• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi ASI

Menurut para ahli ada beberapa definisi tentang Air Susu Ibu

(ASI). Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terpenting yang

dibutuhkan oleh setiap bayi idealnya diberikan secara eksklusif

selama 6 bulan dan dilanjutkan makanan pendamping sampai usia

2 tahun (IDAI, 2010). Menurut Mustofa & Prabandari (2010), ASI

adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan

garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang

berguna sebagai makanan bagi bayinya.

Dapat disimpulkan bahwa ASI adalah sumber nutrisi penting

yang terdapat emulsi lemak, protein, laktosa dan garam mineral

sebagai sumber makanan bagi bayi sampai umur 2 tahun.

2.2 Kandungan Dalam ASI

Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta

sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. Menurut

Wulandari & Iriana (2013), adapun kandungan dengan komposisi

yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi adalah :

1. Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak. DHA dan AA adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi

untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping

(2)

8 2. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose, mempunyai

kadar paling tinggi dibanding susu mamalia lain. Laktose mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium

dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. Laktobasilus

bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan

asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan

bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering menyebabkan diare pada bayi. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus

bayi yang mendapat ASI.

3. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI

mudah dicerna sedangkan pada susu sapi kebalikannya.

4. Garam dan Mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding

susu sapi, bayi yang mendapatkan susu sapi yang tidak

dimodifikasi dapat menderita tetani karena hipokalsemia. Ginjal

neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan

baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral

yang rendah. ASI mengandung kadar garam dan mineral lebih

rendah dibanding susu sapi. Bayi yang mendapat susu sapi atau

susu formula dapat menderita tetani (otot kejang). Karena

hipokalsemia kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi

dibanding ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga

mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium.

5. Vitamin

Masing-masing dari vitamin tersebut memiliki fungsi dan

(3)

9 kadarnya dalam ASI tidak terlalu banyak. Namun, ini bisa

disiasati dengan menyinari bayi dengan matahari di pagi hari

sebagai pencegahan untuk masalah tulang pada periode usia 0 -

6 bulan kelahiran.

Vitamin A berfungsi utamanya untuk indera penglihatan bayi.

Kandungan vitamin A sangat besar pada kolostrum dan mulai

berkurang saat sudah memasuki periode transisi ASI matang, di

mana sebagian besar porsi ASI sudah dalam bentuk cairan air,

namun tetap mengandung zat-zat penting bagi bayi. Selain untuk

penglihatan, menurut IDAI, vitamin A juga memiliki peran dalam

kekebalan tubuh, pembelahan sel, dan pertumbuhan.

Vitamin B merupakan zat yang mudah larut dalam cairan. Di

dalam ASI, fungsi dari vitamin ini adalah sebagai pelengkap

dalam mencegah dari anemia (kekurangan darah), terlambatnya

perkembangan, kurang nafsu makan dan iritasi kulit.

Dalam perkembangan saraf dan peremajaannya vitamin C

memilik fungsi besar. Selain itu vitamin C berpengaruh pada

pertumbuhan gigi, tulang dan kolagen, ia juga mampu mencegah

bayi dari serangan penyakit. Namun, terlalu banyak konsumsi

vitamin juga tidak baik karena efek samping yang ditimbulkan.

Vitamin E utamanya untuk kesehatan kulit. Selain itu, vitamin E

sebagai penambah sel darah merah bayi yang bernama

hemoglobin sehingga melindunginya dari anemia (kekurangan

darah).

Berdasarkan sumber dari Food And Nutrition Boart, National Research Council Washington Tahun 1980 dalam Atikah (2010) diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum dan ASI untuk setiap

(4)

10 No. Zat-zat gizi Satuan Kolostrum

/100 ml Tabel 1.1 Tabel komposisi Kolostrum dan ASI untuk setiap 100 ml.

Sumber: Food And Nutrition Boart, National Research Council Washington Tahun 1980 dalam Atikah (2010)

Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam

lambung bayi. Sedangkan ASI walaupun mengandung lebih

sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih

(5)

11 lebih mudah dicerna serta diserap oleh usus bayi. Sekitar

setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari

lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap, sebab ASI

mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase).

Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu

lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama kali keluar

hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air

susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi

waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hind milk”,

mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak

lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang

dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi

banyak memperoleh air susu ini (Atikah, 2010).

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat

yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak

terlalu bervariasi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi,

didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat.

Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah

pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu

penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. ASI mengandung

lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah

diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk

bahan-bahan pertama kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit

natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi,

tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi. Apabila

makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang

diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama

kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat

vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi

pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar

(6)

12 terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan

tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Atikah, 2010).

ASI juga mengandung prebiotik (oligosakarida) yang menjadi

faktor tumbuh bagi koloni probiotik. Penelitian 5 tahun terakhir ini

menunjukkan bahwa ASI sebagai sumber utama prebiotik, terbagi

atas 2 yaitu Bifidobacteria dan Lactobacilli dalam usus bayi yang spesifik meningkatkan perkembangan dan maturasi sistem imun

saluran cerna. Prebiotik Bifidobacteria dan Lactobacilli merupakan mikroflora yang normal ditemukan dalam saluran cerna, dapat

dikosumsi dalam bentuk suplementasi makanan yang kita kenal

dengan nama prebiotik. Namun bayi yang mendapat ASI tidak

perlu diberikan prebiotik (Atikah, 2010).

2.3 ASI Eksklusif

Menurut Wulandari & Iriana, (2013) dikatakan ASI eksklusif

adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan tim. Dilengkapi oleh Mustofa & Prabandari (2010) ASI

eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah

bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan tim. Serta menurut Damanik, Dkk (2015) ASI eksklusif

adalah pemberian ASI pada bayi mulai 0 - 6 bulan dalam rangka

mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan. Dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif adalah

pemberian ASI murni tanpa makanan pendamping ASI (prelaktal)

selama 0 - 6 bulan pada bayi.

Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menurunkan

morbiditas dan mortalitas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi,

(7)

13 jarak kehamilan bagi ibu. Para ibu tidak menyadari pentingnya

pemberian ASI, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di bawah

usia enam bulan diberi ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagian

besar bayi di Indonesia tidak mendapatkan manfaat ASI terkait

dengan gizi dan perlindungan terhadap penyakit. Sebagian besar

kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir

(neonatal), bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal

pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa

neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per

seribu dari usia satu sampai lima tahun. Seperti di negara-negara

berkembang lainnya yang mencapai status pendapatan menengah,

kematian anak di Indonesia karena infeksi dan penyakit (Unicef

Indonesia, 2012). Pemberian ASI eksklusif atau menyusui eksklusif

sampai bayi umur 6 bulan sangat menguntungkan karena dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit penyebab kematian bayi.

Pencapaian perkembangan yang optimal juga dapat dilakukan

dengan menyusui bayi secara penuh (ASI murni/eksklusif) selama 6

bulan dan dilanjutkan sampai berumur 2 tahun. Diperkuat dengan

teori dari World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2

tahun dapat memberikan keuntungan bukan hanya bagi bayi dan ibu

saja tetapi juga bagi tempat kerja ibu. ASI eksklusif adalah

pemberian ASI (termasuk ASI perahan) kepada bayi tanpa diberi

makanan lain kecuali vitamin, mineral dan obat dalam bentuk

(8)

14 2.4 Manfaat ASI Eksklusif

Keuntungan menyusui meningkat seiring lama pemberian

ASI eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan

makanan pendamping ASI pada usia enam bulan. Menurut

Wulandari & Iriana (2013) Manfaat ASI eksklusif adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Ibu

a. Menyusui berarti memelihara hubungan emosional ibu dan

bayi.

Ketika seorang ibu memeluk bayinya sambil bermain atau

mendekapnya dalam kenyamanan, maka tingkat oksitosin

keduanya akan meningkat dan itu akan memicu sistem

penghargaan pada bagian otaknya. Kondisi ini akan

melahirkan dorongan bagi ibu untuk semakin banyak

mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak dan

meningkatkan keterikatan antara bayi dan ibunya.

b. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

Apabila bayi disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Ini terjadi karena ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk

kontriksi (penutupan pembuluh darah) sehingga peredaran darah akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan

angka kematian ibu yang melahirkan (Roesli, 2005 dalam

Raharjo, 2015).

2. Bagi Bayi

a. Sebagai nutrisi makanan terlengkap untuk bayi, karena

mengandung zat gizi yang seimbang dan cukup serta

diperlukan untuk 6 bulan pertama.

b. ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin

(9)

15 tubuh bayi. Melindungi terhadap penyakit diantaranya diare,

gangguan pernapasan dan alergi karena tidak mengandung

zat yang dapat menimbulkan alergi.

c. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi

ASI ekslusif akan lebih cepat bisa berjalan.

d. Meningkatkan jalinan kasih sayang.

e. Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai serta

mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.

f. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam

6 bulan pertama, 87% ASI adalah air.

g. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak sehingga bayi ASI ekslusif potensial lebih

pandai.

h. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan

emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang

baik.

2.5 Makanan Prelakteal

Pemberian asupan prelakteal adalah makanan yang

diberikan kepada bayi sebelum ASI keluar (Depkes RI, 2009).

Penelitian Fikawati dan Ahmad, S. pada tahun 2012 di 4 kabupaten

di Provinsi Jawa Barat, menemukan kegagalan pelaksanaan ASI

Eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu lebih dari

80 persen responden yang tidak ASI eksklusif 4 bulan, telah

memberikan makanan/minuman prelakteal dalam tiga hari pertama

kepada bayinya.Pemberian asupan prelakteal berbahaya bagi bayi

karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencerna

makanan dan minuman selain ASI. Selain itu, makanan/minuman

prelakteal dapat menggangu produksi ASI dan mengurangi

kemampuan bayi untuk menghisap, di samping itu daya cerna bayi

(10)

16 2.6 Faktor penghambat pemberian ASI Ekslusif

1. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan tingkat pengetahuan

Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2012) hambatan

utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena

kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI

eksklusif pada para ibu. Adapun Pendidikan berkaitan dengan

transmisi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan

aspek kelakuan yang lain. Dengan pendidikan yang tinggi akan

mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bertindak dan

mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul

sifat kedewasaan, disamping itu hal yang mempengaruhi

pemberian ASI adalah pengalaman, dan pengalaman yang

membuat Ibu tidak memberikan susu formula pada bayinya.

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang

ibu ketahui mengenai ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan

cara pemberian ASI eksklusif (Satino & Setyorini, 2014). Alasan

terbanyak ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif karena

merasa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ibu

menghentikan pemberian ASI secara eksklusif pada beberapa

minggu post partum karena merasa ASI kurang dan bayi merasa

tidak puas (Fikawati & Ahmad, 2012).

2. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan

sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus social (Mubarak, dkk, 2007). Sikap merupakan

(11)

17 a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu

obyek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap

suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Mubarak, dkk, 2007). Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang

menentukan seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk

memberikan ASI secara eksklusif. Dalam hubungannya dengan

ASI eksklusif, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau respon

tertutup ibu menyusui terhadap ASI eksklusif. Jika ibu sudah

memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI eksklusif, maka

perilakunya menjadi lebih konsisten. Sikap dapat terbentuk dari

adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi di sini

tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi

sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga 7

hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis

sekitarnya (Mubarak, dkk, 2007).

Pengetahuan dan sikap ibu sendirilah yang secara signifikan

berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI eksklusif yang

dilakukan oleh ibu. Sikap dan motivasi yang kuat dari ibu untuk

memberikan ASI eksklusif kepada bayinya merupakan faktor

yang secara signifikan berpengaruh terhadap pemberian ASI

eksklusif. Melalui peran bidan mengkampanyekan pentingnya

pemberian ASI eksklusif bagi bayi sampai umur 6 bulan saat

pemeriksaan kehamilan, telah mampu merubah mind set dan sikap masyarakat yang menyadari pentingnya ASI eksklusif bagi

bayi. Disamping sikap dan motivasi yang kuat, untuk

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, alasan

(12)

18 ekonomi. Masyarakat di daerah pegunungan ini, status

ekonominya lebih rendah bila dibandingkan di daerah pantai. Ibu

yang sebagian besar tidak bekerja dan tidak memiliki

penghasilan sendiri, merasa tidak mampu membeli susu formula

untuk bayinya. Sehingga ibu hanya mengandalkan ASI sebagai

makanan pokok bagi bayinya sampai umur 6 bulan. Oleh

karenanya, cakupan praktik IMD dan ASI eksklusif di daerah

pegunungan lebih baik dibandingkan di daerah pantai (Raharjo,

2015).

Pengetahuan Ibu yang baik tentang ASI eksklusif tidak serta

merta akan berpengaruh terhadap munculnya sikap yang positif

bahkan praktik pemberian ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan

seorang ibu akan melakukan praktik ASI Eksklusif terlebih

dahulu didasari pada sikapnya yang sangat mendukung ASI

eksklusif. Sikap tersebut muncul karena

pertimbangan-pertimbangan sesuai analisis mereka. Hal ini sesuai dengan teori

Ajzen yang menganggap bahwa orang akan mempertimbangkan

untung atau rugi dari perilaku sesuai dengan analisis mereka

(Machfoedz, 2007 dalam Raharjo, 2015).

3. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan aktivitas atau pekerjaan

Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu

tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita

selalu bekerja terutama pada usia subur, sehingga selalu

menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Banyak

kalangan menganggap hal ini sebagai konsekuensi biasa (IDAI,

2010). Terungkap dari hasil penelitian Sartono (2013), bahwa

faktor kesempatan menyusui berbeda sangat tajam antara

kelompok yang bekerja dengan kelompok yang tidak bekerja.

Selain itu, berhubungan pula dengan faktor kelelahan fisik dan

(13)

19 mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga menambah

kelelahan fisik dan menjadi segan menyusui, pabrik tidak

menyediakan fasilitas bagi pekerja untuk tetap bisa menyusui,

seperti tempat penitipan anak (TPA), pojok ASI, luangan waktu

di sela-sela jam kerja. Bagi pekerja pabrik yang tidak memiliki

kesempatan menyusui selama bekerja, penggunaan susu

formula merupakan pilihan untuk bayinya setelah mereka selesai

menikmati masa cuti hamil.

Seorang ibu yang berstatus sebagai ibu rumah tangga bisa

dikatakan mempunyai kesempatan lebih besar memberikan ASI

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pekerjaan diluar

sebagai ibu rumah tangga. Pada hakikatnya pekerjaan tidak

boleh menjadi alasan ibu berhenti memberi ASI secara eksklusif

selama sedikitnya 6 bulan. Menurut peneliti, ibu yang bekerja

ada hubungan dengan penghambat pemberian ASI eksklusif

karena ibu yang bekerja di luar rumah tidak mempunyai banyak

waktu untuk memberian ASI eksklusif, sebaliknya ibu yang tidak

bekerja di luar rumah memiliki banyak waktu untuk memberikan

ASI eksklusif. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif

berdasarkan tingkat pengetahuan (Susilawati & Maulina, R., 2014)

4. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan lingkungan keluarga

Teori yang mengatakan bahwa lingkungan keluarga

merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Keluarga

(suami, orang tua, mertua, ipar, dan sebagainya) perlu di

informasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan

keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian

(14)

20 keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami (IDAI,

2010).

Dari teori dan penelitian terkait maka terbukti bahwa faktor

dukungan keluarga berhubungan dengan penghambat

pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami dalam pemberian ASI

eksklusif sangat kurang, sebaliknya suami memberikan

dukungan kepada ibu untuk memberikan makanan dan susu

formula. Suami perlu mengetahui pentingnya pemberian ASI, jika

suami mengetahui manfaat dari ASI maka itu akan menjadi

motivasi bagi suami untuk membantu ibu demi kelancaran

pemberian ASI.

Menurut peneliti, dukungan keluarga ada hubungan dengan

penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang

mendapatkan dukungan dari keluarga akan merasakan

keputusan yang diambil oleh ibu untuk memberikan ASI eksklusif

didukung oleh keluarga sehingga ibu termotivasi untuk

memberikan ASI eksklusif dan membantu dalam proses

pemberian ASI eksklusif (Susilawati & Maulina, R., 2014).

5. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan sosial budaya

Menurut Setiawati, Dkk. (2015) angka ibu menyusui di

Indonesia masih rendah dikarenakan faktor sosial budaya yang

belum mengetahui akan pentingnya ASI, persaingan dengan

publikasi susu formula di berbagai media juga menjadi

penghambat karena para ibu berfikir ada susu yang bisa

menggantikan seluruh nutisi yang terkandung dalam ASI.

Stres menyebabkan ASI kering. Memang benar bahwa stres

dapat menyebabkan terhentinya aliran ASI, namun hal tersebut

hanya bersifat sementara. Banyak ibu-ibu mengaku tidak bisa

memberikan ASI karena stres atau emosinya sedang bergejolak,

(15)

21 Padahal jika seorang ibu tidak bisa mengeluarkan ASI, hal yang justru harus dilakukan ibu adalah tetap menyusu. “ketika seorang anak menyusu pada ibunya, aliran darah pada ibunya akan

lancar dan hormon anti stres (oxyctoxin) akan dikeluarkan sehingga dapat meredakan ketegangan dan stres ibu yang

akhirnya mendorong produksi ASI berjalan normal kembali

(Roesli, 2005).

Puting susu masuk kedalam tidak bisa menyusui. Anggapan

yang mengatakan puting susu yang masuk tidak bisa menyusui

benar-benar harus dihilangkan. Masyarakat terutama para ibu

harus tahu bahwa anak menyusui bukan pada putingnya tapi

pada payudara si ibu. Puting susu hanya sebuah masker saja

yang terletak pada payudara si ibu. Masyarakat banyak yang

menduga bahwa ASI dikeluarkan dengan cara disedot dari

puting. Pemahaman ini salah karena yang sebenarnya terjadi

adalah ASI keluar dengan cara diperah bukan pada putingnya

tapi pada area yang berwarna hitam (Roesli, 2005).

Bila menyusui terhenti tidak dapat menyusui kembali.

Anggapan bila menyusui terhenti tidak dapat menyusui kembali

adalah salah karena pada hakikatnya menyusui kembali setelah

terhenti sementara tetap dapat dilakukan. Teknik yang dilakukan

tersebut disebut dengan teknik relaktasi. ASI yang sudah lama

tidak diproduksi dapat dirangsang kembali meskipun sudah lama

tidak menyusui (Roesli, 2005). ASI tidak akan pernah basi jika

tidak dikeluarkan maka tubuh akan meyerapnya kembali, dan

ketika dibutuhkan maka akan keluar lagi. Teknik relaktasi ini

akan membantu para ibu agar dapat menyusui kembali dengan

menggunakan modifikasi alat bantu menyusui (Roesli, 2005).

Ibu yang sedang sakit dapat menularkan sakitnya melalui

ASI. Anggapan seperti ini salah, kecuali ibu yang punya peyakit

(16)

22 contohnya flu tidak akan menularkan sakitnya pada si anak

karena dalam ASI sendiri terkandung antibodi yang merupakan

inhibitor untuk virus atau bakteri (Roesli, 2005).

Bayi sedang diare atau sering menangis perlu cairan

tambahan seperti air dan teh atau susu formula. Anggapan ini

salah karena bayi yang diare tidak perlu diberi cairan lain karena

ASI mengandung 90% cairan yang dibutuhkan untuk bayi.

Pemberian cairan lain bisa berbahaya karena dalam keadaan

darurat seringkali terkontaminasi yang justru dapat memperparah

diarenya (Roesli, 2005).

6. Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif berdasarkan iklan susu formula

Hasil penelitian Sartono (2013), juga mengungkapkan bahwa

ibu yang bersalin di institusi pelayanan persalinan dapat menjadi

sasaran iklan susu formula yang lebih intensif, sehingga

cenderung lebih cepat dan lebih banyak mengkonsumsi susu formula. Adanya “sponsor” Rumah Bersalin (RB) oleh pabrik susu formula diduga memberikan tekanan kepada RB untuk

secara langsung maupun tidak langsung ikut memasarkan susu

formula. Dorongan tidak langsung petugas kesehatan kepada

ibu menyusui untuk lebih cepat memberikan susu formula

kepada bayinya.

Salah satu aktor yang berperan dalam menunjang program

IMD dan ASI eksklusif adalah produsen susu formula.

Keterlibatan produsen susu formula dalam mewarnai pencapaian

program Inisiasi Menyusui Dini dapat dilacak pada tersedianya

susu formula di ruang bersalin. Motif yang mungkin

melatarbelakangi adanya proses transaksi susu formula antara

bidan dengan pasiennya diduga adalah motif ekonomi. Faktor

tersebut menunjukkan bahwa betapapun sedikit pemberian dari

(17)

23 IMD dan ASI eksklusif. Keterlibatan produsen susu formula juga

dapat dilihat dari perubahan paradigma atau cara pandang

masyarakat terhadap produk tersebut. Produsen susu formula

bayi melalui tenaga marketingnya seringkali melakukan

propaganda kepada dokter atau bidan atau tenaga kesehatan

terkait. Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa

produk susu yang mereka ciptakan mempunyai kandungan yang

hampir menyerupai ASI (Raharjo, 2015).

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan

landasan teori yang dihubungkan dengan fenomena yang menjadi

fokus penelitian.

Dalam kerangka konseptual yang diteliti adalah faktor

eksternal (lingkungan keluarga, sosial - budaya, iklan susu) dan

faktor internal (Pengetahuan, sikap, aktivitas atau pekerjaan)

diantaranya ikut mempengaruhi hambatan pemberian ASI eksklusif

pada umur 0 - 6 bulan.

Faktor Internal: Pengetahuan Sikap

Aktivitas atau pekerjaan Penghambat pemberian ASI

eksklusif

Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Gambar

Tabel 1.1 Tabel komposisi Kolostrum dan ASI untuk setiap 100 ml.
Gambar 1.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

formula kepada anaknya yang belum berumur 1 bulan dengan alasan. bahwa susu formula lebih baik dibandingkan dengan

6 Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti?. susu formula, jeruk madu, air teh, air

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor sosial budaya, pengaruh promosi susu formula, dukungan petugas kesehatan, kesehatan ibu,

ASI -Panduan Pemberian MP- ASI -Jenis MP-ASI -Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP- ASI -Komposisi susu formula -Kerugian susu formula -Jenis susu formula Usia ibu

Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor sosial budaya, pengaruh promosi susu formula, dukungan petugas kesehatan, kesehatan ibu,

Roesli (2012) mengungkapkan pemberian ASI secara eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, tanpa diberi tambahan cairan seperti; susu formula, jeruk, madu, air

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pinem (2010) menunjukkan bahwa faktor iklan susu formula merupakan faktor yang paling dominan terkait pemberian ASI Eksklusif dengan

Simpulan dan Saran : Ada hubungan antara dukungan keluarga, promosi susu formula, dan dukungan petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.. Diharapkan bagi