1 A. Latar Belakang Masalah
Pengertian Hukum menurut Utrecht adalah himpunan petunjuk hidup, perintah, dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh suatu anggota masyarakat. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah / penguasa itu. Hukum diciptakan untuk masyarakat, sehingga hukum harus sesuai dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Hukum memiliki sifat mengikat dan memaksa, sehingga masyarakat memiliki kewajiban untuk menaati dan mematuhi peraturan/hukum tersebut. Hukum mengatur segala aspek kehidupan yang ada di masyarakat termasuk juga dalam kegiatan Perkawinan/Pernikahan.
Perkawinan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan.1
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan diakui secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan sebagai upaya pelestarian
kebudayaan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan inter-personal. Syarat-syarat perkawinan adalah (menurut Pasal 6 – Pasal 11 UU No 1 Tahun 1974) :
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai
2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin kedua orangtuanya/salah satu orang tuanya, apabila salah satunya telah meninggal dunia/walinya apabila kedua orang tuanya telah meninggal dunia.
3. Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Kalau ada penyimpangan harus ada ijin dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.
4. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi kecuali memenuhi Pasal 3 (2) dan pasal 4.
5. Apabila suami dan istri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi untuk kedua kalinya.
6. Bagi seorang wanita yang putus perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu.
Dengan adanya UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk masyarakat yang ingin melaksanakan perkawinan. Namun pada dewasa ini seolah menjadi sebuah persoalan klasik yang terjadi di Indonesia. Perkembangan dan dinamika masyarakat yang terus berkembang menimbulkan masalah dan persoalan baru yang belum dapat terselesaikan. Dengan adanya Perkawinan masyarakat mengharapkan mendapat perlindungan dan pengakuan oleh Negara. Dengan itu jelas Negara memiliki kewajiban untuk melindungi, mencatat dan menerbitkan bukti akta perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan prosedur yang ditentukan tanpa memandang status agama dari masyarakat yang melakukan pernikahan.2
Dalam perspektif HAM (Hak Asasi Manusia) perkawinan/pernikahan yang dilakukan oleh orang dewasa dengan tujuan membentuk keluarga adalah hak prerogratif yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Namun dewasa ini banyak terjadi permasalahan yang tidak disadari oleh Negara yang tidak memberikan ruang bagi masyarakat yang melakukan pernikahan beda agama.3
Sebagai sebuah instrument hukum UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan merupakan sandaran atau ukuran tingkah laku atau kesamaan sikap sebagai suatu perekayasaan untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih sempurna dan sebagai alat untuk menilai benar tidaknya suatu tingkah laku. Fungsi tersebut ditegakkan dalam rangka memelihara hukum menuju kepada kepastian hukum dalam masyarakat. Jika asumsi ini benar-benar diimplementasikan ke dalam UU, maka sudah pasti perlunya melakukan perubahan terhadap UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan terutama pasal 2 (1) yang selama ini dijadikan sebagai rujukan oleh masyarakat dalam persoalan perkawinan beda agama.
Dalam Pasal 2 (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 berbunyi
“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama
dan kepercayaannya itu”. Agama dalam UU ini memegang peranan penting
dalam sah atau tidaknya suatu perkawinan. Dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 tersebut disebutkan tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agama dan kepercayaannya, jadi bagi seorang yang beragama Islam tidak ada
kemungkinan untuk kawin dengan melanggar hukum agama Islam, demikian juga bagi mereka yang beragama Kristen, Hindu dan Buddha tidak ada kemungkinan kawin dengan melanggar hukum masing-masing agamanya.4
Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi keberagamaan yang ada secara adil tanpa diskriminasi. Implikasi dari kewajiban negara tersebut harus diartikan secara luas terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warga negara di mata hukum. Atas dasar itu, negara harus memenuhi hak-hak sipil warga negaranya tanpa melihat agama dan kepercayaan yang dianut. Kota Malang, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan dikenal dengan julukan kota pelajar. Kota Malang yang terletak pada ketinggian antara 440 - 667 meter diatas permukaan air laut, merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Letaknya yang berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Malang secara astronomis terletak 112,06° - 112,07° Bujur Timur dan 7,06° - 8,02° Lintang Selatan.5
Perkawinan beda agama banyak terjadi di kalangan artis Indonesia, diantaranya adalah Happy Salma dengan Tjokorda Dwi Bagus dan Christian Sugiono dengan Titi Kamal, Irfan Bachdim dengan Jennifer Kurniawan, dan
4 Ibid.
lain.6 Perlu diingat Sebelum berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, di Indonesia pernah ada suatu peraturan hukum antar golongan yang mengatur masalah perkawinan campuran. Peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang dahulu dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda yang bernama Regeling op de Gemengde Huwelijken (GHR) atau Peraturan tentang Perkawinan Campuran sebagaimana dimuat dalam Staatsblad 1898 No. 158.
Sejak berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pengaturan perkawinan beda agama menjadi cenderung terhalangi. Perkawinan beda agama tidak dimungkinkan (dilarang) di Indonesia karena bunyi pasal 2 (1)
bahwa “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya itu”.
November Tahun 2013 lalu masyarakat kembali dikagetkan dengan munculnya berita di media masa seputar pembatalan perkawinan oleh Asmirandah kepada Jonas Rivanno akibat Jonas yang awalnya sudah menyatakan sebagai seorang muslim kemudian murtad kembali kepada agamanya semula setelah menikahi Asmirandah pada tanggal 17 Oktober 2013 tahun lalu.7
Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui dan mendalami bagaimana pengaturan yang tepat bagi perkawinan beda agama dan bagaimana upaya penegakkan hukumnya. Selain itu bahwa perdebatan yang terjadi diantara para ulama yang berpegang dengan Al-Quran, Al-Hadits harus
6 Menyoal Perkawinan Beda Agama. Sosbud.Kompasiana.Com. Diakses Tanggal 4 Januari 2014 7Akhirnya Asmirandah Ajukan Pembatalan Pernikahan Dengan Jonas.
menemukan jawaban terang. Ulama yang menentang dengan keras dengan alasan bahwa Allah melarang pernikahan agama sesuai dengan seruan Firman-Nya dan pernikahan itu tidak akan sah di mata Allah. Selain itu Ulama yang memperbolehkan dengan alasan bahwa penafsiran terhadap Firman Allah harus disesuaikan dengan konteks jaman yang selalu dinamis atau berubah-ubah.
Pernikahan beda agama atau lintas agama yang dimaksudkan dalam Islam adalah pernikahan antara seseorang yang beragama Islam (Muslim atau Muslimah) dan yang bukan Islam atau non-Muslim. Di dalam pasal 44 KHI juga dinyatakan bahwa “Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan
dengan seorang pria yang tidak beragama Islam”. Pada tanggal 1 Juni 1980 MUI
Pusat mengeluarkan fatwa bahwa perkawinan beda agama itu adalah haram. Hal ini semakin menguatkan bahwa para ulama yang tidak setuju terhadap perkawinan beda agama memang memiliki dasar Instrumen Hukum yang kuat mengenai larangan perkawinan beda agama. Lalu bagaimana dengan orang yang sudah melangsungkan perkawinan beda agama dan apakah mereka mendapat perlindungan hukum oleh Negara sedangkan hingga saat ini tidak ada pengaturan jelas tentang perkawinan beda agama.
kemudian hari. Maka berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan penulisan hukum (skripsi) ini menggunakan judul “ANALISA TERHADAP
PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN BEDA AGAMA
DITINJAU DARI PASAL 2 UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM (Studi di Wilayah
Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang).
B. Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang?
2. Bagaimana Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Perspektif Pasal 2 UU. No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam?
C. Tujuan Penulisan
Dilakukanya suatu penelitian adalah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, begitu pula dengan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan berikut:
1. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang.
2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Perspektif Pasal 2 UU. No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini diharapkan nantinya akan menjadi pengetahuan baru guna menambah wawasan terhadap permasalahan yang diangkat dan juga sebagai prasyarat akademis untuk mendapat gelar kesarjanaan (S1) dalam bidang Ilmu Hukum.
b. Bagi Masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat memahami permasalahan yang diangkat yaitu mengenai perkawinan beda agama ditinjau dari perspektif hukum positif dan hukum Islam.
c. Bagi Penegak Hukum
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melaksanakan suatu peraturan perundang-undangan dengan baik sehingga dapat meminimalisir kesalahan agar dapat tercapainya Asas Keadilan, Asas Kemanfaatan dan Asas Kepastian Hukum.
E. Kegunaan Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum khususnya tentang pelaksanaan pencatatan perkawinan beda agama ditinjau dari pasal 2 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Hukum Islam.
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Uraian serta masalah akan ditelusuri dengan menggunakan pendekatan Yuridis Sosiologis. Yuridis yaitu pendekatan dari aspek hukum positif dan hukum islam. Hukum positif yakni pendekatan kepada UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan serta PP No 9 Tahun 1975, UU No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan Kompilasi Hukum Islam. Hukum Islam yakni pendekatan kepada Al-quran, Al-Hadis dan Pendapat Ulama yang diperoleh dari Buku Abdullah Ahmad Qadiry yang berjudul Nikah Beda Agama Menurut Islam dan Seputar Kontroversi Pernikahan Putri Cak Nur. Sedangkan sosiologis merupakan pendekatan dengan melihat kejadian atau kenyataan pada masyarakat.8 Kejadian atau kenyataan pada masyarakat dalam penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan pencatatan perkawinan beda agama di Kota Malang.
Maka pendekatan Yuridis Sosiologis yaitu pendekatan yang menitik beratkan pada aturan hukum (Das Sollen) dan dipadukan dengan menelaah fakta-fakta sosial (Das Sein) yang terkait dalam penelitian9. Penelitian yang dimaksudkan adalah penelitian pelaksanaan pencatatan perkawinan beda agama di Kota Malang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di wilayah hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang, dalam hal dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang yang terletak di Perkantoran Terpadu
8 Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi Dan Metode Penelitian Hukum. Malang. UMM Press. Hal. 103
Gedung A Lantai 2 Jalan Mayjen Sungkono Kota Malang Kode Pos 65142. Alasan memilih lokasi penelitian dikarenakan Kota Malang dikenal sebagai kota Pendidikan, Industri dan Kota Pariwisata dengan keberagaman masyarakat di dalamnya. Jumlah penduduk Kota Malang 843.626 (2013), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per tahun.10 Sebagian besar adalah suku Jawa, serta sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura, Arab, dan Tionghoa. Agama mayoritas adalah Islam, diikuti dengan Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.11
Kemudian dalam pelaksanaan perkawinan beda agama sesuai dengan Penjelasan Pasal 35 Huruf A Undang-Undang No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Memiliki Kewenangan untuk Mencatatkan Perkawinan Beda Agama setelah mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri dengan mana peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan valid.
3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer
Data Primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang tentang pelaksanaan pencatatan perkawinan beda agama mulai bulan Januari-Desember tahun 2008 hingga bulan Januari-Desember tahun 2013.
10 Statistik Jumlah Penduduk Kota Malang. http://dispendukcapil.malangkota.go.id/. Diakses Tanggal 4 Januari 2014
Penelitian peneliti dimulai tanggal 24 Oktober 2013 sampai tanggal 8 Mei 2014. Cara yang digunakan untuk memperoleh data ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara, studi dokumen, informasi serta pendapat dari sumber informasi utama yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Ibu Metawati Ika Wardani dan Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian dan Perubahan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Ibu Nurul Laily Agus D.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data pendukung dari data primer. Data sekunder diperoleh dari kajian kepustakaan dan undang-undang, buku-buku literature maupun hasil penelitian terdahulu sebagai acuan tambahan bagi penulis. Sumber data yang terkait antara lain :
1) UUD Republik Indonesia Tahun 1945 2) UU. No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3) UU. No 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan 4) Inpres No 1 Tahun 1991 (Kompilasi Hukum Islam)
Serta bahan hukum yang diperoleh dari Sumber Hukum quran, Al-hadis dan pendapat ulama yang diperoleh dari buku Abdullah Ahmad Qadiry yang berjudul Nikah Beda Agama Menurut Islam dan Seputar Kontroversi Pernikahan Putri Cak Nur.
c. Data Tersier
Indonesia. Penulis menggunakan bahan hukum tersier sebagai bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah : a. Wawancara
Wawancara yaitu metode bertatap muka dengan responden untuk menanyakan fakta-faka yang ada, pendapat maupun persepsi dari responden pelaku, diantaranya adalah pejabat yang berwenang yaitu Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Ibu Metawati Ika Wardani dan Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian dan Perubahan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Ibu Nurul Laily Agus D, pasangan beda agama, orang tua dari pasangan beda agama.
Hasil Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan pihak yang berkompeten. Wawancara langsung dalam pengumpulan fakta sosial sebagai bahan kajian ilmu hukum empiris, dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dimana semua pertanyaan disusun secara sistematik jelas dan terarah sesuai dengan isu hukum yang diangkat dalam penelitian12.
Populasi Responden adalah pasangan perkawinan beda agama dan masyarakat di Kota Malang. Dalam pengambilan sampel responden, penulis memilih secara random karena setiap responden tersebut di anggap tahu mengenai permasalahan yang diangkat oleh penulis dan dianggap sama-sama berhak menjadi responden, sehingga dalam penelitian ini penulis memberikan kuisioner lalu kemudian mewawancarai 15 orang responden terkait praktek perkawinan beda agama.
Tabel 1
Data Responden Pasangan Perkawinan Beda Agama
No
Data Pasangan Nikah Beda
Agama
Agama Pasangan Orang Tua Pasangan Nikah Beda Agama
Suami Istri Suami Istri Suami Istri 1 Sapta
Wibawa Anna Mety Usadany Kristen Jawi Wetan
Islam Bapak Halim Wibawa dan Ibu Theresia Gera
Bapak M. Hilal dan Ibu Nurul Azmita
2 Siendie Priliana Kristen Katholik Bapak Rachmad Darmadi dan Ibu Menik Rachmawati
Bapak Ferry Gunawan dan Ibu Anti Andayani 3 Jongky
Handoko
Oemiati Halim
Budha Katholik Bapak Jong Hok Thin dan Ibu Djukita Tjandra
Tabel 2
Daftar Responden Kuisioner Tentang Perkawinan Beda Agama di Kota Malang
No Nama Umur Alamat Keterangan
1 Abdul Hakim 55 Tahun Jl. Titan Asri/CC 53 Malang
Tokoh Masyarakat
Malang /
Anggota DPRD Kota Malang 2 Abdurrahman 60 Tahun Perum
Blimbing Asri/31 Malang
Tokoh Agama Kota Malang
3 Anna Metty Usadany
45 Tahun Jl. Ikan Kakap 1/20 Malang
Masyarakat
4 Anshar Tharah
19 Tahun Jl. Tlogomas
gg 7/42
Malang
Mahasiswa
5 Arzia Biwi 23 Tahun Jl. Tlogomas gg 8A/25 Malang
Masyarakat
6 Koko Triwahyudi
17 Tahun Jl. Mergosono gg 17/22 Malang
Pelajar
7 Listri Rahayu 39 Tahun Sukun Masyarakat 8 Made
Suwinaya
50 Tahun Sawojajar Advokat 9 Menik
Rachmawati
60 Tahun Malang Masyarakat 10 Nurul Azmita 68 Tahun Jl. Bunga
Cokelat II/24 Malang
Masyarakat
11 Rachmad Darmadi
62 Tahun Malang Masyarakat 12 Sapta Wibawa 45 Tahun Jl. Ikan Kakap
1/20 Malang
Masyarakat
13 Setya Hadiyanto
24 Tahun Perum
Permata Hijau Malang
Mahasiswa
14 Siendie 39 Tahun Perum Kartika Asri Q-15 Malang
Masyarakat
Aisyatunasiha 2 Malang
Sumber : Penyebaran Kuisioner di Kota Malang Pada Bulan November 2013 – Februari 2014
b. Studi Dokumen
Yaitu berupa pengumpulan data-data yang dilakukan oleh penulis dengan cara mengkaji data yang dimiliki oleh pihak yang berkaitan langsung dengan penelitian berupa Buku Registrasi Perkawinan Beda Agama di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang, Kutipan Akta Perkawinan Beda Agama, KTP Pasangan Nikah Beda Agama dan Kartu Keluarga Pasangan Nikah Beda Agama
c. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah dengan melakukan pencarian atau penelusuran bahan-bahan kepustakaan seperti berbagai literature atau buku-buku atau jurnal.
d. Studi Website atau Penelusuran Internet
Penelusuran penulis dengan menggunakan Jaringan Internet untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Kualitatif.13 Metode penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam.14 Kemudian mendasarkan pada teori yang ada dalam peraturan perundang-undangan lalu penulis dapat menarik kesimpulan dan dapat menghasilkan jawaban dari permasalahan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi penjelasan dari penulis mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan uraian mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku terkait
13 Pedoman Penulisan Hukum, Fakultas Hukum, UMM. Hal. 19
dengan permasalahan yang akan dijadikan penulisan hukum yaitu permasalahan tentang “Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Pasal 2
UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Hukum Islam”.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang permasalahan yang diteliti yaitu Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang Dan Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Perspektif Pasal 2 UU. No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam, serta pemaparan hasil penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan berdasarkan pada teori dan kajian pustaka.
BAB IV : PENUTUP
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM (Studi Di Wilayah Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Malang) PENULISAN HUKUM
Oleh:
SUWITO CATUR PRAKASYA 201010110311060
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
ii
ANALISA TERHADAP PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI PASAL 2 UU NO 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
DAN HUKUM ISLAM (Studi Di Wilayah Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang)
Disusun dan diajukan Oleh :
Suwito Catur Prakasya
NIM : 201010110311060
Telah dipertahankan di depan Majelis Penguji Ujian Penulisan Hukum
Pada Tanggal : 23 Mei 2014
SUSUNAN MAJELIS PENGUJI
Ketua Majelis Sekretaris Majelis
Bayu Dwiwiddy Jatmiko., S.H., M.Hum Catur Wido Haruni., S.H., M.Si., M.Hum
Anggota Majelis
Dr. Tongat., S.H., M.Hum Wasis Suprayitno., S.H., M.Si
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum UMM
vii
✟✠ ✡☛ ☞✠ ✌✠ ✍y ✌✎✏✑✒ ☛✍a✓ ✔✕✕a✏ ☞✖ ✗✘ ay✙ ✚ ✓✎✕a✏ ✛ ✎✕ ☛✛ ✜✑ ✏✌✑ ✙ ✍a✏✛a✓ ✒ ✑ ✙
✏ ☛✒✑ya✏ ✙ya ✢✎✏ ☛✙✚ ✚✑ ✜ ✎✙✠✕ ☛✢ ✒ ✑✜✑ ✓ ✛✎✙y✎✕✎✢✑ ☛✌ ✑ ✙ ✢✌ ✍ ☛✜✢☛ ya✙✚ berjudul
ANALISA TERHADAP PELAKSANAAN PENCATATAN
PERKAWINAN BEDA AGAMA DITINJAU DARI PASAL 2 UU NO 1
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ISLAM (Studi Di
Wilayah Hukum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang) .
Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil
tanpa adanya dukungan dan dorongan motivasi dari berbgai pihak. Oleh karena itu
izinkan penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Keluarga Besar ku. (Alm) Bapak Terkasih M Anwar Kasim, Ibunda Tercinta
Sri Purnamawati, Mas Eko, Mas Yudi dan Mbak Dewi beserta keponakan ku
adek Mikaila, dan Mbak Nia Tersayang.
2. Bapak Dekan, Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Hukum UMM terutama
Bapak Bayu Dwiwiddy Jatmiko., S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing
Pertama, dan Ibu Catur Wido Haruni., S.H., M.Si., M.Hum selaku Dosen
Pembimbing Pendamping, atas waktu, kesabaran serta saran-sarannya dalam
menyusun skripsi ini.
3. Ibu Dra. Metawati Ika Wardani., M.Si selaku kepala Dinas Kependudukan dan
vii
berbagai informasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan bijaksana
mengarahkan penulis dalam pengumpulan data selama proses pelaksanaan
observasi dalam penulisan skripsi ini
4. Sahabat-sahabat ku Lisa, Rahmi, Guntur, Husein, Maria, Erina dan
Teman-teman F.H Angkatan 2010 yang selalu saling mengisi, memotivasi dan
memberikan dukungan ditengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir
dan Sahabat-sahabat ku di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Malang
Komisariat Hukum Universitas Muhammadiyah Malang Presidium Tahun
1434-1435 H.
5. Pihak-pihak lain yang terlibat dan telah membantu dalam penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam pembuatan
skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak
sengaja. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Malang, 10 Juni 2014
Penulis,
v iii
❁ ❂❃bar cover/sampul dalam ...i
Lembar Pengesahan ... ii
Surat Pernyataan ... iii
Motto ...iv
Abstraksi ...v
Abstract... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Lampiran ...x
BAB I : PENDAHULUAN A❄ ❅❆❇❆ ❈ Be❉❆❊❆ ❋ ●❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄ ❍ B❄ ■ ❏❑ ❏▲ ❆ ❋▼e❈❑❆▲ ❆❉❆◆ ❆ ❋❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄7 C❄ ❖ ❏P ❏❆ ❋▼e❋❏❉◗▲ ❆ ❋❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄7 D❄ ❘❆ ❋❙❆❆❇▼e❋ ❏❉◗▲ ❆ ❋❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄❄❄ ❄❄8 E. Kegunaaan Penulisan ...8
F. Metode Penulisan ...9
G. Sistematika Penulisan ...15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum tentang Perkawinan ...17
1. Perkawinan Menurut Hukum Positif ...17
2. Perkawinan Menuru Hukum Islam ...19
3. Perkawinan Menurut Berbagai Agama Selain Agama Islam Di Indonesia ... 21
a. Agama Nasrani ...21
b. Agama Hindu ... 22
c. Agama Budha ...22
4. Tujuan Perkawinan Menurut Hukum Positif...23
5. Tujuan Perkawinan Menurut Hukum Islam ...24
6. Tujuan Perkawinan Menurut Berbagai Agama Selain Agama Islam Di Indonesia ... 24
a. Agama Nasrani ... 24
b. Agama Hindu ... 25
v iii
B. Tinjauan Umum Tentang Perkawinan Beda Agama ...29
1. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif ...29
2. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Islam ...34
3. Perkawinan Beda Agama Menurut Berbagai Agama Selain Agama Islam Di Indonesia ... 38
a. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Nasrani ... 39
b. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Hindu ... 45
c. Perkawinan Beda Agama Menurut Agama Budha ... 48
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian ...50
1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ...50
a. Visi, Misi, Motto ... 51
b. Tugas Pokok dan Fungsi ... 52
c. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ... 53
B. Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Malang ... 62
C. Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Ditinjau Dari Perspektif Pasal 2 UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam... 84
1. Pelaksanaan Pencatatan Perkawinan Beda Agama Menurut Perspektif Pasal 2 UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan ... 84
2. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Perspektif Hukum Islam ... 97
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ...111
B. Saran ...114 DAFTAR PUSTAKA
❦❧ r✇① ②③④✇ ⑤❾ ❿⑨④ ✇ ⑧✉➀③ ⑤➁ ❹❻⑩④➂✇❻③➃s⑩ ⑤➄✇④③♠✇ ⑧✇
r✇① ②③④✇ ⑤➅ ❿⑨④ ✇ ⑧⑦⑩ ⑧⑩④✇ ⑤❺✇ ⑤♠③ ⑤✇❻⑦⑩ ②⑩ ⑤ ❶⑨ ❶⑨❼✇ ⑤❶✇ ⑤t⑩ ⑤➄✇ ⑧✇ ⑧✇ ⑤❿③ ②③ ❷⑦➆ ⑧✇s ✇ ❷✇ ⑤❺
r✇① ②③④✇ ⑤➇ ♠✇➈ ⑧✇④t⑩④ ⑧✇ ⑤ ➉✇✇ ⑤➊✇➋✇ ⑤➄✇④✇❶✇ ⑤➌✇➋✇❹✇ ⑤❹⑩❻⑩④ ⑧✇♠✇ ⑧✇t⑩ ⑤❶ ⑨❼⑨⑤❺
Qur an Karim dan Terjemahan Artinya➤ ➥➦ ➦➧ ➤➨ ➩➩➫r➭➯ ➯➤➲o➳➵➸ ➵y rt➵
➺ ➛➻ ➛
➼➤ ➽➾ ➚➪ ➶➹➾ ➚➪ ➘or .➥➦ ➦➴. Memahami Hukum Perkawinan.➷➵➬➪➾➬➳➤➼➘-➷➵➵➬y
➼➮➪➾➘➘➵➚ ➼➚➱➵➪ ✃➵➪ ➶➤ry❐❒❒ ❮➤ Nikah Beda Agama Menurut Islam dan Seputar
Kontroversi Pernikahan Putri Cak Nur➤ ➲❰➳y➵➸ ➵rt➵➤ ➹➭➪ ➶➵Ï➵Ð➵n➵
➼➚➱➵➪ ➷➵so➪➵n➼➚➱➵➪ ÑurÐ➚❰ ➘➶➯➚➤ ❐❒❒ Ò➤ Pernikahan Beda Agama: Kesaksian,
Argumen Keagamaan, dan Analisis KebijakanÓ Ô➵➸ ➵rt➵➤ ÕÖ ➹Ñ ➼× Ø➼ ➹
➮➭ ➸➭rÙ➵ s➵➱➵➪➭n➳ ➵n➩Ú Û➫
➼➚➱➵➪ ÑurÐ➚ ❰➘➶➯➚➤ ❐❒➥❐➤ Menjawab 101 Masalah Nikah Beda Agama➤ Ü➵➬➳➭➘➤s Ø➵➱❰➬ ➶r ➹➶➵tr ➹➭➪ ➶➵
➼➚➱➵➪Ü ➚ ❰➘➵➮ ➶Õ ➚➵r➘➶➭➤ ❐❒➥❮➤ Hukum Keluarga Indonesia➤ Ô➵➸ ➵rt➵➤× ➶➬➵r Ýr➵Þ ➶➸➵
➼ß ➫urw➵ Ø➵➪➶r w➵➪ ❰r yo➹× à➤ ➥ ➦➦❒➤ Perkawinan Menurut Islam dan Katolik
Implikasinya dalam Kawin Campur.➲❰➳➵➸ ➵y rt➵➤Õ➵➬➶➯➶us
➷➵➚á➶➵r âÞÞ➭➬➪➤y➥ ➦➦ã➤ Islam dan Demokrasi: Mencari Sebuah Sintesa yang
MemungkinkanÓ➪➵➘➵➱ ➹➤ Ñ➵➯➶r Ü➵➱➵r➵➪➵nâ➘z➵➫➭➘➪ ➶Ü➵➚➭r ä➭➪➤)Ó Agama
dan Dialog Antar PeradabanÓ Ô➵➸➵rt➵➤ ➫ ➵r➵➱➵➪➶n➵
➷➵➸å➶➼➤ Û➵➚➱➵n➪➵n➼➚➱➵➪×➾➸➵➪Ù➵➤r ➥ ➦æ➥➤ Hukum Perkawinan menurut Islam,
Undang-Undang dan Hukum Perdata (BW).Ô➵➸ ➵rt➵➤ ➫Ü➤ Ø➶➪➵➸➵ry➵➼➳un➳
➷➵➱ ➮➵n➳ Ï➵➘❰Óuy ➥➦ ➦ ➥Ó Penelitian Hukum Dalam Praktek, Ô➵➸➵rt➵Ó × ➶➬➵r Ýr➵Þ ➶➸ ➵ ➤
çÙ❰➸❰ ➫r➵➸❰➯❰ ➪➵n➩ Õ➭tut ➹➾åt➶➸➵➤ ➥ ➦æ➧ . Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia Menurut : Perundang-undangan, Hukum Adat dan Hukum Agama➤ Ô➵➸➵➵➤rt ➷ ➶➬➵➼➸➯ ➵r➵
Ø➶➘➱➵nØ➵➪ ➶➸➾➯➾➱➵➤ ❐❒❒ ❮➤ Hukum Perkawinan Indonesia➤ ➷➵➬➪➾➬➳➤ ➹➵➬➪➵r ➹➵Ùu
Õ ❰➱➵r➶➵➚➤ ❐❒➥❒➤ Hukum Perdata➤ ➹➵➘➵n➳➤ ➨➹➹➫r➭➯➯ ➤
➹➵r➶➵➨➘Þ➵➚ ➼➬➯➚❰ å➤ ❐❒ ❒➴➤ Tafsir Ulang Perkawinan Lintas Agama : Perspektif
Perempuan dan Pluralisme.Ô➵➸➵rt➵➤ Õ➵p➵➘➫➭➭➱è➾➵r n➪➵nÑ➽ ➼➩ç
➹➤ ➼➬➯➚➵ry ➹Õ➤ ❐❒➥❒➤ Hukum Perkawinan di Indonesia➤ ➲➳o➵➸ ➵y rt➵➤ ➫➵➸ ➵ust ➫➭➘➵Ù➵r
➹➾➯➘➵n➼➮➪ ➾ år➵➚➱➵➬Ó ❐❒ ❒➦Ó × osiologi Dan Metode Penelitian Hukum, ➹➵➘➵➬➳Ó ➨➹ ➹➫➭➯ ➯ ➤r
þ. ÿñrí û ✁rò í ò ñù rô ÷✂✄ ☎ô Hukum Perkawinan di Indonesia. úî✆ur ✝ðûò îûë. øðùððrt.
úññt ✞î✟ò ð ó ✞î✠ñð. õöö✡. Muslimah Reformis : Perempuan Sebagai Pembaru
Keagamaan. ✞ñðûôz ✝ðûò îûë.
ú ê✆ñðû ☛ñy . ÷✂✄õô ☞îùî✆ ✁êrùðñûðûw ✌✟ ✠ð✆ ò ðû ✍ûòðûë -✍ûò ðûë ✁êrùðñûðûôw ✎ ëðùðy rtð. ✏ñ ïêrty.
úîïêù ☛ñ. ÷✂✂ ✂ô KUH Perdata. ✁✑✁ðòûr ðy ✁ðð✆ñr tð. øðùðrtð.
úîïêù ☛ñ. õöö÷ô Pokok-Pokok Hukum Perdata. ✁✑✌û☛êr✆ð✟ð. øðùðrtð.
✒ðùî✠ðts ☞îùî✆ ✍ûñvêrsñðts ✞îóð✆ ✆ðòñð óy ✞ð✠ðûë, õö÷õ✓ Pedoman Penulisan
Hukum.
✔✕✖✗✘✙✚ ✘✛ ✜ ✗✘✙✚✘✛ ✚ ✘
✢ñð ït ✍ûòðûë-✍ûòðûë☞îùî✆✁êò ðr tð
✍ûòðûë-✍ûò ðûëé ÷✑ð óîû÷✂✣ ☎☛êû ☛ðûë✁êrùðñûðûw
✌û ✤rês é ÷✑ð óîû÷✂✂÷( ✢ ✆✤ñ✠ð✟ñ☞îùî✆ ✌✟ ✠ð✆)
✢ê✤✥ ês é ÷õ ✑ð óîû ÷✂✄✦ têû ☛ðûë ✁êûðððû✓t ✁êûñûëùððût ò ðû ✁ê✆ïñûððû ✁êûyê✠êûëëðrððû✧ððtðût úñ✤ñ✠
✍ûòðûë-✍ûò ðûëé õ✦✑ð óîû õöö★☛êû☛ðûë✩ò✆ñûñð✟ñstr ✢ê✤êûòî òîùðû
✁êðrðûtur ✁ê✆êñû☛ð ór é ✦✣ ✑ð óîû õö ö✣ têû ☛ðûë ✁ê✠ðù✟ðûð ✍✍ ✩ò✆ñûñð✟ñstr ✢ê✤êûò îò îùðû
✁ê✤✥ êr s é õ✡ ✑ð óîû õöö✄ têû☛ðûë ✁êðrsyðrðût ò ðû ✑ððt ✧ððr ✁êûò ðýðtðûr òðû ✁êû ✪ðtðtðûúñ✤ñ✠
✁ê✆êûò ð ër ñr é ÷õ ✑ð óîû õö ÷ö têû ☛ðûë ✁êò ✆ðû ✁êû ✪ððtðût ✁êùðr ñûðûw òðû ✁ê✠ð✤ ✥ ðû✩ù ☛ð✎ðûëìñtêïñr tùðû✫✠êóé êëð rð✏ðñû
✬✗✖✘✚✭✮
øðûê ✞ðr✠êû ✞ðùð✠êw. õö÷✦ ô Akibat Hukum Dari Perkawinan Beda Agama di Indonesia. ✏êx ✁ñ✯ðr î✆ôt ✰ ✠✌ô éoõô ✒ðùî✠tðs ☞uùî✆ô ✍éú þ ✩✑ô✞ðûðò
☞ô ✩ïò î✥ð ó✆ðûôr õö ÷ ÷ô ✢ ✆✤êûò ñî✆ ✝ñòðnë ☞îùî✆ ✁êrùðñûðûôw Perkawinan
Negara. ✼❀t❁❂❃❃t✸❄✸✾❅ny❆ ❁❇ ❈❉ ❉✾❊❋ ● ❃❍ ■ ■❏ ❃■❑ ❃❍ ❑ro ❆✽ ✸▲ ❉ ❈s t✸▼ ◆ ◆✸✹ ❖ P✸r❈t
❍ ■◗❘
❙ ✸✼yon ❚ ✸o r●✸❯❇✸t✸✾ Empat Cara Penyelundupan Hukum Bagi Pasangan Beda Agama✾✼❀❁❂ ❃❃❱✻▲✻●❋▼t ✹✽▼❈✾❊❋●❃❍■■❲ ✾❚✽ ✸▲ ❉ ❈s t✸▼◆◆✸✹❍ ❖❳❈❯r✻✸✽r❍■◗ ❘
✿or●✸❆✽ ✾ Makna Perkawinan Dalam Berbagai Agama. ✼❀t❁❂❃❃●✸❆✽por ✾❅❆ ❁❇ ❈❉ ❉✾❊❋ ●ro ❃❍ ■ ■❨ ✾❆✽ ✸▲ ❉ ❈s t✸n◆ ◆✸✹❍ ❑❚❈❉ ❈●❯❈r ❍■◗❑
P✽❄t✸✾ Menyoal Perkawinan Beda Agama✾ ✼❀t❁❂ ❃❃❩❋●❁✸❉✽ ✸▼✸✾❬❋●❃✷❋❉❯ ✻❆❃❍ ■◗❍✾
❆✽ ✸▲ ❉ ❈s t✸n◆◆✸✹❭❪ ✸▼✻✸✽r❍ ■◗❘
✷w✸▼ ❆y ✷✽✼❋❀✸▼ ◆✾ Kumpulan Berita dan Serba Serbi tentang Administrasi Kependudukan. ✼❀t❁❂ ❃❃✸❆ ●✽▼❆✻▲✾❅❆❁❇ ❈❉ ❉✾❊❋ ● ❃or ✾ ❚✽ ✸▲ ❉ ❈s t✸n◆◆✸✹ ◗❭ ❫pr✽ ✹