• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif

Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

Susanti Eriva Sari Pinem

071101075

(2)

Judul : Faktor faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

Peneliti : Susanti Eriva Sari Pinem

Fakultas : Keperawatan Jalur B

Tahun Akademik : 2007 / 2008

ABSTRAK

ASI eksklusif merupakan nutrisi yang terbaik bagi bayi dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI eksklusif akan membantu pertumbuhan yang adekuat dalam 6 bulan pertama untuk mencapai status gizi yang baik. Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif adalah faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor pekerjaan, faktor estetika, faktor petugas kesehatan, faktor iklan dan faktor budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini menggunakan desain statistik deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 30 orang selama tahun 2008, pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009 dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan untuk menentukan faktor yang paling dominan yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif dengan metode regresi berganda melalui program komputerisasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang paling dominan adalah faktor iklan dengan nilai koefisien (B) sebesar 3,090, faktor budaya sebesar 2,675, dan faktor pengetahuan sebesar 2, 176.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi penelitian ini dengan judul “Faktor-faktor Penghambat Ibu Dalam

Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Tahun 2009”, yang merupakan syarat bagi penulis untuk

menyelesaikan pendidikan di S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan USU

Medan.

Selama proses penelitian ini, penulis banyak mendapat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns,

selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam

memberikan bimbingan, petunjuk serta saran sehingga skripsi ini dapat penulis

selesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes

selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan seluruh staf pengajar beserta staf

administrasi Fakultas Keperawatan USU. Semoga nasehat dan ilmu yang telah

diberikan dapat memberikan manfaat. Terimakasih yang tulus kepada kedua orang

tua tercinta ayahanda H. Pinem dan ibunda R. Tarigan yang telah memberikan

kasih sayang, pengorbanan, dukungan dan doa kepada ananda.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan

dari teman Fakultas Keperawatan stambuk 2007, Morina Ati Ginting, Dwi siska

Wardani, dan Derlina terimakasih atas kerja sama dan bantuan yang telah

(4)

Waty Silalahi terimakasih atas kerja sama dan nasehatnya yang diberikan pada

penulis.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis tidak

menutup diri dari saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pelayanan

keperawatan.

Medan, Juli 2010

(5)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ASI Eksklusif ... 5

2.1.1 Defenisi ASI Eksklusif ... 5

2.1.2 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif ... 5

2.1.2.1 Manfaat ASI Eksklusif Bagi Bayi ... 5

2.1.2.2 Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu 8 2.1.3 Mitos Pemberian ASI Eksklusif ... 11

2.1.4 Stadium ASI Menurut Masa Laktasi ... 15

2.1.5 Komposisi ASI ... 15

2.2 Faktor-faktor yang menjadi penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif ... 18

2.2.1 Faktor Kesehatan Bayi ... 18

2.2.2 Faktor Kesehatan Ibu ... 19

2.2.3 Faktor Pengetahuan Ibu ... 20

2.2.4 Faktor Pekerjaan Ibu ... 20

2.2.5 Faktor Estetika ... 21

2.2.6 Faktor Petugas Kesehatan ... 21

2.2.7 Faktor Iklan ... 22

2.2.8 Faktor Budaya ... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 24

(6)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi dan Sampel ... 26

4.2.1 Populasi ... 26

4.2.2 Sampel ... 26

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4 Pertimbangan Etik ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 27

4.6 Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 28

4.7 Pengumpulan Data ... 29

4.8 Analisa Data ... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 31

5.2 Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Rekomendasi ... 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian 2. Uji Realibilitas Kuesioner 3. Hasil Regresi Berganda

4. Surat Persetujuan Menjadi Responden 5. Surat Izin Penelitian dari PSIK FK USU 6. Surat Izin Penelitian dari BALITBANG 7. Surat Selesai Penelitian dari BALITBANG

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase Karakteristik Responden

tentang faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI

eksklusif di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan pada Mei – Juni 2009 ... 32

Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi dan persentase jawaban responden

tentang faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI

eksklusif di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan pada Mei - Juni 2009 ... 35

Tabel 5.3 Hasil uji dengan metode regresi berganda tentang

faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di

(8)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1 Kerangka penelitian faktor-faktor penghambat ibu dalam

pemberian ASI eksklusif . ... 23

(9)

Judul : Faktor faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

Peneliti : Susanti Eriva Sari Pinem

Fakultas : Keperawatan Jalur B

Tahun Akademik : 2007 / 2008

ABSTRAK

ASI eksklusif merupakan nutrisi yang terbaik bagi bayi dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI eksklusif akan membantu pertumbuhan yang adekuat dalam 6 bulan pertama untuk mencapai status gizi yang baik. Adapun beberapa faktor yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif adalah faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor pekerjaan, faktor estetika, faktor petugas kesehatan, faktor iklan dan faktor budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini menggunakan desain statistik deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yaitu sebanyak 30 orang selama tahun 2008, pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu seluruh ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009 dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian yaitu data demografi dan faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan untuk menentukan faktor yang paling dominan yang menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif dengan metode regresi berganda melalui program komputerisasi. Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang paling dominan adalah faktor iklan dengan nilai koefisien (B) sebesar 3,090, faktor budaya sebesar 2,675, dan faktor pengetahuan sebesar 2, 176.

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 dan Program

Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan

diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia, dimana modal dasar

pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai

dengan pemberian ASI (Air Susu Ibu) sejak usia dini sekitar 30 menit setelah

lahir, terutama pemberian ASI eksklusif (Anwar, 2002) yaitu pemberian hanya

ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan atau setidaknya sampai usia 4

bulan (Depkes, 2004; Linkages, 2004).

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang

seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Bagi bayi ASI

adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Selain

itu ASI juga mengandung zat kekebalan yang sangat penting dalam mencegah

timbulnya berbagai penyakit, juga mampu meningkatkan keakraban batiniah

antara ibu dan anak yang sangat dibutuhkan dikemudian hari (Stoppard, 1999;

Roesli, 2000). Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI makanan tunggal

akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh BALITBANGKES, anak-anak yang tidak diberi

ASI mempunyai IQ (Intellectual Quetient) lebih rendah tujuh sampai delapan poin

(11)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain walaupun hanya air putih,

sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan

makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun.

Kenyataannya, pemberian ASI dikombinasikan dengan pemberian susu botol

tidak dapat dihindari, karena ibu-ibu bekerja di luar rumah sedangkan di tempat

kerja tidak terdapat fasilitas untuk memberikan ASI dan penampungan bayi

(Manuaba,1998).

Pemberian ASI di Indonesia hingga saat ini masih banyak menemui

kendala. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi

khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang (Judarwanto, 2006). Pengetahuan

ibu yang kurang tentang manfaat ASI eksklusif, merupakan salah satu faktor

penghambat pemberian ASI eksklusif (Rosida, 2004). Beberapa kendala lain yang

menjadi faktor penghambat pemberian ASI khususnya eksklusif yaitu gencarnya

promosi susu formula baik melalui pendekatan kelembagaan maupun melalui

media, bahkan langsung melalui ibu-ibu (Soetningsih, 1997). Faktor penghambat

lain yaitu kurangnya rasa percaya diri pada ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya,

adanya langkah ibu yang terburu-buru memberikan makanan atau susu lain

sebelum ASI keluar, perilaku ibu-ibu yang membuang kolostrum karena dilihat

kotor dan dianggap membahayakan kesehatan bayinya, dan banyak ibu kembali

bekerja setelah cuti kehamilan yang menyebabkan penggunaan susu botol atau

susu formula secara dini sehingga mengganti kedudukan ASI. Kondisi tersebut

sangat memprihatinkan mengingat begitu pentingnya ASI eksklusif bagi

(12)

Dari survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health

Surveillance System (NSS) kerja sama dengan BALITBANGKES dan Helen

Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8

pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan

bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4% - 12%, sedangkan

di pedesaan 4% - 25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar

antara 1% - 7% sedangkan di pedesaan 1% - 13% (Judarwanto, 2006).

Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek (1995) diperoleh

fakta bahwa yang dapat memberikn ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar

5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga

didapatkan bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tidak pernah mendapatkan

informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar

informasi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2005).

Dari data di atas dapat diketahui bahwa ibu kurang memberikan ASI

eksklusif pada bayinya. Berdasarakan hasil observasi dan wawancara peneliti

dengan ibu-ibu dan petugas kesehatan setempat, untuk wilayah Medan Tuntungan

khususnya di Kelurahan Tanjung Selamat masih banyak ibu-ibu yang tidak

memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif. Sebahagian besar ibu

memberikan susu formula, air putih atau air teh dan memberikan makanan

pendamping ASI. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

Faktor-faktor Penghambat Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

(13)

1.2 Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Apa yang menjadi faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif

di Kelurahan Tanjung Selamat?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat ibu dalam

pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi:

1.4.1 Tenaga kesehatan/ Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberi masukan atau

informasi pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dan dapat memotivasi ibu supaya

memberi ASI eksklusif.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sebagai

sumber informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan dalam mata

kuliah maternitas tentang faktor-faktor yang menghambat ibu dalam

pemberian ASI eksklusif.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI Eksklusif

2.1.1 Defenisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan tanpa

bahan cairan lain seperti susu formula, air gula, air madu, atau air biasa juga tanpa

bahan tambahan makanan lainnnya seperti pisang, biskuit, bubur susu, atau nasi

tim (Roesli, 2005). Menurut Institute of medicine, ASI eksklusif didefenisikan

sebagai konsumsi bayi akan air susu tanpa suplemen jenis apapun (air, jus,

makanan dalam bentuk apapun) kecuali untuk vitamin, mineral, dan pengobatan

(Arixs, 2005). ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah

persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya

air putih sampai bayi berumur enam bulan (Purwanti, 2004).

2.1.2 Manfaat pemberian ASI eksklusif

Roesli (2005), mengatakan ada beberapa manfaat pemberian ASI eksklusif

bagi bayi dan ibu yaitu:

A. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi

1. Sebagai nutrisi

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang

atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar air susu akan

memproduksi air susu khusus untuk makanan bayi. ASI merupakan sumber gizi

yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan

kebuthan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna,

(15)

ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal

sampai umur 6 bulan.

2. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang masih berada dalam kandungan, secara alamiah akan mendapat

imunoglobin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui tali plasenta. Namun kadar

zat ini akan cepat menurun setelah bayi lahir. Tubuh bayi baru membuat zat

kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9

sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang

dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka terjadi kesenjangan zat pada

bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI

adalah cairan yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan jamur.

3. Meningkatkan kecerdasan

Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan otak. Ada

dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan. Faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik atau

bawaan yang diturunkan oleh orang tua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi

ataupun direkayasa. Faktor lingkungan adalah faktor yang menetukan apakah

faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak

aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa.

Selain hal tersebut diatas faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan

otak bayi dan anak adalah nutrisi atau gizi yang diterimanya. ASI yang didapat

bayi selama proses menyusui akan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sehingga

(16)

terjadi pada usia 0 – 2 atau 3 tahun, dimana volume otak akan mencapai 80%.

Karenanya, pemberian ASI sangat dibutuhkan pada masa ini. Walaupun otak telah

mengalami perkembangan yang pesat pada masa ini, bukan berarti bahwa

perkembangan otak berhenti sampai disitu saja. Volume otak akan terus

berkembang hingga usia 12 tahun. Nutrisi terbaik bagi bayi untuk perkembangan

otaknya adalah ASI yang di dalamnya terkandung PUFA. Dua jenis

LC-PUFA yang sangat dibutuhkan bayi untuk perkembangan otaknya adalah DHA

(asam dokosaheksanoat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-3 dan AA

(asam arakhidonat) sebagai salah satu jenis asam lemak omega-6.

Pada saat lahir dan masa awal kehidupan telah dihasilkan kurang lebih

6 – 10 ribu hubungan sinaps antar sel syaraf. Materi dasar untuk terbentuknya

sinaps ini adalah adanya asam lemak esensial (asam linoleat dan asam linolenat)

di dalam ASI sebagai prekursor dalam sintesa AA dan DHA. Oleh karena itu,

perkembangan mental dan kecerdasan bergantung pada kecukupan suplai asam

lemak esensial dan LCPUFA pada tahap-tahap krusial tersebut. Kadar DHA di

dalam ASI yang sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi, juga memungkinkan proses

plastisitas (proses pembentukan hubungan baru di antara sel-sel saraf) berjalan

dengan optimal. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan kecerdasan berbahasa

yang baik serta IQ (Intelegence Quotient) yang tinggi.

4. Meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui akan

merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama

karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak

(17)

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan

dasar spiritual yang baik.

5. Dasar perkembangan kepribadian anak

Menyusui bayi akan memperkuat ikatan batin ibu-anak. Rasa aman dalam

diri bayi akan tumbuh saat ia berada dalam dekapan ibunya. Ia menikmati

sentuhan kulit yang lembut dan mendengar bunyi jantung sang ibu seperti yang

telah dikenalnya selama dalam kehamilan. Kondisi tersebut merupakan dasar bagi

perkembangan emosi yang hangat pada diri anak. Melalui proses menyusui, anak

akan belajar berbagi dan memberikan kasih sayang pada orang-orang di

sekitarnya.

B. Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi segera disusui setelah dilahirkan maka kemungkinan

terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Saat bayi menghisap

puting susu ibu, kelenjar pituitary akan terstimulasi untuk meningkatkan

produksi hormon oksitosin guna merangsang kontraksi otot-otot di saluran ASI

sehingga ASI terpancar keluar. Hal ini dikarenakan pada ibu menyusui terjadi

peningkatan kadar oksitoksin yang berguna untuk konstriksi atau penutupan

pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.

2. Mengurangi terjadinya anemia

Bila perdarahan pasca persalinan tidak terjadi atau berhenti lebih cepat,

maka risiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia pada ibu akan

(18)

terjadinya resiko kematian dan kekurangan darah yang menyebabkan anemia

pada ibu.

3. Menjarangkan kehamilan

Manfaat lain dari pemberian ASI secara eksklusif adalah sebagai alat

kontrasepsi alamiah yang dapat mencegah kehamilan. Kemungkinan untuk

mencegah kehamilan bisa mencapai 99%. Namun, ada tiga syarat yang harus

dipenuhi, yaitu bayi belum diberi makanan lain, bayi belum berusia enam bulan,

dan ibu belum mengalami menstruasi.

4. Mengecilkan rahim

Kadar oksitoksin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat

dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Dengan menyusui, cadangan

lemak dalam tubuh ibu yang memang disiapkan sebagai sumber energi selama

kehamilan akan digunakan sebagai energi pembentuk ASI. Akibatnya, cadangan

lemak tersebut akan menyusut, sehingga penurunan berat badan ibu pun akan

terjadi lebih cepat.

5. Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak

yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui

akan cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, kemungkinan menderita kanker

payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

(19)

umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2

tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara berkurang sampai 25%.

7. Lebih ekonomis/ murah

Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu

formula, perlengkapan menyusui, persiapan pembuatan minum susu formula.

Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi,

misalnya biaya jasa dokter, biaya pembelian obat-obatan, bahkan mungkin biaya

perawatan di rumah sakit.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencucui botol, dan tanpa menunggu agar susu

tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada

malam hari.

9. Portable dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat bepergian tidak perlu

membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa

alat listrik untuk memasak atau menghangatkan susu. ASI dapat diberikan

dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/ diminum, serta dalam

suhu yang selalu tepat.

10. Memberikan kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan dan

kebahagiaan yang mendalam. Rasa bangga dan bahagia karena dapat

memberikan sesuatu dari dirinya demi kebaikan bayinya (menyusui bayinya)

(20)

2.1.3 Mitos Pemberian ASI Eksklusif

Banyak mitos tentang menyusui membuat ibu menjadi kurang percaya diri

untuk memberikan ASI kepada bayinya. Mitos tersebut tidak beralasan dan

membuat ibu menjadi memilih berhenti untuk menyusui dan memilih memberi

susu formula sebagai alternatif. Mitos-mitos tersebut antara lain yaitu:

1. Menyusui menyebabkan kesukaran menurunkan berat badan

Data membuktikan bahwa menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat

badan lebih cepat dari pada yang tidak memberikan ASI secara eksklusif. Sebab

dengan menyusui timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil akan

dipergunakan dalam proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui

akan sukar untuk menghilangkan timbunan lemak yang khusus dipersiapkan

tubuh untuk menyusui.

2. Menyusui merubah bentuk payudara

Sebenarnya yang merubah bentuk payudara adalah kehamilan, bukan

menyusui. Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan

menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara yang sudah

pernah terisi oleh air susu, tentu akan berbeda bentuknya dengan payudara yang

belum pernah terisi air susu. Besarnya perubahan bentuk payudara sangat

tergantung dari turunan (herediter), usia, dan juga oleh penambahan berat badan

pada waktu hamil.

3. ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga perlu ditambah dengan

susu formula

Pada hari pertama sebenarnya bayi belum memerlukan cairan atau makanan,

(21)

keluar “cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi usia 30 menit harus disusukan

pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar menyusui atau

membiasakan menghisap puting susu, dan juga guna mempersiapkan ibu untuk

memproduksi ASI. Gerakan reflex untuk menghisap pada bayi baru lahir akan

mencpai puncaknya pada waktu berusia 20 – 30 menit, sehingga apabila terlambat

menyusui, reflex ini akan berkurang dan tidak kuat lagi sampai beberapa jam

kemudian.

Pemberian prelactal feeding sebetulnya tidak diperlukan, karena akan

merugikan ibu, yaitu ASI ibu akan lebih lambat terbentuknya karena bayi tidak

cukup kuat menghisap dan merugikan bayi sebab bayi akan kurang mendapat

kolostrum. Bila bayi kurang atau tidak mendapat kolostrum, akan lebih sering

menderita mencret atau penyakit lain terutama bila susu formula atau cairan

prelactal lainnya tercemar. Selain itu bila cairan prelactal diberikan dengan dot,

kemungkinan bayi akan mengalami kesukaran minum pada puting susu ibunya.

4. Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif

Pada ibu bekerja, cara lain untuk tetap dapat memberikan ASI eksklusif pada

bayinya adalah dengan memberikan ASI perah pada bayi selama ibu bekerja.

Selama ibu di tempat bekerja, sebaiknya ASI diperah minimum 2 x 15 menit.

Memerah ASI sebaiknya hanya menggunakan jari tangan, tidak menggunakan

pompa yang berbentuk terompet. ASI perah tahan 6 – 8 jam di udara luar, 24 jam

didalam termos berisi es batu, 48 jam dalam lemari es, dan 3 bulan apabila berada

dalam freezer. Dengan bantuan “ Tempat Kerja Sayang Ibu”, yaitu tempat kerja

yang memungkinkan karyawati menyusui secara eksklusif, keberhasilan ibu

(22)

5. Payudara kecil tidak menghasilkan cukup ASI

Besar atau kecilnya bentuk payudara tidak menentukan banyak atau

sedikitnya produksi ASI, karena payudara yang besar hanya mengandung lebih

banyak jaringan lemak dibandingkan dengan payudara yang kecil. Sedangkan air

susu dibentuk oleh jaringan kelenjar pembentuk ASI (alveoli) dan bukan jaringan

lemak.

6. ASI yang pertama keluar harus dibuang karena kotor

ASI yang keluar pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-5 dan hari ke-7

dinamakan kolostrum atau susu jolong. Cairan jernih kekuningan ini mengandung

zat putih telur, atau protein dalam kadar yang tinggi, zat anti infeksi, atau zat daya

tahan tubuh (immunoglobulin), dalam kadar yang lebih tinggi dari pada susu

mature, disamping itu juga mengandung laktosa, atau hidrat arang dan lemak

dalam kadar yang rendah sehingga mudah dicerna.

Volume kolostrum bervariasi antara 10 cc sampai 100 cc perhari. Volume yang

rendah ini memberikan beban yang minimal bagi ginjal bayi yang belum matang.

Tugas utama kolostrum adalah melindungi bayi terhadap penyakit-penyakit

infeksi selain sebagai nutrisi.

7. Bayi tidak cukup dapat ASI karena minum banyak

Umumnya bayi yang kurang mendapat ASI bukan karena ibu yang tidak

dapat memproduksi ASI sebanyak yang diperlukan bayi, tetapi justru bayi yang

tidak dapat menghisap sebanyak yang diperlukannya. Produksi ASI dirangsang

oleh pengosongan payudara. ASI diproduksi sesuai dengan kebutuhan bayi.

Selama bayi masih membutuhkan ASI, selama itu juga payudara ibu akan tetap

memproduksi ASI. Apabila bayi berhenti menyusui dengan cara menghisap, maka

(23)

8. Ibu kurang gizi, kualitas ASI kurang baik

Sampai dengan batas tertentu, kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dapat

dipertahankan, walaupun harus dengan mengorbankan gizi ibu. Kualitas ASI baru

berkurang apabila ibu menderita kekurangan gizi tingkat ke-3, sedangkan kualitas

ASI masih tetap dipertahankan sampai tingkat kekurangan gizi ibu lebih lebih dari

derajat ini.

9. ASI mengandung residu pestisida (dioxin, DDT, PCBs) dan bahan beracun

Banyak ibu-ibu yang gelisah dengan adanya laporan yang menakutkan

tentang tercemarnya selain susu formula juga ASI oleh zat beracun seperti dioxin

atau logam berat yang berbahaya yang akan membahayakan kesehatan bayinya.

Sebenarnya tidak ditemukan bukti-bukti secara kedokteran adanya bayi yang sakit

karena disusui oleh ibu yang mengandung zat-zat beracun ini.

10. Seorang ibu harus mencuci putingnya setiap kali sebelum memulai menyusui

Pemberian susu formula kepada seorang bayi memang harus sangat

memperhatikan faktor-faktor kebersihan, karena susu formula merupakan tempat

yang baik untuk berkembang biaknya bakteri dan juga rentan terhadap

kontaminasi. Membersihkan atau mencuci puting akan dapat menghilangkan

minyak-minyak alami yang melindungi puting dari resiko lecet karena puting

kering.

2.1.4 Stadium ASI Menurut Masa Laktasi

ASI stadium satu adalah kolostrum, dimana kolostrum merupakan cairan

yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari

(24)

oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup, kolostrum merupakan pencahar

(pembersih susu bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi

yang baru lahir segera bersih dan menerima ASI, hal ini menyebabkan bayi

mendapat ASI pada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarana hitam.

Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah anti bodi yang siap

melindungi bayi ketika kondisi bayi yang sangat lemah, protein, mineral terutama

natirum, kalium dan klorida tinggi. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi

daripada yang larut dalam air. ASI stadium dua adalah ASI peralihan yang

diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh. Komposisi makin rendah,

sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi, serta jumlah volume ASI

semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan pemenuhan terhadap aktivitas

bayi yang makin aktif. ASI stadium tiga adalah ASI matur yang disekresi dari hari

kesepuluh sampai seterusnya. ASI matur ini merupakan nutrisi bayi yang terus

berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai berumur enam bulan

(Purwanti, 2004).

2.1.5 Komposisi ASI

ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai

biologis tertentu, dan mempunya substansi yang spesifik. Ketiga sifat tersebut

yang membedakan ASI dengan susu formula (Hamilton, 2008). Komposisi ASI

berlainan dengan komposisi susu sapi karena susu sapi desesuaikan dengan laju

pertumbuhan anak sapi dan susu ibu disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak

manusia. ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih

telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormone, enzim,

(25)

Menurut hasil penelitian Irawati (2007), ada beberapa komposisi ASI

eksklusif yang sangat bermanfaat bagi bayi yaitu:

1. Karbohidrat

Karbohidarat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah

setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam

ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan

PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik

cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan

semakin sukses. Hidarat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk

pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain

itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus

di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan

menjadi tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) dan mempercepat

pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.

2. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun

demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir

seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.

Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 80:40, sedangkan

dalam PASI 20:80. Artinya protein dalam PASI hanya sepertiganya protein ASI

yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus membuang dua kali

lebih banyak protein yang sukar diabsorbsi. Hal ini yang memungkinkan bayi

akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang

(26)

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan

hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan

akan berbeda dengan 10 menit kemudian. Kadar lemak pada hari pertama berbeda

dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan bayi dan

kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung

lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah

dicerna karena mengandung enzim lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega

6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.

Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila

dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI

sehinga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat

dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya dengan PASI yaitu 6 : 1. Asam

linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang

berfungsi untuk memacu perkembanga sel syaraf otak bayi.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,

tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan

kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan

jumlahnya tidak di pengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral

jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan

memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan

(27)

kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi

atau gangguan metabolisme.

5. Vitamin

ASI menggandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan

bayi sampai 6 bulan kecuali vitmin K, karena bayi baru lahir ususnya belum

mampu membentuk vitamin K.

2.2 Faktor-faktor yang menjadi penghambat ibu dalam pemberian ASI

eksklusif

Faktor-faktor yang menghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah

faktor kesehatan bayi (Akre, 1994), faktor kesehatan ibu (Roesli, 2008), faktor

pengetahuan ibu (Rosida, 2004), faktor pekerjaan ibu (Kabi, 1999), faktor estetika

(Roesli, 2005), faktor petugas kesehatan (Roesli, 2005), faktor iklan (Soetningsih,

1997), dan faktor budaya (Siregar, 2004).

2.2.1 Faktor Kesehatan Bayi

Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu

tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Ada beberapa kelainan

bawaan pada bayi yang menyebabkan bayi tidak dapat diberikan ASI yaitu

galaktosemia, bibir sumbing, dan celah palatum. Galaktosemia adalah kelainan

metabolisme sejak lahir yang ditandai adanya kekurangan enzim galaktokinase

yang dibutuhkan untuk mengurai laktosa menjadi galaktosa. Jika bayi diberi ASI

atau bahan lain yang mengandung laktosa maka kadar laktosa dalam darah dan air

kemih akan meningkat secara klinis akan timbul katarak. Bentuk lain adalah

kekurangan enzim galaktose -1 – phosphataseuridyl tranferase, yang dapat

(28)

bayi menjadi kuning. Bibir sumbing dan celah palatum meyebabkan bayi

kesulitan menciptakan tekanan negativ dalam rongga mulut yang diperlukan

dalam proses menyusu, keadaan ini dapat menyebabkan ibu tidak memberikan

ASI kepada bayinya (Akre, 1994).

2.2.2 Faktor Kesehatan Ibu

Kesehatan ibu adalah suatu kondisi ibu yang bebas dari penyakit (Dani,

2002). Keadaan kesehatan ibu yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayinya adalah kegagalan laktasi dan penyakit pada ibu

serta adanya kelainan pada payudara yaitu terjadinya pembendungan air susu

karena penyempitan duktus laktiferus oleh karena tidak dikosongkan dengan

sempurna, kelainan puting susu seperti puting susu terbenam dan cekung sehingga

manyulitkan bagi bayi untuk menyusu, mastitis (suatu peradangan pada payudara

disebabkan oleh kuman terutama staphylococcus aureus melalui luka pada puting

susu), tidak ada air susu (agalaksia), dan air susu sedikit keluar (oligogalaksia).

Menyusui menjadi kontra indikasi bila ibu menderita penyakit berat seperti

penyakit paru-paru yang serius, dengan penyakit tuberklosis aktif masih dapat

menyusui bayinya bila diberi terapi dalam dua bulan ibu tidak inefektif lagi,

biasanya bayi juga diberi terapi pencegahan dengan imunisasi BCG. Kurangnya

dukungan sosial dalam mengatasi masalah diatas maka ibu cenderung tidak

memberikan ASI secara eksklusif pada bayi kurang dari enam bulan.

2.2.3 Faktor Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

(29)

rasa atau raba (Notoadmojo, 1997). Pengetahuan ibu tentang kapan pemberian

ASI eksklusif, fungsi ASI eksklusif dan ASI dapat meningkatkan daya tahan

tubuh sangatlah penting. Tetapi banyak ibu tidak mengetahui hal tersebut dan

resiko yang akan timbul apabila tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada

bayi enam bulan (Rosida, 2004).

2.2.4 Faktor Pekerjaan Ibu

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk

memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo,

2003). Pekerjaan yang dilakukan ibu ada yang berada di rumah, di tempat bekerja

tidak tersedia tempat penitipan anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan

cuti melahirkan yang kurang mendukung (Suhardjo, 1992). Sehingga sebelum

bekerja ibu sering memberikan makanan tambahan dengan alasan melatih atau

mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah mulai terbiasa (Kabi,

1999).

2.2.5 Faktor Estetika

Estetika merupakan suatu keindahan. Estetika menyusui terdapat pada

keindahan payudara. Bagi seorang wanita, payudara merupakan bagian tubuh

yang sangat penting. Payudara merupakan penanda kekhasan seorang wanita,

tempat produksi ASI, fungsi estetika (keindahan) dan sexual (dengan jutaan

simpul syaraf yang bias menghantarkan impuls ke otak dan memacu gairah

sexual). Banyak wanita khususnya ibu-ibu yang beranggapan bahwa meyusui

(30)

yang merubah bentuk payudara adalah kehamilan, bukan hanya menyusui.

Kehamilan menyebabkan dikeluarkannya hormon-hormon dan menyebabkan

terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara yang sudah pernah terisi

air susu akan berbeda bentukya dengan payudara yang belum pernah terisi oleh air

susu. Oleh karena itu banyak ibu yang lebih memilih untuk tidak menyusui

bayinya secara eksklusif (Roesli, 2005).

2.2.6 Faktor Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan suatu pekerjaan di bidang

kesehatan atau orang yang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan

(Dani, 2002). Pada umunya para ibu mau patuh dan menuruti nasehat petugas

kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan untuk memberikan

informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan ASI eksklusif, manfaat

ASI eksklusif, ASI eksklusif dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan resiko

tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi kecil (Roesli, 2005).

2.2.7 Faktor Iklan

Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai

agar tertarik pada barang/ jasa yang ditawarkan atau pemberitahuan kepada orang

mengenai barang jasa yang dijual yang dipasang dalam media massa (Dani, 2002).

Promosi ASI tidak cukup kuat menandingi promosi susu formula. Iklan tidak saja

ditemukan di kota, bahkan tersedianya berbagai media elektronik maupun cetak

tentang informasi mengenai makanan pengganti ASI. Sebahagian besar produsen

(31)

empat bulan sehingga makanan pengganti ASI misalnya bubur susu, biskuit masih

mencantumkan label untuk usia empat bulan keatas (Soetningsih, 1997).

2.2.8 Faktor Budaya

Budaya adalah hasil cipta manusia didalam budaya dan terkandung

kebiasaan. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang

sama, kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat, kebiasaan diperoleh dari budaya

yang mengandung nilai-nilai kepercayaan tentang segala sesuatu (Tripranoto,

2004). Menurut The American Herritage Dictionory (2005) mengartikan

kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan

melalui kehidupan sosial, seni, agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan

pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat,

budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia

dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

cara belajar.

Banyak ibu-ibu yang mempunyai kebiasaan malu-malu serta

sembunyi-sembunyi menyusui bayinya karena mereka menganggap menyusui tidak sopan.

Hal ini mempengaruhi tabiat gadis-gadis disekitarnya untuk berbuat sama, dan

menyusui anak merupakan sesuatu hal yang harus dihindarkan (Siregar, 2004).

Selain hal tersebut berbagai mitos juga menyebar di kalangan masyarakat yang

mengatakan berpantangan makanan seharusnya tidak dimakan oleh ibu yang

sedang menyusui seperti ikan dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga

bayi tidak menyukainya. Angggapan tersebut tidak benar karena ikan

mangandung banyak protein dan tidak akan mempengaruhi rasa pada ASI

(32)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah

segala sesuatu yang dapat menyebabkan ibu tidak menyusui secara eksklusif

akibat ketidakmampuan menghadapi masalah yang disebabkan oleh beberapa

faktor yaitu faktor kesehatan bayi, kesehatan ibu, pengetahuan, pekerjaan,

estetika, petugas kesehatan, iklan dan budaya.

Sesuai dengan tujuan penelitian maka untuk mengetahui faktor-faktor

penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif dapat digambarkan sebagai

berikut:

Skema 1 : Kerangka penelitian faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

3.2 Defenisi Operasional

Faktor-faktor Penghambat

Faktor-faktor penghambat adalah segala sesuatu yang dapat

menyebabkan ibu tidak menyusui secara eksklusif akibat ketidakmampuan

Faktor-faktor penghambat:

• Kesehatan bayi • Kesehatan ibu • Pengetahuan • Pekerjaan • Estetika

• Petugas kesehatan • Iklan

• Budaya

Pemberian ASI

(33)

menghadapi masalah yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor

kesehatan bayi, kesehatan ibu, pengetahuan, pekerjaan, estetika, petugas

kesehatan, iklan dan budaya.

Menyusui ASI Eksklusif

Pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan tanpa bahan cairan lain seperti

susu formula, air gula, air madu, atau air biasa juga tanpa bahan tambahan

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat ibu dalam pemberian ASI

eksklusif.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6

bulan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan. Berdasarkan

data dari klinik bersalin di daerah setempat, jumlah populasi sebanyak 30 orang

(Data bulanan dari klinik bersalin Desa Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan, Maret 2008).

4.2.2 Sampel

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan tehnik

total sampling, yaitu seluruh ibu-ibu yang tinggal di Kelurahan Tanjung Selamat

Kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Tanjung Selamat banyak

memiliki bayi usia kurang dari enam bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2009.

(35)

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara) dan persetujuan dari Kepala Kelurahan Desa Tanjung Selamat

Kecamatan Medan Tuntungan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih

dahulu memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka

responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika

calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini

tidak menimbulkan resiko psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden

dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden melainkan lembar kuesioner

pada instrument penelitian dan peneliti akan memusnahkan instrument penelitian

setelah proses pengumpulan data selesai. Data-data yang diperoleh dari responden

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat

pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2

(dua) bagian yaitu data demografi dan kuesioner faktor-faktor penghambat ibu

dalam pemberian ASI eksklusif. Kuesioner tentang data demografi responden

meliputi: usia, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan ibu.

Kuesioner tentang faktor-faktor yang menghambat ibu dalam pemberian ASI

eksklusif terdiri dari faktor kesehatan bayi (pertanyaan No. 1 – 4), faktor

(36)

10), faktor pekerjaan ibu (pertanyaan No. 11 – 12), faktor estetika (pertanyaan No.

13 – 14) faktor petugas kesehatan (pertanyaan No. 15 – 16), faktor iklan

(pertanyaan No. 17 – 18), dan faktor budaya (pertanyaan No. 19 – 20).

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen dibuat sendiri oleh peneliti, untuk instrumen baru perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa besar derajat

kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur.

Sebuah instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji

validitas instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan maternitas di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Hasil uji validitas terhadap

instrumen dinyatakan valid karena kuesioner tentang faktor-faktor penghambat

ibu dalam pemberian ASI eksklusif telah relevan dengan isi instrumen penelitian

yakni mampu mengidentifikasi faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian

ASI eksklusif yang meliputi faktor kesehatan bayi, faktor kesehatan ibu, faktor

pengetahuan ibu, faktor pekerjaan ibu, faktor estetika, faktor petugas kesehatan,

faktor iklan dan budaya.

Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil relatif sama

bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2007).

Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang responden. Uji reliabilitas untuk

faktor-faktor faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif dengan

jawaban dikotomi dan jumlah pertanyaan genap (20 pertanyaan) dilakukan

(37)

hitung sebesar 0,739 > r tabel sebesar 0,632. Hal ini berarti kuesioner

faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif telah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan di kelurahan Desa Tanjung Selamat

Kecamatan Medan Tuntungan selama 1 bulan. Prosedur pengumpulan data

dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian

kepada Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

kemudian mengajukan surat izin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian.

Setelah mendapat persetujuan dari Kelurahan Desa Tanjung Selamat Kecamatan

Medan Tuntungan, peneliti melakukan wawancara kepada calon responden

kemudian peneliti menjelaskan tentang topik, manfaat penelitian dan tujuan

penelitian kepada calon responden dan juga peneliti menanyakan apakah calon

responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Tidak semua calon responden

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, terutama ibu yang bayinya

mengalami kelainan atau kecacatan. Kemudian peneliti melakukan pendekatan

terhadap calon responden yang lain. Calon responden yang bersedia, diminta

untuk menandatangani formulir persetujuan (informed consent). Setelah itu

peneliti melakukan wawancara terstruktur selama 10 menit menggunakan

kuesioner terhadap responden, dan menjelaskan kuesioner yang terdiri dari dua

bagian yaitu pertama data demografi yang berisi identitas ibu meliputi usia ibu,

suku, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga dalam 1 bulan. Yang kedua

kueisioner faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang

terdiri dari 20 pernyataan yang memiliki 2 jawaban yaitu ya dan tidak kemudian

(38)

yakni peneliti mengingatkan responden untuk menjawab pertanyaan kuesioner

sesuai dengan apa yang dirasakan dan dialami oleh responden sampai saat ini

kemudian kuesioner dikumpulkan, dan diperiksa kelengkapannya untuk dianalisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengadakan analisa data

melalui beberapa tahap, dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan

data, kemudian memberikan kode (coding) untuk memudahkan dalam tabulasi,

selanjutnya memasukkan data (entry) ke dalam komputer dan diolah dengan

bantuan program SPSS.

Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif

digunakan metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data

dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian

(Polit& Hungler, 2002). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik

deskriptif digunakan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pemberian ASI

ekslusif di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.

Untuk mengetahui faktor dominan penghambat ibu dalam pemberian ASI

eksklusif, metode statistik yang digunakan adalah regresi berganda melalui

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

analisa faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang telah

dilaksanakan pada Mei sampai Juni di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan

medan Tuntungan

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang sedang menyusui dan

bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

dengan jumlah responden adalah 30 orang. Adapun karakteristik responden dalam

penelitian ini meliputi umur, suku, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Hasil penelitian tentang karakteristik responden diperoleh mayoritas

umur 20 – 35 tahun sebanyak 28 orang (93%), suku Batak sebanyak 10 orang

(33%), pendidikan terakhir SMU/sederajat sebanyak 14 orang (47%), pekerjaan

Pegawai swasta sebanyak 8 orang (27%), dan penghasilan Rp1.000.000 –

Rp 2.000.000 sebanyak 13 orang (43%). Berikut tabel distribusi frekwensi dan

(40)

Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase Karakteristik Responden tentang Faktor-faktor Penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan pada Mei – Juni 2009 (n=30).

5.1.2 Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penghambat ibu

dalam pemberian ASI eksklusif ada delapan faktor yaitu faktor kesehatan bayi,

faktor kesehatan ibu, faktor pengetahuan ibu, faktor pekerjaan, faktor estetika,

Karakteristik Responden Frekwensi Persentase

(41)

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor kesehatan bayi adalah pernyataan

nomor 1, 2, 3 dan 4. Dari hasil penelitian faktor kesehatan bayi yang paling

banyak menyebabkan ibu tidak menyusui secara eksklusif adalah pernyataan

nomor 4 yaitu bayi sering menangis tengah malam karena lapar sebanyak 19

responden (63%).

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor kesehatan ibu adalah pernyataan

nomor 5, 6, dan 7. Dari hasil penelitian faktor kesehatan ibu diperoleh bahwa

yang paling banyak menyebabkan ibu tidak menyusui secara eksklusif adalah

pernyataan nomor 5 yaitu ASI tidak ada (belum keluar) atau ASI sedikit sebanyak

18 orang (60%).

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor pengetahuan ibu adalah

pernyataan nomor 8, 9 dan 10. Dari hasil penelitian faktor pengetahuan ibu

diperoleh bahwa yang paling banyak menyebabkan ibu tidak menyusui secara

eksklusif adalah pernyataan nomor 10 yaitu manfaat menyusui ASI eksklusif

dapat menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, dan lebih cepat langsing

kembali sebanyak 21 responden (70%).

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor pekerjaan adalah pernyataan

nomor 11 dan 12. Dari hasil penelitian faktor pekerjaan diperoleh bahwa tidak ada

responden yang menjawab pernyataan tersebut.

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor estetika adalah pernyataan nomor

13 dan 14. Dari hasil penelitian faktor estetika diperoleh bahwa yang paling

banyak menyebabkan ibu tidak menyusui secara eksklusif adalah pernyataan

nomor 14 yaitu ibu takut berat badan bertambah dan bentuk tubuh tidak dapat

(42)

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor petugas kesehatan adalah

pernyataan nomor 15 dan 16. Dari hasil penelitian faktor petugas kesehatan

diperoleh bahwa yang paling banyak menyebabkan ibu tidak menyusui secara

eksklusif adalah pernyataan nomor 15 yaitu ibu tidak pernah mendapat penjelasan

tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan sebanyak 18 responden (60%).

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor iklan adalah pernyataan nomor 17

dan 18. Dari hasil penelitian faktor iklan diperoleh bahwa yang menyebabkan ibu

tidak menyusui secara eksklusif adalah pernyataan nomor 17 yaitu ibu tertarik

dengan iklan susu formula dari media elektronik dan media cetak sebanyak 13

responden (43%).

Dari tabel 5.2 yang menyatakan faktor budaya adalah pernyataan nomor

19 dan 20. Dari hasil penelitian dari faktor budaya diperoleh bahwa yang paling

banyak menyebabkan ibu tidak menyusui secara eksklusif adalah pernyataan

nomor 20 yaitu keluarga kurang memberikan dukungan apabila ibu menyusui

(43)

Tabel 5.2 Tabel distribusi frekwensi dan persentase jawaban responden tentang

faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan pada Mei –

Juni 2009 (n=30).

NO PERNYATAAN

YA TIDAK

Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase

1. Saya tidak menyusui secara eksklusif karena bayi saya mengalami kelainan pada mulut (bibir sumbing).

2 7 28 93

2. Bayi saya menderita suatu penyakit (kelainan metabolisme semenjak lahir) sehingga saya tidak memberikan ASI secara eksklusif.

11 37 19 63

3. Bayi saya lahir tidak cukup bulan

sehingga kemampuan menghisapnya lemah.

3 10 27 90

4. Bayi saya kelaparan, hal ini ditunjukkan dengan bayi saya selalu menangis tengah malam walaupun sudah minum ASI.

19 63 11 37

5. ASI saya tidak ada (belum keluar) atau sedikit sehingga saya tidak menyusui secara eksklusif.

18 60 12 40

6. Saya tidak dapat menyusui secara

eksklusif disebabkan kelainan pada puting susu saya (puting masuk ke dalam).

5 17 25 83

7. Payudara saya bengkak dan sakit pada

saat menyusui. 5 17 25 83

8. ASI eksklusif merupakan ASI yang diberi sampai bayi berumur 6 bulan tanpa tambahan makanan pendamping ASI.

16 53 14 47

Tabel 5.2 Tabel distribusi frekwensi dan persentase jawaban responden tentang

faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan pada Mei –

Juni 2009 (n=30) (Lanjutan).

NO

(44)

Frekwensi Persentase Frekwensi Persentase

9. ASI Eksklusif dapat meningkatkan

kecerdasan dan daya tahan tubuh bayi saya, juga dapat meningkatkan jalinan kasih sayang.

10 33 20 67

10. Manfaat menyusui ASI eksklusif bagi saya dapat menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, dan lebih cepat langsing kembali.

9 30 21 70

11. Saya tidak menyusui ASI Eksklusif karena lokasi tempat bekerja jauh dari rumah.

0 30 100

12. Saya tidak menyusui secara eksklusif karena di tempat bekerja tidak terdapat tempat penitipan bayi.

0 0 30 100

13. Saya tidak takut payudara saya akan

berubah bentuk apabila menyusui. 28 93 2 7

14. Saya tidak takut berat badan saya akan bertambah dan bentuk tubuh tidak dapat kembali seperti sebelum melahirkan apabila saya menyusui secara eksklusif.

23 77 7 23

15. Saya tidak pernah mendapat penjelasan tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan.

18 60 12 40

16. Saya tidak pernah mendapat penjelasan tentang cara menyusui yang baik dan benar dari petugas kesehatan.

13 43 17 57

Tabel 5.2 Tabel distribusi frekwensi dan persentase jawaban responden tentang

faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan pada Mei –

Juni 2009 (n=30) (Lanjutan).

NO

PERNYATAAN

YA TIDAK

(45)

17. Saya tertarik dengan iklan susu formula dari media elektronik (TV, radio) dan media cetak (koran, majalah, dll).

13 43 17 57

18. Saya pernah mendapat sampel gratis dari produk susu formula. Saya mencoba kepada bayi saya dan cocok.

13 43 17 57

19. Dalam keluarga saya ada kebiasaan untuk

mencampur ASI dengan makanan lain. 0 0 30 100

20. Orang tua saya menganjurkan untuk tidak

memberikan ASI secara eksklusif karena

ada pengalaman bayi mencret apabila

diberi ASI.

18 60 12 40

5.1.3 Faktor Dominan Penghambat Pemberian ASI Eksklusif

Untuk mengetahui faktor yang paling dominan penghambat pemberian

ASI eksklusif digunakan uji regresi linier. Kedelapan faktor-faktor penghambat

akan dianalisis hubungannya dengan faktor penghambat pemberian ASI eksklusif

dengan menggunakan metode regresi berganda.

Dari kedelapan faktor yang dianggap mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif ternyata ada tiga variabel yang berpengaruh terhadap pemberian ASI

eksklusif yaitu iklan, budaya dan pengetahuan. Dari ketiga variabel tersebut,

variabel iklan yang paling besar pengaruhnya terhadap pemberian ASI eksklusif.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien (B) sebesar 3,090. Secara keseluruhan

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan nilai R

Square sebesar 65,2%. 34,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti

(46)

Tabel 5.3 Hasil uji dengan metode regresi berganda tentang faktor-faktor

penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Tanjung

Selamat Kecamatan Medan Tuntungan.

No Model t sig

1. Faaktor Iklan 3.090 006

2. Faktor Budaya 2.675 014

3. Faktor Pengetahuan ibu 2.176 041

4. Faktor Petugas kesehatan 1.907 070

5. Faktor Pekerjaan 1.774 091

6. Faktor Kesehatan bayi 1.574 130

7. Faktor Estetika 1.327 199

8. Faktor Kesehatan ibu 559 582

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor

penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif dan mengetahui faktor yang

paling dominan penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

5.2.1 Faktor – Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif

5.2.1.1 Faktor Kesehatan Bayi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penghambat ibu menyusui ASI

eksklusif dari faktor kesehatan bayi jawaban yang terbanyak adalah pernyataan

nomor 4 yaitu bayi kelaparan dan menangis tengah malam walaupun sudah

diberikan ASI sebanyak 19 responden (63%). Hal ini sejalan dengan Roesli

(2005) hal ini disebabkan oleh bayi-bayi yang hanya minum/makan ASI memang

cenderung lebih cepat merasa lapar dibandingkan dengan bayi-bayi yang diberi

(47)

juga mengandung beragam enzim-enzim pencernaan, antara lain lipase (untuk

menguraikan lemak), protease (untuk menguraikan protein), dan amilase (untuk

menguraikan karbohidrat). Dengan kata lain, ASI dapat dikatakan sebagai

makanan yang sudah separuh cerna, sehingga tidak butuh waktu lama bagi sistem

pencernaan bayi yang memang belum sempurna perkembangannya untuk

mencerna habis ASI. Oleh sebab itu bayi yang diberi ASI perlu disusui setiap 2 -3

jam sekali.

Arifin (2008), juga mengatakan bahwa makanan yang dimakan seorang

ibu yang sedang dalam masa menyusui dapat mempengaruhi mutu dan jumlah air

susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat

digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan yang

dikonsumsi ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan

bayi pada akhirnya kelenjar - kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak

dapat bekerja dengan sempurna dan hal ini dapat berpengaruh terhadap produksi

ASI dan mengakibatkan bayi merasa lapar dan menangis pada malam hari.

5.2.1.2 Faktor Kesehatan Ibu

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penghambat ibu menyusui ASI

eksklusif dari faktor kesehatan ibu yang paling dominan adalah pernyataan nomor

5 yaitu sebanyak 18 responden (60%) bahwa ASI tidak ada atau belum keluar.

Menurut Soetjiningsih (1997) rasa khawatir dan tidak bahagia dapat mengganggu

produksi ASI. Hal ini mengakibatkan ibu mengalami agalaksia (tidak ada ASI)

atau ibu malas memberi ASI padahal ASI akan lebih banyak apabila ibu sering

menyusui. Soetjiningsih juga mengatakan ketidakmampuan menyusui erat

(48)

laktasi, dan kurang percaya diri akan kemampuan menyusui serta kurangnya

dukungan sosial baik dari keluarga maupun dari lingkungan untuk mengatasi

masalah pada permulaan laktasi.

5.2.1.3 Faktor Pengetahuan Ibu

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penghambat ibu menyusui ASI

eksklusif dari faktor pengetahuan ibu yang terbanyak adalah pernyataan nomor 10

yaitu sebanyak 21 responden (70%) yang menyatakan tidak mengetahui manfaat

menyusui ASI eksklusif yaitu dapat menjarangkan kehamilan. Hal ini berkaitan

dengan rendahnya tingkat pendidikan ibu yang diperoleh dari penelitian data

demografi, bahwa tingkat pendidikan ibu tertinggi adalah SMU yaitu sebanyak 14

responden (47%). Menurut Rosidah (2004) pengetahuan ibu yang kurang tentang

hal tersebut di atas terjadi akibat kurangnya perhatian ibu tentang penjelasan yang

diberikan oleh petugas kesehatan, namun mayoritas ibu sudah mengetahui tentang

kapan pemberian ASI eksklusif, manfaat ASI eskklusif serta resiko apabila bayi

tidak diberi ASI secara eksklusif tetapi ibu mengatakan sulit untuk merubah

perilaku karena sudah merupakan kebiasaan dalam keluarga. Hal ini sejalan

dengan pendapat Siregar (2004), seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan

memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi

lebih tinggi.

5.2.1.4 Faktor Pekerjaan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab ibu tidak menyusui ASI

eksklusif dari faktor pekerjaan yang terbanyak adalah pernyataan nomor 11

karena lokasi tempat bekerja jauh sebanyak 10 responden (33%). Menurut Roseli

(49)

karena ibu yang bekerja dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan

memberikan ASI perah. Selama ibu bekerja ASI perah tahan 6-8 jam di udara

luar, 24 jam di dalam termos berisi es batu, 48 jam dalam lemari es, dan 3 bulan

dalam freezer.

Evariny (2008), juga menyatakan bahwa jauhnya tempat bekerja dan tidak

tersedianya tempat penitipan bayi merupakan alasan yang paling sering

diungkapkan oleh ibu bekerja. Dengan bantuan “tempat kerja sayang ibu” yaitu

tempat kerja yang memungkinkan karyawati menyusui secara eksklusif.

Keberhasilan ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif akan lebih besar lagi.

5.2.1.5 Faktor Estetika

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu tidak menyusui secara eksklusif

dari faktor estetika yang paling dominan adalah pernyataan nomor 14 yaitu ibu

tidak menyusui secara eksklusif karena takut berat badan bertambah dan bentuk

tubuh tidak dapat kembali seperti sebelum melahirkan sebanyak 7 responden

(23%). Hal ini bertolak belakang belakang dengan pendapat Evariny (2008), data

membuktikan bahwa menyusui dapat membantu ibu menurunkan berat badan

lebih cepat dari pada yang tidak memberikan ASI secara eksklusif. Sebab dengan

menyusui timbunan lemak yang terjadi pada waktu hamil akan dipergunakan

dalam proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan sukar untuk

menghilangkan timbunan lemak yang khusus dipersiapkan untuk menyusui. Hal

ini sejalan dengan pendapat Roesli (2005) yang menyatakan bahwa pendapat

bahwa ibu akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar. Pada waktu

hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI.

(50)

badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara eksklusif. Timbunan

lemak yangt terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusi,

sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan

timbunan lemak.

5.2.1.6 Faktor Petugas Kesehatan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penyebab ibu tidak menyusui ASI

eksklusif dari faktor petugas kesehatan yang paling dominan adalah pernyataan

nomor 15 yaitu ibu tidak pernah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan

tentang ASI eksklusif sebanyak 18 responden (60%). Menurut Siregar (2004),

kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan tentang ASI ekseklusif disebabkan

oleh belum semua petugas kesehatan atau paramedis diberi pesan dan diberikan

cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka serta

peraktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.

Sedangkan menurut Nuchsan (2009), bahwa berhasil atau tidaknya penyusuan

dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas

kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter. Mereka yang pertama-tama akan

membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini.

5.2.1.7 Faktor Iklan

Dari hasil penelitian diperoleh ibu tidak menyusui ASI eksklusif

disebabkan oleh ibu pernah mendapat sampel gratis dari produk susu formula

sampel gratis dari produk susu formula (pernyataan nomor 18) sebanyak 13

responden (43%). Apabila ditelusuri lebih lanjut yang memberikan sampel produk

susu formula gratis adalah para produsen yang berada di tempat perbelanjaan dan

Gambar

Tabel  5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentase Karakteristik Responden tentang Faktor-faktor Penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan pada Mei – Juni 2009 (n=30)
Tabel 5.2 Tabel distribusi frekwensi  dan persentase jawaban responden tentang
Tabel 5.2 Tabel distribusi frekwensi dan persentase jawaban  responden tentang
Tabel 5.3 Hasil uji dengan metode regresi berganda tentang faktor-faktor
+2

Referensi

Dokumen terkait

1) Menurunnya jumlah kasus kematian bayi yaitu 119 kasus di tahun 2012 menjadi 118 kasus di tahun 2013. 3) Persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Subang tahun 2013

Memahami informasi lisan, Mengungkapkan informasi secara lisan, Memahami wacana tulis dan Mengungkapkan informasi secara tertulis berbentuk paparan atau dialog tentang perkenalan

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rina Ani Sapariyah, Yanti Setyorini, dan Arief Budhi Darma (2015) membuktikan bahwa muatan etika dalam pengajaran

Penyusunan Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan program pendidikan Diploma III (D3) pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Downloader adalah sebuah memori untuk menyimpan program pada Bascom AVR, sebagai in-system programmer yang dapat dihubungkan ke komputer melalui port USB untuk

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui variabel-variabel apakah yang termasuk faktor kecerdasan verbal dan variabel- variabel

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul

Judul : Metode Pembelajaran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pelaksanaan Pembelajaran di MAN 2 Watampone Kabupaten Bone Penelitian ini membahas tentang: Metode