POTENSI DAUN MURBEI DALAM MENINGKATKAN NILAI
GUNA JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG
SYAHRIANI SYAHRIR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Potensi Daun Murbei dalam Meningkatkan Nilai Guna Jerami Padi sebagai Pakan Sapi Potong adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Agustus 2009
Syahriani Syahrir
ABSTRACT
The Potency of Mulberry Leave in Increasing the Nutritive Value of Rice Straw as Beef Cattle Feed
S. Syahrir, K. G. Wiryawan, A. Parakkasi and M. Winugroho
Mulberry leave have a great potential as animal feed because of its high nutrient content. It also has deoxynojirimycin (DNJ) compound, that potential to increase fermentability of fibrous feed in ruminal systems. The aim of the experiments were to investigate: the role of mulberry leave extract (MLE) containing DNJ in inhibiting the hydrolysis of non structural carbohydrates in the rumen; the effect of fermented MLE utilization in mice feed as animal model for the post ruminal system and to investigate the potency of mulberry leave as concentrate substitution in the beef cattle feeding. The first experiment used rumen crude enzymes and in vitro fermentation studies of MLE to investigate the inhibition of non structural carbohydrates hydrolysis in the rumen; the second experiment used mice as animal model with six treatments: P0 (semi purified diet) as a control, P1(P0+fermented rumen liquid without MLE), P2 (P1+MLE containing 0,03% DNJ), P3 (P1+ fermented MLE containing 0,03% DNJ), P4 (P1+MLE containing 0,06% DNJ), P5 (P1+ fermented MLE containing 0,06% DNJ) and the third trial using ongole crossbreed cattle with three treatments i.e., P1 (rice straw 50% + concentrate 50%), P2 (rice straw 50% + concentrate 25% + mulberry leave 25%), P3 (rice straw 50% + mulberry leave 50%). The results of the experiment showed that MLE could inhibit the hydrolysis of non structural carbohydrates in the rumen, especially maltose. The DNJ compound of MLE could also improve fermentability in the rumen. MLE significantly (P<0,05) reduced daily body weight, consumption, feed digestibility and blood glucose of mice, but fermented MLE with rumen liquor reduced its negative effect to the variables measured. Ongole cattle fed P2 ration showed the best performance and nutrient degradation. It is concluded that DNJ are partially degraded in the rumen, and it still has negative effect to the post ruminal system but mulberry leave are able to substitute the concentrate and increasing fermentability of fibrous feed in beef cattle.
RINGKASAN
SYAHRIANI SYAHRIR. D061060011. Potensi Daun Murbei dalam Meningkatkan Nilai Guna Jerami Padi Sebagai Pakan Sapi Potong. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan, Prof. Dr. H. Aminuddin Parakkasi, M.Sc., dan Prof. Dr. Ir. H. M. Winugroho, M.Sc., APU.
Peningkatan fermentabilitas bahan pakan dilakukan dengan menyediakan karbohidrat non struktural atau readily available carbohydrates (RAC) dan nitrogen secara seimbang dan berkesinambungan dalam sistem rumen. Penyediaan RAC umumnya dilakukan dengan pemberian konsentrat. Namun, konsentrat yang tinggi dapat mengakibatkan dominasi bakteri homofermentatif asam laktat. Karena itu, penyediaan RAC yang berkesinambungan dalam sistem rumen dengan mekanisme lepas lambat juga dibutuhkan.
Daun murbei mengandung senyawa aktif 1-deoxynojirimycin yang diduga dapat menghambat hidrolisis karbohidrat non struktural, sehingga diharapkan dapat menyediakan karbohidrat non struktural secara seimbang dan berkesinambungan dalam sistem rumen, dan berdampak meningkatkan fermentabilitas pakan berserat tinggi seperti jerami padi.
Serangkaian penelitian telah dilakukan, dimulai dari penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengkaji potensi tanaman murbei sebagai bahan pakan. Pada tahap ini diperoleh data potensi tanaman murbei, meliputi komposisi nutrien makro, kandungan senyawa anti nutrisi dan fitokimia. Rataan kadar protein kasar daun murbei sebesar 20.80%, hampir sama dengan rataan kadar protein kasar daun murbei yang dianalisis dari 119 varietas yakni sebesar 20.43%. Hasil analisis tersebut mengindikasikan kualitas protein daun murbei yang sangat baik. Lignin dan silika daun murbei masing-masing sebesar 3.18% dan 0.06%, kadar yang masih relatif rendah, sehingga komponen dinding sel tersebut tidak mengurangi kualitas daun murbei.
lambat beberapa macam karbohidrat. Uji aktivitas enzim menggunakan enzim kasar yang dikoleksi dari cairan rumen sapi potong yang diperoleh dari RPH, sedangkan uji daya lepas lambat beberapa macam karbohidrat dengan kehadiran EDM yang mengandung senyawa DNJ dilakukan dengan fermentasi in vitro.
Penambahan ekstrak daun murbei (EDM) pada media dengan substrat berupa maltosa mengakibatkan penghambatan aktivitas enzim maltase. Hal ini ditandai dengan konsentrasi gula reduksi yang dihasilkan pada inkubasi sampai 20 menit, sangat sedikit terdeteksi pada medium yang ditambahkan EDM, dibandingkan dengan tanpa penambahan EDM. Dinamika konsentrasi VFA yang dihasilkan dari percobaan in vitro juga menggambarkan adanya perbaikan proses fermentasi dalam media rumen dengan penambahan EDM yang mengandung senyawa DNJ. Hasil percobaan ini mengindikasikan kemampuan ekstrak daun murbei yang mengandung senyawa DNJ untuk menghambat hidrolisis karbohidrat non struktural, khususnya maltosa dalam sistem rumen. Kemampuan ini akan menjaga kesinambungan penyediaan RAC, sehingga mikroba-mikroba penghasil enzim pencerna karbohidrat struktural dapat berkembang optimal.
Percobaan penggunaan daun murbei dalam ransum berbahan dasar jerami padi guna meningkatkan efektivitas fermentasi dalam rumen in vitro juga dilakukan. Seluruh peubah yang diamati mengindikasikan adanya perbaikan efektivitas fermentasi akibat kehadiran murbei dalam ransum. Nilai pH yang cenderung semakin rendah, produksi gas yang semakin tinggi, konsentrasi amonia yang semakin rendah pada tingkat penggunaan murbei sebesar 75% menggantikan konsentrat, konsentrasi VFA tertinggi yang juga diperoleh serta degradasi bahan kering dan bahan organik pakan tertinggi menggambarkan potensi murbei yang baik untuk digunakan sebagai pakan ternak ruminansia, terutama bila ransum yang disusun terdiri atas jerami padi sebagai pakan dasar sumber serat. Oleh karena itu, penambahan senyawa 1-DNJ dalam bentuk pemberian tepung maupun ekstrak daun murbei dapat meningkatkan fermentabilitas pakan berbasis jerami padi.
rumen. Hasil percobaan ini menginformasikan bahwa proses fermentasi pada sistem rumen in vitro terhadap EDM dapat mengurangi aktivitas senyawa tersebut pada sistem pencernaan dan metabolisme mencit. Hal ini sejalan dengan respon PBB, dimana masih diperoleh pertambahan bobot badan mencit yang mendapat EDM fermentasi.
Guna mengkaji substitusi konsentrat dengan tepung daun murbei bila dikombinasikan dengan jerami padi sebagai pakan sapi potong, dilakukan percobaan in vivo, menggunakan 12 ekor sapi PO. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan disusun sebagai berikut: P0 = 50% jerami padi + konsentrat; P1 = 50% jerami padi + 25% konsentrat + 25% murbei dan P2 = 50% jerami + murbei. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa substitusi 50% konsentrat dengan daun murbei dalam ransum berbasis jerami padi dapat meningkatkan performa sapi potong.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:
a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Instititut Pertanian
Bogor
POTENSI DAUN MURBEI DALAM MENINGKATKAN NILAI
GUNA JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG
SYAHRIANI SYAHRIR
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji pada Ujian Tertutup : 1. Prof. Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr.Sc.
2. Dr. Ir. Dwierra Evvyernie, M.S., M.Sc.
Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc.
Judul Disertasi : Potensi Daun Murbei dalam Meningkatkan Nilai Guna Jerami Padi sebagai Pakan Sapi Potong
Nama : Syahriani Syahrir
NIM : D061060011
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Komang Gede Wiryawan Ketua
Prof. Dr.Ir.H.M.Winugroho, M.Sc.APU Prof.Dr.drh.H.Aminuddin Parakkasi, M.Sc. Anggota Anggota
Diketahui
Ketua Departemen Ilmu Nutrisi Dekan Sekolah Pascasarjana dan Teknologi Pakan
Dr. Ir. Idat G. Permana, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
PRAKATA
Bismillahirrohmaanirrohiim. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga Disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2007 ini ialah Potensi Daun Murbei dalam Meningkatkan Nilai Guna Jerami Padi sebagai Pakan Sapi Potong.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan, Prof. Dr. H. Aminuddin Parakkasi, M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. H. M. Winugroho, M.Sc., APU selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan disertasi ini.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dirjen DIKTI beserta jajarannya, Rektor UNHAS beserta jajarannya, Rektor IPB beserta jajarannya, Badan Litbang Pertanian melalui proyek KKP3T tahun 2007 dan 2008, serta seluruh instansi yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada saya, mulai dari masa kuliah sampai selesainya disertasi ini.
Kepada yang mulia ayahanda dan ibunda, yang tercinta kakak-kakak dan adik-adik, serta seluruh keluarga besar saya, saya haturkan terima kasih yang tulus atas kasih sayang, teladan, dukungan dan semangat yang senantiasa saya rasakan dan menjadi pemicu bagi saya untuk terus berkarya. Khusus, kepada suami tercinta, Abdul Halim, SH, terimakasih atas pengertian, kesabaran serta dukungan yang tanpa henti-hentinya, serta cinta kasih yang senantiasa penulis rasakan. Teriring do’a buat putra putri kami tersayang, semoga damai disisi-Nya, amiin.
Kepada teman-teman di Puri Hapsara dan Pondok Gardena serta rekan mahasiswa pascasarjana PTK yang tidak dapat ditulis satu persatu, terima kasih atas kebersamaan kita yang manis. Terima kasih juga buat Sari, Witra, Lina, Akbar, Deliana dan Zul serta banyak lagi yang tak dapat disebutkan...
Keterbatasan kemampuan penulis menjadikan disertasi ini terbuka dari saran dan kritik membangun. Semoga tulisan ini bermanfaat. Akhir kata semoga harapan untuk hanya mencari ridho Allah SWT dapat tercapai, amiiiin.
Billahittaufik wal hidayah, Wassalam.
Bogor, Agsutus 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cakke Enrekang pada tanggal 12 November 1965 dari ayahanda BM Syahrir dan ibunda Sibu. Penulis merupakan putri keempat dari delapan bersaudara.
Tamat sekolah dasar pada tahun 1977 dari SDN Belopa, sekolah menengah pertama tahun 1981 dari SMPN Belopa dan sekolah menengah atas tahun 1984 dari SMAN Belopa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Tahun 1984 penulis melanjutkan pendidikan tingkat sarjana di Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1989. Pendidikan master penulis mulai di Sekolah Pascasarjana IPB pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 1998. Selanjutnya, pada tahun 2006, penulis kembali melanjutkan pendidikan program doktor juga di Institut Pertanian Bogor.
Terkait dengan penyelesaian disertasi ini, penulis telah mempublikasikan dua tulisan ilmiah di jurnal terakreditasi Media Peternakan IPB dan Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan UNHAS, masing-masing berjudul: Efektivitas Daun Murbei sebagai Pengganti Konsentrat dalam Sistem Rumen in vitro dan Fermentabilitas Pakan Berserat dalam Rumen In Vitro yang Diberi Ekstrak Daun Murbei.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... ii
RINGKASAN ... ... iii
RIWAYAT HIDUP ... xi
PRAKATA ... xii
DAFTAR ISI ... ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Kegunaan ... 3
Hipotesis ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... Potensi Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak Ruminansia ... 5
Tanaman Murbei dan Potensinya sebagai Bahan Pakan Ternak .. 7
Senyawa 1-Deoxynojirimycin Murbei ... 13
Karakteristik Sistem Pencernaan Ruminansia ... 14
Mikroba Rumen ... 15
Pencernaan Karbohidrat dalam Rumen ... 16
Mekanisme Lepas Lambat Karbohidrat Non Struktural dalam Sistem Rumen ... 21
BAHAN DAN METODE ... ... 23
Kajian Potensi Tanaman Murbei ... 24
Percobaan 1: Daya Lepas Lambat Beberapa Jenis
Karbohidrat oleh Enzim Rumen dan dalam Sistem
Rumen ... 24
Percobaan 2. Efektivitas EDM dan Daun Murbei dalam Sistem Rumen ... 26
Uji Asupan Ekstrak Daun Murbei Pasca Rumen ... 27
Penelitian Tahap II: Substitusi Konsentrat dengan Tepung Daun Murbei dalam Pakan Komplit yang Dikombinasikan dengan Jerami Padi ... 28
Prosedur Pengukuran Peubah ... 30
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
Penghambatan Aktivitas Enzim oleh EDM ... 40
Daya Lepas Lambat Beberapa Jenis Karbohidrat dalam Sistem Rumen ... 41
Efektivitas EDM dan Daun Murbei dalam Sistem Rumen in vitro .... 49
Asupan Ekstrak Daun Murbei Pasca Rumen ... 60
Substitusi Konsentrat dengan Murbei dalam Pakan Komplit Berbasis Jerami Padi ... 63
SIMPULAN DAN SARAN ... 79
Simpulan ... ... 79
Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Komposisi nutrien jerami padi dan nilai parameter
fermentatifnya... 6
2 Informasi teknis budidaya dan produksi tanaman murbei pada lahan petani ulat sutra di Kab. Enrekang Sulawesi Selatan... 9
3 Luas areal tanaman murbei (ha) di Indonesia... 11
4 Komposisi nutrien daun murbei... 12
5 Komposisi asam amino daun murbei... 12
6 Jenis karbohidrat yang umum terdapat dalam pakan ternak ruminansia... 17
7 Rataan konsentrasi karbohidrat dalam pakan ruminansia berdasarkan jenis bahan... 18
8 Susunan ransum percobaan in vivo... 29
9 Komposisi larutan penyangga ... 31
10 Kandungan nutrien tepung daun murbei... 38
11 Kandungan senyawa fitokimia daun murbei... 39
12 Nilai rataan pH, N-NH3, VFA total dan produksi gas secara in vitro pada perlakuan tingkat penggunaan murbei ... 49
13 Nilai rataan pH, N-NH3, VFA total dan produksi gas secara in vitro pada perlakuan penggunaan murbei ekstrak daun murbei 55 14 Rataan konsumsi, kecernaan, PBBH dan kadar glukosa darah mencit yang mendapat ransum dengan berbagai perlakuan ekstrak daun murbei... 60
15 Kondisi fisiologis rumen dan alantoin urine sapi yang mendapat ransum berbasis jerami padi dengan tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat... 64
17 Tingkat kecernaan komponen serat ransum sapi yang mendapat ransum berbasis jerami padi dengan tepung daun murbei
sebagai substitusi konsentrat... 70
18 Profil darah sapi yang mendapat ransum berbasis jerami padi dengan tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat
... 73
19 Aspek ekonomis ransum penelitian yang mendapat ransum berbasis jerami padi dengan tepung daun murbei sebagai
substitusi konsentrat... 75
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Kebun murbei petani di kec. Anggeraja kab. Enrekang Sulsel.. 8
2 Struktur bangun senyawa 1-deoxynojirimycin... 14
3 Digram dissimilasi karbohidrat dalam rumen... 20
4 Skema manipulasi fermentasi karbohidrat dalam rumen ... 22
5 Bagan alir tahapan penelitian ... 23
6 Dinamika konsentrasi gula reduksi dengan substrat dan waktu fermentasi yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan ektrak daun murbei... 40
7 Dinamika kondisi pH cairan rumen dengan substrat dan waktu fermentasi yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan ektrak daun murbei... 42
8 Dinamika konsentrasi amonia cairan rumen dengan substrat dan waktu fermentasi yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan ektrak daun murbei... 44
9 Dinamika konsentrasi gula tereduksi cairan rumen dengan substrat dan waktu fermentasi yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan ektrak daun murbei... 46
10 Dinamika konsentrasi VFA cairan rumen dengan substrat dan waktu fermentasi yang berbeda dan dengan atau tanpa penambahan ektrak daun murbei... 48
11 Produksi gas selama 48 jam fermentasi ransum berbasis jerami padi yang mengandung tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat... 53
12 Degradasi bahan kering dan bahan organik ransum berbasis jerami padi yang mengandung tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat... 55
13 Produksi gas selama 48 jam fermentasi pada ransum perlakuan penggunaan tepung daun murbei dan ekstrak daun murbei ... 58
15 Deposisi nutrien pada sapi yang mendapat perlakuan ransum yang berbasis jerami padi dengan tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat...
76
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Hasil sidik ragam dan uji Duncan nilai pH pada uji
kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat... 89
2 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi amonia (mM)
pada uji kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat... 89
3 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi VFA total
(mM) pada uji kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat... 90
4 Hasil sidik ragam dan uji Duncan produksi gas (ml) pada uji
kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat... 90
5 Hasil sidik ragam dan uji Duncan degradasi bahan kering (%)
pada uji kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat... 91
6 Hasil sidik ragam dan uji Duncan degradasi bahan organik
(%) pada uji kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat... 91
7 Hasil sidik ragam dan uji Duncan nilai pH pada uji efektivitas
senyawa DNJ dalam sistem rumen... 92
8 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi amonia (mM)
pada uji efektivitas senyawa DNJ dalam sistem rumen... 92
9 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi VFA total
(mM) pada uji efektivitas senyawa DNJ dalam sistem rumen... 93
10 Hasil sidik ragam dan uji Duncan produksi gas (ml) pada uji
efektivitas senyawa DNJ dalam sistem rumen... 93
11 Hasil sidik ragam dan uji Duncan degradasi bahan kering (%)
pada uji efektivitas senyawa DNJ dalam sistem rumen... 94
12 Hasil sidik ragam dan uji Duncan degradasi bahan organik
(%) pada uji efektivitas senyawa DNJ dalam sistem rumen... 94
13 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsumsi bahan kering
(g/h) mencit... 95
14 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kecernaan bahan kering (%)
15 Hasil sidik ragam dan uji Duncan PBBH (g/h) mencit ...
96
16 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konversi pakan mencit... 97
17 Hasil sidik ragam dan uji Duncan glukosa (mg/dl) darah
mencit... 98
18 Hasil sidik ragam dan uji Duncan pH rumen sapi percobaan.... 98
19 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi amonia (mM)
rumen sapi percobaan... 99
20 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi VFA total
(mM) sapi percobaan... 99
21 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi asetat (mM)
rumen sapi percobaan... 100
22 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi propionat
(mM) rumen sapi percobaan... 101
23 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi i-butirat (mM)
rumen sapi percobaan... 101
24 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi n-butirat (mM)
rumen sapi percobaan... 102
25 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi i-valerat (mM)
rumen sapi percobaan... 102
26 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi n-valerat (mM)
rumen sapi percobaan... 103
27 Hasil sidik ragam dan uji Duncan PBBH (kg/h) sapi
percobaan... 104
28 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsumsi BK (kg/h) sapi
percobaan... 104
29 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konversi pakan sapi
percobaan... 105
30 Hasil sidik ragam dan uji Duncan efisiensi pakan sapi
percobaan... 105
32 Hasil sidik ragam dan uji Duncan R-C Ratio sapi percobaan....
106
33 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kecernaan BK (%) sapi
percobaan... 107
34 Hasil sidik ragam dan uji Duncan deposisi BK (kg/h) sapi
percobaan... 108
35 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsumsi PK (kg/h) sapi
percobaan... 108
36 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kecernaan PK (%) sapi
percobaan... 109
37 Hasil sidik ragam dan uji Duncan deposisi PK (g/h) sapi
percobaan... 109
38 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsumsi N (g/h) sapi
percobaan... 110
39 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kecernaan N (%) sapi
percobaan... 110
40 Hasil sidik ragam dan uji Duncan N Tercerna (g/h) sapi
percobaan... 111
41 Hasil sidik ragam dan uji Duncan Retensi N (g/h)sapi
percobaan... 112
42 Hasil sidik ragam dan uji Duncan alantion (g/h) urine sapi
percobaan... 112
43 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsumsi SK (kg/h) sapi
percobaan... 113
44 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kecernaan SK (%) sapi
percobaan ... 114
45 Hasil sidik ragam dan uji Duncan deposisi SK (g/h) sapi
percobaan... 114
46 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsumsi LK (kg/g) sapi
percobaan ... 115
47 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kecernaan LK (%) sapi
48 Hasil sidik ragam dan uji Duncan deposisi LK (g/h) sapi
percobaan ... 116
49 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi gula (mg/dl)
darah 0 jam sapi percobaan ... 117
50 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi gula (mg/dl)
darah 1 jam sapi percobaan ... 117
51 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi gula (mg/dl)
darah 3 jam sapi percobaan ... 118
52 Hasil sidik ragam dan uji Duncan kolesterol (mg/dl) darah
sapi percobaan... 118
53 Hasil sidik ragam dan uji Duncan konsentrasi HDL (mg/dl)
darah sapi percobaan ... 119
54 Hasil sidik ragam dan uji Duncan persentase air tubuh (%)
sapi percobaan ... 120
55 Hasil sidik ragam dan uji Duncan persentase lemak tubuh (%)
sapi percobaan... 120
56 Hasil sidik ragam dan uji Duncan perkiraan berat lemak tubuh
(kg) sapi percobaan... 121
57 Hasil sidik ragam dan uji Duncan persentase protein (%)
tubuh sapi percobaan... 121
58 Hasil sidik ragam dan uji Duncan perkiraan berat protein
tubuh (kg) sapi percobaan... 122
59 Hasil sidik ragam dan uji Duncan NPU (%) sapi percobaan... 123
60 Hasil sidik ragam dan uji Duncan BV sapi percobaan... 123
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan adalah salah satu sendi penting proses perbaikan populasi dan produktivitas ternak, dan pemanfaatan limbah pertanian secara optimal sebagai bahan pakan adalah pilihan strategis dan bijak. Faktor pembatas pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan adalah rendahnya kandungan nutrien esensial seperti protein, energi, mineral dan vitamin, serta dominasi karbohidrat struktural/serat pakan yang berdampak pada kecernaannya yang rendah. Karena itu, pemanfaatan limbah pertanian dalam ransum harus diimbangi dengan upaya peningkatan fermentabilitasnya dalam sistem rumen.
Peningkatan fermentabilitas bahan pakan dapat dilakukan dengan menyediakan karbohidrat non struktural (readily available carbohydrate=RAC) dan amoniak/nitrogen secara seimbang dan berkesinambungan dalam sistem rumen, dan mekanisme lepas lambat (slow release) nutrien tersebut adalah alternatif yang efektif. Lepas lambat nitrogen dalam sistem rumen telah banyak diinformasikan antara lain dalam bentuk produk urea kalsium (Ca(urea)4Cl2) (US Patent 5733590 1998), sedangkan lepas lambat RAC belum banyak dikaji.
Penyediaan RAC yang cukup umumnya dilakukan dengan pemberian konsentrat. Namun, konsentrat yang tinggi dalam ransum dapat mengakibatkan dominasi bakteri homofermentatif asam laktat dalam sistem rumen. Akibatnya, keseimbangan mikroba rumen terganggu, bahkan konsentrasi RAC yang ekstrim dalam sistem rumen dapat mengakibatkan kematian (Stewart 1991; Wiryawan & Brooker 1996). Oleh karena itu, penyediaan RAC yang berkesinambungan dalam sistem rumen dengan mekanisme lepas lambat RAC juga dibutuhkan.
struktural asal konsentrat atau daun murbei dalam sistem rumen. Keberadaan daun murbei yang mengandung senyawa aktif dalam ransum diharapkan dapat menyediakan karbohidrat non struktural secara seimbang dan berkesinambungan dalam sistem rumen, sehingga fermentabilitas pakan berserat tinggi menjadi lebih baik.
Belum dilaporkan adanya dampak senyawa aktif yang terdapat pada daun murbei terhadap produktivitas ternak, padahal beberapa hasil penelitian mengindikasikan hal tersebut. Lui et al. (2002a) melaporkan performa domba yang diberi daun murbei sama dengan yang diberi rapeseed meal, tetapi performa tersebut menjadi lebih rendah bila daun murbei dan rapeseed meal diberikan bersama-sama. Laporan tersebut mengindikasikan kemungkinan adanya interaksi antar senyawa yang terkandung pada daun murbei dan bahan lain secara spesifik yang mempengaruhi performa ternak, yang belum tentu menggambarkan secara kasar kandungan nutrien ransum. Secara umum keberadaan senyawa aktif dalam ransum dapat berdampak positif, tetapi dapat pula berdampak negatif terhadap performa ternak. Karena itu perlu dilakukan kajian penggunaan daun murbei dengan bahan lain secara bersama-sama dalam ransum.
Selain kandungan senyawa DNJ, tanaman murbei mempunyai potensi sebagai bahan pakan yang berkualitas karena potensi produksi, kandungan nutrien dan daya adaptasi tumbuhnya yang baik. Potensi produksi daun murbei mencapai 19 ton BK/ha/tahun (Boschini, 2002). Potensi produksi tersebut lebih tinggi dibanding dengan leguminosa seperti gamal (Gliricidia sepium) dengan potensi produksi sebesar 7 - 9 ton BK/ha/tahun (Horne et al. 1994) dan lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7 - 8 ton BK/ha/tahun (Suyadi et al. 1989).
Kandungan protein kasar daun murbei sebesar 18–28.8%, merupakan salah satu indikator kualitas yang baik. Pada daun murbei juga teridentifikasi adanya kandungan asam askorbat, karotene, vitamin B1, asam folat, pro vitamin D, mineral Mg, P, K, Ca, Al, Fe dan Si (Singh 2002).
erosi. Karena itu tanaman murbei berpotensi untuk ditanam dilokasi yang tersebar luas (Machii el al. 2002).
Penelitian penggunaan murbei dalam ransum antara lain telah dilaporkan oleh Trujillo (2002), bahwa tingkat optimal imbangan konsentrat dan daun murbei dalam ransum anak sapi diperoleh pada nilai 75:25. Namun, laporan ini tidak menjelaskan komponen konsentrat serta jenis sumber serat yang digunakan.
Uraian di atas menguak potensi daun murbei sebagai sumber bahan pakan, mensubstitusi konsentrat, khususnya untuk ternak ruminansia. Kombinasi pakan berkualitas rendah seperti jerami padi dengan daun murbei dapat menjadi alternatif pakan komplit yang murah, berkualitas, mudah disediakan serta dapat meningkatkan produktivitas ternak.
Tujuan
Uraian pada latar belakang di atas memunculkan rangkaian penelitian yang bertujuan:
a. Mengamati potensi kandungan nutrien daun murbei sehingga dapat menggantikan konsentrat pakan ternak sapi potong.
b. Mempelajari efektivitas senyawa 1-deoxynojirimycin yang terkandung dalam daun murbei sebagai agen lepas lambat karbohidrat non struktural dalam sistem rumen.
c. Mengkaji efek fermentasi ekstrak daun murbei terhadap pengaruh negatif senyawa 1-deoxynojirimycin pasca rumen.
d. Mengkaji peningkatan nilai guna jerami padi sebagai pakan sapi potong melalui substitusi konsentrat dengan daun murbei.
e. Mengkaji perbaikan produktivitas sapi potong melalui substitusi konsentrat dengan daun murbei.
Kegunaan
Kegunaan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Optimalisasi pemanfaatan bahan berserat tinggi seperti jerami padi sebagai sumber pakan, dengan memaksimumkan fermentabilitasnya dalam sistem rumen.
b. Pakan komplit ternak ruminansia yang berkualitas, mudah disediakan serta dapat meningkatkan produktivitas ternak yakni kombinasi jerami padi dengan daun murbei dan/atau konsentrat.
c. Menjadi masukan dalam penyempurnaan model sistem integrasi tanaman-ternak dengan introduksi tanaman murbei sebagai sumber pakan.
Hipotesis
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Setiap tahap menjawab hipotesa sebagai berikut:
1. Kandungan nutrien daun murbei sangat baik sehingga dapat menggantikan konsentrat pakan ternak sapi potong.
2. Senyawa 1-deoxynojirimycin yang terkandung dalam daun murbei dapat menjadi agen mekanisme lepas lambat karbohidrat non struktural dalam sistem rumen.
3. Fermentasi dalam sistem rumen dapat mengurangi pengaruh negatif senyawa 1-deoxynojirimycin daun murbei dalam sistem pasca rumen. 4. Substitusi konsentrat dengan daun murbei meningkatkan kecernaan pakan
yang mengandung jerami padi sebagai pakan sumber serat sehingga nilai guna jerami padi lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Jerami Padi sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Limbah pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber
pakan ternak ruminansia. Produksi limbah pertanian di Indonesia sebanyak
51 546 297.3 ton per tahun dengan produksi terbesar adalah jerami padi (85.81%),
diikuti oleh jerami jagung (5.84%), jerami kacang tanah (2.84%), jerami kacang
kedelai (2.54%), pucuk ubi kayu (2.29%) dan jerami ubi jalar (0.68%).
Berdasarkan produksi TDN, limbah pertanian dapat menyediakan pakan untuk 14
750 777.1 ST, sehingga dengan populasi ternak ruminansia saat ini sebanyak 11
995 340 ST, masih memungkinkan untuk menambah populasi sebanyak 2 755
437.1 ST (Syamsu et al. 2003).
Faktor pembatas pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak
adalah kualitas. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang
mempunyai kualitas rendah yang disebabkan kandungan seratnya tinggi, yang
berdampak pada daya cerna yang rendah. Selain itu, bahan ini juga mengandung
nutrien esensial yang rendah. Tabel 1 menyajikan komposisi nutrien jerami padi
serta nilai parameter fermentatifnya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi,
baik dengan cara fisik, kimia maupun biologis, tetapi cara-cara tersebut biasanya
disamping tidak praktis dan mahal, juga hasilnya kurang memuaskan. Pengolahan
cara fisik memerlukan investasi yang mahal, cara kimiawi akan meninggalkan
residu yang mempunyai efek buruk, sedangkan cara biologis akan memerlukan
peralatan yang mahal dan hasilnya kurang disukai ternak (IPPTD 2000). Priyanti
et al. (2001) melaporkan harga jerami fermentasi (Rp. 115/kg) lebih tinggi
dibandingkan dengan rumput gajah (Rp. 50/kg).
Pemanfaatan jerami padi sebagai salah satu komponen inovasi teknologi
menempati urutan terkecil diantara inovasi teknologi penggemukan sapi yang
diserap oleh petani peternak. Hendayana & Yusuf (2003) melaporkan bahwa
tingkat adopsi pemanfaatan jerami padi pada usaha penggemukan sapi hanya
sebesar 3.57% dari nilai bobot standar sebesar 100%, padahal penerimaan inovasi
diterapkan. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan masih tingginya
keengganan petani peternak untuk memanfaatkan jerami padi, meskipun pakan
menjadi problem utama yang mereka hadapi, bahkan dari lima alternatif teknologi
yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan produksi dan mutu pakan ternak
pada wilayah persawahan yang direkomendasikan oleh Santoso & Tuherkih
(2003), penggunaan jerami padi tidak termasuk di dalamnya. Potensi produksi
jerami padi yang tinggi namun belum termanfaatkan dengan baik menjadi
tantangan untuk mengupayakan pemanfaatan jerami padi sebagai sumber pakan
ruminansia secara optimal.
Tabel 1 Komposisi nutrien jerami padi dan nilai parameter fermentatifnya
Komponen Doyle et al.
Penggunaan limbah pertanian seperti jerami padi sebagai pakan basal tidak
cukup memenuhi kebutuhan pertumbuhan ternak secara optimal. Oleh karena itu
pemberian pakan tambahan berupa konsentrat harus dilakukan untuk mencukupi
kebutuhan nutrien ternak yang mendapat pakan basal jerami padi. Daryanti et al.
padi teramoniasi dengan tambahan konsentrat 4 kg/ekor/hari, menghasilkan
pertambahan berat badan ternak sebesar 717 g/ekor/hari.
Tanaman Murbei dan Potensinya sebagai Bahan Pakan Ternak
Tanaman murbei (Morus sp.) merupakan bagian dari ordo urticalis, famili
Moraceae dan Genus Morus (Martin et al. 2000). Beberapa nama umum dari
tanaman ini antara lain: White mulberry, Russian mulberry, Silkworm mulberry,
Moral blanco, karta, kitau (Sumatra), murbai, besaran (Jawa), Sangye (China),
may mon, dau tam (Vietnam). Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut
(Martin et al. 2002) :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Spesies : Lebih dari 30 species dan 300 varietas
Tanaman murbei termasuk semak atau pohon berukuran kecil sampai
sedang dengan tinggi tanaman mencapai 15 m dan diameter batang mencapai 60
cm.
Tanaman murbei dapat tumbuh di daerah temperit sampai ke daerah tropik
yang kering. Tanaman ini toleran tumbuh pada suhu lingkungan 5.9 sampai 27.5o
C dan pH tanah dari 4.9 sampai 8.0. Di India dilaporkan bahwa tanaman murbei
dapat tumbuh pada daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian 3300 m dpl.
Tanaman murbei dapat diperbanyak dengan biji, stek atau okulasi.
Perbanyakan dengan biji relatif lebih mahal, tetapi menghasilkan tanaman yang
lebih baik dibandingkan dengan perbanyakan melalui stek. Perbanyakan tanaman
dengan stek membutuhkan 75 000 sampai 120 000 stek/ha, sedangkan
perbanyakan dengan okulasi membutuhkan 4000 tanaman/ha. Teknik
perbanyakan tanaman dengan okulasi secara eksklusif dilakukan di Jepang
Tanaman murbei mencapai ketinggian 1.3 m pada umur 10 minggu.
Pemanenan pertama daun dilakukan pada umur 12 minggu setelah penanaman.
Pemanenan dapat dilakukan sebanyak 10 kali/thn untuk daerah yang beririgasi,
sedangkan pada daerah tadah hujan dapat dilakukan pemanenan sebanyak 6
sampai 7 kali. Tanaman murbei dapat berproduksi dengan baik sampai berumur
15 tahun. Setelah itu, tanaman harus diremajakan.
Tanaman murbei mempunyai potensi sebagai bahan pakan yang
berkualitas karena potensi produksi, kandungan nutrien dan daya adaptasi
tumbuhnya yang baik (Singh & Makkar 2002). Produksi daun murbei sangat
bervariasi, tergantung pada varietas, lahan, ketersediaan air dan pemupukan.
Martin et al. (2002) melaporkan produksi biomassa murbei dengan interval
defoliasi 90 hari akan mencapai 25 ton BK/ha/thn dan produksi daun sebesar 16
ton BK/ha/thn, sedangkan Boschini (2002) melaporkan produksi daun sebesar 19
ton BK/ha/tahun. Potensi produksi tersebut lebih tinggi dibanding dengan
leguminosa lain seperti gamal (Gliricidia sepium) dengan potensi produksi
sebesar 7-9 ton BK/ha/tahun (Horne et al. 1995) dan lamtoro mini (Desmanthus
virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7-8 ton BK/ha/tahun (Suyadi et al.
1989).
Tanaman murbei sangat cocok ditanam pada lahan terbuka karena
membutuhkan banyak cahaya untuk dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi (Atmosoedarjo et al. 2000). Gambar 1 adalah salah satu areal
tanaman murbei yang dimiliki petani ulat sutra.
Informasi teknis budidaya dan produksi tanaman murbei yang diterapkan
oleh petani ulat sutra disajikan pada Tabel 2. Produksi daun murbei dari lahan
yang diberi pupuk kandang dan dipanen pada umur tangkai 60 hari (Murbei II)
lebih tinggi dibandingkan dengan produksi daun murbei dari lahan tanpa
pemupukan dan dipanen pada umur tangkai 90 hari (Murbei I). Martin et al.
(2002) melaporkan produksi daun murbei tertinggi diperoleh dari pemanenan
dengan interval defoliasi 90 hari, yakni mencapai 645 g BK/pohon/tahun,
sedangkan pemanenan dengan interval defoliasi 60 dan 45 hari menghasilkan
daun murbei masing-masing sebesar 378 dan 456 g BK/pohon/tahun. Dari
penelitian ini dihasilkan produksi daun murbei yang dipanen pada umur tangkai
60 dan 90 hari masing-masing sebesar 66.92 dan 89.01 g BK/pohon, atau 401.52
dan 356.04 g BK/pohon/tahun.
Tabel 2 Informasi teknis budidaya dan produksi tanaman murbei pada lahan petani ulat sutra di Kab. Enrekang Sulawesi Selatan
Keterangan Teknis Penanaman Murbei I Murbei II
Jumlah sampel (pohon) 25 90
Umur tanaman (tahun) 3.5 3.5
Umur tangkai (hari) 90 60
Pemupukan Tanpa
pemupukan
Pemupukan dengan pupuk kandang
Jarak tanam (cm2) 60 x 30 60 x 30
Jumlah pohon/ha 50 000 50 000
Bobot segar daun/pohon (kg) 0.43 0.28
Kadar Air daun segar (%) 79.3 76.1
Berat Kering daun/pohon (g) 89.01 66.92
Produksi daun perpanen (kg BK) 4 450.5 3 346.0
Produksi daun (g BK/pohon/tahun) 356.04 401.52
Produksi daun (kg BK/ha/tahun) 17 802 20 076
Sebagian besar wilayah Indonesia belum tertanam tanaman murbei.
Tabel 3 tersaji data luas areal tanaman murbei disetiap propinsi di Indonesia.
Sampai tahun 2004, areal tanaman murbei di Indonesia baru seluas ±10 000 ha,
14 884 ha (Machii et al. 2002), Brasil seluas 37 745 ha (Almeida & Fonseca
2002), Thailand seluas 35 000 ha, bahkan India dan Cina masing-masing
mencapai 280 000 dan 626 000 ha (Sanchez 2002). Potensi produksi, kualitas dan
daya adaptasi yang baik dari tanaman murbei menjadikan tanaman murbei
berpotensi untuk dikembangkan dan disebarluaskan, tidak hanya sebagai pakan
ulat sutra tetapi juga untuk kebutuhan lain, misalnya sebagai pakan ternak.
Kandungan nutrien daun murbei meliputi 22-23% PK, 8-10% total gula,
12-18% mineral, 35% ADF, 45.6% NDF, 10-40% hemiselulosa, 21.8% selulosa
(Datta et al. 2002) . Kandungan nutrien daun beberapa varietas murbei disajikan
pada Tabel 4.
Kualitas daun murbei yang tinggi juga ditandai oleh kandungan asam
aminonya yang lengkap. Tabel 5 disajikan komposisi asam amino daun murbei
yang dianalisis dari 119 varietas murbei (Machii et al. 2002). Pada daun murbei
juga teridentifikasi adanya asam askorbat, karotene, vitamin B1, asam folat dan
pro vitamin D (Singh 2002).
Komposisi nutrien yang lengkap serta produksi daun yang tinggi,
menjadikan tanaman murbei potensial dijadikan bahan pakan ternak,
menggantikan konsentrat khususnya untuk ternak ruminansia (Doran et al. 2006).
Penelitian pemanfaatan murbei sebagai pakan ternak baru dijumpai sebagian kecil
di India, Jepang dan Korea. Percobaan pemanfaatan daun murbei sebagai
pengganti konsentrat unggas di Jepang telah dilaporkan oleh Machii et al. (2002),
sedangkan untuk bahan pakan ternak ruminansia, penelitian telah dilakukan antara
lain oleh Singh & Makkar (2002), yang melakukan pengujian secara in vitro.
Sanchez (2002) melaporkan bahwa di Indonesia, tanaman murbei baru digunakan
sebagai pakan ulat sutra, sedangkan penelitian atau pemanfaatan daun murbei
sebagai pakan ternak belum dijumpai. Kondisi yang berbeda terjadi di
negara-negara bagian Amerika yang telah menggunakan daun murbei sebagai bahan
pakan ternak. Di Indonesia dikenal beberapa spesies murbei yang potensial
untuk pakan ulat sutera atau sumber bahan baku pakan ayam, antara lain Morus
alba, Morus nigra, Morus multicaulis, Morus australis, Morus cathayana, Morus
al., 2000). Doran et al. (2006) menyatakan daun murbei potensial menjadi
sumber pakan di wilayah tropis.
Tabel 3 Luas areal tanaman murbei (ha) di Indonesia
No. Propinsi 2000 2001 2002 2003 2004**
21. Sulawesi Tengah 122.0 122.0 122.0 122.0 122.0
22. Sulawesi Selatan 5 270.0 6 588.2 6 037.7 4 216.3 4 184.5
Sumber: Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Tabel 4 Komposisi nutrien daun murbei
Tabel 5 Komposisi asam amino daun murbei
Kandungan tanin daun murbei sebesar 0.85% (Datta et al. 2002), nilai yang
sangat kecil untuk berpotensi mengikat protein dibandingkan dengan daun
kaliandra yang mengandung tanin sebesar 11.3% (Makkar 1993). Belum
dilaporkan adanya dampak senyawa aktif yang terdapat pada daun murbei
terhadap produktivitas ternak, meskipun beberapa hasil penelitian
mengindikasikan hal tersebut. Lui et al. (2002a) melaporkan substitusi rapeseed
meal dengan daun murbei sebesar 100:0; 75:25; 50;50; 25:75 dan 0:100
menghasilkan pertambahan bobot badan domba masing-masing sebesar 58, 47,
40, 46 dan 55 g/h. Laporan tersebut mengindikasikan kemungkinan adanya
interaksi antar senyawa yang terkandung pada murbei dan bahan lain secara
spesifik yang mempengaruhi performa ternak, sehingga performa ternak yang
diberi murbei dan bahan lain dalam ransum secara bersama-sama belum tentu
menggambarkan kandungan nutrien makro ransum. Secara umum keberadaan
senyawa aktif dalam ransum dapat berdampak positif, tetapi juga dapat
berdampak negatif terhadap performa ternak. Karena itu perlu dilakukan kajian
penggunaan murbei dengan bahan lain secara bersama-sama dalam ransum.
Senyawa 1-Deoxynojirimycin Murbei
Keberadaan senyawa aktif dalam ransum dapat berdampak positif, tetapi
juga dapat berdampak negatif terhadap performa ternak. Karena itu perlu
dilakukan kajian dampak senyawa aktif dalam pakan ternak. Salah satu senyawa
aktif yang terdapat pada tanaman murbei adalah 1-deoxynojirimycin (DNJ) (Oku
et al. 2006).
Senyawa DNJ pertama kali diisolasi dari akar tanaman murbei pada tahun
1976 dan diberi nama moroline. Senyawa DNJ memiliki potensi menghambat (α, β) glukosidase secara spesifik. Sebagai contoh, N-butyl DNJ digunakan untuk mengurangi sintesa substrat glikolipid (Mellor et al. 2002). Menurut Oku et al.
(2006) derivat DNJ berupa D-glukosa mampu menghambat α-glukosidase usus
dan α-glukosidase pankreas, sehingga DNJ dapat menghambat pembentukan
oligosakarida. Karena itu senyawa DNJ dapat menekan kadar glukosa darah,
Senyawa DNJ dengan rumus kimia C6H13NO4 adalah senyawa yang
strukturnya mirip dengan glukosa (Gambar 2), hanya saja pada rantai aromatik
senyawa DNJ terdapat gugus nitrogen. Senyawa DNJ mampu menghambat
proses pemecahan oligosakarida seperti maltosa menjadi monomer-monomernya.
Komponen penghambat tersebut tersebar juga dalam daun dan akar murbei.
Daun murbei (Morus alba, L) telah digunakan sebagai obat tradisional,
sebagai anti penyakit diabetes dan anti hyperglycemic. Komponen daun murbei
seperti DNJ mampu menghambat aktivitas α-glukosidase dalam usus kecil dan
juga mencegah hidrolisis disakarida (Yatsunami et al., 2003).
Gambar 2 Struktur bangun senyawa 1-deoxynojirimycin (Kimura et al. 2004)
Karakteristik Sistem Pencernaan Ruminansia
Proses pencernaan pakan ternak ruminansia terjadi secara mekanis (di
dalam mulut), fermentatif (oleh enzim-enzim yang berasal dari mikroba rumen)
dan hidrolitis (oleh enzim-enzim pencernaan hewan induk semang). Dalam studi
fisiologi pencernaan ternak ruminansia, retikulorumen (selanjutnya disebut
rumen) sering dipandang sebagai organ tunggal (single organ), dan menjadi lokasi
penting proses pencernaan secara fermentatif.
Ukuran rumen sangat besar, dapat mencapai 15-22 % dari bobot tubuh
ternak. Jumlah tersebut meliputi sekitar 75 % dari seluruh volume organ
pencernaan ternak ruminansia. Rumen dihuni oleh bermacam-macam mikroba.
Dari segi pencernaan zat-zat makanan, rumen memberi kontribusi 40-70 % dari
angka kecernaan bahan organik ransum (Hvelplund & Madsen 1985). Karena itu
Proses pencernaan fermetatif di dalam retikulorumen terjadi amat intensif
dan dalam kapasitas yang sangat besar. Karbohidrat struktural berupa serat pakan
(selulosa dan hemiselulosa) dan karbohidrat non struktural (gula, pati) mengalami
fermentasi anaerob oleh mikroba rumen menjadi asam-asam lemak terbang (VFA),
gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Sebagian VFA akan diserap
melalui dinding rumen, lalu masuk ke dalam aliran darah dan menjadi sumber
energi bagi sel-sel tubuh.
Omasum yang terletak setelah retikulorumen ditaburi lamina, sehingga
menambah luas permukaannya. Sifat mengabsorbsi air oleh abomasum diduga
berfungsi untuk mencegah naiknya pH pada abomasum akibat pengenceran
(Arora 1989).
Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya proses pencernaan
pakan secara enzimatis. Proses pencernaan ini terjadi dengan bantuan sekresi
getah bening. Abomasum juga berfungsi mengatur aliran ingesta.
Mikroba Rumen
Di dalam rumen terdapat 4 jenis mikroorganisme anaerob, yakni: bakteri,
protozoa dan jamur (Preston & Leng 1987). Dari ketiga jenis mikroba tersebut,
bakteri mempunyai jenis dan populasi tertinggi. Cacahan bakteri sel per gram isi
rumen mencapai 1010-1011. Protozoa menempati urutan kedua, dengan populasi
mencapai 105-106 cacahan sel per ml isi rumen, pada kondisi ternak sehat
(Ogimoto & Imai 1981; Czerkawski 1986).
Banyaknya jenis mikroorganisme di dalam rumen dan masing-masing
mikroorganisme memiliki produk fermentasi antara dan produk fermentasi akhir
yang bermacam-macam, menyebabkan kehidupan dalam rumen menjadi
kompleks. Terdapat interaksi yang luas antara mikroorganisme di dalam rumen.
Bentuk interaksi tersebut dapat berupa saling ketergantungan akan substrat, saling
menguntungkan, saling berkompetisi menggunakan substrat atau dapat berupa
hubungan yang merugikan. Studi tentang ekologi mikroba rumen guna
mengamati aspek pengendalian populasi mikroba rumen dan peningkatan peran
mikroba dalam rumen untuk mencerna pakan telah dilakukan (Erwanto 1995).
Interaksi antar mikroorganisme yang berbeda di dalam rumen melalui
tertentu bertanggungjawab dalam proses fermentasi menghasilkan VFA, CO2 dan
H2. Species bakteri metanogenik menggunakan CO2 dan H2 untuk membentuk
methan. Beberapa spesies menghasilkan urease untuk memecah urea sehingga
menjadi amoniak dan CO2. Bakteri tertentu juga mensintesa vitamin.
Spesies bakteri yang tergolong bakteri selulolitik antara lain
Ruminococcus albus, Ruminococcus flavefaciens dan Fibrobacter succinogenes
yang mencapai jumlah 0.3-4% dari total populasi bakteri rumen, sedangkan
spesies bakteri yang tergolong bakteri non selulolitik antara lain Prevotella
ruminicola, Megasphaera elsdenii dan Eubacterium ruminantium (Stewart &
Bryant 1997).
Pencernaan Karbohidrat dalam Rumen
Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung karbon, hidrogen dan
oksigen dengan rasio hidrogen dan oksigen yang sama dengan molekul air. Para
ilmuwan mengklasifikasikan karbohidrat sesuai dengan kepentingan ilmu
masing-masing, ada klasifikasi berdasarkan senyawa gula dan non gula,
klasifikasi berdasarkan jumlah atom karbon, dan klasifikasi berdasarkan struktur
senyawa. Klasifikasi karbohidrat berdasarkan struktur senyawa digunakan oleh
nutrisionis.
Karbohidrat non struktural adalah jenis karbohidrat yang mudah
terhidrolisis, biasa diistilahkan RAC (readily available carbohidrat). Termasuk
dalam kelompok ini adalah monosakarida (glukosa dan fruktosa) disakarida
(sukrosa, maltosa, laktosa) trisakarida (raffinosa dan maltotriosa), tetrasakarida
dan polisakarida, sedangkan karbohidrat struktural adalah komponen karbohidrat
yang sulit dihidrolisis bahkan hanya bisa dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan
oleh mikroba tertentu. Senyawa karbohidrat non struktural umumnya berupa
senyawa yang berikatan α sedangkan senyawa karbohidrat struktural diikat oleh
ikatan β. Karbohidrat non struktural merupakan sumber energi mudah tersedia
(readily available carbohydrate= RAC). Jenis karbohidrat yang termasuk
kelompok karbohidrat struktural antara lain selulosa, hemiselulosa dan pektin
Tabel 6 Jenis karbohidrat yang umum terdapat dalam pakan ternak ruminansia
Karbohidrat Non Struktural Karbohidrat Struktural
Substansi Struktur Substansi Struktur
Monosakarida Sellulosa β (1-4) glucan
Glukosa D-glukopiranosa Hemisellulosa β (1-4) xylan
Fruktosa D-glukopiranosa Hexosan β (1-3) β (1-4) glucan
Trisakarida Pektin β (1-4) galacturonan
Raffinosa α (1-6) galactosyl sucrose Glukan β (1-3) glucan
Maltotriosa α (1-4) glucosyl maltose Kitin β (1-4) acetyl 2-amino deoxyglucan
Ternak ruminansia mempunyai kemampuan khusus untuk mencerna
kelompok karbohidrat struktural, dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh
mikroba rumen dengan kondisi fisiologis rumen yang mendukung. Untuk
memacu perkembangan mikroba rumen diawal proses fermentasi dibutuhkan
ketersediaan karbohidrat non struktural. Karbohidrat struktural umumnya tersedia
dalam jumlah banyak, dan tidak bersaing dengan kepentingan manusia, sedangkan
karbohidrat non struktural sangat dibutuhkan untuk kepentingan lain (misalnya
untuk pakan unggas), sehingga harganya relatif lebih tinggi. Oleh karena itu
pengelompokan karbohidrat tersebut sangat relevan dengan kebutuhan penyediaan
sumber karbohidrat ternak ruminansia yang efektif. Rataan konsentrasi
karbohidrat dalam pakan ruminansia berdasarkan jenis bahan ditampilkan pada
Ketersediaan karbohidrat non struktural sangat mempengaruhi efektivitas
proses fermentasi dalam sistem retikulo-rumen. RAC dibutuhkan oleh mikroba
rumen dalam proses metabolisme, yang antara lain menghasilkan enzim-enzim
ekstraselular pencerna bahan makanan, khususnya pencerna serat pakan serta
perbanyakan sel mikroba. Namun demikian, RAC yang berlebih dalam sistem
rumen akan mengakibatkan dominasi bakteri homofermentatif asam laktat.
Dominasi bakteri tersebut memicu akumulasi asam laktat dalam sistem rumen,
sehingga pH rumen akan turun (Stewart 1991). Penurunan pH rumen di bawah
5.5 akan menghambat sekresi saliva, mengeliminasi protozoa dan menghambat
perkembangbiakan bakteri penghasil enzim pencerna karbohidrat struktural
(Jean-Blain 1991). Akibatnya, keseimbangan sistem rumen menjadi terganggu. Bahkan,
konsentrasi RAC yang ekstrim dalam sistem rumen dapat mengakibatkan
kematian (Stewart 1991; Wiryawan & Brooker 1996).
Tabel 7 Rataan konsentrasi karbohidrat dalam pakan ruminansia berdasarkan jenis bahan
Legum Rerumputan Bebijian Jerami
Karbohidrat non struktural
Degradasi dan fermentasi karbohidrat dalam rumen melewati serangkaian
tahap. Hungate (1966) menggambarkan tiga tahap degradasi dan fermentasi.
Tahap pertama berupa pemecahan partikel pakan yang menghasilkan polimer
karbohidrat, tahap kedua berupa proses hidrolisis polimer menjadi monomer dan
tahap ketiga berupa fermentasi monomer yang menghasilkan VFA. Polisakarida
dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen menjadi
dan methan. Proses degradasi dan fermentasi korbohidrat di dalam rumen di
gambarkan dalam bentuk diagram (Gambar 3).
Kecernaan pakan didefinisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak
dieksresikan di dalam feses dan oleh karena itu diasumsikan bagian tersebut
diserap oleh hewan (McDonald et al. 2002). Kecernaan dapat diukur dengan
teknik fermentasi in vitro dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase
kecernaan bahan kering (Perry et al. 2003).
Struktur karbohidrat pakan, derajat keasaman, konsentrasi amonia dan
produk saliva menentukan sintesa mikroba rumen, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil fermentasi bahan organik pakan. Asam lemak terbang
(Volatile Fatty Acids) merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di
dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Di
dalam rumen, karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida berupa glukosa.
Selanjutnya glukosa akan melewati membran sel dengan mekanisme transport
aktif untuk selanjutnya mengalami proses glikolisis menjadi piruvat. Dalam
kondisi tanpa oksigen, respirasi akan terhenti karena proses pengangkutan
elektron yang dirangkaikan dengan fosforilasi oksidatif terhenti. Akibatnya, jalur
metabolisme asam trikarboksilat juga akan terhenti. Piruvat yang terbentuk akan
dialihkan ke pembentukan asam laktat oleh laktat dehidrogenase, dengan NADH
sebagai sumber energinya. Kondisi sistem rumen yang anaerob atau fakultatif
anaerob mendukung proses pembentukan asam laktat yang tinggi bila tersedia
piruvat dalam jumlah yang berlebihan. Piruvat akan tersedia berlebihan bila
substrat yang dihidrolisis berupa karbohidrat yang mudah terhidrolisis
(karbohidrat non struktural). Pada saat asam laktat terakumulasi dalam sistem
rumen, pH rumen turun dan bisa terjadi asidosis laktat. Sistem rumen
mempunyai mekanisme turn over, dimana pada saat tersedia asam laktat, maka
bakteri rumen yang menggunakan asam laktat sebagai sumber karbonnya akan
meningkat. Namun demikian mekanisme turn over dari asidosis laktat tergolong
lambat. Beberapa jenis mikroba rumen yang memproduksi asam laktat adalah
Veillonella alcascelcens, Megasphaera elsdenii dan Selenononas ruminantium
Gambar 3 Diagram dissimilasi karbohidrat dalam rumen (Czerkawski 1986).
Starch Cellulose Hemicellulose Pectin
Maltose Celobiose Xylobiose Pectic acid
Glucose Glucose Xylose Galacturonic
acid
Glucose-1-P Xylulose P
Dihydroxiacetone P Glyceraldehyde-3-P
3-P Glycerate 1,3 di-Glycerate
2-P.Glycerate Phosphoenol
pyruvate Acetyl P Formate
Glucose-6-P Xylulose P Ribose P
Fructose-6-P
Sedoheptulose P Triose P
Fructose-1-6-P
Fructose P Erytrose P
Triose P
Lactate pyruvate Acetyl CoA CO2+H2
Lactyl CoA Oxaloacetate Malonyl CoA Acetyl Acetate CoA
Acrylyl CoA Succinate Crotonyl CoA ßOH Butyryl CoA
Propionyl CoA Malonyl CoA Butyryl CoA
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2007 sampai Maret 2009, dengan
bagan alir tahapan penelitian seperti pada Gambar 5. Sampel tanaman murbei
untuk kajian potensi dasar tanaman murbei diperoleh dari kebun murbei petani di
Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, sedangkan murbei untuk percobaan in vivo diperoleh dikebun murbei IPB dan kebun murbei Pasir Sarongge Cipanas Kab. Cianjur. Pengujian in vitro dilaksanakan di Laboratorium Biologi Hewan PPSHB IPB, sedangkan analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium Terpadu
Fapet IPB, Laboratorium Biologi Hewan PPSHB IPB dan Laboratorium
BALITRO Cimanggu Bogor. Percobaan in vivo pada mencit dilaksanakan di kandang percobaan PPSHB IPB, sedangkan pada ternak sapi PO dilaksanakan di
kandang Ternak potong Fapet IPB.
Gambar 5 Bagan alir tahapan penelitian. Limbah
Uji Substitusi Konsentrat dengan Tepung Daun Murbei dalam Pakan Komplit yang Dikombinasikan dengan Jerami Padi
Murbei
Keluaran Pakan Berkualitas
Produktivitas Sapi Potong Meningkat secara berkelanjutan
3. Uji Asupan
Kajian Potensi Tanaman Murbei
+DNJ(?) + -DNJ(?)
Penelitian Tahap I
Kajian Potensi Tanaman Murbei
Penelitian awal ini bertujuan untuk mengkaji potensi tanaman murbei
sebagai bahan pakan. Pada tahap ini diperoleh data potensi tanaman murbei,
meliputi komposisi nutrien makro, kandungan senyawa anti nutrisi dan fitokimia.
Sampel penelitian diambil secara acak di sentra petani murbei (pemelihara ulat
sutra).
Penelitian Tahap I
Uji Potensi Ekstrak Daun Murbei sebagai Agen Lepas Lambat Karbohidrat Non Struktural dalam Sistem Rumen
Percobaan 1. Daya Lepas Lambat Beberapa Jenis Karbohidrat oleh Enzim Rumen dan dalam Sistem Rumen
Guna mengkaji jenis karbohidrat yang dilepas secara lambat dalam sistem
rumen oleh senyawa 1-deoxynojirimycin (DNJ), dilakukan uji aktivitas enzim rumen dan uji daya lepas lambat beberapa macam karbohidrat dengan kehadiran
ekstrak daun murbei (EDM) yang mengandung senyawa DNJ. Uji aktivitas enzim
rumen menggunakan enzim kasar yang dikoleksi dari cairan rumen sapi potong
yang diperoleh dari RPH serta beberapa bahan kimia untuk preparasi, sedangkan
uji daya lepas lambat beberapa macam karbohidrat dengan kehadiran EDM yang
mengandung senyawa DNJ dilakukan dengan teknik in vitro (Tilley & Terry 1963). Bahan yang diujikan terdiri atas glukosa, maltosa, sukrosa, pati, selulosa
dan laktosa. Sebagai sumber senyawa DNJ digunakan ekstrak daun murbei.
Ekstrak daun murbei diperoleh dengan melakukan ekstraksi daun murbei
varietas Morus alba sebagai berikut: daun murbei dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven 60oC selama 24 jam, kemudian digiling halus. Tepung daun murbei
diolah untuk mendapatkan ekstrak daun murbei. Pembuatan ekstrak daun murbei
dilakukan dengan menggunakan ethanol 50% (Oku et al. 2006). Sebanyak 5 kg tepung daun murbei halus dimasukkan ke dalam ember berkapasitas 60 liter.
Kemudian ditambahkan ethanol 50% sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
ethanol yang ditambahkan mencapai 25 liter. Ember lalu ditutup rapat dan
didiamkan dalam suhu kamar selama 24 jam. Setiap jam dilakukan pengadukan.
ampas dimaserasi ulang (maserasi II) dengan prosedur yang sama seperti maserasi
I. Seluruh supernatan yang dihasilkan selanjutnya dimasukkan ke evaporator
untuk menghilangkan pelarut ethanolnya. Hasil ekstraksi daun murbei siap
digunakan atau disimpan di dalam freezer. Sebanyak 4.785 kg BK tepung daun murbei yang diekstrak menggunakan 50 liter ethanol menghasilkan 4.7 liter EDM
yang siap digunakan, sehingga 1 kg BK tepung daun murbei setara dengan 1 liter
ekstraknya.
Preparasi enzim kasar dari cairan rumen dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut: cairan rumen segar yang telah disaring, diambil sebanyak 100 ml,
lalu disentrifus dengan kecepatan 10 000 g pada suhu 4oC. Supernatan yang
dihasilkan dicampur dengan larutan amonium sulfat 60% dan didiamkan selama
24 jam. Selanjutnya supernatan disentrifus kembali dengan kecepatan 10 000 g
pada suhu 4oC selama 10 menit. Endapan enzim yang dihasilkan ditambahkan
buffer fosfat pH 7 sebanyak 10 ml, dan enzim siap digunakan. Pengujian aktivitas
enzim dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: Larutan substrat dibuat dengan
menimbang 1 gram substrat uji dan dilarutkan ke dalam 100 ml buffer sitrat.
Sebanyak 0,5 ml larutan substrat dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 1 ml stok enzim cairan rumen. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada
suhu 39oC selama 10, 20, 30 dan 60 menit. Setelah inkubasi selesai, larutan
ditambahkan 2 ml DNS, dicampur merata, dipanaskan pada suhu 900C selama 5
menit, dan terakhir didinginkan. Pembacaan absorbansi dilakukan dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 μm. Sebagai kontrol, dilakukan
pekerjaan dengan beberapa tingkat konsentrasi substrat, tanpa menambahkan
enzim cairan rumen.
Uji daya lepas lambat beberapa macam karbohidrat dengan kehadiran EDM
yang mengandung senyawa DNJ dilakukan dengan teknik in vitro (Tilley & Terry 1963). Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial 6 x 2
dengan 3 kali pengambilan cairan rumen sebagai kelompok. Faktor I adalah
ragam karbohidrat uji yang terdiri atas K1= glukosa, K2= maltosa, K3= sukrosa,
K4= pati, K5= selulosa dan K6= laktosa, sedangkan faktor II adalah L1= kontrol
Peubah yang diamati terdiri atas total karbohidrat terlarut dalam cairan
rumen (metode anthron), pH, amonia (metode phenol hypochlorida) dan VFA
(metode destilasi uap). Pengamatan terhadap kondisi pH dan konsentrasi total
karbohidrat terlarut dalam cairan rumen dilakukan setiap 1 jam sampai jam ke 4
fermentasi, sedangkan pengamatan terhadap amonia dan VFA dilakukan pada jam
ke 4 fermentasi.
Percobaan 2. Efektivitas EDM dan Daun Murbei dalam Sistem Rumen Uji efektivitas EDM yang mengandung senyawa 1-deoxynojirimycin dan daun murbei untuk meningkatkan fermentabilitas pakan sumber serat dalam
sistem rumen, serta kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat juga dilakukan
dengan teknik in vitro (Tilley & Terry 1963). Ransum percobaan terdiri atas jerami padi, konsentrat dan tepung daun murbei. Konsentrat disusun dengan
kandungan protein kasar 18.4%, yang terdiri atas pollard, jagung giling, bungkil
kelapa, bungkil kedelai, Ca(urea)4Cl2 dan garam. Murbei yang digunakan adalah
varietas Morus alba, daunnya dipanen pada umur 90 hari.
Percobaan terdiri atas dua tahap uji, masing-masing tahap menggunakan
rancangan acak kelompok dengan pengambilan cairan rumen sebagai kelompok.
Uji tahap I: mengkaji kemampuan murbei mensubstitusi konsentrat, dengan
susunan perlakuan terdiri dari:
P0 = 50% jerami padi + 50% konsentrat (kontrol)
P1 = 50% jerami padi + 37.5 % konsentrat + 12.5 % murbei
P2 = 50% jerami padi + 25% konsentrat + 25 % murbei
P3 = 50% jerami padi + 12.5% konsentrat + 37.5% murbei
P4 = 50 % jerami padi + 50 % murbei
Uji tahap II: mengkaji efektivitas EDM yang mengandung senyawa DNJ guna
meningkatkan fermentabilitas dalam sistem rumen, dengan susunan perlakuan
terdiri dari:
Q0 = 50 % Jerami padi + 50 % konsentrat (kontrol)
Q1 = Perlakuan penggunaan murbei yang terbaik pada uji I yakni 50%
jerami padi + 25% konsentrat + 25 % murbei
Seluruh bahan yang digunakan pada uji pakan dengan teknik in vitro terlebih dahulu dikeringkan dan digiling halus. Peubah yang diamati terdiri atas
pH, amonia dan VFA, produksi gas serta degradasi bahan kering dan bahan
organik. Pengamatan terhadap pH, amonia dan VFA dilakukan pada jam ke 4
fermentasi, sedangkan pengamatan terhadap produksi gas dilakukan pada jam ke
2, 4, 8, 12, 24 dan 48 jam fermentasi. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan
sidik ragam menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan dilanjutkan
dengan uji jarak Duncan (Steel & Torrie 1991).
Percobaan 3: Uji Asupan Ekstrak Daun Murbei Ke dalam Sistem Pasca Rumen
Asupan ekstrak daun murbei yang mengandung senyawa DNJ ke sistem
pasca rumen mungkin berdampak negatif terhadap produktivitas ternak
ruminansia. Percobaan dilakukan terhadap 24 ekor mencit (Mus musculus) jantan dengan bobot badan 28.7+3.4 gram. Ransum mencit berupa ransum semi purified, terdiri atas 66 % karbohidrat, 22% casein, 12% minyak jagung, mineral dan
vitamin (Jordan et al. 2003), ekstrak daun murbei serta padatan hasil fermentasi in vitro. Ekstrak daun murbei diperoleh dengan melakukan ekstraksi mengikuti metode Oku (2006) menggunakan ethanol 50%, sedangkan padatan hasil
fermentasi in vitro diperoleh dengan mengikuti metode Tilley & Terry (1963) yang dimodifikasi, sebagai berikut: larutan buffer disiapkan, bahan-bahan terdiri
atas 5 g trypticase, 1000 ml aquades dan 0.25 ml larutan mikro mineral
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kapasitas 2 500 ml, diaduk sampai seluruh
bahan larut. Ke dalam media tersebut ditambahkan 500 ml larutan penyangga
rumen, 500 ml larutan mineral makro, 2.5 ml rezasurin 0.1% dan 100 ml larutan
pereduksi. Media ditempatkan ke dalam waterbath pada suhu 39oC sambil dialiri gas CO2. Kondisi medium diamati sampai tereduksi, dengan indikator perubahan
warna media dari biru ke pink sampai menjadi bening, larutan buffer siap
digunakan. Selanjutnya media buffer-cairan rumen disiapkan dengan
menambahkan 500 ml cairan rumen yang telah dikoleksi dari 2 rumen sapi
pedaging ke dalam larutan buffer yang terus dialiri gas CO2. Sebanyak 5 buah
labu erlenmeyer kapasitas 500 ml yang telah terisi masing-masing 1 g maltosa dan
Selanjutnya labu erlenmeyer ditutup dengan sumbat karet berventilasi,
ditempatkan ke dalam shaker waterbath dan diinkubasi selama 6 jam. Setelah proses inkubasi selesai, isi labu erlenmeyer dituang ke wadah penampungan
masing-masing perlakuan yang telah disiapkan, lalu ditempatkan ke dalam oven
dengan suhu 80oC sampai seluruh airnya menguap. Hasil fermentasi yang telah
kering dicampur dengan ransum semipurified sesuai perlakuan.
Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 kali ulangan.
Masing-masing unit percobaan terdiri atas 1 ekor mencit. Perlakuan terdiri dari:
R0 = Ransum semi purified (kontrol) R1 = R0 + padatan hasil fermentasi in vitro
R2 = R1 + EDM dengan kadar DNJ ransum sebesar 0.03%
R3 = R1 + padatan hasil fermentasi in vitro yang diberi substrat EDM dengan kadar DNJ ransum sebesar 0.03%
R4 = R1 + EDM dengan kadar DNJ ransum sebesar 0.06%
R5 = R1 + padatan hasil fermentasi in vitro yang diberi substrat EDM dengan kadar DNJ ransum sebesar 0.06%.
Pemeliharaan hewan percobaan dilakukan selama 24 hari (3 hari masa
adaptasi dan 21 hari masa koleksi data). Peubah yang diukur adalah konsumsi
dan kecernaan pakan, pertambahan bobot badan dan kadar glukosa darah. Data
yang diperoleh dianalisis berdasarkan sidik ragam menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL), dan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel & Torrie 1991).
Penelitian Tahap II
Substitusi Konsentrat dengan Tepung Daun Murbei dalam Pakan Komplit yang Dikombinasikan dengan Jerami Padi
Guna mengkaji substitusi konsentrat dengan tepung daun murbei bila
dikombinasikan dengan jerami padi sebagai pakan sapi potong, dilakukan
percobaan in vivo, menggunakan 12 ekor sapi PO dengan bobot badan 217+10.53 kg. Ransum terdiri atas jerami padi dan konsentrat, dimana konsentrat disusun
dari bahan-bahan yang terdiri atas dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa,
Ca(urea)4Cl2 dan garam, dengan susunan seperti pada Tabel 8. Jerami padi yang
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan
4 kali ulangan. Perlakuan disusun sebagai berikut:
P1= 50% jerami padi + 50% konsentrat
P2= 50% jerami padi + 25% konsentrat + 25% murbei
P3= 50% jerami + 50% murbei
Tabel 8 Susunan ransum percobaan in vivo
Bahan/Nutrien Ransum Perlakuan
P1 P2 P3
Fraksi Dinding Sel (%)
NDF 53.69