• Tidak ada hasil yang ditemukan

Case Report: Kejadian babesiosis pada kuda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Case Report: Kejadian babesiosis pada kuda"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

I l c , ~ r ~ r . Indrbnr,~,,. :zd :I~\I> HEWAN EKSOTIK Dl TEMPAT ROTOR0

hewan garis

melihara hewan

1 tentu

rnakln

ImpDan rlukan

larn ?h melayani

kelinci %. burung Old.

0.5% Ragam hewan eksot~k tersebut

menjadi hewan

selalu hewan

mi makin

Oaftar

Pustaka

James.Exotic

paslen hewan Elsevier

I McArthur,

~uari Jul~ banyak

B 56.1%-

!

Plardmp of H W A S 2008 Bogor, Indonesia, August 1 9" - 22" 2008

CASE REPORT: KEJADlAN BABESIOSIS PADA KUDA

1

Setyo Widodo, Retno Wulansari dan Chusnul Choliq

Staf Pengajar Bagian Penyakit Dalam Departernen Klinik Reproduksi dan Patologi FKH-1PB Kata kunci : Babesia sp., kuda

Pendahuluan

Babesiosis yang disebut juga piroplasmosis pada kuda, billiary fever ataupun malaria pada kuda adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan oleh Babesia sp parasit protozoa intraeritrositik. Pada kuda dikenal dua penyebab piroplasmosis yaitu : 0. caballi dan 8. equi. Parasit ini menyerang sel darah merah. namun ini dapat berakibat fatal bagi inangnya karena menyebabkan lisisnya sel darah merah. Penularan dapat terjadi melalui inang antara (vektor) stadium nimfa dan dewasa dari caplak. Masa inkubasi bervariasi antara 5

-

21 hr. penyakit yang ditimbulkannya dapat bersifat akut, subakut dan khronis (Coleto 1987, Edward et al. 2003).

Vektor dari 8. caballi dan 8. equi adalah caplak dari

genus

:

Dermacentar,

Hyaloma dan Rhipicephaius, Pada 8

.

caballi pemindahan dapat terjadi transovari. Selain oleh caplak babesiosis pada kuda dapat pula ditularkan rnekanis melalui jarum ataupun syringe yang terkontaminasi, pada 8, equi penularan dapat terjadi secara intra uterin (Anonimus 2005, Edward et a/

.

2003). Gambar 1 menunjukkan [image:1.849.12.219.343.589.2]

perbedaan morfologi kedua jenis babesia tersebut.

Gambar

I. (A) Bsbesia caballi pada eritrosit kuda dan (B) Babesia equi pada ulas darah kuda (Edward et al., 2005)

Babesiosis sulit untuk didiagnosa semra klinis karena gejala klinis yang ditimbulkannya bervariasi dan tidak spesifik diantara inangnya.

Pada kasus perakut

Ijarang)

hewan dapat ditemukan mati atau hampir mati tanpa menunjukkan gejala klinis sebelumnya biasanya dalam waktu 24

-

48 jam setetah gejala awal tampak. Pada bentuk akut yang lebih sering terjadi hewan menunjukkan gejala

klinis demam, anoreksia, dyspneu, jaundis, hemoglobinuria, berkeringat, kongesti pada

membrana

mukosa. feses kering, haemorrhagi ptechial

pada

konjungtiva, anemia, kebengkakan abdomen dan kelemahan kaki belakang.

Bentuk subakut dapat terjadi demam intermitten, anoreksia, lesu, penurunan berat badan, gejala kolik ringan dan oedema

ringen

pada kaki bagian bawah, membrana mukosa dapat rose, rose pucat atau kuning dan dapat pula timbul ptechia ataupun echymosa. lnfeksi khronis dapat berasal dari bentuk penyakit akut ataupun bentuk primer dari penyakit karena infeksi parasit yang

rendah

ataupun adanya resistensi hewan terhadap penyakit ini. Gejala klinis yang ditimbulkannya dapat bersifat ringan atau bahkan tidak tampak, sehingga sering sulit untuk menemukan parasit pada pemeriksaan ulas darah. Gejala yang timbul umumnya anoreksia ringan, toleransi yang buruk terhadap latihan, penurunan barat badan, demam intermitten, pembesaran limpa uika dipalpase secara rektal). Kondisi ini dapat berlangsung untuk beberapa tahun dan hewan meniadi reservoir infeksi bagi caplak vektor (~ndnirnous 2003, Coleto 1987).

di

Indonesia selama beberapa dekade tidak ditemukan

laporan babesiosis pada kuda.

Bahan dan Metode

48 spesimen sediaan ulas darah yang diterima dari petemak kuda, difiksasi dengan methanol selama 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa 10 Ohselama 1

jam.

Pemeriksaan dan identifikasi terhadap adanya parasit darah dilakukan dibawah rnikroskop dengan pembesaran 10 x 200 dan menggunakan minyak emersi.

Hasil dan Pembahasan

Dari 48 spesimen yang diperiksa

1

menunjukkan hasil positif terinfeksi parasit

darah yang diidentifikasikan sebagai Babesia

s p sebanyak 46 spesimen (95,80%) yang dapat dilihat pada tabel I. Pengamatan

(2)

1

Proceedings uf kILNAS 2008

'hunian' Babes~a sp. lntraeritrosit menurut Ristic (1988).

Babesia caballi rnempunyai bentuk khas babesia yang hanya dijurnpai dalam

sel

darah

rnerah. Pada sediaan ulas darah perifer deng an pewarnaan Giemsa akan memperlihatkan bentuk 2 pear rnerozoit dengan ukuran 3

-

5 prn atau spherical tunggal tropozo~t dengan ukuran 3

-

4 urn.

Merozoit terletak ditengah-tengah sel darah merah dan membentuk kutub dari dua sudut tajam, sitoplasma berwarna kebiruan terdiri dari satu atau dua badan kromatin inti yang terwarnai serta satu vacuola. Biasanya tidak lebih dari 2 babesia dalam satu sel darah rnerah.

Babesia equi secara umum nyata dalam ulas darah yang diwamai dengan Giemsa karena variasi morphologi yang besar. Biasanya berukuran kecit (1 - 2 pm), dengan

stadium bentuk koma, pada kondisi tertentu spherical dan amuboid (2

-

3 ym) pada stadium besar. Tidak seperti halnya pada 8.

caballi ,

rnaka

8. equi mula-mula akan

memperbanyak dalam lymfosit kemudian dalam sel darah merah. Perkembangan dalam sel darah merah selain segmentasi ganda, juga pembelahan menjadi 4 stadium baru. Empat merozoit 8. equi yang tersusun dalam bentu k maltese cross merupa kan bentuk khas dari 8. equi yang dapat dibedakan dari 8. cab a /ti.

Dari Tabel 1 dapat diidentifikasi B. Caballi sebesar 62.5% dan 8. Equi sebesar 25%. Dari keseluruhan spesimen 0. Caballi dan 8. Equi

dijumpai pada 12.5%.

Penyebaran vektor caplak yang meluas menyebabkan babesiosis pada kuda

l merupakan masalah global bagi peternakan

kuda. Baik 8. equi maupun 8. caballi dapat

i

dijumpai bersarnaan pada sejumlah besar

wilayah.

Gejala klinis yang timbul lebih jelas terjadi pada infeksi oleh 8, equi daripada B. caballi.

Pada infeksi oleh 8. equi cenderung menimbulkan gejala anemia parah ataupun gejala klinis babesiosis parah. Tanda klinis lainnya ditandai dengan dernam intermiten, rkterus, hepato- dan splenernegali serta bilirubinemia dan hemoglobinuria (de Waal

Llogor. Indonesia, August 1qm 2ZM

7

2aOR [image:2.851.270.472.50.663.2]

Prwvcdings uf KISWAS 2008

Tabel 1. Hasil ldentifikasi parasit darah kuda

No.

Nama 8. 8. equi

Sampel caballi

1 DMG

+

SFD MTA TPT ALD NN1 AGL LVS PCT

N N 2

SRD N N3 MMT MZC N N4 TRC CTY PTD AD1 RGO BMA OVR CPL LVN ANT FGE NN5 ZNA PTA QT A MTN

RFA

SMN MTC TNY CCA N KY VRL RJ A

SGO

AGY GTD URD CSD BV A

WLV N N5

48 VND

+

Analisis

Bogor sekitarnya (95,80%), 62,50%

8.

B campuran

12.5%.

sp.

parasit

hams

perlunya skrining epidemiologi

Daftar Pustaka Ali

Piroplasmosis. Vol.

20,

'

! - I 3

L. t past1 Univesidac R.Z., Latimer K,

Miodrag

(3)

rilrosil menurut

fai sel

G~ernsa

merozoit pm. sel

I sudut

m a t i n

urn lengan

-

pm), dengan tertentu

- pm)

8. fosit kemudian

!mbangar, tmentasi

~edakan 8.

B. Caballi bbesar

25%.

)al/i 8. Equi

ik meluas

~ a g i

8,

caball) sejumlah

te jadi B. cabalti. 7ui cenderung parah ataupun

1. Tanda klinis lam

~emegali serta

uria

(de

Bogor. I qrn 2'" 2008

Tabel

1.

Hasil

ldentifrkasi parasit

8. 8. eaoi

Sampel caballi

1

+

-

NN1

+

AGL

LVS -I

9

11

+

CTY AD1

BMA

+

CPL

+

+

PTA

-

+

-

t

35 -

-

-

-

+

41

-

BVA

46 WLV

+

Kesimpulan Anonimous 2005. Foreign Animal Disease.

Hasil Anatisis spesirnen sediaan ulas The Gray Book. Buyer. U.S.A.H.A. 8100

I

darah kuda di daerah Bogor dan sekitamya

Three

Copt Road, Richmond. Virginia

.

pp menunjukkan bahwa kejadian Babesiosis pada !

-

13

kuda sebesar (95,80%), sebanyak 62.50% 8. Coleto L. 1987. Equine Babesiosis : a disease

Caballi dan 25% 8 equi serta infeksi campuran linked to the Extensive Horse Raising in

sebesar 12.5%. the pasture Land of Extremadura.

Univesidad de Extrernadura Spain . pp

1

Saran 273

-

276.

Adanya

gambaran

spesimen

yang

Edward

R.Z.,

Moore H., Leroy B.E.

and

menunjukkan Babesia sp. rnengindikasikan Lattmer K.S. 2005. Equine Babesiosis. kejadian infaksi parasit darah yang harus Dept. Pathology College of Vet. Medicine, diwaspadai dan perlunya tindakan skrining dan University

----

of Georgia Athens. GA. pp

studi epidemiologi klinis. 3062

Ristic Miodrsg. 1988. Babesiosis of

Domestic

Daftar Pustaka Animals and Man.CRC Press, Inc. 8oca

Ali Shuia. Chihiro Sugimoto, and Misaa Raton, Aorida.pp 197

-

208

onit&,

1996. ~ ~ u i n e Piroplasmosis. J.

Gambar

Gambar I. (A)
Tabel 1. Hasil ldentifikasi parasit

Referensi

Dokumen terkait

ü Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan kimia, energi dan air serta sekaligus untuk meningkatkan kinerja lingkungan, diperlukan suatu

Hal ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam menentukan jurusan Manajemen Informatika AMIK BSI Bandung sebesar 69,820% dan sisanya 30.18%

Faktor penghambat dan faktor penunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di kota Denpasar meliputi dalam keluarga, pasar tradisional, kegiatan

Pentingnya penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana wajib pajak patuh dalam membayar pajaknya; untuk menguji kesadaran wajib pajak, pengetahuan dan pemahaman tentang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan dan motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Keenam jenis tumbuhan tersebut terdiri dari dua jenis tumbuhan mengapung [Eichhornia crassipes (Mart.) Solms dan Pistia stratiotes L.], dua jenis tumbuhan tenggelam

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Skripsi ini berjudul “Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)”,