KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA
SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK
TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015
SKRIPSI
OLEH:
NUANSA PUTRI PURBA
NIM :111000062
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA
SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK
TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015
Skripsi ini Diajukan Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
NUANSA PUTRI PURBA
NIM :111000062
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KELUHAN
MUSCULOSKELETAL DISORDERs (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Juli 2015
ABSTRAK
Sales Promotion Girl (SPG) beresiko mengalami keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada otot ekstremitas bagian bawah yang disebabkan oleh karakteristik individu dan penggunaan sepatu hak tinggi selama 8 jam setiap hari dengan ketinggian minimal 5 cm ketika bekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Suzuya Medan Plaza Pada Tahun 2015.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel sebanyak 64 orang. Variabel dalam penelitian adalah umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lama pemakaian sepatu, dan tinggi hak sepatu.
Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan umur responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bagian bawah terbanyak adalah pada kategori umur 25-28 tahun yaitu sebanyak 14 orang (21,9%). Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) overweight yaitu sebanyak 20 orang (31,2%). Berdasarkan lama penggunaan sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori penggunaan sepatu 2-6 tahun yaitu sebanyak 26 orang (40,6%). Dan berdasarkan tinggi hak sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori tinggi sepatu 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%).
Dari hasil penelitian disarankan agar Sales Promotion Girl (SPG) melakukan relaksasi (peregangan) setelah 4 jam bekerja dan memakai sandal atau sepatu datar pada jam istirahat dan pulang kerja. Bagi perusahaan disarankan untuk menugaskan pada
supervisor area agar mengingatkan kepada Sales Promotion Girl (SPG) setiap waktu
briefing mengenai rekomendasi yang diberikan penulis.
ABSTRACT
Sales promotion girl (SPG) that have risk of musculoskeletal disorders (MSDs) of limb muscles on the bottom of which are affected by the individual characteristics and the user of high heels for eight hours with minimum height of 5 cm when they are working. So, the research are done about complaining musculoskeletal disorders (MSDs) on Suzuya’s sales promotion girl at Medan Plaza in 2015.
This research is descriptive with the sample as many as 64 people. Variable in the research are age, body mass index (BMI ), the duration of use shoes, and the height of heels.
The results of research indicates based on age of respondents had a limb muscles on the bottom the largest is single age category 25-28 years with fourteen people (21,9 % ). Based on body mass index (BMI) respondents had a limb muscles, the highest is in the category of body mass index (BMI) with twenty people overweight (31,2% ). Based on the duration of use shoes of respondents had a limb muscles, the highest is at the bottom of the shoes 2-6 years with twenty six people (40,6% ). And based on the height of heels of respondents who experienced complaints in the muscles the lower extremity most were into the category of a high shoe 7 cm as many as thirty seven people (57,8%). From the research suggested that sales promotion girl (SPG) do relaxation and stretch after 4 hours of work , to wear a sandal or flat shoes in rest time of work and going to home. the company suggested to assign a supervisor in the area to remind sales promotion girl (SPG) every a briefing time on the recommendations given by the author.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Skripsi ini terkhusus penulis persembahkan kepada Ayahanda Nazhar Purba
dan Ibunda Fatimah Siregar yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang, dukungan, semangat dan doa dalam menyelesaikan pendidikan dan dalam
hal apapun, serta adik-adikku Vahrunnisa Purba, Safira Anggira Purba , dan Dara Amalia Purba terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memperoleh bimbingan,
dukungan, bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
3. Ibu Ir. Kalsum M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk
kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu. D r . H a l i n d a S a r i L u b i s , M K K K selaku Dosen Penguji skripsi yang
telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan
skripsi ini.
6. Ibu. I s y a t u n M a r d h i y a h S y a h r i S K M M . K e s selaku Dosen Penguji
skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk
kesempurnaan skripsi ini.
7. Bapak dr.Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani
perkuliahan.
8. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
9. Bapak Herdianto Harefa selaku Manager Suzuya Medan Plaza yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Ibu Vivi selaku Asisten Manager Suzuya Medan Plaza yang telah memberikan
kemudahan kepada peneliti dalam melakukan survei pendahuluan, penelitian dan
memberikan informasi terkait dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Ibu Eli selaku supervisor area yang telah membantu peneliti ketika melakukan
penelitian di area kerja.
12. Kakak-kakak Sales Promotion Girl di Suzuya Medan Plaza yang sudah
meluangkan waktu untuk diwawancarai dalam melengkapi data-data yang
diperlukan dalam penelitian.
13. Sahabat terbaikku dari SMA Putri Rahmayanti, Dina, Putri Amalia yang telah
dukungan, hiburan di saat stres dan doa yang telah diberikan selama ini dan telah
membantu saya selama penelitian di lapangan.
15. Kawan PBL Ervina, Kak Nur, Gaby, Lamtiur, Fanizza yang telah memberikan
dukungan dan doa selama ini.
16. Teman-teman stambuk 2011 FKM USU khususnya Departemen KKK d a n
a n a k G e n g e r s a yang telah berjuang bersama-sama selama proses pembelajaran di kampus, serta abang-abang dan kakak-kakak senior yang telah
memberikan motivasi, bimbingan dan semangatnya kepada penulis selama
berkuliah di FKM USU.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada
kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2015
Penulis,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nuansa Putri Purba
Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 15 Januari 1994
Suku Bangsa : Batak Simalungun
Agama : Islam
Nama Ayah : Nazhar Purba
Suku Bangsa Ayah : Batak Simalungun
Nama Ibu : Fatimah
Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1999-2005 : SD Swasta Al-Azhar Medan
2. Tahun 2005-2008 : SMP Swasta Al-Azhar Medan
3. Tahun 2008-2011 : SMAN 4 Medan
4. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi... i
Halaman Perngesahan... ii
Abstrak... iii
Abtract... iv
Kata Pengantar... v
Riwayat Hidup... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel... x
Daftar Gambar... xi
Daftar Lampiran... xii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sales Promotion Girl ... 7
2.2.3 Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi ... 9
2.3 Ergonomi ... 10
2.3.1 Definisi Ergonomi ... 10
2.3.2 Tujuan Ergonomi ... 11
2.3.3 Aspek Ergonomi ... 11
2.4 Anatomi Fisiologi Organ Dalam Sistem Muskuloskeletal ... 13
2.4.1 Sistem Muskuler/otot ... 13
2.4.2 Skeletal ... 14
2.5 Keluhan Muskuloskeletal... 15
2.5.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal... 15
2.5.2 Penyebab Keluhan Muskuloskeletal... 16
2.6 Nordic Body Map... 23
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Suzuya Medan Plaza ... 29
4.1.1 Sejarah Suzuya Medan Plaza ... 29
4.1.2 Visi Dan Misi Suzuya Medan Plaza ... 30
4.1.3 Values ... 30
4.1.4 Visi dan Misi Suzuya Medan Plaza……….. 30
4.1.5 Aspek Harus Dimiliki Suzuya Untuk Menjadi Excellence.. 31
4.1.6 Jenis Karyawan,Shift Kerja, dan Periode Istirahat………… 31
4.1.7 Upah, Tinjangan Hari Raya Keagamaan, Insentif, Bonus, dan Cuti………. 32
4.1.8 Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza………. 34
4.2 Karakteristik Responden ... 35
4.3 Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Responden………... 37
4 .4 Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah... 38
4.5 Tabulasi Silang... 39
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Umur ... 50
5.2 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT ... 51
5.3 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi ... 52
5.4 Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu……… 54
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 56
6.2 Saran ……….. 56
DAFTAR PUSTAKA………. 58
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pada Sales Promotion Girl (SPG)
Suzuya Medan Plaza Tahun 2015………...35
Tabel 4.2 Disribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015…...…...36
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada
Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun
2015………...36
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun
2015………...37
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu Sales Promotion
Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun
2015………...37
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan
Plaza Tahun 2015………...38
Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah
Berdasarkan Umur ………...40
Tabel 4.8 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Sales Promotion Girl
(SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015...43
Tabel 4.9 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Bersarkan Lama Pemakaian Sepatu hak Tinggi (tahun) Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun
2015………...45
Tabel 4.10 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu (cm) Pada Sales Promotion Girl (SPG)
Suzuya Medan Plaza Pada Tahun
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nordic Body Map ... 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 24
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 4. Dokumentasi
Lampiran 5. Master Data
ABSTRAK
Sales Promotion Girl (SPG) beresiko mengalami keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada otot ekstremitas bagian bawah yang disebabkan oleh karakteristik individu dan penggunaan sepatu hak tinggi selama 8 jam setiap hari dengan ketinggian minimal 5 cm ketika bekerja. Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Suzuya Medan Plaza Pada Tahun 2015.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel sebanyak 64 orang. Variabel dalam penelitian adalah umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lama pemakaian sepatu, dan tinggi hak sepatu.
Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan umur responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bagian bawah terbanyak adalah pada kategori umur 25-28 tahun yaitu sebanyak 14 orang (21,9%). Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) overweight yaitu sebanyak 20 orang (31,2%). Berdasarkan lama penggunaan sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori penggunaan sepatu 2-6 tahun yaitu sebanyak 26 orang (40,6%). Dan berdasarkan tinggi hak sepatu responden yang mengalami keluhan pada otot ekstremitas bawah terbanyak adalah pada kategori tinggi sepatu 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%).
Dari hasil penelitian disarankan agar Sales Promotion Girl (SPG) melakukan relaksasi (peregangan) setelah 4 jam bekerja dan memakai sandal atau sepatu datar pada jam istirahat dan pulang kerja. Bagi perusahaan disarankan untuk menugaskan pada
supervisor area agar mengingatkan kepada Sales Promotion Girl (SPG) setiap waktu
briefing mengenai rekomendasi yang diberikan penulis.
ABSTRACT
Sales promotion girl (SPG) that have risk of musculoskeletal disorders (MSDs) of limb muscles on the bottom of which are affected by the individual characteristics and the user of high heels for eight hours with minimum height of 5 cm when they are working. So, the research are done about complaining musculoskeletal disorders (MSDs) on Suzuya’s sales promotion girl at Medan Plaza in 2015.
This research is descriptive with the sample as many as 64 people. Variable in the research are age, body mass index (BMI ), the duration of use shoes, and the height of heels.
The results of research indicates based on age of respondents had a limb muscles on the bottom the largest is single age category 25-28 years with fourteen people (21,9 % ). Based on body mass index (BMI) respondents had a limb muscles, the highest is in the category of body mass index (BMI) with twenty people overweight (31,2% ). Based on the duration of use shoes of respondents had a limb muscles, the highest is at the bottom of the shoes 2-6 years with twenty six people (40,6% ). And based on the height of heels of respondents who experienced complaints in the muscles the lower extremity most were into the category of a high shoe 7 cm as many as thirty seven people (57,8%). From the research suggested that sales promotion girl (SPG) do relaxation and stretch after 4 hours of work , to wear a sandal or flat shoes in rest time of work and going to home. the company suggested to assign a supervisor in the area to remind sales promotion girl (SPG) every a briefing time on the recommendations given by the author.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai
unsur penunjang dalam pembangunan nasional. Karena tenaga kerja mempunyai
hubungan dengan perusahaan dan mempunyai kegiatan usaha yang produktif.
Selain itu tenaga kerja sebagai suatu unsur yang langsung berhadapan dengan
berbagai akibat dari berbagai kemajuan teknologi dari berbagai industri, sehingga
sewajarnya diberikan kepada mereka perlindungan pemeliharan kesehatan
(Suma’mur, 2009).
Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang
tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya
merupakan masalah yang dapat memberikan beban tambahan juga menyebabkan
gangguan muskuloskeletal, keluhan subyektif, dan kelelahan (Tarwaka dkk,
2004).
International Labour Organization dalam program The Prevention Of
Occupational Diseases menyebutkan musculoskeletal diorders mewakili 59%
dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa.
Laporan Komisi Pengawas Eropa menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9%
ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari dan 60% kasus ketidakmampuan
yang sangat tinggi dari 1.634 pada tahun 2001 menjadi 5.502 pada tahun 2010
(WHO dalam Russeng dkk, 2013).
Berdasarkan hasil studi Departemen Kesehatan Indonesia dalam profil
masalah kesehatan tahun 2005 penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja
di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit musculoskeletal
disorders (16 %), kardiovaskuler (8 %), gangguan saraf (5 %), gangguan
pernafasan (3 %), dan gangguan THT (1,5%) (Arifandhy dkk, 2011).
Masalah musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja setiap tahun
semakin bertambah. Hal ini membuktikan bahwa musculoskeletal disorders
(MSDs) merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian di industri. Menurut
Tarwaka dkk (2004) beberapa ahli juga menjelaskan bahwa faktor individu seperti
umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik, dan
ukuran tubuh juga menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) partisipasi perempuan
dalam bekerja meningkat secara signifikan selama Agustus 2006 - Agustus
2007. Jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang dengan penambahan
terbesar di sektor pertanian dan perdagangan (Kuswaraharja, 2008). Banyaknya
jumlah tenaga kerja wanita sekarang ini menunjukkan bahwa diperlukan perhatian
yang serius terhadap akibat yang ditimbulkan dari pekerjaan terhadap kesehatan
dari tenaga kerja wanita.
Banyak perusahaan yang mewajibkan pekerja wanita berpenampilan
penampilan adalah sepatu hak tinggi yang sering digunakan di kalangan wanita
ketika bekerja.
Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris menyebutkan bahwa sekitar
80 % wanita pengguna sepatu berhak tinggi mengalami nyeri pada bagian
otot-otot kaki. Sekitar 83 % diantaranya merasakan setidaknya satu gejala nyeri di
bagian sistem muskuloskeletalnya (Jill dalam Dewi, 2014) .
Penelitian yang dilakukan oleh Duana dan Dewi (2012) keluhan
muskuloskeletal pada SPG mall pemakai sepatu tumit tinggi di Kota Denpasar
terbanyak terjadi pada bagian otot ekstremitas bawah khususnya pada kaki kiri,
kaki kanan, betis kanan, dan betis kiri.
Sepatu hak tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan jika digunakan
secara rutin. Namun, tinggi hak sepatu yang direkomendasikan aman bagi
kesehatan adalah 3-4 cm. Karena pada ketinggian ini, kaki akan merasa nyaman
karena otot kaki tidak akan dipaksa untuk menahan berat badan (Ros, 2014).
Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat. Hal
ini dikarenakan perkembangan zaman membuat manusia semakin sibuk sehingga
membutuhkan tempat perbelanjaan yang lengkap dan memudahkan mereka untuk
mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan, sehingga mendorong berdirinya
pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai produk. Salah satu pusat
perbelanjaan yang ada di Kota Medan adalah Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan
Plaza tempat penulis mengadakan penelitian.
Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza merupakan salah satu usaha besar
26 cabang yang tersebar di Pulau Sumatera. Berdirinya pusat perbelanjaan ini
maka akan menyerap tenaga kerja dengan berbagai jenis pekerjaan. Salah satunya
adalah tenaga Sales Promotion Girl (SPG). Kehadiran Sales Promotion Girl
(SPG) yang digunakan sebagai ujung tombak dari pemasaran produk yang
berfungsi sebagai presenter dari sebuah produk. Sales Promotion Girl (SPG)
bertugas untuk melayani konsumen dan memberikan informasi mengenai produk
yang ditawarkan sehingga dituntut memiliki penampilan fisik menarik, tingkat
pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan, dan memiliki
keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen.
Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza memiliki jumlah Sales Promotion
Girl (SPG) sebanyak 177 orang yang dibagi dalam 2 shift dengan masing-masing
shift bekerja selama 8 jam per hari. Shift I bekerja mulai dari pukul 09.00- 17.00
WIB. Dan shift II bekerja mulai dari pukul 13.30- 21.30 WIB. Selama melakukan
pekerjaan, Sales Promotion Girl (SPG) diwajibkan oleh perusahaan menggunakan
sepatu hak tinggi berjenis pentofel kerja minimal 5 cm. Penggunaan sepatu hak
tinggi bertujuan untuk menunjang penampilan fisik. Namun disisi lain sepatu hak
tinggi dapat mengakibatkan keluhan berupa nyeri pada otot-otot ekstremitas
bagian bawah. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang berasal dari sepatu
hak tinggi tersebut.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis di pusat
perbelanjaan Suzuya Medan Plaza melalui wawancara yang dilakukan terhadap 3
orang Sales Promotion Girl (SPG) bahwa dengan menggunakan sepatu hak tinggi
timbulnya gangguan musculoskeletal disorders (MSDs) pada tenaga kerja.
Berdasarkan semua uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales
Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di pusat perbelanjaan Suzuya
Medan Plaza pada Tahun 2015.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah adalah bagaimana keluhan musculoskeletal disorders
(MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di pusat
perbelanjaan Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales
Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza pada
tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan umur pada Sales
Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza
pada tahun 2015.
2. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan Indeks Massa
tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.
3. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan lama pemakaian
sepatu hak tinggi pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak
tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.
4. Untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan tinggi hak sepatu
pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya
Medan Plaza pada tahun 2015.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja Sales Promotion Girl (SPG) dalam
mengetahui keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) yang terjadi
disebabkan faktor karakteristik individu dan penggunaan sepatu hak
tinggi.
2. Memberikan masukanpada perusahaan dan Sales Promotion Girl (SPG)
berupa pencegahan dan pengendalian dalam hal musculoskeletal
disorders (MSDs) akibat penggunaan sepatu hak tinggi.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sales Promotion Girl 2.1.1. Definisi
Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam
pemasaran atau promosi suatu produk. Profesi ini biasanya menggunakan wanita
yang mempunyai karakter fisik yang menarik harus didukung dengan tingkat
pengetahuan yang tinggi mengenai produk yang dipromosikan dan memiliki
keterampilan persuasi yang baik sehingga dapat menarik perhatian konsumen.
2.1.2. Fungsi 2.1.2.1. Umum
Membantu koordinator dan supervisor dalam mengelola dalam mengelola
merchandise/barang dagangan di counter (area penjualan).
2.1.2.2. Khusus
a. Membentuk kepercayaan pelanggan terhadap performance perusahaan
(toko) dan kualitas barang yang dijual.
b. Menebak kebutuhan konsumen dan membantu memilihkan barang yang
sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
c. Menjawab pertanyaan konsumen dan melayani complain dari konsumen
dengan baik.
d. Menginformasikan kualitas barang sampai dengan cara perawatannya
e. Melaksanakan standar pelayanan pramuniaga dengan baik.
2.1.2. Tanggung Jawab
a. Mencapai produktivitas kerja yang maksimal.
b. Mencapai target sales.
c. Menjaga tingkat shrinkage (angka kehilangan barang)
d. Memberi informasi yang benar kepada pelanggan secara bijak.
e. Menjaga kebersihan area penjualan dan merchandise.
2.2. Sepatu HakTinggi
2.2.1. Definisi Sepatu Hak Tinggi
Pada prinsipnya sepatu wanita hanya terdiri dari dua jenis yaitu jenis
pertama adalah sepatu yang memiliki hak datar disebut flat shoes dan jenis yang
kedua adalah sepatu yang memiliki hak tinggi disebut High Heels. Sepatu berhak
tinggi merupakan salah satu jenis alas kaki yang sering digunakan terutama oleh
kalangan wanita. Alas kaki berhak tinggi adalah alas kaki dimana hak ditinggikan,
sehingga kedudukan jari kaki berada lebih rendah dari tumit (Dewi, 2014).
2.2.2. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
Menurut teori tekanan, tekanan berbanding terbalik dengan luas
permukaan suatu benda. Semakin besar luas permukaan suatu benda, maka
tekanan akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan suatu
benda, maka tekanan akan semakin besar (Giyarto, 2009). Sepatu hak tinggi
mempunyai luas permukaan hak yang kecil. Hal ini sangat kontras dengan
tekanannya menjadi lebih kecil (Berebitchez dalam Murdhana dkk, 2011).
Hukum Newton yang ketiga menjelaskan bahwa untuk setiap reaksi ada
hasil dan reaksi yang berlawanan. Ini berlaku untuk gaya yang diberikan pada
lantai melalui sepatu hak tinggi yang menghasilkan reaksi dan berlawanan dengan
gaya gravitasi (Brown dalam Murdhana dkk, 2011).
Reaksi pada lantai yang melawan gravitasi dengan memberikan tekanan
yang lebih besar pada luas permukaan sepatu yang kecil berpengaruh pada
pembuluh darah yang tersumbat sehingga mengakibatkan penumpukan darah dan
terjadilah nyeri (Murdhana dkk, 2011). Rasa nyeri tersebut dapat terjadi pada
otot-otot ekstremitas bagian bawah tubuh.
2.2.3. Cara Mengatasi Nyeri Akibat Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
Menurut (Harmandini, 2011) cara mengatasi nyeri akibat penggunaan
sepatu tinggi antara lain:
1. Regangkan kaki
Peregangan kaki dilakukan agar aliran darah menjadi lancar dengan
membungkuk sambil mencoba menyentuh jari-jari kaki dengan jari
tangan. Kedua kaki lurus (bagian lutut tidak ditekuk). Perlahan,
bungkukkan tubuh dan tahan selama lima atau 10 detik ulangi sebanyak
tiga kali. Peregangan lainnya adalah duduk dengan kaki menjulur ke depan
2. Rendam dengan air hangat
Merendam kaki dalam air hangat dapat mengurangi lelah pada otot kaki.
Tambahkan garam mineral seperti magnesium dan sulfat. Kulit akan
menyerap magnesium yang membantu memperbaiki sel-sel tubuh.
3. Memanjakan kaki
Perawatan kaki bisa meringankan tekanan serta nyeri pada otot kaki. Bagi
pemakai High Heels kelembaban kaki harus diperhatikan karena jika
terlalu kering daerah yang kasar akan muncul akibat tekanan pada kaki.
Oleh karena itu, gunakan selalu pelembab pada kaki.
4. Santai
Setelah menggunakan sepatu tinggi sepanjang hari, berikan kaki
kesempatan untuk bersantai dan bebas dari tekanan yaitu dengan
menggunakan sepatu datar.
2.3. Ergonomi
2.3.1. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani “Ergon” yang artinya kerja
dan “Nomos ” yang berarti peraturan atau hukum. Ergonomi adalah penerapan
ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan
tehnologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia
terhadap pekerjaannya yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan
kesejahteraan kerja (Suma’mur, 2009). Ergonomi adalah ilmu, seni, dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala
kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka dkk, 2004), sedangkan
menurut International Labour Organization (ILO) ergonomi adalah penerapan
ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimal dengan tujuan agar
bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.
2.3.2. Tujuan Ergonomi
Menurut (Tarwaka dkk, 2004) secara umum tujuan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan hidup yang tinggi.
2.3.3 Aspek Ergonomi
Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan,
1. Faktor manusia
Ada beberapa faktor pembatas yang tidak dapat dilampaui agar dapat
bekerja dengan aman dan sehat yaitu faktor dari dalam (internal faktor)
dan faktor dari luar (external faktor). Faktor dari dalam (internal faktor)
adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis
kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan faktor dari
luar (external faktor) yang berasal dari luar manusia, seperti penyakit gizi,
lingkungan kerja, sosial ekonomi, dan adat istiadat.
2. Faktor anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Antropometri yang merupakan ukuran tubuh
digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu sarana kerja yang
sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Kesesuaian
antara anthropometri pekerja dengan alat yang digunakan saat bekerja
sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja,
dan produktivitas kerja.
3. Faktor sikap tubuh dalam bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana
kerja akan menentukan efisiensi efektivitas dan produktivitas kerja. Semua
sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau
barang yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan.
ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya.
4. Faktor pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,
kerja lembur, dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan
efisiensi tenaga kerja, sehingga diperlukan pola pengaturan waktu kerja di
perusahaan
2.4. Anatomi dan Fisiologi Organ dalam Sistem Muskuloskeletal 2.4.1. Sistem Muskuler/ sistem otot
1. Otot
a. Definisi Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia yang berfungsi
sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang. Terdapat lebih dari
600 buah otot pada tubuh manusia. Fungsi sistem muskuler/otot antara
lain yaitu untuk pergerakan, penopang tubuh, mempertahankan postur
saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk, dan memproduksi
panas.
b. Cara Kerja Otot
Cara kerja otot pada gerak tubuh manusia melibatkan otot, tulang, dan
sendi. Gerakan pada tulang dapat terjadi karena adanya otot yang
bekerja dengan cara berkontraksi. Otot ini akan berkontraksi bila
mendapat rangsangan dari saraf. Bila otot berkontraksi, maka otot akan
gerakan pada sendi. Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan
relaksasi.
c. Otot Ekstremitas Bagian Bawah
Otot ekstremitas bagian bawah atau otot anggota gerak bawah adalah
salah satu golongan otot tubuh yang terletak pada anggota gerak
bawah. Otot ini dibagi menjadi otot tungkai atas dan otot tungkai
bawah. Otot tungkai atas (otot pada paha) dan otot tungkai bawah (otot
tulang kering, otot tulang betis, otot telapak kaki, otot kedang jari
bersama yang terletak di punggung kaki, otot penengah empu kaki
terletak di telapak kaki, dan otot penepsi terletak di sebelah punggung
kaki) (Syaifuddin, 2006).
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel yang
terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot.
3. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang
merupakan jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen
membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
2.4.2. Skeletal 1. Tulang/rangka
Skeletal disebut juga sistem rangka yang tersusun atas tulang-tulang.
antara lain memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, membentuk
kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan otot- otot yang.
melekat pada tulang, melindungi sumsum tulang merah yang merupakan salah
satu jaringan pembentuk darah, dan tempat penyimpanan bagi mineral seperti
calcium dari dalam darah.
2. Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sehingga memudahkan
terjadinya pergerakan.
2.5. Keluhan Muskuloskeletal
2.5.1. Definisi Keluhan Muskuloskeletal
Menurut OHSCO (2007) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit,
nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon,
pembuluh darah, sendi, tulang, saraf, dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas
kerja. Dan berdasarkan pendapat (Tarwaka dkk, 2004) yang mengutip hasil
penelitian Grandjean dan Lemasters menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah
keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan
berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini
biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada
sistem muskuloskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
hilang apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun
pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus
berlanjut.
Menurut (Tarwaka dkk, 2004) studi MSDs pada berbagai industri telah
banyak dilakukan menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya
terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang
terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.
2.5.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Peter Vi dalam Tarwaka dkk (2004) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu:
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh
pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti
aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat.
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat
menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain –
lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin
tinggi pula rsesiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4. Faktor penyebab sekunder yaitu :
a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Contohnya
pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak
lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa
nyeri otot (Suma’mur, 1982).
c. Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi
lamban, sulit bergerak yang diserti dengan menurunnya kekuatan otot.
Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu
lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan
sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh
untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah
kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot.
d. Penyebab kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila
dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor
resiko pada waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan
Faktor-faktor penyebab keluhan otot-otot skeletal (Tarwaka, 2004).
1. Faktor Internal
a. Umur
Guo et al (1995) dan Chaffin, (1979) menyatakan bahwa pada umumnya
keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun.
Tingkat kekuatan dan ketahanan otot akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, sehingga resiko terjadinya keluhan otot terus
meningkat.
b. Jenis kelamin
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat
mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara
fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria.
Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya
sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari uraian tersebut maka perlu
dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas.
c. Kebiasaan Merokok
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatkan keluhan otot
sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok.
Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula
tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen, et. al (1993) menemukan
hubungan yang signifikan antara kebiasan merokok dengan keluhan otot
Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani
seseorang. Kebutuhan merokok akan dapat menurunkan kapasitas
paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan
sebagai akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila pekerja
melakukan pekerjaan yang menuntut pengerahan tenaga, maka akan
mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran
karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya
timbul rasa nyeri otot.
d. Kesegaran jasmani
Pada umumnya kelelahan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang
yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk
istirahat. Sebaliknya bagi pekerja yang dalam kesehariannya melakukan
pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, disisi lain
tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat maka dapat dipastikan
akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi
oleh tingkat kelelahan tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil
penelitian Cady, dkk (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran
tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat
kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi
adalah 0,8 %.
e. Kekuatan fisik
Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya
menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis
ada yang dilahirkan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih
kuat dibandingkan dengan yang lainnnya. Dalam kondisi kekuatan yang
berbeda ini apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan
pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih
rentan terhadap cedera otot.
f. Ukuran tubuh
Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai
resiko 2x lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Wrner,
et al (1994) yang menyatakan bahwa pasien yang obesitas mempunyai
resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus. Keluhan sistem
musculoskeletal terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh
kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban, baik berat
tubuh maupun beban tambahan lainnya.
2. Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu (Tarwaka, 2010)
a. Lama kerja/waktu kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya.
Lamanya seseorang bekerja sehari dengan baik pada umumnya 6-8 jam.
Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam.
Lebih dari itu kecenderungan menimbulkan hal-hal yang negatif.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari 8 ¼
ke 8 jam disertai meningkatnya efisiensi kerja dengan kenaikan
b. Tekanan melalui fisik (beban kerja)
Beban kerja dalam waktu yang lama dapat menyebabkan berkurangnya
kinerja otot. Tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada
waktu yang panjang dapat mengakibatkan gangguan keluhan pada otot
skeletal. Gejala yang ditunjukkan berupa makin rendahnya gerakan.
2.6. Body Nordic Map
Nordic Body Map adalah kuesioner yang menunjukkan keluhan rasa
sakit/nyeri yang dirasakan tubuh pekerja. Metode Nordic Body Map meliputi 28
bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari
anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot
pada kaki. Pengukuran otot skeleletal dengan menggunakan kuesioner ini
Gambar 2.1 Nordic Body Map
(Santoso, 2004)
Keterangan:
0. Leher atas
1. Leher bawah
2. Bahu kiri
3. Bahu kanan
4. Lengan atas kiri
5. Punggung
6. Lengan atas kanan
7. Pinggang
8. Bawah pinggang
9. Pantat
10. Siku kiri
11. Siku kanan
12. Lengan bawah kiri
13. Lengan bawah kanan
14. Pergelangan tangan kiri
15. Pergelangan tangan kanan
16. Tangan kiri
17. Tangan kanan
18. Paha kiri
19. Paha kanan
20. Lutut kiri
21. Lutut kanan
22. Betis kiri
23. Betis kanan
24. Pergelangan kaki kiri
25. Pergelangan kaki kanan
26. Telapak kaki kiri
2.7. Kerangka konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Keterangan:
Karakteristik pekerja terdiri dari variabel umur dan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Penggunaan sepatu hak tinggi terdiri dari variabel lama pemakaian sepatu
dan tinggi hak sepatu. Keempat variabel tersebut merupakan variabel yang
berperan atas terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada
pekerja.
1. Karakteristik Pekerja
a. Umur b. IMT
2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
a. Lama Pemakaian Sepatu (tahun)
b. Tinggi Hak Sepatu (cm)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif untuk mengetahui keluhan
musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna
sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza Tahun 2015.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Suzuya Medan Plaza. Adapun alasan
pemilihan dari lokasi penelitian ini adalah:
1. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai musculoskeletal disorders
(MSDs) khususnya bagi Sales Promotion Girl (SPG) di Suzuya Medan
Plaza.
2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak Suzuya Medan Plaza untuk
dapat melakukan penelitian.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanan pada bulan Februari sampai dengan Juli
2015.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SPG pusat perbelanjaan
3.3.2. Sampel
Tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling
(Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel diperoleh menggunakan Rumus Slovin
sebagai berikut:
n= N/N. d2 +1
Keterangan n= jumlah sampel
N= jumalah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)
Dari rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
n = 177/177 (0.1 2) + 1
= 177/1,77 +1
= 177/2,77
= 63,8
≈ 64
Berdasarkan perhitungan diatas maka jumlah sampel adalah 64 orang.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
1. Karakteristik
Data umur diperoleh dengan wawancara kepada para Sales Promotion
Girl (SPG) menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh dengan
menimbang berat badan Sales Promotion Girl (SPG) menggunakan timbangan
merek Camry dan data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan
Sales Promotion Girl (SPG) menggunakan meteran merek Stanley Power Lock
2. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi
Data lama penggunaan sepatu diperoleh dengan wawancara kepada para
Sales Promotion Girl (SPG ) menggunakan kuesioner. Dan data tinggi hak
sepatu diperoleh dengan mengukur tinggi hak sepatu menggunakan meteran
merek Stanley Power Lock8m/26’.
3. Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs)
Melakukan wawancara dan pemetaan keluhan muskuloskeletal dengan
menggunakan kuesioner Nordic Body Map.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari bagian personalia terdiri atas:
1. Profil perusahaan mencakup sejarah, visi misi perusahaan dan struktur
organisasi.
2. Data kepegawaian.
3.5. Definisi Operasional
1. Sales Promotion Girl (SPG) adalah tenaga kerja yang bekerja di Suzuya Medan Plaza yang pekerjaannya adalah melayani pembeli/konsumen
dengan memberi informasi mengenai barang-barang yang dijual.
2. Umur adalah usia tenaga kerja sampai dengan waktu dilakukan
penelitian. Penggolongan umur pada responden berdasarkan data yang
didadapat pada saat penelitian. Pembagian interval atau panjang kelas
pada golongan umur menggunakan rumus yaitu:
Interval/panjang kelas = data umur terbesar – data umur terkecil pada
3. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah BB/TB2 dikategorikan berdasarkan
kriteria WHO yaitu underweight, normal, overweight, dan obesitas.
4. Sepatu Hak Tinggi adalah sepatu yang memiliki tinggi hak minimal 5
cm.
Lama pemakaian sepatu hak tinggi adalah waktu responden selama
bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) dengan menggunakan sepatu
hak tinggi. Penggolongan lama pemakaian sepatu hak tinggi responden
berdasarkan data yang didadapat pada saat penelitian. Pembagian interval
atau panjang kelas pada golongan lama pemakaian sepatu hak tinggi
menggunakan rumus yaitu:
5. Interval/panjang kelas = data lama pemakaian sepatu hak tinggi terbesar
– data lama pemakaian sepatu hak tinggi terkecil pada data
penelitian/banyak kelas.
6. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal pada
otot ekstremitas bagian bawah mulai dari bagian paha sampai kaki. Data
keluhan muskuloskeletal didapat dari kuesioner Nordic Body Map. Jika
responden mengalami keluhan muskuloskeletal berupa sakit atau nyeri
pada otot ekstremitas bagian bawah diberi kode = 1. Dan jika responden
tidak mengalami keluhan muskuloskeletal berupa sakit atau nyeri pada
otot ekstremitas bagian bawah diberi kode = 2.
3.6. Teknik Analisis Data
Tehnik analisa data dilakukan secara deskriptif dan dengan menggunakan
analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan disajikan dalam tabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Suzuya Medan Plaza 4.1.1. Sejarah Suzuya Medan Plaza
Suzuya berasal dari bahasa Jepang yang artinya “kayu gemerincing “.
Suzuya didirikan pada tahun 1983 dengan kios kecil seluas 77.5 m2 dengan
nama “Suzuya Boutique”. Seiring berjalannya waktu, luas kios yang hanya
memiliki luas 77,5 m2 berkembang menjadi 180 m2 dengan nama “Suzuya
Fashion”. Pada tahun 1986 toko ini terbakar habis. Pada tahun 1988 dibuka
kembali dengan luas 900 m2 dengan nama “Suzuya Department Store”. Pada
tahun 2007 terus berkembang menjadi “Suzuya Group” dengan lahan yang lebih
luas. Suzuya memiliki 8 unit bisnis yang saling bersinergi yaitu Department
Store, Supermarket, Fashion Outlet (Romp), Furniture Plaza, Hotel dan
Restaurant. Outlet Suzuya saat ini sudah berjumlah 26 buah dan tersebar di 8
kota yaitu di Medan, Binjai, Pematang Siantar, Rantau Prapat, Pekan Baru,
Padang, Lhokseumawe, dan Banda Aceh. Suzuya secara konsisten dan akan
terus melakukan ekspansi bisnisnya seiring dengan visi perusahaan. Saat ini
Suzuya Group sudah menjadi pemimpin Ritel lokal di Pulau Sumatera dengan
memiliki 9 unit bisnis, 26 outlet di 8 kota, 2.000 lebih karyawan. 20.000 m2 lebih
lahan ritel, 50.000 lebih jenis produk yang dijual, 300.000 lebih pelanggan yang
4.1.2. Visi dan Misi Suzuya Medan Plaza 1. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan retail peringkat 1 di Indonesia pada tahun 2030.
a. Misi
1) Membangun jaringan retail sedekat mungkin dengn pelanggan.
2) Membangun rasa memiliki karyawan dengan melakukan
pengembangan dan peningkatan kesejahteraan.
3) Menjadikan perusahaan yang dinamis, terpercaya, dan disukai
masyarakat.
4) Menyediakan produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
4.1.3. Values
Suzuya Medan Plaza menjunjung tinggi :
1. Integritas
2. Professional
3. Team work
4. Inovatif
4.1.4. Visi dan Misi Customer Service Suzuya 1. Visi
Menjadi retail terbaik dalam pelayanan yang berorientasi pada pelanggan
dalam memberikan solusi kepada pelanggan.
2. Misi
1. Memberikan layanan terbaik kepada pelanggan.
2. Prioritas utama adalah menjaga kepuasan pelanggan.
4.1.5. Aspek Harus Dimiliki Suzuya Untuk Menjadi Excellence
1. Mindset/Profersional Grooming.
2. Attitude
Fokus kepada pelanggan (Custumer oriented).
3. Skill
Communication, selling, problem solving.
4. Product Knowledge
4.1.6 Jenis Karyawan, Shift Kerja, dan Periode Istirahat
Karyawan di Suzuya Medan Plaza terbagi atas dua yakni:
1. Karyawan kantor terdiri dari store manager, asisten manager, supervisor,
HRD, logistik, administrasi, dan IT.
2. Karyawan area terdiri dari pramuniaga (SPG), kasir, visual, driver,
satpam.
Karyawan kantor selama seminggu diberlakukan 6 hari kerja dan 1 hari
off (ijin tidak masuk kerja) dengan jam kerja pukul 09.00-16.30. Karyawan area
selama seminggu diberlakukan 6 hari kerja dan 1 hari off (ijin tidak masuk kerja)
yang diatur oleh supervisor sehingga tidak ada kekosongan tenaga kerja di
lapangan (area). Karyawan area terbagi atas dua shift kerja yaitu:
1. Shift I: Pukul 09.00-17.00 WIB
2. Shift II: Pukul 13.30-21.30 WIB
Periode istirahat untuk karyawan kantor adalah pukul 14.00-14.45 WIB.
Sementara karyawan area untuk masing-masing shift adalah:
4.1.7. Upah, Tunjangan Hari Raya Keagamaan, Insentif, Bonus, dan Cuti
1. Upah
Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza mendapat upah setiap
bulannya yang disesuaikan dengan Upah Minimum Sektoral (UMS).
2. Tunjangan Hari Raya Keagamaan
Perusahaan wajib memberikan Tunjangan Hari Raya Keagamaan
(THRK) kepada karyawan yang pada saat hari raya keagamaannya sudah
mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus-menerus atau lebih yang diberikan
berdasarkan salah satu hari keagamaan masing-masing karyawan.
3. Insentif
Perusahaan dapat memberikan insentif yang disesuaikan dengan
pencapaian target/prestasi yang ditetapkan. Besarnya insentif dan golongan
karyawan yang mendapatkan insentif ditetapkan oleh perusahaan.
4. Bonus
Karyawan yang berhak menerima bonus adalah karyawan yang masih
bekerja dan mempunyai masa kerja minimal 1 tahun pada tahun yang berjalan
dan karyawan yang mengundurkan diri dan atau putus hubungan kerjanya
sebelum tanggal 1 Desember tidak berhak atas bonus. Besarnya bonus ditetapkan
oleh perusahaan dan didasarkan kepada prestasi kerja masing-masing karyawan.
5. Cuti
a. Cuti Tahunan
Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut
pada perusahaan berhak atas cuti tahunan sebanyak 12 hari kerja
dengan mendapat upah penuh.
b. Cuti Melahirkan
Karyawan wanita yang hamil, diberikan cuti hamil menjelang dan
sesudah yang bersangkutan melahirkan, dengan mendapat upah
penuh. Karyawan yang akan mengambil cuti melahirkan harus
melaporkan terlebih dahulu 7 bulan sebelum mengambil cuti
melahirkan. Cuti melahirkan diberikan perusahaan 1,5 bulan sebelum
melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan.
c. Cuti Menikah
Setiap karyawan yang akan menikah diberikan cuti selama 3 hari
dengan mendapat upah penuh.
d. Cuti Kemalangan
Karyawan yang mengalami kemalangan akan diberikan cuti. Jika
yang meninggal adalah orang tua maka karyawan diberikan cuti 3
hari. Dan jika yang meninggal adalah saudara kandung maka
karyawan diberi cuti 2 hari dengan mendapat upah penuh.
e. Cuti Sunatan dan Aqiqah
Karyawan yang melakukan aqiah dan sunatan pada anaknya akan
4.1.8. Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Suzuya Medan Plaza Sumber: Bagian Personalia Suzuya Medan Plaza
Keterangan:
Suzuya Medan Plaza dibawah bendera perusahaan PT Suriatama Mitra
Perwita dipimpin oleh Store Manager. Seorang Store Manager mempunyai orang
kepercayaan yang bisa membantu dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan yang
disebut Asisten Manager. Seorang Asisten Manager tidak bisa bekerja sendiri
dalam mencapai visi dan misi Suzuya Medan Plaza harus didukung oleh
kerjasama dari Supervisor dan Back Office. Supervisor terbagi dua yaitu
Supervisor Kasir dan Junior Supervisor, sedangkan Back Office terdiri dari
HRD, Logistik, Administrasi, dan IT. Dalam hal pelayanan kepada pengunjung
atau pelanggan ketika berada di area, Suzuya Medan Plaza mempercayakan
tugas kepada kasir dan pramuniaga (SPG) dibawah pengawasan supervisor.
Store Manager
Asisten Manager
Supervisor
Supervisor Kasir
Kasir
Junior Supervisor
Pramuniaga (SPG)
Back Office
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG) yang
bekerja di Suzuya Medan Plaza. Karakteristik responden meliputi umur,
pendidikan terakhir, status pernikahan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Di
bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian karakteristik tersebut dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015
No Umur (Tahun) n %
1 17-20 27 42,2
2 21-24 10 15,6
3 25-28 14 21,9
4 29-32 5 7,8
5 33-36 1 1,6
6 37-40 5 7,8
7 41-44 1 1,6
8 45-48 1 1,6
Total 64 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 bahwa responden yang berumur 17-20 tahun yaitu sebanyak 27 orang (42,2%), responden yang berumur 21-24 tahun sebanyak 10
orang (15,6%), responden yang berumur 25-28 tahun sebanyak 14 orang
(21,9%), responden yang berumur 29-32 tahun sebanyak 5 orang (7,8%),
responden yang berumur 33-36 tahun sebanyak 1 orang (1,6%), responden yang
berumur 37-40 tahun sebanyak 5 orang (7,8%), responden yang berumur 41-44
tahun sebanyak 1 orang (1,6 %), dan responden yang berumur 45-48 tahun
sebanyak 1 orang (1,6%).
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Sales
Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015
Berdasarkan hasil penelitian bahwa semua responden memiliki
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan Pada
Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015
No Status n %
Berdasarkan Tabel 4.2 bahwa responden yang berstatus menikah yaitu sebanyak 19 orang (29,7%) dan responden yang berstatus belum menikah yaitu
sebanyak 45 orang (70,3%).
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun
4.3. Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Responden
Penggunaan sepatu hak tinggi responden meliputi lama pemakaian sepatu
dan tinggi hak sepatu. Di bawah ini akan ditampilkan data dari hasil penelitian
dari kedua variabel tersebut dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015
No Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi (Tahun) n %
1 ≤ 1 24 37,5
2 2-6 26 40,6
3 7-11 7 10,9
4 12-16 4 6,2
5 17-21 2 3,1
6 22-26 1 1,6
Total 64 100,0
Berdasarkan Tabel 4.4 responden dengan lama pemakaian sepatu hak
tinggi selama ≤ 1 tahun sebanyak 24 orang (37,5%), responden dengan lama
pemakaian sepatu hak tinggi selama 2-6 tahun sebanyak 26 orang (40,6%),
responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi selama 7-11 tahun
sebanyak 7 orang (10,9%), responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi
selama 12-16 tahun sebanyak 4 orang (6,2%), responden dengan lama
pemakaian sepatu hak tinggi selama 17-21 tahun sebanyak 2 orang (3,1%), dan
responden dengan lama pemakaian sepatu hak tinggi selama 22-26 tahun
sebanyak 1 orang (1,6%).
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu Pada
Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015
No Tinggi Hak Sepatu (cm) n %
1 5 cm 7 10,9
2 6 cm 20 31,2
3 7 cm 37 57,8