BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kerja Praktek
Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia bisnis di zaman era
globalisasi menuntut seluruh perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai diperlukan suatu manajemen
yang dapat mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan
perusahaan agar lebih baik. Salah satu keputusan yang harus di ambil oleh
manajemen adalah tentang pengelolaan kas.
Kas adalah salah satu unsur aktiva yang paling penting karena kas
merupakan alat pertukaran dan pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaaan. Suatu perusahaan bertanggung
jawab bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran kas. Dalam hal
penerimaan kas, terdapat sumber penerimaaan yaitu penerimaan kas dari
penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Sedangkan untuk pengeluaran
kas dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu dengan menggunakan cek dan uang
tunai. Setiap transaksi perusahaan dengan pihak luar selalau menggunakan kas.
Oleh karena itu kas mempunyai sifat mudah dipindahtangankan dan tidak dapat
dibuktikan pemiliknya.
Melihat kondisi yang demikian, maka sangat penting untuk dibuatkan suatu
dengan sistem pengendalian internal perusahaan, yaitu berupa prosedur
penerimaan dan pengeluaran kas yang baik. Dengan adanya prosedur penerimaan
dan pengeluaran kas ini dapat diketahui bagaimana pergerakan keluar masuknya
uang kas, sehingga kontrol terhadap uang kas dapat berlangsung dengan baik.
Balai Besar Tekstil yang merupakan salah satu perusahaan milik pemerintah
yang berbentuk lembaga yang bergerak di bidang pembuatan kain, pengelolaan
alat dan pelatihan kerja, memerlukan adanya suatu sistem akuntansi yang
berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Hal ini dilakukan agar tidak
terjadi kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja sehingga dapat
memperlancar proses pengelolaan kas.
Berdasarkan uraian diatas, mengingat betapa pentingnya suatu prosedur
penerimaan dan pengeluaran kas, maka permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan adalah bagaimana pelaksanaan prosedur dan pemeriksaan dokumen
maupun bukti transaksi yang rapi dan sistematis terhadap posisis keuangan,
khususnya kas. Maka penulis tertarik untuk menulis laporan mengenai Balai
Besar Tekstil (BBT), dengan judul : ” TINJAUAN ATAS PROSEDUR
PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA BALAI BESAR TEKSTIL
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN BANDUNG“.
1.2. Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek 1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Maksud penulis melakukan kerja praktek ini adalah untuk mendapatkan
praktek serta menambah wawasan pengetahuan mengenai prosedur penerimaan
dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT).
1.2.1. Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan kerja praktek yang dilakukan adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai
Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung.
2. Untuk mengetahui kendala dan upaya dalam prosedur penerimaan dan
pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian
Bandung.
1.3. Kegunaan Kerja Praktek
Ada pun kegunaan yang dapat di peroleh dengan adanya kerja praktek ini,
yaitu :
a. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya mengenai prosedur
penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT)
Departemen Perindustrian Bandung.
b. Bagi instansi /Perusahaan
Membantu dalam berbagai aktifitas perusahaan dan memperoleh masukan
guna memperbaiki keselahan-kesalahan yang terjadi dalam melaksanakan
kegiatan di Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung
c. Bagi pihak lain
Sebagai bahan referensi dan acuan untuk penulis selanjutnya atau peneliti
lainnya.
1.4. Metode Kerja Praktek
Metode penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja
Praktek adalah metode Block Release yaitu penulis melakukan kerja praktek pada
waktu yang telah ditentukan yaitu pada hitungan bulan atau semester tertentu.
Dalam arti proses belajar diperkuliahan dilakukan beberapa bulan secara
terus-menerus, kemudian pada waktu tertentu dilakukan diperusahaan.
1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi Balai Besat Tekstil terletak di Jalan Jendral A. Yani NO. 390
Bandung 40272, telepon (022) 7206214.
Penulis melakukan Kerja Praktek pada Tanggal 19 Juli sampai dengan
Table 1.1 Waktu Kerja Praktek
Keterangan Juli Agst sept okt nov des 2010
I.Persiapan
1. Mengambil surat izin kerja praktek
2. Survei kerja praktek
3. Mengajukan kerja praktek ke perusahaan
II.Pelaksanaan
1. Mengajukan surat izin kerja praktek
2. Meminta surat pengantar perusahaan
3. Kerja praktek
III. III.Pelaporan
1. Bimbingan dan Penyusunan
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Balai Besar Tekstil yang selanjutnya dalam Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 778/MPP/Kep/11/2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Tekstil disebut BBT adalah unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan uang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri dan Perdagangan.
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1922 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Balai Percobaan
Pertenunan yang di kenal dengan nama “Textiel Intriching Bandoeng (TIB)”
bernaung dibawah Departemen van Landbouw, Nijverheid en Handel. Pendirian
lembaga ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan kepada industri tekstil,
terutama kepada pertenunan rakyat dengan memperkenalkan teknologi tekstil
yang lebih maju.
Selama pendudukan Jepang sampai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini
mengalami beberapa kali penggantian nama pada tahun 1966 lembaga ini diberi
nama Institute Teknologi Tekstil. Tugas utama Institute Teknologi Tekstil adalah
menyelenggarakan penelitian, pengembanhgan dan pendididikan. Kegiatan
pendidikan mencakup program pendidikan tinggi tekstil untuk tingkat sarjana
Pada tahun 1979 Institut Teknologi Tekstil mengalami pembagian struktur
menjadi dua lembaga, yaitu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri
Tekstil serta Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Pada tahun 2002 Balai Besar Penelitian dan Pengembanagan Industri
Tekstil yang bernaung dibawah Badan Penelitian dan Pengembanagan Industri
dan Perdagangan Departemen Perindustrian dan Perdagangan mengalami
perubahan nama dan stuktur menjadi Balai Besar Tekstil atau di singkat BBT.
Sejak didirikannnya, lembaga ini telah banyak memberikan sumbanagn
dalam rangka pengembangan Industri Tekstil di Indonesia dengan memberikan
pelayanan informasi,konsultasi, pengadaan kursus-kursus, penerbitan sertikat
moto produk serta melakukan penelitian dan pengembanagan.
Visi Balai Besar Tekstil (BBT)
Sejak berdiri tahun 1922 Balai Besar Tekstil hingga kini terus-menerus
berupaya meningkatkan kualitas layanan pada pelanggannya (customer service
quality) yang berorientasi pada kebutuhan dan selalu berinisiatif untuk melayani
pelanggan. Berbagai pembenahan terus-menerus diupayakan antara lain seperti
peningkatan kompetensi SDM sesuai bidang keahliannya, membangun budaya
korporasi yaitu disiplin, efisien, produktif dan pemasar yang baik, mengakreditasi
Laboratorium Pengujian Tekstil, Laboratorium Pengujian Lingkungan dan
Laboratorium Kalibrasi, Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) dan Lembaga
Sertifikasi Produk (LSPro) TPT oleh KAN, melengkapi dan memperbarui
peralatan uji TPT dan mesin/ peralatan proses tekstil, merenovasi prasarana
yaitu komitmen dari seluruh stockholder untuk mengembangkan Balai Besar
Tekstil sebagai lembaga penyedia jasa pelayanan teknis bidang tekstil yang
unggul dan terpercaya.
Sejalan dengan perkembangannya, dengan sumber daya yang ada saat ini
dan pengembangannya di masa mendatang serta fokus terhadap litbang dan jasa
pelayanan teknis bidang tekstil, Balai Besar Tekstil akan mampu memberikan
respon terhadap kebutuhan pelanggan dan menindaklanjuti kebutuhan tersebut
sehingga akan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Kegiatan
litbang diupayakan akan teraplikasi di industri TPT sehingga akan memberikan
nilai tambah maupun meningkatkan daya saing produk TPT dengan dukungan
sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan profesional serta sarana dan
prasarana yang lengkap dan modern. Atas dasar hal-hal penting tersebut, maka
visi Balai Besar Tekstil dirumuskan sebagai berikut:
“Menjadi lembaga yang unggul dan terpercaya dengan reputasi nasional dalam
bidang tekstil”.
Pengertian lembaga yang “unggul” dipersepsikan sebagai suatu lembaga
penyedia jasa yang relatif lebih siap karena berdaya saing tinggi dibandingkan
dengan pesaing yang ada saat ini maupun mendatang dengan dukungan
sumberdaya yang dimiliki Balai Besar Tekstil dan sekaligus menjadi referensi
bagi industri TPT, lembaga litbang sejenis, perguruan tinggi, asosiasi profesi dan
lembaga lainnya dalam memberikan jasa pelayanan teknis bidang tekstil.
Demikian pula dengan pengertian lembaga “terpercaya” dapat diartikan sebagai
solusi terhadap masalah yang dihadapi dengan kualitas layanan yang prima dan
memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan pelanggan karena jasa
pelayanan teknis Balai Besar Tekstil memiliki kemampuan telusur yang tinggi,
ketepatan, kecepatan dan tepat waktu dengan dukungan Lab uji terakreditasi dan
SDM yang profesional dan kompeten.
Misi Balai Besar Tekstil (BBT)
Dalam rangka mencapai visi tersebut di atas, dengan mengacu pada Tugas
Pokok dan Fungsi Balai Besar Tekstil dan memperhatikan harapan stockeholder,
selanjutnya dirumuskan misi Balai Besar Tekstil sebagai berikut:
1. Mengembangkan litbang terapan bidang tekstil berbasis sumber daya alam dan
keunggulan desain sesuai dengan kebutuhan industri TPT
2. Mengembangkan jasa dalam bidang pengujian, kalibrasi dan sertifikasi yang
berorientasi pada pelanggan
3. Meningkatkan kemampuan industri TPT melalui pengembangan kompetensi
dan alih teknologi.
4. Meningkatkan jasa pelayanan teknis melalui kerjasama kemitraan dengan
industri TPT, organisasi sejenis, organisasi profesi dan lembaga lainnya.
5. Meningkatkan kemampuan organisasi dan SDM profesional
Balai Besar Tekstil sebagai penyedia jasa pelayanan teknis bidang
tekstil bagi industri TPT tetap berupaya memelihara dan bahkan meningkatkan
reputasi sebagai brand dalam bentuk nama ”Balai Besar Tekstil” yang sudah lama
dikenal luas oleh masyarakat industri TPT melalui promosi yang terarah pada
2.2. Struktur Organisasi BBT
Struktur adalah gambaran yang memperlihatkan suatu susunan yang logis,
tertib dan memperlihatkan hubungan yang serasi dalam sebuah organisasi. Kita
akan mendapat gambaran mengenai unit-unit perusahaan secara keseluruhan
maupun antara hubungan yang satu dengan yang lain mengenai kekuasaan
maupun batasan-batasan tanggung jawabnya.
Struktur organisasi juga akan memudahkan pimpinan perusahaan dalam
mengatur dan mengkoordinasikan unit kerja atau bagian-bagian yang terlibat di
dalam organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetepkan.
Struktur organisasi diperlukan bagi perusahaan agar tercipta situasi kerja
yang teratur dan lancar tanpa terjadi tumpang tindih tugas, wewenang dan
tanggung jawab.
Adapun struktur organisasi Balai Besar Tekstil ( BBT) terdiri dari :
1. Balai Besar Tekstil
2. Bagian Tata Usaha, terdiri dari :
1. Subbagian Program dan Pelaporan
2. Subbagian Keuangan
3. Subbagian Kepegawaian
3. Bidang Pengembangan Jasa Teknis, terdiri dari :
1. Seksi Pemasaran
2. Seksi Kerjasama
3. Seksi Informasi
4. Bidang Sarana Riset dan Standardisasi, terdiri dari :
1. Seksi Sarana Riset Teknik Tekstil
2. Seksi Sarana Riset Kimia Tekstil
3. Seksi Standardisasi
5. Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi, terdiri dari :
1. Seksi Pengujian
2. Seksi Sertifikasi
3. Seksi Kalibrasi
6. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi, terdiri dari :
1. Seksi Konsultasi
2. Seksi Pelatihan Teknis
3. Seksi Alih Teknologi
2.3. Uraian Tugas atau Jabatan
Balai Besar Tekstil (BBT) di dalam melaksanakan kegiatan operasional,
didasarkan kepada tugas dan wewenang yang disesuaikan dengan susunan struktur
organisasi. Adapun tugas dan wewenang tersebut adalah sebagai berikut :
2.3.1. Balai Besar Tekstil
BBT mempunyai tugas, melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, kerjasama, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan
kompetensi industri tekstil sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, BBT
menyelenggarakan fungsi :
a. Penelitian dan pengembangan, pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan
baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan dan pelaksanaan pelayanan
dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi/penyuluhan, alih teknologi serta
rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan
pencemaran industri.
b. Pelaksanaan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan
teknologi informasi.
c. Pelaksanakan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan
produk industri tekstil, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.
d. Pelaksanaan perencanaan, pengelolaan, dan koordinasi sarana dan prasarana
kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBT, serta penyusunan
2.3.2. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada semua unsur di lingkungan BBT. Adapun yang mencakup
bagian tata usaha yaitu :
1. Subbagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan urusan
program, monitoring, evaluasi, dan laporan.
2. Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan
inventarisasi barang milik negara.
3. Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan perencanaan dan
pengembangan serta pelaksanaan urusan kepegawaian dan kesejahteraan
pegawai.
4. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat,
kearsipan, perjalanan dinas, rumah tangga, keamanan, perlengkapan,
pemeliharaan dan perawatan gedung, peralatan kantor dan laboratorium.
2.3.3. Bidang Pengembangan Jasa Teknik
Bidang Pengembangan Jasa Teknik mempunyai tugas melaksanakan
pemasaran, kerjasama, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi.
Dalam melaksanakan tugas di atas, Bidang Pengembangan Jasa Teknik
menyelenggarakan fungsi:
a. Perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, desiminasi hasil kegiatan, kontrak
kerjasama usaha, pelayanan pelanggan dan pengembangan pasar.
c. Pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
perpustakaan.
Bagian Pengembangan Jasa Teknis terdiri dari :
1. Seksi Pemasaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemasaran,
desiminasi hasil kegiatan, kontrak kerjasama usaha, pelayanan pelanggan dan
pengembangan pasar.
2. Seksi Kerjasama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerjasama
dan negosiasi kerjasama usaha.
3. Seksi Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan
perpustakaan.
2.3.4. Bidang Sarana Riset dan Standardisasi
Bidang Sarana Riset dan Standardisasi mempunyai tugas
melakukan kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan pengkoordinasian penggunaan
sarana dan prasarana kegiatan penelitian dan pengembangan di lingkungan BBT,
serta penyusunan dan penerapan standar produk industri tekstil dan produk tekstil.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud berikut, Bidang Sarana Riset
dan Standardisasi menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknik
tekstil.
c. Perencanaan, pengkajian, penelitian, pengembangan, perancangan,
penerapan, dan revisi standar di bidang industri tekstil.
Tugas pokok dari subbagian sarana riset dan standardisasi yaitu :
1. Seksi Sarana Riset Teknik Tekstil mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan
teknik tekstil.
2. Seksi Sarana Riset Kimia Tekstil mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan
kimia tekstil.
3. Seksi Standardisasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pengkajian, pengembangan, perancangan, penerapan, dan revisi
standar di bidang industri tekstil.
2.3.5. Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi
Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi mempunyai tugas melakukan
kegiatan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, dan produk
industri tekstil, serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Bidang
Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan baku, bahan pembantu, dan
produk industri tekstil, melakukan evaluasi hasil pengujian, menerbitkan
laporan hasil uji, dan menyusun serta melaporkan kegiatan pengujian produk
b. Perencanaan dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu, produk, keamanan,
keselamatan, pengambilan contoh, memberikan jasa. pelayanan sertifikasi,
penyusunan dan penerbitan sertifikat, serta memelihara sistem sertifikasi.
c. Perencanaan dan pelaksanaan kalibrasi internal dan eksternal untuk mesin dan
peralatan, mengevaluasi hasil kalibrasi, menerbitkan sertifikat kalibrasi,
melaksanakan sertifikasi ulang, dan menyusun serta melaporkan kegiatan
kalibrasi.
Bidang Pengujian, Sertifikasi dan Kalibrasi terdiri dari:
1. Seksi Pengujian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengujian
bahan baku, bahan pembantu, dan produk industri tekstil, melakukan evaluasi
hasil pengujian, menerbitkan laporan hasil uji, dan menyusun serta
melaporkan kegiatan pengujian produk industri tekstil.
2. Seksi Sertifikasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan sertifikasi
atas sistem mutu produk, keamanan, keselamatan, pengambilan contoh,
memberikan jasa pelayanan sertifikasi, dan memelihara sistem sertifikasi
supaya tetap dapat diterapkan secara konsisten.
3. Seksi Kalibrasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
kalibrasi internal dan eksternal untuk mesin dan peralatan, mengevaluasi hasil
kalibrasi, menerbitkan sertifikat kalibrasi, melaksanakan sertifikasi ulang, dan
2.3.6. Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi
Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi mempunyai tugas
melakukan kegiatan pelayanan dalam bidang pelatihan teknis, konsultansi, alih
teknologi, rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi, dan
penanggulangan pencemaran industri.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21,
Bidang Pengembangan Kompetensi dan Alih Teknologi menyelenggarakan
fungsi:
a. Perencanaan dan pelaksanaan konsultansi kepada masyarakat industri tekstil.
b. Perencanaan dan pelaksanaan program pelatihan teknis tenaga industri tekstil.
c. Perencanaan dan pelaksanaan alih teknologi, rancang bangun dan
perekayasaan industri, inkubasi, dan penanggulangan pencemaran industri.
Bidang ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
1. Seksi Konsultansi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
konsultansi kepada masyarakat industri tekstil.
2. Seksi Pelatihan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
program pelatihan teknis tenaga industri tekstil.
3. Seksi Alih Teknologi dan Inkubasi mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan alih teknologi, rancang bangun dan perekayasaan industri, inkubasi,
2.3.7. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatansesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan
Balai Besar Tekstil (BBT) merupakan lembaga pemerintah yang bergerak
di sektor Departemen Perindustrian dan Perdagangan. BBT menyesuaikan misi
organisasi dengan kebutuhan nyata masyarakat industri dibidang teknologi
industri tekstil. Unit pelaksanaan Balai Besar Tekstil (BBT) bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.
Kebijakan Departemen Perindustrian pada Balai Besar Tekstil (BBT)
meliputi kewenangan untuk mengatur, membina, mengawasi, mengendalikan, dan
mengembangkan usaha industri.
Adapun kegiatan yang dilakukan di Balai Besar Tekstil (BBT) adalah :
1. Meneliti pengembangan industri
2. Membuat kerjasama, dan standardisasi
3. Melakukan pengujian, sertifikasi dan kalibrasi
4. Mengembangkan kompetensi industri kecil
BBT merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa, yaitu
jasa pengujian kualitas barang tekstil. Bentuk output dari pengujian kualitas
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Berdasarkan pelaksanaan kerja praktek di Balai Besar Tekstil (BBT)
Departemen Perindustrian Bandung. Penulis di tempatkan di bagian keuangan
khususnya pada bagian Pengeluaran Kas. Tugas dibagian pengeluaran kas yaitu
melakukan input transaksi pengeluaran perusahaan serta menyetorkan pajak
kepada Negara.
3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Bagian pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil memiliki beberapa tugas
penting yaitu, malakukan input transaksi kuitansi berdasarkan Surat Perintah
Membayar (SPM) yang telah disetujui sebelumnya oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN). Dalam hal ini apabila KPPN belum menyetujui
SPM yang telah diajukan, maka tidak akan dibuatkan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) yang digunakan untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Selain itu bagian pengeluaran
kas juga mempunyai tugas memungut dan menyetorkan pajak kepada Negara
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta melakukan pembukuan terhadap
semua jenis belanja perusahaan.
Selama penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Tekstil (BBT),
yang dilakukan penulis selama melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Tekstil
Departemen Perindustrian Bandung adalah sebagai berikut :
Menginput data transaksi SPM yang telah dikelompokan sebelumya ke dalam
program komputerisasi.
Menginput daftar gaji setiap pegawai yang sudah dikelompokan kedalam
komputer.
3.2.1. Pengertian Prosedur
Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan
untuk mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan
tersebut. Oleh karean itu, setiap perusahaan baik itu swasta ataupun pemerintah
hendaknya memiliki prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang
kelancaran operasional perusahaan.
Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan
yang akan di capai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik. Dalam
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2006:466) dinyatakan bahwa
“Prosedur merupakan (a) tahap-tahap kegiatan di dalam malaksanakan
suatu kegiatan dan, (b) metode langkah dini, langkah secara nyata dalam
memecahkan suatu masalah”.
Mulyadi (2001:5) menyatakan :
Selain itu, definisi prosedur menurut Ardiyos (2006:457), yaitu :
“Prosedur adalah suatu kegiatan sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam”. Sedangkan menurut Sumadji (2006:527) menyatakan :
“Prosedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas,
prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk memecahkan suatu permasalahan”.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang
merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu tindakan secara sistematis dana
jelas dimana melibatkan beberapa orang yaitu antara satu dengan orang lain yang
bertanggungjawab pada setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu kegiatan
usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan
yang diharapkan
3.2.2. Pengertian Kas
Setiap perusahaan memerlukan kas dalam menjalankan aktivitas usahanya baik sebagai alat tukar dalam memperoleh barang atau jasa maupun sebagai
investasi dalam perusahaan tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian
kas, Standar Akuntansi Keuangan (2002:85) memberikan pengertian
“Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk
Menurut Soemarso S.R (2004:54) dalam bukunya Akuntansi Suatu
Pengantar “Kas adalah uang dalam bentuk tunai maupun rekening bank yang dimiliki oleh suatu perusahaan”.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2004:83) menyatakan “Kas merupakan alat
pertukaran dan juga sebagai ukuran dalam akuntansi”.
Dalam neraca kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering
berubah.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kas merupakan
alat pertukaran dan alat pembayaran yang diterima untuk pelunasan hutang dan
dapat diterima sebagai setoran ke bank dengan jumlah sebesar nilai nominalnya.
Kas merupakan simpanan dalam bank atau tempat lain yang dapat diambil
sewaktu-waktu.
Kas sangat penting artinya karena, menggambarkan daya beli dan dapat ditransfer segera dalam perekonomian pasar kepada setiap individu dan organisasi
dalam memperoleh barang dan jasa yang diperlukan. Kas juga menjadi begitu
penting karena setiap perusahaan dan bahkan pemerintah harus mempertahankan
posisi keuangan yang memadai, yakni mereka harus memiliki sejumlah uang yang
mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar entitas
bersangkutan dapat beroperasi.
Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas sehari-hari
dapat disamakan dengan uang tunai yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran
lancar terutama dalam kegiatan pengeluaran kas yang meliputi pembelian barang
dan jasa, membayar hutang, membiayai operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya.
Dalam aktiva perusahaan, kas digunakan sebagai alat pembayaran baik
secara langsung maupun tidak langsung serta merupakan dasar pengukuran dan
pencatatan semua data transaksi. Dalam penyajian neraca maka kas biasanya
dicantumkan pada urutan pertama dari perkiraan yang merupakan aktiva lancar
karena kas dapat digunakan tanpa memerlukan waktu lama. Kas dapat dikatakan
merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca. Karena berlaku
sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas terlihat secara langsung dalam
hampir semua transaksi usaha.
Karena kas merupakan alat pembayara yang siap dan bebas dipergunakan
untuk membiayai kegiatan perusahaan maka merupakan alat pertukaran yang
paling disenangi dan paling mudah diterima, baik untuk setoran uang ke bank,
untuk pelunasan utang maupun untuk membayar semua transaksi yang berkaitan
dengan kegiatan (operasional) perusahaan dengan jumlah yang sesuai dengan nilai
nominal.Hal ini sesuai dengan sifat-sifat kas yaitu :
a. Kas terlalu terlibat dalam hampir semua transaksi perusahaan.
b. Kas merupakan harta yang siap dan muda untuk digunakan dalam transaksi
serta ditukarkan dengan harta lain, mudah dipindahkan dan beragam tanpa
tanda pemilik.
c. Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus di jaga sedemikian
Pengolahan kas dapat dikriteriakan sebagai berikut :
a. Diakui secara umum sebagai alat pembayaran yang sah
b. Dapat digunakan setiap saat bila dikehendaki
c. Penggunaannya secara bebas
d. Diterima sesuai nilai nominalnya pada saat kas tersebut diuangkan.
Karena sifatnya yang sangat mudah untuk dipindah tangankan dan tidak
dapat dibuktikan pemiliknya, maka kas mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu
diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumya suatu sistem
pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan,
pelaksana dan pencatatan. Tanpa adanya pemisahan fungsi seperti diatas, akan
mudah menggelapkan uang kas.
Karena bentuk kas dan jenis perusahaan bermacam-macam, maka sistem
pengawasan intern suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lain. Tetapi
ada dasar-dasar tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan
pengawasan terhadap kas, sebagai berikut :
1. Penerimaaan Uang
Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber
antara lain dari panjualan tunai, pelunasan piutang atau pinjaman.
Prosedur-prosedur pengawasan yang dapat digunakan antara lain :
a. Harus ditunjukan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas harus
segera dicatar dan setor ke bank.
b. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurus kas dengan fungsi
c. Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan
pencatatan kas, selain itu juga harus dibuat laporan kas.
2. Pengeluaran Uang
Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar segala
macam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalnkan dengan ketat,
seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selishnya digelapkan. Beberapa
prosedur pengawasan yang penting adalah sebagai berikut :
a. Semua pengeluaran uang menggunakn cek, kecuali untuk
pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
b. Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.
c. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung oleh bukti-bukti yang
lengkap dengan kata lain digunakan sistem voucher.
d. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti
pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek, dan yang
mencatat pengeluaran cek.
e. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu.
f. Diharusakan membuat laporan kas harian.
Dengan diterapkannya prinsip-prinsip pengawasan intern terhadap kas seperti
yang telah disebutkan diatas, timbul beberapa masalah yaitu mengenai
pembentukan kas kecil dan karena adanya rekening giro bank maka setiap
periode perlu diadakan rekonsiliasi antara saldo kas dengan saldo menurut laporan
3.2.3. Pengertian Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001:456) dalam bukunya Sistem akuntansi
menggolongkan penerimaan kas berasal dari dua sumber utama, yaitu
“penerimaan kas dari penjulan tunai dan penerimaan kas dari piutang,
dimana penerimaan kas dari penjualan tunai dikelompokan dalam tiga prosedur”, yaitu :
1. Penerimaan kas dari Over The Counter Sales
Dalam penjualan tunai ini pembeli datang ke perusahaan melakukan pemilihan
barang yang akan dibeli. Penerimaan kas dari over the counter sales
dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut :
a. Pembeli memesan barang secara langsung kepada nirawiaga di
perusahaan.
b. Bagain kassa menerima pembayaran dari pembeli yang dapat berupa
uang, cek atau kartu kredit.
c. Bagian penjualan memerintahkan bagian pengiriman untuk menyerahkan
barang kepada pembeli.
d. Bagian pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
e. Bagian kassa menyetor kas yang diterima ke bank.
f. Bagian akuntansi mencatat pendapatan penjualan dalam jurnal penjualan.
g. Bagian akuntamsi mencatat penerimaan kas dari penjualan tunai dalam
2. Penerimaan Cash On Delivery Sales (COD sales)
COD adalah transaksi penjualan yang melibatkan kantor pos, perusahaan
angkutan umum atau angkutan sendiri dalam penyerahan dari penerimaan kas
dari hasil penjualan COD sales melalui pos dilaksanakn dengan prosedur
sebagai berikut :
a. Pembeli memesan barang lewat surat yang dikirim melalui kantor pos.
b. Penjual mengirim barang melalui kantor pos pengirim barang dengan cara
mengisi formulir COD sales di kantor pos.
c. Kantor pos mengirim formulir COD sales sesuai instruksi penjual pada
kantor pos penerima.
d. Kantor pos menerima pada saat diterimanya barang dan formulir COD
sales memberitahukan kepada pembeli barang tentang diterimanya
kiriman barang COD sales.
e. Pembeli membawa surat panggilan ke kantor pos penerima dan
melakukan pembayaran sejumlah yang tercantum dalm formulir COD
sales, kantor pos penerima menyerahkan barang kepada pembeli.
f. Kantor pos penerima memberitahukan kepada kantor pos pengirim bahwa
COD sales telah dilaksanakan.
g. Kantor pos pengirim memberitahukan penjual bahwa COD sales telah
selesai dilaksanakan, sehingga penjual dapat mengambil kas yang
3. Penerimaan dari Credit Card Sales
Sebenarnya credit card bukan merupakan suatu tipe penjualan namun
merupakan salah satu cara pembayaran bagi pembeli dan sarana penagihan
bagi penjual.
Katru kredit dapat digolongkan menjadi tiga kelompok :
a. Kartu kredit bank (bank cards)
b. Kartu kredit perusahaan (company cards)
c. Kartu kredit berpergian dan hiburan (travel end entertainment cards)
Penerimaan kas dari penjualan tunai dapat berupa uang tunai, credit card,
atau cek pribadi.
Penerimaan kas dari piutang dapat melalui berbagai cara, yaitu :
1. Melalui penagihan perusahaan
2. Melalui pos
3. Melalui lock-box collection plan
Diantara berbagi cara penagihan piutang tersebut, penerimaan kas dari
piutang seharusnya mewajibkan debitur melakukan pembayaran dengan
menggunakan cek atas nama, yang secara jelas mencantumkan nama perusahaan
yang berhak menerima pembayaran diatas cek. Dengan cek atas nama ini,
perusahaan akan terjamin menerima kas dari debitur, sehingga kecil kemungkinan
orang tidak dapat berhak menguangkan cek yang diterima dari debitur untuk
kepentingan pribadinya. Penerimaan kas dari piutang dapat berupa cek atau giro
3.2.4.Dokumen-dokumen Penerimaan Kas
Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penerimaan kas dari penjualan
tunai, antara lain :
1. Faktur penjualan tunai, dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai
informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan
tunai.
2. Pita register kas, merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh
fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang
dicatat dalam jurnal penjualan.
3. Credir card sales slip, dokumen ini berfungsi sebahai alat untuk menagih
uang tunai dari bank ynag mengeluarkan kartu kredit, untuk tansaksi
penjualan yang telah dilakukan oleh pemegang kartu kredit.
4. Bill of leading, dokumen ini merupakan bukti penyerahan barang dari
perusahaan kepada perusahaa angkutann umum.
5. Faktur penjualan Cash On delivery, dokumen ini digunakan untuk merekam
transaksi Cash On Delivery.
6. Bukti setoran bank, dolumen ini dibuat oleh fungsi bendahara sebagai bukti
penyetoran kas ke bank.
7. Rekapitulasi harga pokok penjualan, dokumen ini digunakan oleh fungsi
akuntansi untuk meringkas harga pokok prosuksi yang dijual selama satu
3.2.5. Pengertian Pengeluaran Kas
Pengeluaran kas adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai biaya
operasional suatu perusahan atau instansi pemerintah. Menurut Mulyadi
(2001:455) “Secara garis besar pengeluaran kas perusahaan dilakukan
dengan dua cara yaitu, pengeluaran kas dengan uang tunai (dengan melalaui dana kas kecil) dan pengeluaran kas dengan cek”. Pengeluaran kas dengan cek dinilai lebih aman dibandingkan dengan pengeluaran kas secara tunai.
Adapun kebaikan pengeluaran kas melalui cek ditinjau dari pengendalian
internnya, sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan cek atas nama berwenang, pengeluaran cek akan
diterima oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek.
2. Dengan menggunakan cek, pencatatan transaksi pengeluaran kas juga akan
direkam oleh pihak bank.
3.3. Pembahasan Kerja Praktek
3.3.1. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung
Penerimaan kas di Balai Besar Tekstil sebagian besar berasal dari anggaran Negara yang disebut Rupiah Murni (RM), karena BBT merupakan
lembaga milik pemerintah. Namun selain penerimaan RM Balai Besar Tekstil
juga mendapatkan penerimaan kas dari usaha penjualan jasa dari hasil uji kalibrasi
Penerimaan dari penjualan jasa tersebut dapat digunakan untuk biaya
opersional perusahaan yang tercantum pada daftar anggaran yang telah ditetapkan.
Penerimaan dari penjualan jasa uji kalibrasi di Balai Besar Tekstik (BBT) dapat
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :
a. Pelanggan menyerahkan contoh uji kalibrasi kepada seksi kerjasama..
b. Penerimaan contoh uji kalibrasi disahkan dan dibuatkan bon oleh seksi
kerjasama.
c. Pembuatan laporan dilakukan di bagian lab uji/ kalibrasi.
d. Bagian kejasama menyerahkan laporan dan membuat rincian biaya.
e. Pelanggan menerima rincian biaya dan malakukan pembayaran.
f. Bagian Kassa menerima pembayaran dan menyetor kas ke bendahara.
g. Bendahara menyetor penerimaan ke kas Negara dan apabila diterima 94% dari
kas yang disetor dapat digunakan melalui penerimaan PNBP.
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Perbedaharaan Nomor : PER- 66
/PB/2005, Balai Besar Tekstil menjalankan mekanisme pengeluaran anggaran
sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun prosedur pengeluran kas yang dilakukan
Balai Besar Tekstil (BBT) adalah sebagai berikut :
1. Bendahara melakukan input transaksi pengeluaran.
2. Dibuat Surat Pernyataan Pertanggungjawaban (SPTJB) yang berisi rekapan
kuitansi dari transaksi.
3. Transaksi yang telah dikelompokan dimasukan kedalam dokumen yang disebut
SPP (Surat Perintah Pembayaran). SPP adalah suatu dokumen yang
kegiatan dan disampaikan kepada Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna
Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk selaku pemberi kerja untuk
selanjutnya diteruskan kepada pejabat penerbit SPM berkenaan. Isi dari SPP
adalah rekapan akun anggaran Balai Besar Tekstil.
Berikut adalah prosedur pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
untuk penerbitan SPM, dibuat dengan menggunakan format dan kelengkapan
persyaratannya diatur sebagai berikut :
1. SPP-UP (Uang Persediaan)
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang
ditunjuk, menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan
LS.
2. SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan)
a. Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dari
Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.
b. Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang
ditunjuk bahwa :
1. Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluan
mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu
bulanterhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D
2. Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke Rekening Kas
3. Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan
secara langsung.
c. Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.
3. SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)
a. Kuitansi/tanda bukti pembayaran.
b. SPTB ( Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja)
c. Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh Kuasa
d. Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.
4. SPP Untuk Pengadaan Tanah
Pembayaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan
melalui mekanisme pembayaran langsung (LS). Apabila tidak mungkin
dilaksanakan melalui mekanisme LS, dapat dilakukan melalui UP/ TUP.
Pengaturan mekanisme pembayaran adalah sebagai berikut:
a. SPP-LS (Pembayaran Langsung)
1. Persetujuan Panitia Pengadaan Tanah untuk tanah yang luasnya
lebih dari 1 (satu ) hektar di kabupaten/ kota
2. Foto copy bukti kepemilikan tanah
3. Kuitansi
4. SPPT PBB tahun transaksi
5. Surat persetujuan harga
6. Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalamsengketa
dan tidak sedang dalam agunanPelepasan/ penyerahan hak atas
7. SSP PPh final atas pelepasan hak
8. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan).
b. SPP-UP/TUP
1. Pengadaan tanah yang luasnya kurang dari 1 (satu) hektar
dilengkapi persyaratan daftar nominatif pemilik tanah yang
ditandatangani oleh Kuasa PA.
2. Pengadaan tanah yang luasnya lebih dari 1 (satu) hektar dilakukan
dengan bantuan panitia pengadaan tanah di kabupaten/ kota
setempat dan dilengkapi dengan daftar nominatif pemilik tanah dan
besaran harga tanah yang ditandatangani oleh Kuasa PA dan
diketahui oleh Panitia Pengadaan Tanah (PPT).
3. Pengadaan tanah yang pembayarannya dilaksanakan melalui UP/
TUP harus terlebih dahulu mendapat ijin dispensasi dari Kantor
Pusat Ditjen PBN / Kanwil Ditjen PBN sedangkan besaran uangnya
harus mendapat dispensasi UP/ TUP sesuai ketentuan yang berlaku.
5. SPP-LS untuk pembayaran gaji, lembur dan honor/ vakasi
a. Pembayaran Gaji Induk/ Gaji Susulan/ Kekurangan Gaji/ Gaji Terusan/
Uang Duka Wafat/ Tewas, dilengkapi dengan Daftar Gaji Induk/ Gaji
Susulan/ Kekurangan Gaji/ Uang Duka Wafat/Tewas, SK CPNS, SK
PNS, SK Kenaikan Pangkat, SK Jabatan, Kenaikan Gaji Berkala, Surat
Pernyataan Pelantikan, Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan,
Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas, Daftar Keluarga (KP4),
Potongan Sewa Rumah Dinas, Surat Keterangan Masih Sekolah/Kuliah,
Surat Pindah, Surat Kematian, SSP PPh Pasal 21. Kelengkapan tersebut
di atas digunakan sesuai peruntukannya.
b. Pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaran perhitungan
lembur yang ditandatangani oleh Kuasa (Pengguna Anggaran) PA/
Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran satker/ SKS yang
bersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar hadir kerja, daftar
hadir lembur dan SSP PPh Pasal 21.
c. Pembayaran Honor/ Vakasi dilengkapi dengan surat keputusan tentang pemberian honor vakasi, daftar pembayaran perhitungan honor/ vakasi
yang ditandatangani oleh Kuasa PA/ Pejabat yang ditunjuk dan
Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan, dan SSP PPh Pasal 21.
4. Dokumen yang telah dimasukan, selanjutnya dibuat Surat Perintah Membayar
(SPM). SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan
dana yang bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan anggaran (DIPA) atau
dokumen lain yang dipersamakan.
Dalam tahap ini, dokumen-dokumen pendukung besrta SPP yang telah
diterbitkan oleh pejabat pembuat SPP diterima oleh petugas penerima SPP
untuk diterusakan kepada pejabat penerbit SPM. Pejabat penerbit SPM
1. Penerimaan dan Pengujian SPP
Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check
list kelengkapan berkas SPP, mencatatanya dalam buku pengawasan
penerimaan SPP dan membuat atau menandatangani tanda terima SPP
berkenaan. Selanjutnya petugas penerima SPP menyampaikan SPP
dimaksud kepada pejabat penerbit SPM.
2. Pejabat penerbit SPM melakukan pengujuan atas SPP sebagai berikut :
a. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk
memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak tidak melampaui batas
pagu anggaran.
c. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :
1. Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama orang/
perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank).
2. Nilai tagihan yang akan dibayar harus sesuai dengan hasil kerja
yang dicapai dan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak.
Pemilihan SPM :
SPM asli di cocokkan dengan daftar penguji.
SPM asli dibubuhi dengan masing-masing daftar penguji lembaran putih
yang telah disobek terlebih dahulu.
Tembusan SPM yang terdiri dari dua lembar dipilih kembali. Lembar
pertama disatukan kembali dengan daftar penguji dan lembar kedua
diserahkan kepada Bagian Tata Usaha.
Apabila ada SPM (yang ada potongannya) tidak dilampiri tanda bukti
potongan (SSP), maka SPM dikembalikan lagi ke Kasubag Keuangan
untuk dilengkapi.
SPM akan dikembalikan ke bagian Perbendaharaan Keuangan apabila :
SPM tidak sama dengan daftar penguji.
SPM tidak dilampiri tanda bukti potongan.
Tanda bukti potongan (SSP) tidak sesuai dengan SPM.
SPM tidak jelas menunjukan peruntukan Bank/Rekening.
Nilai nominal SPM tidak jelas atau tidak sama dengan penjelasan nilai
dalam huruf.
SPM tidak di tandatangani oleh pejabat berwenang atau tidak dibubuhi
cap/ stempel.
5. Setelah SPM diterbitkan maka SPM beserta dokumen-dokumen pendukung
lainnya yang telah disetujui oleh penerbit SPM untuk selanjutnya diajukan
6. Apabila SPM diterima oleh KPPN, akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan
Dana yang selanjutnya disebut SP2D. SP2D adalah surat perintah yang
diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk
pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
7. Setelah selesai uang masuk ke kas Bank, kemudian bendahara mengambil uang
dengan menggunakan cek .
8. Pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari
yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
Proses Penyetoran Pajak
a. Tanda bukti potongan PPN/ PPH diperiksa ulang antara nominal dengan
terbilang.
b. Dibuat daftar/ rekap pajak yang akan disetorkan
c. Tanda bukti potongan PPN/ PPH diserahkan pada Seksi Giro Bank Jabar
Cabang Utama Bandung sebagai Bank persepsi penerima setoran pajak.
d. Setelah ditandatangani, pajak atau PPN/ PPH dibubuhi cap dan tanggal
penyetoran.
e. Kemudian tanda bukti setoran pajak dipisah menurut jenis setoran (PPN/
PPH).
f. Kemudian dipilah-pilih sesuai peruntukannya yaitu lembar 1, 3 dan 5 dan
masing-masing dihitung.
Lembar 2 (dua) diserahkan kebagian penerimaan setoran pajak pada
Lembar 4 (empat) diserahkan kebagian giro Bank Jabar cabang utama
Bandung sebagai lampiran Bilyet Giro dan daftar Rekap Pajak.
Lembar 1, 3 dan 5 di registrasi kembali untuk diserahkan kembali/
diambil oleh wajib pajak/ pihak ketiga.
g. Tanda bukti potongan pajak PPN/ PPH yang tidak diambil oleh wajib
pajak/ pihak ketiga dalm jangka waktu tiga bulan, dikirim melalaui pos
sesuai alamat yang tertera pada tanda bukti potongan.
h. Tanda bukti potongan PPN/ PPH yang kembali (tidak sampai ke alamat)
disimpan kembali di File.
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
penerimaan kas BBT tidak hanya berasal dari pemerintah, penerimaan kas juga
berasal dari hasil penjualan jasa dari uji kalibrasi. Prosedur pengeluaran kas pada
Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung sudah sesuai
dengan mekanisme pengeluaran kas yang telah ditetapkan oleh pemerintah
khususnya Departemen Keuangan karena dokumen-dokumen yang berkenaan
dengan pengeluaran kas BBT diproses sesuai dengan ketetapan pemerintah yang
3.3.2. Kendala dan Upaya dalam Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung
Kendala yang di hadapi dalam penerimaan dan pengeluaran kas pada Balai
Besar Tekstil adalah sebagai berikut :
1. Adanya piutang sehingga mengharuskan bagian keuangan mengejar
pelanggan.
2. Adanya pengajuan unsur redaksi yang sangat penting yang sebetulnya tidak
signifikan.
3. Nilai tagihan yang dibayar kadang tidak sesuai dengan hasil kerja .
4. Surat kontrak tidak datang sesuai waktu yang telah dijanjikan.
Upaya yang dilakukan oleh Balai Besar Tekstil yaitu :
1. Membuat perjanjian waktu pembayaran sebelum pelanggan mengajukan
surat izin uji kalibrasi kepada Balai Besar Tekstil.
2. Membatasi kegiatan dinas diluar anggaran yang telah disediakan untuk
unsur redaksi, sehingga tidak terjadi kecurangan.
3. Merencanakan secara matang anggaran yang dibuat agar tidak ada lagi
kesalahan pada waktu penagihan.
4. Mengantisipasi kegiatan yang telah terikat dengan kontrak sebelumnya agar
penyelesaian pekerjaan selesai tepat waktu.
Dari Uraian diatas mengenai kendala dan upaya dalam prosedur
Perindustrian Bandung, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kendala
dalam prosedur penerimaan dan pengeluaran kas BBT masih dapat di antisipasi
dengan merencanakan secara matang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
penagihan piutang, perencanaan anggaran dan penyelesaian kontrak kerja
dengan pelanggan. Sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal baik bagi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses Penerimaan dan
Pengeluaran kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian
Bandung, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur Penerimaan kas pada Balai Besar Tekstil tidak hanya berasal dari
Negara yaitu Rupiah Murni (RM), tetapi juga berasal dari Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP), dalam hal ini PNBP dapat diperoleh dari Penjualan Jasa
yang dilakukan melalui uji kalibrasi, dan hasil penerimaan kas tersebut
masuk ke bagian kasir yang kemudian diserahkan ke bendahara yang
selanjutnya masuk ke kas Negara.
Kendala yang dihadapi pelaksanaan prosedur penerimaan dan pengeluaran kas
pada Belai Besar Tekstil adalah mngenai tagihan atas piutang.
2. Dalam pelaksanaan prosedur pengeluaran kas di Balai Besar Tekstil (BBT)
harus memerlukan dokumen-dokemen penting milik pemerintah, yaitu :
1. Transaksi yang telah dikelompokan dimasukan kedalam dokumen SPP
yang isinya merupakan rekapan akun anggaran.
2. Setelah itu diterbitkan bukti SPM yang selanjutnya untuk diproses
sehingga terbit SP2D yang diterbitkan oleh KPPN, dalam hal ini
Bendahara Umum Negara. SP2D dibuat untuk pelaksanaan pengeluaran
3. SPM baru dapat dibayar setelah diuji perihal kebenaran/ keabsahannya
dengan daftar penguji.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan selama melaksanakan
kerja praktek di Balai Besar Tekstil (BBT) , maka ada beberapa hal yang dapat
penulis sarankan yang diharapkan dapat menjadi suatu masukan, yaitu :
1. Menambah tempat untuk menyimpan dokumen-dokumen berdasarkan susunan
tahun.
2. Menyiapkan tenaga kerja cadangan dalam menginput data transaksi ke dalam
program komputerisasi.
TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENERIMAAN DAN
PENGELUARAN KAS PADA BALAI BESAR TEKSTIL
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN BANDUNG
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Mata Kuliah Kerja Praktek
Jenjang Studi Diploma III
Program Studi Akuntansi
Oleh :
NAMA : IRNES SEPTIANI NIM : 21308005
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI……….. iii
DAFTAR LAMPIRAN………. v
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek ………... 1
1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek……….. 2
1.2.1. Maksud Kerja Praktek………. 2
1.2.2. Tujuan Kerja praktek………... 3
1.3. Kegunaaan Kerja Praktek………. 3
1.4. Metode Kerja Praktek……….. 4
1.5. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek………. 4
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaaan……… 6
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan……… 10
2.3. Uraian Tugas dan Jabatan……… 12
2.4. Aspek Kegiatan Perusahaan………. 18
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek………. 19
3.2. Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek………. 19
3.2.2. Pengertian Kas………. 21
3.2.3. Pengertian Penerimaan Kas………. 26
3.2.4. Dokumen-dokumen Penerimaan Kas……….. 29
3.2.5. Pengertian Pengeluaran Kas……… 30
3.3. Pembahasan Kerja Praktek……….. 30
3.3.1. Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung………. 30
3.3.2. Kendala dan Upaya dalam Prosedur Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Balai Besar Tekstil (BBT) Departemen Perindustrian Bandung………. 40
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1.Kesimpulan……… 42
4.2.Saran………. 43
DAFTAR PUSTAKA……… 44
LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 45
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyos, 2004. Kamus Besar Akuntansi, Citra Harta Prima, Jakarta.
http://Intranet.kemenperin.go.id
http://www.bbt.go.id
Martin, Andre, 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karina, Surabaya.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi 3. Salemba Empat, Jakarta.
Nurdiawan Deddi, 2007. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta.
Samiaji Sarosa, 2009. Sistem Informasi Akuntansi, Grasindo, Jakarta.
Soemarso S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5 (Revisi) Salemba Empat, Jakarta.
Sumadji, 2006. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat, Jakarta .
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan atas rahmat dan hidayah Allah S.W.T,
akhirnya Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan pada tanggal 19 juli sampai
dengan 19 Agustus, 2010 yang diajukan sebagai syarat dalam menempuh
Program D-3 jurusan AKUNTANSI di UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA (UNIKOM) Bandung penulisannya selesai tepat waktu.
Berbagai cara dan usaha telah penulis lakukan untuk penyelesaian laporan
Kerja Praktek ini sesuai dengan yang telah diperoleh selama mengikuti Kerja
Praktek pada “Balai Besar Tekstil” Departemen Perindustrian Bandung, tetapi karena ketebatasan kemampuan penulis masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak guna menjadi pedoman di masa yang akan datang.
Selama penulisan laporan ini, penulis menemukan berbagai kesulitan-
kesulitan. Namun dengan adanya bimbingan dan pemeriksaan yang berlanjut dari
pembimbing kerja praktek dari Ely Suhayati SE.M.Si.,Ak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktek dengan lancar. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof.Dr.Umi Narimawati, Dra. SE. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
4. Seluruh staff dan Dosen Universitas Komputer Indonesia.
5. Bapak Ade Mulyana selaku Pemimpin Sub bag Pengeluaran
6. Bapak Mamat selaku Bendahara Pengeluaran.
7. A Anggi. SE yang membantu memberikan data-data perusahaan yang
diperlukan selama penulis melakukan kerja praktek.
8. Pak Maman, Bu Tita, Bu Syekh, Mba Ditha, Pak Dede, Pak Sudarto, Pak
Djalil, Pak Arif yang telah memberikan gambaran Balai Besar Tekstil dan
memberikan pengalaman praktik.
9. Seluruh staff dan karyawan Balai Besar Tekstil
10.Ayah dan Mama serta Abang yang selalu memberikan doa dan restu serta
perhatiannya juga dukungan yang penuh kepada penulis.
11.Sahabat-sahabat ku khususnya, Riska, Lisda, Desti, Elisya, Ingwie, Rani,
Akbar dan teman-teman AK-5 yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.
Atas semangat dan bantuan, serta petunjuk-petunjuk yang telah diberikan
oleh semua pihak, penulis mendoakan semoga segala kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT, Amin.
Akhir kata,Penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat
berguna bagi pembaca pada umumnya.
Bandung, 11 Des 2010
RIWAYAT HIDUP
Nama : Irnes Septiani
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 25 september 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Komp. Bumi Panyileukan Blok M6 No.8
Riwayat Pendidikan Penulis :
1. SDN 1 Bumi Panyileukan : Tahun 1996-2002
2. SLTP Karya Pembangunan 10 Bandung : Tahun 2002-2005
3. SMA Karika Siliwangi 1 Bandung : Tahun 2005-2008
4. Tahun 2008 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi D-III jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
Bandung, 11 Des 2010