• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: FaktorFaktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif di Desa Tegalombo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati T1 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya pembangunan nasional hendaknya selalu

memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap aspek

kesehatan. Salah satu aspek kesehatan yang patut diperhatikan

dalam proses pembangunan adalah pengembangan potensi Sumber

Daya Manusia (SDM). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan

salah satu investasi gizi yang potensial. Laporan Bank Dunia

menyebutkan bahwa perbaikan gizi (salah satunya melalui

pemberian ASI secara eksklusif) merupakan suatu investasi yang

sangat menguntungkan. Setidaknya ada tiga alasan suatu negara

perlu melakukan investasi ini. Pertama, perbaikan gizi, termasuk

pemberian ASI memiliki keuntungan ekonomi (economic returns)

yang tinggi. ASI merupakan makanan dengan nilai gizi yang terbaik

bagi bayi (Raharjo, 2015). Selain itu ASI juga lebih murah daripada

susu formula. Kedua, investasi gizi melalui ASI secara tidak

langsung mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketiga pemberian ASI

membantu menurunkan angka kesakitan dan pengurangan biaya

pengobatan (Raharjo, 2015). Dalam prespektif pembangunan

nasional, IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan ASI (Air Susu Ibu)

eksklusif merupakan salah satu aspek penting untuk tercapainya

tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Fakta bahwa

pemberian ASI secara eksklusif mempunyai dampak positif terhadap

kesehatan dan kecerdasan anak telah mendorong munculnya pasal

tentang ASI eksklusif dalam UU kesehatan No. 36 Tahun 2009.

(2)

Data hingga tahun 2014 Indonesia belum mencapai target

pemberian ASI eksklusif bayi usia 0 - 6 bulan yaitu sebesar 90%

(target pencapaian ASI eksklusif bayi usia 0 - 6 bulan Departemen

Kesehatan RI tahun 2014). Data laporan rutin Direktorat Jendral

Bina Gizi/Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia (RI) secara proporsif, hasil analisis menunjukkan

bahwa secara nasional, ASI eksklusif sebesar 54,3% dari jumlah

total bayi usia 0 - 6 bulan atau secara absolut sebesar 1.348.532

bayi atau bayi 0 - 6 bulan yang tidak ASI eksklusif sebesar 45,7%

dengan jumlah bayi sebanyak 1.134.952 bayi (Kemenkes RI., 2014).

Sedangkan, Resume Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada

tahun 2014 menyatakan bahwa angka kelahiran hidup dengan

jumlah 561.541 jiwa. Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi

0 - 6 bulan di Provinsi Jawa Tengah secara berturut-turut pada tahun

2011 sebesar 45,86%, tahun 2012 sebesar 49,46%, pada tahun

2013 sebesar 57,67%, pada tahun 2014 sebesar 60,7%, sedangkan

persentase pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Pati sebesar 67.7

% (Dinkes Prov. Jateng, 2014). Sehingga untuk Kabupaten Pati

sendiri ada 32,3 % tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi 0 - 6

bulan.

Bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan 14,3 kali

lebih besar untuk meninggal karena serangan penyakit, misalnya

diare. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

menunjukkan bahwa satu dari tiga bayi di bawah usia enam bulan

diberi ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagian besar bayi di

Indonesia tidak mendapatkan manfaat ASI terkait dengan gizi dan

perlindungan terhadap penyakit. Sebagian besar kematian anak di

Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal), bulan

pertama kehidupan kemungkinan anak meninggal pada usia yang

berbeda adalah 19 per seribu selama masa neonatal, 15 per seribu

(3)

dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif. Artinya, pada

saat usia 0 - 6 bulan bayi hanya cukup memperoleh air susu ibu saja

tanpa tambahan cairan lain (makanan prelaktal) baik susu formula,

jeruk, madu, teh manis, bahkan air minum sekalipun. Apabila bayi

telah berumur lebih dari 6 bulan baru mulailah ibu dapat memberikan

makanan pendamping ASI (Susilawati & Maulina, 2014). Makanan

prelaktal ini bahaya karena makanan ini dapat menggantikan

kolostrum sebagai makanan bayi yang paling awal. Bayi lebih

mudah terkena diare, septisemia dan meningitis, alergi terhadap

protein didalam susu formula misalnya eksim. Pemberian makanan

prelaktal sangat merugikan karena akan menghilangkan rasa haus

bayi sehingga malas menyusui (Kemenkes RI., 2014).

Berdasarkan data penelitian, pengetahuan ibu memegang

peranan dalam pemberian ASI eksklusif umur 0 - 6 bulan. Menurut

Satino & Setyorini (2014) di kota Surakarta adapun pendidikan

berkaitan dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan aspek

kelakuan yang lain. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pola

fikir seseorang untuk bertindak dan mengambil keputusan yang

sebaik-baiknya sehingga muncul sifat kedewasaan. Pengetahuan

dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang ibu ketahui baik itu

tentang ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, dan cara pemberian

ASI eksklusif. Dari penelitian Fikawati & Ahmad (2012) tentang

pengetahuan ibu yang kurang mengenai ASI eksklusif di Kabupaten

Karawang, Kecamatan Cilandak, dan Kecamatan Tanjung Priok

menyatakan alasan terbanyak dari jumlah 287 ibu atau 63,2 % ibu

menghentikan pemberian ASI eksklusif karena merasa ASI-nya tidak

mencukupi kebutuhan bayi dan sisanya 36,8% melanjutkan

pemberian ASI eksklusif. Kriteria inklusi yang ditetapkan Ibu

menghentikan pemberian ASI secara eksklusif pada beberapa

minggu post partum karena merasa ASI kurang dan bayi merasa

(4)

Sampai sekarang ini Kementerian Kesehatan RI sedang

gencar-gencarnya mengkampanyekan penggunaan ASI eksklusif,

hal ini dilakukan karena masih banyak persepsi-persepsi yang

cenderung keliru tentang pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian

Sartono (2013) terungkap bahwa faktor kesempatan menyusui

berbeda sangat tajam antara kelompok yang bekerja dengan

kelompok yang tidak bekerja. Selain itu, berhubungan pula dengan

faktor kelelahan fisik dan fasilitas untuk menyusui. Ibu yang bekerja

biasanya tetap mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga

menambah kelelahan fisik dan menjadi segan menyusui. Pabrik

tidak menyediakan fasilitas bagi pekerja untuk tetap bisa menyusui,

seperti tempat penitipan anak (TPA), pojok ASI, luangan waktu di

sela-sela jam kerja. Bagi Ibu pekerja pabrik yang tidak memiliki

kesempatan menyusui selama bekerja 71.3 % dari 240 ibu

memutuskan menyusui secara parsial, penggunaan susu formula

merupakan pilihan untuk bayinya setelah mereka selesai menikmati

masa cuti hamil. Penelitian ini diambil karena dari target angka

pencapaian Kemenkes RI tahun 2014 pemberian ASI eksklusif

sebesar 90% belum dapat tercapai, serta masih adanya bayi yang

terkena gangguan pencernaan karena pemberian makanan

prelaktal.

Hasil dari studi pendahuluan di desa Tegalombo, Kecamatan

Dukuhseti, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, dengan melakukan

wawancara 9 Ibu menyusui yang masing-masing memiliki satu bayi.

Sebanyak 6 dari 9 ibu menyusui menyatakan bahwa bayi sudah

diberikan makanan pendamping ASI seperti bubur SUN, roti regal,

susu formula pada umur 0 - 6 bulan. Serta 5 dari 6 bayi yang

disebutkan telah diberikan makanan pendamping tersebut. Ibu

mengatakan bahwa bayi mereka pernah mempunyai gangguan

(5)

perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor penghambat

pemberian ASI eksklusif.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari target pencapaian angka

pemberian ASI eksklusif bayi usia 0 - 6 bulan oleh Kemenkes RI

tahun 2014 sebesar 90% belum dapat tercapai, serta masih adanya

bayi yang terkena gangguan pencernaan karena pemberian

makanan prelaktal, maka perlu diketahui apakah faktor-faktor

penghambat pemberian ASI eksklusif di desa Tegalombo,

Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan faktor-faktor penghambat pemberian

ASI eksklusif di Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten

Pati.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis

1.4.1.1 Peneliti Selanjutnya

Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor

penghambat pemberian ASI eksklusif kepada bayi

usia 0 - 6 Bulan.

1.4.1.2 Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan

Menjadi bahan pertimbangan pengembangan

kurikulum pendidikan tinggi keperawatan untuk dapat

mengintegrasikan dalam kegiatan pengabdian

masyarakat mengenai promosi kesehatan khususnya

(6)

1.4.2 Secara Praktis 1.4.2.1 Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti akan pentingnya

pemberian ASI eksklusif serta dapat

mengaplikasikannya di masyarakat nantinya.

1.4.2.2 Puskesmas

Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai

acuan bagi tenaga kesehatan untuk Keperawatan

maternitas di komunitas khususnya di Posyandu

mengenai hambatan pemberian ASI Eksklusif 0 – 6

bulan di desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti,

Kabupaten Pati.

1.4.2.3 Ibu

Hasil penelitian ini, menjadi bahan untuk

mempersiapkan ibu dalam masa kehamilan sehingga

siap dalam masa menyusui untuk memberikan ASI

Eksklusif selama 0 - 6 bulan.

1.4.2.4 Tempat Penelitian

Sebagai bahan pertimbangan bagi bidan maupun

kader-kader di Desa Tegalombo dalam memberikan

Referensi

Dokumen terkait

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

Dari Pasal 28 (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut dapat ditafsirkan bahwa terhadap suami istri yang bertindak dengan niat baik dalam arti

Holders of normal passports issued by these countries which have bilateral agreements on visa waivers with Thailand are allowed to stay 30 days. The exemption is granted at most

Indonesia adalah salah satu negara yang selalu menggencar-gencarkan pelaksanaan demokrasi, namun faktanya keadilan rakyat untuk mendapatkan hak berdemokrasi sangatlah sulit..

Dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian pemberian pupuk kompos kulit kakao menunjukan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui variabel-variabel apakah yang termasuk faktor kecerdasan verbal dan variabel- variabel

Dengan kata lain demokrasi adalah pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat baik secara langsung maupun tidak langsung, setelah melalui proses pemilihan umum secara langsung,

Biasanya, ini berarti juga bahwa kelompok masyarakat mayoritas akan bisa menikmati penggunaan bahasa mereka yang dijadikan sebagai bahasa resmi dalam