• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARAF HIDUP PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LOKAL CSR PT PERTAMINA

3. Program perikanan Tangkap

Tabel 42. Jumlah dan persentase tingkat taraf hidup peserta program perikanan tangkap sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011

Tingkat Taraf Hidup Sebelum Program %

Rendah 5 26.32

Sedang 8 42.11

Tinggi 6 31.58

Total 19 100.00

Tabel 42 menunjukkan tingkat taraf hidup peserta program perikanan tangkap sebelum mendapatkan bantuan program CSR PT. Pertamina berada pada kategori Sedang dengan persentase sebesar 42.11%. Hal ini dipengaruhi karena ketika sedang musim ikan, penghasilan mereka sudah cukup besar. Namun ketika sedang tidak musim ikan, penghasilan mereka bisa sangat sedikit. Selain itu, kemampuan berobat dari masing-masing peserta juga sudah dapat dikatakan cukup baik. Sebagian besar peserta sudah memilih berobat di Puskesmas atau ke dokter bahkan jika diperlukan mereka berobat ke Rumah Sakit “...kalau sakit ya

ke dokter mba, tapi tergantung sakitnya juga kalau emang parah ya ke Rumah

Sakit...” (IDR, 60 tahun).

Tabel 43. Jumlah dan persentase tingkat taraf hidup peserta program perikanan tangkap setelah mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015

Tingkat Taraf Hidup Setelah Program %

Rendah 5 26.32

Sedang 7 36.84

Tinggi 7 36.84

Total 19 100.00

Tabel 43 menunjukkan tingkat taraf hidup peserta program perikanan tangkap setelah mengikuti program perikanan tangkap CSR PT. Pertamina tidak dapat dikategorikan. Hal ini dikarenakan jumlah dan persentase antara kategori sedang dan tinggi memiliki besar yang sama yaitu 36.84%. Faktor yang mempengaruhi hal ini yaitu karena sistem multigear yang diperkenalkan oleh tim

pendamping teknis CSR sudah mulai berhasil. Beberapa peserta sudah mulai mendapat penghasilan yang lebih banyak dibanding sebelum mengikuti program. Namun uang yang mereka dapatkan juga harus banyak dikeluarkan untuk memperbaiki alat tangkap atau membeli alat tangkap baru. Sehingga belum banyak dari peserta perikanan tangkap yang mengalami peningkatan taraf hidup. Hal ini juga didukung dengan hasil uji beda Wilcoxon (Lampiran 5c) pada program perikanan tangkap. Dapat dilihat bahwa terdapat 3 orang peserta yang mengalami penurunan taraf hidup, empat orang peserta yang mengalami peningkatan taraf hidup dan 12 orang peserta yang memiliki taraf hidup seperti sebelum mengikuti program.

Taraf Hidup Keseluruhan Peserta Sebelum Mendapatkan Bantuan Program

Tabel 44. Jumlah dan persentase tingkat taraf hidup keseluruhan peserta sebelum mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2011

Tingkat Taraf Hidup Sebelum Program %

Rendah 9 20.93

Sedang 21 48.84

Tinggi 13 30.23

Total 43 100.00

Tabel 44 menunjukkan tingkat taraf hidup keseluruhan peserta program Pemberdayaan Ekonomi Lokal sebelum mengikuti program berada pada kategori

Sedang dengan persentase sebesar 48.84%. Sebagain peserta yang mengikuti program ini berada pada tingkat taraf hidup dengan kategori sedang karena jumlah penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Selain itu, terkait pendidikan sebagian peserta merasakan biaya pendidikan tidak terlalu memberatkan karena adanya bantuan operasional dari sekolah. Sedangkan untuk kemampuan berobat, sebagian peserta juga memilih berobat di puskesmas ataupun dokter walau harus pergi ke desa tetangga.

Taraf Hidup Keseluruhan Peserta Setelah Mendapatkan Bantuan Program

Tabel 45. Jumlah dan persentase tingkat taraf hidup keseluruhan peserta setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

Tingkat Taraf Hidup Setelah Program ∑ %

Rendah 7 16.28

Sedang 23 53.49

Tinggi 13 30.23

Total 43 100.00

Tabel 45 menunjukkan tingkat taraf hidup keseluruhan peserta program Pemberdayaan Ekonomi Lokal setelah mengikuti program berada pada kategori

kategori sedang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, adanya peningkatan penghasilan peserta, kemampuan peserta mengembangkan usahanya, meningkatnya status kepemilikan rumah, yang pada awalnya masih menumpang dengan saudara hingga akhirnya dapat memiliki rumah sendiri. Selain itu juga dapat dilihat dari manfaat yang dirasakan oleh peserta seperti meningkatnya kemampuan untuk menabung dan membeli peralatan elektronik atau memperbaiki rumah dan membeli alat tangkap baru atau menambah jumlah ternak yang dibudidayakan.

Hal ini juga didukung dengan hasil uji Wilcoxon yang digunakan untuk melihat perubahan taraf hidup peserta sebelum dan setelah mendapatkan program (Lampiran 5d) Terlihat terdapat 6 orang peserta yang memiliki taraf hidup lebih rendah setelah mendapatkan program. Hal ini dikarenakan sebagian peserta merupakan peserta baru yang belum memperoleh hasil ketika mereka sudah mengikuti program. Faktor lainnya adalah karena faktor alam seperti bencana banjir yang membuat ternak mati dan tambak meluap sehingga menyebabkan kerugian. Selain itu peserta yang meminta jaring dengan jenis yang sama dengan milik mereka sebelumnya, belum dapat digunakan karena sedang tidak musim ikan. Padahal tim pendamping teknis CSR sudah memperkenalkan sistem

multigear, tetapi peserta program perikanan tangkap masih tetap ada yang meminta jaring yang sama dengan jaring yang biasa ia gunakan. Hal ini berdampak pada menurunnya hasil tangkapan ketika sedang tidak musim ikan.

Hasil uji Wilcoxon juga memperlihatkan bahwa terdapat 8 orang peserta yang memiliki taraf hidup lebih besar setelah mendapatkan program. Hal ini dikarenakan peserta tersebut sudah mengikuti program dari awal perencanaan program, sehingga sudah dapat menikmati hasil lebih dari keikutsertaan mereka pada program. Selain itu, peserta yang sudah memiliki taraf hidup lebih besar ini sudah dapat mengembangkan usahanya dengan meminjam uang kepada koperasi atau sumber dana lainnya. Sehingga hasil usaha mereka juga lebih banyak dan mereka dapat membeli barang elektronik atau untuk memperbaiki rumah. Sedangkan terdapat 29 orang peserta yang tidak memiliki perubahan taraf hidup ketika sebelum dan setelah mengikuti program. Faktor yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu, walaupun penghasilan mereka meningkat, tetapi pengeluaran mereka juga meningkat seperti untuk memperbaiki alat tangkap atau membeli alat tangkap yang baru. Sehingga taraf hidup mereka pun belum dapat dikatakan meningkat atau masih sama saja dengan ketika mereka belum mengikuti program. Maka dapat dikatakan bahwa program Pemberdayaan Ekonomi Lokal belum mampu meningkatkan taraf hidup peserta program. Hal ini didukung dengan hasil uji Wilcoxon mengenai Signifikansi Uji Perbedaan Dua Kali Pengukuran yang dapat dilihat pada Lampiran 5d. Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat dari Asymp. Sig. (2-tailed). Signifikansi sebesar 0.593 > 0.05, artinya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap taraf hidup peserta program sebelum dan setelah mengikuti program. Ini artinya program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina belum cukup mampu meningkatkan taraf hidup peserta program.

Ikhtisar

Taraf hidup dalam penelitian ini diukur melalui beberapa indikator yaitu: pendapatan, pengeluaran, kualitas pendidikan, kualitas kesehatan dan kepemilikan alat produksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa taraf hidup peserta berada pada kategori sedang dengan persentase 53.49%. Hal ini dipengaruhi karena adanya peningkatan pendapatan dan kemampuan responden untuk menabung, membeli atau memperbaiki alat produksi. Namun berdasarkan hasil uji beda, perubahan taraf hidup yang terjadi belum terlalu signifikan karena masih ada peserta yang tetap berada pada taraf hidup seperti sebelum mengikuti program. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Atik (2015) mengenai taraf hidup peserta program CSR. Dalam penelitian Atik (2014), taraf hidup peserta program CSR masih beradapada kategori rendah dikarenakan rata-rata usaha yang dimiliki oleh penerima program adalah usaha pada skala mikro dan terdapat beberapa penerima program yang mengalami kebangkrutan pada usahanya.

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI, KEBERHASILAN