• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA DI DESA BANGKAL KECAMATAN KOTA SUMENEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ALOKASI DANA DESA DI DESA BANGKAL KECAMATAN KOTA SUMENEP"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ALOKASI

DANA DESA DI DESA BANGKAL KECAMATAN KOTA SUMENEP

Fariha Romdani1 fariha.romdani@gmail.com

Moh. Hasan Paradisi2 hasanfaradisi7@gmail.com

Syahril3 syahril@wiraraja.ac.id

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Wiraraja Madura

ABSTRAK:

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari program-program di suatu desa. Partisipasi masyarakat diperlukan untuk mewujudkan kesejahteraan desa. Partisipasi masyarakat bukan hanya melibatkan masyarakat dalam pembuatan keputusan di setiap program, namun masyarakat juga dilibatkan dalam mengidentifikasi masalah dan pontesi yang ada di masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, setiap pelaksanaan program tidak akan maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan informan kepala desa, sekretaris desa dan masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang terjadi di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, partisipasi masyarakat dalam setiap program di Desa Bangkal umumnya masih terbilang rendah atau kurang maksimal, terutama dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa. Hal ini dapat disebabkan karena masih kurang pahamnya masyarakat desa akan pentingnya partisipasi mereka dalam mendukung program Alokasi Dana Desa tersebut. Sebenarnya keterlibatan masyarakat ini penting agar pengelolaan Alokasi Dana Desa bisa lebih tepat sasaran dan manfaatnya akan lebih mengena dengan kepentingan riil dari masyarakat.

Kata Kunci : Partisipasi masyarakat, Alokasi Dana Desa, Program ADD, Pemerintah Desa, Pelaksanaan ADD

(2)

2 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa sebagai sistem pemerintahan terkecil menuntut adanya pembaharuan guna mendukung kesejahteraan desa. Berbagai permasalahan yang ada di desa juga sangat kompleks, dimana hal tersebut menjadikan batu sandungan bagi desa untuk berkembang. Untuk itulah, UU Desa telah menempatkan desa sebagai organisasi campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan (self governing community) dengan pemerintahan lokal (local self government). Dengan begitu, sistem pemerintahan di desa berbentuk pemerintahan berbasis masyarakat dengan segala kewenangannya (authority). Artinya, masyarakat juga mempunyai kewenangan dalam mengatur desa sebagaimana pemerintahan desa.

Kewenangan merupakan elemen penting sebagai hak yang dimiliki oleh sebuah desa untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Menurut pasal 18 UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul dan adat istiadat desa. Kewenangan yang dimiliki oleh desa untuk mengurus dan mengatur warganya merupakan bentuk kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk mengurus dirinya sendiri (otonomi desa) dengan tujuan agar tercipta kesejahteraan bagi warganya. Atas dasar pertimbangan itulah, maka untuk menunjukkan eksistensi desa sebagai bagian dari pemerintahan yaitu langkah awalnya dengan memberikan kewenangan kepada desa untuk mengelola keuangannya sendiri melalui pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan dana yang diberikan kepada desa yang berasal dari dana perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota. Pemberian ADD kepada desa tentunya harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas pemerintah agar dapat mengelola ADD tersebut tepat sasaran. Tujuannya adalah untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi masyarakat desa agar dapat berperan aktif dalam penyelenggaraannya di desa. Pemberian ADD kepada desa didasari oleh beberapa kendala yang dihadapi desa, yang sebagian besar desa mengalami keterbatasan dalam keuangan desa, sehingga Program ADD adalah terobosan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa secara terpadu. Pemberian ADD kepada desa, juga dapat

(3)

3 dijadikan cerminan terwujudnya good governance, dimana pemerintah dan masyarakat memiliki hubungan yang erat dan sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mendorong akuntabilitas, transparansi dan responsivitas pemerintah lokal. Hal senada diungkapkan Haryanto (2007) pada sebuah situs internet, bahwa prinsip-prinsip good governance, diantaranya adalah partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, tumbuhnya transparansi yang dibangun atas dasar arus informasi yang bebas dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan memadai, peduli pada stakeholder, berorientasi pada konsensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, serta adanya visi strategis. Lebih lanjut dikemukakan, bahwa nilai yang terpenting dalam pemberian ADD adalah dana yang diperuntukkan bagi kemaslahatan masyarakat desa, secara etis harus pula melibatkan masyarakat sebagai sasaran fundamental kemajuan desa.

Desa Bangkal sebagai salah satu contoh desa yang terletak di Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep ini juga tengah berupaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakatnya dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa (ADD). Meskipun partisipasi dari masyarakat merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan kesejahteraan desa, namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit dari masyarakat Desa Bangkal yang tidak peduli dengan pelaksanaannya, baik karena memang tidak ingin mengetahui atau ikut campur di dalamnya atau memang karena kurangnya pengetahuan pada masyarakat itu sendiri. Sehingga, penulis memandang sangat esensialnya permasalahan tersebut dan tertarik untuk menyoroti dan menguak partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa. Asumsinya adalah bahwa partisipasi masyarakat selain sebagai upaya mempercepat pelaksanaan program ADD, namun juga dapat dilihat sebagai upaya terwujudnya demokratisasi desa. Dari hal tersebut tentunya diharapkan sebuah hasil yang positif demi tercapainya kesejahteraan dan kemajuan desa. Dengan demikian, atas dasar itulah penulis mengangkat judul dalam penelitian ini yaitu “Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep”.

1.2 Rumusan Masalah

Dilihat dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut : Bagaimana pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep?, Bagaimana

(4)

4 partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep?, dan Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk : mengetahui tentang pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, mengetahui tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, dan mengetahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep.

2. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan aktif seseorang untuk berkontribusi secara sukarela dalam kegiatan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Newstron (2007:182) yang mengatakan partisipasi atau “participation“ adalah keikutsertaan individu secara fisik dan emosional dalam kelompok serta melakukan kontribusi untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Mikkelsen (1999: 64) partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan individu secara fisik dan emosi yang aktif dalam kelompok serta melakukan kontribusi sesuai dengan inisiatif dan kemampuan individu tersebut.

2.2 Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang, kelompok, atau masyarakat dalam suatu program atau aktivitas secara sadar, aktif, sukarela, dan mandiri. Sedangkan jika disangkutpautkan dengan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat merupakan sebuah bentuk peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam pelaksanaan program-program yang terbentuk di sebuah desa, khususnya program yang dijalankan dengan menggunakan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep.

(5)

5 Pernyataan sebelumnya terkait partisipasi mayarakat mengandung arti bahwa seseorang, kelompok atau masyarakat senantiasa dapat memberikan kontribusi/sumbangan yang sekiranya mampu untuk menunjang keberhasilan program dengan berbagai bentuk atau jenis partisipasi. Bentuk partisipasi yang dimaksud tersebut dapat diberikan dengan berbagai macam cara, diantaranya seperti: 1. Partisipasi pikiran/ide, yang dapat diberikan partisipan atau masyarakat dalam

pertemuan atau rapat. Kehadiran seseorang tersebut dalam pertemuan akan mempengaruhi bagi masyarakat yang lain agar dapat ikut serta dalam memberikan sumbangsih pemikiran.

2. Partisipasi tenaga, yang diberikan partisipan atau masyarakat dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan desa, misalnya mengikuti membantu kegiatan pembangunan desa, aktif berperan dan membantu berjalannya program-program desa dan sebagainya.

3. Partisipasi harta benda, yang diberikan partisipan atau masyarakat dalam berbagai kegiatan untuk perbaikan atau pembangunan desa, program-program desa maupun pertolongan bagi orang lain dengan memberikan makanan atau minuman seadanya tanpa ada timbal jasa.

4. Partisipasi ketrampilan dan kemahiran, yang diberikan partisipan atau masyarakat untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri. Masyarakat yang memiliki keahlian agar dapat mendongkrak kaum muda dalam berwirausaha untuk menciptakan lapangan kerja.

5. Partisipasi sosial, yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban, misalnya menjadi anggota program-program desa, turut arisan, koperasi, layad (dalam peristiwa kematian), kondangan (dalam peristiwa pernikahan) dan sebagainya (Huraerah, Abu, 2008: 103).

2.4 Konsep Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Wahab (2008:68) merumuskan proses pelaksanaan (implementasi) adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah atau keputusan badan eksekutif yang penting ataupun keputusan peradilan. Dengan demikian, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pelaksanaan program Alokasi Dana Desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta untuk mencapai tujuan atau

(6)

6 sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, dan juga mengharapkan dapat memperoleh hasil dari program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep.

2.5 Alokasi Dana Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 % (sepuluh persen). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa menyebutkan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Secara terperinci, pengalokasian ADD dalam APBDes wajib memperhatikan peruntukannya dengan persentase anggaran :

1. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa, operasional Pemerintah Desa, tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa, dan insentif rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). 2. Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja desa

digunakan untuk mendanai penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

2.6 Tujuan Alokasi Dana Desa

Adapun tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga permasyarakatan di desa dalam perencanaan pelaksanaan dan pengendalian dan pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.

(7)

7 e. Membantu meringankan beban masyarakat, terutama masyarakat yang

berekonomi lemah/ miskin. 2.7 Manfaat Alokasi Dana Desa

Menurut Sahdan, dkk. (2006: 6) terdapat beberapa manfaat ADD bagi kabupaten/kota yakni sebagai berikut:

a. Kabupaten/Kota dapat menghemat tenaga untuk membiarkan desa mengelola otonominya, tanpa terus bergantung kepada Kabupaten/Kota.

b. Kabupaten/Kota bisa lebih berkonsentrasi meneruskan pembangunan pelayanan publik untuk skala luas yang jauh lebih strategis dan lebih bermanfaat untuk jangka panjang.

c. Desa memperoleh kepastian anggaran untuk belanja operasional pemerintahan desa. Sebelum adanya ADD, belanja operasional pemerintahan desa besarnya tidak pasti.

d. Desa dapat menangani permasalahan desa secara cepat tanpa harus lama menunggu datangnya program dari pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

e. Desa tidak lagi hanya tergantung pada swadaya masyarakat dalam mengelola persoalan pemerintahan, pembangunan serta sosial kemasyarakatan desa.

f. Dapat mendorong terciptanya demokrasi di desa.

g. Dapat mendorong terciptanya pengawasan langsung dari masyarakat untuk menekan terjadinya penyimpangan. Dengan partisipasi semua pihak, maka kesejahteraan kelompok perempuan, anak-anak, petani, nelayan, orang miskin, dan lain-lain dapt tercipta.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk pada penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang tidak melibatkan teknik perhitungan atau statistik dalam prosesnya, akan tetapi menggunakan logika.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi dimana peneliti dapat memperoleh informasi mengenai data yang diperlukan.Tempat dalam penelitian ini tepatnya di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep. Sedangkan waktu penelitian merupakan waktu yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian. Umumnya, waktu penelitian dimulai sejak dikeluarkannya izin penelitian. Waktu penelitian ini berlansung mulai tanggal 26 April sampai 3 Juli 2021.

(8)

8 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data kualitatif atau data naratif. Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti data hasil dari wawancara. Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah masyarakat setempat dan aparat desa, khususnya Kepala Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep.

3.4 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua informan yang dibutuhkan untuk memberikan informasi kepada peneliti, antara lain terdiri dari:

a. Informan kunci

Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Desa dan Sekretaris Desa, selaku perangkat desa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program yang terdapat di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep.

b. Informan pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, seperti masyarakat desa setempat.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, antara lain:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung yaitu cara pengumpulan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung tanpa melalui alat bantu yang berstandar.

b. Wawancara atau Interview

Dalam penelitian ini untuk dapat mencapai apa yang diharapkan maka penulis menggunakan interview bebas terpimpin ketika mewawancarai masyarakat setempat dan aparat desa, khususnya Kepala Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, di mana penulis menyiapkan pertanyaan secara garis besar mengenai hal-hal yang terkait, dan juga terdapat beberapa pertanyaan spontan yang diutarakan tanpa pedoman pertanyaan sebelumnya. c. Dokumentasi

(9)

9 Dalam penelitian ini, metode dokumentasi ini diambil dari jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini, khususnya tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa. 3.6 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif dengan melihat proses yang terkait dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa (ADD). Sedangkan model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman.. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dalam model ini, yaitu:

1. Reduksi data (data reduction)

Pada penelitian ini, proses reduksi data berlangsung dimulai dari proses pengumpulan data yang dilaksanakan selama periode penelitian terjadi. Reduksi dimulai ketika peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, mengamati permasalahan penelitian, dan pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara terhadap Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan masyarakat setempat untuk memperoleh informasi penelitian.

2. Penyajian data (data display)

Pada penelitian ini, peneliti menyajikan data dengan berupa narasi kalimat yang disusun berdasarkan hasil wawancara kepada infoman penelitian, yang kemudian disampaikan dengan jawaban atas pertanyaan yang mengacu pada rumusan masalah sehingga narasi yang tersaji dalam penelitian diharapkan dapat membantu menjawab semua permasalahan yang terjadi.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusion drawing/verification)

Pada penelitian ini, dilakukan aktivitas pengulangan kegiatan penelitian, seperti pengamatan data kembali dengan tujuan pemantapan sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

3.7 Keabsahan Data

Dalam pengecekan data penelitian ini, digunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu triangulasi. Artinya, peneliti akan merecheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya

(10)

10 sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan, serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

4. PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep

Menurut Undang – Undang no 6 tahun 2016 tentang Desa, pasal 72 ayat 1 (d) tentang desa menyatakan pemerintah mengamanatkan bahwa sumber pendapatan desa berasal dari Pendapatan Asli Desa, APBN ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dan lain – lain dana Desa yang sah diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh persen) setelah dikurangi dana alokasi khusus dan dibagi untuk setiap Desa secara propesional.

Sedangkan berdasarkan peraturan pemerintah No 43 tahun 2016 pasal 10 tentang belanja Alokasi Dana Desa untuk ADD digunakan dengan ketentuan paling sedikit 70% (tujuh puluh persen) dari jumlah anggaran digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahn desa, pelaksanaan membangun desa, dan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari jumlah anggaran yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa, operasional pemerintah desa, tunjangan dan operasional BPD (Badan Permusyawaratan Desa), dan insentif, RT, RW.

Berdasarkan informasi yang diterima, diketahui bahwa dalam pelaksanaannya, Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal lebih diutamakan untuk kegiatan Operasional Desa dan jika terdapat sisa anggaran, maka digunakan untuk kegiatan pembangunan desa. Menurut keterangan dari Aparatur Desa, Alokasi Dana Desa (ADD) ini di berikan berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah potensi ekonomi, partisipasi masyarakat, kemiskinan pendidikan dasar dan kesehatan, sehingga jumlah Alokasi Dana Desa yang diterima oleh Desa Bangkal dikatakan tidak terlalu besar jumlahnya karena mengingat bahwasanya Desa Bangkal ini hanya merupakan sebuah desa kecil yang sempit di Kecamatan Kota Sumenep. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor kurang maksimalnya pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep.

Akibat dari terkendalanya dana ADD yang diperoleh, maka pelaksanaan program ADD di Desa Bangkal ini hanya berfokus pada operasional desa dan pembangunan desa, sedangkan program yang lain belum dapat tersentuh seperti program pemberdayaan masyarakat dan proram lainnya, yang juga dibutuhkan

(11)

11 masyarakat belum dapat diimplementasikan dengan baik. Karena berdasarkan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa pasal 68 ayat 1 poin c, adapun tujuan dari alokasi dana desa ini adalah untuk:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan didesa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa.

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.

d. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

Dari beberapa penjelasan di atas, terlihat bahwa tujuan dari program Alokasi Dana desa di Desa Bangkal belum sepenuhnya tercapai, karena terkendala akibat besaran dana yang diterima, apalagi mengingat bahwa ketika memasuki tahun anggaran 2020, gaji perangkat desa mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mengamanatkan bahwa penghasilan tetap (Siltap) perangkat desa setara dengan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan 2a. Namun kenaikan siltap tersebut bukan bersumber dari Dana Desa (DD) melainkan dari Alokasi Dana Desa. Hal tersebut tentunya mengakibatkan berbagai program Alokasi Dana Desa menjadi terhambat pelaksanaannya, yang juga berakibat terhadap partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program tersebut. Adanya program Alokasi Dana Desa sebenarnya diharapkan agar dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan terhadap kelangsungan desa itu sendiri.

4.2 Partisipasimasyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep

Dewasa ini dalam membangun suatu desa harus harus lebih mengedepankan pada partisipasi masyarakat, tanpa adanya partisipasi masyarakat maka program-program di desa tidak akan terlaksana dengan baik. Keterlibatan dimulai dari tahap pembuatan keputusan, pelaksanaan, pemanfaaatan dan hasil sampai pada evaluasi. Disetiap perencanaan pembangunan diperlukan adanya suatu kontribusi berupa

(12)

12 pemikiran ide-ide pendapat kritik maupun saran secara sukarela dari masyarakat untuk membangun suatu desa sehingga disetiap pengambilan keputusan adanya suatu sosialisasi dari pemerintah desa kepada masyarakat agar terciptanya keterbukaan atau taransparansi dari pemerintah desa kepada masyarakat menjadi tahu terkait program pembangunan yang disusun oleh pemerintah desa.

Masyarakat Desa Bangkal sendiri diketahui masih belum sepenuhnya aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan program di desa, khususnya pada program ADD. Tidak sedikit dari masyarakat Desa Bangkal yang tidak peduli dengan pelaksanaan program-program tersebut, baik karena memang tidak ingin mengetahui atau ikut campur di dalamnya atau memang karena kurangnya pengetahuan pada masyarakat itu sendiri. Kondisi seperti itu tentunya menjadi masalah dan hambatan untuk pembangunan desa guna mensejahterakan masyarakat seperti yang dijelaskan dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu pada pasal 78 ayat 1 pembangunan desa bertjuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemsikinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembang potensi ekonomi local, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya masyarakat juga harus melibatkan diri dalam program-program tersebut.

Pada dasarnya semua program yang dilaksanakan di desa harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Semakin tinggi peran serta masyarakat desa tersebut, maka semakin baik pula program desa yang bersangkutan dapat terealisasi, terutama dalam otonomi desa sekarang ini. Dengan keberadaan delegasi masyarakat desa sangatlah penting, dimana terbukanya kran partisipasi masyarakat untuk ikut menentukan dan mengawasi penentuan kebijakan pembangunan daerahnya. Adapun bentuk- bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi dalam bentuk uang atau benda

Salah satu dari bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung program-program pembangunan di desa Bangkal adalah dalam bentuk uang atau benda, yaitu merupakan bantuan dana yang sifatnya menunjang kelancaran pelaksanaan dari program-program pembangunan yang akan dilaksanakan. Partisipasi masyarakat dalam bentuk uang atau benda ini tentunya akan sangat mendukung pelaksanaan program desa. Dimana bahwa partisipasi masyarakat dalam

(13)

13 pelaksanaannya yang didukung berupa uang atau benda adalah merupakan suatu upaya yang sangat nyata, maka untuk itu pemerintah desa harus bijak dalam mempergunakan anggaran-anggaran bantuan dana, dengan demikian program tersebut akan berjalan dengan baik dan lancar.

b. Partisipasi dalam bentuk pikiran atau ide

Gagasan atau ide yang cemerlang dapat menunjang keberhasilan suatu rencana yang telah ditetapkan dan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, sumbangan pikiran berupa saran ataupun ide-ide sangat diharapkan dapat membantu dalam upaya pencapaian dan perbaikan program-program pembangunan yang akan dan telah dilakukan supaya mencapai hasil yang maksimal. Partisipasi masyarakat dalam bentuk pikiran atau ide adalah bentuk partisipasi yang tidak kalah pentingnya dari partisipasi masyarakat dalam bentuk uang atau benda yang biasanya disampaikan dalam musyawarah atau penyampaian program-program pembangunan desa. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, partisipasi masyarakat desa Bangkal dalam bentuk pikiran dan ide masih sangat kurang, dimana masih ada masyarakat yang tidak ikut serta menyumbangkan pikiran dan ide yang cemerlang atau kreatif untuk keberhasilan program ADD yang akan dilaksanakan. Adapun yang menjadi faktor penyebab masih kurangnya partisipasi masyarakat desa Bangkal dalam bentuk pikiran dan ide adalah masih rendahnya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (masyarakat), sehingga kurang mampu dalam mencetuskan ide-ide atau pikiran yang kreatif guna mensukseskan program-program tersebut.

c. Partisipasi dalam bentuk tenaga/fisik (gotong royong)

Tingkat partisipasi masyarakat yang paling sederhana dan lazim diberikan oleh anggota masyarakat dalam membantu mensukseskan pelaksanaan suatu program, khususnya pada program pembangunan adalah berupa tenaga atau dapat disebut dengan gotong royong. Gotong royong merupakan adalah adalah pengerahan tenaga kerja tanpa bayaran untuk suatu proyek yang bermanfaat untuk umum atau yang berguna untuk pemerintah. Dari uraian yang dipaparkan tersebut di atas bahwa aktifitas gotong-royong selalu diiringi dengan pengerahan tenaga tanpa pamrih untuk kepentingan umum atau bersama. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan program-program pembangunan yang bersumber dari ADD di Desa Bangkal, kegiatan gotong royong selalu dilaksanakan untuk meringankan pelaksanaan program-program pembangunan. Dari hasil penelitian

(14)

14 yang telah dilakukan, bahwa partisipasi masyarakat desa Bangkal dalam bentuk tenaga (Gotong-Royong) masih kurang maksimal.

Untuk melaksanakan suatu program, partisipasi masyarakat sangatlah diperlukan. Partisipasi masyarakat tersebut dapat berupa partisipasi dalam kegiatan perencanaan, partisipasi ikut serta dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan di desa. Namun, tidak hal yang mudah dalam membangun partisipasi masyarakat dalam suatu desa. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat membangun dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Adapun hal yang dapat dilakukan adalah dengan pemberdayaan masyarakat oleh perangkat desa. Diharapkan dengan adanya pemberdayaan masyarakat, pembangunan desa dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Program Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi dan kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini tidak lain karena masyarakat tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasakan oleh masyarakat kurang ideal. Namun demikian, perlu disadari bahwa pembangunan adalah sebuah proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah yang sedang dihadapi. Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila desa tersebut memiliki sarana dan prasarana yang lengkap atau paling tidak pembangunan yang dilakukan dapat mendukung kemajuan masyarakat, baik dalam kemajuan di bidang ekonomi, sosial dan pendidikan masyarakat. Namun pembangunan yang dilakukan khususnya pembangunan desa tersebut tidak akan dapat tercapai apabila masyarakat dan pemerintah tidak saling bekerjasama untuk kemajuan desa.

Adanya kerjasama antara pemerintah desa dengan masyarakat tergantung kepada pemerintah desa yaitu kepala desa dan aparat desa, karena merekalah pemimpin atau aktor dalam terlaksananya pembangunaan desa yang dilakukan, dimana pemerintah desa berperan dalam menumbuhkan kesadaran warga desa untuk berperan serta dalam pembangunan yaitu berpartisipasi untuk keberhasilan pembangunan. Suatu pembangunan dikatakan berhasil apabila pembangunan yang dilakukan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, tanpa ada yang merasa dirugikan. Oleh karena itu Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan

(15)

15 karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan, sehingga pembangunan tersebut akan dapat berjalan lebih efektif dan efisien, dan dengan sendirinya masyarakat akan mempunyai rasa tanggung jawab. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat mulai dari perencanaan pembangunan, penyusunan program-program pembangunan sampai pada tahap pengawasannya.

Dengan adanya partisipasi masyarakat ini, maka dapat dikatakann bahwa pemerintah desa sudah dapat menjalankan perannya, yaitu melaksanakan peranan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program di desa. Dalam merencanakan suatu program, masyarakat haruslah menjadi prioritas utama dalam melakukan perencanaan program desa yang dilakukan, dimana masyarakat harus benar-benar terlibat di dalamnya.

4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep

Partisipasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Pangestu (1995) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu:

a. Faktor internal, mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, pengalaman berkelompok.

b. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran yang dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek, jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tersebut tidak akan ragu untuk berpartisipasi dalam proyek.

Selain itu ada juga faktor yang menghambat partisipasi masyarakat

menurut Watson dalam Soetomo (2008) mengatakan bahwa ada beberapa kendala (hambatan) yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan antara lain kendala yang berasal dari kepribadian individu salah satunya adalah ketergantungan. Ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan merupakan hambatan dalam mewujudkan partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka sendiri.

(16)

Faktor-16 faktor yang mempengaruhi ataupun menghambat partisipasi masyarakat tersebut dapat dibedakan dalam faktor internal dan faktor eksternal, dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor internal, menurut Slamet (2003), untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi.

b. Faktor eksternal, menurut Sunarti (2003), faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu dalam hal ini stakeholder yang mempunyai kepentingan dalam program ini adalah pemerintah daerah, pengurus desa/kelurahan (RT/RW), tokoh masyarakat/adat dan konsultan/fasilitator. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktavia dan Saharudin (2005) bahwa Peran stakeholder akan mempengaruhi bagaimana partisipasi masyarakat berlangsung.

Faktor faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat tersebut merupakan hal–hal yang mempengaruhi keikutsertaan masyarakat dalam suatu program, baik itu yang mempengaruhi secara positif maupun negatif. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, maka ada beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Desa Bangkal Kecamatan Kota Sumenep, di antaranya Faktor–faktor pendukung meliputi : (1) Komitmen anggota masyarakat terhadap program ADD adalah kuat, rasa kebersamaan, kesadaraan, dan keikhlasan anggota masyarakat yang tinggi, (2) Sarana untuk menunjang pelaksanaan program ADD (tenaga, dana dan bahan), dan (3) Program ADD yang dilaksanakan adalah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Sedangkan Faktor penghambat meliputi : (1) Sosialisasi mengenai pentingnya ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program ADD belum tersampaikan secara menyeluruh kepada semua kelompok masyarakat, (2) Koordinasi antar kegiatan belum dilaksanakan secara positif, dan (3) Perumusan

(17)

17 dan pelaksanaan program ADD tidak kurang maksimal karena terbatasnya dana yang diterima.

Sehingga berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulan bahwa secara garis besar, faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat yaitu (1) faktor internal, adalah faktor-faktor yang terdapat pada setiap diri manusia seperti umur, jenis kelamin, perkerjaaan dan tingkat pendidikan masing-masing individu. (2) faktor eksternal, adalah faktor-faktor yang terdapat pada luar diri manusia seperti tingkat kepekaan masyarakat dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Partisipasi merupakan keikutsertaan individu secara fisik dan emosi yang aktif dalam kelompok serta melakukan kontribusi sesuai dengan inisiatif dan kemampuan individu tersebut. Partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa hal meliputi partisipasi pikiran/ide, partisipasi tenaga, partisipasi harta benda, partisipasi ketrampilan dan kemahiran, dan partisipasi sosial.

Partisipasi masyarakat dalam setiap program di Desa Bangkal umumnya masih terbilang rendah atau kurang maksimal, terutama dalam tahap pelaksanaan program Alokasi Dana Desa. Hal ini dapat disebabkan karena masih kurang pahamnya masyarakat desa akan pentingnya partisipasi mereka dalam mendukung program Alokasi Dana Desa tersebut. Tidak sedikit dari masyarakat Desa Bangkal yang tidak peduli dengan pelaksanaan program-program tersebut, baik karena memang tidak ingin mengetahui atau ikut campur di dalamnya atau memang karena kurangnya pengetahuan pada masyarakat itu sendiri. Kondisi seperti itu tentunya menjadi masalah dan hambatan untuk pembangunan desa guna mensejahterakan masyarakat seperti yang dijelaskan dalam UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa yaitu pada pasal 78 ayat 1 pembangunan desa bertjuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemsikinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembang potensi ekonomi local, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya masyarakat juga harus melibatkan diri dalam program-program tersebut.

Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam penelitian ini yaitu faktor internal yang terdapat pada setiap diri manusia seperti umur, jenis kelamin, perkerjaaan dan tingkat pendidikan masing-masing individu,

(18)

18 serta faktor eksternal yang merupakan faktor yang terdapat pada luar diri manusia seperti tingkat kepekaan masyarakat dan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Oleh karena itu Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan karena masyarakatlah yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan, sehingga pembangunan tersebut akan dapat berjalan lebih efektif dan efisien, dan dengan sendirinya masyarakat akan mempunyai rasa tanggung jawab. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat mulai dari perencanaan pembangunan, penyusunan program-program pembangunan sampai pada tahap pengawasannya.

Dengan adanya partisipasi masyarakat ini, maka dapat dikatakan bahwa pemerintah desa sudah dapat menjalankan perannya, yaitu melaksanakan peranan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program-program di desa. Dalam merencanakan suatu program, masyarakat haruslah menjadi prioritas utama dalam melakukan perencanaan program desa yang dilakukan, dimana masyarakat harus benar-benar terlibat di dalamnya.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Melihat tingkat partisipasi masyarakat dalam pembanguna di Desa Buntongi Kecamatan Ampana Kota yang kategorinya rendah, maka perlu adanya upaya-upaya pemerintah untuk merangsang masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pembangunan.

Bagi pihak aparatur desa untuk lebih meningkatkan sosialisasi baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sehingga pembangunan akan maksimal dan juga agar masyarakat tahu tentang peran mereka dalam Alokasi Dana Desa dan juga agar masyarakat merasa dirinya juga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kesejahteraan.

(19)

19 DAFTAR PUSTAKA

Sri Hardianti, Hasan Muhammad, dan Muhtar Lutfi. (2015) “Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Desa (Program Alokasi Dana Desa di Desa Buntongi Kecamatan Ampana Kota)”. Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 1Januari 2017, halaman 120-126.

Ray Septianis Kartika. (2012) “Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo”. Jurnal Bina Praja, Volume 4 No 3 September 2012, halaman 179-188 M. Nasar. (2016) “Program Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Pengembangan Ekonomi di

Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi”. Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 12, Desember 2016 halaman 56-63.

Jopang, Arifin Utha, dan Eko Harianto. (2018). “Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) Dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Konawe”.

Chairul Wahid Kurniawan (2016). “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan Infrastruktur Bersumber Dana Desa Di Desa Trisobo Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang pembuatan sistem informasi perpustakaan berbasis web di SMA N 9 Kota Bekasi dengan tujuan memudahkan petugas pustakawan

Menurut pendapat Warren et al., (1978) rusa pejantan akan terus mengikuti rusa betina sambil berusaha untuk menikinya, pejantan meletakan dagu ( chin rest )

Keraf (2000, hal.14) menyatakan bahwa kata moral berasal dari bahasa Latin yaitu mos, dalam bentuk jamaknya yaitu mores, yang bisa diartikan sebagai kebiasaan atau adat

Setelah mengamati gambar yang ditampilkan pada powerpoint, siswa dapat menemukan pokok pikiran tentang konsep delapan arah mata angin dan pemanfaatannya dalam

Bimbingan Belajar dan Kursus LCC Karanganyar dalam memberikan informasi mengenai profil dari perusahaan meliputi fasilitas-fasilitas masih menggunakan cara yang

Ma‟qud „alaih ialah benda-benda yang diadakan, seperti benda- benbda ynag dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibbah (pemberian), dalam kad gadai, utang

Pada hakekatnya program kegiatan Pendukung Akademik bagi pelaksanaan program kerja Kantor WRRI merupakan pengelompokan kategori kegiatan yang digunakan untuk mengatasi masalah

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar klorida pada air sumur bor di daerah sekitar TPA II Musi II Kelurahan Karya Jaya melebihi kadar