• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO)."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN AKTIVITAS DISTRIBUSI PRODUK UDANG

DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION

REQUIREMENT PLANNING (DRP)

(Studi Kasus Di PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJ O)

SKRIPSI

Oleh : ERI IRMANSYAH

NPM. 0532010102

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Perencanaan Aktivitas

Distribusi Produk Udang Dengan Menggunkan Metode Distribution

Requirement Planning (DRP) di PT. ANGGARA CIPTA CITRA – SIDOARJO”

Penulisan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata 1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikannya Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT karena atas ijin-NYA lah laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

8. Dosen Penguji Seminar 1 & 2 maupun Dosen Penguji Skripsi saya.

9. Bapak Ir. Eka Prasetya selaku pengawas perusahaan PT. ANGGARA CIPTA CITRA – SIDOARJO yang telah meluangkan waktu, tenaga serta ilmunya selama saya melaksanakan penelitian tugas akhir sehingga Laporan Skripsi ini dapat selesai.

10. Seluruh teman-teman satu jurusan yang sering memberi tumpangan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seangkatan khususnya Paralel B tahun 2005 dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu penulis akan menerima segala saran dan kritik demi perbaikan Laporan ini di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Surabaya, 20 Mei 2012

(4)

ABSTRAKSI

Banyak perusahaan seringkali dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi. Masalah ini timbul karena konsumen berada pada lokasi yang terpisah secara geografis, hal ini mengakibatkan pentingnya untuk menyimpan persediaan pada beberapa lokasi sehingga dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan sistem distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang akan menghasilkan produk terbaik. Untuk itu diperlukan adanya sistem distribusi yang baik serta persediaan produk yang tepat agar tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi udang beku dan memasok produknya ke Kota Surabaya, Kota Gresik, Lamongan dan Situbondo. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk yaitu Udang HO, Udang PTO dan Udang PDTO. Sistem distribusi yang saat ini dijalankan oleh perusahaan memiliki beberapa kelemahan yaitu belum ada suatu perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua masing-masing jenis produk kurang terkontrol yang mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan untuk masing-masing distributor. Hal ini mengakibatkan biaya distribusi cukup tinggi

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode

Distribution Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat dilakukan pendistribusian

produk dari perusahaan ke kota secara optimal. Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi

eselon. Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan

perencanaan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

(5)

ABSTRACT

Many companies are often faced with problems related to the distribution system. This problem arises because consumers are at geographically separate locations, this has resulted in the need to keep inventory at multiple locations so that it can cause problems on management in coordinating the distribution system from the marketing department, also on the part of production that will produce the best products. It required a good distribution system and supply the right products to the level of consumer satisfaction and company profits can be maintained.

PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO represent peripatetic company area produce congelation prawn and its product supply to Surabaya, city of Gresik, Lamongan and of Situbondo. This company have various product type that is Prawn of HO, Prawn of PTO and Prawn of PDTO. Distribution system of PT. ANGGARA CIPTA CITRA - SIDOARJO which is in this time run by company have some weakness.. Among them are frequent delays in product shipments for an order.

With the problems, a study conducted by the method of Distribution Requirements Planning (DRP) can be done in the hope of the company's product distribution to the city optimally. Distribution Requirements Planning is a method to handle the procurement of supplies within an echelon distribution network. The purpose of the Distribution Requirements Planning (DRP), which is doing a good distribution of planning activities, so that the success in meeting customer demand will be more optimal, improved sales performance in fulfilling orders in a timely and appropriate amount so that distribution costs could be reduced seminimun possible.

Results obtained Planning Distribution Research company method, the Total Cost of distribution data meliputu product demand, product price, booking fees, storage fees, shipping costs, lead time data with DRP method is smaller when compared with the methods of the company. Total Cost (TC) with the method the company is at Rp.190.228.500,00 and Total Cost with DRP method is Rp 169.349.000,00 . So there is the difference between the total cost companies a total cost of 10,98% DRP method.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah.... ... 2

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi ... 6

2.1.1 Distribution Requirment Planning (DRP) ... 7

2.1.2 Konsep Distribution Requirement Planning ... 9

2.1.3 Fungsi Distribution Requirement Planning ... 10

(7)

2.2 Distribusi Persediaan ... 15

2.2.1 Penyebab dan Fungsi Persediaan ... 16

2.2.2 Jenis Persediaan ... 17

2.2.3 Biaya-Biaya Dalam Sistem Persediaan ... 18

2.2.4 Ukuran Lot dan Persediaan Pengaman ... 19

2.2.5 Sistem Persediaan Demand Independent ... 23

2.2.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item ... 23

2.2.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item .... 26

2.3 Peramalan (Forecasting) ... 28

2.3.1 Meramal Horison Waktu ... 29

2.3.2 Macam-Macam Peramalan ... 29

2.3.3 Analisis Deret Waktu (Time Series) ... 31

2.3.4 Metode-Metode Peramalan Yang Digunakan Dalam Time Series ... 34

2.3.5 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan ... 39

2.3.6 Verifikasi Dan Pengendalian Peramalan ... 41

2.3.7 MRC (Moving Range Chart) ... 42

2.3.8 Uji Kondisi Diluar Kendali... 43

2.4 Penelitian Terdahulu ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 47

(8)

3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 48

3.3 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 49

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 58

3.5 Metode Pengolahan Data ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 61

4.1.1 Data Permintaan Bulanan Produk Pada Bulan Januari – Maret 2012 ... 61

4.1.2 Data Inventory On Hand ... 64

4.1.3 Lead Time ... 65

4.1.4 Biaya Pengiriman ... 65

4.1.5 Biaya Penyimpanan ... 66

4.2 Pengolahan Data ... 68

4.2.1 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode Perusahaan ... 69

4.2.2 Perhitungan Biaya Ditribusi Dengan Metode DRP ... 70

4.2.2.1 Menghitung EOQ dan SS ... 70

4.2.2.2 Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) .. 70

4.2.2.3 Menghitung Safety Stock (SS) ... 71

4.2.3 Perencanaan Distribusi Metode DRP Tahun 2011 ... 73

4.2.4 Membuat Diagram Pencar Data Permintaan Januari – Maret 2012 ... 78

4.2.4.1 Menghitung Mean Square Error (MSE) ... 79

4.2.4.2 Uji Verifikasi dengan Moving Range Chart ... 79

(9)

4.2.4.4 Menghitung EOQ dan SS ... 81 4.2.4.4.1 Menghitung Economic Order

Quantity...82

4.2.4.4.2 Menghitung Safety Stock...83 4.2.5 Perencanaan Distribusi Metode DRP Periode April……...84

4.2.5.1 Pembuatan Total Kebutuhan Seluruh Produk... 88 4.3 Analisa dan Pembahasan ... 90 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 98 5.2 Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat, meskipun dalam tingkat distributor. Dalam memenangkan persaingan tersebut perusahan menggunakan berbagai cara diantaranya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk berkualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan efisiensi biaya. Konsumen akan merasa puas terhadap pelayanan distributor, jika produk tersebut tiba tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis dan tepat mutu. Hal ini mengakibatkan kebijakan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu sangat penting dilakukan oleh manajemen dalam mengkoordinasikan penjadwalan dan perencanaan distribusi dari bagian pemasaran sehingga keuntungan perusahaan tetap stabil.

(11)

mengakibatkan terjadinya kelebihan persediaan produk untuk masing-masing distributor rata-rata sebesar 2455 MC untuk bulan Desember 2010. Berdasarkan alasan inilah perusahaan menginginkan suatu perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik.

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan perencanaan dan penjadwalan distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). DRP adalah sistem perencanaan kebutuhan distribusi yang bertujuan untuk merencanakan berapa jumlah kebutuhan yang diperlukan dalam sekali pengiriman sehingga tidak melampaui kemampuan kapasitas yang ada di perusahaan.

Diharapkan dengan adanya perencanaan distribusi yang baik, keberhasilan pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

1.2 Per umusan Masalah

Permasalahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana merencanakan aktivitas distribusi produk udang sesuai dengan permintaan di masing-masing daerah distribusi sehingga menghasilkan biaya distribusi yang minimum di PT. Anggara Cipta Citra - Sidoarjo?”

1.3 Batasan Masalah

(12)

1. Produk yang diteliti ada 3 jenis yaitu Udang HO, Udang PTO, dan Udang PDTO

2. Proses produksi tidak dibahas secara khusus dalam penulisan skripsi ini. 3. Biaya produksi untuk masing-masing produk tidak dibahas.

4. Terdapat 4 kota tujuan distribusi yaitu Surabaya, Gresik, Lamongan dan Situbondo.

5. Data yang diolah adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai bulan Januari 2011 sampai dengan Maret 2012.

6. Angkutan yang dipergunakan yaitu truk Thermoking (kontainer berpendingin), kondisi selalu ada saat diperlukan untuk pengiriman produk.

1.4 Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut : 1. Tidak diijinkan adanya back order.

2. Service Level masing-masing distributor sebesar 90 %.

3. Kapasitas penyimpanan produk gudang cukup tersedia. 4. Transaksi perusahaan berjalan lancar.

5. Biaya simpan dan biaya distribusi dianggap konstan.

1.5 Tujuan Penelitian

(13)

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Bagi Perusahaan:

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi perusahan mengenai perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat waktu.

b. Bagi Universitas :

1. Memberikan Informasi mengenai metode Distribution Requirement

Planning (DRP).

2. Menambah koleksi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

c. Bagi Penulis :

Menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan dalam Teknik Industri khususnya dalam bidang perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi untuk memecahkan permasalahan dalam dunia nyata.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan adalah : BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan, asumsi, tujuan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

(14)

Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan sebagai acuan kerangka berfikir didalam menyelesaiakan pemasalahan yang ada, baik dalam melakukan pengolahan data maupun dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari pengolahan data.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi suatu alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis yang merupakan suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya atau dalam artian hasil dari suatu tahap akan menjadi masukan bagi tahap berikutnya.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan ditampilkan seluruh data yang dihasilkan dari perencanaan distribusi, dengan menggunakan metode Distribution

Requirement Planning (DRP), kemudian dianalisa mengenai alternatif

solusi-slusi yang diharapkan dapat menjawab permasalahanyang dikaji.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan distribusi yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan suatu masukan bagi pihak perusahaan.

(15)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Distr ibusi

Distribusi adalah bagian yang bertangung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliaan aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Pergerakan / aliran material ini terdiri dari pasokan yang merupakan pergerakkan dan penyimpanan bahan mentah dari pemasok ke pabrikan, dan distribusi yang mempunyai pergerakkan barang jadi dari pabrik ke pelanggan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sistem Logistik

( Biegel, J.E, 2001)

Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.

(16)

2.1.1 Distribution Requirement Planning (DRP)

Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu :

Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan

kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada distribution center. Sedangkan Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari

distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem

perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah keterkaitan dari

replenishment system ke financial system dan penggunaan simulasi sebagai alat

untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2004, hal 300-301)

Distribution Requirement Planning aplikasi dari logika Material

Requirement Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada

MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distrbution Requirement Planning. Distribution Requirement Planning menggunakan logika Time Phased

Order Point (TPOP) untuk menentukan pengadaan kebutuhan pada jaringan.

(Richard J. Tersine 2003, hal 432)

Tabel 2.1 Persamaan MRP dan DRP

Persamaan : 1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama. 2. Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama. 3. Membedakan Independent demand dan dependent demand. 4. Metode berlaku untuk dependent demand.

(17)

Tabel 2.2 Perbedaan MRP dan DRP

MRP DRP

Per bedaan : Untuk kegiatan manufakturing. Untuk kegiatan distribusi. Menghitung kebutuhan tiap

komponen.

Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi. Cocok untuk pabrik jenis rakitan. Cocok untuk sistem distribusi

bertingkat. Biasanya untuk bahan baku/

penolong.

Biasanya untuk barang jadi/ komoditas.

MRP adalah proses dari atas, yaitu dari Master Production Schedule ke kebutuhan tiap komponen.

DRP adalah proses dari bawah, yaitu dari kebutuhan Retail ke

Distritibution Center dan Warehouse Center.

Semua kebutuhan komponen bersifat dependent.

Kebutuhan Retail bersifat

Independent, sedangkan

kebutuhan DC dan WC bersifat

Dependent.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 249).

(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 2004, hal. 222).

Gambar 2.2 Perbedaan MRP dan DRP

Pada gambar 2.2. diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutunannya.

(18)

awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan kebutuhan tiap-tipa pusat distribusi.

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan

pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi.

2.1.2 Konsep Distribution Requirement Planning (DRP)

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani

pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.

Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas

pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi.

Logika dasar DRP adalah sebagai berikut :

1. Gross Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting.

2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement.

(19)

(Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh

Gross Requirement. Untuk sebuah periode :

Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt

+ Projected On Hand Periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang

dicatat (recorded) adalah nilai yang bernilai positif.

3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net

Requirement tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut.

4. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned

Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order

Receipt dengan Lead Time.

5. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule

Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

6. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada periode yang sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi.

Sumber : (Richard J. Tersine, 1994, hal 465)

2.1.3 Fungsi Distribution Requirement Planning (DRP).

Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem

(20)

mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri. Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan DRP sekaligus.

(Richard J. Tersine, Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc., hal. 465)

Ga mbar 2.3. Integrasi Distribusi dan Manufaktur.

Kedua sistem tersebut digabungkan melalui Master Distribution Schedulle

(MDS). Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi

berdasarkan ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya proyeksi kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle

(MPS) menjadi input bagi MRP, yang akan menghitung kebutuhan komponen dan

sub assembly yang harus dipenuhi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3.

Keterangan :

MPS = Master Production Schedulle MDC = Master Distribution Center

RDC = Regional Distribution Center

LDC LD C RD C LDC

MD C

Komponen Komponen Komponen S ub

Assembly Komponen K omponen

DRP MRP

M PS Perencanaan P roduksi E fisiensi

Produksi Kebutuhan

(21)

LDC = Lower Distribution Center

Perencanaan horizon Distribution Requirement Planning seharusnya sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu. Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode

DRP adalah :

1. Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur.

2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari

distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

4. DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari

sumbcr penawaran ke titik distribusi.

2.1.4 Sistem Distr ibusi Dor ong (push) dan Tar ik (pull)

Dalam distribusi "dorong", PDU menentukan apa dan berapa yang perlu didistribusikan dan di kirim ke PDR atau PDL, sedangkan dalam sistem distribusi "tarik", masing-masing pusat distribusi pada tingkat bawah menentukan apa yang diperlukan dan itu yang dipesan ke PDU Untuk dikirim. (Indrajit, Eko &

Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 246)

(22)

1) Sistem Tarik (Pull)

Adalah suatu sistem di mana operasi (produksi, pengadaan, pemindahan material, distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi sebagai respon atas tanda atau isyarat yang diberikan oleh pemakai pada eselon yang lebih rendah dari sistem (distribusi). Tujuan sistem ini adalah untuk membeli, menerima, memindahkan, membuat dengan tepat apa yang dibutuhkan, dan agar tidak terjadi penyimpanan atas item yang tidak dibutuhkan.

2) Sistem Dorong(Push)

Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai respon atas jadwal yang telah dibuat sebelumnya tanpa harus mempertimbangkan status nyata dari operasi tersebut. Tujuan seperti ini adalah untuk menjaga konsistensi jadwal yang telah dibuat.

(23)

Sistem Pull ini bisa dioperasikan secara manual dan tidak membutuhkan banyak telekomunikasi karena pertukaran informasi dari gudang pusat ke pusat distribusi memang tidak banyak. Namun pada sistem ini akan terjadi amplifikasi permintaan kustomer pada pusat distribusi sebelum sampai pada gudang pusat. Lebih dari itu, pusat-pusat distribusi biasanya memesan untuk kebutuhan beberapa minggu sehingga cukup ekonomis dipandang dari biaya transportasi. Hal ini mengakibatkan pada saat-saat tertentu tidak ada permintaan dari pusat distribusi ke gudang pusat dan pada saat-saat yang lain mungkin permintaan dari beberapa pusat distribusi akan datang sekaligus sehingga gudang pusat harus menyiapkan persediaan pengamanan yang cukup besar dan tetap akan menghadapi kemungkinan kekurangan stok.

Pada sistem Push, keputusan-keputusan pengiriman ditentukan pada eselon yang lebih tinggi. Informasi yang berkaitan dengan permintaan dan tingkat persediaan pada eselon yang lebih rendah harus seringkali dikirim ke eselon yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa keputusan pengiriman eselon yang lebih rendah dibuat pada eselon yang lebih rendah. Lebih dari itu, pada sistem Push ini harus dilakukan peramalan pada eselon yang lebih tinggi sehinggga kuantitas dan waktu pengiriman bisa direncanakan pada suatu periode perencanaan tertentu.

Sistem Push ini layak digunakan bila transmisi dan pemrosesan data dalam volume yang besar bisa dilakukan dengan relatif mudah. Perusahaan-perusahaan yang memiliki ratusan pusat distribusi harus mengendalikan sistem distribusinya dengan telekomunikasi dan sistem komputer.

(24)

direncanakan dikirim akan segera dikirim begitu proses produksinya selesai. Sistem Push hanya akan memberikan keunggulan apabila perusahaan bisa membuat produk berdasarkan ramalan permintaan yang akurat. Perusahaan yang tidak bisa membuat ramalan permintaan yang akurat dan rasional tidak akan bisa berharap lebih banyak untuk memperoleh kelebihan dari sistem Push dibandingkan dengan sistem Pull. (Nasution, Arman Hakim, 2003, hal 466-468)

2.2 Distr ibusi Per sediaan

Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.

(25)

Distribusi persediaan sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.

2.2.1 Penyebab dan Fungsi Per sediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto,Teguh. Hal 52):

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi independensi

2. Fungsi ekonomis 3. Fungsi antisipasi 4. Fungsi fleksibilitas

Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 1993, hal. 219) :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

(26)

dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

2.2.2 J enis Per sediaan

Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang-barang tersebut diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali menjadi barang jadi.

(27)

membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi.

d. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya

e. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

2.2.3 Biaya-biaya Dalam Sistem Per sediaan

Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan :

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan. Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai

quantity discount atau price break, dimana harga barang perunit akan turun

(28)

pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan.

2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

3. Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya. Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.

2.2.4 Ukur an Lot Dan Per sediaan Pengaman

Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran lot ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : (Indrajit, Eko & Djokopranoto,

(29)

1. Ketentuan pemasok

2. Perhitungan ekonomis (EOQ) 3. Frekuensi pengiriman

4. Ukuran kontainer pengiriman

5. Total ukuran berat (tonase) atau volume (m3)

Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal dengan sistem distribusi multitingkat. Dalam distribusi multitingkat, harus dihindari adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman.

Teknik- teknik penentuan ukuran lot diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Economic Order Quantity ( EOQ ).

2. Lot for Lot ( LFL ).

3. Fixed Order Interval ( FOI)

4. Period Order Quantity ( POQ ).

5. Least Uni Cost.

6. Least Total Cost.

7. Part Period Balancing.

8. Wagner Within Algoritma.

9. Fixed Period Requirement.

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimasi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal maupun incremental.

(30)

perusahaan manufaktur didapatkan situasi seperti berikut ini. Karena sering kali harga komponen suku cadang tidak dijual secara individual, maka nilai nyata dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila karena terjadi kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau berhentinya suatu proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit dihitung. Di samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebuah suku cadang bukan merupakan suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan konsep tingkat layanan (service level).

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan menetapkan layanan sebesar 95%, berarti perusahaan tersebut bersedia menanggung kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5%, dan seterusnya. Untuk itu, berapa jumlah persediaan pengaman yang diperlukan? Untuk menghitungnya diperlukan data mengenai :

1. Berapa tingkat layanan yang dikehendaki ?

2. Berapa pemakaian rata-rata selama waktu pemesanan?

(31)

Tabel 2. 3. Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart

Titik Reorder Tingkat Service Level

L

DL+3,09αD 99,90%

L

DL+2,58αD 99,50%

L

DL+2,33αD 99%

L

DL+1,96αD 97,50%

L

DL+1,64αD 95%

L

DL+1,28αD 90%

L

DL+1,04αD 85%

L

DL+0,85αD 80%

L

DL+0,67αD 75%

(Richard J. Tersine. 3rd, Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 2008. hal. 214)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan

reorder point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk

menghitung safety stock kita menggunakan rumus reorder point DL+1,64αD L,

dan begitu seterusnya.

Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD (mean absolute

debviation). Formulasi MAD adalah :

(32)

Keter angan :

- MAD = pemakain barang selama waktu pemesan.

- Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang besarnya tergantung dari tingkat layanan.

2.2.5 Sistem Per sediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem economic order quantity (EOQ) single item dan economic order

quantity (EOQ) multi item.

2.2.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenai sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari

EOQ dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order.

Richard J. Tersine, 2004, 4 th, hal 93.

Gambar 2.4. Model Persediaan Klasik Dimana :

Q = Ukuran lot

(33)

ac = ce = Interval antar order ab = cd = ef = lead time

Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui. 3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4. Lead Time bersifat konstan.

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (strorage).

7. Tidak ada quantity discount.

Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah:

n Penyimpana B

Pemesahan B

Pembelian B

Annual Biaya

Total = + +

( )

2 HQ

Q CR RP Q

TC = + +

Dimana:

(34)

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.

0 Q CR 2 H dQ dTC 2 = − =

Sehingga didapat formulasi EOQ

PF 2CR H

2CR

Q*= =

Setelah EOQ diketahui, dapat ditentukan ekspektasi jumlah order m :

2C HR *

Q R

m= =

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

HR 2C m * Q m 1

T = = =

Titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan demand yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan, formulasi titik order :

12 RL B=

Jika Lead Time dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

52 RL B=

Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada Q dalam pemesanan total biaya mannual :

( )

Q* PR HQ*
(35)

Richard J. Tersine, 2004, 4 th, Prentice hal 94.

Gambar 2.5. Kurva Total Cost Minimum

2.2.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

Model ini merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (Joint Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai

adalah :

a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock out maupun biaya stock out.

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan

datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item

diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total

holding cost selama periode tertentu, dimana :

(

)

+

=

Rpi

Q D ki K

(36)

Dimana :

K = Biaya pemesanan yang tidak tergantung jumlah item

Ki = Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan item-i kedalam pesanan

d1 = Biaya selama periode tertentu untuk item-i

D = Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua itu

QRpi = EOQ untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah

Q*Rp = EOQ optimal untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah Total holding cost dapat diformulasikan :

= QRpi

2 h Cost Holding Total Sehingga :

(

)

+

+ = Rpi RPi Q 2 h Q D ki K TC

Nilai EOQ optimal dapat dirumuskan :

(

)

h ki K Rpi *

Q = +

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan:

i i C Rp * Q Q =

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode dirumuskan:

D Rp * Q f 1 *

T = =

(37)

2.3 Per amalan (Forecasting)

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, dan waktu yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.

Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi permalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi permintaan bersifat kompleks dan dinamis. Peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. (Nasution, A. H., 2003, Hal 29).

Peramalan memerlukan berbagai kegiatan untuk mengenali dan memantau berbagai sumber permintaan akan produk dan jasa, yang meliputi peramalan, mencatat pesanan, membuat janji penyerahan, menentukan kebutuhan unit-unit operasional untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan secara terpadu. Sasaran peramalan dapat dikategorikan berdasarkan jangka waktunya ke dalam sasaran jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera.

(38)

2.3.1 Meramal Hor ison Waktu

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horison waktu masa

depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori, yaitu :

a) Peramalan Jangka Panjang.

Peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya tiga tahun atau lebih. Digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas atau ekspansi dan penelitian serta pengembangan.

b) Peramalan Jangka Menengah.

Peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perancanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas dan menganalisis berbagai rencana produksi.

c) Peramalan Jangka Pendek.

Peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan dan tingkat produksi.

2.3.2 Macam-macam Per amalan

Secara umum, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Peramalan yang bersifat subjektif

(39)

Perbadaan antara kedua macam peramalan ini didasarkan pada cara mendapatkan nilai-nilai ramalan. Peramalan subjektif lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Peramalan subjektif diwakili oleh Metode Delphi dan Metode Penelitian Pasar.

a. Metode Delphi.

Metode ini merupakan cara sistemetis untuk mendapatkan keputusan bersama dari suatu grup yang terdiri dari para ahli dan berasal dari displin ilmu yang berbeda. Metode Delphi dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang. Selain itu, metode ini bermanfaat dalam pengembangan produk baru, pengembangan kapasitas produksi, penerobosan ke segmen pasar baru, dan strategi keputusan bisnis lainnya.

b. Metode Penelitian Pasar.

Metode ini mengumpulkan dan menganalisis fakta secara sistematis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar ini adalah survei konsumen. Hasil dari penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar peramalan permintaan produk baru.

Peramalan Objektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti

(40)

berulang pada masa akan datang. Peramalan obyektif terdiri atas dua metode, yaitu metode intrinsik dan metode ektrinsik.

a. Metode Intrinsik.

Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok pada peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi dimana dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan yang sering kali perusahaan harus melibatkan banyak item yang berbeda. Metode ini diwakili oleh analisis deret waktu (Time Series).

b. Metode Ekstrinsik.

Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang dalam model peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut metode kausal dan dapat memprediksi titik-titik perubahan. Metode ektrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini diwakili oleh metode

regresi.

2.3.3 Analisis Der et Waktu (Time Series)

(41)

Waktu Y

yang lebih besar untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan. Bilamana data yang diperlukan tersedia, suatu hubungan peramalan dapat dihipotesiskan baik sebagai fungsi dari waktu atau sebagai fungsi dari variabel bebas, kemudian diuji. Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat (4) jenis, yaitu :

a. Pola Data Hor izontal (Stationary), terjadi bilamana nilai-nilai dari data observasi berfluktuasi di sekitar nilai konstan rata-rata. Misalnya pola jenis ini terdapat bila suatu produk mempunyai jumlah penjualan yang tidak menaik atau menurun selama beberapa waktu atau periode. Gambar dari pola horisontal (stationary) ini, seperti terlihat pada Gambar 2.6

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10)

Gambar 2.6 Pola Data Horisontal (Stationary)

(42)

Waktu Y

Waktu Y

berulang secara periodik setiap tahunnya. Banyak produk yang penjualannya menunjukkan pola musiman, seprti minuman segar, ice

cream, jasa angkutan, obat-obatan tertentu dan ban mobil. Contoh pola

musiman kuartalan seperti terlihat pada Gambar 2.7

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10)

Gambar 2.7 Pola Data Musiman (Seasonal)

c. Pola Data Siklus (Cyclical), terjadi bilamana data observasi dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang yang berkaitan dengan siklus usaha. Ada beberapa produk yang penjualannya menunjukkan pola siklus, seperti mobil sedan, besi baja dan perkakas atau peralatan bengkel. Pola dari jenis ini seperti terdapat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Pola Data Siklus (Cyclical)

(43)

Waktu Y

d. Pola Data Trend (T), terjadi bilamana ada kenaikan atau penurunan dari data observasi untuk jangka panjang. Pola ini terlihat pada penjualan produk dari banyak perusahaan. Pola trend ini dapat dilihat pada Gambar 2.9

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 11)

Gambar 2.9 Pola Data Trend

2.3.4 Metode-Metode Per amalan yang Digunakan Dalam Time Series Metode yang digunakan dalam peramalan diantaranya yaitu : 1. Metode Simple Moving Average

Adalah metode Time Series yang paling sederhana. Pada metode ini diasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen Average

Level dan komponen Random Error.

Menurut Teguh Baroto, 2002 :36 rumusnya sebagai berikut :

m

f f

f f

f t t t M

t

− −

− + + +

= 1 1 2 3 ...

^

Keterangan : m = jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m ini bila minimal 2 dan maksimal tidak ada ditentukan secara subjektif).

^

t

(44)

ft = permintaan aktual pada periode t.

2. Metode Weighted Moving Average

Model peramalan Time Series dalam bentuk lain dimana untuk mendapatkan tanggapan yang lebih cepat, dilakukan dengan cara memberikan bobot lebih pada data-data periode yang terbaru dari pada periode yang terdahulu.

Menurut Teguh Baroto, 2002 :38 rumusnya sebagai berikut :

m t m

t c f c f

f c t

f = 1 1+ 2 12+ ^

) (

Keterangan : f t ^

= ramalan permintaan (real) untuk periode t. ft = permintaan aktual pada periode t.

1

c = bobot masing-masing data yang digunakan (

c=1), ditentukan secara subjektif.

m = jumlah periode yang digunakan untuk peramalan (subjektif)

3. Metode Exponential Smoothing

Adalah salah satu jenis metode peramalan Time Series yang didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru dapat diperoleh dari angka rata-rata lama dan data demand yang terbaru.

Ada beberapa metode yang dikelompokkan dalam metode exponential

smoothing, yaitu :

a. Single (Simple) Exponential Smoothing

b. Double Exponential Smoothing

c. Exponential Smoothing With Linear Trend

(45)

a. Single (Simple) Exponential Smoothing

Menurut Teguh Baroto, 2002 :39 rumusnya sebagai berikut :

^

1 ^

) 1

( −

+

= t t

t f f

f α α

Keterangan :

^

t

f = perkiraan pada periode t

α

= suatu nilai (0 <

α

< 1) yang ditentukan secara subjektif

^

f = permintaan aktual pada periode t

^

1

t

f = perkiraan permintaan pada periode t-1

b. Exponential Smoothing With Linier Trend

Merupakan sekelompok metode yang menunjukkan pembobotan menurun secara exponential terhadap nilai observasi yang lebih tua disebut sebagai prosedur pemulusan (smoothing) exponential. Seperti halnya dengan rata - rata bergerak, metode pemulusan (smoothing) exponential terdiri atas tunggal, ganda dan metode yang lebih rumit semuanya mempunyai sifat yang sama, yaitu nilai yang lebih baru diberi bobot yang relatif lebih besar dibanding nilai observasi lebih lama bentuk persamaan yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan pemulusan exponential.

FT + 1 =

α

Xt + ( 1 -

α

) Ft

Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpanan data, karena tidak perlu lagi menyimpanan semua data historis atau sebagian dari padanya. Cara lain untuk menuliskan peramalan diatas adalah dengan susunan sebagai berikut :

(46)

Dimana (et) adalah kesalahan ramalan (nilai sebenarnya dikurangi ramalan). (Makridakis, 1995).

c. Metode Double Exponential Smoothing

Menurut Teguh Baroto, 2002 :40 rumusnya sebagai berikut : F’t = a 0 + a 1 t + et

Dimana a0, a1, adalah parameter proses dan e mempunyai nilai harapan

dari 0. Misalnya β = 1-

α

, sehingga :

Ft =

= −

+

1

0

0

t

i

t i t i

f

f β

β α

Double exponential smoothing adalah modifikasi dari exponential

smoothing, yang dirumuskan sebagai berikut :

Xt[2] =

α

Xt + βX[2]t-1

Keterangan : Xt[2] = F’t = peramalan double exponential smoothing

α

= faktor smoothing dan β =1-

α

Xt = Ft

d. Metode Double Exponential Smooting With Linier Trend

(47)

menyesuaikan trend, maka nilai pelicin tunggal ditambahkan nilai-nilai pelicin ganda.

Persamaan yang dipakai dalam implementasi pemulusan exponential yang linier adalah :

S’t =

α

X 1 + ( 1 -

α

) S’t-1

S”t =

α

X 1 + (1 -

α

) S”t-1

Dimana S’t adalah nilai exponential smoothing tunggal dan S’t adalah

exponential ganda.

at = S’t +

(

S'−S't

)

2S’t – S’t

bt=

α α

1

(

S'tS't

)

Ft-m = at + bt.m

Dimana m adalah periode ke depan yang diramalkan. 4. Metode Regresi Trend Linier

(48)

Gambar 2.10 Model Gar is Regr esi Trend Linier

”Sumber: Makr idakis, 1995 :127”

Rumus yang digunakan dalam metode ini adalah : Y = a + b X

a = n Yi ∑ - b n Xi ∑ b =

(

)

2

2 Xi Xi n Yi Xi Yi Xi n ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑

Dimana Y adalah variabel yang diramalkan, X adalah Variabel waktu, serta a dan b adalah parameter atau koefisien regresi. (Makridakis, 1995).

2.3.5 Ukur an Akur asi Hasil Per amalan

Ukuran hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi. Ada 4 ukuran yang biasa digunakan, yaitu : 1. Rata-Rata Deviasi Mutlak MAD (Mean Absolute Deviation)

Merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil permalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD (Mean Absolute

Deviation) dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b X Y

(49)

=

n F A

MAD t t

Dimana :

At = Permintaan aktual pada periode-t.

Ft = Peramalan permintaan (Forecast) pada periode-t.

n = Jumlah periode peramalan yang terlibat.

2. Rata-Rata Kuadrat Kesalahan MSE (Mean Square Error)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara sistematis, MSE (Mean Square Error) dirumuskan sebagai berikut :

(

)

=

n F A

MSE t t

2

3. Rata-Rata Kesalahan Peramalan MFE (Mean Forecast Error)

MFE (Mean Forecast Error) sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu

hasil peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak bias, maka nilai MFE (Mean Forecast Error) akan mendekati nol. MFE (Mean Forecast Error) dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE (Mean Forecast

Error) dinyatakan sebagai berikut :

(

)

=

n F A

(50)

4. Rata-Rata Persentase Kesalahan Mutlak MAPE (Mean Absolute Percentage

Error)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE (Mean Absolute

Percentage Error) biasanya lebih berarti dibandingkan MAD (Mean Absolute

Deviation) karena MAPE (Mean Absolute Percentage Error) menyatakan

persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MAPE (Mean Absolute

Percentage Error) dinyatakan sebagai berikut :

      =

t t t

A F A n

MAPE 100

Dalam hal ini metode peramalan dianggap terbaik bila nilai MAPE (Mean

Absolute Percentage Error) memiliki persentase terkecil. (Nasution, 2003).

2.3.6 Ver ifikasi Dan Pengendalian Per amalan

(51)

kita harus membuat suatu metode peramalan baru. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan permintaan aktual secara teratur.

Banyak alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatar belakangi perubahan pola permintaan. Bentuk yang paling sederhana adalah peta kontrol peramalan yang mirip dengan peta kontrol kualitas. Peta kontrol peramalan ini dapat dibuat dengan dalam kondisi data yang tersedia minim.

2.3.7 MRC (Moving Range Chart)

MRC (Moving Range Chart) dirancang untuk membandingkan nilai

permintaan aktual dengan nilai peramalan. MRC (Moving Range Chart) tersebut akan dikembangkan sampai periode yang akan datang, sehingga kita dapat membandingkan data peramalan dengan permintaan aktual. Selama periode dasar

MRC (Moving Range Chart) digunakan untuk melakukan verifikasi teknik dan

parameter peramalan. Setelah metode peramalan ditetukan, maka MRC (Moving

Range Chart) digunakan untuk menguji kestabilan sistem sebab akibat yang

mempengaruhi permintaan. MR (Moving Range) dapat didefinisikan sebagai berikut :       −       −

= 1 1

^ ^

t t t

t y y y

y MR

dimana :

yt ^

(52)

1

^

t

y = data permintaan periode t-1

yt1 = data ramalan permintaan periode t-1

Adapun rata-rata MR (Moving Range) didefinisikan sebagai berikut :

− =

1

n MR MR

Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kontrol atas dan bawah pada peta MR (Moving Range) adalah :

Batas Kontrol Atas = + 2,66 MR Batas Kontrol Bawah = -2,66 MR

Dalam penentuan batas kontrol tersebut paling sedikit digunakan 10 dan atau lebih 20 nilai MR (Moving Range). Sementara itu, variabel yang akan

diplotkan ke dalam Peta Moving Range (MRC) adalah yty ^

.

2.3.8 Uji Kondisi Diluar Kendali

Uji yang paling tepat bagi kondisi diluar kendali adalah adanya titik diluar batas kendali. Teknik yang digunakan berikut ini dirancang agar dapat digunakan dengan jumlah data yang seminimal mungkin. Uji ini dilakukan dengan cara membagi peta kendali ke dalam enam bagian dengan selang yang sama.

Daerah A = Bagian sebelah luar + 2/3 (2,66 MR )

= + 1,77 MR (diatas + 1,77 MR atau dibawah – 1,77 MR ) Daerah B = Bagian sebelah luar + 1/3 (2,66 MR )

(53)

Uji kondisi diluar kendali adalah :

a. Dari tiga titik berturut-turut, ada dua atau lebih titik yang berada didaerah A. b. Dari lima titik berturut-turut, ada empat atau lebih titik yang berada didaerah

B.

c. Ada delapan titik berturut-turut, titik yang berada disalah satu sisi (diatas atau dibawah garis tengah).

Moving Range Chart (MRC) untuk kondisi diluar kendali ini dapat dilihat

dibawah ini :

Gambar 2.8. MRC (Moving Range Chart) Untuk Kondisi Diluar Kendali

“ Sumber : Nasution, 2003 ”

(John E. Biegel ; 2001)

2.4. Penelitia n Ter dahulu

(54)

1. Donna Suci Istianingr um (2006). Perencanaan dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi dengan Menggunakan Distribustion Requirement

Planning (DRP) dan Clarke Wright di Perusahaan Genteng Super Jaya.

a) Per masalahan : Bagaimana melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi sehingga dapat mengurangi total jarak perjalanan yang harus ditempuh.

b) Var iabel : Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, Biaya penyimpanan, Biaya pemesanan, Biaya Produksi, Biaya Set-up, Data jumlah dan kapasitas masing-masing kendaraan,jarak dan waktu tempuh kendaraan. c) Metode pemeca han masalah yang digunakan adalah DRP.

d) Hasil Penelitian : Didapatkan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi metode perusahaan, Total Costnya sebesar Rp. 129.273.602,96. sedangkan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 102.138.142,99. terjadi penurunan sebesar 20,99%.

2. Achmad Agus (2007). Penjadwalan Distribusi Produk Wafer Stick dengan Menggunakan Distribustion Requirement Planning (DRP) di PT. Kurnia Wijaya Aneka Industri.

a) Per masalahan : Bagaimana pendistribusian produk wafer stick dengan menggunakan metode Distribustion Requirement Planning

(DRP) di PT. Kurnia Wijaya Aneka Industri.

(55)

c) Metode pemeca han masalah yang digunakan adalah DRP.

d) Hasil Penelitian : Dengan menerapkan metode DRP, didapatkan penjadwalan yang optimal dengan hasil yang lebih baik di bandingkan dengan yang ada di perusahaan.

3. Anna Anggr aini (2007). Perencanaan Distribusi Produk Dengan Metode

Distribustion Requirement Planning (DRP) di PT. Tjakrindo Mas - Gresik

a) Per masalahan : Bagaimana membuat perencanaan distribusi produk agar permintaan semua distributor dapat terpenuhi dengan biaya seminimal mungkin.

b) Var iabel : Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, Biaya penyimpanan, Biaya pemesanan, Biaya Transportasi.

c) Metode pemeca han masalah yang digunakan adalah DRP.

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. Anggara Cipta Citra yang memproduksi udang beku, yang terletak di Jalan Muncul Industri II No 44, Sidoarjo. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan data yang diperlukan sudah memenuhi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Var iabel 3.2.1 Identifikasi Var iabel

Dalam penyelesaian permasalahan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi di PT. Anggara Cipta Citra, variabel-variabel yang digunakan adalah : a. Variabel Terikat

Total Biaya Distribusi b. Variabel Bebas

(57)

3.2.2 Definisi Oper asional Var iabel 1. Variabel Terikat

Variabel terikat yang diteliti adalah Total Biaya Distribusi (Rp). Biaya ini dihitung dari total biaya penyimpanan dan total biaya tiap kali pengiriman. 2. Variabel Bebas

Variabel-variabel bebas yang diteliti antara lain : a. Data permintaan (MC)

Data permintaan adalah jumlah permintaan yang diperoleh dari perusahaan untuk permintaan masing-masing Distributor. Data ini diperlukan untuk menghitung peramalan demand bulanan untuk tiap-tiap produk pada masing-masing-masing distributor. Data permintaan yang digunakan yaitu data permintaan bulanan produk untuk tiap-tiap

warehouse pada periode Januari 2011 sampai Maret 2012.

b. Persediaan di tangan (MC)

Persediaan produk jadi ini adalah jumlah produk yang ada di gudang, untuk menentukan projected on hand (merupakan besarnya item yang ada pada masing-masing periode). Data persediaan produk yang ada di masing – masing warehouse pada akhir bulan Desember 2010 dan akhir bulan Maret 2012.

c. Data lead time (bulan)

Lead time yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan,

(58)

d. Biaya simpan (Rp)

Biaya simpan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau untuk mengadakan dan memelihara persediaan.

e. Biaya kirim (Rp)

Biaya kirim yaitu semua pengeluaran yang timbul untuk mendistribusikan barang ke warehouse.

3.3 Langkah-langkah Pemeca han Masalah

(59)

Mulai

Survei Lapangan Studi Pustaka

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Pengumpulan Data :

a. Data Permintaan Bulan Januari 2011 sampai Maret 2012 b. Data Persediaan Produk

c. Data Lead Time d. Data Biaya Kirim e. Data Biaya Simpan

Biaya Distribusi dengan Metode Perusahaan (TC)

Menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dan Safety Stock (SS) Perencanaan Aktivitas Distribusi

Tahun 2011 Metode Per usahaan

Langkah-Langkah Perencanaan Aktivitas Distribusi Tahun 2011 Metode DRP:

a. Gross Requirement diperoleh dari hasil forecasting b. hitung Net Requirement

c. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt d.Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan

tersebut(Planned Order Release)

e. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut

Metode DRP Dipilih

Biaya Distribusi dengan M

Gambar

Tabel 2. 3. Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart
Gambar 2.4. Model Persediaan Klasik
Gambar 2.5. Kurva Total Cost Minimum
Gambar 2.6  Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran dilakukan dengan cara menawarkan langsung kepada konsumen baik di area kampus, di area tempat produksi dan promosi melalui media sosial (BBM, WA,

Karena pembiasaan agama itu akan memasukkan usur-unsur yang positif dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama maka semakin anak membiasakan

Matrik), Bank BRI Syariah KC Purwokerto diperoleh beberapa formulasi alternatif strategi dalam pemasaran produk tabungan impian yaitu: Strategi SO: Mengembangkan produk yang

yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang berjudul “Analisa Keandalan Relai Jarak Sebagai

Yang disediakan adalah suatu metode untuk memproduksi komposisi gelembung yang memiliki fase berair sebagai fase kontinyu, yang mengandung: tahap pembuatan fase minyak untuk me

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIHN), bahwa JDIHN bertujuan untuk menjamin

Oleh yang demikian satu kajian tentang cabaran-cabaran yang dihadapi oleh pensyarah dalam mengaplikasikan penggunaan teknologi maklumat semasa proses pengajaran telah

d c.. Pisau dan gunting sebelum dan sesudah digunakan pada kegiatan okulasi harus dicelup atau dibasahi dengan alkohol 70 % atau klorox 10 %. Langkah-langkah stek sambung adalah