I. Karakteristik Responden
1. Kode (diisi peneliti) :
2. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan terakhir :
4. Lama Kerja :
II. Kuesioner tentang Gambaran Pola Makan
a. Frekuensi Makan
1. Berapa kali kamu makan dalam sehari ?
3 kali makan utama / hari
< 3 kali makan utama / hari
b. Jadwal Makan
1. Pada pukul berapa kamu makan pagi ?
Makan pagi pada pukul <09.00 WIB
Makan pagi pada pukul >09.00 WIB
2. Pada pukul berapa kamu makan siang ?
Makan siang pada pukul 12.00-13.00 WIB
Makan siang pada pukul >12.00-13.00 WIB
3. Pada pukul berapa kamu makan malam ?
Makan malam pada pukul 18.00-19.00 WIB
Formulir
Food Frequency Questionnaire (FFQ)
a. Cabai b. Mentega c. Makanan yang
digoreng
d. Makanan bersantan e. Minuman bersoda f. Kopi
g. Teh h. Tapai i. Coklat
Recall 24 Jam
Waktu Makan Nama Masakan Bahan Makanan
Jenis Banyaknya
URT g
Pagi / Jam
Siang / Jam
perut selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
2. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasakan adanya rasa panas terbakar yang tidak nyaman / nyeri terbakar di perut selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
3. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasakan kembung setelah makan makanan porsi normal/biasa selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
4. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasa cepat kenyang atau tidak sanggup
mengabiskan makanan dengan porsi normal/biasa selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
5. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasa mual selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
6. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu mengalami keluhan muntah selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
7. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu mengalami keluhan sering sendawa selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
8. Dalam 3 bulan terakhir, adakah kamu merasakan rasa pahit di mulut / kerongkongan selama beberapa kali dalam seminggu ?
Ya Tidak
9. Jika anda mengalami keluhan-keluhan tersebut, apakah keluhan-keluhan tersebut telah anda rasakan sebelum bekerja di Matahari Departemen Store ?
No Pertanyaan Ya Tidak 1 Apakah anda merasa aktivitas pekerjaan anda
menjenuhkan ?
2 Apakah anda merasa konsentrasi dan daya ingat menurun ketika bekerja ?
3 Apakah anda merasa tidak bisa menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan ?
4 Apakah anda merasa panik dan bingung ketika bekerja ?
5 Apakah anda sering merasa takut dan cemas ketika sedang bekerja ?
6 Apakah ketika anda sedang bekerja anda sering marah-marah?
7 Apakah anda sering mengalami insomnia / susah tidur?
8 Apakah anda mudah terjaga / terbangun saat tidur dan sulit untuk tidur kembali ?
9 Apakah anda merasa lekas lelah sehabis bekerja? 10 Apakah ketika anda bangun pagi badan terasa tidak
segar dan merasa letih?
11 Apakah anda merasa jantung anda berdebar keras ketika sedang bekerja ?
12 Apakah ketika menyelesaikan suatu pekerjaan anda merasa sesak nafas ?
13 Apakah ketika bekerja badan anda gemetar ? 14 Apakah anda sering menolak ajakan teman setelah
bekerja?
15 Apakah anda sering merasa mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang anda miliki ?
16 Apakah anda memiliki perasaan untuk bekerja secara berlebihan?
17 Apakah anda merasa otot tengkuk dan punggung menjadi tegang sehabis bekerja?
No. Nama Umur Lama Kerja (thn)
Energi Karbohidrat Protein Lemak
Tabel Hasil Uji Statistik
I. Karakteristik Responden
1. Distribusi Frekuensi menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
2. Distribusi Frekuensi menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SMA 79 97.5 97.5 97.5
S1 2 2.5 2.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
3. Distribusi Frekuensi menurut Pendidikan Terakhir
Lama Kerja
Frequency Percent Valid Percent
II. Pola Makan
1. Distribusi Frekuensi menurut Frekuensi Makan
Frekuensi Makan Sehari
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 64 79.0 79.0 79.0
kurang 17 21.0 21.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
2. Distribusi Frekuensi menurut Jadwal Makan
Jadwal Makan Pagi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Makan Pagi pada Pukul
<09.00 WIB 81 100.0 100.0 100.0
Jadwal Makan Siang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Makan Siang pada Pukul
12.00-13.00 WIB 3 3.7 3.7 3.7
Makan Siang pada Pukul
>13.00 WIB 78 96.3 96.3 100.0
Jadwal Makan Malam
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Makan Malam pada Pukul
18.00-19.00 WIB 6 7.4 7.4 7.4
Makan Malam pada Pukul
>19.00 WIB 75 92.6 92.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
Kategori Jadwal Makan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Baik (makan pagi <09.00,
makan siang 12.00-13.00, makan malam 18.00-19.00)
1 1.2 1.2 1.2
Kurang (makan pagi >09.00, makan siang >13.00, makan malam >19.00)
80 98.8 98.8 100.0
3. Distribusi Frekuensi menurut Asupan Makanan
Kategori Kecukupan Kalori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Lebih
(>110% AKG) 6 7.4 7.4 7.4
Baik
(80-110% AKG) 19 23.5 23.5 30.9
Kurang
(<80% AKG) 56 69.1 69.1 100.0
Total 81 100.0 100.0
Kategori Kecukupan Karbohidrat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Lebih
(>110% AKG) 4 4.9 4.9 4.9
Baik
(80-110% AKG) 5 6.2 6.2 11.1
Kurang
(<80% AKG) 72 88.9 88.9 100.0
Kategori Kecukupan Protein
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
III. Distribusi Frekuensi menurut Keluhan Gastritis
sakit atau tidak enak di ulu hati / bagian perut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 32 39.5 39.5 39.5
Tidak 49 60.5 60.5 100.0
rasa panas terbakar yang tidak nyaman / nyeri terbakar di perut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 11 13.6 13.6 13.6
Tidak 70 86.4 86.4 100.0
Total 81 100.0 100.0
kembung setelah makan makanan porsi normal / biasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 34 42.0 42.0 42.0
Tidak 47 58.0 58.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
cepat kenyang atau tidak sanggup menghabiskan makanan dengan porsi normal / biasa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 30 37.0 37.0 37.0
Tidak 51 63.0 63.0 100.0
Muntah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 13 16.0 16.0 16.0
Tidak 68 84.0 84.0 100.0
Total 81 100.0 100.0
keluhan sering sendawa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 50 61.7 61.7 61.7
Tidak 31 38.3 38.3 100.0
Total 81 100.0 100.0
rasa pahit di mulut / kerongkongan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Ya 29 35.8 35.8 35.8
Tidak 52 64.2 64.2 100.0
Total 81 100.0 100.0
Sejak Kapan Keluhan-Keluhan Tersebut Dirasakan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sebelum Bekerja 15 21.4 21.4 21.4
Setelah Bekerja 55 78.6 78.6 100.0
IV. Distribusi Frekuensi menurut Tingkat Stres
Tingkat Stres
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Stres Berat (Skor 14-18) 1 1.2 1.2 1.2
Stres Sedang (Skor 7-13) 39 48.1 48.1 49.4
Stres Ringan (Skor <6) 41 50.6 50.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
V. Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Pola Makan
1. Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Frekuensi Makan
Frekuensi Makan Sehari * Keluhan Gastritis Crosstabulation Count
Keluhan Gastritis
Total Mengalami
keluhan gastritis
Tidak mengalami keluhan gastritis
Frekuensi Makan Sehari 3 kali makan utama / hari 53 11 64
<3 kali makan utama / hari 17 0 17
2. Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Jadwal Makan
Jadwal Makan * Keluhan Gastritis Crosstabulation Count Jadwal Makan Baik (Makan Pagi <09.00,
Makan Siang 12.00-13.00,
3. Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Asupan Makanan
a. Energi
b. Karbohidrat
Kategori Kecukupan Karbohidrat * Keluhan Gastritis Crosstabulation Count
Kategori Kecukupan Protein * Keluhan Gastritis Crosstabulation Count
VI. Tingkat Stres Berdasarkan Pola Makan
1. Tingkat Stres Berdasarkan Frekuensi Makan
Tingkat Stres * Frekuensi Makan Sehari Crosstabulation Count
2. Tingkat Stres Berdasarkan Jadwal Makan
3. Tingkat Stres Berdasarkan Asupan Makanan
a. Kalori
Tingkat Stres * Kategori Kecukupan Kalori Crosstabulation Count
Kategori Kecukupan Kalori
Total >110% AKG 80-110% AKG <80% AKG
Tingkat Stres Stres Berat 0 0 1 1
Stres Sedang 2 12 25 39
Stres Ringan 4 7 30 41
Total 6 19 56 81
b. Karbohidrat
Tingkat Stres * Kategori Kecukupan Karbohidrat Crosstabulation Count
Kategori Kecukupan Karbohidrat
Total >110% AKG 80-110% AKG <80% AKG
Tingkat Stres Stres Berat 0 0 1 1
Stres Sedang 1 3 35 39
Stres Ringan 3 2 36 41
c. Protein
d. Lemak
Tingkat Stres * Kategori Kecukupan Lemak Crosstabulation Count
Kategori Kecukupan Lemak
Total >110% AKG 80-110% AKG <80% AKG
Tingkat Stres Stres Berat 0 0 1 1
Stres Sedang 10 16 13 39
Stres Ringan 11 16 14 41
Total 21 32 28 81
Tingkat Stres * Kategori Kecukupan Protein Crosstabulation Count
Kategori Kecukupan Protein
Total >110% AKG 80-110% AKG <80% AKG
Tingkat Stres Stres Berat 0 1 0 1
Stres Sedang 34 2 3 39
Stres Ringan 40 0 1 41
VII. Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Tingkat Stres
Tingkat Stres * Keluhan Gastritis Crosstabulation Count
Keluhan Gastritis
Total Mengalami
Keluhan Gastritis
Tidak Mengalami Keluhan Gastritis
Tingkat Stres Stres Berat (Skor 14-18) 1 0 1
Stres Sedang (Skor 7-13) 38 1 39
Stres Ringan (Skor <6) 31 10 41
Gambar 1. Proses Wawancara Peneliti dengan Sales Promotion Girl (SPG)
Gambar 4. SPG Matahari Depatemen Store saat Melakukukan Kegiatan Makan
Gambar 5. Rumah Makan Tempat Dimana SPG Sering Membeli Makanan
DAFTAR PUSTAKA
Annisa. 2009. Hubungan Ketidakteraturan Makan dengan Sindroma Dispepsia Remaja Perempuan di SMA Plus Al-Azhar Medan. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasr Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yokyakarta: Diva Press.
Baliwati, F.W. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya Beyer.
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung: Refika Aditama.
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Djojoningrat, D. 2001. Dispepsia Fungsional. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Dekes RI. 2011. Profil Data Kesehatan Indonesia. Diakses tanggal 25 Maret 2015
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL-DATA-KESEHATAN-INDONESIA-TAHUN 2011.pdf.
Ester, Monica. 2001. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Greenberg. J. S. 2002. Comprehensive Stress Management. (7thEd). United States: Mc Graw Hill Company Inc.
Greenberg, J. S. 2004. Comprehensive Stress Management. New York : Mc.Graw-Hill.
Gulo, Mersi Nosiami. 2013. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Perilaku Asertif Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat di RSJD Provsu Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Gunawan, B. dan Sumadjono, 2007. Stres dan Sistem Imun Tubuh: Suatu Pendekatan Psikoneurologi. Cermin Dunia Kedokteran.
Hadi, Soeparman. 1999. Ilmu Penyakit Dalam, jilid kedua. Depok: Balai Pustaka FKUI.
Hardjana, Agus M. 1994. Stres Tanpa Distres Seni Mengolah Stres. Yogyakarta : Kanisius.
Hartati, S., Utomo, W., dan Jumaini. Jom Psik Vol. 1 No.2 Oktober 2014 Hubungan Pola Makan Dengan Resiko Gastritis Pada Mahasiswa yang Menjalani Sistem Kbk. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Jom Psik Vol. 1 No.2 Oktober 2014
Hayati, Naomi. 2003. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Makan pada
Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia
Julie, K.Stegman, 2005. Stedman’s Medical Dictionary. Fourth edition. United States, America: Lippincott William & Wilkins.
Kemenkes RI. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013.
Looker, Terry, Gregson, and Olga. 2005. Managing Stress Mengatasi Stres Secara Mandiri. Yogyakarta : BACA
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Ed3.Jilid 1. Jakarta : FKUI
Manktelow, James. 2008. Mengendalikan Stress. Jakarta : Esensi Erlangga Group
Marhamah, Emma. 2015. Pengaruh Stres Terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Fakultas Keperawatan : Universitas Sumatera Utara.
Minggu, Kornelia. 2014. Gambaran Pola Makan Dalam Terjadinya Gastritis pada Biarawati di Yayasan Santa Maria. Fakultas Keperawatan : Universitas Sumatera Utara.
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Pustaka Populer Obor. Jakarta
Nasir, A dan Muhith, A. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Oktaviani, Wati. 2011. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Mahasiswa S1 Keperawatan Program A Fikes UPN Veteran. Jakarta : Skripsi, FKIK UPN Veteran
Persagi . 2006. Kebutuhan Pangan Dan Gizi. Jakarta : EGC
Potter, P. A and Perry, A.G. 2005. Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Puspadewi, V.A dan Endang L. 2012. Penyakit Maag dan Gangguan Pencernaan. Yogyakarta. Kanisius.
Prasetyo, D., Murharyati, A., dan Nurul, A.C., 2014. Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Gastritis di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. Progam Studi S1-Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Rahmah, M., Ansar, J., dan Rismayanti. 2012. Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasar.
Rahma, N., Haskas, Y., dan Semana, A. 2013. Hubungan antara pola makan dan stres dengan kejadian penyakit gastritis di Rumah Sakit Umum Massenrempulu Enrekang. Makasar : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin.
Rasmund, 2004. Pengertian Stres, Sumber Stres, dan Sifat Stresor. Dalam: Stres, Koping, dan Adaptasi Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto, 9-26.
Ranti, Anne Lies dan Soegeng, Santoso. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Reshetnikov, O. V. 2007, Prevalence Of Dyspepsia And Irritable Bowel Syndrome Among Adolescent Of Novosibirsk, Institute of internal medicine Russia. Int. 3 circumpolar health 60 (2): 253. Diakses tangggal 6 April 2016 www.nebi.nlm.nih.gov/pubmed.
Rial,D. 2010. Pola Makan Dalam Kehidupan Orang-Orang Yang Terkena Gastritis. Diakses tanggal 1 September 2015 http://www.Gastritis-Bulletin-and-diet.
Rianto, Harun. 2008. Gambaran Pengetahuan Klien Tentang Gastritis di RSU Dr Fl Tobing Sibolga. Depok. FKM UI
Robiah, R. S. 2012. Hubungan Tingkat Stres dengan Pola Makan pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Salah Satu Fakultas Rumpun Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. Diunduh tanggal 14 April 2016 http://www.ui.ac.id
Saroinsong, M. Palandeng, H. dan Bidjuni, H. 2014. Hubungan Stres Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Kelas XI IPA di SMA Negri 9 Manado. Manado : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNSRAT
Shinya, Hiromi. 2010. The Miracle of Enzyme. Jakarta : Qanita
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta. Dian Rakyat
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyagkarta : Graha Ilmu.
Suhardjo, 1988. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Sumber Daya Informasi IPB : Bandung
Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Sulastri, Siregar, M. A., dan Siagian, A. 2012. Gambaran Pola Makan Penderita Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmaskampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau Tahun 2012. Medan : Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Sumatera Utara.
Suratun, L. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta. Penerbit: Trans Info Media
Suryani. 2002. Gizi – Kesehatan Ibu dan Anak. Dirjen Dikti. Depdiknas. Jakarta
Syam, Ari Fahrial. 2011. Departemen Ilmu Penyakit Dalam. FK UI RSCM. Diakses tanggal 26 April 2016. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/141/ jtptunimus-gdl-dewiervian-7003-3-bab11.pdf
Uripi. 2002. Menu Untuk Penderita Hepatitis dan saluran Pencernaan. Jakarta: Puspa Swara
Wahyu, A. 2011. Maag dan gangguan pencernaan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka
WHO. 2010. World Health Statistics. Diakses tanggal 27 Agustus 2015. http://www.who.int/entity/whosis/whostat/EN_WHS10_Full.pdf?ua=1
Yuliarti. 2009. Maag: Kenali, Hindari dan Obati. Yokyakarta: C.V ANDI.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengidentifikasi gambaran pola makan, tingkat stres dan keluhan gejala gastritis
(maag) pada Sales Promotion Girl (SPG) di Matahari Departemen Store Plaza
Medan Fair. Penelitan ini menggunakan desain cross sectional yaitu pengumpulan
data dilakukan pada satu saat atau periode tertentu dan pengamatan studi hanya
dilakukan satu kali selama penelitian. Menurut Notoatmodjo (2010), penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang suatu keadaan secara objektif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan fenomena yang diteliti.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Matahari Departemen Store Plaza Medan
Fair karena Matahari merupakan departemen store yang mempekerjakan Sales
Promotion Girl (SPG) dan memiliki jam kerja serta waktu istirahat yang kurang
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmojo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Sales Promotion Girl
(SPG) Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair dengan jumlah 428 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk menjadi subjek sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple
random sampling. Dimana jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus
Slovin.
Rumus Slovin :
n = N/N(d)2 + 1
Keterangan: n = sampel, N = populasi, d = nilai presisi 90% atau sig. = 0,1
n = N/N(d)2 + 1
n = 428/428(0,1)2 + 1 = 81,06 dibulatkan 81 orang
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada
SPG Matahari yang meliputi :
a. Karakteristik responden seperti nama, umur, pendidikan, dan lama kerja. Data
b. Data pola makan SPG (frekuensi makan, jenis makanan, jadwal makan, dan
asupan makanan) yang diperoleh menggunakan kuesioner, food frquency
questionnaire (FFQ), dan recall 24 jam.
c. Data keluhan gastritis yang diperoleh menggunakan kuesioner yang
menggambarkan keluhan gastritis yang dialami SPG.
d. Data tingkat stres diperoleh menggunakan kuesioner yang menggambarkan
tingkat stres yang dialami SPG.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari catatan perusahaan yang berupa jumlah Sales
Promotion Girl (SPG), jadwal kerja, dan sarana prasarana yang terdapat di
Matahari Departemen Store.
3.5 Definisi Oprasional
Definisi Oprasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
cara menentukan variable dan mengukur suatu variabel (Setiadi, 2007). Adapun
definisi oprasional dalam penelitian ini adalah :
1. Pola Makan adalah kebiasaan makan SPG sehari-hari yang dinilai
berdasarkan jenis makanan, jadwal makan, frekuensi makan, dan asupan
makan.
2. Jenis makanan adalah suatu variasi makanan yang dikonsumsi dalam waktu
tertentu terkhusus variasi makanan yang berkaitan dengan peningkatan asam
lambung dan makanan yang dapat memicu timbulnya keluhan gejala
3. Jadwal makan merupakan waktu makan secara teratur yaitu makan pagi,
makanan, makan siang dan makan malam.
4. Frekuensi makan adalah jumlah makan utama yang dikonsumsi SPG dalam
satu hari.
5. Asupan makanan adalah jumlah makanan yang dikonsumi SPG dalam
sehari yang dinilai berdasarkan jumlah energi dan zat gizi makro
(karbohidrat, protein, dan lemak) yang dikonsumsi tubuh.
6. Keluhan gastritis merupakan sekumpulan gejala yang mengindikasi
terjadinya gastritis (peradangan lambung) yang terdiri dari keluhan nyeri
epigastrium, rasa terbakar di perut, kembung, porsi makan menurun, mual,
muntah, sendawa, dan rasa pahit di mulut/kerongkongan.
7. Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap stres yang dialami individu.
3.6 Metode Pengukuran
3.6.1 Pola Makan
Pengukuran jenis makanan diperoleh melalui Metode Food Frquency
Questionnaire (FFQ) dimana dari metode ini dapat dilihat jenis dan frekuensi
konsumsi makanan terutama untuk jenis makanan yang dapat memicu
peningkatan asam lambung yang berpotensi menyebabkan gastritis. Melalui
metode ini hasil ukur dikategorikan menurut Suhardjo (1988) sebagai berikut :
1) Selalu dikonsumsi : >1×/hari
2) Sering dikonsumsi : 1×/hari
3) Biasa dikonsumsi : 3×/minggu
5) Jarang dikonsumi : <1×/minggu
Pengukuran jadwal makan diperoleh melalui kuesioner dengan
pengkategorian sebagai berikut :
1) Baik jika responden makan pagi sebelum jam 09.00, makan siang jam
12.00-13.00, dan makan malam jam 18.00-19.00.
2) Kurang jika responden makan pagi 09.00, makan siang diatas jam
12.00-13.00, dan makan malam diatas jam 18.00-19.00.
Pengukuran frekuensi makan diperoleh melalui kuesioner mengenai
frekuensi makan dalam sehari. Frekuensi makan dikategorikan baik apabila
responden mengonsumsi tiga kali makan utama dalam sehari dan frekuensi
makan dikategorikan kurang baik apabila responden mengonsumsi kurang dari
tiga kali makan utama sehari.
Asupan makanan didapatkan melalui metode Recall 24 Jam yang
kemudian diolah menggunakan progam Nutrisurvey untuk mendapatkan besaran
kalori, karbohidrat, protein, dan lemak yang dikonsumsi oleh SPG. Setelah itu
hasil yang diperoleh dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
menurut WNPG (2004) dengan kategori sebagai berikut :
1) Lebih : >110% AKG
2) Baik : 80-110% AKG
3) Kurang : <80% AKG
3.6.2 Keluhan Gastritis
Gambaran keluhan gastritis didapatkan melalui pengukuran dengan
menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Annisa (2009) yang telah di
pertanyaan yang mewakili keluhan-keluhan gastritis yaitu nyeri epigastrium, rasa
terbakar di perut, kembung, porsi makan menurun, mual, muntah, sendawa, dan rasa pahit
di mulut/kerongkongan. Pilihan jawaban terdiri atas dua pilihan yaitu jawaban ya dan
jawaban tidak. Pilihan jawaban ya memiliki arti bahwa SPG mengalami keluhan
tersebut dalam 3 bulan terakhir sedangkan jawaban tidak memiliki arti bahwa
responden tidak mengalami gejala tersebut dalam 3 bulan terakhir.
3.6.3 Tingkat Stres
Tingkat stres diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang diadopsi dari
penelitian Gulo (2013) yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner ini
terdiri dari 18 pertanyaan dengan pilihan jawaban menggunakan skala Guttman
yaitu skala tegas yang hanya memiliki 2 pilihan jawaban dalam hal ini
menggunakan jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban ya diberikan skor 1 dan
jawan tidak diberikan skor 0. Kemudian skor tersebut akan dijumlahkan dan
dibagi dalam tiga kategori yaitu :
Tingkat stres berat : Skor 14-18
Tingkat stres sedang : Skor 7-13
Tingkat stres ringan : Skor < 6
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data yang sudah terkumpul akan diolah melalui langkah-langkah
a. Editing
Editing adalah upaya yang dilakukan untuk memeriksa kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan dan dilakukan setelah data
terkumpul. Pada tahap ini peneliti menghitung banyaknya kuesioner yang
telah diisi, kemudian dijumlahkan semuanya. Pada proses pengecekkan ini diperiksa apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap (semua
pertanyaan sudah terisi jawabannya), jelas (jawaban pertanyaan apakah
relevan dengan pertanyaan), dan konsisten (apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi jawabannya konsisten). Apabila
data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan
mewawancarai ulang SPG. b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Coding juga merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka/bilangan coding. Pemberian kode dilakukan setelah semua data
telah dikumpulkan. c. Tabulating
Tabulating merupakan kegiatan mengolah data kedalam bentuk tabel
distribusi frekuensi untuk mempermudah analisis data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan.
3.7.2 Analisis Data
Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisis data univariat dilakukan dengan mendeskripsikan besarnya persentase pada seluruh variabel
SPG, pola makan (jenis makanan, frekuensi makan, jadwal makan dan asupan
makanan), tingkat stres, dan keluhan gastritis. Tahap selanjutnya melakukan tabulasi data dan analisis data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
PT. Matahari Department Store Tbk adalah salah satu perusahaan ritel
terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris,
produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau. Matahari
bermitra dengan pemasok-pemasok terpercaya di Indonesia dan luar negeri untuk
menyediakan barang-barang fashion berkualitas tinggi yang dapat diterima oleh
konsumen yang sadar akan nilai suatu produk. Gerai-gerai Matahari yang modern
dan luas menyajikan pengalaman berbelanja dinamis dan inspiratif yang membuat
konsumen datang kembali dan membantu menjadikan Matahari sebagai
departement store pilihan di kalangan kelas menengah Indonesia sehingga dapat
tumbuh pesat.
Gerai pertama Matahari yang merupakan toko pakaian anak-anak dibuka
di daerah Pasar Baru Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1958. Sejak itu, Matahari
berekspansi melebarkan jejaknya dengan membuka department store modern
pertama di Indonesia pada tahun 1972 dan selanjutnya mewujudkan
keberadaannya di seluruh tanah air. Matahari memilik 140 toko yang terletak di
66 kota di Indonesia. Matahari didukung oleh tim beranggotakan 50.000 orang
dan lebih dari 1.200 pemasok lokal serta lebih dari 90% pembelian langsung dari
sumber-sumber di seluruh Indonesia. Merek eksklusif Matahari yang telah
memenangkan penghargaan hanya dijual di gerai-gerai milik sendiri dan secara
keterjangkauan dan bernilai istimewa sehingga membantu mewujudkan posisi
Matahari sebagai department store terpilih di Indonesia.
Matahari Departemen Store di Plaza Medan Fair telah berdiri selama 10
tahun. Luas area toko adalah 7.555,83 m2 dan luas area kantor 500 m2. Terdapat
246 brand yang bekerja menjadi pemasok di Matahari Departemen Store. Pekerja
yang ada di Matahari terdiri dari manajer, supervisor, kordinator, petugas kasir,
security dan SPG. Fasilitas yang terdapat di Matahari Plaza Medan Fair adalah
ruang istirahat karyawan, ruang rapat, loker, kamar mandi, ruang sholat dan
kantin. Pembagian waktu kerja di Matahari Departemen Store terdiri dari dua shift
yakni shift pagi dengan waktu kerja 09.00-17.00 WIB dan shift siang dengan
waktu kerja 14.00-22.00 WIB.
4.2 Karakteristik SPG
Deskripsi karakteristik SPG mencakup umur, pendidikan dan lama kerja.
Distribusi SPG berdasarkan karakteristik-karakteristik dijelaskan sebagai berikut :
4.2.1 Umur
Umur SPG dibagi dalam beberapa kelompok umur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya SPG yang bekerja di Matahari Departemen
Store berumur 21-25 tahun dengan besarnya prsentase pada SPG yakni 59,3%.
Tabel 4.1 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Umur
No. Kelompok Umur Jumlah Persentase (%)
1. 18 - 20 Tahun 24 29,6
2. 21 – 25 Tahun 48 59,3
3. >25 Tahun 9 11,1
Jumlah 81 100,0
4.2.2 Pendidikan
Pendidikan SPG merupakan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh
oleh SPG. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada umumnya SPG Matahari
Departemen Store memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas
(SMA) sederajat dengan jumlah 97,5%. Adapun distribusi SPG berdasarkan
tingkat pendidikan terakhirnya disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1. SMA/SMK 79 97,5
2. S1 2 2,5
Jumlah 81 100,0
4.2.3 Lama Kerja
Salah satu karakteristik SPG yang dilihat dalam penelitian ini adalah masa
kerja SPG di Matahari Departemen Store. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar SPG telah bekerja di Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair
selama 1 sampai 3 tahun dengan jumlah 45,7%. Distribusi SPG berdasarkan lama
Tabel 4.3 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Lama Kerja
No. Lama Kerja Jumlah Persentase (%)
1. <1 Tahun 16 19,8
2. 1 - 3 Tahun 37 45,7
3. 3 -5 Tahun 19 23,5
4. >5 Tahun 9 11,1
Jumlah 81 100,0
4.3 Pola Makan
Pola Makan SPG dilihat dari frekuensi makan, jadwal makan, jenis
makanan dan asupan makanan yang dikonsumsi SPG setiap harinya. Gambaran
distribusi SPG terhadap komponen-komponen pola makan tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
4.3.1 Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan jumlah kegiatan makan utama yang
dilakukan SPG dalam satu hari. Penilaian frekuensi makan SPG didapatkan
melalui kuesioner. Hasil dari kuesioner tersebut didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Frekuensi Makan
No. Frekuensi Makan Jumlah Persentase (%)
1. 3 kali makan utama / hari 64 79
2. <3 kali makan utama / hari 17 21
Jumlah 81 100,0
Berdasakan data pada tabel 4.4, frekuensi makan dikategorikan menjadi
frekuensi makan baik dan kurang baik. Frekuensi makan baik apabila SPG
memiliki frekuensi makan 3 kali makan utama setiap hari dan frekuensi makan
dinilai kurang baik apabila SPG memiliki frekuensi makan <3 kali makan utama
yang baik karena memiliki frekuensi makan 3 kali makan utama per hari. Namun
masih terdapat 21% SPG yang memiliki frekuensi makan kurang dari 3 kali
makan utama per hari sehingga memiliki frekuensi makan yang kurang baik.
Distribusi SPG berdasarkan pengkategorian frekuensi makan disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Kategori Frekuensi Makan
No. Kategori
Frekuensi Makan
Jumlah Persentase (%)
1. Baik 64 79
2. Kurang 17 21
Jumlah 81 100,0
4.3.2 Jadwal Makan
Jadwal makan merupakan waktu pada saat SPG melakukan kegiatan
makan. Jadwal makan terdiri dari jadwal makan pagi, makan siang dan makan
malam. Distribusi SPG menurut pembagian jadwal makan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Makan Pagi
Makan pagi merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan karena
makan pagi dapat memberikan energi untuk melakukan aktifitas sepanjang hari.
Jadwal makan pagi dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pada tabel 4.6 dapat
dilihat bahwa 100% SPG memiliki jadwal makan pagi sebelum pukul 09.00 WIB.
Tabel 4.6 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair
makanan pada tengah hari akan mengembalikan energi pada tubuh dan menaikkan
kembali kadar gula darah ketika fokus dan konsentrasi mulai menurun. Makan
siang biasanya dilakukan pada saat kita sedang memiliki kegiatan di sekolah,
kantor, atau tempat-tempat lainnya. Waktu makan siang setiap orang pun
berbeda-beda. Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebagian besar SPG memiliki jadwal
makan siang >13.00 WIB yakni sebanyak 95,1%. Adapun distribusi jadwal makan
siang SPG disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair
Makan malam sering dikhawatirkan menjadi penyebab timbulnya
kelebihan berat badan pada seseorang. Hal ini bukan menjadi kesimpulan bahwa
makan malam tidak baik untuk dilakukan. Pemilihan waktu makan yang tepat
tersebut. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar SPG mengonsumsi makan
malam >19.00 WIB dengan total 91,4%. Distribusi jadwal makan malam SPG
tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 4.8 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Jadwal Makan Malam
No. Jadwal Makan
Malam
Jumlah Persentase (%)
1. 18.00 – 19.00 WIB 7 8,6
2. >19.00 WIB 74 91,4
Jumlah 81 100,0
Berdasarkan jadwal makan pagi, makan siang, dan makan malam tersebut,
selanjutnya dilakukan pengkategorian jadwal makan yaitu jadwal makan baik dan
kurang baik. Jadwal makan dikategorikan baik apabila sarapan sebelum jam
09.00, makan siang jam 12.00-13.00, dan makan malam 18.00-19.00. Jadwal
makan dikategorikan kurang baik apabila sarapan setelah jam 09.00, makan siang
setelah jam 12.00-13.00, dan makan malam setelah 18.00-19.00. Tabel 4.9
menunjukkan bahwa mayoritas SPG memiliki jadwal makan yang kurang baik
yakni sebanyak 98,8%. Distribusi SPG menurut kategori jadwal makan
ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Kategori Jadwal Makan
No. Kategori
Jadwal Makan
Jumlah Persentase (%)
1. Baik 1 1,2
3. Kurang 80 98,8
4.3.3 Jenis Makanan
Jenis makanan yang biasa dikonsumsi diukur menggunakan kuesioner
food frequency. Jenis makanan yang diukur meliputi makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayur-sayuran, buah-buahan dan makanan lainnya.
1. Makanan Pokok
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 4.10), sebagian besar SPG hanya
kadang-kadang mengosnsumsi mie karena 39,5% SPG hanya mengonsumsinya
1-2×/minggu. Sementara itu makanan pokok lain seperti kentang, singkong dan
jagung jarang dikonsumsi oleh SPG karena sebagian besar hanya
mengonsumsinya <1×/minggu.
Tabel 4.10 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pokok yang Dikonsumsi
2. Lauk
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa lauk yang selalu dan paling sering
dikonsumsi SPG adalah ikan diikuti lauk lain yaitu ayam dan telur. Sementara
lauk yang paling jarang dikonsumsi SPG adalah daging. Tabel dibawah juga
menunjukkan bahwa jenis pengolahan lauk hewani yang paling sering dikonsumsi
Tabel 4.11 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Jenis Lauk yang Dikonsumsi
3. Sayur-sayuran
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sayur yang biasa dikonsumsi SPG adalah
sawi. Sementara itu sayur yang mengandung gas seperti kol dan sayur yang
mengandung banyak serat seperti daun singkong hanya dikonsumsi
kadang-kadang oleh SPG yakni 25,9% dan 35,8%. Namun terdapat pula SPG yang cukup
Tabel 4.12 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Jenis Sayuran yang Dikonsumsi
No. Nama
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa konsumsi jenis buah yang dikonsumsi
SPG cukup beragam. Buah yang biasa dikonsumsi SPG adalah jeruk. Sementara
buah-buah mengandung gas dan serat seperti nenas, durian, nangka, dan jambu
biji jarang dikonsumsi oleh SPG. Namun terdapat angka yang menjadi perhatian
yakni 21% SPG biasa mengonsumsi nenas.
Tabel 4.13 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair
dengan frekuensi >1×/hari. Sementara untuk makanan yang digoreng SPG juga
yang bersantan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi SPG dengan total
55,6% mengonsumsinya dengan frekuensi 3×/minggu. Teh merupakan minuman
yang setiap hari dikonsumsi oleh SPG yakni 38,3% SPG mengonsumsinya
>1×/hari dan 38,3% SPG mengonsumsinya 1×/hari. Sementara kopi merupakan
minuman yang kadang-kadang dan jarang dikonsumsi oleh SPG.
Tabel 4.14 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair
Asupan makanan dinilai berdasarkan jumlah asupan energi, karbohidrat,
protein, dan lemak yang dikonsumsi SPG dalam satu hari. Data yang diperoleh
selanjutnya akan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian
Menurut Permenkes RI nomor 75 tahun 2013 dan dikategorikan menjadi asupan
gizi lebih, baik, dan kurang.
1. Asupan Energi
Asupan energi harian merupakan total kalori yang dikonsumsi SPG dalam
dengan umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitasnya sehari-hari. Dari Tabel
4.16 dapat dilihat bahwa sebagian besar SPG memiliki asupan energi yang kurang
(<80% AKG) yakni sebanyak 69,1%. Adapun distribusi SPG menurut kecukupan
asupan energinya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.15 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Energi
No. Asupan Energi Jumlah Persentase (%)
1. Lebih 6 7,4
2. Baik 19 23,5
3. Kurang 56 69,1
Jumlah 81 100,0
2. Asupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Sumber
karbohidrat adalah nasi, jagung, ubi, gandum, mie, roti dan makanan pokok
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya SPG memiliki
asupan karbohidrat yang kurang (<80%AKG) dengan total 88,9%. Distribusi SPG
berdasarkan kecukupan asupan karbohidrat disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.16 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Karbohidrat
No. Asupan Karbohidrat Jumlah Persentase (%)
1. Lebih 4 4,9
2. Baik 5 6,2
3. Kurang 72 88,9
Jumlah 81 100,0
3. Asupan Protein
Protein merupakan salah satu dari makronutrient yang sangat penting bagi
tubuh. Fungsi utama protein adalah sebagai zat pembangun tubuh. Sumber protein
menunjukkan bahwa hampir semua SPG memiliki asupan protein yang lebih
dengan total 91,4%. Distribusi SPG berdasarkan kecukupan asupan protein dapat
dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.17 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Protein
No. Asupan Protein Jumlah Persentase (%)
1. Lebih 74 91,4
2. Baik 3 3,7
3. Kurang 4 4,9
Jumlah 81 100,0
4. Asupan Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi utama yang dibutuhkan tubuh.
Lemak berfungsi sebagai bantalan organ penting dalam tubuh dan pelarut
berbagai vitamin. Banyaknya lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
berbeda-beda tetapi umumnya berkisar antara 0,5-1 gram lemak per 1 kg berat
badan per hari. Hasil perhitungan asupan lemak harian SPG menunjukkan asupan
lemak SPG cukup beragam. Asupan lemak rata-rata SPG adalah 69,35 gram per
hari sehingga rata-rata SPG memiliki asupan lemak yang baik dengan total 39,5%.
Namun terdapat pula 21% SPG yang memiliki asupan lemak yang berlebih.
Distribusi SPG berdasarkan kecukupan asupan lemak dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.18 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Lemak
No. Asupan Lemak Jumlah Persentase (%)
1. Lebih 21 25,9
2. Baik 32 39,5
3. Kurang 28 34,6
4.4 Keluhan Gejala Gastritis
Gastritis merupakan kondisi inflamasi atau peradangan pada mukosa
lambung yang disebabkan oleh produksi asam labung yang berelebih. Gastritis
dapat diketahui melalui timbulnya gejala-gejala seperti sakit pada ulu hati, rasa
panas pada perut, kembung, porsi makan menurun, mual, muntah, sering sendawa,
dan rasa rasa pahit di mulut. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar SPG
mengalami keluhan gejala gastritis yakni sebanyak 86,4%. Distribusi SPG
berdasarkan angka kejadian keluhan gejala gastritis yang dialami adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.19 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Angka Kejadian Keluhan Gejala Gastritis yang Dialami
No. Keluhan Gejala
Gastritis
Jumlah Persentase (%)
1. Mengalami Keluhan 70 86,4
2. Tidak Mengalami
Keluhan
11 13,6
Jumlah 81 100,0
Jenis keluhan-keluhan gejala gastritis yang dialami oleh SPG
berbeda-beda. Berdasarkan 86,4% SPG yang mengalami keluhan gastritis ditinjau kembali
jenis-jenis keluhan gejala gastritis yang dialami dan hasil penelitian menunjukkan
bahwa keluhan gastritis yang paling sering dirasakan oleh SPG adalah sering
sendawa dengan jumlah 61,7% SPG telah mengalami keluhan ini. Kondisi sering
sendawa menandakan terjadinya peningkatan produksi asam lambung dan
merupakan tanda dari gastritis apabila diikuti oleh gejala-gejala lainnya. Distribusi
SPG berdasarkan keluhan gastritis yang dirasakan disajikan dalam tabel dibawah
Tabel 4.20 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Keluhan Gastritis
No. Keluhan Gastritis Jumlah Persentase (%)
1. Sakit di ulu hati / perut 32 39,5
Berdasarkan 86,4% SPG yang mengalami keluhan gastritis, selanjutnya
ditinjau kembali melalui pertanyaan pada kuesioner apakah keluhan-keluhan
tersebut telah dirasakan sebelum bekerja di Matahari Departemen Store atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SPG mengalami
keluhan-keluhan gastritis setelah bekerja di Matahari Depatemen Store yakni sebanyak
78,6% dari jumlah SPG yang mengalami keluhan gastritis. Distribusi SPG
berdasarkan sejak kapan dirasakaanya keluhan gastritis tersebut tersaji pada tabel
dibawah ini :
Tabel 4.21 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Sejak Kapan Keluhan Gastritis Telah Dirasakan
No. Keluhan Gastritis
Stres dapat difenisikan sebagai suatu kondisi ketegangan dan kecemasan
yang dialami apabila terdapat ketidaksesuaian antara kemampuan dan tuntutan.
terutama dalam dunia kerja. Stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu stres ringan,
sedang, dan berat. Pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa tingkat stres SPG
Matahari hanya berada pada tingkat ringan sampai sedang yakni sebersar 50,6%
berada pada tingkat stres ringan dam 48,1% berada pada tingkat stres sedang.
Distribusi SPG berdasarkan tingkat stres yang dialami adalah sebagai berikut :
Tabel 4.22 Distribusi SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Tingkat Stres
No. Tingkat Stres Jumlah Persentase (%)
1. Berat 1 1,2
2. Sedang 39 48,1
3. Ringan 41 50,6
Jumlah 81 100,0
4.6 Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Pola Makan
Pola Makan SPG dilihat dari frekuensi makan, jadwal makan, dan asupan
makanan yang dikonsumsi SPG setiap harinya. Gambaran keluhan gastritis
berdasarkan komponen-komponen pola makan tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
4.6.1 Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Frekuensi Makan
Salah satu bagian dari pola makan yang dapat mempengaruhi timbulnya
keluhan gejala gastritis adalah frekuensi makan. Frekuensi makan
dikelompokkkan menjadi dua kategori yakni frekuensi makan baik apabila
responden makan 3 × makan utama / hari dan frekuensi makan kurang apabila
responden makan <3 × makan utama / hari. Frekuensi makan yang berisiko
mengalami keluhan gastritis adalah frekuensi makan yang kurang. Namun, hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SPG yang memiliki frekuensi
distribusi SPG yang mengalami keluhan gejala gastritis berdasarkan frekuensi
makan dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Distribusi Keluhan Gejala Gastritis pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Frekuensi Makan
No. Frekuensi
4.6.2 Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Jadwal Makan
Jadwal atau waktu makan merupakan hal yang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan gejala gastritis. Jadwal makan yang tidak tepat seperti
menunda waktu makan mengakibatkan lambung akan kosong dalam waktu yang
lama sehingga lambung dapat mengalami iritasi. Jadwal makan dikategorikan baik
apabila makan pagi sebelum pukul 09.00, makan siang pada pukul 12.00-13.00,
dan makan malam pada pukul 18.00-19.00. Jadwal makan dikategorikan kurang
baik apabila mkaan pagi >09.00, makan siang >13.00, dan makan malam >19.00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas SPG yang memiliki jadwal makan
yang kurang baik mengalami keluhan gejala gastritis yaitu sebanyak 87,5%.
Adapun distribusi SPG yang mengalami keluhan gejala gastritis berdasarkan
jadwal makan dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24 Distribusi Keluhan Gejala Gastritis pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Jadwal Makan
4.6.3 Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Asupan Makanan
Asupan makanan dilihat berdasarkan jumlah asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan protein, dan asupan lemak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar SPG yang memiliki asupan kalori yang kurang mengalami
keluhan gejala gastritis yaitu sebanyak 83,9%. Distribusi SPG yang mengalami
keluhan gejala gastritis berdasarkan asupan kalori dapat dilihat pada Tabel 4.25
Tabel 4.25 Distribusi Keluhan Gejala Gastritis pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Energi
No. Asupan
Sama halnya dengan asupan kalori yang kurang, sebagian besar SPG yang
memiliki asupan karbohidrat yang kurang juga mengalami keluhan gastritis yakni
sebanyak 86,1%. Distribusi SPG yang mengalami keluhan gejala gastritis
berdasarkan asupan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 4.26
Tabel 4.26 Distribusi Keluhan Gejala Gastritis pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Karbohidrat
No. Asupan
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar SPG yang memiliki asupan
SPG yang mengalami keluhan gejala gastritis berdasarkan asupan protein dapat
dilihat pada Tabel 4.27
Tabel 4.27 Distribusi Keluhan Gejala Gastritis pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Protein
No. Asupan
Asupan lemak rata-rata SPG adalah 69,35 gram per hari sehingga rata-rata
SPG memiliki asupan lemak yang baik dengan total 39,5%. Namun berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar SPG yang memiliki asupan
lemak yang baik juga mengalami keluhan gastritis yakni sebanyak 90,6%.
Distribusi SPG yang mengalami keluhan gejala gastritis berdasarkan asupan
lemak dapat dilihat pada Tabel 4.28
Tabel 4.28 Distribusi Keluhan Gejala Gastritis pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Lemak
No. Asupan
4.7 Tingkat Stres Berdasarkan Pola Makan
Pola Makan SPG dilihat dari frekuensi makan, jadwal makan, dan asupan
berdasarkan komponen-komponen pola makan tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
4.7.1 Tingkat Stres Berdasarkan Frekuensi Makan
Hal yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang adalah tingkat stres.
Tingkat stres dapat mempengaruhi frekuensi makan seseorang. Frekuensi makan
dikelompokkkan menjadi dua kategori yakni frekuensi makan baik apabila
responden makan 3 × makan utama / hari dan frekuensi makan kurang apabila
responden makan <3 × makan utama / hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang mengalami stres tingkat sedang memiliki
frekuensi makan yang baik yakni 74,3%. Adapun distribusi frekuensi makan SPG
berdasarkan tingkat stres dapat dilihat pada Tabel 4.29
Tabel 4.29 Distribusi Tingkat Stres pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Frekuensi Makan
No. Tingkat
Stres
Frekuensi Makan
Baik Kurang Jumlah
n % n % n %
1. Stres Berat 1 100 0 0 1 100
2. Stres Sedang 29 74,3 10 25,6 39 100
3. Stres Ringan 34 82,9 7 17,1 41 100
4.7.2 Tingkat Stres Berdasarkan Jadwal Makan
Jadwal makan dikategorikan baik apabila makan pagi sebelum pukul
09.00, makan siang pada pukul 12.00-13.00, dan makan malam pada pukul
18.00-19.00. Jadwal makan dikategorikan kurang baik apabila mkaan pagi >09.00,
makan siang >13.00, dan makan malam >19.00. Hasil penelitian menunjukkan
makan kurang baik yaitu sebanyak 100%. Adapun distribusi jadwal makan SPG
berdasarkan tingkat stres dapat dilihat pada Tabel 4.30
Tabel 4.30 Distribusi Tingkat Stres pada SPG Matahari Departemen Store Plaza
4.7.3 Tingat Stres Berdasarkan Asuapan Makanan
Asupan makanan dilihat berdasarkan jumlah asupan energi, asupan
karbohidrat, asupan protein, dan asupan lemak. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar SPG yang mengalami tingkat stres sedang memiliki asupan
energi yang kurang yaitu sebanyak 64,1%. Adapun distribusi asupan energi SPG
berdasarkan tingkat stres dapat dilihat pada Tabel 4.31
Tabel 4.31 Distribusi Tingkat Stres pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Energi
No. Tingkat
Stres
Asupan Energi
Lebih Baik Kurang Jumlah
n % n % n % n %
1. Berat 0 0 0 0 1 100 1 100
2. Sedang 2 5,1 12 30,8 25 64,1 39 100
3. Ringan 4 9,7 7 17,1 30 73,2 41 100
Sama halnya dengan asupan energi yang kurang, sebagian besar SPG yang
mengalami stres sedang juga memiliki asupan karbohidrat yang kurang yakni
sebanyak 89,7%. Adapun distribusi asupan karbohidrat SPG berdasarkan tingkat
Tabel 4.32 Distribusi Tingkat Stres pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Asupan Karbohidrat
No. Tingkat
Stres
Asupan Karbohidrat
Lebih Baik Kurang Jumlah
n % n % n % n %
1. Berat 0 0 0 0 1 100 1 100
2. Sedang 1 2,6 3 7,7 35 89,7 39 100
3. Ringan 3 7,3 2 4,9 36 87,8 41 100
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar SPG yang mengalami tingkat
stres sedang memiliki asupan protein yang lebih yakni sebanyak 87,2%. Adapun
distribusi asupan protein SPG berdasarkan tingkat stres dapat dilihat pada Tabel
4.33
Lebih Baik Kurang Jumlah
n % n % n % n %
1. Berat 0 0 1 100 0 0 1 100
2. Sedang 34 87,2 2 5,1 3 7,7 39 100
3. Ringan 40 97,6 0 0 1 2,4 41 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar SPG yang mengalami
tingkat stres sedang memiliki asupan lemak yang baik yakni sebanyak 41,1%.
Adapun distribusi asupan lemak SPG berdasarkan tingkat stres dapat dilihat pada
Tabel 4.34
Lebih Baik Kurang Jumlah
n % n % n % n %
1. Berat 0 0 0 0 1 100 1 100
2. Sedang 10 25,6 16 41,1 13 33,3 39 100
4.8 Keluhan Gastritis Berdasarkan Tingkat Stres
Tingkat stres merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan gastritis. Berdasarkan hasil penelitian, SPG yang mengalami
stres berat mengalami keluhan gastritis dan 97,4% SPG yang mengalami stres
sedang juga mengalami keluhan gastritis. Adapun distribusi keluhan gastritis SPG
berdasarkan tingkat stres dapat dilihat pada Tabel 4.35
Tabel 4.35 Distribusi Tingkat Stres pada SPG Matahari Departemen Store Plaza Medan Fair Berdasarkan Keluhan Gastritis
No. Tingkat
Stres
Keluhan Gastritis
Mengalami Tidak Mengalami Jumlah
n % n % n %
1. Stres Berat 1 100 0 0 1 100
2. Stres Sedang 38 97,4 1 2,6 39 100
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 86,4% SPG mengalami
keluhan gejala gastritis. Angka ini tergolong cukup besar karena dapat dikatakan
hampir semua SPG yang menjadi sampel dalam penelitian ini mengalami keluhan
gejala gastritis. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Annisa (2009)
terhadap remaja perempuan di SMA Al-Azhar Medan didapatkan bahwa 64,4%
remaja perempuan di SMA Al-Azhar Medan mengalami keluhan gejala gastritis.
Angka ini menunjukkan persentase keluhan gastritis yang cukup besar
terjadi pada perempuan terkhususnya di Kota Medan. Hal ini dibuktikan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI yang menyatakan
bahwa angka gastritis diberbagai kota besar cukup tinggi bahkan untuk kota
Medan angka kejadian gastritis mencapai 91,6% (Rial, 2010).
Penelitian yang dilakukan pada SPG Matahari Departemen Store
menunjukkan jenis keluhan gejala gastritis yang dialami SPG bervariasi yaitu
nyeri ulu hati, rasa panas pada perut, kembung, cepat kenyang, mual, muntah dan
sendawa (tabel 4.20). Hal ini sesuai dengan pernyataan pada buku penyakit dalam
yang menyatakan bahwa gastritis merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang
terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang,
dan sendawa, dimana keluhan ini sangat bervariasi dalam jenis gejala maupun
Berdasarkan data penelitian (tabel 4.20) didapatkan jenis keluhan
terbanyak adalah sering sendawa yaitu 61,7% sementara keluhan gastris lain
yakni nyeri ulu hati terjadi pada 39,5% SPG. Sendawa merupakan proses
keluarnya gas dari saluran cerna (lambung) ke mulut yang disertai adanya suara
dan kadang-kadang berbau (Syam, 2011). Sendawa dengan intensitas yang cukup
sering terutama pada waktu yang lama setelah waktu makan selesai menandakan
produksi gas asam lambung meningkat dan terjadi refluks asam yang membuat
keluarnya gas ke mulut. Sementara nyeri pada pada perut merupakan salah satu
tanda terdapatnya luka pada lambung. Kedua keluhan ini merupakan tanda-tanda
terjadinya gastritis pada seseorang.
5.2 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Karakteristik SPG
Karakteristik SPG yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur,
pendidikan terakhir, dan lama kerja. Interval umur SPG dalam penelitian ini
mayoritas berada pada umur 18-25 tahun. Matahari Departemen Store memang
membuka lowongan pekerjaan sebagai SPG untuk wanita berusia 18-25 tahun.
Matahari menilai pada umur tersebut seorang wanita berpenampilan menarik dan
produktif sehingga tepat bekerja sebagai SPG.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa umur SPG terbanyak berada
pada interval 21-25 tahun yakni sebesar 59,3%. Umur 21-25 tahun termasuk
kedalam usia muda dan produktif. Pada usia ini manusia sedang berada pada
puncak aktivitasnya. Aktivitas fisik yang dilakukan cenderung lebih berat
tidak sehat. Pola makan yang tidak sehat akan memicu timbulnya berbagai
penyakit terutama penyakit terkait saluran cerna seperti gastritis.
Penelitian yang dilakukan oleh WHO (2010) menyebutkan bahwa pada
negara berkembang penyakit gastritis ditemukan pada usia muda dan produktif.
Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia (2011) menyebutkan bahwa 77,74%
kasus gastritis terjadi pada perempuan. Penelitian-penelitian tersebut juga
dibenarkan dalam penelitian ini karena sebagian besar SPG yang berada pada usia
muda dan produktif telah mengalami keluhan-keluhan gejala gastritis.
Usia muda dan produktif merupakan usia yang rentan mengalami
keluhan-keluhan gejala gastritis karena umumnya pada usia tersebut setiap orang
disibukkan oleh banyaknya aktivitas dan pekerjaan yang membuat pola makan
mereka menjadi tidak teratur dan tidak sehat. Hal ini juga dialami oleh SPG
Matahari Departemen Store. Waktu kerja yang padat dan waktu istirahat kerja
yang berada diluar jadwal makan yang seharusnya membuat para SPG sering
menunda waktu makan, makan makanan yang berlemak dan cepat saji. Hal ini
membuat SPG berisiko mengalami keluhan gejala gastritis.
Selain umur, karakteristik SPG lain yang dilihat dalam penelitian ini
adalah tingkat pendidikan. Hasil penelitan menunjukkan bahwa 97,5% SPG
memiliki tingkat pendidikan SMA sederajat. Hal ini disebabkan Matahari
Departemen Store membuka lowongan pekerjaan bagi perempuan minimal
lulusan SMA sederajat dan tidak menuntut seseorang memiliki kemampuan
khusus lebih yang didapatkan di perguruan tinggi, sehingga pekerjaan SPG sangat
ke perguruan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa SPG Matahari baik tamatan SMA maupun S1 sama-sama
mengalami keluhan gastritis.
Karakteristik SPG terakhir yang dilihat adalah lama kerja. Hasil penelitian
menunjukkan 45,7% SPG telah bekerja selama 1-3 tahun dan 34,6% telah bekerja
diatas 3 tahun. Hal ini menunjukkan sebagian besar SPG telah cukup lama
mengahadapi situasi kerja di Matahari Departemen Store seperti pembagian shift
kerja dan waktu istirahat makan yang berada diluar jam makan yang seharusnya.
Belum terdapat penelitian yang menyebutkan secara pasti berapa lama waktu
paparan terhadap faktor resiko sampai menimbulkan keluhan gejala gastritis pada
seseorang. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar SPG
dengan lama kerja kurang dari satu tahun hingga lebih dari lima tahun telah
mengalami keluhan-keluhan gastritis.
5.3 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Pola Makan
Pola makan adalah cara atau kebiasaan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam hal mengonsumsi makanan yang dilakukan secara
berulang-ulang pada waktu tertentu dalam jangka waktu yang lama serta
merupakan reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial di
lingkungan sekitarnya. Dalam penelitian ini pola makan dinilai berdasarkan
frekuensi makan, jadwal makan, jenis makanan dan jumlah asupan makanan yang
5.3.1 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan jumlah kegiatan makan utama yang
dilakukan SPG dalam satu hari. Frekuensi makan baik apabila SPG memiliki
frekuensi makan 3 kali makan utama setiap hari dan frekuensi makan dinilai
kurang baik apabila SPG memiliki frekuensi makan kurang dari 3 kali makan
utama setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 4.5) 79% SPG yang
memiliki frekuensi makan baik dan terdapat 21% SPG yang memiliki frekuensi
makan kurang.
Frekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari. Bila frekuensi
makan sehari-hari kurang dari 3 kali sehari maka akan rentan untuk terkena
penyakit gastritis. Hal ini disebabkan pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan
kosong, atau ditunda pengisiannya, maka asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung sehingga timbul rasa nyeri (Ester, 2001).
Penelitian Rahma, dkk (2013) menunjukkan bahwa lebih banyak
responden dengan frekuensi makan yang tidak tepat/kurang (58,7%) dibandingkan
dengan frekuensi makan yang tepat/sesuai, ini disebabkan karena kebanyakan
responden hanya makan makanan lengkap dua kali yaitu siang dan malam,
padahal frekuensi yang tepat adalah makan makanan yang lengkap sebanyak tiga
kali sehari sedangkan untuk makanan selingan, beberapa responden tidak dapat
memenuhi makanan selingan minimal tiga kali sehari karena alasan ekonomi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah Rahmah, dkk (2012)
menyebutkan bahwa frekuensi makan yang tidak tepat merupakan salah satu
frekuensi makan yang tidak tepat yaitu makan kurang dari tiga kali dalam sehari,
berisiko 2,33 kali lebih besar menderita gastritis dibandingkan dengan frekuensi
makan yang tepat.
Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung
sifat dan jenis makanan. Jika umumnya lambung kosong antara 3-4 jam, maka
jadwal makan ini pun harus menyesuaikan dengan waktu kosongnya lambung
tersebut (Oktavani, 2011).
Faktor lain yang menyebabkan frekuensi makan yang kurang cenderung
rentan mengalami gastritis disebabkan frekuensi makan yang kurang membuat
jumlah asupan makanan yang masuk kedalam lambung juga berkurang sehingga
pengosongan lambung terjadi lebih cepat dan asam lambung pun meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 4.23) bahwa sebagian besar SPG
yang mengalami keluhan gejala gastritis telah memiliki frekuensi makan yang
baik yaitu 82,8%. Hal ini dapat terjadi disebabkan SPG tetap makan tiga kali
sehari tetapi tidak tepat waktu, makanan selingan sangat jarang dikonsumsi
dengan alasan pekerjaan yang tidak memungkinkan SPG untuk makan makanan
selingan disela-sela waktu makan terlebih lagi SPG sering mengonsumsi makanan
yang dapat memicu timbulnya keluhan gejala gastritis seperti makanan pedas,
berminyak, bersantan dan bergas.
5.3.2 Gambaran Keluhan Gejala Gastritis Berdasarkan Jadwal Makan
Penilaian jadwal makan dilihat melalui waktu makan pagi, makan siang,