BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gambar 1.2 Peta Desa Tegalomo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati Sumber: Https://www.google.co.uk/maps/place/Tegalombo,+Dukuhseti,Pati 2017
Desa Tegalombo merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Desa Tegalombo termasuk
daerah pinggir pantai, dan persawahan. Desa yang terletak di kawasan
ujung utara Kabupaten Pati ini termasuk Desa yang banyak
mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang kehidupan
masyarakat, sesuai dengan namanya “Tegal” atau dalam bahasa
Indonesia disebut “ladang”, dan “ombo” yang berarti luas. Jadi bisa
diartikan bila Tegalombo mempunyai makna ladang yang luas. Tetapi
ada juga sebagian masyarakat yang pekerjaannya peternak ikan dan : Batas Desa Tegalombo
nelayan. Jumlah penduduk 6800 jiwa, terbagi menjadi 3 dukuh yaitu
Dukuh Tegalombo Krajan, Margorejo, dan Tawangrejo.
Peneliti memilih desa Tegalombo dikarenakan terdapat bayi di
bawah umur 6 bulan sudah diberi makanan pendamping ASI serta
terdapat kasus diare pada bayi dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi
ASI eksklusif. Informasi dari kepala desa pekerjaan ibu – ibu di desa
Tegalombo merupakan buruh tani dan ibu rumah tangga. Sehingga
dalam masa setelah melahirkan dan menyusui dapat meluangkan waktu
tanpa ada tuntutan jam kerja. Akan tetapi masih terdapat kasus bayi
dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif.
4.2 Proses Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap dalam proses
penelitian. Tahap-tahap tersebut meliputi: tahap pembuatan surat, tahap
penentuan informan, dan tahap pengumpulan data dari informan.
4.2.1 Tahap Pembuatan Surat Ijin Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa
hal yang nantinya mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama
yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan surat-surat yang
nantinya diperlukan pada saat penelitian, seperti surat pengantar
dari Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Kristen Satya Wacana (FIK UKSW) Salatiga, dan surat persetujuan
Pati. Setelah semua surat sudah dipersiapkan, peneliti berangkat
ketempat penelitian.
4.2.2 Penentuan Informan
Lokasi penelitian peneliti, masih berada di daerah Jawa Tengah,
yaitu di Desa Tegalombo. Pada tanggal 24 Agustus 2016 peneliti
membawa dan memberi surat izin penelitian di Kantor Penelitian dan
Pengembangan Kabupaten Pati. Setelah mendapatkan surat izin
maka pada tanggal 1 - 7 September 2016 peneliti berangkat ke
tempat penelitian. Peneliti memilih partisipan sesuai dengan kriteria
yang telah peneliti buat sebelumnya.
4.2.3 Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu, peneliti menyiapkan
panduan wawancara yang telah peneliti buat sebelumnya. Selain itu,
peneliti juga menyiapkan informed consent yang berisi surat
penjelasan penelitian dan surat persetujuan menjadi partisipan.
Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan smart phone
sebagai alat untuk merekam apa yang diwawancarai atau data-data
yang berasal dari partisipan.
4.2.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 2 September 2016
setelah mendapatkan izin penelitian oleh Kepala Kantor Penelitian
1. Partisipan 1
Hari /Tanggal Wawancara
Waktu Keterangan
Jumat, 2 September 2016
07.37 – 08.30 Mengucapkan salam Penjelasan penelitian Penandatanganan
informed consent Proses wawancara Tabel 1.2 Pelaksanaan interview riset partisipan 1
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan pertama yaitu
ibu W dirumah partisipan. Bersama dengan ibu Karsini salah satu
warga desa Tegalombo sebagai penerjemah bahasa jawa sekalian
penunjuk jalan. Peneliti membawa ibu Karsini dikarenakan peneliti
kurang lancar berbahasa Jawa. Sebelum melakukan wawancara
peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah
mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan
bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti
melanjutkan dengan memberi penjelasan penelitian dan
penandatanganan informed consent.
2. Partisipan 2
Hari /Tanggal Wawancara
Waktu Keterangan
Sabtu, 3 September 2016
09.00 - 09.45 Mengucapkan salam Penjelasan penelitian Penandatanganan
Hari kedua peneliti menuju ke rumah ibu E. Sebelum melakukan
wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.
Kemudian menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan untuk
dilakukan wawancara. Partisipan menyatakan malu untuk
diwawancarai, tetapi dengan negosiasi antara peneliti dengan
partisipan, sehingga partisipan mau diwawancarai. Kemudian
peneliti melanjutkan dengan penandatanganan informed consent.
3. Partisipan 3
Hari /Tanggal Wawancara
Waktu Keterangan
Minggu, 4 September 2016
08.00 - .09.01 Mengucapkan salam Penjelasan penelitian Penandatanganan
informed consent Proses wawancara Tabel 1.4 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 3
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga yaitu
ibu Sh dirumah partisipan. Peneliti datang ke rumah ibu Sh pada
saat ibu Sh sedang menonton televisi. Ibu Sh menanyakan maksud
kedatangan peneliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian. Peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan
partisipan apakah mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan
menyatakan bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara.
Dilanjutkan dengan penandatanganan informed consent sebagai
4. Partisipan 4 Tabel 1.5 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 4
Hari keempat Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan
yaitu ibu Sn dirumah partisipan. Saat peneliti datang kerumah ibu
Sn, posisi ibu Sn sedang menyapu halaman rumah sehingga peneliti
menunggu hingga pekerjaan ibu Sn selesai. Setelah itu peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian diruang tamu. Ibu Sn
bersedia untuk diwawancarai. Kemudian peneliti melanjutkan
dengan penandatanganan informed consent. Setelah proses
wawancara dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan
terima kasih karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia
untuk diwawancara. Penjelasan penelitian Penandatanganan
Hari kelima peneliti kembali melakukan pengumpulan data
bersama ibu karsini karena partisipan masih kerabat dekat ibu
karsini. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan kelima
yaitu ibu Snt dirumah partisipan. Saat peneliti datang ketempat
partisipan, ibu Snt sementara menyuapi anaknya. Peneliti kemudian
langsung menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti yaitu
untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti bertanya apakah ibu
Snt bersedia untuk diwawancara, ibu Snt mengatakan bahwa dia
mau diwawancara. Dilanjutkan dengan penandatanganan informed
consent sebagai legalitas persetujuan wawancara.
6. Partisipan 6
Hari /Tanggal Wawancara
Waktu Keterangan
Rabu, 7 September 2016
09.10 – 10.20 Mengucapkan salam Penjelasan penelitian Penandatanganan
informed consent Proses wawancara Tabel 1.7 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 6
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keenam yaitu
ibu Rh dirumah partisipan. Peneliti datang kerumah ibu Rh saat ibu
Rh mau berangkat ke sawah, sehingga peneliti melakukan kontrak
waktu untuk bertemu kembali pada malam hari. Malam harinya
peneliti datang lagi ke rumah ibu Rh, dan menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian, dan ibu Rh bersedia untuk diwawancara.
Kemudian dilanjutkan penandatanganan informed consent sebagai
7. Partisipan 7 Penjelasan penelitian Penandatanganan
informed consent Proses wawancara Tabel 1.8 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 7
Peneliti menambah partisipan ketujuh dalam pengambilan data.
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketujuh yaitu ibu
Pr dirumah partisipan. Pada pagi hari peneliti bertemu dengan ibu Pr
dijalan kemudian peneliti mengadakan kontrak waktu untuk
melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara peneliti
menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah mau untuk
diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan bahwa
partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti
melanjutkan dengan memberi penjelasan penelitian dan
penandatanganan informed consent. Setelah proses wawancara
dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan terima kasih
karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia untuk
diwawancara.
8. Partisipan 8 (triangulasi sumber)
Hari /Tanggal Penjelasan penelitian Penandatanganan
T
Tabel 1.9 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 8
Peneliti melakukan proses wawancara Ny. Y pada hari Jumat
tgl 8 September 2016 dirumah partisipan. Sebelum melakukan
wawancara peneliti bertemu di Puskesmas Dukuhseti Kabupaten
Pati setelah itu peneliti dan partisipan 8 melakukan kontrak waktu
untuk melakukan wawancara karena pada saat itu partisipan 8
masih melakukan tugas pekerjaannya. Peneliti dan partisipan 8
bertemu dirumah untuk melakukan proses wawancara, sebelum
wawancara dimulai peneliti mengucapkan terima kasih karena
partisipan bersedia menjadi riset partisipan penelitian dan
menjelaskan informed consent. Setelah melakukan wawancara
peneliti melakukan perjanjian dengan partisipan untuk menentukan
jadwal pertemuan selanjutnya apabila ada data-data yang kurang,
sehingga peneliti bisa datang kembali untuk melakukan wawancara.
4.2.5 Karakteristik Riset Partisipan
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang ibu
menyusui di RW II Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten
Pati - Jawa Tengah, Ibu menyusui pada usia bayi ≥ 6 Bulan , ibu
menyusui pada bayi kelahiran bayi 01 Januari 2014 - 30 Januari 2016.
1. Karakteristik Riset Partisipan 1 Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Riset partisipan merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Masing-masing sudah berkeluarga dan hidup
terpisah-pisah. Partisipan mempunyai 3 orang anak yaitu perempuan yang
berusia 11 tahun dan laki-laki yang berusia 1 tahun 2 bulan dan
sekarang partisipan dalam masa kandungan 6 bulan. Partisipan
merupakan orang yang terbuka, hal ini terlihat selama proses
wawancara dimana partisipan dapat menjawab pertanyaan tiap
pertanyaan yang diberikan oleh peneliti walau kadang partisipan
terlihat bingung dengan maksud dari pertanyaan yang diberikan, hal
ini karena peneliti dalam wawancara menggunakan penerjemah
karena partisipan menggunakan bahasa Jawa dan peneliti sendiri
kurang menguasai bahasa Jawa. Walaupun begitu proses
wawancara dapat berjalan dengan baik.
2. Karakteristik Riset Partisipan 2 Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Riset Partisipan 2 bernama Ny. E, merupakan seorang ibu
rumah tangga yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Ny. E memiliki 2 orang anak, anak pertama perempuan
memulai proses wawancara Ny. E terlihat gugup, hal ini karena
nyonya E mengatakan bahwa dia belum pernah diwawancara
sebelumnya. Tetapi peneliti berusaha menenangkan agar Ny. E
tidak gugup dan bersikap santai, Peneliti juga memberi jeda sedikit
agar pasien bisa lebih tenang, hal ini dilakukan agar proses
wawancara dapat berjalan dengan baik. Setelah Ny. E lebih tenang
dan mengatakan bahwa dia sudah siap, maka peneliti mulai
melakukan wawancara.
3. Karakteristik Riset Partisipan 3 Nama : Ny. Sh
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Riset partisipan hidup terpisah dengan orangtuanya. Dan
sekarang riset partisipan tinggal bersama suami dan kedua orang
anaknya yang berusia masing-masing 7 dan 2 tahun. Dari semua
partisipan hanya Ny. Sh yang menempuh penddikan sampai
Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang setingkat dengan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat proses wawancara
berlangsung Ny. Sh terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan,
sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik walaupun
kadang Ny. Sh menanyakan kembali kepada peneliti jikalau ada
4. Karakteristik Riset Partisipan 4 Nama : Ny. Sn
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Riset partisipan merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Kakak dan adik partisipan tinggal bersama dengan
orangtua dan terpisah dari partisipan. Riset partisipan adalah orang
yang ceria dan terbuka, hal ini terlihat pada saat wawancara
berlangsung partisipan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang ada tanpa ragu walaupun pertanyaannya ada yang bersifat
pribadi, sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik.
5. Karakteristik Riset Partisipan 5 Nama : Ny. Snt
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Ny. Snt seorang ibu rumah tangga dengan suami bekerja sebagai
sopir travel antar kota. Keseharian Ny. Snt hanya mengurusi rumah
saat suami bekerja. Ny. Snt merupakan anak ketiga dari 4
bersaudara. Ny. Snt tinggal bersama dengan suami dan orangtua
dan anaknya. Dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA),
Ny. Snt seorang yang ramah dan terbuka pada peneliti. Ny. Snt
pertama. Selama menyusui bayi ny. Snt kesusahan dikarenakan
putting susu tidak menonjol sehingga beliau berinisiatif memompa
ASI dengan bantuan alat. Sehingga bayi diberikan susu formula
sebelum umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan ASI.
6. Karakteristik Riset Partisipan 6 Nama : Ny. Rh
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Riset partisipan merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Partisipan tinggal terpisah dengan orang tua. Ketika
peneliti datang untuk melakukan proses wawancara peneliti
disambut dengan baik oleh partisipan. Peneliti sangat ramah dan
juga sangat antusias sehingga mendukung proses wawancara
berjalan dengan baik.
7. Karakteristik Riset Partisipan 7 Nama : Ny. Pr
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah
Riset partisipan tujuh tinggal bersama orang tuanya bersama
anak dan suaminya. Dengan lulusan pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA), Ny. Pr bekerja sebagai ibu rumah tangga. Riset
pertama dalam jenjang pendidikan kelas 3 Sekolah Dasar. Dalam
hal menyusui Ny. Pr tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi
hingga umur 6 bulan. Karena Ny. Pr memberikan bubur pada bayi
sebagai makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan.
8. Karakteristik Riset Partisipan 8 (Triangulasi Sumber) Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 tahun Pekerjaan : Bidan Status : Nikah
Riset partisipan merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas
Dukuhseti Kabupaten Pati. Latar belakang Ny. Y mempunyai
perbedaan dengan latar belakang riset partisipan yang lain. Peneliti
mengambil riset partisipan 8 karena Ny.Y merupakan bidan desa
Tegalombo yang menangani kelahiran partisipan yang diambil
peneliti serta menjadi petugas posyandu di RW 2 desa Tegalombo
Kecamatan Dukuhseti – Pati. Sehingga Ny. Y memantau
pertumbuhan bayi dari partisipan yang peneliti ambil. Selain itu
setiap bayi sakit partisipan membawa ke Ny. Y untuk berobat dan
memeriksakan kesehatan.
4.3 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor penghambat
pemberian ASI eksklusif di Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti,
Kabupaten Pati. Dari hasil analisis tema berdasarkan kategori dapat terlihat
merupakan faktor – faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di Desa
Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati:
4.3.1 Ketidaktahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Dalam ungkapan partisipan tentang pengertian ASI eksklusif
masih kurang. Hal ini terungkap dari ketujuh partisipan dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Belum mbak, Kalau yang anak ke dua ini umur mendekati 6 bulan baru makan bubur, karena saya merasa umurnya sudah cukup untuk diberi makan bubur.” (RP1)
“Tidak tahu mbak (Tentang ASI Eksklusif), karena menurut saya sudah bisa makan, jadi saya kasih bubur sama camilan (Biskuit)”. (RP2)
“Sudah, tapi saya beri makanan lain juga. Pernah dulu yang bayi pertama, bubur dan buah-buahan. Karena saya merasa anaknya bisa makan, jadi saya kasih. “ (RP3)
“Saya hanya memberikan selama 3 bulan dan kemudian di tambah dengan susu formula sampai umur 6 bulan. Menurut saya belum cukup soalnya bayi saya biasanya menangis walaupun sudah diberi ASI jadi ya kemudian dikasih susu formula.” (RP4)
“Kurang tahu saya mbak (ASI Eksklusif). Saya memberikan ASI lebih dari 6 bulan. Tapi sudah saya berikan roti regal pas umur 5 bulan. Dari tetangga bilang kalau umur 5 bulan bayi sudah bisa makan, roti regal juga bagus untuk makanan bayi katanya. Ya saya berikan mbak.” (RP5)
“Waktu umur 5 bulanan mbak sudah memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Jadi saya berikan roti di warung dek. Saat melahirkan di bidan di kasih penyuluhan, terus pas pergi ke posyandu. Tapi tahunya ya ASI saja. Belum mengerti tentang ASI Eksklusif. Paling waktu jalan-jalan keluar rumah supaya si bayi tidak rewel saya kasih roti
Pernyataan tersebut diatas menunjukkan ketidaktahuan ibu
tentang ASI eksklusif. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum memahami
ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada bayi sebelum
umur 0-6 bulan. Serta terpengaruh oleh saran dari tetangga dalam hal
memberikan makanan pada bayi sebelum waktunya setelah 6 bulan,
hal ini karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak bisa
mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat pemberian ASI
bertindak dan mengambil keputusan. Sedangkan riset partisipan paling
tinggi berpendidikan setara SMA, yang mana pengetahuan tentang
ASI eksklusif hanya didapa dari bidan desa yang melakukan promosi
kesehatan di Posyandu.
4.3.2 Pengaruh Lingkungan (Keluarga)
Sub tema
Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Berikut merupakan
pernyataan beberapa partisipan:
“Kurang tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif) dan mengingatkan (untuk menyusui) saja biasanya pas bayi menangis.” RP4
“Tidak tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif), Mengajari menyusui (orang tua), karena mereka kan sudah pernah mbak, Menyarankan roti regal tadi untuk cemilan bayi. Karena umur 5 bulan sudah bisa makan.” RP5
“Kalau kayak gitu ya gak tahu lah dek (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif) saya saja belum terlalu paham. Orang tua saya menyarankan untuk bayi dikasih bubur sama roti, waktu itu umur 4/5 bulan supaya ibu tidak kewalahan dalam menyusui.” RP6
“Kurang tau (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif). Kalau mertua si pernah bilang kalau anaknya kurang kenyang kasih bubur saja kalau umurnya sudah cukup. Saat usia 5 bulan sudah saya kasih susu formula sama bubur sun.” RP7
Dari hasil kutipan wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa
orang tua dan mertua partisipan yang tidak mendukung pemberian ASI
eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri untuk memberikan ASI
eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Dukungan keluarga sangat
besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Anggota keluarga
yang biasanya berperan adalah suami, orang tua (nenek bayi) dan
mertua. Pengetahuan suami yang rendah terhadap ASI eksklusif
membuat suami pasrah terhadap tindakan orang tua. Selain itu tradisi
yang memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga
bayi berumur 6 bulan. Dari observasi yang dilakukan peneliti ditemukan
bahwa mertua dan orangtua partisipan lebih fasih dalam merawat bayi
dibandingkan dengan partisipan yang masih membutuhkan bantuan
dalam merawat bayi. Kepatuhan partisipan karena partisipan dulu
pernah dirawat orangtua hingga dewasa, sehingga menganggap
orangtua atau mertua lebih berpengalaman dalam merawat bayi.
4.3.3 Iklan Susu Formula
Berikut pernyataan-pernyataan dari beberapa partisipan yang
“Kalau menurut saya pribadi lebih kuat (lebih bagus menggunakan ASI) ke ASInya ya, kalau menurut saya ya bagus-bagus saja (susu Formula) ...” RP 1
“Tidak yakin, karena ASI kayaknya lebih tinggi gizinya ya (lebih lengkap komposisi ASI), Menurut saya tidak bagus susu formula.” RP 2
“Menurut saya kayaknya tidak bagus, Tidak begitu yakin sih.” RP 3
“Tidak yakin, soalnya menurut saya ASI itu lebih banyak manfaatnya dibanding susu formula. Makanya saya gunakan sebagai pendamping saja. Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga kandunganya (Komposisi Susu Formula) semakin lengkap.” RP 4
“…Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga kandungannya semakin lengkap.” RP4
“… Bagus sih mbak, karena susu formula termasuk lengkap komposisinya.” RP5
“… Ya bagus ya tidak (susu formula), tergantung. Tapi ada juga yang hanya pakai susu formula juga sehat. Kan sekarang susu formula sudah lebih lengkap kandunganya dek. Itu yang dibilang tetangga sih dek.” RP6
“…Tapi sekarang kan sudah maju mbak, jadi memudahkan ibu kalau kesulitan memberikan ASI, bagus untuk mendukung pertumbuhan bayi.” RP7
Dari kutipan wawancara diatas diketahui bahwa iklan susu
formula sering menunjukkan propaganda (mempromosikan komposisi
susu formula yang semakin berkembang) terhadap masyarakat akan
yang menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan
paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula.
Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu
formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari
formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian
ASI eksklusif.
4.4 Hasil Data Pendukung
4.4.1 Data Pendukung Observasi Riset Partisipan 1 - 7
Observasi dilakukan peneliti setelah melakukan wawancara
dengan riset partisipan. Bersama dengan riset partisipan menelusuri
setiap bagian rumah dengan rata-rata waktu 3 - 5 menit. Dalam
penelusuran di rumah riset partisipan, hanya Riset partisipan kelima
yang ditemukan terdapat bungkus susu formula. Sedangkan riset
partisipan yang lain tidak ditemukan susu formula maupun
bungkusnya. Hanya saja para partisipan memilili televisi di rumah
masing – masing
Biskuit regal dan bubur terlihat di meja kamar semua
partisipan, dari keterangan yang ada mertua, orang tua maupun
suami yang membelikan untuk si bayi. Bertemu dengan suami riset
partisipan 1 - 7, peneliti menanyakan tentang ASI eksklusif,
komposisi ASI eksklusif, dan pemberian ASI eksklusif kepada semua
riset partisipan, dan menegaskan bahwa meraka tidak mengatahui
tentang ASI Eksklusif. Untuk menambah data observasi mengenai
mertua dan orang tua, peneliti bertemu dengan mertua dan orang
tua riset partisipan. Dari keterangan meraka memang menyarankan
karena orang tua dan mertua menganggap bayi sudah bisa makan,
menurut pegalaman mereka mengasuh anak dulu.
Peneliti pergi ke riset partisipan 8 (triangulasi sumber) untuk
mengobservasi tentang promosi kesehatan yang diberikan kepada
ibu – ibu menyusui. Dari penjelasan Ny. Y, sudah dilakukan promosi
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif di posyandu, dan Ny. Y
menyatakan tidak pernah menawarkan susu formula kepada para
ibu yang sedang menyusui.
4.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dan
member check.
1. Member Check
No. Member Check Waktu Tempat
1 Riset Partisipan 1 Senin, 8 Agustus 2016
Pukul 16.05 WIB Di rumah riset partisipan 1
2 Riset Partisipan 2 Senin, 8 Agustus 2016
Pukul 18.15 WIB Di rumah riset partisipan 2
3 Riset Partisipan 3 Selasa, 9 Agustus 2016
Pukul 15.30 WIB Di rumah riset partisipan 3
4 Riset Partisipan 4 Selasa, 9 Agustus 2016
Pukul 16.30 WIB Di rumah riset partisipan 4
5 Riset Partisipan 5 Rabu, 10 Agustus 2016
Pukul 07.15 WIB Di rumah riset partisipan 5
6 Riset Partisipan 6 Rabu, 10 Agustus 2016
Pukul 16.30 WIB Di rumah riset partisipan 6
7 Riset Partisipan 7 Kamis, 11 Agustus 2016
Pukul 10.15 WIB Di rumah riset partisipan 7
Tabel 1.9 Pelaksanaan Member check Riset Partisipan
Dengan membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah
partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Riset partisipan
mendengarkan rekaman dan membaca verbatim wawancara pada riset
partisipan satu. Selesai memeriksa rekaman dan verbatim datanya
sesuai riset partisipan satu menyetujui data tersebut.
2. Triangulasi Sumber
Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan memilih tenaga
kesehatan yaitu bidan desa. Peneliti melakukan wawancara terhadap
bidan menggunakan panduan wawancara yang berbeda dengan
panduan wawancara pada partisipan. Hal ini dilakukan peneliti untuk
melihat apakah yang diungkapkan partisipan mempunyai kesamaan
dengan apa yang diungkapkan bidan. Selain itu juga peneliti
menanyakan kembali pada bidan mengenai beberapa jawaban informan
yang peneliti anggap penting untuk di uji keabsahannya. Hasil dari
triangulasi sumber memiliki kesamaan. Bidan desa menyatakan bahwa
para ibu hanya mengetahui ASI tetapi tidak mengetahui tentang ASI
eksklusif. Bidan desa juga memberikan penyuluhan tentang ASI
eksklusif di posyandu dengan waktu yang singkat sehingga informasi
yang diterima para ibu kurang maksimal. Hal ini juga disampaikan para
riset partisipan yang mana hanya mengetahui ASI dan kurang
memahami tentang ASI eksklusif sehingga terpengaruh dalam
memberikan makanan pada bayi umur ≤ 6 bulan. Informasi dari bidan
desa juga menyatakan bahwa mertua dan/atau nenek bayi banyak
perintah mertua dan/atau nenek bayi untuk memberikan makanan
sebelum umur ≤ 6 bulan, karena mertua dan/atau nenek bayi lebih dekat
dan pernah mempunyai pengalaman dalam mengurus bayi. Dengan ini
sama dengan pernyataan para riset partisipan yang memberikan
makanan pada bayi sebelum umur 6 bulan karena mengikuti saran dari
mertua dan/atau nenek bayi. Bidan desa menyatakan susu formula
dapat didapatkan di kios-kios terdekat di dalam desa sesuai umur yang
diinginkan sehingga memberi kemudahan ibu untuk mendapatkannya
serta gencarnya iklan susu formula yang memberitakan komposisi susu
formula yang menyerupai ASI. Hal ini sama dengan pernyataan para
riset partisipan yang memberikan susu formula pada bayi sebelum umur
6 bulan karena menganggap komposisi susu formula mencukupi
kebutuhan bayi dan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup
tentang ASI eksklusif.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam pembahasan, peneliti akan mendiskusikan tentang tema
yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus untuk mengetahui
faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di desa Tegalombo,
Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Intepretasi hasil penelitian ini
dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil penelitan
4.6.1 Ketidaktahuan ibu tentang ASI Eksklusif
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif masih kurang. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum
memahami ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada
bayi umur 0 - 6 bulan. Serta mudah terpengaruh oleh saran dari
orang tua dan mertua karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga
ibu tidak bisa mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat
pemberian ASI eksklusif.
Menurut penelitian Susilawati & Maulina, R. (2014),
pengetahuan ada hubungan dengan penghambat pemberian ASI
eksklusif karena ibu yang memiliki pengetahuan yang baik
mendapatkan informasi yang banyak dibandingkan ibu yang
pengetahuannya kurang, sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan
yang kurang mendapatkan informasi yang sedikit dibandingkan ibu
yang memiliki pengetahuan yang baik. Sependapat dengan teori
Notoatmojo (2012), hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang
benar karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang
ASI eksklusif pada para ibu. Serta didukung dengan hasil penelitian
Fikawati & Ahmad (2012) tentang alasan terbanyak ibu
menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena merasa ASInya
kurang mencukupi kebutuhan bayi. Pada penelitian Raharjo (2015)
praktik ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai 6 bulan jika
jika tidak didasari dengan pengetahuan dan kesadaran yang tinggi
maka praktik dan perilaku tersebut tidak akan berhasil sampai 6
bulan penuh. Sehingga peneliti berpendapat bahwa semakin baik
pengetahuan ibu tentang ASI maka akan semakin baik pula praktik
pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai
6 bulan bila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi.
Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat
menghambat pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini terdapat
hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah
karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI
eksklusif pada para ibu. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui
berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk
dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya.
Satino & Setyorini (2014) dikota Surakarta dalam
penelitianya adapun pendidikan berkaitan dengan pengetahuan,
keterampilan dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan yang tinggi
akan mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bertindak dan
mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat
kedewasaan. Sedangkan riset partisipan menempuh pendidikan
maksimal SMA, yang mana pendidikan ASI eksklusif hanya didapat
saat promosi kesehatan di Posyandu. Pada dasarnya pengetahuan
ibu tentang komposisi ASI eksklusif akan mempengaruhi pola pikir
dalam mengambil keputusan dan tidak mudah terpengaruh oleh
pihak luar misal keluarga maupun iklan susu formula. Terlebih lagi
bahaya akan gangguan pencernaan akibat pemberian makanan
pada bayi umur dibawah 6 bulan. Pada saat di Posyandu bidan desa
memberikan penyuluhan ASI eksklusif dengan waktu yang singkat
sehingga riset partisipan kesulitan dalam menyerap ilmu yang
didapat.
4.6.2 Pengaruh Lingkungan (Keluarga)
Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup
besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif, karena
dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa
percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah
suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang
rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap
tindakan orang tua. Dalam kegiatan sehari-hari ibu menyusui dibantu
orangtua dalam hal menyiapkan kebutuhan makan, mencuci baju,
memandihkan bayi serta memberikan saran berdasarkan
pengalaman orangtua dalam membesarkan bayi termasuk memberi
makanan bayi sebelum umur 6 bulan. Selain itu tradisi yang
memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga
membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif
sampai bayi berumur 6 bulan. Dari hasil wawancara dengan
pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri
untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
Teori IDAI (2010) lingkungan keluarga merupakan lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui
secara eksklusif. Keluarga (suami, orangtua, mertua, ipar) perlu
diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian
keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami. Dalam
penelitian Susilawati & Maulina, R., (2014) suami perlu mengetahui
pentingnya pemberian ASI, jika semua mengetahui manfaat dari ASI
maka hal itu akan menjadi motivasi bagi suami untuk membantu ibu
demi kelancaran pemberian ASI. Dukungan keluarga ada hubungan
dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang
mendapatkan dukungan dari keluarga akan merasakan keputusan
yang diambil oleh ibu untuk memberikan ASI eksklusif didukung oleh
keluarga, sehingga ibu termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif
dan membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai
dengan penelitian Raharjo (2015), keluarga yang tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri
untuk memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan.
Peneliti berpendapat bahwa keluarga yang tidak mendukung
untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
Dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa
percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah
suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang
rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap
tindakan orang tua. Selain itu tradisi yang memberikan makanan
turun temurun dilakukan dalam keluarga membuat ibu tidak bertahan
untuk terus memberi ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
4.6.3 Iklan Susu Formula
Diketahui bahwa iklan susu formula sering menunjukkan
propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang
menyerupai ASI. Hal ini diketahui dalam hasil penelitian bahwa ada
beberapa partisipan mengalami perubahan paradigma atau cara
pandang terhadap produk susu formula. Propaganda tersebut
seringkali berupa klaim bahwa produk susu formula mempunyai
kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari iklan susu tersebut
mempengaruhi masyarakat untuk menerima susu formula bayi
sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian ASI
eksklusif. Dari hasil pengamatan peneliti, riset partisipan
dimudahkan dalam pembelian susu formula dari segi harga yang
mana ada kemasan kecil yang harganya terjangkau. Sehingga riset
bisa membeli susu formula yang digunakan sebagai pendamping
ASI.
Hasil ini didukung dengan penelitian Sartono (2013) adanya
salah satu faktor yang berperan dalam menunjang ASI eksklusif
adalah produsen susu formula. Keterlibatan produsen susu formula
dapat mewarnai pencapaian pemberian ASI eksklusif dapat dilacak
pada tersedianya iklan susu formula di media elektronik. Ditambah
lagi dengan penelitian Raharjo (2015) menyatakan bahwa produsen
susu formula bayi melalui tenaga marketingnya seringkali melakukan
propaganda kepada dokter atau bidan atau tenaga kesehatan terkait.
Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu
yang mereka ciptakan mempunyai kandungan hampir menyerupai
ASI.
Diyakini bahwa iklan susu formula sering menunjukkan
propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang
menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan
paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula.
Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu
formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari
iklan susu tersebut mempengaruhi partisipan untuk menerima susu
formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat
4.7 Kekurangan Penelitian .
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya meneliti
penghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di desa
Tegalombo dari sudut pandang ibu dengan sampel 7 ibu menyusui
dengan usia bayi lebih dari 6 bulan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya
dari tenaga kesehatan (bidan desa) dan keluarga. Serta menambah