• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA PSIKOLOGIS MEMILIKI HEWAN PELIHARAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA PSIKOLOGIS MEMILIKI HEWAN PELIHARAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : UMI RASYIDA

06810042

`

FAKULTAS PSIKOLOGI

▸ Baca selengkapnya: soal bahasa inggris tentang hewan peliharaan

(2)

MAKNA PSIKOLOGIS MEMILIKI HEWAN PELIHARAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi (S-1)

Oleh : Umi Rasyida

06810042

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)
(6)

6

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Makna Psikologis Memiliki Hewan Peliharaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan Ari Firmanto, S.Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dan Dra. Iswinarti yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yudi Suharsono, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi

5. Abah, Mama dan Papa, Mama serta Suamiku tercinta yang tiada henti memberikan doa siang dan malam serta berlimpah dukungan kepada peneliti baik secara moril dan materil, kakak – kakakku ( kakfi dan mbak lia) yang selalu memberikan semangat dan nasihat, serta adikku tersayang Arul dan Sultan yang membantu mencarikan subjek penelitian kakak ucapkan terimakasih banyak ya… 6. Seluruh Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan doanya agar

peneliti dilancarkan dalam pengerjaan skripsi

(7)

semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini. Tidak akan terlupakan cerita – cerita kita selama di kampus putih sobat…

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyalesaikan skripsi ini

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peniliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 26 Maret 2011 Penulis

(8)

8

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. ... Latar Belakang ... 1

B. ... Rumu san Masalah ... 6

C. ... Tujua n Penelitian ... 6

D. ... Manfa at Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ... Hewa n Peliharaan 1... Penge rtian hewan peliharaan ... 7

2... Alasa n memiliki hewan peliharaan ... 7

3... Manfa at memiliki hewan peliharaan ... 8

(9)

2... Aspek – aspek psikologis ... 13 C. ... Anak

Usia Sekolah Dasar

1... Penge rtian anak usia sekolah dasar ... 18 2... Karakt

eristik anak usia sekolah dasar ... 19 3... Perke

mbangan anak usia sekolah dasar ... 19 D. ... Makn

a Psikologis Memiliki Hewan Pelliharaan ... 23 E. ... Keran

gka Pemikiran ... 24 BAB III METODE PENELITIAN

A. ... Jenis Penelitian ... 25 B. ... Batasa

n Istilah ... 26 C. ... Subje

k Penelitian ... 26 D. ... Tekni

k Pengumpulan Data ... 26 E. ... Prosed

ur Penelitian ... 27 F. ... Analis

is Data ... 28 G. ... Keabs

ahan Data ... 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(10)

10

1... Deskri psi subjek dan informan penelitian ………... 30

2... Deskri psi Data Hasil Penelitian ………... 31

B. ... Analis a Data Hasil Penelitian ... 40 C. ... Pemba

hasan ... 54 BAB V PENUTUP

A. ... Kesim pulan ... 59 B. ... Saran

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Identitas Subyek Penelitian ... 30

Tabel 4.2 : Identitas Informant penelitian ... 30

Tabel 4.3 : Analisa data subjek AR ... 40

Tabel 4.4 : Analisa data subjek L ... 44

(12)

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Guide Wawancara ... 63

Lampiran II : Hasil Wawancara ... 68

Lampiran III : Hasil Wawancara Informant ... 84

(13)

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2003. Psikologi umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Alwisol. 2007. Psikologi kepribadian. Malang: UPT Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang.

American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. 2006. When a pet dies. No. 78. America diakses tanggal 1 Juli 2010 dari http://www.aacap.org

Asrori, A. 2010. Bagaimana mengenali dimensi psikologis kita. diakses tanggal 30 Oktober 2010 dari http://www.Netsains.com

Baihaqi. 2005. Psikologi pertumbuhan; kepribadian sehat untuk mengembangkan optimisme. Jakarta: PT Bulan Bintang.

Basten, Stuart. 2009. Pets and the 'need to nurture'. Vol 3. Oxford & Vienna Institute of Demography diakses tanggal 1 Agustus 2010 dari

http://jnm.snmjournals.org/cgi/reprint/15/7/582.pdf

Chaplin, J. P. 2005. Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Corpley, Jennifer. 2001. The function of pet. Canada diakses tanggal 30 Oktober

2010 dari

http://whqlibdoc.who.int/publications/2005/9794487074_chapter3_ind.pdf Hurlock, E . 1978. Perkembangan anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Jarvis, M. 2006. Teori – teori psikologi. Bandung: Penerbit Nusamedia & penerbit Nuansa.

Kartono, K. 1990. Psikologi umum. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Kato. 2006.The value of pets to humans. Japanese diakses tanggal 28 Juli 2010 dari http://www.americanhumane.org/assets/docs/advocacy/ADV-pets-in-protective-order.pdf&ei=vD4sTKivNpHDrAfD

Maramis, W.F. 1995. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga.

Moleong, L.J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(14)

14

Petcare. 1976. Pets important for children. America diakses tanggal 21 Juni 2010 dari http://www.animalbehaviour.net79

Salim, peter. 1991. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta. Santrock, J.W. 2002. Life span development. Jakarta ; Erlangga.

Serpell, James. 2003. Animal in children lives. No.87. University of Pennsylfenia diakses tanggal 28 Juli dari

http://www.animalsandsociety.org/assets/library/393_s721.pdf

Stephens, Karen. Pets & Children. Vol 2 No. 1diakses tanggal 1 Agustus 2010 dari http://www.ParentingExchange.com

Sugiyono. 2008. Memahami penelitian kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta

(15)

A. Latar Belakang

Hewan merupakan salah satu makhluk hidup yang sering berada di dekat manusia dan hampir disetiap waktu dapat melihatnya. Sering pula manusia dengan sengaja memiliki hewan untuk dipelihara yang biasa disebut dengan hewan peliharaan. Seperti halnya memiliki benda-benda lain, memiliki hewan peliharaan juga harus dijaga dengan baik dan dirawat. Bahkan karena hewan peliharaan merupakan makhluk hidup si pemilik tidak hanya bisa memberikan perlakuan namun juga melakukan interaksi dengan hewannya yang pada akhirnya dapat menimbulkan

kedekatan emosi dan hewan peliharaan memiliki makna khusus bagi si pemilik. Hampir setiap anak menyukai binatang, baik binatang itu sebagai tokoh

dalam buku cerita yang dibaca, film, ataupun yang mereka lihat langsung di rumah, di kebun binatang, ataupun di peternakan. Binatang bagi mereka tidak berbeda seperti teman bermain yang unik dan menyenangkan. Mereka akan senang mengamati ulah binatang yang lucu dan mencengangkan, dan tidak sedikit anak yang menjadikan hewan peliharaan sebagai teman setia melebihi teman-teman lainnya. (Mustari, 1 Januari 2008)

Sejak awal kehidupannya, anak-anak cenderung menunjukkan ketertarikannya pada binatang. Dunia binatang juga kerap menjadi media paling ampuh bagi orangtua untuk berkomunikasi dengan anak. Lihat saja bayi yang suka bermain dengan mainan binatang atau mendengarkan cerita mengenai Si Kancil, atau Si Itik Buruk Rupa. Mother & Baby (2008, 12 Mei)

Dikemukakan oleh Nova (2009, 15 Mei) anak usia prasekolah ataupun sekolah memang sering gemas melihat kelucuan binatang. Mereka sering kali merengek minta dibelikan binatang tertentu untuk dipelihara. Kebanyakan anak mulai menyukai binatang lantaran ia punya pengalaman intens sejak kecil dengan binatang yang biasanya mencontoh dari orangtuanya. Namun ada pula anak yang tak

(16)

peliharaan, karena mungkin ia menganggap binatang itu lucu atau melihat temannya punya binatang dan ikut-ikutan.

Karena itulah ketertarikan anak usia sekolah terhadap binatang peliharaan tak bisa dilepaskan dari fase perkembangan anak menurut Piaget berada pada tahap operasional konkrit, dimana anak mengembangkan pemikiran logis namun masih terikat pada benda-benda konkrit. Anak usia sekolah juga lebih suka melakukan aktifitas yang bergerak dan lebih sulit untuk duduk diam pada waktu yang relatif lama, dengan memiliki hewan peliharaan anak akan merasa senang karena dapat melakukan aktifitas bersama dengan hewan peliharaannya. Menurut (Ginanjar dalam Mustari, 2008) anak-anak di bawah umur lima tahun kerap gemas ingin menyentuh binatang, tapi belum mengetahui caranya yang benar. Saat mencapai usia sembilan tahun atau 10 tahun anak sudah bisa mengekspresikan diri terhadap hewan

peliharaannya. Ia akan menyayangi, memeluk, gembira bahkan sedih bila peliharaannya mati. Anak usia itu sudah mampu untuk di beri tanggung jawab

mengurus binatang, mulai dari memberikan makan, membersihkan kandang, memandikan, memisahkan dengan dewasa ketika induknya melahirkan.

Memiliki hewan peliharaan memang sudah menjadi sesuatu yang umum di masyarakat, seperti yang telah ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa satu dari tujuh keluarga Australia memiliki satu atau lebih burung, ratusan ribu anak-anak dan dewasa memelihara babi guinea, kelinci, tikus putih, ikan atau hewan peliharaan yang tidak biasa seperti ular. Juga lebih dari 1,5 juta anjing dan kurang lebih 1,5 juta kucing dimiliki sebagai hewan peliharaan. Alasan utama yang diberikan oleh 60% dari pemilik hewan peliharaan untuk memiliki hewan peliharaan adalah teman (Petcare Layanan Informasi dan Penasihat, 1976). Anak memiliki hewan peliharaan sebenarnya tidak hanya berfungsi sebagai mainan atau teman bermain saja, namun juga bermanfaat untuk mengembangkan kognitif, social dan emosinya.

Menurut Takeo (2004) Pada tahun 1997 hampir seluruh anak-anak dan remaja di seluruh dunia memiliki hewan peliharaan virtual yang terdapat di permainan tamagochi. Tamagotchi adalah hewan peliharaan virtual interaktif portabel yang memerlukan perawatan orangtua dalam rangka tumbuh dan

(17)

berkembang menjadi dewasa dan beregenerasi, namun jika si pemilik tidak dapat merawat tamagochipun juga dapat mati dan harus memulai merawat dari bayi lagi. Pemilik tamagochi sama halnya pemilik hewan peliharaan nyata yang memiliki kedekatan dengan hewan peliharaannya, sehingga apabila hewan peliharaannya mati akan merasa kehilangan dan sedih.

Penelitian yang dilakukan Bob Poresky, sosiolog dari Kansas State University, Amerika Serikat, pada tahun 1988 menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif anak dapat meningkat dengan memiliki hewan peliharaan. Menurut Poresky, jenis-jenis hewan peliharaan yang dapat merespon sikap anak misalnya anjing atau kucing cenderung akan meningkatkan intelejensi anak. Dikatakannya, semakin dekat

hubungan anak dengan hewan peliharaannya tersebut, maka akan semakin baik kemampuan anak untuk melihat dunia dari sudut pandang binatang peliharaannya.

Interaksi memiliki andil yang cukup penting dalam meningkatkan intelegensi anak selain genetic dan gizi, sebab disaat anak memiliki kemampuan berinteraksi yang baik maka akan memiliki kemudahan dalam proses belajar dan anak tidak takut atau malu untuk menyampaikan pendapatnya atau bertanya ketika mengalami kesulitan dalam proses belajar.

Menurut Bergensen (1989) Harga diri anak-anak dapat ditingkatkan dengan memiliki binatang peliharaan. Ketika anak memiliki hewan peliharaan dan telah terbentuk hubungan yang baik antara anak dan hewan peliharaannya, anak akan berfikir bahwa hewan tersebut sama halnya dengan teman atau sahabatnya karena disaat dia sedih atau ada yang ingin diceritakan si hewan peliharaan selalu bersedia mendengarkan keluh kesahnya tanpa meminta imbalan ataupun menghakimi dan menyalahkan atas apa yang dirasakan ataupun yang dilakukan. Sehingga anak tidak menjadi tertutup, selalu merasa didengarkan dan diterima dengan baik hal tersebut sangat berpengaruh terhadap perkembangan harga diri dan rasa percaya diri anak.

Anak yang memperlakukan hewan peliharaan dengan selayaknya, secara signifikan lebih tinggi pada skala empati dan orientasi prososial daripada anak yang

(18)

akan timbul kedekatan yang akhirnya seakan-akan anak merasakan hewan peliharaannya ketika sakit, lapar ketika belum diberi makan. Hal seperti itu merupakan sarana anak untuk belajar berempati dan memperlakukan orang lain dengan baik.

Perkembangan psikomotorik anak yang memiliki hewan peliharaan akan berkembang lebih baik, sebab secara tidak sadar permainan yang dilakukan bersama hewan peliharaannya misalnya memandikan hewan peliharaan dan mengajak hewannya jalan-jalan itu semua dapat melatih otot-otot dengan adanya gerakan yang dilakukan. Pemilik hewan peliharaan akan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik karena latihan dengan hewan peliharaan mereka (Serpel, 1990).

Dari hasil interview awal yang telah dilakukan peneliti pada seorang anak perempuan berinisial L berumur 9 tahun yang memiliki kelinci sebagai hewan

peliharaannya. Subjek sangat sayang dengan kelincinya dan sering melakukan aktifitas bersama seperti bermain setiap pulang dari sekolah ataupun diwaktu

senggang. Subjek memilih hewan peliharaan kelinci awalnya karena melihat di televisi dan tertarik akan kelucuan hewan tersebut, sehingga subjek meminta untuk dibelikan kelinci pada orang tuanya. Setelah beberapa lama memiliki kelincinya tersebut subjek menganggap hewan peliharannya itu menjadi teman dan sahabat yang disayangi dan selalu dijaga.

Setiap hari subjek memberi makan kelincinya sebelum berangkat sekolah, dan terkadang uang sakunya tidak dibelikan makanan atau minuman namun lebih memilih untuk dibelikan makanan kelinci seperti kangkung atau wortel. Ketika kelincinya sakit subjek merasa sedih dan membawanya ke dokter hewan, subjek merasa kasihan ketika melihat kelincinya sakit karena tidak mau makan dan diam saja ketika diajak bermain.

Setiap hari subjek memberi makan kelincinya sebelum berangkat sekolah, dan terkadang uang sakunya tidak dibelikan makanan atau minuman namun lebih memilih untuk dibelikan makanan kelinci seperti kangkung atau wortel. Ketika kelincinya sakit subjek merasa sedih dan membawanya ke dokter hewan, subjek merasa kasihan ketika melihat kelincinya sakit karena tidak mau makan dan diam

(19)

barang yang bergambar kelinci seperti pensil, kotak pensil, penghapus, rautan dan lainnya.

Begitu sayangnya anak dengan hewan peliharaannya saat si hewan sakit apalagi mati akan merasa sedih yang sangat mendalam karena memliki kedekatan emosi dan bagi si anak tidak mudah menerima pengganti walaupun mirip atau sama sebab menganggap hewannya memiliki keunikan tersendiri yang membut dirinya menyayanginya. Kesedihan yang dirasakan terkadang mempengaruhi aktivitas kesehariannya selama beberapa waktu dan pada sejumlah anak tidak mau lagi memiliki hewan peliharaan karena mungkin takut ditinggal pergi lagi oleh hewan kesayangannya. Tidak diragukan lagi bahwa antara pemilik dan hewan peliharaan

mereka memiliki ikatan emosional yang sangat kuat hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan Katcher menemukan bahwa 81% dari pemilik hewan

peliharaan menyatakan bahwa binatang peliharaannya peka terhadap perasaan manusia, sementara 99% dari responden melaporkan berbicara dengan hewan peliharaan mereka. Demikian juga, 28% dari pemilik menceritakan pada hewannya mengenai teman mereka atau bercerita mengenai peristiwa hari itu, 48% didefinisikan anjing mereka sebagai anggota keluarga, 40% merayakan ulang tahun dan 73% biarkan tidur di kamar tidur (dalam Basten, 2009).

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu apa makna psikologis memiliki hewan peliharaan pada anak usia sekolah dasar ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna psikologis memiliki hewan peliharaan pada anak usia sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang makna psikologis memiliki hewan peliharaan pada anak usia sekolah dasar dan memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi.

2. Manfaat Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Perputaran informasi yang ada di dalam situs dan media sosial Sedekah Rombongan ini memberikan efek bola salju tidak hanya bagi audiens dan relawan akan tetapi juga mendorong

dan daya ledak otot tungkai dengan ketepatan smash pada permainan bolavoli,. karena peneliti ingin melakukan perbandingan hubungan ukuran tinggi

Hasil uji, konsentrasi asap cair yang efektif dalam menghambat Bacillus subtilis yaitu konsentrasi minimum dengan daya hambat besar, yaitu pada konsentrasi asap

Basic of the Finite Element Method: Solid Mechanics, Heat Transfer and Fluid Mechanics.. dan

Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan iklan susu formula. Hasil penelitian Sartono (2013), juga

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi.. Semoga Tuhan memberikan balasan kebaikan

Pada pasal 128 ayat 1 undang-undang dimaksud, disebutkan adanya hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif yaitu “Se tiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat biaya transaksi dalam usahatani tebu yang dikeluarkan petani tebu mitra akibat informasi asimetris yang dimiliki