• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja kerbau betina pada berbagai beban kerja serta implikasinya terhadap kebutuhan energi dan protein pakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja kerbau betina pada berbagai beban kerja serta implikasinya terhadap kebutuhan energi dan protein pakan"

Copied!
306
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)

KINERJA KERBAU BETINA I'ADA BERBAGAI

REBAN KER,JA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP

KEBUTUHAN ENERGI DAN I'IXOTEIN I'AKAN

Oleh

I GEDE MAHARDIKA

PTK:

9151 1

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(160)

I

Gede Mahardika. "Kinerja Kerbau Betina pada Berbagai Beban Kerja serta Implikasinya terhadap Kebutuhan Energi dan Protein Pakan" (dibawah

bimbingan Prof. Dr. Djokowoerjo Sastradipradja sebagai kehra, Prof. Dr. Toha

Sutardi, Dr. Ir. KartiarsoI Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah dan Prof. Dr. Klaus

Bec ker masing-masing sebagai anggota pem bim bmg).

Penggunaan ternak khususnya kerbau sebagai sumber tenaga kerja

didalam sistim usaha tani di Indonesia adalah sangat penting artinya di dalam

meningkatkan pemanfaatan sumber energi yang tersedia secara l o w , terutama

sekali untuk menghemat penggunaan rninyak bumi. Melihat banyaknya manfaat

pemeliharaan ternak, diperlukan suatu perhatian khusus sehingga

produktifitasnya bisa ditingkatkan terutama semi bila diinginkan ternak yang

multifungsi. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya penentuan kebutuhan

energi melalui pengukuran denyut jantung dianggap cukup rnemadai untuk

mengukur kebutuhan energi kerja, sehingga penerapannya untuk pengukuran

energi pada ternak kerja sangat penting untuk dilakukan. Di samping penelitian

semacam ini belum pernah dilakukan di Indonesia, sehingga dengan adanya

formula yang menyatakan hubungan antara denyut nadi dengan pengeluaran

energi ke rja ini, dapat dipakai untuk menentukan kebutuhan energi ternak pada

(161)

Penelitian menggunakan kerbau betina berat 280

-

380 kg. yang bwlebih

dahulu dilatih untuk menarik beban selama 3 jam/ hari.

Pe~obaan I menggunakan rancangan bujur sangkar latin dengan 4

perlakuan dan 4 ulangan:

A: Kerbau yang tidak beke rja.

B: Kerbau menarik beban 5% massa tubuh selama 3 jam. -

C:

Kerbau menarik beban 10% massa tubuh selama 3 jam. -

D: Kerbau menarik beban 15% massa tubuh selama 3 jam.

Energi untuk kerja ditentukan dengan persamaan Lawrence (198S), - dengan mengukur rnassa temak, jarak berjalan, beban tarik dan sudut tarikan.

-

Parameter darah yang diamati adalah kadar glukose, laktat, tri-da, f3-

hidroksi butirat, Hb, PCV, pH, sel darah merah dan leukosit Disamping itu diamati pula pengaruh kerja terhadap temperatur rektal dan kulit, frekwensi

nafas.

Pexrobaan

II

rnenggunakm rancangan bujur sangkar latin dengan 4

perlakuan

dan

4 ulangan,

I : Kerbau yang tidak keja

11 : Kerbau yang bekeqa 1 jam/ hari

III

: Kerbau yang bekeja 2 jam/hari
(162)

Beban kerja yang diberikan pada semua perlakuan adalah 450

-

500

N.

Energi untuk kexja ditentukan dengan persarnaan Lawrence (1985) dan

pengukuran yang didasarkan pada penentuan komposisi tubuh. Denyut jantung

diukur secara kontinyu pada saat ke j a dan istirahat dengan "Polar Sport Tester

PE-300(Y' yang telah dilengkapi dengan amplifier operasional gain 10 d m sabuk

elektrode yang khusus dibuat sendiri untuk kerbau. Pengamatan diiakukan

selama 2 minggu dari masing-masing unit perrobaan. Peubah yang diamati

adalah konsumsi pakan, perubahan massa tubuh, kecemaan pakan dengan

teknik koleksi total serta energi metabolis (ME). Komposisi tubuh ditentukan

dengan metode pengukuran berat jenis (KIeiber, 1961) yang disesuaikan dengan

kondisi pengukuran untuk kerbau. Produksi panas dihitung dengan: PP = ME

-

RE.

Kecepatan berjalan kerbau yang bekerja 5% dari massa tubuh adalah 1,06

m / d t Meningkatnya beban akan menyebabkan menurunnya kecepatan w a n

sehingga jarak yang ditempuh akan menurun sedangkan total energi

untuk

kexja

akan meningkat =am nyata dengan meningkahya beban

k q .

Konsentrasi glukose plasma darah pada kerbau yang bekerja dengan

beban 15% meningkat selama keqa, tetapi kerbau yang bekerja 5% dan

lo%,

glukose darahnya meningkat setelah satu jam periode k e j a Peningkatan ini

disebabkan h n a adanya pembentukan glukose baru (glukoneogmesis) dan

(163)

tryghserida erat kaitannya dengan peningkatan epineprin sehingga merangsang

berjadinya Lipolisis.

Energi yang diperlukan oleh kerbau untuk bekerja menarik beban dengan

gaya 450

-

500 N selama 1 jam adalah 6,40

MJ.

Bila dia bekerja selama 2 jam dan 3

jam dengan beban yang sarna maka energi yang diperlukan 13,91

MJ

dan 18,Ol

MJ.

Hasil pengukuran ini ternyata lebih rendah 22

-

25% dibandingkan dengan

pengukuran yang didasarkan pada penentuan komposisi tubuh. Total kebutuhan

energi kerbau yang beke rja selama 1 jam adalah 36,83

MJ.

Besarnya pengeluaran

energi ini adalah 1,21 kali kebutuhan energi untuk istirahat Kerbau yang bekeqa

selama 2 jam dan 3 jam setiap hari dengan beban 450

-

500

N

memerlukan energi

1,51 dan 1,65 M i dari kebutuhan energi untuk hidup pokok Didasarkan atas

perhitungan produksi panas (energi) dengan beknik pengukuran komposisi

tubuh maka produksi panas kerbau yang bekeqa 1 jam,

2

jam

dan

3 jam masing-

masing adalah 1,31; 1,76 dan 1,99 kali dari produksi panas saat istirahat

Meningkatnya pengeluaran energi diikuti dengan meningkatnya denyut

jantung secara linier mengikuti persamaan.

J&

= (0,270 HR436j

-

1) W t I-IR adalah

denyut jantung/rnenit, W adalah massa tubuh

(kg)

dan

t

adalah lama keqa

(menit).

Kecernaan bahan kering tidak d i p e n g d oleh ke* sedangkan

terjadinya penurunan wtensi lemak dan protein yang semakin besar disebabkan

(164)

kerbau yang bekerja menunjukkan bahwa komponen tersebut digunakan sebagai

sumber tenaga untuk ke rja. Produksi panas kerbau yang tidak keqa adalah 30,42

MJ/hari atau setara dengan 0,42 W03 MJ. Nilai ini besarnya 1,42 kali bila

dibandingkan dengan katabolisme puasa yang besarnya 70 WO,n Kcal (Brody,

1945), sedangkan kebutuhan energi untuk hidup pokok adalah 0,37 Won MJ/hari

atau setara dengan 1,25 kali katabolisme puasa. Kebutuhan energi untuk keqa

berbanding lurus dengan lama ketja mengikuti model persamaan Ek = 0,003 F.a

em/

Worn sedangkan kebutuhan energi untuk tumbuh besarnya 14,6 MJ setiap

kenaikkan 1 kg massa tubuh

.

Penentuan kebutuhan protein dengan pendekatan pexrobaan

pakan

dan

pengukuran komposisi tubuh mendapatkan kebutuhan protein untuk hidup

pokok 251 W0v75 g protein tercerna sedangkan kebutuhan protein untuk keqa

mengikuti model Pk = 1259 e0.m g. Kebutuhan protein untuk tumbuh Pt = (258 +

(165)

WORK PERFORMANCE OF FEMALE SWAMP BUFFALOES

UNDER VARIOUS

WORK

LOADS AND ITS IMPLICATION

TO FOOD ENERGY AND PROTEIN REQUIREMENTS

The information about the nutrient requirement of draft animals,

especially buffalo, in the tropic area is still limited, so that the nutrient

requirement of draft animals in every stage of draft load is needed to be done.

A female swamp buffaloes with body weight of 280

-

350

kg were used in this

study. The experiments were carried out in two step using 4 x 4 latin square

experiment design. First experiment consisted of four level of work load. A

no work, B, C and

D

pulled load equivalent to

5%,

10% and 15% of body

weight respectively. All buffaloes were subjected to similar work regime for 3

hours daily. Second experiment aiso consisted of four level of work. A no

work,

B,

C and D work amounting 450

-

500 Newton traction for 1, 2 and

3

hours duration daily respectively.

The energy expenditure for work was calculated with factorial

methods (Lawrence, 1985), energy and nitrogen balance trial were carried out

to calculated metabolizable energy (ME). The body composition could be

done by measuring the body dencity to define protein, fat and energy

(166)

between ME and RE. Daily energy for work was calculateci as: PPworking

-

PPres ting.

Dry matter digestibility was not influenced by the intensity of work. In

contrast, the increase of work load caused the decrease of fat, protein and

energy retention. The heat production of resting buffalo was 30.42 MJ/d or

equal to 0.42 WO.= MJ/d, and energy expenditure for maintenance was 0.37

W0.n MJ/d. Energy expenditure for work calculated were 9.56; 20.00 and

25.86

MJ

for treatments 1 hour, 2 hours and 3 hours respectively. The

relationship between energy expenditure for work (Ek) and work loads

(F),

work period (t) and body weight (W) was formulated matematically as

follows: Ek = 0,003 F'c43 t?.93/W0ro9 Further the relation between energy for

work (Ek) and heart rate (HR) was formulated as Ek = (0.270 HROW

-

1) W t

KJ.

The protein requirement for maintenance on buffalo was 2.51 W0-75 g.

The protein requirement was increased simultaneously due to the increasing

of work period and the relationship between protein requirement for work

(Pk) and work period (t) was defined as Pk = 1559 e0.s g. Protein

q u i r e m e n t for growth (Pg) was found with the equation Pg = (258 + 1.25

W0.S) AWkg g.

(167)

KINERJA KERBAU BETINA PADA BERBAGAI BEBAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP

KEBUTUHAN ENERGI

DAN

PROTEIN PAKAN

Oleh

I GEDE MAHARDIKA

PTK: 91.511

Disertasi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

DOKTOR

pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(168)

Judul Disertasi : KINERJA KERBAU BETINA PADA BERBAGAI BEBAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEBUTUHAN ENERGI DAN PROTEIN PAKAN.

Nama Mahasiswa : I Gede Mahardika.

Nomor Pokok : 91.511/Ilmu Ternak.

1. Komis Pembimbl

'n

g

(Prof. Dr. Diokowoerio Sastradipradia) Ketua

,"$Prof. Dr. Toha Sutardi) Anggota

Dr. Kamaruddin Abdullah) Anggota

%'

(Dr. 1 artiarso) Anggota

(Prof. Dr. Klaus Becker) Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Ternak

2 7

JUN

1996

(169)

RlWAYAT MDUP

I Gede Mahardika adalah putra pertama yang dilahirkan pada tanggal 18

Maret 1960 di Desa Baluk, Kecamatan Negara, Daerah Tingkat

11

Jembrana,

Propinsi Bali dari pasangan

I

Wayan Welun (ayah) dan Ni Wayan Wersih (ibu).

Pada tahun 1972 menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dari M o l a h

Dasar I Baluk dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama I

Negara pada tahun 1973 serta Sekolah Menengah Atas I Singaraja tahun 1976.

Pengalaman masa kecil sebagai anak seorang p e t a ~ petemak rnendorong

untuk memasuki Fakultas Petemakan Universitas Udayana tahun 1979 dan

memperoleh gelar Saqana Pebernakan tahun 1984. Pada tahun 1938 mendapat

kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Program Studi Ilmu Temak,

Fakultas

Past-ana

Institut Pertanian Bogor dan menmperoleh gelar Magisber

Sains tahun 1990. Tahun 1991 mengkuti

program

doktor pada Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan bantuan biaya dari Tim

Manajemen Program Doktor serta biaya penelitian dari Proyek Penelitian Hibah

Bersaing

IL

Pada tahun 1994 berkesempatan mengikuti Shortem Training

mengenai

Mask

Calorimetry di Universitas Hohenheim Jennan selama 6 bulan.

Penulis menikah dengan Ni Nyoman Sriyani pada tahun 1% dan

dikaruniai dua orang

pubi

masing-masing Ni Putu Sri Mahayani (10 Th) dan Ni
(170)

Pada tahun 1984

-

1986 penulis bekerja sebagai Area Supervisor untuk
(171)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang

Maha

Esa,

karena atas kanrnianya penulis dapat rnenyelesaikan penelitian serta

penulisan disertasi ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini ijinkanlah penulis menyampadcan

penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.

Qokowoerjo Sastradipradja, sebagai kehta komisi pembimbing, Prof.

Dr.

Toha

Sutardi, Dr. Ir. Kartiarso, Prof. Dr. Karnaruddin Abdullah dan Prof. Dr. Klaus

Becker masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing, atas segala

bimbingan, arahan serta saran-saran yang diberikan selama penulis mengkuti

pendidikan di Program Pascasujana F B .

Kepada Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor, Rektor Universitas

Udayana, Direktur Program Pascasarjana

F B I

Dekan Fakultas Pekmakan

Universitas Udayana serta Ketua Program Studi Ilmu Ternak penulis

rnenyampaikan krimakasih yang s e k - b e s a r n y a atas segala fasilitas dan

dorongan yang diberikan selama penulis mengikuti program ini.

Ucapan terirnakasih penulis sampikan kepada Ketua

Tim

Manajemen

Program Doktor, Yayasan Supersemar atas bantuan biaya yang diberikan.

Kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat

(172)

Pendidikan Tinggi penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan biaya

penelitian yang diberikan melalui Proyek Penelitian Hibah Bersatng IL

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak

Prof. Dr. Asikin Natasasmita, atas kemurahan hati beliau yang telah memberikan

ijin kepada saya untuk melakukan pengolahan data dari disertasinya, sehmgga

didapatkan suatu formula yang dapat penulis pakai di dalam penentuan protein

tubuh kerbau.

Kepada Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (Punhawacana) Bali di

LPB,

penulis rnengucapkan krimakasih yang sebesar-besarnya atas segala dorongan,

motivasi dan suasana kekeluargaan yang diberikan selama penulis mengkuti

pendidikan di IPB. Teman-teman sejawat yang secara langsung maupun tidak

langsung ikut membantu penulis dalarn masa-masa penel~tian dan penulisan

disertasi penulis ucapkan banyak terimakasih.

Kepada keluarga di nunah, penulis mengucapkan terima-

kasih

atas

segala pengertiannya dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat

rnenyelesaikan

tulisan

ini.

Penulis sadar bahwa tulisan ini rnasih jauh dari kesempumaan namun

penulis berharap semoga apa yang penulis lakukan dapat memberikan

sumbangan kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(173)

Halaman

...

RINGKASAN i

...

ABSRACT vii

JUDUL

...

viii

LEMBAR PENGESAHAN

...

i x

RWAYAT HIDUP

...

x

KATA PENGANTAR

...

xii

DAFTAR IS1

...

xiv

DAFTAR TABEL

...

xvii

DAFTAR GAMBAR

...

xix

I. PENDAHULUAN

...

La tar Belakang 1

Tujuan

...

4

...

Manfaat 5

n.

TINJAUAN PUSTAKA

...

Kerbau sebagai Ternak Ke j a 6

Teknik-teknik untuk Mengukur Produksi Panas/ Energi

...

8

Kebutuhan Energi untuk Ke j a

...

15

Pengaruh Ke j a terhadap Nilai-nilai Fisiologis

...

16
(174)

111

.

BAHAN DAN METODE

...

Terna

k..

Pakan dan Air Minum

...

Kandang

...

Alat.ala t.

...

Tempat Penelitian

...

Rancangan Percobaan

...

Analisis Statistik

...

N

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Validasi Metodologi Pengukuran Nadi

...

...

Pengu kuran Energi secara Faktorial

Kecepatan dan Jarak

...

Energi untuk Ke j a

...

...

Energi Mekanik dan Efisiensi Ke rja

Biokirnia Darah dan Nilai-Nilai Faal

...

Glukose. Laktat dan Trigliserida Darah

...

Temperatur Kulit, Temperatur Rektal dan Frekwensi Nafas

...

Konsumsi Pakan, Massa Tubuh dan Kecemaan Bahan

...

Kering

Neraca Energi

...

(175)

Denyut Nadi dan Energi Kerja

...

77

Perhitungan Kebutuhan Energi dan Protein

...

82

V

.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

...

86

Saran

...

88 VI

.

DAFTAR PUSTAKA

...

89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(176)

D m A R TABEL

Nomor Halaman

Teks

1

.

Pencurahan Tenaga Keja dalam Usahatani

...

7

2

.

Rata-rata Konsentrasi Metabolit di dalam Darah

Sebelum dan Sesudah Kerja.

...

17

3

.

Kadar

Hb,

RBC, PCV, Leukosit dan pH darah

kerbau yang telah terlatih

...

24

4

.

Pengukuran Denyut Nadi dengan Polar Sport

Tester dan dengan Stetoskope

...

46

5

.

Kecepatan d m Jarak yang dapat Dikmpuh oleh

Kerbau yang Beke j a dengan Beban Kerja Berbeda

...

49

6

.

Kebutuhan Energi untuk Kerja 'pada Kerbau dengan

Beban Ke j a Berbeda

...

51

7

.

Penampilan Kerbau yang Bekeja dengan berbagai Lama Kerja... 53

8

.

Ke j a Mekanik dan Efisiensi Kerja Kerbau pada Beban Kerja

Berbeda

...

55

9

.

Kadar betahidroksi butirat pada berbagai lama kerja.

...

58

10

.

Konsumsi

Pakan,

Perubahan Massa tubuh dan

KCBK

pakan dari

Kerbau pada Berbagai Lama Kerja

...

67

11

.

Pengaruh Kerja terhadap Perubahan Komposisi Tubuh Kerbau

...

68

12. Rebensi LRrnak, Protein dan

Energi

Kerbau yang Bekeqa pada

Lama Kexja Berbeda

...

...

69

13. Jumlah Urin dan Nitrogen yang Dikeluarkan oleh Kerbau pada

Berbagai Beban Kerja

...

71
(177)

15

.

Denyut Nadi (HR) dan Pengeluaran Energi untukKe j a (Ek) pada Kerbau

...

78

16

.

Data Kebutuhan Energi dan Protein pada Kerbau Betina

Umur 2

-

4 tahun yang Bekerja di Bawah Naungan

...

84

17. Komposisi Ransum Kerbau dengan Massa Tubuh 300 kg dan

(178)

Nomor Halaman Teks

1

.

Skema Glikolisis dan Siklus Asam Sitrat

...

20

2

.

Jalur Oksidasi dari Asam Amino

...

22

...

3

.

Konstruksi Kandang Penelitian. 26

4

.

Mat

Beban

Tarik (Sledge)

...

27

5

.

Komponen gaya tarik pada proses kerja tarik dengan

beban

B

dan

...

sudut tarikan a 29

6

.

Pengukuran Energi dengan Metode Faktorial

...

32 7

.

Mengukur Volume Tubuh Ternak dafam Bak.

...

38

8

.

Rangkaian antara Elekfrode. Aplifier Operasionaldan Transmiter

...

40

...

9

.

Skema Amplifier Operasio nal 41

10

.

Kurva Kalibrasi Pengukuran Denyut Nadi

...

47

11

.

Konsentrasi Glukose Plasma Darah Kerbau pada Berbagai

Waktu

dan

Beban

K q a

...

56

1 2 Konsentrasi Trigliserida Piasma Darah Kerbau pada

Berbagai

Waktu

dan

Beban

K;erJa

...

57

13

.

Konsentrasi Asam Laktat Plasma

Darah

Kerbau yang

Bekeja

pada

Lama

dan

Beban

KeQa

Berbeda

...

60

14

.

Temperatur

Kulit

b b a u pada Berbagai

Waktu

dan

Beban

K+

..

61

15

.

Temperatur

Rektd

Kerbau pada Berbagai

Waktu

dan

Beban

K e q .

62
(179)

17

.

Kurva Hubungan antara RetPnsi Lemak dan Retensi Protein

...

dengan Beban Kerja 70

18

.

Kurva Perbandingan anatar Energi Metabolis (ME). Produksi

Panas (PP). Retensi Energi (RE) dan Energi untuk Ke j a (Ek)

...

74

19

.

Denyut Nadi Kerbau pada Berbagai Kondisi Ke rja

...

79

20

.

Hubungan antara Denyut Nadi dengan Pengeluaran Energi untuk
(180)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meningkatnya jumlah pendud uk menuntut tersedianya bahan pangan

yang lebih banyak pula, terutama hasil-hasil pertanian yang secara langsung

maupun tak langsung dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Untuk

tujuan itu sangat diperlukan peningkatan produktifitas hasil pertanian baik

dengan cara intensifikasi atau ekstensifikasi.

Intensifikasi dapat dilakukan dengan perbaikan panca usaha tani,

sedangkan ekstensifikasi dapat dilakukan dengan membuka areal baru

seperti pada daerah-daerah transmigrasi. Keadaan ini akan menyebabkan

peningkatan permintaan akan tenaga kerja dalam bidang pertanian. Sumber

tenaga kerja untuk mengolah lahan dapat dipenuhi dari tenaga k m a k (sapi

dan kerbu) maupun dari tenaga mesin (traktor). Di negara-negara

berkembang seperti Indonesia yang luas pemilikan tanahnya sempit,

pemanfaatan tenaga ternak lebih efisien dibandingkan dengan traktor. Hal

lain yang mendukung penggunaan tenaga ternak adalah modal yang

diperlukan untuk mendapatkan ternak tidak berlalu bear, pengetahuan

petani k i t . terhadap mesin masih kurang, dapat menghemat penggunaan minyak bumi serta adanya integrasi antara ternak dengan usahatani yang

(181)

tenaga keja untuk pertanian di Indonesia sampai tahun 2005 masih

didominasi oleh tenaga ternak

Sistem peternakan di Indonesia yang sebagian besar dilakukan oleh

petani kecil memberikan manfaat yang tidak kecil terhadap usahatani yang

dilakukan. Di satu pihak hasil ikutan dari usahatani merupakan sumber

potensial bagi penyediaan makanan ternak, sedangkan di lain pihak ternak

dapat membantu pelaksanaan dan pembiayaan usahatani sebagai sumber

tenaga kerja dan penghasil pupuk. htegrasi demikian merupakan potensi

sosial ekonomi yang mendukung kehadiran ternak sebagai tulang punggung

kekayaan nasional dalam menunjang usahatani.

Pengembangan pertanian seyogyanya diselenggarakan dengan tujuan

meningkatkan efisiensi usaha dalam suatu sistem yang telah berlaku dengan

mempertimbangkan kendala-kendaia yang ada. Temak hendaknya

dimanfaatkan dengan caracara tertentu berdasarkan sifatnya masing-masing

sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungannya, sehingga manfaatnya

menjadi lebih tepat guna dalam melayani kebutuhan manusia. Sehubungan

dengan ha1 itu, maka penggunaan kerbau sebagai sumber tenaga ke rja dalam

usahatani seperti kebanyakan petani di negara berkembang adalah suatu ha1

yang sangat rasional.

Kerbau sebagai salah satu ternak k e j a mempunyai peranan yang

(182)

sebagai sumber tenaga keja tidak hanya terbatas untuk pengolahan tanah,

tetapi memberikan peluang untuk dimanfaatkan sebagai sumber tenaga di

dalam pengembangan industri kecil di pedesaan.

Besarnya jurnlah hewan yang digunakan sebagai ternak keja dan

k e p e n t i n g a ~ y a dalam pembangunan pertanian memaksa kita bersikap

untuk menggunakannya secara efisien dengan memberikannya makanan

yang cukup. Pemberian jurnlah energi yang cukup untuk penampilan dan

produksi yang optimum adalah penting untuk mengetahui penggunaan

energi ternak ke j a pada kondisi dimana mereka bekerja. Informasi yang ada

untuk pendugaan kebutuhan energi ternak k e j a sangat terbatas dan

pendugaan sekarang yang terbaik untuk sapi dan kerbau adalah antara 1/25

kali hidup pokok (Pearson, 1988) sampai 1/80 kali hidup pokok (Lawrence,

1985). Penggunaan yang sesungguhnya adalah proporsional dengan tipe

pekejaan dan beban k e j a yang kedua-duanya tidak dapat dipisahkan.

Untuk estimasi kebutuhan energi harus diukur pada berbagai beban kerja

dan kebutuhan yang diprediksi sesuai pengeluaran kerja. Terbatasnya

informasi tentang kebutuhan nutrisi kerbau k e j a disebabkan karena

terbatasnya metode yang bisa dipakai untuk menentukan kebutuhan nutrisi

(183)

Pengukuran energi dari monitoring denyut jantung dianggap

memuaskan untuk berbagai aplikasi lapangan pada manusia (Ceesay et al.,

1989), sedangkan Rometsch dan Becker (1993) mendapatkan denyut nadi

berkorelasi positif dengan beban ke ja.

Tujuan

Dari kenyataan tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah

Menemukan suatu teknik lapang yang dapat dipakai untuk menentukan

kebutuhan gizi kerbau kerja yang didasarkan kepada pengukuran-

pengukuran mekani k, keseimbangan pakan yang disertai dengan

pengukuran komposisi tubuh serta prediksi kebutuhan energi untuk ke j a

dari pengukuran denyut jantung. Dari semua informasi yang didapat maka

akan ditentu kan:

I. Menemukan konstanta-konstanta baru yang dapat dipakai untuk

menghitung kebutuhan energi untuk kerja yang didasarkan atas

pengu kuran-pengu kuran mekanis dengan memperhitungkan proses

fisiologi yang mengiringi aktifitas ke rja.

2. Memantapkan konsep penentuan kebutuhan energi untuk kerja

dalam bentuk formula yang menyatakan hubungan antara denyut

nadi dengan kebutuhan energi untuk kerja dengan memperhatikan

(184)

3. Menentukan kebutuhan energi dan protein pada kerbau kerja pada

berbagai beban keja yang dapat dipakai sebagai dasar dalam

penentuan kebutuhan gizi ternak keja serta informasi dalam

penyusunan ransum ternak k e j a dari bahan-bahan lokal yang ada

sehingga memenuhi kebutuhan untuk berproduksi S a r a optimum.

4. Memperoleh informasi mengenai pengaruh keja terhadap nilai-nilai

fisiologis serta beberapa aspek nubisi.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang ternak ke ja,

terutama sekali pengembangan teknik-teknik pengukuran kebutuhan gizi

ternak ke ja. Di samping itu hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai suatu

(185)

11. TINJAUAN PUSTAKA

Kerban sebagai Ternak Kerja

Kerbau merupakan ternak yang mempunyai peranan yang penting

dalam bidang pertanian. Di Indonesia pemeliharaan kerbau sebagian besar

ditujukan sebagai sumber tenaga k e j a untuk mengolah lahan pertanian,

sehingga perhatian terhadap pertumbuhan dan kualitas dagingnya kurang

tampak. Kerbau dapat dianggap sebagai suatu traktor hidup yang tidak

memerlukan banyak modal untuk dibeli serta tidak memerlukan bahan bakar

yang mahal. Keistimewaan lain dari kerbau adalah dapat bekerja pada lahan

yang sempit atau lereng yang agak curam. Di samping itu kerbau dapat

beke j a selama 10 tahun, bahkan ada yang umurnya mencapai 20 tahun, dan

selama masa tugasnya itu, ia tidak memerlukan penggantian suku cadang

seperti yang sering tejadi pada traktor dan alat mekanisasi yang lain.

Usahatani di negara-negara berkembang pada umumnya lebih banyak

menggunakan tenaga ternak dan tenaga manusia dari pada menggunakan

tenaga mesin, sementara di negara-negara maju lebih banyak menggunakan

tenaga mesin (Tabel 1).

Sebagian besar kerbau digunakan sebagai ternak kerja untuk mengolah

tanah dan menarik beban. Penggunaan kerbau sebagai ternak kerja pada

(186)

umumnya digunakan pada dua musim tanam dimana untuk setiap musim

tanam dipekerjakan sekitar 25 - 30 hari, dengan waktu kerja pada pagi hari

pukul6.00

-

10.00 dan sore hari pukul15.00 - 18.00.

Tabel 1. Pencurahan Tenaga Ke rja dalam Usaha Tani (dalam jutaan)

Sumber tenaga ke rja

Negara Luas Manusia Ternak Mesin

1. Negara 479 125 26 250 52 104 22

berkem bang

2. Negara maju 644 44 7 63 11 537 82

Sumber: Ramaswamy (1985)

Kerbau mempunyai kemampuan yang terbatas, oleh karena itu beban

kerja yang diberikan perlu disesuaikan. Pada umumnya kekuatan kerbau

menarik beban berbanding lurus dengan massa tubuhnya. Menurut Goe

(1983) kekuatan tarik kerbau antara 10 -14% dari masa badannya pada

kecepatan

25

-

4 km/jam. Teleni dan Hogan (1989) mendapatkan bahwa sapi

dan kerbau dapat menarik beban yang beratnya 11% dari masa badamya

dengan kecepatan 2,s km/jam selama 3 jam.

Di

Thailand kerbau digunakan untuk kerja selama 60

-

146 hariltahun atau rata-rata 122 hari, dengan waktu

ke j a 5 jam setiap hari dan dapat menge rjakan lahan 0,02

-

0,06 hektar/jam.
(187)

hektar selama 3 bulan atau rata-rata 1 hektar selama 24 hari kerja (Falvey,

1987).

Santosa et al. (1987) melaporkan bahwa kerbau yang dipeke rjakan pada

pagi hari selama 1,5 - 3,5 jam/hari dalam satu musim tanam, akan dapat

menge rjakan sawah seluas 2,28 hektar, tetapi bila dipeke rjakan pagi dan sore hari selama 2,5

-

6 jam/ hari dapat menge rjakan sawah rata-rata 3,18 hektar.

Matthews dan Pullen (1977) menyatakan bahwa ada beberapa ha1 yang

dapat mempengaruhi kemampuan kerja kerbau, antara lain umur, temperatur

lingkungan, terik matahari, kelembaban serta tipe dan kekerasan tanah. Di

samping jenis ternak, jenis kelamin juga mempengaruhi kemampuan kerja.

Kerbau jantan pada umumnya lebih kuat dan lebih lincah dibandingkan

kerbau betina.

Teknik-teknik unhdc Mengukur Produksi Panas/Energi

Penggunaan energi biasanya dihitung dari pengukuran di dalam bilik

respirasi, yaitu dengan mengukur konsumsi oksigen dan produksi karbon

dioksida serta prociuk-produk akhir dari metabolisme seperti metan dan nitrogen urin, dan menghitungnya dengan menggunakan rumus-rumus Weir

atau Brouwer (McLean dan Tobin, 1987). Sementara itu bilik respirasi hanya

dapat memberikan hasil yang berguna untuk ternak yang dikandangkan, cara

(188)

lingkungan sosial dapat memberi darnpak, karena hewan lebih banyak

melakukan kerja otot dalarn aktifitasnya. Untuk memperoleh nilai kebutuhan

energi dalam keadaan hidup bebas dalam kondisi tertentu seperti pada saat

kerja, diperlukan teknik-teknik yang memungkxnkan pengukuran tanpa

kekangan dalam keadaan hidup bebas.

Metode Faktorial

Lawrence (1985) mengembangkan teknik yang didasarkan atas

pengukuran-pengukuran mekanik untuk mengukur pengeluaran energi

untuk kerja. Teknik ini disebut metode faktorial. Teknik ini didasarkan atas

pengukuran energi untuk berjalan, energi untuk membawa beban dan energi

untuk menarik beban. Metode ini melibatkan pengukuran-pengukuran gaya

tarik, massa tubuh ternak, jarak berjalan dan sudut tarikan.

a. Energi untuk be rjalan dihitung dengan:

dimana:

Ea: energi untuk be rjalan

(KJ)

W : massa tubuh ternak (kg)

L

: jar& berjalan

(krn)

a : 2,l joule

b. Energi

untuk

membawa beban dihitung dengan:

dimana:

Eb: energi untuk membawa beban

(KJ)

(189)

a : susut tarikan L : jarak (krn)

b : 4,2 joule

c. Energi untuk menarik beban dihitung dengan:

Ec =

(F

cos a) L/c

...

3

diamana:

Ec: energi untuk menarik beban

(KJ)

c : 0,35 yaitu efisiensi ke rja mekanik

Total energi untuk ke rja adalah:

Teknik Masker

Di Stuttgart, oleh Clar et el. (1992) dikembangkan teknik masker untuk

mengukur produksi panas pada hewan ke rja. Teknik ini didasarkan atas

pengukuran gas-gas respirasi seperti mengukur konsumsi

02

dan produksi

COz dan

a.

Pengukuran dilakukan dengan memakai masker yang

dipasang pada mulut ternak dan dihubungkan dengan sebuah gasmekr

untuk mengetahui volume gas ekspirasi. Sarnpel gas ekspirasi ditarnpung

dalam sebuah kantong yang selanjutnya siap dianalisis kandungan

CH4

dan

COz

dengan infrared-gus analyzer, sedangkan kadar

02

dianalisis dengan

pararnagnetik oxygen analyzer. Produksi panas ditentukan dengan mengguna-

kan formula PP = 20,5

V02

(McLean, 1986). Pada teknik masker ini
(190)

selanjutnya dikalikan dengan lama aktifitas. Ini merupakan salah satu

kelemahan teknik itu, terutama sekali bila diinginkan pengukuran dalam

waktu yang lama.

Air Berat Berlabel Ganda

Nolet et RZ. (1992) melakukan percobaan untuk mengukur produksi

panas untuk aktifitas pada angsa dengan teknik perunutan dengan air yang

berlabel ganda (DLW). Teknik ini sebenarnya memberikan pendekatan yang

terbaik untuk menjawab masalah penggunaan energi dalam keadaan hidup

bebas seperti pada saat ke rja. Teknik ini didasarkan atas observasi bahwa

pembaharuan oksigen air pada tubuh hewan Iebih besar dari hidrogen air. Kedua unsur tersebut keluar tubuh sebagai air, tetapi oksigen juga keluar

sebagai CO2. Dengan merunut air tubuh dengan H2 dan 0 1 8 serta melakukan

observasi secara diferensial, dirnungkinkan mengukur produksi

C02.

Metode

ini telah diketahui mempunyai akurasi yang sangat tinggi. Namun DLW

sangat mahal dan memerlukan alat analisis yang sangat canggih untuk isotop

stabil, oleh karena itu dalam aplikasi sangat sulit dilakukan, kecuali sebagai

rnetode untuk validasi.

Pengulcuran Denyut Nadi

Penentuan kebutuhan energi dari monitoring denyut jantung

(191)

masa lalu korelasi denyut jantung dengan penggunaan energi pada sapi dan

kerbau dianggap rendah (Richards dan Lawrence, 1984). Kajian di Stuttgart

dan Mali, denyut jantung dan pengeluaran energi berkorelasi tinggi (r=0,94)

(Rometsch dan Becker, 1993; Holmes et a]., 1976), namun estimasi yang lebih

tepat dari pengeluaran energi dalam kondisi lapangan perlu ditetapkan.

Ceesay et nl. (1989) melakukan penelitian dengan membandingkan

pengu kuran prod u ksi panas dengan tekni k pengukuran denyu

t

nadi dengan produksi panas yang diukur dengan kalorimetri. Didapatkan bahwa kedua

teknik ini mempunyai korelasi yang cukup tinggi (R2= 0,88, n = 20).

Pengukuran Keseimbangan Pakan dan Komposisi Tubuh

Metode lain yang bisa dikembangkan untuk menentukan produksi

panas pada hewan yang hidup bebas adalah dengan melakukan pengukuran

perubahan komposisi tubuh. Dalam metode ini disertai dengan melakukan

pengukuran energi metabolis

(ME)

dengan percobaan neraca energi. Pada hewan kecil prosedur yang bisa dikerjakan adalah dengan mengorbankan

contoh jaringan-jaringan yang representatif dari hewan pada permulaan

pemobaan untuk menentukan kadar lernak, protein dan energi tubuh. Segera

setelah itu percobaan makanan dilakukan. Pada akhir perlakuan hewan

dipotong dan jaringan tubuhnya dianalisa protein lemak dan energinya

(192)

panas dapat dihitung dengan mengurangi

ME

dengan perubahan energi tu bu h.

Pada hewan besar masalahnya adalah kesulitan untuk mendapatkan

contoh jaringan yang representatif di samping pemotongan pada hewan besar

menuntut biaya yang cukup mahal. Masalah ini akan dapat diatasi bila kadar

protein, lemak dan energi jaringan dapat ditentukan dengan metode tanpa

merusak tubuh hewan (kaedah non-invasif).

Rule et al. (1986) telah mengembangkan teknik penentuan komposisi

tubuh hewan dengan mengukur kadar air tubuh dengan ruang distribusi

urea. Namun formula yang dikembangkan oleh Rule untuk sapi perah

memberikan hasil yang kurang memuaskan pada beberapa percobaan di

Indonesia jika diterapkan pada ternak kambing dan domba (Sastradipradja et

al., 1995). Di samping metode itu, telah banyak pula dikembangkan metode-

metode pengukuran komposisi tubuh seperti pelarutan isotop, Total Body electrical Conductivity (TOBEC), Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) serta

Skinfold Thickness (Power and Howley, 1991). Namun teknik-teknik tersebut

relati f mahal dan memerlukan peralatan yang harus distandarisasi terlebih

dahulu.

Kleiber (1961) mengulas teknik pengukuran lemak dan protein tubuh

(193)

suatu kenyataan bahwa tubuh terdiri dari lemak dan bagian bukan lemak

(lean). Lemak mempunyai masa jenis yang lebih kecil dari bagian bukan

lemak (lean). Bila masa jenis tubuh diketahui maka berat lemak dapat

dihitung. Pengukuran masa jenis tubuh dilakukan dengan prinsip Hukum

Archimedes yai tu dengan menimbang berat ternak dan mengukur volume

tubuh hewan. Volume tubuh hewan dapat diukur dengan menimbang ternak

di dalam air atau dengan memasukan ternak ke dalam air kemudian diukur

perubahan permukaan air atau jumaiah air yang keluar dari bak tersebut.

Komposisi tubuh ternak dipengaruhi oleh jenis ternak, umur dan

makanan yang dimakan. Secara umum komposisi tubuh hewan dewasa

adalah 59% air, 16% protein, 20% lemak, 4% abu dan kurang dari 1%

karbohidrat (Tillman et al., 1986). Komponen yang paling banyak berubah

dari komposisi tersebut adalah air dan lemak. Kedua komponen tersebut

sangat dipengaruhi oleh umur dan makanan yang dimakan. Kadar air

cenderung mengalami penurunan dengan meningkatnya umur, tetapi kadar

lemak akan meningkat dengan meningkatnya umur hewan. Jadi ada suatu

hubungan negatif antara air dan lemak. Karkas sapi jantan yang diketahui

mengandung 20% lemak, kandungan airnya 60%, sedangkan sapi jantan yang

(194)

Kadar protein tubuh relatif tetap pada berbagai umur. Kadar protein sangat

dipengaruhi oleh jenis hewan

Kebutuhan Energi untuk Ke j a .

Kebutuhan energi untuk ternak ke j a dipengaruhi oleh intensitas dan

lama ke ja, kondisi lingkungan dan jenis peke jaan serta masa badan ternak

tersebut (Bamualim dan Kartiarso, 1985). Beberapa hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa energi total yang digunakan oleh ternak untuk beke j a

dipengaruhi oleh beban ke ja. Pada umumnya beban ke j a diklasifikasikan

dalam tiga kelas yaitu keja ringan, medium dan berat. Oleh karena itu

perhitungan energi sebaiknya didasarkan pada intensitas ke j a (persentase

beban k e j a terhadap masa badan ternak) dan produksi tenaga yang

dihasilkan (Goe dan McDowell, 1980).

Besaran yang biasa digunakan untuk menentukan kebutuhan energi

untuk ke j a adalah dengan menyatakan berapa kali kebutuhan energi untuk

k e j a dibandingkan dengan kebutuhan energi istirahat. Leng (1985)

menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk ternak yang beke j a ringan

(bejalan tanpa beban 6 jam/hari) adalah 1,5 kali kebutuhan energi untuk

istirahat dan meningkat sampai 2 kali kebutuhan energi untuk istirahat untuk

ternak yang beke j a berat (membajak 6 jam/hari). Di lain pihak Goe dan

(195)

kerbau sebesar 2/7 kali kebutuhan energi untuk hid up pokok, sedangkan hasil

penelitian Lawrence (1985) mendapatkan bahwa sapi memerlukan 1/67 kali

kebutuhan energi istirahat

Pengarub Kerja terhadap Nilai-nilai Fisiologis

Komarudin et al. (1991) meneliti pengaruh beban kerja terhadap

denyut jantung, laju pernapasan, temperatur rektal dan temperatur kulit pada

sapi Bali, sapi Ongole dan sapi Madura. Dari hasil penelitiannya didapatkan

bahwa ketiga sapi yang diberikan beban ke rja 11,8% dari massa tubuhnya

mempunyai denyut jantung berturut-turut 60; 56 dan 58 kali permenit

sedangkan laju respirasinya 66; 39 dan 50 kali permenit Tidak ada perbeciaan

temperatur kulit dan temperatur rektal dari ketiga sapi tersebut

Pengaruh radiasi matahari terhadap keadaan fisiologis sapi Bali,

Ongole dan Madura diteliti oleh Kamarudin dan Teleni (1991). Radiasi

matahari akan meningkatkan frekuensi denyut jantung, laju respirasi dan

temperatur kulit, tetapi tidak berpengaruh terhadap temperatur rektal.

Teleni et al. (1991) melaporkan bahwa penggunaan tern& untuk k e j a

akan mempengaruhi metabolit-metahlit di dalam darah (Tabel 2).

Peningkatan packed cell volume (PCV) selama bekerja disebabkan karena

(196)

peningkatan asam laktat disebabkan karena jalur glikolisis merupakan tapak

jalan yang penting dalam penggunaan glukosa rnenjadi energi.

Pemberian makanan yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun

kualitas sangat penting untuk ternak ke rja. Hal ini disebabkan karena tenaga

yang dihasilkan untuk kerja tidak lain berasal dari makanannya. Pemberian

makanan yang kurang akan menyebabkan gangguan-gangguan pada ternak

itu sendiri. Mengingat masih lebih banyaknya penggunaan ternak betina

sebagai tenaga kerja, maka sangat perlu diperhatikan bahwa beban ke j a yang

diberikan tidak melampaui kemampuan ternak tersebut, serta makanan yang

diberikan mencukupi untuk keperluan produksi dan reproduksi.

Tabel 2. Rata-rata konsentrasi metabolit di dalam darah sebelum dan sesudah ke rja.

Variabel Sebelum ke rja Kerja Recovery

- - - - -

-

1. Asam lemak bebas (mM) 0,806 1,227 0,925

2. Glukosa

(mM)

3,229 3,600 3,202

3. Asam laktat (mM) 0,844 1,121 1,048

4. Urea (mM) 1,607 1,777 2,022

5.

PCV

(%) 25 27 23

--- - -- - -

(197)

Konsumsi pakan kerbau yang masanya 300

-

350 kg akan meningkat

dari 5,26 kg menjadi 6,26 kg DM/hari bila beban kerjanya ditingkatkan dari

tan pa beban menjadi beke rja dengan beban 50 kg yang dipeke rjakan selama

14 hari, namun tidak ada perbedaan kenaikan masa badan dari kedua kerbau

tersebut (Bakrie et al., 1989). Di lain pihak Borton (1987) menyatakan bahwa

tidak ada perbedaan konsumsi pakan dari sapi yang dipeke jakan 2 jam/hari

dengan yang dipekerjakan 3 jam/hari. Hal ini sejalan dengan pendapat

Bamualim (1987) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan konsumsi

pakan antara kerbau yang menarik beban 80 kg selama 2 jam/hari dengan

kerbau yang tidak dipeke jakan, namun kenaikan masa badannya jauh lebih

tinggi pada kerbau yang tidak dipeke jakan. Ternak yang frekuensi

bekejanya Iebih berat mengkonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan

dengan ternak yang frekuensi beke janya lebih ringan. Namun pertambahan

masa badan/hari tidak menunjukkan perbedaan (Usri, 1988). Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi pakan pada ternak yang beke j a

Iebih berat tidak dipergunakan untuk pertumbuhan tetapi digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi untu k ke ja.

Pieterson dan Teleni (1991) mendapatkan bahwa kerbau yang

dipekejakan dengan menarik beban 33 kg (11% dari massa tubuhnya) dan

(198)

dari kerbau yang tidak dipekejakan, bila diberikan makanan yang

berkualitas jelek (jerami padi).

Metabolisme Karbohidrat Lemak dan Protein.

Pada ternak ruminansia karbohidrat makanan dirubah menjadi asam

asetat, propionat dan butirat Asam propionat diserap dari rumen ke sirkulasi

darah dan dibawa ke hati membentuk glukosa. Asam butirat dirubah menjadi

P-hidroksibutirat kemudian bersama asam asetat dipakai oleh jaringan

sebagai sumber energi dan sintesa lemak.

Glukosa mengalami katabolisme melalui dua jalur jaitu jalur glikolitik

dan siklus asam sitrat. Jalur glikolitik te jadi dalam sitoplasma dimana

glukosa mengalami degradasi menjadi asam piruvat (Gambar 1).

Meskipun glikolisis dapat berlangsung dengan atau tanpa oksigen,

hasil energi untuk reaksi seluler lebih tinggi dalam keadaan aerobik Dua rnol

ATP dihasilkan dari tiap gula triose dalam reaksi dari l,3-difosfogliserat

menjadi 3-fosfogliserat dan dari fosfoenolpiruvat menjadi piruvat, sehingga

jumlahnya 4 mol ATP. Namun dua rnol ATP terpakai sehingga hasil netto fosforilasi tingkat substrat adalah dua mol ATP. Biia kadar oksigen tinggi,

NADH

yang disintesa dapat mengalami oksidasi melalui sistem transport elektron dalam mitokondria. Fosforilasi oksidatif ini akan menghasilkan 6
(199)

Glukose darah

.

=

Glukose-6-fosfat

Fruktose- 1.6-difosfat

Triose fosfat

Fosfoenol-piruvat

-

Gliserd

Badan keton

a s p a r t a t e Oksaloasetat

Asam propionat

[image:199.541.58.473.77.663.2]
(200)

21

Hasil akhir jalur glikolitik berupa asam piruvat dalam keadaan aerobik

dioksidasi menghasilkan energi, COz dan Hz0 melalui jalur siklus asam

sitrat. Oksidasi satu rnol asam piruvat menghasilkan 15 rnol ATP, sehingga

produksi netto dari oksidasi satu rnol glukosa adalah 38 ATP (Harper et RI.,

1979) dengan perincian:

Satu rnol glukosa -> 2 rnol piruvat = 8 ATP. Dua rnol piruvat ->

C02

+

Hz0 = 30 ATP.

Total = 38 ATP.

Simpanan lemak dalam tubuh merupakan sumber energi utama bagi

tubuh. Depo lemak berupa trigliserida akan dihidrolisa menjadi gliserol dan

asam lemak bebas. Gliserol dapat dirubah menjadi glukosa melalui proses

glukoneogenesis Glu kosa yang di hasilkan masu k siklus gli kolisis dan siklus

asam sitrat untuk menghasilkan energi. Satu rnol gliserol akan menghasilkan

21 rnol ATP dengan perician:

2 mol gliserol -> 2 mol dehidro aseton = 4ATP fosfat.

2 rnol dehidroaseton fosfat -> 1 mol glukosa

1 mol glukosa -> COz +

HzO

= 38 ATP

2 mol gliserol = 42 ATP

Tiga asam lemak yang dibebaskan dari hidrolisa trigliserida akan

Gambar

Gambar 1. Skema glikolisis dan siklus asam sitrat
Gambar 3. Konstruksi kandang penelitian
Gambar 5. Komponen gaya tarik pada proses ke rja tarik dengan beban B dan sudut tarikan (a)
Gambar 6. Pengukuran energi dengan metode faktorial.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program Supervisi Akademik Pengawas Dalam Meningkatkan Profesionalisme Kinerja Guru di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak), ini telah disusun dengan sungguh-sungguh sehingga

karbonisasi karbon aktif dilakukan menggunakan alat furnace selama 1 jam dengan suhu 700 o C. Hasil karakterisasi yang didapat kadar air terendah dimiliki sampel 11 % sebesar 2,85

[r]

[r]

Didalam perkembangan teknologi yang teramat pesat ini, peranan website sangatlah penting, karena terdapat banyak informasi yang bisa didapat secara mudah dan cepat.Selain sebagai

Dalam percobaan ini diselidiki gelombang yang merambat pada tali / kawat yang digetarkan pada satu ujung dan diberi tegangan oleh beban lewat katrol diujung lain (pada

Latar belakang: Pasien Anomali Kongenital Multipel (MCA) merupakan kelainan serius yang berpengaruh besar baik terhadap aspek medis, sosial maupun kosmetik dengan

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi ( predisposing factors ),