.60 Jumlah Penduduk 11.015 100
Sumber: RPJM Desa Dramaga 2014 (diolah)
Lahan pertanian Desa Dramaga semakin lama semakin berkurang karena adanya pertambahan pembangunan perumahan Dramaga cantik dan sarana-prasarana kesehatan seperti Rumah Sakit Medika Dramaga dan Rumah Sakit Karya bhakti Pertiwi. Ditambah lagi, berbagai pedang– pedagang serta beberapa jenis pekerjaan jasa di sepanjang jalan raya Desa Dramaga. Hal ini menyebabkan masyarakat Desa Dramaga mencari nafkah dengan beralih fungsi dari mata pencaharian pertanian menuju perindustrian. Walaupun masih ada sedikit warga yang mempertahankan pertanian sawah yaitu dusun II dan III sekitar Kampung Manggis. Secara rinci mata pencaharian penduduk Desa Dramaga dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Jumlah dan jenis mata pencaharian penduduk Desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah mata pencarian mayoritas penduduk Desa Dramaga adalah wirausaha lainnya sebanyak 4.280 orang dibandingkan dengan mata pencaharian yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa mata pencaharian wirausaha lain yang ada di desa seperti supir, buruh bangunan, politikus serta pekerja jasa dan pekerjaan lain yang ada di desa ini lebih banyak dari pada data mata pencaharian lain yang tertera di Gambar 4. Sektor mata pencaharian karyawan swasta juga memiliki kategori yang cukup tinggi yakni berjumlah 574 orang. Hal ini terlihat bahwa masyarakat secara umum bekerja sebagai wirausha dan karyawan swasta, yang mana memiliki peran besar dalam menunjang perekonomian warga Desa Dramga.
Luas pemukiman Desa Dramaga adalah 115,5 ha dengan jumlah luas persawahan 5 ha. Total luas Persawahan dibandingkan dengan pemukiman yang ada tentu tidak mencukupi perekonomian masyarakat desa dari sektor pertanian sehingga mayoritas penduduk memilih pekerjaan pada sektor non pertanian seperti industri rumah tangga dan sektor perusahaan. Ketersediaan sarana dan prasarana
Secara umum sarana dan prasarana sektor perekonomian di Desa Dramaga dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut:
56 27 235 134 10 574
4.280
Petani Buruh Tani Pedagang PNS TNI/Polri Karyawan Swasta
Gambar 4 Jumlah (unit) dan jenis sarana dan prasarana perekonomian penduduk Desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014
Gambar 4 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana perekonomian desa ini lebih banyak pada sektor industri Rumah tangga dengan jumlah 30 unit. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa Desa Dramaga mempunyai kelompok pengelola manisan pala “mandiri” yang tersebar di area Dusun Manggis. Industri yang berada di dusun manggis ini, terletak tidak jauh dari Pasar dengan mayoritas karyawan dari ibu-ibu rumah tangga . Selain itu, sektor industri rumahan yang terdapat di Desa Dramaga yaitu berupa sembako dan warung- warung jajanan yang tersebar disetiap RT di desa ini. Perusahaan industri yang sedang (pengrajin kayu/ mebel) dan besar (konveksi) yang ada pun telah memberikan ruang mata pencaharian yang besar bagi masyarakat Desa Dramaga. Hal ini sesuai dengan data jumlah mata pencaharian warga desa yang mayoritas berada pada karyawan wiraswata dan pedagang wirausaha, dimana mata pencaharian ini menjadi andalan warga Desa Dramaga yang memiliki latarbelakang strata pendidikan yang banyak pada SD dan SMA.
Keadaan sosial budaya masyarakat sangat erat kaitannya dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat yang ada di suatu daerah. Mayoritas penduduk Desa Dramga menganut agama Islam. Adapun fasilitas yang mendukung pelaksanaan kegiatan ibadah di desa ini adalah Masjid Jamie dengan jumlah 10 unit, 17 unit mushola, dan 2 unit pondok pesantren. Penduduk Desa Dramaga merupakan masyarakat suku sunda, ada berbagai jenis kesenian dan budaya yang ada disetiap daerah dan salah satunya adalah tarian adat. Desa Dramga memiliki tarian adat wayang golek di dusun 2 RW 4 yakni kampung manggis dan 2 group Qosidah yang tersebar di desa ini.
Keadaan umum sosial masyarakat terkait dengan pendidikan yang ada di Desa Dramga terutama sarana pendidikan yang tersedia di Desa Dramaga cukup komplit. Hal ini sesuai dengan strata pendidikan yang ada seperti pendidkan TK hingga SLTA. Sarana pendidikan secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini:
Gambar 5 Jumlah dan persentase sarana prasarana pendidikan penduduk Desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014
Berdasarkan Gambar 5 menunjukan bahwa sarana pendidikan taman kanak-kanak memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan sarana pendidikan yang lain yakni sebesar 63 persen. Selanjutnya diikuti oleh sarana pendidikan SD dengan jumlah nilai 16 persen, kemudian SLTP dan SLTA dengan jumlah masing- masing 10 persen dan 11 persen. Hasil ini menandakan bahwa pemerintah Desa Dramaga memberikan fasilitas pendidikan yang cukup memadai, karena pendidikan merupakan aset dari SDM yang mendasar dan penting. Sarana pendidikan tersebut juga merupakan kebutuhan yang penting untuk memberantas sekaligus membantu masyarakat untuk tidak buta huruf.
Luas wilayah Desa Dramaga adalah 120, 5 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 11.015 jiwa dan jumalah kepala keluarga sebanyak 3.031 KK. Tingkat kesehatan yang baik dan kehidupan yang sejahtera menjadi aspek penting dalam bermasyarakat. Hal yang penting didalamnya adalah sarana kesehatan. Adapun sarana kesehatan yang ada di Desa Dramaga dapat dilihat pada Gambar 6 :
Gambar 6 Jumlah dan sarana prasarana kesehatan penduduk Desa Dramaga berdasarkan RPJM desa tahun 2014
63% 16%
10% 11%
Taman Kanak-Kanak/ PAUD
Sekolah Dasar
SLTP/MTS
SLTA/SMK
1 0 0 1 0
10
Gambar 6 menunjukkan bahwa sarana kesehatan masyarakat Desa Dramaga yang terbanyak adalah Posyandu. Fungsi kader posyandu sebagai aktor pemerhati kesehatan ibu dan bayi serta pemberian gizi bagi anak-anak sehingga mendorong anak untuk tidak mengalami gizi buruk. Secara umum, sarana dan prasarana kesehatan bagi masyarakat umum sudah cukup karena Desa Dramaga telah memiliki Puskesmas, Pos KB desa serta bidan desa yang aktif melayani kesehatan masyarakat. Ditambah lagi, pembangunan rumah sakit besar yang semakin dekat dengan Desa Dramaga memberikan kemudahan dalam memperlancar kesejahteraan masyarakat dalam sektor kesehatan. Beberapa sarana rumah sakit terdekat di desa ini, yakni Rumah Sakit Medika Dramaga dan Rumah Sakit Karya bhakti Pertiwi sangat memberikan kemudahkan dalam pengobatannya dan pemeriksaan kesehatan bagi penduduk Desa Dramaga.
Secara umum geografis Desa Dramaga berada pada topografi dataran tinggi karena daratan dan persawahannya berada pada ketinggian antara 700 meter di atas permukaan laut (dpl), curah hujan antara 700 mm-850 mm/tahun serta suhu rata-rata berkisar antara 22°C- 32°C. Luas wilayah Desa Dramaga adalah 120, 5 km2 dengan jumlah penduduk Desa sebanyak 11.015 jiwa yang
terdiri dari 5.765 laki-laki dan 5.250 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.031 KK. 3 (tiga) dusun yakni Dusun Haji abas, Dramaga Manggis dan Dramaga Tanjakan, 6 (enam) RW, dan 22 (dua puluh dua) RT. Walapun 6 Rukun Warga baru-baru ini di tambahkan menjadi 7 (tujuh) yakni Dramaga cantik, namun belum bisa terdaftar karena masih kurangnya syarakat administratif RW suatu desa seperti masih kurangnya KK serta sistem kos-kosan sehingga masih didalam proses.
Jenis sumberdaya alam yang ada di Desa Dramaga hanya sedikit yaitu sawah dengan jumlah luasan 5 ha, perikanan dengan luas 1,5 ha dan pekarangan 2,5 ha yang menyebar di desa. Untuk sumberdaya perikanan dan persawahan khusus sektor pertanian tersebar di dusun 2 dan 3 yakni sekitar kampung manggis yakni RW03 dan RW04. Beragam komoditas sektor pertanian yang dibudidayakan yaitu terdiri dari singkong, padi, ubi dan lain-lain. Perikanan dan peternakan juga menjadi bagian pertanian yang dikelola warga yaitu beberapa kolam-kolam ikan serta tambak warga dan ayam yang dipelihara sehingga menghasilkn pendapatan ekonomi warga Desa Dramaga.
Tabel 3 Jenis kepemilikan ternak Desa Dramaga berdasarkan Sensus Tahun 2010
No. Jenis kepemilikan Jumlah
1 Sapi 1
2 Kerbau 3
3 Ayam Kampung 1240
4 Bebek 1275
5 Kambing 10
6 Ikan 85
Jumlah 2614
Sumber: RPJM Desa Dramaga 2014 (diolah)
Tabel 3 menunjukan bahwa peternakan bebek lebih banyak dari pada peternakan lain, dikarenakan salah satu Potensi desa dari sumber daya alam yang dimiliki oleh masyarakat di desa ini yang dapat diandalkan selain pada pekerjaan utama adalah bebek dan ayam kampung. Banyaknya peternakan yang dipelihara adalah untuk ayam jago dan juga untuk memenuhi ekonomi kelurga dengan peternakan ini. Lahan pertanian yang kurang juga menjadi persoalan sehingga, masyarakat lebih mencari alternatif pekerjaan yang mudah dan dapat menghasilkan pendapatan warga. Walaupun lahan sempit tidak menjadi persoalan karena dapat di manfaatkan sumberdaya alamnya yang ada seperti peternakan ayam dan bebek.
Adapun jarak antara pusat pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten hingga desa-desa tetanggga Desa Dramaga adalah: a) jarak dari pemerintah ke kecamatan adalah 200 meter, b) jarak dari pemerintahan ke kabupaten 34 km, c) jarak dari ibu kota provinsi 128 km, dan jarak dari ibu kota negara 68 km. Jarak antar kota-kota, provinsi-provinsi hingga antar desa-desa tetangga Desa Dramaga ini telah terhubung dengan jalan-jalan besar dan jalan- jalan yang kecil pun tersedia. Tidak hanya jalan-jalan tetapi sampai pada persediaan teransporatsi-tansportasi yang terintegrasi antar daerah yang memadai sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk dapat menjangkau ke berbagai daerah dengan mudah. Dengan keterjangkauan antar daerah yang mudah memberikan manfaat besar bagi warga Desa Dramaga dalam menjalin hubungan dalam berbagai hal diantaranya berteransaksi dalam perekonomian, penyediaan jasa, membantu tenaga pekerjaan, hubungan sosial serta pendidikan, dan berbagai manfaat lainnya.
Tabel 4 Jenis lembaga atau organisasi dengan jumlah anggota berdasarkan Sensus Tahun 2010
No Jenis lembaga Jumlah anggota (orang/unit)
1 BPD 11
2 LPM 5
3 PKK dan Kader PKK 65
4 Linmas 10
5 Posyandu 10
6 Koperasi 1
7 Kelompok Tani 2
8 DKM 10
9 Yayasan 3
10 Rukun Warga (RW) 6
11 Rukun Tangga (RT) 22
12 Partai Politik 7
13 Kelompok Arisan 6
Sumber: RPJM Desa Dramaga 2014 (diolah)
Dari Tabel 4 terlihat bahwa sebagian besar jumlah masyarakat yang terlibat dalam kelembagaan/organisasi, yaitu PKK dan kader PKK sebanyak 65 orang dengan. Selanjutnya diikuti oleh RT sebanyak jumlah 22 orang dan BPD Desa Dramaga sebanyak 11 orang. Sesuai dengan data di lapangan bahwa ibu-ibu PKK merupakan kelembagaan atau organisasi yang memiliki persentase tinggi karena ibu–ibu ini pun marupakan kader posyandu yangmenyebar disetiap Dusun Desa Dramaga serta memiliki jumlah kurang lebih 3 kader pos yandu pada setiap RT.
Sama Halnya dengan jumlah kelembagaan atau organisasi RT yang memiliki nilai cukup tinggi dikarenakan luasnya Desa Dramaga serta jumlah penduduk yang tinggi. Demikian halnya dengan kelembagaan BPD karena pengurus BPD merupakan tangan kanan dan rekan kerja dari rukun RT, sehingga kelembagaan ini memiliki hubungan yang erat dengan BPD inti Desa Dramaga maka dari itu memiliki jumlah persaingan yang cukup besar dalam kelembagaaan atau organisasi desa ini.
Pelaksanaan Pemanfaatan Program ADD di Desa Dramaga