• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECEMASAN BIMBINGAN SKRIPSI DAN PROBLEM SOLVING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENEMPUH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KECEMASAN BIMBINGAN SKRIPSI DAN PROBLEM SOLVING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENEMPUH SKRIPSI"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENEMPUH SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai

Salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Muhammad Try Hartoni

NIM: 201110230311143

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENEMPUH SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi

Muhammad Try Hartoni NIM: 201110230311143

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kecemasan Bimbingan Skripsi dan Problem Solving pada Mahasiswa yang sedang Menempuh Skripsi”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ni’matuzahroh, S.Psi. M.Si dan Diana Savitri, S.Psi. M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Yudi Suharsono, S.Psi. M.Si selaku dosen wali yang telah memberi dukungan dan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Kedua orang tuaku yang tercinta, kakak-kakakku yang tersayang serta seluruh keluarga, yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan kasih sayangnya sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku, Elda Pratiwi, Zian Oktavia, Agus Salim dan Zaimah Dwita Arum P. S. yang selalu menemani dan menjadi tempat curahan hati serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dari mulai awal penulisan sampai selesainya. Senang bisa bertemu kalian di masa perkuliahan ini.

6. Adik-adikku seperantauanku dari Sumbawa yang juga sedang berjuang untuk meraih cita-cita dan impiannya, yang menjadi tempat bertukar cerita yang memotivasi. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

(6)
(7)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

TINJAUAN TEORI ... 4

METODE PENELITIAN... 8

Rancangan Penelitian ... 8

Subyek Penelitian... 8

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 8

Prosedur dan Analisa Data ... 8

HASIL PENELITIAN ... 9

DISKUSI ... 11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI... ... 13

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian ... 9 Tabel 2. Perhitungan T-Skor Skala Problem Solving ... 10 Tabel 3. Perhitungan T – Skor Skala Kecemasan Bimbingan Skripsi ... 10 Tabel 4. Deskriptif analisis korelasi kecemasan bimbingan skripsi mahasiswa

(9)

viii

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Blue print, skal try out “kecemasan bimbingan skripsi dan problem solvin inventory” ... 16 Lampiran 2. output validitas dan reliabilitas “skala kecemasan bimbingan

skripsi dan problem solving inventory” ... 22 Lampiran 3. blue print valid penelitian “ skala kecemasan bimbingan skripsi

dan skala problem solving inventory “ ... 28 Lampiran 4. Hasil Try Out “skala kecemasan bimbingan skripsi dan skala problem solving

inventory ... 30 Lampiran 5. Skala penelitian “ skala kecemasan bimbingan skripsi dan

(10)

1

KECEMASAN BIMBINGAN SKRIPSI DAN PROBLEM SOLVING

PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENEMPUH SKRIPSI

Muhammad Try Hartoni

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang tonicannow@yahoo.com

Kecemasan merupakan perasaaan kegelisahan, kekhawatiran, tegang dan takut yang dialami oleh semua individu akan hal yang terjadi dimasa yang akan datang tanpa adanya pencetus yang jelas. Mahasiswa memiliki tingkat stress dan beban kerja terhadap penulisan skripsi yang berdampak pada kecemasan yang dialami terutama ketika menghadapi dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan skripsi. Tinggi rendahnya kecemasan yang dimiliki oleh mahasiswa dipengaruhi oleh problem solving. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Desain yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan metode korelasi product moment. Subjek penelitian adalah 301 mahasiswa aktif yang sedang menempuh skripsi di universitas muhammadiyah malang, Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala kecemasan bimbingan skripsi dan problem solving inventory. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan bimbingan skripsi dan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi, dengan koefisien korelasi sebesar -0.163 dan tingkat signifikansi 0,001 (p<0,05). Sedangkan koefisien determinasi sebesar 0,033, yang menunjukkan bahwa variabel bebas memberikan pengaruh terhadap variabel terikat sebesar 3,3%.

Kata kunci: Kecemasan, bimbingan skripsi, problem solving

(11)

Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang wajib ditempuh oleh individu yang mampu, baik dari fisik maupun psikologis. Dalam dunia pendidikan, perguruan tinggi menjadi titik tertinggi dari tingkat pendidikan formal yang tersedia sebelum individu mulai menunjukkan kemampuannya dalam kehidupan yang sebenarnya dengan berbaur langsung bersama masyarakat untuk menguji kemampuan dan pengetahuan yang didapat selama menimbah ilmu di perguruan tinggi.

Secara prosedural, kemampuan dan kesiapan mahasiswa akan diuji dengan tugas akhir berupa skripsi sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana (S1). Penulisan skripsi merupakan suatu karya ilmiah yang mengajarkan mahasiswa untuk belajar mengkritisi suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia secara ilmiah sesuai dengan ilmu yang didapat dalam disiplin ilmu masing-masing. Selain itu, penulisan skripsi juga sangat berguna bagi tenaga pendidik dan juga mahasiswa untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman mahasiswa akan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan.

Dalam mengerjakan skripsi mahasiswa harus melakukan proses bimbingan skripsi sampai skripsinya siap untuk disidangkan di depan dosen-dosen penguji. Pengerjaan skripsi tentunya tidak dilakukan seperti tugas perkuliahan biasa, akan tetapi tetap didampingi oleh dua dosen yang akan membimbing mahasiswa sesuai dengan spesialisasi agar dosen pembimbing mampu memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa sehingga penelitiannya dapat terlaksana dengan baik. Dalam proses bimbingan skripsi, mahasiswa berhak berkonsultasi, share ataupun diskusi dengan dosen pembimbing. Selama proses bimbingan, mahasiswa akan mendapatkan berbagai macam bentuk reinforcement atau penguatan serta mendapat tekanan dari dosen pembimbing, baik berupa motivasi ataupun sanggahan dan teguran, yang terkadang mahasiswa salah dalam mengartikan tindakan tersebut sebagai bentuk “kemarahan” dari dosen pembimbing. Apabila hal tersebut ditanggapi dengan berfikir positif maka hal tersebut dapat menjadi motivasi ekstra bagi mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsinya dengan baik dan tepat waktu.

Dengan adanya tantangan tersebut tentunya bagus tidaknya kualitas skripsi yang dihasilkan oleh mahasiswa ditentukan dari seberapa mampu mahasiswa bertahan dan menemukan jalan keluar ketika menghadapi kesulitan dan tantangan yang disebut dengan Problem Solving. Problem Solving merupakan indikasi atau petunjuk tentang seberapa kuat seseorang dalam menghadapi sebuah kesulitan dan bermanfaat untuk dapat memperkirakan tentang seberapa besar kemampuan seseorang dalam menghadapi setiap kesulitan hidup dan ketidakmampuannya dalam menghadapi kesulitan tersebut (Aydogdu, 2014). Pernyataan ini juga didukung oleh Reed (2011) bahwa problem solving adalah cara individu untuk mencari penyelesaian dari kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan untuk mengurangi ketidakjelasan dan mencapai tujuan yang terkadang tidak dapat dipahami oleh tiap individu. Mengatasi sebuah masalah dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi hal yang patut untuk dihargai sebagai hal yang paling khas dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

(12)

bidang akademik akan menurun, hubungan dengan teman-teman pun akan menjadi kurang baik serta ada faktor-faktor lain yang dapat terjadi (Setianingsih, 2006).

Menurut Heuvelen dengan berdasarkan hasil survei American Institute of Physics menunjukkan bahwa lulusan fisika (sarjana dan pascasarjana) menggunakan kemampuan Problem Solving dengan frekuensi tertinggi dibandingkan dengan kemampuan lain, yaitu lebih dari 90%, dalam bidang pekerjaan yang disurvei (bidang indutri, bidang sektor otonom swasta, bidang pemerintahan dan bidang pendidikan). Hal yang sama juga disampaikan oleh Mourtos, Okamoto, dan Rhee, yang menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan dalam banyak profesi (Juliyanto dkk., 2013).

Dalam tinjauan lain berdasarkan standar PISA (Programme for International Student Assessment) menunjukkan bahwa calon guru matematika SMP/Mts memiliki kemampuan merumuskan masalah (formulate) yang cukup baik (rata-rata 52%), kemampuan melakukan matematika (employ) yang kurang baik (rata-rata 33%), dan kemampuan menafsirkan hasil (interpret) yang sangat kurang baik (ratarata 20%), sehingga hal ini mempengaruhi kemampuan guru dalam membelajarkan problem solving kepada siswa di kelas yang tidak secara kontinu dan konsisten membentuk pola pikir problem solving kepada siswanya (Nissa & Lestari, 2015).

Saat ini salah satu faktor yang menjadi penghambat mahasiswa dalam mengerjakan skripsi adalah kecemasan, bahwa seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, skripsi tetap menjadi pemicu stres yang dapat memunculkan kecemasan bagi sebagian mahasiswa. Hal ini didukung oleh pendapat Hopko bahwa setiap mahasiswa yang memiliki kecemasan akan dapat menurunkan kemampuan akademisnya karena akan mengganggu dan menurunkan kinerja memori ketika kecemasan itu muncul dalam diri individu (Minahan & Rappaport, 2013).

Rachman menyatakan bahwa kecemasan merupakan perasaan tegang, antisipasi yang begitu mengganggu terhadap peristiwa yang samar-samar yang memungkinkan bisa terjadi, atau bisa dikatakan sebagai perasaan yang gelisah dan tegang. Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan suatu kekhawatiran yang samar, kerisauan yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi penyesuaian terhadap lingkungannya (Purnamasari, 2014). Setiap mahasiswa pasti akan mengalami kecemasan namun dengan tingkatan yang berbeda-beda, mulai dari ringan sedang hingga berat. Walaupun merupakan hal yang normal dialami, kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama-kelamaan dapat menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat depresi dan konflik yang tak disadari. Adanya pencetus stres dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005).

Jika kecemasan terjadi dalam kondisi kronis dan terus menerus dalam waktu lama, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada fisik seperti penyakit lambung, tekanan darah tinggi (hipertensi), asma, juga kerusakan pada fungsi psikis di antaranya adalah penyakit yang umum diketahui karena kecemasan yang berlebihan seperti psikoneurosa, hysteria, somnabulisme (sleep walking), neurasthenia, fobia, hipokondria, anxiety neurosis, psikosomatisme, hypertension, effort syndrom den postpower syndrome dan peptic ulcer Kartono (2002).

(13)

proses ujian/tes berlangsung, tidak berdaya menghadapi tugas dan kehilangan hasrat untuk mengikuti mata kuliah tertentu yang menjadi momok. Sementara itu gejala fisik yang ditimbulkan antara lain berkeringat di telapak tangan, jantung berdebar-debar serta sakit perut. Secara tidak langsung individu yang mengalami kecemasan akan menunjukkan sikap pasif, kurang konsentrasi dan penurunan kemampuan memori karena hilangnya keinginan untuk mengikuti kuliah tertentu.

Banyak mahasiswa tingkat akhir yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan skripsi. Salah satunya adalah mahasiswa tersebut merasa bahwa pembuatan skripsi itu adalah sulit, sehingga mereka membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diberikan. Kesulitan yang seringkali dihadapi oleh mahasiswa, diantaranya menemukan dan merumuskan masalah, menentukan judul yang sesuai, sistematika proposal, sistematika skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, kesulitan dengan standar tata tulis ilmiah serta dana dan waktu yang terbatas. Senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Baskoro, dkk menyimpulkan bahwa masalah utama penyebab kesulitan dalam mengerjakan skripsi adalah (1) sulitnya mencari literatur yang sesuai dengan tema yang akan diteliti; (2) aktivitas dosen pembimbing yang padat; (3) banyaknya revisi ketika bimbingan; (4) tahun kelulusan tidak sesuai target (Purnamasari, 2014).

Kecemasan membawa konsekuensi negatif terhadap kemampuan individu dalam memahami. Kecemasan ini berpengaruh pada fungsi kognitif yang termanifestasi dalam perilaku selama proses belajar (Zimmerman, 1989). Hal ini didukung juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Estee (2010) bahwa tingkat kecemasan yang tinggi dalam bidang akademik akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan dan juga memunculkan problem solving yang tidak efektif. Sedangkan orang dengan kemampuan problem solving yang lebih efektif akan mampu untuk menemukan serta mengembangkan berbagai cara untuk mengatasi gangguan dan stress keseharian, terutama yang dialami oleh mahasiswa dalam menyelesaikan penugasan skripsi yang telah menjadi prasayarat untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan antara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi.

Problem Solving

Reed (2011) berpendapat bahwa problem solving adalah mencari penyelesaian dari kesulitan yang dihadapi dalam kehidupan untuk mengurangi ketidakjelasan dan mencapai tujuan yang terkadang tidak dapat dipahami oleh setiap individu. Mengatasi sebuah masalah dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi hal yang patut untuk dihargai sebagai hal yang paling khas dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

(14)

Tipe-tipe problem solving menurut Gomulya (2012) yaitu tipe cepat bereaksi, tipe pengeluh, tipe pengkritik, tipe pemecahan masalah. Tipe cepat beraksi adalah individu yang tidak khawatir ketika menghadapi masalah dan dapat segera mengambil tindakan. Tipe pengeluh adalah individu yang cepat menyerah ketika menghadapi masalah, sulit untuk mengendalikan kehidupannya sendiri, menyalahkan semua orang dan dirinya sendir serta adanya perasaan tidak akan pernah bisa mengatasi masalahnya sendiri. Tipe pengkritik adalah individu yang lebih bisa berbicara untuk mengutarakan pendapatnya, dia selalu menyalahkan orang lain setiap kali ada sesuatu yang salah tetapi dia tidak pernah melakukan sesuatu. Tipe pemecahan masalah adalah individu yang dapat berpikir dan melihat dunia dengan cara yang berbeda, mereka menganalisis situasi, mencari tahu akar penyebab masalah, berani mengambil keputusan, menyusun rencana yang baik, mengamankan setiap rencana, serta mampu mengeksekusi dan memantau kemajuan setiap rencana mereka. Tipe pemecah masalah menikmati proses belajar dari keberhasilan dan kegagalan mereka.

Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa problem solving adalah proses pencarian jalan keluar yang dilakukan oleh individu dengan menggunakan berbagai macam cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi serta menjadi tolak ukur kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan.

Kecemasan

Dalam tinjauan yang terdahulu, Spielberger mendefinisikan kecemasan sebagai suatu respon terhadap pengalaman akan kejadian-kejadian tertentu yang mengakibatkan timbulnya perasaan yang tidak menyenangkan, kebingungan, gelisah, serta khawatir dan takut (Roustaei, 2015). Rachman menyatakan bahwa kecemasan merupakan perasaan tegang, antisipasi yang begitu mengganggu terhadap peristiwa samar-samar yang memungkinkan bisa terjadi, atau bisa dikatakan sebagai perasaan yang gelisah dan tegang. Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan suatu kekhawatiran yang samar, kerisauan yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi penyesuaian terhadap lingkungannya (Purnamasari, 2014).

Freud (Alwisol, 2009) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada individu bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu respon yang terjadi pada setiap individu ketika muncul kejadian yang tiba-tiba dan tidak diketahui asalnya sehingga bisa diminimalisir dengan cara melakukan sebuah tindakan kearah yang bersifat positif.

(15)

adanya frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan, dan adanya ancaman pada konsep diri (Pieter dkk, 2011).

Kecemasan juga memiliki beberapa tingkatan yaitu pertama kecemasan tingkat rendah yang berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari, dan biasanya kecemasan ini menghasilkan kreativitas. Kedua, kecemasan tingkat sedang, pada hal ini individu lebih memfokuskan diri pada hal-hal penting pada saat ini dan menyampingkan hal-hal lain. Ketiga, kecemasan tingkat tinggi ketika individu berada di lapangan persepsinya menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit untuk berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Reaksi-reaksi fisiologis di antaranya nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala dan mengalami ketegangan. Reaksi kognitifnya adalah lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak

mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun reaksi emosinya terlihat dari perasaan-perasaan yang tidak aman.

Dalam Kartono (2002), disebutkan bahwa kecemasan dibagi menjadi dua jenis yaitu neurotis dan psikotis. Neurotis adalah kecemasan yang erat dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri yang negatif juga disebabkan oleh perasaan bersalah dan berdosa, serta konflik-konflik emosional yang serius dan kronis berkesinambungan, frustasi dan tekanan batin. Psikotis adalah kecemasan yang muncul karena adanya perasaan terancam dalam hidupnya dan kacau balau ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan disorgansasi psikis.

Sedangkan menurut Holmes dalam Ishtifa (2011) membagi kecemasan dalam 4 komponen yaitu (1) komponen mood (psikologis), yang menjelaskan gejala mood yang terjadi berupa khawatir, ketegangan, panic dan ketakutan. Mood seseorang yang merasa cemas dapat berupa was was, khawatir, gelisah takut, tegang, gugup dan rasa tidak aman. Individu tidak dapat merasa tenang dan mudah tersinggung, sehingga memungkinkannya untuk terkena depresi; (2) komponen kognitif, yang menjelaskan kecemasan pada diri seseorang yang terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung dan menjadi sulit untuk mengingat kembali; (3) komponen somatik menjelaskan gangguan kecemasan yang dibagi dalam dua bagian, yaitu pertama adalah gejala langsung yang terdiri dengan mudah berkeringat, sesak nafas, jantung berdebar cepat, tekanan darah meningkat, pusing, otot yang tegang. Kedua ,kalau kecemasan dirasakan secara berlarut-larut, maka hal tersebut secara berkesinambungan akan meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, ketegangan otot, sering merasa mual; (4) komponen motorik menggambarkan bahwa kecemasan dapat terlihat dari gangguan tubuh pada seseorang, seperti tangan yang selalu gemetar, suara yang terbata-bata dan sikap yang terburu-buru.

Peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan adalah dorongan pikiran dan perasaan dalam diri individu yang berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku.

(16)

Kecemasan Mahasiswa

Problem Solving Rendah Problem Solving Tinggi

Hipotesa

Adanya hubungan negatif antara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Semakin tinggi kecemasan bimbingan skripsi maka semakin rendah problem solving, atau sebaliknya semakin rendah kecemasan bimbingan skripsi maka semakin tinggi problem solving yang dimiliki mahasiswa tersebut.

1. Tidak memiliki keyakinan diri ketika menyelesaikan masalah. 2. Tidak mampu menyusun pilihan

alternatif ketika menyelesaikan masalah

3. Tidak memiliki keyakinan untuk menggunakan pilihan-pilihan alternatif yang sudah dibuat ketika menghadapi masalah. 1. Memiliki keyakinan diri yang

tinggi dalam menyelesaikan masalah

2. Memiliki kecenderungan untuk membuat pilihan alternatif ketika menyelesaikan masalah. 3. Memiliki keyakinan untuk

menggunakan pilihan-pilihan alternatif yang sudah dibuat ketika menghadapi masalah

Kecemasan Rendah

1. Tidak mudah mengalami perasaan khawatir dan tidak aman saat beradaptasi dengan berbagai situasi yang menekan. 2. Memiliki pemikiran akan

keberhasilan sehingga tidak mudah menyerah ketika menghadapi masalah.

3. Berani untuk menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah. 4. Tidak mudah memunculnya

reaksi fisik ketika menghadapi situasi yang menekan.

Kecemasan Tinggi

1. Mudah mengalami perasaan khawatir dan tidak aman saat beradaptasi dengan berbagai situasi yang menekan.

2. Tidak memiliki pemikiran akan keberhasilan sehingga mudah menyerah ketika menghadapi masalah.

3. Tidak berani untuk menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah.

(17)

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasinal dengan menggunakan analisis data product moment, karena peneliti ingin mengetahui hubungan antara dua variabel pada data yang telah dikumpulkan sekaligus menguji signifikansinya. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dengan status sedang menempuh skripsi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling - Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas), dengan tingkat kesalahan sejumlah 5% dari total jumlah populasi (Sugiyono, 2005).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecemasan bimbingan skripsi yaitu dorongan pikiran dan perasaan dalam diri individu yang berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku sebagai hasil dari tekanan dalam pelaksanaan proses bimbingan skripsi. Hal ini ditandai dengan perasaan tegang, merasa takut, khawatir, gugup, tidak mampu mengambil keputusan, jantung berdebar cepat, sulit berkonsentrasi, tangan berkeringat, dan gemetaran.

Skala kecemasan bimbingan skripsi yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berdasar kepada komponen kecemasan yang dikemukakan oleh Holmes (1991) yang terdiri dari 4 komponen kecemasan yaitu (1) psikologi (mood), (2) motorik, (3) kognitif, dan (4) somatik. Berdasarkan hasil try out yang dilakukan pada 100 mahasiswa yang ada di Kabupaten Malang dan Kota Malang, menunjukkan bahwa dari 40 item terdapat 30 item yang dinyatakan valid dengan indeks validitas bergerak antara 0,200–0,419. Sedangkan dari uji reliabilitas di dapatkan hasil nilai cronbach’s alpha sebesar 0,788.

Sedangkan variabel terikatnya adalah problem solving yaitu proses pencarian jalan keluar yang dilakukan oleh individu dengan menggunakan berbagai macam cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi serta menjadi tolak ukur kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan. Instrumen problem solving dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang disusun oleh Heppner dan Peterson (1982) terdiri dari 3 aspek yaitu, (1) kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah, (2) pendekatan dan penghindaran, dan (3) kontrol diri. Berdasarkan hasil try out yang telah dilakukan, dari 35 item terdapat 12 item dengan indeks validitas bergerak antara 0,294–0,601. Sedangkan dari uji reliabilitas didapatkan hasil nilai cronbach’s alpha yaitu 0,833.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

(18)

kedua yaitu try out dengan menyebarkan instrumen penelitian kepada 100 responden. Tahapan ketiga yaitu pelaksanaan penelitian dengan menyebarkan instrumenn penelitian dengan item yang telah valid dari hasil try out kepada sejumlah mahasiswa sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Tahapan keempat adalah menganalisis data penelitian secara sistematis menggunakan korelasi product moment dengan tujuan untuk menguji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Perhitungan statistik yang digunakan adalah SPSS v21.

HASIL PENELITIAN

Setelah penelitian ini dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang akan dipaparkan melalui tabel-tabel berikut. Tabel pertama menunjukkan karakteristik subjek yang turut serta dalam penelitian kecemasan bimbingan skripsi dan problem solving mahasiswa yang menempuh skripsi.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Kategori Frekuensi Porsentasi (%)

Jenis kelamin

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian terdiri dari 301 subjek dengan 177 laki-laki (58,8%) dan 124 perempuan (41,2%). Sedangkan usia subjek terdapat 4 rentang usia. Pada usia 21 terdiri dari 33 subjek (11%), usia 22 terdiri dari 41 subjek (13,6%), usia 23 terdiri dari 216 subjek (71,8%) dan subjek yang berusia 24 tahun terdiri dari 11 subjek (3,6%).

(19)

23 subjek (7,6%), Fakultas Kesehatan dengan 29 subjek (9,6%), Fakultas Kedokteran sebanyak 36 subjek (11,9%), Fakultas Agama Islam sebanyak 29 subjek (9,6%), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 30 subjek (9,9%), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 30 subjek (9,9%), Fakultas Hukum 24 subjek (8%), Fakultas Teknik 34 subjek (11,2%), Fakultas Pertanian dan Peternakan 29 subjek (9,6%) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sebanyak 37 subjek (12,3%).

Peneliti kemudian menghitung T-Skor untuk mengetahui tinggi rendah skor pada problem solving dan kecemasan bimbingan skripsi.

Tabel 2. Perhitungan T-Skor Skala Problem Solving

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T–Skor >50 170 56,5%

Rendah T–Skor <50 131 43,5%

Total 301 100%

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 2 menunjukkan bahwa subjek yang memiliki problem solving tinggi lebih banyak dari pada subjek yang memiliki problem solving rendah. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 301 subjek yang dijadikan sampel terdapat 170 subjek yang dikategorikan memiliki problem solving tinggi sebesar 56.5% dari total subjek. Sedangkan 131 subjek dikategorikan memiliki problem solving rendah sebesar 43,5% dari jumlah total subjek.

Selanjutnya berikut ini hasil t-skor skala kecemasan bimbingan skripsi : Tabel 3. Perhitungan T – Skor Skala Kecemasan Bimbingan Skripsi

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T–Skor >50 130 43,2%

Rendah T–Skor <50 171 56,8%

Total 301 100%

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3 menunjukkan bahwa subjek yang memiliki kecemasan bimbingan skripsi yang rendah lebih banyak daripada subjek yang memiliki kecemasan bimbingan skripsi yang tinggi. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 301 subjek yang dijadikan sampel terdapat 171 subjek yang dikategorikan memiliki kecemasan bimbingan skripsi yang rendah yaitu berarti 56,8% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan memiliki kecemasan bimbingan skripsi yang tinggi hanya berjumlah 130 subjek itu berarti 43,2% dari jumlah total subjek.

Tahap selanjutnya peneliti melakukan analisis korelasi product moment untuk mengetahui koefisien korelasi, koefisien determinasi dan nilai signifikansi dari data penelitian.

Tabel 4. Hasil Analisis Korelasi Kecemasan Bimbingan Skripsi Mahasiswa dengan

Problem Solving.

Koefisien korelasi (r) Indeks analisis

Koefisien korelasi (r) -0,163

Koefisien determinasi (R2) 0,033 Taraf kemungkinan kesalahan 5% (0,05)

(20)

Pada tabel 4, menunjukkan skor koefisien korelasi yang dihasilkan dari perhitungan SPSS sebesar -0,163 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi, yang artinya semakin tinggi tingkat kecemasan bimbingan skripsi mahasiswa maka akan semakin rendah problem solving yang dilakukan, atau sebaliknya semakin rendah tingkat kecemasan bimbingan skripsi mahasiswa maka akan semakin tinggi problem solving yang dilakukan. Sementara nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,033 yang berarti variabel kecemasan bimbingan skripsi memberikan pengaruh sebesar 3,3% terhadap variabel problem solving. Tabel 5. Deskripsi data penelitian berdasarkan usia

Kategori Frekuensi Kecemasan bimbingan skripsi Problem solving

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Usia

21-22 Tahun

23-24 Tahun 74 (100%) 227(100%) 134 (59,0%) 36 (48,6%) 38 (51,3%) 93 (41,0%) 107 (47,2%) 41 (55,4%) 33 (44,5%) 120(52,8%) Total (%) 301 (100%) 170 (56,5%) 131(43,5%) 148 (49,2%) 153(50,8%) Dari deskripsi data penelitian di atas menunjukkan bahwa subjek memiliki rentang usia yang bervariatif mulai dari 18 tahun sampai dengan 24 tahun. Dari total deskripsi data usia terlihat bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving mahasiswa yang menempuh skripsi dimana pada skala kecemasan bimbingan skripsi kategori tinggi sebesar 170 (56,5%) mahasiswa dan kategori rendah sebesar 131(43,5%) sedangakan pada skala problem solving inventory klasisfikasi tertinggi terdapat pada kategori rendah yaitu 153 (50,8%) dan kategori tinggi hanya 148 (49,2%) mahasiswa.

Selain dapat dilihat hubungannya secara keseluruhan juga dapat dilihat hubungan dari masing-masing rentang usia dimana rentang usia 21-22 tahun klasifikasi tinggi terdapat pada kategori rendah pada skala kecemasan bimbingan skripsi yaitu 38 (51,3%) dan kategori tinggi sedikit lebih rendah yaitu 36 (48,6%) sedangkan pada skala problem solving inventory klasisfikasi tertinggi terdapat pada kategori tinggi yaitu sebesar 41 (55,4%) dan pada kategori rendah sebesar 33 (44,5%) mahasiswa. Untuk kategori 22-23 tahun klasifikasi tertinggi pada skala kecemasan bimbingan skripsi terdapat pada kategori tinggi 134 (59,0%) dan kategori rendah 93 (41,0%) sedangkan untuk pada skala prolem solving inventory klasifikasi tertinggi terdapat pada kategori rendah 120(52,8%) dan klasifikasi tinggi 107 (47,2%) mahasiswa.

Tabel 6. Deskripsi data penelitian berdasarkan fakultas

Kategori Frekuensi Kecemasan bimbingan skripsi Problem solving

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

(21)

Fisip

Pada tabel fakultas kembali dapat dilihat adanya hubungan negatif anatar kedua variabel dmana pada skala kecemasan bimbingan skripsi klasifikasi tertinggi terdapat pada kategori tinggi yaitu sebesar 175 (58,1%) dan kategori rendah 126 (41,9%) mahasiswa sedangakan pada skala problem solving inventory klasifikasi tertinggi terdapat pada kategori rendah yaitu sebesar 65 (54,2%) dan kategori tinggi sebesar 55 (45,8%) mahasiswa. Dari 10 jumlah fakultas yang ada di Universitas Muhhamdiyah Malang fakultas yang memiliki kecemasan bimbingan skripsi tertinggi terdapat pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) 25 (83,3%) dan kecemasan terendah terdapat pada Fakultas Psikologi (FAPSI) 17 (73,9%) mahasiswa sedangkan untuk klasifikasi problem solving tertinggi terdapat pada fakultas FISIP dan FKIP yang sama-sama memperoleh hasil sebesar 20 (66,6%) mahasiswa dan tklasifikasi terndah terdapat pada Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) yaitu sebesar 15 (51,7%) mahasiswa

Tabel 7. Deskripsi data penelitian berdasarkan jenis kelamin

Kategori Frekuensi Kecemasan bimbingan skripsi Problem solving

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Jenis terlalu signifikan anatara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving mahasiswa yang menempuh skripsi dimana kecemasan tertinggi terdapat pada kategori laki-laki yaitu sebesar 100 (56,5%) dan perempuan 69 (55,6%) sementara itu pada skala problem solving inventory klasifikasi tertinggi juga terdapat pada kategori laki-laki yaitu sebesar 97 (54,8%) sedangkan perempuan 65 (52,4%) mahasiswa.

DISKUSI

(22)

Sedangkan pengertian problem solving itu sendiri adalah proses pencarian jalan keluar yang dilakukan oleh individu dengan menggunakan berbagai macam cara untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, serta menjadi tolak ukur kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan. Mahasiswa yang memiliki tingkat problem solving yang tinggi, dapat membantu mereka untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang sedang dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari, karena ketika mendapatkan suatu masalah mereka dapat menganalisis permasalahan tersebut dan dapat memutuskan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan tersebut secara mandiri. Sebaliknya, ketika mahasiswa memiliki tingkat problem solving yang rendah, mereka tidak dapat menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi karena tidak dapat menganalisis permasalahannya yang sedang dihadapi dengan baik. Tinggi rendahnya problem solving itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti intelegensi, kreativitas, usia, pengalaman, tingkah laku coping, tingkat pendidikan, faktor situasional, faktor biologis, motivasi, kepercayaan diri, sikap yang tepat, fleksibilitas dan emosi. Hal ini didukung oleh pernyataan Stevens (1996) bahwa hambatan seseorang dalam usaha memecahkan masalah yaitu persepsi, ekspresi, intelegensi dan emosi. Problem solving penting untuk dimiliki oleh setiap mahasiswa karena setiap mahasiswa pasti memiliki permasalahannya masing-masing terutama ketika mahasiswa menempuh skripsi. Sebagian mahasiswa berpendapat bahwa skripsi itu mudah dan menyenangkan, namun pada sebagian mahasiswa yang lain dapat terjadi hal sebaliknya, skripsi menjadi pemicu stress yang dapat menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa. Pada mahasiswa yang menempuh skripsi, mereka diwajibkan untuk melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing masing-masing sesuai dengan surat keputusan dari fakultas atau jurusan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Oladipo & Ogungbamila pada mahasiswa yang mengerjakan skripsi di Nigeria didapati hasil bahwa beberapa manifestasi perilaku kecemasan dalam mengerjakan skripsi di kalangan mahasiswa ditunjukkan dengan adanya perasaan ingin menangis, meninggalkan ruang ujian, mengambil keputusan agar tidak mengikuti tes/bimbingan, rasa marah atau tangan tak berdaya dan gemetar (Guntara, 2013). Sedangkan pengertian kecemasan itu sendiri adalah dorongan pikiran dan perasaan dalam diri individu yang berisikan ketakutan akan bahaya atau ancaman di masa yang akan datang tanpa sebab khusus, sehingga mengakibatkan terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku.

(23)

Berdasarkan dari pengujian nilai t-skor di atas didapatkan hasil bahwa variabel kecemasan bimbingan skripsi lebih tinggi dibandingkan dengan variabel problem solving. Hal ini menjelaskan kecemasan bimbingan skripsi yang dihadapi oleh mahasiswa menunjukkan adanya hubungan terhadap problem solving. Semakin tinggi kecemasan bimbingan skripsi pada mahasiswa, maka mahasiswa akan menunjukkan perasaan khawatir dan tidak aman ketika berada pada situasi yang menekan. Mereka lebih mudah menyerah dan tidak berani menyelesaikan masalah ketika menghadapi suatu masalah dalam proses bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya. Kecemasan yang dialami juga mempengaruhi pemikiran-pemikiran mahasiswa akan ketidakberhasilan dan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi masalah. Pernyataan ini didukung oleh Milarsari yang mengatakan bahwa seseorang yang gagal mengatasi masalah seringkali menjadi tidak percaya diri, prestasi sekolah menurun, hubungan dengan teman menjadi kurang baik serta berbagai masalah dan konflik lainnya yang terjadi (Setianingsih, 2006).

Tinggi rendahnya kecemasan seseorang juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua atau lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang. Ketika seseorang mendapatkan pola asuh yang baik dalam perkembangannya, maka akan membantu seseorang untuk dapat mengelola kecemasan dengan baik saat mereka dewasa dan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani dan Wijayanti (2011) pada anak-anak yang berada di lingkungan panti asuhan didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pola asuh dengan kecemasan. Oleh karena itu cara pengasuhan dan pola asuh yang baik dapat mengurangi bahkan menghilangkan perasaan cemas pada anak.

Ketika mahasiswa memiliki kecemasan yang tinggi saat melakukan bimbingan skripsi, maka sebaliknya mereka menunjukkan problem solving yang rendah. Pada saat mahasiswa sedang mengalami kecemasan yang tinggi dan tidak dapat mengolah atau mengontrol kecemasannya tersebut, maka akan berdampak pada kemampuan kognitif mereka yang terhambat dalam mengelola informasi yang masuk ke otak sehingga mengakibatkan rendahnya problem solving yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal ini didukung oleh zimmerman (1998) bahwa kecemasan membawa konsekuensi negatif terhadap kemampuan individu dalam memahami, dimana yang juga berpengaruh pada fungsi kognitif yang termanifestasi dalam perilaku selama proses belajar.

Problem solving dikatakan rendah apabila mahasiswa yang melakukan bimbingan skripsi tidak memiliki keyakinan akan dapat menyelesaikan masalah ketika menghadapi permasalahan dalam proses bimbingan skripsi. Mahasiswa tidak memiliki keyakinan dan tidak mampu membuat maupun menyusun pilihan alternatif yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat terjadi karena adanya hambatan dalam kognitif individu sehingga membuat intelegensi dan kemampuan berfikir kreatif mahasiswa pun menjadi terhambat ataupun terbatas. Selain dipengaruhi oleh faktor kognitif, terdapat faktor-faktor lain yang dapat membuat mahasiswa memiliki problem solving yang rendah, diantaranya faktor situasional, faktor biologis yang tergabung dalam faktor eksternal dan faktor internal seperti tingkat kepercayaan diri, cara menyikapi masalah, fleksibilitas, emosi dan motivasi yang dimiliki individu.

(24)

didukung oleh Hurlock (2006) bahwa besar-kecil, ringan-berat suatu permasalahan tergantung dari bagaimana keterampilan individu dalam menyikapi suatu permasalahan dan keterampilannya dalam memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Sehingga tingkat kecemasan yang tinggi dalam bidang akademik akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan dan juga memunculkan problem solving yang tidak efektif bagi mahasiswa itu sendiri (Estee, 2010).

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya usia mahasiswa semakin tinggi juga tingkat kecemasannya, hal ini tidak terlepas dari peralihan masa remaja akhir menuju dewasa awal. Dimana pada masa remaja akhir mahasiswa mendapat dukungan sosial secara penuh, orientasi terhadap masa depan masih kurang akan tetapi pada masa dewasa awal ini semuanya mulai berubah dengan menuntut kemandirian dan tuntutan masa depan seperti harus segera menyelesaikan studi, mencari pasangan hidup, mencari pekerjaan, membangun rumah dan lain-lain. Hal ini didukung oleh Santrock (2002) bahwa orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Dengan semakin bertambahnya tugas mahasiswa pada masa dewasa awal hal ini rentan menimbulkan kecemasan yang berdampak pada rendahnya problem solving seperti pada tabel 5 kecemasan bimbingan skripsi tertinggi sebesar 59% sedangkan problem solving tertinggi ada pada kategori rendah sebesar 52,8%.

Jika dilihat pada tabel fakultas fakultas yang memiliki tingkat kecemasan tertinggi adalah fakultas ilmu sosial dan politik (FISIP) yaitu sebesar 83,3 % akan tetapi hal ini juga diikuti dengan problem solving yang juga tinggi yaitu 66,6%. Dalam hal ini setiap fakultas memiliki kekhasan tersendiri sehingga menimbulkan kecemasan yang berbeda-beda pula tergantung dari motivasi mahasiswa memilih fakultas. Apakah memilih fakultas tersebut karena keinginan orang tua, mengikuti teman, fakultas tersebut sebagai pilihan alternatif, atau memang karena keinginan sendiri. Jika motivasi mahasiswa selain karena keinginan sendiri maka hal ini akan menimbulkan permasalahan karena permasalahan itu sendiri adalah terjadinya ketidaksesuaian antara apa yang terjadi dengan apa yang diharapkan.

Dilihat dari jenis kelamin laki-laki memiliki tingkat kecemasan tertinggi yaitu sebesar 56,5% hal ini tidak terlepas dari peran dan status sosial laki-laki yang mengemban tanggung jawab lebih besar dalam masa dewasa awal, dimana laki-laki harus mulai meniti karir, mencari pasangan hidup untuk membangun rumah tangga serta menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Tentunya peranan ini akan berbeda bagi mahasiswa perempuan yang secara budaya cenderung “menunggu” untuk dinikahi dan sebagian besar mahasiswa perempuan yang nanti akan berkeluarga memiih untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Hal ini selaras dengan pendapat Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya.

(25)

mahasiswa masih menerka-nerka hal apa yang akan terjadi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh D’Zurilla & Maydeu-olivares (1995) dimana faktor yang mempengaruhi kemampuan problem solving meliputi intelegensi, kreativitas, usia, pengalaman, tingkah laku coping, tingkat pendidikan, faktor situasional, faktor biologis, motivasi, kepercayaan diri, sikap yang tepat, fleksibilitas dan emosi.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dari 301 mahasiswa aktif yang berpartisipasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara masa kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kecemasan bimbingan skripsi dengan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi. Hal ini diperkuat dengan nilai korelasi sebesar -0,163 dengan signifikansi 0.001. Selain itu kontribusi efektif sebesar 3,3% yang artinya masih ada 96,7% problem solving dipengaruhi oleh variabel yang lain.

Implikasi dari penelitian ini adalah diharapkan bagi mahasiswa yang sedang menempuh skripsi agar dapat mempersiapkan bahan bimbingan dan mempersiapkan mental agar mempermudah proses bimbingan dengan dosen pembimbing. Selain itu diharapkan bagi mahasiswa supaya dapat meningkatkan kemampuan problem solving ketika menghadapi permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari dan mampu mengurangi kecemasan ketika menghadapi suatu masalah. Bagi peneliti selanjutnya, dianjurkan untuk dapat memperbanyak referensi yang akan digunakan, baik untuk melengkapi variabel terikat maupun variabel bebas dalam penelitian ini. Disamping itu peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini terkait problem solving dengan variabel lainnya seperti motivasi mengerjakan skripsi dan pengalaman mengerjakan skripsi atau melakukan penelitian ilmiah lainnya.

REFERENSI

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian (Ed. Revisi). Malang: UMM Press.

Aydogdu, M. Z. (2014). A research on geometry problem solving strategies used by elementary mathematics teacher candidate.Journal of educational Studies in the World, 4, 1-07.

Carpenito & Juall, L. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan (Ed. Kesepuluh). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

D’Zurilla, T. J. & Maydeu-olivares, A. (1995). Conceptual and methodological issue in social problem solving assessment. Journal of behavior therapy. 26. 409-432.

(26)

Gomulya, Benny. (2012). Problem solving and decision making for improvement. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Guntara, H. (2015). Hubungan antara konsep diri dengan kecemasan memulai mengerjakan skripsi pada mahasiswa fakultas psikologi universitas muhammadiyah surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hawari. (2001). Manajemen Stress, Cemas dan Depresi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Heppner, P. P. & Petersen, C. H. (1982). The development and implications of a personal problem-solving inventory. Journal of Counseling Psychology, 29, 66-75. Instrument reproduced with permission of P. Paul Heppner.

Holmes, D. (1991). Abnormal psychology. New York: Harper Collins Publisher, Inc.

Hurlock, E. B. (2006). Psikoilogi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Juliyanto, E., Nugroho, S.E., & Marwoto, P. (2013). Perkembangan pola pemecahan masalah anak usia sekolah dalam memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan alam. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 9 :151-162.

Kartono, K. (2002). Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kusumawardhani, Y., & Wijayanti, D. Y. (2011). Hubungan antara pola asuh dengan kecemasan anak panti asuhan. Evidence based practice in nursing science: Unique,diversity and innovation.

Maramis, W. F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press Minahan, J., & Rappaport, N. (2013). Anxiety in students: A hidden culprint in behavior

issues. Cambridge: Harvard Education Press.

Monks,F.J., Knoers,A.M.P., & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nissa, I. C., & Lestari, P. (2015). Analisis kemampuan problem solving mahasiswa calon guru matematika berdasarkan standar PISA. Jurnal Kependidikan. 14 (1): 45-56. Phumeechanya, N., & Wanapiroon, P. (2013). Ubiquitous scaffold learning environment

using problem based learning to enhance problem solving skills and context awarness. International Journal on Integrating in Education (IJITE), 2 (4).

Pieter, Z., Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta: Kencana.

(27)

Reed, S. K. (2011). Kognisi: Teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Rochman, L. (2010). Kesehatan mental. Purwokerto: Stain Press.

Roustaei, M. (2015). Reading anxiety and its relation to reading profeciency, reading strategy, and gender: the case of iranian EFL learners. Amin Institute of Higher Education.

Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Setianingsih, E., Uyun, Z., & Yuwono S. (2006). Hubungan antara penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3 (1).

Stevens, M. (1996). How to be a better problem solver. London: Kogan Page.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Vitasari, P., Wahab, M. N. A., Othman, A. & Awang, M. G. (2010). The use of study anxiety

intervention in reducing anxiety to improve academic performance among university students. International Journal of Psychological Students, 2 (1), 89-95.

(28)

LAMPIRAN 1

BLUE PRINT, SKAL TRY OUT

(29)

Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Bimbingan Skripsi (try out)

Tabel 2. Blue Print Skala Problem Solving Inventory (try out)

No. Aspek F UF Total

1. Kepercayaan diri dalam

menyelsaikan masalah 5,9,10,12,19,23, 24,27,33,35 11, 34 12 2. Pendekatan dan penghindaran 6, 7, 8, 13, 16, 17,

18, 20, 22, 28, 31 1, 2, 4, 15, 21, 29, 30, 18

3. Kontrol pribadi - 3, 14, 25, 26, 32, 5

Total 21 14 35

Skala 1: Kecemasan bimbingan skripsi

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saat menemui dosen pembimbing diruangannya, saya merasa tegang.

2. Ketika diperintahkan untuk mengumpulkan revisian skripsi, saya khawatir akan mendapat banyak revisian/ coretan.

3. Ketika dosen pembimbing meminta saya menerangkan isi skripsi, tangan saya langsung gemetar.

4. Ketika dosen pembimbing merasa bingung dengan maksud dari isi skripsi, kemudian menanyakan secara langsung tentang isi skripsi, mulut saya terasa keluh. 5. Ketika dosen pembimbing menerangkan maksud dan

keinginan tentang isi skripsi, saya akan langsung bertanya jika ada yang tidak saya pahami.

6. Saya merasa santai dan rileks ketika mengerjakan skripsi. 7. Ketika mengantri didepan ruangan dosen pembimbing,

saya merasa takut jika telah mendapat giliran untuk masuk kedalam ruangan melakukan bimbingan.

8. Saya tidak betah berlama-lama ketika melakukan bimbingan.

9. Dalam menjawab pertayaan dosen pembimbing, saya terbata-bata.

(30)

pembimbing.

11. Saya merasa takut jika dosen pembimbing bertanya tentang skripsi saya.

12. Jantung saya berdebar cepat ketika saya tidak dapat mengingat isi skripsi yang saya buat dan pelajari.

13. Meskipun telah mempersiapkan diri, saya tetap merasa tidak percaya diri dalam menjawab pertanyaan dosen pembimbing.

14. Saya merasa sulit untuk berkonsentrasi lagi dalam mengerjakan skripsi ketika teman-teman saya sudah selesai dalam mengerjakan skripsinya.

15. Saya merasa tegang karena terus diperhatikan dosen pembimbing ketika melakukan bimbingan.

16. Ketika dosen pembimbing mulai berbicara / menanggapi skripsi saya, jantung saya langsung berdebar cepat.

17. Saya merasa khawatir ketika dosen bertanya tentang skripsi saya.

18. Jantung saya berdebar cepat ketika dosen mengajukan pertanyaan tentang isi dari skripsi saya

19. Saat menyelesaikan bimbingan, saya mendapati tangan saya berkeringat

20. Dalam mengerjakan skripsi, saya selalu hati-hati dan teliti.

21. Saya merasa tegang dalam menghadapi permasalahan saya.

22. Saya merasa gemetar ketika harus menyelesaikan revisian sendiri.

23. Saya dapat berkonsenterasi dengan baik, walaupun teman-teman telah menyelesaikan skripsi terlebih dahulu. 24. Saya merasa tidak yakin dengan keputusan yang saya

ambil

25. Saya merasa tegang ketika bimbingan kepada dosen pembimbing.

26. Ketika akan bimbingan ke dosen pembimbing jantung saya berdetak cepat di ruangan dosen.

27. Saya merasa khawatir, jika saya tidak memahami isi skripsi yang akan saya konsultasikan ke dosen pembimbing saya.

28. Menjelang seminar (ujian), telapak tangan dan kaki saya terasa dingin.

29. Saya measa keputusan yang saya ambil salah.

30. Karena terburu-buru dalam mengerjakan skripsi, pemahaman saya sering salah.

31. Saya merasa sulit berkonsentrasi ketika mengerjakan skripsi dan teman-teman saya berisik.

32. Saya takut jika tidak mampu memahami isi skripsi saya. 33. Saya mampu mengambil keputusan dengan benar

(31)

35. Saya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dosen dengan tepat.

36. Saya sering terburu-buru dalam mengerjakan skripsi sehingga sering kali salah maksud dan pemahaman. 37. Jantung saya berdebar cepat ketika teman-teman saya

telah selesai ujian dan saya belum.

38. Saya takut kemungkinan dijauhi teman dan keluarga jika mereka mengetahui skripsi saya belum selesai-selesai. 39. Ketika saya melakukan revisi, saya banyak mengeluarkan

keringat.

40. Saya merasa sulilt memahami tugas revisian, sehingga saya harus membacanya kembali (berulang-ulang) sampai saya mengerti.

Skala II: Problem solving inventory

No. Pernyataan STS CTS ATS AS CS SS

1. Ketika solusi untuk sebuah masalah gagal, saya tidak memastikan mengapa solusi itu tidak berhasil digunakan.

2. Ketika saya dihadapkan dengan masalah yang kompleks, saya tidak akan susah payah mengembangka strategi untuk mengumpulkan informasi sehingga saya dapat menentukan dengan tepat apa yang menjadi masalah sebenarnya.

3. Ketika usaha pertama saya menyelesaikan masalah gagal, saya jadi ragu-ragu pada kemampuan saya untuk mengatasi masalah. 4. Setelah saya menyelesaikan sebuah masalah,

saya tidak mengatasi menganalisis apa yang benar atau apa yang salah.

5. Saya biasanya mampu untuk memikirkan alternatif yang kreatif dan efisien untuk memecahkan sebuah masalah.

6. Setelah saya mencoba menyelesaikan masalah dengan tindakan tertentu, saya meluangkan waktu dan membandingkan hasil nyatanya dengan apa yang saya harapkan.

7. Ketika saya punya masalah, saya mencari jalan keluarnya sebanyak mungkin sampai saya tidak bisa menemukan jalan lain untuk menghadapi masalah tersebut.

8. Ketika menghadapi sebuah masalah, saya memperhatikan perasaan saya secara konsisten untuk menemukan apa yang terjadi dalam menemukan solusi.

(32)

hal konkrit atau spesifik.

10. Saya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan sebagian besar masalah yang ada walaupun pada awalnya saya tidak menemukan solusinya.

11. Sebagian besar masalah yang saya hadapi terlalu rumit untuk saya selesaikan.

12. Saya membuat sebuah keputusan yang nantinya akan membuat saya bahagia.

13. Ketika berhadapan dengan suatu masalah, saya cenderung melakukan hal pertama yang muncul dipikiran saya untuk menyelesaikannya.

14. Terkadang saya tidak meluangkan waktu tertentu untuk menghadapi masalah apa yang sedang terjadi dan kedepannya dijalani saja. 15. Ketika menentukan jalan keluar untuk sebuah

masalah, saya tidak meluangkan waktu untuk mempertimbangkan solusi alternatif lainnya yang mungkin saja bisa berhasil.

16. Ketika berhadapan dengan sebuah masalah, saya memikirkan sejenak tentang masalah tersebut sebelum memutuskan langkah berikutnya.

17. Secara umum, saya mengambil gagasan yang pertama kali muncul dalam fikiran saya.

18. Ketika membuat keputusan, saya merasa terbebani dengan konsekuensi dari alternatif keputusan tersebut dan membandingkannya satu sama lain.

19. Ketika saya membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, saya hampir yakin bahwa rencana tersebut akan berhasil.

20. Saya mencoba untuk memperkirakan seluruh hasil keseluruhan dari sebuah tindakan tertentu yang saya lakukan.

21. Ketika saya mencoba untuk mencai solusi dari sebuah masalah, saya tidak memiliki banyak alternative

22. Dalam mencoba untuk menyelesaikan sebuah masalah, strategi yang sering saya gunakan adalah dengan menjadikan masalah serupa terdahulu sebagai rujukan

23. Dengan waktu dan usaha yang cukup, saya percaya bahwa saya dapat menyelesaikan masalah.

(33)

25. Walaupun saya sedang menyelesaikan masalah, terkadang saya merasa seperti masih meraba-raba atau bertanya-tanya, dan saya tidak menyentuh masalah yang sebenarnya. 26. Saya membuat penilaian dengan tergesa-gesa

tanpa banyak pertimbangan dan kemudian menyesalinya.

27. Saya percaya dengan kemampuan saya untuk menyelesaikan masalah baru dan sulit.

28. Saya memiliki metode yang sistematis untuk membandingkan alternatif-alternatif jalan keluar dari permasalahan yang ada dan membuat keputusan.

29. Ketika saya mencari cara untuk menyelesaikan sebuah masalah, saya tidak pernah menggabungkan beberapa solusi yang berbeda. 30. Ketika berhadapan dengan masalah, saya tidak terbiasa mencari tahu hal-hal eksternal di lingkungan saya yang mungkin menjadi penyebab dari masalah tersebut.

31. Ketika saya dihadapkan dengan suatu masalah, salah satu hal yang pertama saya lakukan adalah melakukan survei situasi dan mempertimbangkan semua informasi yang berhubungan dengan masalah tersebut.

32. Terkadang saya menjadi sangat emosi ketika saya tidak mampu untuk mempertimbangkan banyak cara untuk menghadapi masalah yang yang saya hadapi.

33. Setelah membuat keputusan, hasil yang saya harapkan biasanya cocok dengan hasil nyatanya.

34. Ketika berhadapan dengan suatu masalah, saya tidak yakin bahwa saya dapat menghadapinya. 35. Ketika saya menyadari bahwa sebuah masalah

(34)

LAMPIRAN 2

OUTPUT VALIDITAS DAN RELIABILITAS

(35)

Analisis Validitas & Reliabilitas Skala Problem Solving Inventory

(Hasil Try Out) r_tabel = 0,195

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Total Correlation Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted

(36)

Reduksi 1

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Total Correlation Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted

Item1 47,43 97,197 ,302 ,803

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Total Correlation Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted

(37)

Analisis Validitas & Reliabilitas Skala Kecemasan Bimbingan Skripsi (Hasil Try Out)

r_tabel = 0,195

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Total Correlation Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted

(38)

Item

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Total Correlation Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted

(39)

Reliability Statistics

Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Total Correlation Corrected Item- Cronbach's Alpha if Item Deleted

(40)

LAMPIRAN 3

BLUE PRINT VALID PENELITIAN

(41)

Blue Print skala Kecemasan Bimbingan Skripsi Yang Valid (Setelah Try Out)

Blue print skala kecemasan bimbingan skripsi Indikator

kecemasan No item Favorable Jumlah No item Unfavorable Jumlah Total Psikologi 2,11, 21, 25, 5 1,13,16,20, 9 4,27 2 11

Motorik 3,17,26, 8,24,30 6 6 1 7

Kognitif 7,12,9,19,23 5 18 1 6

Somatik 10,14,28, 15,22,29 6 - - 6

Total 26 4 30

Blue print skala problem solving inventory

No. Aspek F UF Total

1. Kepercayaan diri dalam menyelsaikan

masalah 2,3,5,6,7 12 6

2. Pendekatan dan penghindaran 4 1, 4, 9, 10 5

3. Kontrol pribadi - 11 1

(42)

LAMPIRAN 4 HASIL TRY OUT

(43)

Skala kecemasan mahasiswa bimbingan skripsi adalah skala yang bertujuan untuk mengukur kecemasan mahasiswa yang melakukan bimbingan skripsi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dimana dalam skala memiliki dua model pernyataan, pernyataan pertama adalah favorable dan yang kedua adalah pernyataan unfavorable, dengan empat alternatif pilihan jawaban yang disediakan. Cara penilaiannya dengan menggunakan empat kategori jawaban. Dalam skala ini responden diminta untuk memberikan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap seluruh pernyataan.

Tabel 1. Blue Print Skala Kecemasan Bimbingan Skripsi Indikator

Tabel 2. Penilaian Pernyataan Favorable dan Pernyataan Unfavorable

Pilihan jawaban Bentuk pernyataan

Favorable unfavorable

(44)

Aspek-Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan terhadap 100 responden yakni mahasiswa yang berada di wilayah Malang dapat dilihat pada tabel diatas. Dalam instrumen kecemasan terdapat 4 aspek dan memiliki item keseluruhan sejumlah 40 item. Data menunjukkan bahwa komponen-komponen semula yang terdiri dari 40 item menghasilkan 30 item yang valid yaitu item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 35, 37, 39 dan 40 sedangkan item tidak valid berjumlah 10 item yaitu item 7, 11, 17, 18, 20, 26, 31, 33, 36 dan 38. Item Skala Kecemasan ini secara keseluruhan memiliki nilai validitas .200 - .419. sedangkan Cronbach’c Alpha adalah .788.

Sedangkan pada skala Problem Solving adalah skala yang bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, dimana masing-masing skala memiliki ciri-ciri dua model pernyataan, yang pertama adalah pernyataan favorable dan yang kedua unfavorable, dengan enam alternatif jawaban yang disediakan. Dalam skala ini responden diminta untuk memberikan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap seluruh pernyataan.

Tabel 4. Hasil Tryout Problem Solving Inventory No Aspek-Aspek No Item No Item

Valid No Item Gugur Validitas Reliabilitas 1. Kepercayaan

(45)

LAMPIRAN 5 SKALA PENELITIAN

(46)

Isilah identitas anda dibawah ini : ( beri tanda CENTANG (√) yang sesuai dengan yang

1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan yang anda rasakan. 2. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.

3. Berilah tanda CENTANG (√ ) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan yang

anda rasakan. Pilihan jawaban tersedia:

SS : Bila anda SANGAT SETUJU dengan pernyataannya.

S : Bila anda SETUJU dengan pernyataannya.

TS : Bila anda TIDAK SETUJU dengan pernyataannya.

STS : Bila anda SANGAT TIDAK SETUJU dengan

pernyataannya.

4. Apabila anda ingin mengganti jawaban, beri tanda SAMA DENGAN ( = ) pada jawaban

yang telah anda CENTANG sebelumnya. Kemudian berilah tanda centang pada jawaban

yang baru.

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa nyaman ketika mengerjakan skripsi

5. Jawablah semua pernyataannya tanpa ada yang kosong ataupun terlewati.

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saat menemui dosen pembimbing diruangannya, saya merasa tegang.

2. Ketika diperintahkan untuk mengumpulkan revisian skripsi, saya khawatir akan mendapat banyak revisian/ coretan. 3. Ketika dosen pembimbing meminta saya menerangkan isi

skripsi, tangan saya langsung gemetar.

4. Ketika dosen pembimbing merasa bingung dengan maksud dari isi skripsi, kemudian menanyakan secara langsung tentang isi skripsi, mulut saya terasa keluh.

5. Ketika dosen pembimbing menerangkan maksud dan keinginan tentang isi skripsi, saya akan langsung bertanya jika ada yang tidak saya pahami.

6. Saya merasa santai dan rileks ketika mengerjakan skripsi. 7. Saya tidak betah berlama-lama ketika melakukan bimbingan. 8. Dalam menjawab pertayaan dosen pembimbing, saya

terbata-bata.

9. Saya ragu-ragu dalam menentukan jawaban dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan dosen pembimbing. 10. Jantung saya berdebar cepat ketika saya tidak dapat

(47)

11. Meskipun telah mempersiapkan diri, saya tetap merasa tidak percaya diri dalam menjawab pertanyaan dosen pembimbing.

12. Saya merasa sulit untuk berkonsentrasi lagi dalam mengerjakan skripsi ketika teman-teman saya sudah selesai dalam mengerjakan skripsinya.

13. Saya merasa tegang karena terus diperhatikan dosen pembimbing ketika melakukan bimbingan.

14. Ketika dosen pembimbing mulai berbicara / menanggapi skripsi saya, jantung saya langsung berdebar cepat.

15. Saat menyelesaikan bimbingan, saya mendapati tangan saya berkeringat

16. Saya merasa tegang dalam menghadapi permasalahan saya. 17. Saya merasa gemetar ketika harus menyelesaikan revisian

sendiri.

18. Saya dapat berkonsenterasi dengan baik, walaupun teman-teman telah menyelesaikan skripsi terlebih dahulu.

19. Saya merasa tidak yakin dengan keputusan yang saya ambil 20. Saya merasa tegang ketika bimbingan kepada dosen

pembimbing.

21. Saya merasa khawatir, jika saya tidak memahami isi skripsi yang akan saya konsultasikan ke dosen pembimbing saya. 22. Menjelang seminar (ujian), telapak tangan dan kaki saya

terasa dingin.

23. Saya measa keputusan yang saya ambil salah.

24. Karena terburu-buru dalam mengerjakan skripsi, pemahaman saya sering salah.

25. Saya takut jika tidak mampu memahami isi skripsi saya. 26. Ketika dosen memberikan revisian, tangan saya merasa

gemetar.

27. Saya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dosen dengan tepat.

28. Jantung saya berdebar cepat ketika teman-teman saya telah selesai ujian dan saya belum.

29. Ketika saya melakukan revisi, saya banyak mengeluarkan keringat.

(48)

Isilah identitas anda dibawah ini : ( beri tanda CENTANG (√) yang sesuai dengan yang

1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan yang anda rasakan. 2. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.

3. Berilah tanda CENTANG (√ ) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan yang

anda rasakan. Pilihan jawaban tersedia:

SS : Bila anda SANGAT SETUJU dengan pernyataannya.

4. Apabila anda ingin mengganti jawaban, beri tanda SAMA DENGAN ( = ) pada jawaban

yang telah anda CENTANG sebelumnya. Kemudian berilah tanda CENTANG pada

jawaban yang baru. Contoh

No. Pernyataan STS CTS ATS AS CS SS

1. Saya merasa nyaman ketika mengerjakan

skripsi √

5. Jawablah semua pernyataannya tanpa ada yang terlewati.

No. Pernyataan STS CTS ATS AS CS SS

1. Ketika solusi untuk sebuah masalah gagal, saya tidak memastikan mengapa solusi itu tidak berhasil digunakan.

2. Setelah saya menyelesaikan sebuah masalah, saya tidak mengatasi menganalisis apa yang benar atau apa yang salah.

3. Saya biasanya mampu untuk memikirkan alternatif yang kreatif dan efisien untuk memecahkan sebuah masalah.

4. Ketika saya bingung dengan sebuah masalah, saya tidak mencoba untuk mengartikan gagasan atau perasaan yang tidak jelas kedalam hal konkrit atau spesifik.

5. Ketika berhadapan dengan sebuah masalah, saya memikirkan sejenak tentang masalah tersebut sebelum memutuskan langkah berikutnya.

Gambar

Tabel 4. Deskriptif  analisis korelasi kecemasan bimbingan skripsi mahasiswa
Tabel 1. Karakteristik  Subjek  Penelitian
Tabel 2. Perhitungan T-Skor Skala Problem Solving
Tabel 5.  Deskripsi data penelitian berdasarkan usia
+6

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang dapat membuat mahasiswa disiplin ketika mengerjakan skripsi adalah: fokus terhadap target, membatasi diri hanya untuk mengerjakan skripsi,

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian penelitian Sinaga (2005) menyimpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami stres akibat kesulitan dalam penyusunan skripsi

Hubungan Antara Adversity Quotient Dengan Kecemasan Mengerjakan Skripsi

Hasil penelitian ini menunjukkan nilai r= -0,702 dengan p=O,OOO (p&lt;0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan an tara self efficacy dengan

Uji paired t-test pada kelompok kontrol juga menunjukan hasil signifikan, ada faktor lain yang diduga mempengaruhi tingkat kecemasan meskipun tidak diberi pelatihan

Hubungan negatif antara variabel hardiness dengan academic burnout ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi jika memiliki tingkat hardiness yang

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) penyebab cemas saat menghadapi skripsi terjadi pada saat proses pengerjaan skripsi dan menghadapi Dosen karena

ix ABSTRAK Peranan Optimisme Terhadap Kesejahteraan Subjektif pada Mahasiswa yang Sedang Mengerjakan Skripsi Serta Tinjauannya dalam Islam Selama mengerjakan skripsi mahasiswa