• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB IV"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1.2 Peta Desa Tegalomo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati Sumber: Https://www.google.co.uk/maps/place/Tegalombo,+Dukuhseti,Pati 2017

Desa Tegalombo merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Desa Tegalombo termasuk

daerah pinggir pantai, dan persawahan. Desa yang terletak di kawasan

ujung utara Kabupaten Pati ini termasuk Desa yang banyak

mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang kehidupan

masyarakat, sesuai dengan namanya “Tegal” atau dalam bahasa

Indonesia disebut “ladang”, dan “ombo” yang berarti luas. Jadi bisa

diartikan bila Tegalombo mempunyai makna ladang yang luas. Tetapi

ada juga sebagian masyarakat yang pekerjaannya peternak ikan dan : Batas Desa Tegalombo

(2)

nelayan. Jumlah penduduk 6800 jiwa, terbagi menjadi 3 dukuh yaitu

Dukuh Tegalombo Krajan, Margorejo, dan Tawangrejo.

Peneliti memilih desa Tegalombo dikarenakan terdapat bayi di

bawah umur 6 bulan sudah diberi makanan pendamping ASI serta

terdapat kasus diare pada bayi dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi

ASI eksklusif. Informasi dari kepala desa pekerjaan ibu – ibu di desa

Tegalombo merupakan buruh tani dan ibu rumah tangga. Sehingga

dalam masa setelah melahirkan dan menyusui dapat meluangkan waktu

tanpa ada tuntutan jam kerja. Akan tetapi masih terdapat kasus bayi

dibawah umur 6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif.

4.2 Proses Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap dalam proses

penelitian. Tahap-tahap tersebut meliputi: tahap pembuatan surat, tahap

penentuan informan, dan tahap pengumpulan data dari informan.

4.2.1 Tahap Pembuatan Surat Ijin Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa

hal yang nantinya mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama

yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan surat-surat yang

nantinya diperlukan pada saat penelitian, seperti surat pengantar

dari Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Kristen Satya Wacana (FIK UKSW) Salatiga, dan surat persetujuan

(3)

Pati. Setelah semua surat sudah dipersiapkan, peneliti berangkat

ketempat penelitian.

4.2.2 Penentuan Informan

Lokasi penelitian peneliti, masih berada di daerah Jawa Tengah,

yaitu di Desa Tegalombo. Pada tanggal 24 Agustus 2016 peneliti

membawa dan memberi surat izin penelitian di Kantor Penelitian dan

Pengembangan Kabupaten Pati. Setelah mendapatkan surat izin

maka pada tanggal 1 - 7 September 2016 peneliti berangkat ke

tempat penelitian. Peneliti memilih partisipan sesuai dengan kriteria

yang telah peneliti buat sebelumnya.

4.2.3 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara

untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu, peneliti menyiapkan

panduan wawancara yang telah peneliti buat sebelumnya. Selain itu,

peneliti juga menyiapkan informed consent yang berisi surat

penjelasan penelitian dan surat persetujuan menjadi partisipan.

Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan smart phone

sebagai alat untuk merekam apa yang diwawancarai atau data-data

yang berasal dari partisipan.

4.2.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 2 September 2016

setelah mendapatkan izin penelitian oleh Kepala Kantor Penelitian

(4)

1. Partisipan 1

Hari /Tanggal Wawancara

Waktu Keterangan

Jumat, 2 September 2016

07.37 – 08.30  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

informed consent  Proses wawancara Tabel 1.2 Pelaksanaan interview riset partisipan 1

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan pertama yaitu

ibu W dirumah partisipan. Bersama dengan ibu Karsini salah satu

warga desa Tegalombo sebagai penerjemah bahasa jawa sekalian

penunjuk jalan. Peneliti membawa ibu Karsini dikarenakan peneliti

kurang lancar berbahasa Jawa. Sebelum melakukan wawancara

peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah

mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan

bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti

melanjutkan dengan memberi penjelasan penelitian dan

penandatanganan informed consent.

2. Partisipan 2

Hari /Tanggal Wawancara

Waktu Keterangan

Sabtu, 3 September 2016

09.00 - 09.45  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

(5)

Hari kedua peneliti menuju ke rumah ibu E. Sebelum melakukan

wawancara peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

Kemudian menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan untuk

dilakukan wawancara. Partisipan menyatakan malu untuk

diwawancarai, tetapi dengan negosiasi antara peneliti dengan

partisipan, sehingga partisipan mau diwawancarai. Kemudian

peneliti melanjutkan dengan penandatanganan informed consent.

3. Partisipan 3

Hari /Tanggal Wawancara

Waktu Keterangan

Minggu, 4 September 2016

08.00 - .09.01  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

informed consent  Proses wawancara Tabel 1.4 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 3

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketiga yaitu

ibu Sh dirumah partisipan. Peneliti datang ke rumah ibu Sh pada

saat ibu Sh sedang menonton televisi. Ibu Sh menanyakan maksud

kedatangan peneliti, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian. Peneliti menanyakan terlebih dahulu kesediaan

partisipan apakah mau untuk diwawancara atau tidak, dan partisipan

menyatakan bahwa partisipan bersedia untuk diwawancara.

Dilanjutkan dengan penandatanganan informed consent sebagai

(6)

4. Partisipan 4 Tabel 1.5 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 4

Hari keempat Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan

yaitu ibu Sn dirumah partisipan. Saat peneliti datang kerumah ibu

Sn, posisi ibu Sn sedang menyapu halaman rumah sehingga peneliti

menunggu hingga pekerjaan ibu Sn selesai. Setelah itu peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian diruang tamu. Ibu Sn

bersedia untuk diwawancarai. Kemudian peneliti melanjutkan

dengan penandatanganan informed consent. Setelah proses

wawancara dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan

terima kasih karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia

untuk diwawancara.  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

(7)

Hari kelima peneliti kembali melakukan pengumpulan data

bersama ibu karsini karena partisipan masih kerabat dekat ibu

karsini. Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan kelima

yaitu ibu Snt dirumah partisipan. Saat peneliti datang ketempat

partisipan, ibu Snt sementara menyuapi anaknya. Peneliti kemudian

langsung menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan peneliti yaitu

untuk melakukan penelitian. Setelah itu peneliti bertanya apakah ibu

Snt bersedia untuk diwawancara, ibu Snt mengatakan bahwa dia

mau diwawancara. Dilanjutkan dengan penandatanganan informed

consent sebagai legalitas persetujuan wawancara.

6. Partisipan 6

Hari /Tanggal Wawancara

Waktu Keterangan

Rabu, 7 September 2016

09.10 – 10.20  Mengucapkan salam  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

informed consent  Proses wawancara Tabel 1.7 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 6

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan keenam yaitu

ibu Rh dirumah partisipan. Peneliti datang kerumah ibu Rh saat ibu

Rh mau berangkat ke sawah, sehingga peneliti melakukan kontrak

waktu untuk bertemu kembali pada malam hari. Malam harinya

peneliti datang lagi ke rumah ibu Rh, dan menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian, dan ibu Rh bersedia untuk diwawancara.

Kemudian dilanjutkan penandatanganan informed consent sebagai

(8)

7. Partisipan 7  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

informed consent  Proses wawancara Tabel 1.8 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 7

Peneliti menambah partisipan ketujuh dalam pengambilan data.

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan ketujuh yaitu ibu

Pr dirumah partisipan. Pada pagi hari peneliti bertemu dengan ibu Pr

dijalan kemudian peneliti mengadakan kontrak waktu untuk

melakukan wawancara. Sebelum melakukan wawancara peneliti

menanyakan terlebih dahulu kesediaan partisipan apakah mau untuk

diwawancara atau tidak, dan partisipan menyatakan bahwa

partisipan bersedia untuk diwawancara. Kemudian peneliti

melanjutkan dengan memberi penjelasan penelitian dan

penandatanganan informed consent. Setelah proses wawancara

dengan partisipan selesai, peneliti pun mengucapkan terima kasih

karena telah bersedia menjadi partisipan dan bersedia untuk

diwawancara.

8. Partisipan 8 (triangulasi sumber)

Hari /Tanggal  Penjelasan penelitian  Penandatanganan

(9)

T

Tabel 1.9 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 8

Peneliti melakukan proses wawancara Ny. Y pada hari Jumat

tgl 8 September 2016 dirumah partisipan. Sebelum melakukan

wawancara peneliti bertemu di Puskesmas Dukuhseti Kabupaten

Pati setelah itu peneliti dan partisipan 8 melakukan kontrak waktu

untuk melakukan wawancara karena pada saat itu partisipan 8

masih melakukan tugas pekerjaannya. Peneliti dan partisipan 8

bertemu dirumah untuk melakukan proses wawancara, sebelum

wawancara dimulai peneliti mengucapkan terima kasih karena

partisipan bersedia menjadi riset partisipan penelitian dan

menjelaskan informed consent. Setelah melakukan wawancara

peneliti melakukan perjanjian dengan partisipan untuk menentukan

jadwal pertemuan selanjutnya apabila ada data-data yang kurang,

sehingga peneliti bisa datang kembali untuk melakukan wawancara.

4.2.5 Karakteristik Riset Partisipan

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang ibu

menyusui di RW II Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten

Pati - Jawa Tengah, Ibu menyusui pada usia bayi ≥ 6 Bulan , ibu

menyusui pada bayi kelahiran bayi 01 Januari 2014 - 30 Januari 2016.

1. Karakteristik Riset Partisipan 1 Nama : Ny. W

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun

(10)

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan merupakan anak pertama dari dua

bersaudara. Masing-masing sudah berkeluarga dan hidup

terpisah-pisah. Partisipan mempunyai 3 orang anak yaitu perempuan yang

berusia 11 tahun dan laki-laki yang berusia 1 tahun 2 bulan dan

sekarang partisipan dalam masa kandungan 6 bulan. Partisipan

merupakan orang yang terbuka, hal ini terlihat selama proses

wawancara dimana partisipan dapat menjawab pertanyaan tiap

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti walau kadang partisipan

terlihat bingung dengan maksud dari pertanyaan yang diberikan, hal

ini karena peneliti dalam wawancara menggunakan penerjemah

karena partisipan menggunakan bahasa Jawa dan peneliti sendiri

kurang menguasai bahasa Jawa. Walaupun begitu proses

wawancara dapat berjalan dengan baik.

2. Karakteristik Riset Partisipan 2 Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 20 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset Partisipan 2 bernama Ny. E, merupakan seorang ibu

rumah tangga yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Ny. E memiliki 2 orang anak, anak pertama perempuan

(11)

memulai proses wawancara Ny. E terlihat gugup, hal ini karena

nyonya E mengatakan bahwa dia belum pernah diwawancara

sebelumnya. Tetapi peneliti berusaha menenangkan agar Ny. E

tidak gugup dan bersikap santai, Peneliti juga memberi jeda sedikit

agar pasien bisa lebih tenang, hal ini dilakukan agar proses

wawancara dapat berjalan dengan baik. Setelah Ny. E lebih tenang

dan mengatakan bahwa dia sudah siap, maka peneliti mulai

melakukan wawancara.

3. Karakteristik Riset Partisipan 3 Nama : Ny. Sh

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan hidup terpisah dengan orangtuanya. Dan

sekarang riset partisipan tinggal bersama suami dan kedua orang

anaknya yang berusia masing-masing 7 dan 2 tahun. Dari semua

partisipan hanya Ny. Sh yang menempuh penddikan sampai

Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) yang setingkat dengan

Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat proses wawancara

berlangsung Ny. Sh terlihat tenang dalam menjawab pertanyaan,

sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik walaupun

kadang Ny. Sh menanyakan kembali kepada peneliti jikalau ada

(12)

4. Karakteristik Riset Partisipan 4 Nama : Ny. Sn

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 24 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara. Kakak dan adik partisipan tinggal bersama dengan

orangtua dan terpisah dari partisipan. Riset partisipan adalah orang

yang ceria dan terbuka, hal ini terlihat pada saat wawancara

berlangsung partisipan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang ada tanpa ragu walaupun pertanyaannya ada yang bersifat

pribadi, sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan baik.

5. Karakteristik Riset Partisipan 5 Nama : Ny. Snt

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 27 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Ny. Snt seorang ibu rumah tangga dengan suami bekerja sebagai

sopir travel antar kota. Keseharian Ny. Snt hanya mengurusi rumah

saat suami bekerja. Ny. Snt merupakan anak ketiga dari 4

bersaudara. Ny. Snt tinggal bersama dengan suami dan orangtua

dan anaknya. Dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA),

Ny. Snt seorang yang ramah dan terbuka pada peneliti. Ny. Snt

(13)

pertama. Selama menyusui bayi ny. Snt kesusahan dikarenakan

putting susu tidak menonjol sehingga beliau berinisiatif memompa

ASI dengan bantuan alat. Sehingga bayi diberikan susu formula

sebelum umur 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan ASI.

6. Karakteristik Riset Partisipan 6 Nama : Ny. Rh

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara. Partisipan tinggal terpisah dengan orang tua. Ketika

peneliti datang untuk melakukan proses wawancara peneliti

disambut dengan baik oleh partisipan. Peneliti sangat ramah dan

juga sangat antusias sehingga mendukung proses wawancara

berjalan dengan baik.

7. Karakteristik Riset Partisipan 7 Nama : Ny. Pr

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 30 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Nikah

Riset partisipan tujuh tinggal bersama orang tuanya bersama

anak dan suaminya. Dengan lulusan pendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA), Ny. Pr bekerja sebagai ibu rumah tangga. Riset

(14)

pertama dalam jenjang pendidikan kelas 3 Sekolah Dasar. Dalam

hal menyusui Ny. Pr tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayi

hingga umur 6 bulan. Karena Ny. Pr memberikan bubur pada bayi

sebagai makanan pendamping ASI sebelum 6 bulan.

8. Karakteristik Riset Partisipan 8 (Triangulasi Sumber) Nama : Ny. Y

Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 32 tahun Pekerjaan : Bidan Status : Nikah

Riset partisipan merupakan tenaga kesehatan di Puskesmas

Dukuhseti Kabupaten Pati. Latar belakang Ny. Y mempunyai

perbedaan dengan latar belakang riset partisipan yang lain. Peneliti

mengambil riset partisipan 8 karena Ny.Y merupakan bidan desa

Tegalombo yang menangani kelahiran partisipan yang diambil

peneliti serta menjadi petugas posyandu di RW 2 desa Tegalombo

Kecamatan Dukuhseti – Pati. Sehingga Ny. Y memantau

pertumbuhan bayi dari partisipan yang peneliti ambil. Selain itu

setiap bayi sakit partisipan membawa ke Ny. Y untuk berobat dan

memeriksakan kesehatan.

4.3 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor penghambat

pemberian ASI eksklusif di Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti,

Kabupaten Pati. Dari hasil analisis tema berdasarkan kategori dapat terlihat

(15)

merupakan faktor – faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di Desa

Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati:

4.3.1 Ketidaktahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif

Dalam ungkapan partisipan tentang pengertian ASI eksklusif

masih kurang. Hal ini terungkap dari ketujuh partisipan dalam kutipan

wawancara sebagai berikut:

“Belum mbak, Kalau yang anak ke dua ini umur mendekati 6 bulan baru makan bubur, karena saya merasa umurnya sudah cukup untuk diberi makan bubur.” (RP1)

“Tidak tahu mbak (Tentang ASI Eksklusif), karena menurut saya sudah bisa makan, jadi saya kasih bubur sama camilan (Biskuit)”. (RP2)

(16)

“Sudah, tapi saya beri makanan lain juga. Pernah dulu yang bayi pertama, bubur dan buah-buahan. Karena saya merasa anaknya bisa makan, jadi saya kasih. “ (RP3)

“Saya hanya memberikan selama 3 bulan dan kemudian di tambah dengan susu formula sampai umur 6 bulan. Menurut saya belum cukup soalnya bayi saya biasanya menangis walaupun sudah diberi ASI jadi ya kemudian dikasih susu formula.” (RP4)

“Kurang tahu saya mbak (ASI Eksklusif). Saya memberikan ASI lebih dari 6 bulan. Tapi sudah saya berikan roti regal pas umur 5 bulan. Dari tetangga bilang kalau umur 5 bulan bayi sudah bisa makan, roti regal juga bagus untuk makanan bayi katanya. Ya saya berikan mbak.” (RP5)

“Waktu umur 5 bulanan mbak sudah memasukkan mainan ke dalam mulutnya. Jadi saya berikan roti di warung dek. Saat melahirkan di bidan di kasih penyuluhan, terus pas pergi ke posyandu. Tapi tahunya ya ASI saja. Belum mengerti tentang ASI Eksklusif. Paling waktu jalan-jalan keluar rumah supaya si bayi tidak rewel saya kasih roti

Pernyataan tersebut diatas menunjukkan ketidaktahuan ibu

tentang ASI eksklusif. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum memahami

ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada bayi sebelum

umur 0-6 bulan. Serta terpengaruh oleh saran dari tetangga dalam hal

memberikan makanan pada bayi sebelum waktunya setelah 6 bulan,

hal ini karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga ibu tidak bisa

mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat pemberian ASI

(17)

bertindak dan mengambil keputusan. Sedangkan riset partisipan paling

tinggi berpendidikan setara SMA, yang mana pengetahuan tentang

ASI eksklusif hanya didapa dari bidan desa yang melakukan promosi

kesehatan di Posyandu.

4.3.2 Pengaruh Lingkungan (Keluarga)

Sub tema

(18)

Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Berikut merupakan

pernyataan beberapa partisipan:

“Kurang tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif) dan mengingatkan (untuk menyusui) saja biasanya pas bayi menangis.” RP4

“Tidak tahu mbak (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif), Mengajari menyusui (orang tua), karena mereka kan sudah pernah mbak, Menyarankan roti regal tadi untuk cemilan bayi. Karena umur 5 bulan sudah bisa makan.” RP5

Kalau kayak gitu ya gak tahu lah dek (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif) saya saja belum terlalu paham. Orang tua saya menyarankan untuk bayi dikasih bubur sama roti, waktu itu umur 4/5 bulan supaya ibu tidak kewalahan dalam menyusui.” RP6

“Kurang tau (pengetahuan suami tentang ASI eksklusif). Kalau mertua si pernah bilang kalau anaknya kurang kenyang kasih bubur saja kalau umurnya sudah cukup. Saat usia 5 bulan sudah saya kasih susu formula sama bubur sun.” RP7

Dari hasil kutipan wawancara dengan partisipan didapatkan bahwa

orang tua dan mertua partisipan yang tidak mendukung pemberian ASI

eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri untuk memberikan ASI

eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan. Dukungan keluarga sangat

besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri ibu. Anggota keluarga

yang biasanya berperan adalah suami, orang tua (nenek bayi) dan

mertua. Pengetahuan suami yang rendah terhadap ASI eksklusif

membuat suami pasrah terhadap tindakan orang tua. Selain itu tradisi

yang memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga

(19)

bayi berumur 6 bulan. Dari observasi yang dilakukan peneliti ditemukan

bahwa mertua dan orangtua partisipan lebih fasih dalam merawat bayi

dibandingkan dengan partisipan yang masih membutuhkan bantuan

dalam merawat bayi. Kepatuhan partisipan karena partisipan dulu

pernah dirawat orangtua hingga dewasa, sehingga menganggap

orangtua atau mertua lebih berpengalaman dalam merawat bayi.

4.3.3 Iklan Susu Formula

Berikut pernyataan-pernyataan dari beberapa partisipan yang

(20)

“Kalau menurut saya pribadi lebih kuat (lebih bagus menggunakan ASI) ke ASInya ya, kalau menurut saya ya bagus-bagus saja (susu Formula) ...” RP 1

“Tidak yakin, karena ASI kayaknya lebih tinggi gizinya ya (lebih lengkap komposisi ASI), Menurut saya tidak bagus susu formula.” RP 2

“Menurut saya kayaknya tidak bagus, Tidak begitu yakin sih.” RP 3

“Tidak yakin, soalnya menurut saya ASI itu lebih banyak manfaatnya dibanding susu formula. Makanya saya gunakan sebagai pendamping saja. Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga kandunganya (Komposisi Susu Formula) semakin lengkap.” RP 4

“…Menurut saya tidak bagus, kalau untuk pendamping saja menurut saya tidak masalah katanya susu formula juga kandungannya semakin lengkap.” RP4

“… Bagus sih mbak, karena susu formula termasuk lengkap komposisinya.” RP5

“… Ya bagus ya tidak (susu formula), tergantung. Tapi ada juga yang hanya pakai susu formula juga sehat. Kan sekarang susu formula sudah lebih lengkap kandunganya dek. Itu yang dibilang tetangga sih dek.” RP6

“…Tapi sekarang kan sudah maju mbak, jadi memudahkan ibu kalau kesulitan memberikan ASI, bagus untuk mendukung pertumbuhan bayi.” RP7

Dari kutipan wawancara diatas diketahui bahwa iklan susu

formula sering menunjukkan propaganda (mempromosikan komposisi

susu formula yang semakin berkembang) terhadap masyarakat akan

yang menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan

paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula.

Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu

formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari

(21)

formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian

ASI eksklusif.

4.4 Hasil Data Pendukung

4.4.1 Data Pendukung Observasi Riset Partisipan 1 - 7

Observasi dilakukan peneliti setelah melakukan wawancara

dengan riset partisipan. Bersama dengan riset partisipan menelusuri

setiap bagian rumah dengan rata-rata waktu 3 - 5 menit. Dalam

penelusuran di rumah riset partisipan, hanya Riset partisipan kelima

yang ditemukan terdapat bungkus susu formula. Sedangkan riset

partisipan yang lain tidak ditemukan susu formula maupun

bungkusnya. Hanya saja para partisipan memilili televisi di rumah

masing – masing

Biskuit regal dan bubur terlihat di meja kamar semua

partisipan, dari keterangan yang ada mertua, orang tua maupun

suami yang membelikan untuk si bayi. Bertemu dengan suami riset

partisipan 1 - 7, peneliti menanyakan tentang ASI eksklusif,

komposisi ASI eksklusif, dan pemberian ASI eksklusif kepada semua

riset partisipan, dan menegaskan bahwa meraka tidak mengatahui

tentang ASI Eksklusif. Untuk menambah data observasi mengenai

mertua dan orang tua, peneliti bertemu dengan mertua dan orang

tua riset partisipan. Dari keterangan meraka memang menyarankan

(22)

karena orang tua dan mertua menganggap bayi sudah bisa makan,

menurut pegalaman mereka mengasuh anak dulu.

Peneliti pergi ke riset partisipan 8 (triangulasi sumber) untuk

mengobservasi tentang promosi kesehatan yang diberikan kepada

ibu – ibu menyusui. Dari penjelasan Ny. Y, sudah dilakukan promosi

kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif di posyandu, dan Ny. Y

menyatakan tidak pernah menawarkan susu formula kepada para

ibu yang sedang menyusui.

4.5 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi dan

member check.

1. Member Check

No. Member Check Waktu Tempat

1 Riset Partisipan 1 Senin, 8 Agustus 2016

Pukul 16.05 WIB Di rumah riset partisipan 1

2 Riset Partisipan 2 Senin, 8 Agustus 2016

Pukul 18.15 WIB Di rumah riset partisipan 2

3 Riset Partisipan 3 Selasa, 9 Agustus 2016

Pukul 15.30 WIB Di rumah riset partisipan 3

4 Riset Partisipan 4 Selasa, 9 Agustus 2016

Pukul 16.30 WIB Di rumah riset partisipan 4

5 Riset Partisipan 5 Rabu, 10 Agustus 2016

Pukul 07.15 WIB Di rumah riset partisipan 5

6 Riset Partisipan 6 Rabu, 10 Agustus 2016

Pukul 16.30 WIB Di rumah riset partisipan 6

7 Riset Partisipan 7 Kamis, 11 Agustus 2016

Pukul 10.15 WIB Di rumah riset partisipan 7

Tabel 1.9 Pelaksanaan Member check Riset Partisipan

Dengan membawa hasil rekaman suara dan verbatim yang telah

(23)

partisipan apabila ada data-data yang tidak sesuai. Riset partisipan

mendengarkan rekaman dan membaca verbatim wawancara pada riset

partisipan satu. Selesai memeriksa rekaman dan verbatim datanya

sesuai riset partisipan satu menyetujui data tersebut.

2. Triangulasi Sumber

Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan memilih tenaga

kesehatan yaitu bidan desa. Peneliti melakukan wawancara terhadap

bidan menggunakan panduan wawancara yang berbeda dengan

panduan wawancara pada partisipan. Hal ini dilakukan peneliti untuk

melihat apakah yang diungkapkan partisipan mempunyai kesamaan

dengan apa yang diungkapkan bidan. Selain itu juga peneliti

menanyakan kembali pada bidan mengenai beberapa jawaban informan

yang peneliti anggap penting untuk di uji keabsahannya. Hasil dari

triangulasi sumber memiliki kesamaan. Bidan desa menyatakan bahwa

para ibu hanya mengetahui ASI tetapi tidak mengetahui tentang ASI

eksklusif. Bidan desa juga memberikan penyuluhan tentang ASI

eksklusif di posyandu dengan waktu yang singkat sehingga informasi

yang diterima para ibu kurang maksimal. Hal ini juga disampaikan para

riset partisipan yang mana hanya mengetahui ASI dan kurang

memahami tentang ASI eksklusif sehingga terpengaruh dalam

memberikan makanan pada bayi umur ≤ 6 bulan. Informasi dari bidan

desa juga menyatakan bahwa mertua dan/atau nenek bayi banyak

(24)

perintah mertua dan/atau nenek bayi untuk memberikan makanan

sebelum umur ≤ 6 bulan, karena mertua dan/atau nenek bayi lebih dekat

dan pernah mempunyai pengalaman dalam mengurus bayi. Dengan ini

sama dengan pernyataan para riset partisipan yang memberikan

makanan pada bayi sebelum umur 6 bulan karena mengikuti saran dari

mertua dan/atau nenek bayi. Bidan desa menyatakan susu formula

dapat didapatkan di kios-kios terdekat di dalam desa sesuai umur yang

diinginkan sehingga memberi kemudahan ibu untuk mendapatkannya

serta gencarnya iklan susu formula yang memberitakan komposisi susu

formula yang menyerupai ASI. Hal ini sama dengan pernyataan para

riset partisipan yang memberikan susu formula pada bayi sebelum umur

6 bulan karena menganggap komposisi susu formula mencukupi

kebutuhan bayi dan tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup

tentang ASI eksklusif.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan, peneliti akan mendiskusikan tentang tema

yang sudah didapatkan dari penelitian yang berfokus untuk mengetahui

faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di desa Tegalombo,

Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati. Intepretasi hasil penelitian ini

dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil penelitan

(25)

4.6.1 Ketidaktahuan ibu tentang ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif masih kurang. Ini dibuktikan bahwa ibu yang belum

memahami ASI eksklusif akan mudah memberikan makanan kepada

bayi umur 0 - 6 bulan. Serta mudah terpengaruh oleh saran dari

orang tua dan mertua karena kurangnya pengetahuan ibu sehingga

ibu tidak bisa mempertimbangkan hal-hal yang harus dihindari saat

pemberian ASI eksklusif.

Menurut penelitian Susilawati & Maulina, R. (2014),

pengetahuan ada hubungan dengan penghambat pemberian ASI

eksklusif karena ibu yang memiliki pengetahuan yang baik

mendapatkan informasi yang banyak dibandingkan ibu yang

pengetahuannya kurang, sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan

yang kurang mendapatkan informasi yang sedikit dibandingkan ibu

yang memiliki pengetahuan yang baik. Sependapat dengan teori

Notoatmojo (2012), hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang

benar karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang

ASI eksklusif pada para ibu. Serta didukung dengan hasil penelitian

Fikawati & Ahmad (2012) tentang alasan terbanyak ibu

menghentikan pemberian ASI Eksklusif karena merasa ASInya

kurang mencukupi kebutuhan bayi. Pada penelitian Raharjo (2015)

praktik ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai 6 bulan jika

(26)

jika tidak didasari dengan pengetahuan dan kesadaran yang tinggi

maka praktik dan perilaku tersebut tidak akan berhasil sampai 6

bulan penuh. Sehingga peneliti berpendapat bahwa semakin baik

pengetahuan ibu tentang ASI maka akan semakin baik pula praktik

pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif ini dapat berlangsung sampai

6 bulan bila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran yang tinggi.

Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat

menghambat pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini terdapat

hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah

karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI

eksklusif pada para ibu. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui

berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk

dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya.

Satino & Setyorini (2014) dikota Surakarta dalam

penelitianya adapun pendidikan berkaitan dengan pengetahuan,

keterampilan dan aspek kelakuan yang lain. Pendidikan yang tinggi

akan mempengaruhi pola pikir seseorang untuk bertindak dan

mengambil keputusan yang sebaik-baiknya sehingga muncul sifat

kedewasaan. Sedangkan riset partisipan menempuh pendidikan

maksimal SMA, yang mana pendidikan ASI eksklusif hanya didapat

saat promosi kesehatan di Posyandu. Pada dasarnya pengetahuan

ibu tentang komposisi ASI eksklusif akan mempengaruhi pola pikir

(27)

dalam mengambil keputusan dan tidak mudah terpengaruh oleh

pihak luar misal keluarga maupun iklan susu formula. Terlebih lagi

bahaya akan gangguan pencernaan akibat pemberian makanan

pada bayi umur dibawah 6 bulan. Pada saat di Posyandu bidan desa

memberikan penyuluhan ASI eksklusif dengan waktu yang singkat

sehingga riset partisipan kesulitan dalam menyerap ilmu yang

didapat.

4.6.2 Pengaruh Lingkungan (Keluarga)

Dukungan keluarga merupakan faktor eksternal yang cukup

besar pengaruhnya terhadap keberhasilan ASI eksklusif, karena

dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa

percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah

suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang

rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap

tindakan orang tua. Dalam kegiatan sehari-hari ibu menyusui dibantu

orangtua dalam hal menyiapkan kebutuhan makan, mencuci baju,

memandihkan bayi serta memberikan saran berdasarkan

pengalaman orangtua dalam membesarkan bayi termasuk memberi

makanan bayi sebelum umur 6 bulan. Selain itu tradisi yang

memberikan makanan turun temurun dilakukan dalam keluarga

membuat ibu tidak bertahan untuk terus memberi ASI eksklusif

sampai bayi berumur 6 bulan. Dari hasil wawancara dengan

(28)

pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri

untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.

Teori IDAI (2010) lingkungan keluarga merupakan lingkungan

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui

secara eksklusif. Keluarga (suami, orangtua, mertua, ipar) perlu

diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan

keluarga agar ibu berhasil menyusui secara eksklusif. Bagian

keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap

keberhasilan dan kegagalan menyusui adalah suami. Dalam

penelitian Susilawati & Maulina, R., (2014) suami perlu mengetahui

pentingnya pemberian ASI, jika semua mengetahui manfaat dari ASI

maka hal itu akan menjadi motivasi bagi suami untuk membantu ibu

demi kelancaran pemberian ASI. Dukungan keluarga ada hubungan

dengan penghambat pemberian ASI eksklusif karena ibu yang

mendapatkan dukungan dari keluarga akan merasakan keputusan

yang diambil oleh ibu untuk memberikan ASI eksklusif didukung oleh

keluarga, sehingga ibu termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif

dan membantu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai

dengan penelitian Raharjo (2015), keluarga yang tidak mendukung

pemberian ASI eksklusif dapat membuat ibu hilang percaya diri

untuk memberikan ASI sampai bayi berumur 6 bulan.

Peneliti berpendapat bahwa keluarga yang tidak mendukung

(29)

untuk memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.

Dukungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap rasa

percaya diri ibu. Anggota keluarga yang biasanya berperan adalah

suami, orang tua (nenek bayi) dan mertua. Pengetahuan suami yang

rendah terhadap ASI eksklusif membuat suami pasrah terhadap

tindakan orang tua. Selain itu tradisi yang memberikan makanan

turun temurun dilakukan dalam keluarga membuat ibu tidak bertahan

untuk terus memberi ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.

4.6.3 Iklan Susu Formula

Diketahui bahwa iklan susu formula sering menunjukkan

propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang

menyerupai ASI. Hal ini diketahui dalam hasil penelitian bahwa ada

beberapa partisipan mengalami perubahan paradigma atau cara

pandang terhadap produk susu formula. Propaganda tersebut

seringkali berupa klaim bahwa produk susu formula mempunyai

kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari iklan susu tersebut

mempengaruhi masyarakat untuk menerima susu formula bayi

sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat pemberian ASI

eksklusif. Dari hasil pengamatan peneliti, riset partisipan

dimudahkan dalam pembelian susu formula dari segi harga yang

mana ada kemasan kecil yang harganya terjangkau. Sehingga riset

(30)

bisa membeli susu formula yang digunakan sebagai pendamping

ASI.

Hasil ini didukung dengan penelitian Sartono (2013) adanya

salah satu faktor yang berperan dalam menunjang ASI eksklusif

adalah produsen susu formula. Keterlibatan produsen susu formula

dapat mewarnai pencapaian pemberian ASI eksklusif dapat dilacak

pada tersedianya iklan susu formula di media elektronik. Ditambah

lagi dengan penelitian Raharjo (2015) menyatakan bahwa produsen

susu formula bayi melalui tenaga marketingnya seringkali melakukan

propaganda kepada dokter atau bidan atau tenaga kesehatan terkait.

Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu

yang mereka ciptakan mempunyai kandungan hampir menyerupai

ASI.

Diyakini bahwa iklan susu formula sering menunjukkan

propaganda terhadap masyarakat akan kandungan gizinya yang

menyerupai ASI. Sehingga partisipan mengalami perubahan

paradigma atau cara pandang terhadap produk susu formula.

Propaganda tersebut seringkali berupa klaim bahwa produk susu

formula mempunyai kandungan yang hampir menyerupai ASI. Dari

iklan susu tersebut mempengaruhi partisipan untuk menerima susu

formula bayi sebagai suatu pilihan dan dapat menghambat

(31)

4.7 Kekurangan Penelitian .

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya meneliti

penghambat pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0 – 6 bulan di desa

Tegalombo dari sudut pandang ibu dengan sampel 7 ibu menyusui

dengan usia bayi lebih dari 6 bulan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut dengan sudut pandang yang berbeda. Misalnya

dari tenaga kesehatan (bidan desa) dan keluarga. Serta menambah

Gambar

Gambar 1.2 Peta Desa Tegalomo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati
Tabel 1.2 Pelaksanaan interview riset partisipan 1
Tabel 1.4 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 3
Tabel 1.5 Pelaksanaan Interview Riset Partisipan 4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan komponen teknologi PTT padi sebelum dilakukan pendampingan yang selalu menggunakan varietas unggul baru padi masih rendah (27,30 persen), hal ini karena

[r]

THE REPRESENTATION OF IRAN-SAUDI CONFLICT IN THE NEWSPAPERS REGARDING MINA HAJJ STAMPEDE 2015: A Critical Discourse Analysison the Arab News and Tehran Times.. Universitas

Sebuah pertandingan diperintah oleh seorang wasit yang mempunyai "wewenang penuh untuk menjalankan pertandingan sesuai Peraturan Permainan dalam suatu pertandingan yang

Hasil uji t untuk jumlah pakan terhadap produksi ayam pedaging diperoleh nilai t hitung sebesar 2,692 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1,717 pada tingkat

Variabel yang diteliti dalam mendata anak balita di beberapa kelompok Posyandu yang ada di wilayah Kabupaten Serang meliputi : terjadinya penyakit infeksi pada balita, jumlah

Atau dengan kata lain fermentasi substrat padat khususnya tepung beras yang dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari pada suhu kamar yaitu 32 o C dan 35 o C serta waktu yang

Total nitrogen dan total fosfor di perairan selalu digunakan sebagai faktor pembatas di lingkungan perairan untuk dapat mengukur kualitas perairan, sehingga