RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS SELADA
MERAH (
Lactuca sativa
var.
Crispa
) TERHADAP VOLUME
IRIGASI DAN DOSIS PUPUK DENGAN METODE
HIDROPONIK MEDIA PASIR
BUDI FIRMAN HARYONO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca Sativa Var. Crispa) Terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode Hidroponik Media Pasir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
BUDI FIRMAN HARYONO. Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca Sativa Var. Crispa) Terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode Hidroponik Media Pasir. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari adanya pengaruh volume irigasi dan frekuensi pemupukan terhadap pertumbuhan produksi selada merah (Lactuca Sativa Var. Crispa), dengan media hidroponik pasir. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) terdiri dari dua faktor tiga ulangan. Faktor pertama adalah volume irigasi terdiri atas 4 taraf yaitu, I1(1xEo), I2(2xEo), I3(3xEo), I4(4xEo). Faktor kedua adalah frekuensi pemupukan yang terdiri atas 4 taraf yaitu, F1: 4 hari sekali, F2: 6 hari sekali, F3: 8 hari sekali, F4:12 hari sekali, dengan konsentrasi yang sama disetiap perlakuannya yaitu 1.5 g/l. Volume irigasi 4Eo memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun berumur 2, 3, dan 4 MST (Minggu Setelah Tanam), bobot total basah, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, bobot kering total tanaman, rata-rata panjang dan lebar daun tanaman saat panen. Frekuensi pemupukan 4 hari sekali memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun berumur 2, 3, dan 4 MST, bobot total basah, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, bobot kering total tanaman, rata-rata panjang dan lebar daun tanaman saat panen. Pengaruh interaksi antara frekuensi pemupukan dengan volume irigasi yang dihasilkan pada tanaman selada merah berbeda nyata terhadap jumlah daun pada 2, 3, dan 4 MST, bobot total basah tanaman, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, serta bobot kering total tanaman dengan nilai tertinggi pada perlakuan frekuensi pemupukan 4 hari sekali dan volume irigasi 4Eo.
Kata kunci: hidroponik, hidroponik pasir, irigasi, selada merah, pemupukan
ABSTRACT
BUDI FIRMAN HARYONO. Response Of Growth and Productivity on Red Lettuce (Lactuca sativa Var. Crispa) to Irrigation Volume and Fertilizer Frequency with Sandphonics. Supervised by EKO SULISTYONO.
This research was conducted to study about effect of irrigation volume and fertilization frequency on Red Lettuce (Lactuca Sativa Var. Crispa) growth and production with sandphonics. The research was arranged in randomized completely block design, consisting of two factors with three replications. The first factor was irrigation volume consisted on four levels: I1(1xEo), I2(2xEo), I3(3xEo), I4(4xEo). The second factor was fertilization frequency consisted of four levels: F1: every 4 day, F2: every 6 day, F3: every 8 day, F4: every 12 day, with the same concentrate in every treatment is 1.5 g/l. The volume of irrigation 4Eo provide a significant influence on height of plant and amount of leaves was 2, 3, and 4 WAP (Weeks After Planting), wet weight, the weight of the plant canopy or marketable weight, total dry weight, average length and width of leaves at harvest. The frequency of fertilization 4 days gave a significant influence on height of plant and amount of leaves was 2, 3, and 4 WAP, total weight, the weight of the plant canopy or marketable weight, total dry weight, average length and width of leaves at harvest. Effect of the interaction between the frequency of fertilization with irrigation volume generated on the red lettuce plants was significantly different to the amount of leaves at 2, 3, and 4 WAP, the total wet weight of the plant, the weight of the plant canopy or market weight, and total plant dry weight with the highest value at the treatment of the frequency of fertilization every 4 days and the volume of irrigation 4Eo.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS SELADA
MERAH (
Lactuca sativa
var.
Crispa
) TERHADAP VOLUME
IRIGASI DAN DOSIS PUPUK DENGAN METODE
HIDROPONIK MEDIA PASIR
BUDI FIRMAN HARYONO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca sativa var. Crispa) terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode Hidroponik Media Pasir
Nama : Budi Firman Haryono
NIM : A24100004
Disetujui oleh
Dr Ir Eko Sulistyono, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito MSc.Agr Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini adalah Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca sativa var. Crispa) terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode Hidroponik Media Pasir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ayah, Ibu, dan Adik yang telah memberikan dukungan, doa dan kasih sayangnya yang tak terhingga.
2. Bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, perhatian, dan saran selama ini.
3. (Alm) Bapak Ir Is Hidayat Utomo, MS selaku dosen pembimbing akademik.
4. Dosen penguji Bapak Dr Ir Winarso D. Widodo, MS dan Bapak Candra Budiman, SP MSi
5. Seluruh staf University Farm dan Kebun Percobaan Cikabayan Kampus IPB Dramaga Bogor khususnya Bapak Mamat dan Bapak Milin, yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
6. Teman-teman AGH Edelweiss 47 khususnya Danu Kuansa, Adi Sukmo, M.Taufiq Abdullah, Mita Dianasari, Nazi, Gerland, Nicky Lintang, Indah Silvariani, Rissa Rahmaniah, Indah Ratna Virisya, Elfan Adhiatman, dan lain-lain
7. Rekan-rekan seperjuangan saya, panitia pelaksana festival bunga dan buah nusantara 2014
8. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura, Bapak Agus Purwito 9. Bapak dan Ibu Himpunan Alumni Agronomi IPB khususnya Bapak
Sambas Waemata, Bapak Dadang Munir, Bapak Jumadi Witopawiro, dan Bapak Wahyudi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Selada Merah 3
Sistem Hidroponik Media Pasir 3
Volume Irigasi dan Pemupukan 5
METODE PENELITIAN 5
Waktu dan Tempat 5
Bahan Penelitian 5
Peralatan Penelitian 6
Metode Pelaksanaan 6
Pelaksanaan 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Kondisi Umum 8
Pengaruh Frekuensi Pemupukan dan Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Selada Merah 8
Pengaruh Frekuensi Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Selada Merah 12
Pengaruh Voluime Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Selada Merah 14
SIMPULAN DAN SARAN 16
SIMPULAN 16
SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh interaksi frekuensi pemupukan
dan volume irigasi pada tanaman selada merah 9
2 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter
Jumlah daun pada 4 MST 9
3 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot
total basah tanaman 10
4 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot
pasar atau bobot tajuk tanaman 11
5 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot
kering total tanaman 12
6 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap tinggi tanaman (cm) 12 7 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap jumlah daun (unit) 13 8 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap panjang dan lebar daun saat
pasca panen, bobot total tanaman, bobot pasar, bobot akar, dan bobot
kering total tanaman 13
9 Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman (cm) 15 10 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun (unit) 15 11 Pengaruh volume irigasi terhadap panjang dan lebar daun saat pasca
panen, bobot total tanaman, bobot pasar, bobot akar, dan bobot kering
total tanaman 15
DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk visual tanaman dengan frekuensi pemupukan berbeda ... 14 2 Bentuk visual tanaman dengan volume irigasi yang berbeda 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tata letak satuan percobaan 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang memenuhi syarat empat sehat dan lima sempurna. Dalam susunan menu tersebut sayuran merupakan salah satu komponen yang tidak dapat ditinggalkan. Itulah sebabnya manusia berusaha menanam berbagai jenis sayuran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Keadaaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya kegiatan budidaya berbagai jenis sayuran. Ditinjau dari aspek agroklimatologis, Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek teknis, ekonomis dan sosial juga sangat mendukung pengusaha sayuran di Indonesia (Haryanto 2007).
Diantara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan tersebut, selada merah merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai komersial dan prospek yang cukup baik. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah, serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan akan sayuran, termasuk selada merah. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian (2013) menyatakan bahwa konsumsi perkapita produk sayuran di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 39.39 kg/tahun pada tahun 2007. Meskipun demikian, tingkat konsumsi perkapita produk sayuran dimasyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan anjuran Food and Agriculture Organization (FAO). Kebutuhan konsumsi sayuran yang dianjurkan yaitu 75 kg per kapita per tahun (Food and Agriculture Organization, 2009). Jadi untuk memenuhi konsumsi sayuran masyarakat tersebut akan dibutuhkan juga upaya untuk meningkatkan produksi sayuran secara efisien, efektif, dan berkesinambungan agar dapat memenuhi kebutuhan sayuran yang belum tercukupi.
Data Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) juga menunjukkan bahwa nilai ekspor selada sebanyak US$ 963 322 dan nilai impornya adalah US$ 207 311. Hal ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkannya produksi selada di dalam negeri khususnya produk difrensiasinya yakni selada merah yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Akan tetapi, saat ini semakin berkurangnya lahan pertanian khususnya lahan kelas utama (S1) dan rendahnya kualitas selada merah yang dihasilkan oleh para petani merupakan contoh masalah yang dihadapi dalam kegiatan budidaya sayuran selada merah pada khususnya. Pengalihan lahan pertanian ke lahan non pertanian seperti pemukiman dan industri menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan untuk para petani.
2
(kultur agregat) seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu, arang sekam dan lain-lain.
Hidroponik dengan media pasir tergolong murah dan efisien. Metode ini terbukti sukses untuk penanaman tanaman berumur pendek seperti tomat, bayam merah, selada merah, cabai, dan lain-lain. Pada prinsipnya, metode ini tidak jauh berbeda dengan metode hidroponik lainnya (Lingga 2007). Hanya saja, pada hidroponik media pasir, penyiraman harus sering dilakukan karena adanya penguapan. Ukuran banyaknya penyiraman masih tergantung pada kondisi tanaman. Komoditas yang sering dibudidayakan dengan teknik hidroponik pasir adalah komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura memiliki keunggulan seperti umur panen yang cepat dan bentuk atau ukurannya yang relatif kecil sehingga mudah dibudidayakan secara hidroponik. Alasan inilah mengapa hidroponik dapat menjadi salah satu teknik budidaya yang cocok dan menguntungkan untuk tanaman selada (Lingga 2007).
Air adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan untuk keberlangsungan makhluk hidup termasuk tanaman. Tanaman yang ditanam pada kadar air mendekati kapasitas lapang akan mampu tumbuh dengan cepat bila unsur hara dan faktor lingkungan lainnya berada dalam keadaan optimum (Zulkarnain 2010). Penggunaan air juga harus dilakukan seefisien mungkin karena semakin berkurangnya sumber air bersih. Penghematan air pada teknik hidroponik berarti juga penghematan penggunaan pupuk, sehingga biaya produksi dapat dikurangi.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari perlakuan pupuk dan volume irigasi yang optimal, sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan dan produktivitas yang optimum serta mempunyai daya produksi yang maksimal pada selada merah secara hidroponik media pasir.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Volume irigasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi selada merah
2. Dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi selada merah
3. Interaksi volume irigasi dan dosis pemupukan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
3
TINJAUAN PUSTAKA
Selada Merah
Selada merah (Lactuca sativa var. Crispa) merupakan jenis sayuran yang berasal dari famili asteraceae yang dipercaya berasal dari Timur Tengah dan dikenal sebagai tanaman sayuran jauh sebelum masehi. Selada yang umum dibudidayakan saat ini dapat dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu selada krop, selada rapuh, selada batang dan selada daun. (Haryanto 2007) Selada daun sendiri memiliki nama internasional yakni leaf lettuce atau cut lettuce. Selada jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Selain dikonsumsi langsung, selada merah maupun hijau dapat digunakan sebagai hiasan untuk aneka masakan. Adapun klasifikasi tanaman selada sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa (Haryanto 2007)
Benih selada merah akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari. Tanaman selada tumbuh dengan baik pada suhu harian 15-20 0C dan suhu malam 10 0C. Budidaya selada di daerah tropis tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun rendah. Pada budidaya selada konvensional, tanah yang cocok untuk pertumbuhan selada yaitu jenis tanah dengan struktur yang bagus dan kesuburan tinggi dan kurang bagus pada tanah alkali berpasir-lempung. Budidaya selada secara hidroponik di dalam green house termasuk mudah dikerjakan. Hal penting yang harus diperhatikan yaitu suhu di dalam rumah kaca. Tanaman selada ini tidak toleran tanah masam (pH < 6). Kebutuhan hara tanaman selada yaitu N 100 kg/ha, P2O5 100 kg/ha, K2O 80 kg/ha, dan pupuk organik 30 ton/ha. Produktivitas selada jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha (Siemonsma dan Piluek 1994).
Sistem Hidroponik Media Pasir
4
Indonesia pada akhir tahun 1980-an. Di Negara-negara subtropik teknologi hidroponik sudah dikenal dan diterapkan cukup lama sehingga sudah sampai pada tahap yang sangat maju terutama dalam penciptaan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan tanaman (Lingga 2007).
Prinsip dasar hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hidroponik substrat dan Nutrient Film Technique. Sejak dipopulerkan empat puluh tahun yang lalu, hidroponik mengalami banyak perubahan. Media tanam yang digunakan banyak yang sengaja dibuat khusus dan begitu juga dengan wadahnya. Untuk melengkapi kebutuhan sinar, tingkat kelembaban, serta kontrol pertumbuhan, tanaman hidroponik diletakkan dalam greenhouse. Di dalam greenhouse kelembaban dan sinar matahari bisa diatur sehingga tidak menimbulkan persoalan bagi peminat hidroponik (Lingga 2007).
Pada hidroponik substrat tidak membutuhkan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat ini antaranya pasir, serbuk gergaji, dan lain-lain. Media tersebut dapat menyerap nutrisi, air, oksigen serta mendukung akar tanaman sehingga dapat berfungsi seperti tanah. Kemampuan mengikat kelembaban suatu media tergantung dari ukuran partikel, bentuk, dan porositasnya. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula kemampuan menahan air. Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih banyak menyerap air dibanding yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori juga memiliki kemampuan lebih besar menahan air (Van Patten 2004).
Hidroponik dengan media pasir tergolong murah dan efisien. Metode ini terbukti sukses untuk penanaman tanaman berumur pendek seperti tomat, bayam merah, selada merah, cabai, dan lain-lain. Pada prinsipnya, metode ini tidak jauh berbeda dengan metode hidroponik lainnya (Lingga 2007). Media hidroponik banyak sekali. Batu apung, koral, kerikil, perlit, pasir, batu bata, dan lain sebagainya. Untuk menanam selada sebaiknya menggunakan media pasir alasannya adalah pasir cocok untuk pertumbuhan akar dan batang selada serta murah dan mudah didapatkan (Haryanto 2007). Media untuk persemaian dan media penanaman berbeda. Untuk persemaian dibutuhkan pasir yang lebih halus sehingga memudahkna pertumbuhan akar bibit. Pasir yang lebih kasar digunakan untuk media penanaman. Di bagian dasar bak sebaiknya digunakan kerikil dan bagian atasnya pasir (Haryanto 2007).
5
Volume Irigasi dan Pemupukan
Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan nutrisi tanaman dan metode irigasi yang digunakan. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi dan air untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari dekomposisi bahanbahan organik dan anorganik dalam tanah yang terlarut dalam air. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara dalam tanah umumnya dipenuhi dengan pemupukan tambahan. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi dan air diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Penyediaan air diperoleh melalui berbagai macam metode seperti irigasi tetes, nutrient film technique dan lain-lainPemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Ketersediaan nutrisi dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal berpijak penerapan budidaya tanaman hidroponik (Siswadi 2008).
Pupuk untuk tanaman yang ditanam di tanah juga bisa dipakai pada metode hidroponik, yang penting pupuk tersebut mudah larut dalam air dan tahan lama dipakai. Umumnya yang dipakai untuk keperluan berhidroponik adalah pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro sekaligus. Unsur makro berfungsi untuk menumbuhkan struktur vegetatif dan produksi. Unsur mikro berfungsi sebagai pelengkap esensial vital bagi rasa, kadar gula, tingkat kemanisan, warna, dan daya tahan tanaman terhadap gangguan penyakit (Siswadi 2008).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan pada bulan Januari sampai Maret 2014.
Bahan Penelitian
6
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember, gelas ukur, wadah persemaian, penggaris, timbangan,ember evaporasi (evaporasi panci) dan meteran.
Metode Pelaksanaan
Penilitian ini menggunakan percobaan faktorial dengan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah volume irigasi yang terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu: I1 (1 x E0), I2 (2 x E0), I3 (3 x E0), I4 (4 x E0). Faktor kedua adalah dosis pupuk yang terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu: F1: 4 hari sekali dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik, F2: 8 hari sekali dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik, F3: 12 hari sekali dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik, F4: 16 hari sekali dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik. Percobaan ini terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan jumlah satuan percobaan adalah 16 x 3 atau 48 satuan percobaan. Model aditif linier yang digunakan berdasarkan model matematik.
Yij = + + + Dengan :
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan volume irigasi ke-i dan perlakuan frekuensi pemupukan ke-j pada ulangan ke-k = rataan umum
= pengaruh volume irigasi pada taraf ke-i
= pengaruh frekuensi pemupukan pada taraf ke-j
= komponen interaksi dari faktor perlakuan volume irigasi dan frekuensi pemupukan
= galat percobaan.
=jumlah perlakuan volume irigasi (1, 2, 3, dan 4)
= jumlah perlakuan frekuensi pemupukan (1, 2, 3, dan 4) = jumlah ulangan (1, 2, dan 3)
7
Pelaksanaan
Persemaian
Pelaksanaan dimulai dengan menyemai benih selada merah di wadah persemaian. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan daya produksi benih karena saat dipersemian akan diketahui kualitas bibit atau tanaman yang baik untuk ditanam di media pasir saat penelitian. Persemaian dilakukan selama dua minggu sebelum tanam.
Persiapan Media Tanam
Percobaan ini menggunakan media tanam atau substrat pasir, sehingga perlu ada persiapan seperti pengadaan pasir yang baik untuk persiapan tanam. Kriteria pasir yang baik untuk digunakan sebagai media adalah pasir yang tidak mengandung campuran kerikil-kerikil dan garam (yang terdapat pada pasir laut).
Penanaman
Pelaksanaan penanaman dilakukan dengan menanam tanaman selada merah dengan jumlah dua tanaman per wadah, serta membuat susunan wadah atau ember yang berisi media pasir beserta tanaman selada merah yang telah ditanam didalamnya. Susunan tersebut berbentuk petakan percobaan yang berukuran 16 kolom dan 3 baris sehingga berjumlah 48 satuan percobaan dengan jarak masing-masing adalah kurang lebih 0.75 m x 0.75 m. Selanjutnya ada pemasangan evaporasi panci yang berada di dekat petakan percobaan.
Pemeliharaan
Tindakan Pemeliharaan meliputi pengendalian hama dan penyakit. Pemeliharaan pada penelitian ini tidak seintensif dengan tindakan pemeliharaan budidaya secara konvensional yakni secara outdoor, karena penelitian ini dilakukan pada rumah kaca yang potensi serangan hama dan penyakit tanamannya relatif lebih kecil daripada diluar ruangan.
Pengamatan
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah: 1. Tinggi tanaman seminggu sekali setelah tanam 2. Jumlah daun seminggu sekali setelah tanam 3. Bobot segar tanpa akar setelah panen
4. Bobot segar menggunakan akar setelah panen 5. Bobot akar tanaman setelah panen
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Selada merah (Lactuca sativa var Crispa) adalah jenis bunching lettuce. Jenis selada ini memiliki daun yang lebar dan tipis serta bergerombol dan tampak keriting. Keadaan umum tanaman selama penelitian tampak terlihat baik selama pertumbuhan. Tetapi, warna merah pada selada tidak tampak menyeluruh pada tanaman akibat kandungan antosianin yang rendah. Rendahnya kandungan antosianin pada selada merah yang rendah diakibatkan oleh budidaya tanaman yang dilakukan pada ketinggian yang kurang optimal, Intensitas cahaya (Shioshita et al. 2007), dan suhu lingkungan yang relatif tinggi yang menyebabkan aktivitas enzim polifenol oksidase, peroksidase, dan fenilalaninaammonia lyase tidak optimum sehingga antosianin pada selada tidak maksimal dan tampak warna merah pada selada tidak merata (Chon et al. 2012).
Pengaruh Frekuensi Pemupukan dan Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Selada Merah
9
Tabel 1 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter Jumlah daun pada 4 MST1
8 Hari Sekali 10.00fg 11.50def 11.83cde 13.17bc 12 Hari Sekali 9.17gh 10.33efg 11.33def 11.17ef 16 Hari Sekali 8.17h 10.50efg 10.67efg 9.17gh
1Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%.
Tabel 2 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh interaksi frekuensi pemupukan dan volume irigasi pada tanaman selada merah
Peubah Pr > F KK √MSE
Brangkasan <.0001 <.0001 0.0002 *
16.27 9.62 Pasca Panen bobot basah
tajuk/Pasar <.0001 <.0001 0.0002
* 16.38 8.99
Pasca Panen bobot basah
akar <.0001 0.009 0.112 30.51 1.29
Pasca Panen bobot
kering tanaman <.0001 <.0001 0.0002 *
23.44 1.003
Pr> F kurang dari 0,05 = nyata; Pr> F kurang dari 0,01 = sangat nyata; IR: Irigasi; PUP: Pupuk; KK: Koefisien Keragaman; √MSE: Mean square error
10
perlakuan volume irigasi 4Eo nyata lebih tinggi dibandingkan dengan 1Eo, 2Eo, dan 3Eo. Terdapat interaksi antara frekuensi pemupukan dan volume irigasi, interaksi terbaik terjadi pada taraf frekuensi irigasi 4 hari sekali dengan volume irigasi 4Eo (Tabel 2). Hal ini diduga karena frekuensi pemupukan yang sering dengan menggunakan pupuk hidroponik (32-10-10) yang memiliki kandungan nitrogen yang dominan serta ditambah dengan volume irigasi atau pemberian air setiap hari dengan volume yang relatif banyak menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi sangat nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain.
Bobot basah total tanaman dengan perlakuan frekuensi pemupukan berpengaruh nyata, begitu juga dengan perlakuan volume irigasi dimana perlakuan 4Eo dan 3Eo berpengaruh nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi pemupukan 4 hari sekali nyata lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi pemupukan 8, 12, dan 16 hari sekali serta perlakuan volume irigasi 4Eo dan 3Eo nyata lebih tinggi dibandingkan dengan 1Eo dan 2Eo. Terdapat interaksi antara frekuensi pemupukan dan volume irigasi, interaksi terbaik terjadi pada taraf frekuensi irigasi 4 hari sekali dengan volume irigasi 4Eo (Tabel 3). Hal ini diduga karena frekuensi pemupukan yang sering dengan menggunakan pupuk hidroponik (32-10-10) dan dengan volume irigasi atau pemberian air setiap hari dengan volume yang relatif banyak menyebabkan bobot total tanaman saat dipanen menjadi sangat nyata lebih berat dibandingkan perlakuan yang lain.
Tabel 3 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot total basah 4 Hari Sekali 34.90hij 91.87b 82.07bcd 111.88a 8 Hari Sekali 33.17ij 61.05efg 82.68bcd 87.35bc 12 Hari Sekali 21.82j 45.67ghi 71.62cde 65.53def 16 Hari Sekali 21.30j 48.22fghi 51.55fgh 35.63hij
1Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%.
11 interaksi terbaik terjadi pada taraf frekuensi irigasi 4 hari sekali dengan volume irigasi 4Eo (Tabel 4). Hal ini diduga karena frekuensi pemupukan yang sering dengan menggunakan pupuk hidroponik (32-10-10) yang mengandung nitrogen lebih dominan dan dengan volume irigasi atau pemberian air setiap hari dengan volume yang relatif banyak menyebabkan perkembangan daun yang baik sehingga bobot tajuk atau bobot pasar tanaman saat dipanen menjadi sangat nyata lebih berat dibandingkan perlakuan yang lain.
Tabel 4 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot pasar atau bobot tajuk tanaman1
Frekuensi Pemupukan
Volume Irigasi
1Eo 2Eo 3Eo 4Eo
---(g pot-1 )---4 Hari Sekali 32.95ghi 87.08b 76.28bc 103.55a 8 Hari Sekali 30.73hi 57.50def 77.62bc 81.03bc 12 Hari Sekali 20.10i 41.78fgh 66.02cd 60.00de 16 Hari Sekali 19.87i 43.67fgh 47.97efg 32.18ghi
1Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%.
12
Tabel 5 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot kering total tanaman1 16 Hari Sekali 1.03h 2.22fgh 2.51efgh 3.40defg
1Angka-angka pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata pada uji Duncan multiple range test (DMRT) pada selang kepercayaan 95%.
Pengaruh Frekuensi Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Selada Merah
Frekuensi pemupukan 4 hari sekali menyebabkan tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi pemupukan 8, 12, dan 16 hari (Tabel 6). Analisis statistik juga menunjukkan bahwa ada peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman dari minggu ke minggu. Pemupukan menggunakan pupuk hidroponik (32-10-10) yang didominasi oleh kandungan nitrogen menyebabkan pertumbuhan pada tanaman Hal ini disebabkan pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh yang nyata terhadap peningkatan jumlah peluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun (Gardner et al. 1991).
Tabel 6 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap tinggi tanaman (cm)1
Frekuensi Pemupukan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT (0.05)
13 vegetatifnya seperti jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, dan lain-lain sehingga tanaman dengan frekuensi pemupukan selama setiap 4 hari akan memiliki hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan peubah yang lain
Tabel 7 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap jumlah daun (unit) 1
Frekuensi Pemupukan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT (0.05)
Frekuensi pemupukan 4 hari sekali menyebabkan parameter Panjang daun dan lebar daun pasca panen, bobot basah total, bobot pasar, bobot akar, dan bobot kering total berbeda nyata dibandingkan dengan frekuensi pemupukan 8, 12, 16 hari (Tabel 8). Faktor frekuensi pemupukan menyebabkan perkembangan tanaman baik daun, batang maupun akar terpengaruh. Kandungan fosfor pada pupuk mempengaruhi perkembangan akar, sehingga tampak tanaman dengan perlakuan pemupukan dengan frekuensi setiap 4 hari sekali nyata lebih besar dibandingkan dengan peubah yang lain. Selain itu, penggunaan pupuk juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya pada panjang dan lebar daun karena kandungan nitrogen yang tinggi pada pupuk yang menyebabkan tanaman tampak subur dengan panjang dan lebar daun yang besar dan juga mempengaruhi bobot tanaman itu sendiri yang membuat tanaman dengan perlakuan frekuensi pemupukan 4 hari sekali berbeda sangat nyata dibandingkan dengan peubah yang lain.
Tabel 8 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap panjang dan lebar daun saat
15
Tabel 9 Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman (cm) 1
Volume Irigasi 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT (0.05)
Tabel 10 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun (unit) 1
Volume Irigasi 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT (0.05)
Data pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT (0.05)
16
Perlakuan frekuensi pemupukan dan volume irigasi dipengaruhi oleh besaran Evaporasi. Sebelum dilakukan pemberian perlakuan kepada tanaman, Evaporasi dihitung terlebih dahulu. Faktor-faktor yang mempengaruhi Evaporasi akan mempengaruhi besaran pupuk dan irigasi yang akan digunakan. Penelitian ini menggunakan Evaporasi panci sebagai alat untuk mengukur Evaporasi. Faktor yang mempengaruhi Evaporasi diantaranya adalah radiasi matahari, temperatur, kelembapan relatif, dan angin (Lakitan 2013). Sehingga, ketika hari sedang panas dan tidak hujan akan mempengaruhi besaran Evaporasi yang menentukan besaran pupuk dan air yang digunakan kepada tanaman yang juga berkolerasi atau
berhubungan dengan jumlah kebutuhan tanaman itu sendiri.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Perlakuan volume irigasi dan frekuensi pemupukan memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman. Semakin besar nilai volume irigasi dan semakin sering frekuensi pemupukan yang diberikan membuat pertumbuhan tanaman relatif lebih besar dibandingkan dengan tanaman dengan taraf perlakuan volume irigasi dan frekuensi irigasi yang lebih kecil.
Volume irigasi 4Eo memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun berumur 2, 3, dan 4 MST, bobot total basah , bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, bobot kering total tanaman, rata-rata panjang dan lebar daun tanaman saat panen. Frekuensi pemupukan 4 hari sekali memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun berumur 2, 3, dan 4 MST, bobot total basah, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, bobot kering total tanaman, rata-rata panjang dan lebar daun tanaman saat panen. Pengaruh interaksi antara frekuensi pemupukan dengan volume irigasi yang dihasilkan pada tanaman selada merah berbeda nyata terhadap jumlah daun pada 2, 3, dan 4 MST, bobot total basah tanaman, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, serta bobot kering total tanaman.
SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Chon SU, Boo HO, Heo BG, Gorinstein S. 2012. Anthocyanin content and activities of polyphenol oxidase, peroxidase and phenylalanine ammonia-lyase in lettuce cultivars. International Journal of Food Sciences and Nutrition. 63(1):45 48.
Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2012. Volume Impor dan Ekspor Sayuran Tahun 2012 [internet]. [diacu 2013 Oktober 25]. Tersedia dari:http://hortikultura.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view =article&id=337:volume-impor-a-ekspor-sayuran-th-2012&catid=57:ekspor-impor&Itemid=686.
Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2013. Rekapitulasi Konsumsi Perkapita Sayuran dan Buah Tahun 1990–2011 [internet]. [diacu 2014 Oktober 4]. Tersedia dari: http://horti.pertanian.go.id/node/23.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2009. [internet]. [diacu 2014 Oktober 5]. Tersedia dari: http://www.fao.org/ag/pdf/0606-2.pdf.
Fitter AH, Hay RKM. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Andani S, Purbayanti ED, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Environmental Physiology of Plants.
Gardner R, Franklin P, Pearce B. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H, penerjemah; Siswanto SU, editor. Jakarta (ID): UI-Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.
Haryanto E. 2007. Sawi dan Selada. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Koudela M, Petrikova K. 2008. Nutrient content and yield in selected cultivars of leaf lettuce (Lactucasativa var. Crispa). HORT SCI. 35(3): 99 106.
Lakitan B. 2013. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta(ID): Rajawali Pers. Lingga, P. 2007. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah (ID). Jakarta:
Penebar Swadaya
Mualim L, Aziz SA, Melati M. 2009. Kajian Pemupukan NPK dan Jarak Tanam pada Produksi Antosianin Daun Kolesom. J Agron Indonesia. 37(1):55 61. Shioshita R, Enoka J, Deyson K, Craig S, William S. 2007. Coloration and growth
18
Siemonsma JS, Piluek K. 1994. Plant Resourches of South-East Asia No 8 Vegetables. Bogor (ID): PROSEA.
Siswadi. 2008. Berbagai formulasi kebutuhan nutrisi pada sistem hidroponik. Jurnal Inovasi Pertanian.7(1):103 110.
Van Patten G. 2004. Hidroponic Basics. Chicago (US): Van Patten Publishing. Wahyudi. 2005. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.
19 Lampiran 1 Tata letak satuan percobaan
20
Lampiran 2. Tabel Volume Irigasi yang Diberikan Pada Setiap Perlakuan
Eo 1 Eo 2 Eo 3 Eo 4 Eo TOTAL
1 62 123 185 246 615
1,5 92 185 277 369 923
2 123 246 369 492 1.231
2,5 154 308 462 615 1.539
3 185 369 554 739 1.846
3,5 215 431 646 862 2.154
4 246 492 739 985 2.462
4,5 277 554 831 1108 2.769
5 308 615 923 1231 3.077
5,5 338 677 1015 1354 3.385
6 369 739 1108 1477 3.693
6,5 400 800 1200 1600 4.000
7 431 862 1292 1723 4.308
7,5 462 923 1385 1846 4.616
8 492 985 1477 1969 4.924
8,5 523 1046 1569 2092 5.231
9 554 1108 1662 2216 5.539
9,5 585 1169 1754 2339 5.847
21
Lampiran 3 Data pengamatan evaporasi panci selama penelitian
22
Lampiran 4 Ilustrasi pot tempat media tanam dan evaporasi panci serta contoh perhitungan evaporasi dan volume irigasi
Diameter ember = 30 cm Tinggi ember = 38 cm
Keterangan: h1 = tinggi air sebesar 25 cm
h2 = tinggi air sesudah satu hari setelah penguapan Evaporasi (Eo) = h1 - h2
Tinggi lubang = 1/3 tinggi ember
Diameter ember = 28 cm r = 0.5 x diameter = 14 cm
Luas permukaan ember (L) = πr2 = 615.44 cm2
Volume irigasi = c x Eo x L c = 1.0 ; 2.0 ; 3.0 ; 4.0
h1
23 Lampiran 5 Komposisi Hara dan Ikutan dalam Pupuk Hidroponik 32-10-10
No Unsur Satuan Nilai
1 N-Organik % 19.47
2 N-NH4 % 6.05
3 N-NO3 % 6.82
4 Total N % 32.34
5 P2O5 % 10.45
6 K2O % 10.35
7 Ca % 0.02
8 Mg % 0.13
9 S % 0.95
10 Kadar Air % 1.98
11 Fe ppm 647
12 Mn ppm 182
13 Cu ppm 168
14 Zn ppm 181
15 B ppm 231
16 Cd ppm 0.2
24