• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Analisis Keputusan Menggunakan Analisis Sensitifitas Dengan Fungsi Utility Eksponensial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Analisis Keputusan Menggunakan Analisis Sensitifitas Dengan Fungsi Utility Eksponensial"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ANALISIS KEPUTUSAN MENGGUNAKAN ANALISIS

SENSITIFITAS DENGAN FUNGSI UTILITY EKSPONENSIAL

SKRIPSI

MISDARWANA NASUTION

080823032

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KAJIAN ANALISIS KEPUTUSAN MENGGUNAKAN ANALISIS

SENSITIFITAS DENGAN FUNGSI UTILITY EKSPONENSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

MISDARWANA NASUTION

080823032

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : KAJIAN ANALISIS KEPUTUSAN

MENGGUNAKAN ANALISSIS SENSITIFITAS DENGAN FUNGSI UTILITY EKSPONENSIAL

Kategori : SKRIPSI

Nama : MISDARWANA NASUTION

Nomor Induk Mahasiswa : 082323032

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juni 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Suwarno Ariswoyo Drs. Marwan Harahap M.Eng

NIP: 19500321 198003 1 001 NIP: 19461225 197403 1 001

Diketahui/Diaetujuioleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

KAJIAN ANALISIS KEPUTUSAN MENGGUNAKAN ANALISIS SENSITIFTAS DENGAN FUNGSI UTILITY EKSPONENSIAL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2010

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

(6)

ABSTRAK

(7)

STUDY OF DECISION MAKING USING SENSITIVITY ANALYSIS WITH UTILITY EKSPONENSIAL FUNCTION

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Kontribusi Penelitian 3

1.5 Metode Penelitian 3

Bab 2 Landasan Teori 4

2.1 Beberapa Definisi 4

2.1.1 Teorema Bayes 4

2.1.2 Kemungkinan Bersyarat 6

2.2 Penetuan Pilihan 6

2.2.1 Pilihan Langsung 8

2.2.2 Nilai Ekspektasi 9

2.2.3 Nilai Ekivalen Tetap 12

2.2.4 Utility 12

2.2.4.1 Kurva Utility 13

2.2.4.2 Ekspektasi Utility 13

2.3 Sikap Menghadapi Resiko 15

2.3.1 Sikap Penghindar Resiko 15

2.3.2 Sikap Netral 16

2.3.3 Sikap Penggemar Resiko 16

2.4 Toleransi Resiko dan Fungsi Utility Eksponensial 17

Bab 3 Pembahasan 18

3.1 Analisa Sensitifitas 18

3.1.1 Analisa Sensitifitas Satu Variabel 23

3.1.2 Diagram Tornado 25

3.1.3 Analisa Sensitifitas Dua Peubah 29 3.1.4 Sensitifitas Pada Probabilitas 32 3.1.5 Nilai Ekspektasi dari Permasalahan 37 Cendrawasih Airways

3.1.6 Toleransi Resiko (R) untuk Cendrawasih Airways 39 3.1.7 Menetukan Ekivalen Tetap (NET) 42

(9)

Bab 4 Kesimpulan 47

4.1 Kesimpulan 47

4.2 Sarn 47

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Produk yang dapat Dihasilkan 10

Tabel 2.2 Distribusi Kemungkinan Tingkat Penjualan 10 Tabel 3.1 Variabel Input dan Batasan Nilai yang Mungkin 22 untuk Keputusan Pembelian CN-235 oleh Cendrawasih Airways tabel 3.2 Batas bawah dan batas atas keuntungan yang didapat

untuk tiap variabel 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Diagram Keputusan dalam Menghadapi Penjual 8

Sabun Cuci

Gambar 2.2 Diagram Keputusan 11

Gambar 2.3 Kurva Utility untuk contoh 2.1 13 Gambar 3.3 Diagram Tarnado Untuk permasalahan di 27

Cendrawasih Airways

Gambar 3.4 Grafik Sensitifitas Dua Variabel Kapasitas dari 31 Penerbangan Terjadwal dan Biaya Pengoperasian Gambar 3.5 Diagram Keterkaitan dari Cendrawasih Airways 35 Gambar 3.6 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways 34

dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel

Gambar 3.7 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways 35 dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel dengan p = 0,5 dan s = 0,8r

Gambar 3.8 Grafik Sensitifitas Dua Variabel untuk 37 Cendrawasih Airways

Gambar 3.9 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways 38 dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel dengan p = 0,5 dan s = 0,8r

Gambar 3.10 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways 41 dengan Memasukkan Utility

Gambar 3.11 Pohon Kcputusan yang Sudah Disederhanakan 42

Gambar 3.12 Grafik Sensitifitas Resiko 46

(12)

ABSTRAK

(13)

STUDY OF DECISION MAKING USING SENSITIVITY ANALYSIS WITH UTILITY EKSPONENSIAL FUNCTION

ABSTRACT

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembuatan keputusan pada umumnya berarti memilih satu dari beberapa alternatif yang

tersedia, minimal tersedia dua alternatif yang harus dipilih. Menghadapi dua macam

pilihan, pembuatan keputusan dapat menyatakan persepsinya terhadap kedua alternatif

tersebut yaitu alternatif mana yang lebih ia sukai atau mungkin juga kedua alternatif

tersebut sama-sama disukainya.

Dalam setiap pembuatan keputusan, pembuatan keputusan biasanya akan selalu

berhadapan dengan lingkungan, dimana salah satu karakteristiknya yang paling

menyulitkan dalam proses pembuatan keputusan adalah ketidakpastian di masa depan.

Keputusan yang dibuat setiap individu dalam menghadapi suatu permasalahan

bisa berbeda-beda, tergantung sikap individu tersebut dalam menghadapi resiko yang

mungkin terjadi di dalam permasalahan tersebut. Setiap pribadi mempumyai sikap

sendiri-sendiri terhadap resiko. Ada pribadi yang cenderung untuk menghindari resiko.

Ada pribadi yang lebih memilih untuk mengambil resiko dan juga ada yang netral (tidak

merasa berbeda dalam memilih diantara pilihan yang ada). Dan untuk mengambil

keputusan dengan memasukkan keputusan faktor resiko digunakan nilai ekivalen tetap.

Nilai ekivalen tetap dari suatu kejadian tak pasti adalah suatu nilai tertentu

dimana pembuat keputusan merasa tidak berbeda antara menerima hasil yang tidak

pasti, atau menerima dengan kepastian sesuatu hasil dengan nilai tertentu.

Setelah ditemukan suatu strategi yang optimal dalam suatu permasalahan,

seorang pembuat keputusan harus mengetahui sikapnya dalam menghadapi resiko;

apakah dia seorang penghindar resiko atau pengambil resiko. Seorang penghindar resiko

(15)

Artinya, alternatif mana saja yang akan dipilih untuk dapat terhindar dari resiko.

Demikian juga apabila seorang pembuat keputusan adalah pengambil resiko.

Analisa sensitifitas juga disebut sebagai post optimality analysis, karena analisa

ini dilakukan setelah dicapainya suatu strategi yang dianggap optimal. Melalui analisa

sensitifitas, seorang pembuat keputusan dapat mengetahui berapa besar perubahan

angka keputusan dengan mengubah-ubah preferensi terhadap resiko ke dalam fungsi

utilitas eksponensial.

Penerapan nilai ekivalen tetap tidaklah sukar untuk kejadian tak pasti yang

masih sederhana. Tetapi bila kejadian tak pasti yang terlibat semakin kompleks,

penetapan nilai ekivalen tetap secara langsung menjadi sulit. Oleh sebab itu menghitung

nilai ekivalen tetap tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan dengan

melakukan penjajagan terhadap preferensi terhadap pembuat keputusan terhadap resiko

yang didapat dari utility. Hasil penjajagan ini digambarkan dalam suatu kurva yang

disebut kurva utility. Pada umumnya skala utility dinyatakan antara 0 dan 1; dimana

skala utility = 1 menyatakan keadaan atau nilai yang paling disukai dan 0 menyatakan

keadaan atau nilai yang paling tidak disukai. Karena setiap individu mempunyai

preferensi tersendiri dalam menghadapi resiko, maka kurva utility tiap indivdu tidak

akan persis sama.

1.2 Identifikasi Masalah

Di dalam analisis ini akan dicari indikator-indikator atau variabel-variabel yang sangat

sensitif yang mempengaruhi hasil keputusan

(16)

Menerapkan analisis keputusan menggunakan analisis sensitifitas dengan fungsi utility

eksponensial untuk mengambil keputusan dalam suatu perusahaan atau organisasi untuk

mengidentifikasi parameter penting yang bisa membuat perubahan pada laba.

1.4 KONTRIBUSI PENELITIAN

• Berguna untuk pengambil keputusan, misalnya pada perbankan

• Lanjutan untuk pengembangan ilmu probabiliy

1.5 METODE PENELITIAN

• Menentukan lingkup keputusan

• Menentukan siklus analisa keputusan

• Membuat diagram keputusan

• Penentuan pilihan

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Beberapa Definisi

Kejadian tak pasti adalah kejadian yang munculnya tidak pasti sehingga tidak bisa

diduga terlebih dahulu. Contohnya pada seperti pelemparan sebuah dadu, orang tidak

dapat menduga dengan pasti sisi dadu mana yang akan muncul.

Ruang hasil adalah himpunan dari seluruh hasil yang mungkin muncul dari suatu

kejadian tak pasti. Contohnya seperti pelemparan sebuah dadu, ruang hasilnya adalah 1,

2, 3, 4, 5, dan 6.

Dua kejadian atau lebih disebut saling bertentangan bila kejadian-kejadian

tersebut tidak akan pernah muncul secara bersamaan. Misalnya dalam pelemparan

sebuah mata uang, munculnya gambar atau angka adalah kejadian yang saling

bertentangan (mutually exclusive), atau pada pelemparan sebuah dadu, munculnya dadu

mata 6 dan 3 tidak akan bisa terjadi secara bersamaan.

Kumpulan kejadian dikatakatan bersifat lengkap apabila kumpulan kejadian

tersebut merupakan suatu ruang hasil yang lengkap. Hal ini berarti bahwa jika suatu

percobaan dilakukan, maka hasil yang muncul adalah salah satu dari kejadian yang ada

dalam himpunan. Contohnya dalam hal pelemparan sebuah dadu. Kumpulan 1, 2, 3, 4,

5, dan 6 adalah lengkap. Bila sebuah dadu dilempar, maka salah satu dari kumpulan

angka tersebut pasti akan muncul.

Ada dua pernyataan dasar berkenaan dengan nilai kemungkinan, yaitu:

1. Besarnya nilai kemungkinan bagi munculnya suatu kejadian adalah selalu di

antara nol dan satu. Pernyataan ini dapat ditulis dengan:

( )

1

(18)

dimana P(A) menyatakan nilai kemungkinan bagi munculnya kejadian A.

2. Jumlah nilai kemungkinan dari seluruh hasil yang mungkin muncul adalah satu.

Jadi, jika suatu ruang hasil yang bersifat lengkap dinyatakan dengan W, maka

jumlah kemungkinan seluruh anggota ruang hasil tersebut adalah satu, atau

dituliskan dengan:

( )

P wi =1 atau P(W) = 1 dimana Wi menyatakan anggota dari ruang hasil.

2.1.1 Teorema Bayes

Pengambilan keputusan dalam kondisi ketidakpastian dapat menggunakan teorema

Bayes, dengan kriteria nilai harapan dengan iteratif sehingga ketelitian dan pendekatan

ke keadaan sesungguhnya bisa tercapai, dimana peluangnya mempunyai nilai antara nol

dan satu.

Teorema Bayes yang digunakan pada proses pengambilan keputusan tidak

terlepas dari teori peluang sebagai konsep dasar. Teorema Bayes dikenal sebagai rumus

dasar untuk peluang besyarat yang tidak bebas.

Proses pengambilan keputusan dengan menggunakan kriteria harga harapan

sering disebut sebagai prosedur keputusan Bayes tanpa data. Meskipun kriteria harga

harapan mudah pemakaiannya tetapi mengandung banyak kelemahan diantaranya

ditemukan sumber informasi yang pada umumnya didasarkan pada pertimbangan

subjektif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan sering menyadari perlunya tambahan

informasi yang pada umumnya didasarkan pada data sesungguhnya guna membantu

proses pengambilan keputusan. Biasanya ada informasi yang menguntungkan dan ada

informasi yang merugikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi cermat untuk

menentukan informasi yang dapat ditentukan taksiran yang yang lebih realistis dari

(19)

Syarat-syarat Teorema Bayes bisa digunakan untuk menentukan pengambilan

keputusan, yaitu:

• Berada pada kondisi ketidakpastian (adanya alternatif tindakan)

• Peluang Prior diketahui dan peluang Posterior dapat ditentukan

• Peluangnya mempunyai nilai antara nol dan satu

Dalil Bayes

Bila A1, A2, …, An adalah kejadian yang saling bertentangan dan lengkap, dan B adalah

kejadian dalam ruang hasil tersebut dengan P

( )

B ≠0 ; i = 1, 2, 3, …, n

2.1.2 Kemungkinan Bersyarat

Kemungkinan bersyarat adalah kemungkinan suatu kejadian A terjadi apabila

sebelumnya terlah terjadi kejadian B, atau bisa juga sebaliknya kemungkinan terjadinya

kejadian B apabila sebelumnya telah terjadi kejadian A.

Untuk menghitung nilai kemungkinan bersyarat, digunakan definisi sebagai

berikut:

Definisi

Untuk kejadian A dan B dimana P

( )

B ≠0; maka nilai kemungkinan bersyarat kejadian

A jika kejadian B diketahui, ditulis sebagai P A B , adalah:

(

)

Hampir setiap saat manusia membuat atau mangambil keputusan dan melaksanakannya,

dengan asumsi bahwa segala tindakan yang diambil dilakukan secara sadar dan

merupakan hasil proses pengambilan keputusan dalam pikirannya, sehingga sebenarnya

manusia sudah terbiasa dan berpengalaman dalam membuat keputusan. Tetapi proses

(20)

Sebuah contoh situasi pembuatan keputusan yang paling sederhana adalah

situasi bagi seorang pegawai sewaktu mulai keluar dari runmah menuju ke kantor, salah

satu contoh pembuatan keputusannya adalah saat pegawai tersebut perlu memutuskan

rute yang sebaiknya diambil. Beragam pemikiran ada didalam benak pegawai tersebut,

berkenaan dengan perempatan yang macet, jalan yang padat dengan becak atau lubang,

atau pintu lintasan kereta api. Semua hal ini mempengaruhi keputusan yang dibuat

dalam beberapa detik tersebut. Keputusan dilaksanakan dalam bentuk perjalanan

melalui rute terpilih tersebut sampai dengan ke kantor. Bila kemudian keputusan

tersebut dievaluasi maka kemungkinan pertanyaan yang muncul adalah “puaskah saya”

atau “bagaimana kalau rute yang lain yang saya ambil” atau “aduh, saya terlambat lagi”.

Semua kemungkinan hasil evaluasi tersebut tidak akan memberikan konsekuensi

apapun selama keputusan yang dibuat tidak perlu dipertanggungjawabkan kepada orang

lain, atau selama prosesnya tidak perlu diminta pengertian dari pihak lain. Apabila tidak

demikian halnya, maka masalah kecil di atas dapat menjadi lebih rumit, karena di dalam

pertanggungjawabannya perlu diuraikan sasaran seperti apa yang ingin dicapai melalui

perjalanan tersebut, alternatif rute yang dapat dipilih, informasi berkenaan dengan

kepadatan dan kualitas jalan pada setiap rute, dan sebagainya. Selain itu, perlu

dijelaskan pula kriteria seperti apa yang digunakan untuk dapat memilih suatu alternatif

rute dikaitkan dengan konsekuensi yang akan diperoleh pada akhir perjalanan. Ini

semua perlu diolah melalui suatu proses yang rasional untuk memperoleh jawaban,

yaitu alternatif rute terbaik guna tercapainya sasaran.

Jelas bahwa untuk permasalahan rute perjalanan dari rumah ke kantor, suatu

proses yang rasional akan kurang bermanfaat, karena secara intuitif saja jawaban akan

dapat diperoleh. Dan mungkin beda 10 menit dengan rute terbaik (bila dapat diketahui)

tidak ada artinya dibandingkan dengan rumitnya perhitungan apabila proses rasional

akan diikuti. Tetapi untuk hal-hal yang besar, untuk keputusan-keputusan yang

dianggap sangat penting, perlu dicari cara yang lebih baik untuk membuat keputusan.

Berikut adalah beberapa cara dalam menentukan pilihan yang digunakan dalam

(21)

2.2.1 Pilihan Langsung

Salah satu cara yang umum digunakan dalam menentukan pilihan di atas diantara dua

alternatif yang ada adalah dengan membandingkan keduanya secara langsung,

kemudian menentukan pilihan berdasarkan intuisi.

Sebagian besar keputusan-keputusan yang dibuat dalam kehidupan adalah

berdasarkan intuisi. Manusia mempertimbangkan pilihan-pilihan yang dihadapinya

berdasarkan informasi yang telah dimilikinya sesuai dengan preferensinya terhadap

resiko tindakan yang menunjukkan keputusan terbaik yang dipilihnya.

Berikut ini adalah contoh pengambilan keputusan secara langsung

(menggunakan intuisi).

Contoh 2.1 Pengambilan Keputusan Secara Langsung

Seorang wanita penjual barang dari rumah ke rumah menawarkan suatu produk sabun

cuci, maka calon pembeli akan dihadapkan pada dua pilihan; yaitu bersedia atau tidak

melayaninya.

0,5

0,5

2.1 Diagram Keputusan dalam Mnghadapai Penjual Sabun Cuci

Kalau calon pembeli bersedia melayani wanita penjual tersebut maka calon

pembeli tersebut harus memutuskan apakah perlu meminta informasi lebih lanjut dari

wanita tersebut. Pilihan yang tersedia antara lain : tidak meminta informasi tambahan

tetapi langsung membeli (e0), meminta satu informasi tambahan (e1), atau minta

beberapa informasi tambahan (e2). Sekarang ini diagram arus keputusan menjadi lebih

rumit :

Bersedia melayani

(22)

ranting

Pengambilan keputusan secara langsung dapat diterapkan untuk kejadian tak pasti yang

sederhana. Tetapi bila kejadian tak pasti yang dilibatkan semakin rumit, sehingga

penerapan pengambilan keputusan secara langsung tidak dapat atau sukar untuk

dilakukan, maka cara yang sering digunakan adalah dengan menggunakan nilai

ekspektsi sebagai dasar pemilihan.

Hasil yang dicerminkan dalam suatu distribusi kemungkinan dapat

dinyatakan dalam harga rata-rata atau nilai ekspektasi, kemudian pembuat keputusan

dapat memilih berdasarkan nilai ekspektasi yang tertinggi. Dengan kata lain, nilai

ekspektasi adalah penjumlahan dari hasil kali probabilitas dengan konstribusinya

(biasanya dalam satuan uang)

Contoh 2.2 Pangambilan Keputusan Menggunakan Nilai Ekspektasi

Seorang menajer produksi diharapkan untuk memilih satu diantara tiga jenis produk

baru yang akan dipasarkan. Produk pendahuluan untuk ketiga produk tersebut telah

selesai dilakukan, demikian pula studi tentang harganya. Hasilnya dapat terlihat pada

table 2.1. Selanjutnya dari penelitian pasar dapat pula diketahui distribusi kemungkinan

(23)

terlihat pada Tabel 2.2. dan selain itu pimpinan perusahaan telah memutuskan bahwa

hanya satu produk baru dapat dipasarkan.

Tabel 2.1 Produk yang Dapat Dihasilkan

Produk Harga

(unit)

Ongkos

(unit)

Konstribusi

(unit)

A Rp. 2500 Rp. 1500 Rp. 1000

B Rp. 6000 Rp. 4000 Rp. 2000

C Rp. 3750 Rp. 2250 Rp. 1500

Tabel 2.2 Distribusi Kemungkinan Tingkat Penjualan

Tingkat Penjualan Kemungkinan

A B B

0 0 0,1 0,1

1000 0 0,2 0,3

2000 0,1 0,2 0,3

3000 0,1 0,4 0,2

4000 0,2 0,1 0,1

(24)

Gambar 2.2 Diagram Keputusan

Untuk contoh di atas, nilai ekspektasi untuk masing-masing produk adalah :

Produk A :

Nilai ekspektasi = (0,1) x (Rp 2.000) + (0,1) x (Rp 3.000) + (0,2) x (Rp 4.000)

+ (0,6) x (Rp. 5.000) = Rp. 4.300 (ribu)

Produk B :

Nilai ekspektasi = (0,1) x (0) + (0,2) x (Rp 2.000) + (0,2) x (Rp 4.000) + (0,4)

x (Rp. 6.000) + (0,1) + (Rp. 8.000) = Rp. 4.400 (ribu)

Produk C :

Nilai ekspektasi = (0,1) x (0) + (0,3) x (Rp 1.500) + (0,3) x (Rp 3.000) + (0,2)

x (Rp. 4.500) + (0,1) + (Rp. 6.000) = Rp. 2.850 (ribu)

Dengan membandingkan nilai ekspektasi ini, maka produk B yang dipilih

karena produk B mempunyai nilai ekspektasi tertinggi.

(25)

Membuat keputusan dengan mendasarkan kepada nilai ekspektasi tidaklah sulit. Akan

tetapi cara ini tidak dapat menunjukkan alternatif yang mana yang paling disukai.

Karena kriteria nilai ekspektasi dalam persoalaan ini tidak mencerminkan apa yang

diinginkan oleh sebahagian orang. Hal ini disebabkan karena nilai ekspektasi belum

mencakup faktor resiko. Sedangkan faktor resiko penting untuk diperhitungkan, karena

sikap orang terhadap resiko berbeda-beda.

Untuk menentukan pilihan dengan memasukkan faktor resiko adalah dengan

menggunakan nilai Ekivalen Tetap. Nilai Ekivalen Tetap (NET) dari suatu kejadian tak

pasti adalah suatu nilai tertentu dimana pembuat keputusan merasa tidak berbeda antara

menerima hasil yang dicerminkan dalam ketidakpastian tersebut, atau menerima

dengan kepastian suatu hasil dengan nilai tertentu. Besar nilai inilah yang disebut

dengan Nilai Ekivalen Tetap. Secara singkat dapat dikatakan bahwa Nilai Ekivalen

Tetap adalah nilai batas dimana pembuat keputusan bersedia untuk menukar alternatif

yang dipilih.

2.2.4 Utillity

Utility adalah preferensi pembuat keputusan terhadap suatu nilai dengan

mempertimbangkan faktor resiko. Hasil penjajagan preferensi pembuatan keputusan

terhadap suatu nilai dengan mempertimbangkan faktor resiko tersebut dinotasikan

dalam suatu kurva yang disebut kurva preferensi atau kurva Utility. Kurva utility

memberikan sebuah cara untuk mengkonversikan suatu satuan (misalnya mata uang

Rupiah) menjadi unit utility.

2.2.4.1 Kurva Utility

Kurva Utility menggambarkan bagaimana utility atau preferensi suatu nilai bagi

(26)

skala utility = 1 menyatakan keadaan atau nilai yang paling disukai dan 0 menyatakan

keadaan atau nilai yang paling tidak disukai.

Gambar 2.3 Kurva Utility untuk Contoh 2.1

2.2.4.2 Ekspektasi Utility

Karena utility merupakan pencerminan dari preferensi pembuat keputusan; maka untuk

melakukan pemilihan, pembuat keputusan mendasarkan pada ekspektasi utility dari

alternatif-alternatif yang ada, dan memilih berdasarkan ekspektasi utility yang tertinggi.

Sebagai contoh, dalam menghadapi situasi keputusan seperti pada Contoh 2.1 di

(27)

Gambar 2.4 Diagram Keputusan dengan Memasukkan Utility

Untuk mencari Utility dari masing konsrtibusi laba seperti pada diagram keputusan di

atas digunakan kurva utility (Gambar 2.4). setelah itu dapat dihitung Ekspektasi Utility

(EU adalah hasil kali probabilitas dengan utility-nya ) dari masing-masing alternatif,

sehingga didapatkan :

Alternatif A :

EUA = (0,1) x (0,45) + (0,1) x (0,6) + (0,2) x (0,78) + (0,6) x (0,87)

= 0,79

Alternatif B :

EUB = (0,1) x (0) + (0,2) x (0,45) + (0,2) x (0,78) + (0,4) x (0,94) + (0,1) x (1) =

0,72

Alternatif C :

EUC = (0,1) x (0) + (0,3) x (0,31) + (0,3) x (0,64) + (0,2) x (0,83) + (0,1) x (0,94)

(28)

2.3 Sikap Menghadapi Resiko

Sikap seseorang dalam menghadapi suatu persoalan yang mengandung resiko pada

dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : sikap menghindar resiko, netral atau

sikap mengambil resiko.

2.3.1 Sikap penghindar Resiko

Bila seseorang bersifat sebagai penghindar resiko maka premi resikonya akan selalu

positif. Dan semakin besar premi resiko tersebut, maka sifat penghindar resiko orang

tersebut akan makin besar pula. Karena sifat penghindar resiko dinyatakan dengan

premi resiko yang positif, maka kurva utility-nya tersebut akan selalu terletak disebelah

kiri atas dari garis netral. Dengan kata lain kurva utility-nya berbentuk concave.

Gambar 2.5 Kurva Utility bagi Penghindar Resiko

Sebuah fungsi Utility bias dispesifikasikan seperti grafik di atas, ataupun dalam

sebuah tabel. Fungsi Utility secara matematis dalapat dinyatakan dlam bentuk

(29)

U(x) = 1 – e-x/R 2.3.2 Sikap Netral

Dilain pihak bila seseorang menyatakan bahwa ekivalen tetap sebuah lotere sama

dengan nilai ekspektasinya, maka dia mempunyai sikap yang netral dalam menghadapi

resiko. Dalam hal ini maka premi resikonya adalah nol. Dan kurva Utilitynya

digambarkan sebagai garis lurus.

Gambar 2.6 Kurva Utility Bagi Sikap Netral

2.3.3 Sikap Penggemar Resiko

Seseorang yang memiliki sifat sebagai penggemar resiko, maka ekivalen tetap atas suatu

kejadian tak pesti baginya akan lebih besar dari pada nilai ekspektasi dari kejadian

tersebut. Untuk orang ini maka premi resikonya adalah negatif, artinya dia

mengharapkan suatu tambahan dari nilai ekspektasi, agar bersedia melepaskan lotere

(30)

Gambar 2.7 Kurva Utiliy bagi Pengambil Resiko

2.4 Toleransi Resiko dan Fungsi Utility Eksponensial

Penaksiran utility dapat digunakan untuk menaksir sebuah fungsi utility secara subjektif.

Serta dapat digunakan untuk berbagai situasi, meskipun hal tersebut melibatkan

sejumlah penaksiran. Sebuah alternatif pendekatan berguna untuk mendasarkan

penaksiran sebuah fungsi matematika khusus. Fungsi utility eksponensial sebagi berikut

:

U(x) = 1 – e-x/R

Dalam fungsi utility eksponensial, R disebut dengan toleransi resiko. Semakin

besar nilai R maka akan semakin mendatar pula fungsi utility eksponensialnya,

(31)

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Sensitifitas

Analisis sensitifitas adalah sebuah pendekatan pemodelan yang dilakukan untuk

mengidentifikasi parameter yang penting dalam sebuah pohon keputusan. Sebagai

konsekuensi hasil dari suatu analisis sensitifitas, seorang pembuat keputusan mungkin

harus mempertimbangkan lebih banyak informasi tentang parameter yang divariasikan,

kemudian efek pada pohon keputusan diperiksa.

Salah satu alasan mendasar mengapa analisis sensitifitas sangat penting bagi

seorang pembuat keputusan adalah karena masalah-masalah yang nyata terdapat di

dalam suatu dunia yang dinamis, terus berubah. Harga bahan baku terus berubah,

permintaan terhadap berbagai jenis produk mengalami naik turun, perusahaan yang

harus harus membeli mesin baru untuk menggantikan yang lama, harga saham yang

fluktuatif, rotasi pegawai yang terus berlangsung, dan lain sebagainya. Analisa

sensitifitas mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk merespon

perubahan-perubahan seperti yang disebutkan di atas tanpa harus merevisi solusi

optimal yang sudah ada. Tidak ada prosedur analisa sensitifitas yang terbaik untuk suatu

analisa keputusan. Analisa sensitifitas adalah suatu bagian terpisah dari proses

pengambilan keputusan.

Contoh : Problema Cendrawasih Airways

Sara thoriq, pemilik Cendrawasih Airways telah lama berencana untuk mengembangkan

perusahaan pengangkutannya. Saat ini dirasakan adalah saat yang tetap untuk memulai

karena salah seorang temannya telah memperkenalkannya pada seorang pemilik

(32)

menjual pesawatnya. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil

keputusan, dan Sara Thotiq merasa sedikit kesulitan dalam menyelesaikannya.

Cendrawasih Airways mempunyai tiga buah pesawat udara bermesin ganda.

Dengan armada ini, Cendrawasih Airways melayani jalur penerbangan carter dan juga

jalur penerbangan terjadwal, khususnya untuk komunitas masyarakat di daerah timur

Indonesia. Rute yang ditempuh adalah rute yang sebelumnya memang belum terjangkau

oleh perusahan pengangkutan lain. Rata-rata 50 % penerbangan rata-rata 1,5 jam

perjalanan dan jarak kurang lebih 483 km. Sisa 50 % lagi adalah penerbangan carter.

Kombinasi dari penerbangan carter dan penerbangan terjadwal yang singkat sudah

terbukti menguntungkan. Thoriq ingin sekali memperbaiki tingkat pelayanan, terutama

pada jalur penerbangan carter, tetapi hal ini terasa mustahil untuk dilakukan tanpa

adanya armada tambahan.

Pemilik penerbangan kecil yang telah dikenalkan oleh temannya tersebut

menawarkan sebuah CN-235 dengan harga Rp. 950.000.000,- dan Thoriq menyadari

kalau dia hanya mampu membeli CN -235 tersebut antara Rp. 850.000.000,- dan

900.000.000 regulasi FAA. Mesinnya masih dapat dikatakan baru, dengan

pengoperasian hanya 150 jam jarak service menyeluruh yang terakhir. Lebih lanjut lagi,

karena telah digunakan oleh perusahaan penerbangan kecil yang mengkhususkan pada

komunikasi yang dibutuhkan oleh Cendrawasih Airways. Ada lima tempat duduk yang

sangat lega untuk penumpang, ditambah ruangan untuk menyimpan barang-barang

penumpang. Kecepatan CN-235 tersebut rata-rata 175 mil laut per jam (knot), atau 201,

4 (mph) atau sekitar 324 km per jam, biaya perawatan, gaji pilot. Biaya tetap tahunan

termasuk asuransi (Rp. 200.000.000,-) dan beban bunga Thoriq sudah memperkirakan

bahwa dia akan mengajukan pinjaman sekitar 40% dari modal yang diperlukan, dan

Thoriq menyadari bahwa tingkat suku bungan pinjaman sekitar 2 % di atas tingkat suku

bungan dasar (tepatnya 9,5 %, dan dapat berubah sewaktu-waktu). Berdasarkan

pengalamannya di Cendrawasih Airways, Thoriq memperkirakan bahwa tarif yang

dapat dikenakan untuk penerbangan carter adalah antara Rp. 3.000.000,- sampai Rp.

3500.000,- per jam, atau harga tiket rata-rata sekitar Rp. 1.000.000,- per orang per jam

(33)

kapasitasnya pasti terisi. Dia berharap dapat mengoperasikan armadanya sampai dengan

1000 jam , tapi Thoriq menyadari kalau angka 800 jam akan lebih masuk akal. Dahulu,

rata-tara 50 % dari penerbangan adalah penerbangan carter, tapi sekarang dia ingin

memperbesar persentasenya jika memungkinkan.

Pemilik CN-235 mengatakan pada Thoriq bahwa rencana awalnya dia berencana

menjual pesawat tersebut secara tunai. Tetapi dia juga memberikan pilihan lain yaitu

dengan melakukan pembayaran secara dicicil dalam jangka waktu satu tahun, tentunya

dengan harga yang sedikit lebih mahal jika dibandingkan dibayar secara tunai (dalam

jangka waktu pencicilan tersebut, pemilik lama tetap akan mengoperasikan pesawat

tersebut.) Walaupun mereka belum mendapatkan harga yang telah disepakati untuk opsi

kedua, dalam diskusi yang telah terjadi membuat Thoriq yakin kalau opsi yang kedua

akan memerlukan biaya tambahan antara Rp. 25.000.000,- sampai 40.000.000,-. Selain

pilihan itu memberi pesawat, Thoriq juga mempunyai pilihan berinvestasi yang lain

yaitu menginvestasikan modalnya pada pasar uang dengan harapan tingkat

pengembalian mencapai 8 % dalam setahun. (dengan asumsi suku bunga tidak berubah

dalam 3 tahun).

Dalam mempertimbangkan semua opsi yang ada, Thoriq menyadari bahwa

banyak angka-angka yang di gunakan hanyalah angka-angka penaksiran belaka. Ada

beberapa diantara angka-angka tersebut yang sepenuhnya berada di bawah kendalinya

(seperti seberapa besar jumlah yang akan dibayarkan dan seberapa besar tarif atau harga

tiket yang akan dikenakan), semenntara untuk yang lain seperti biaya asuransi atau

biaya pengoperasian tidak dapat dikendalikannya.

Dalam permasalahan pengambilan keputusan ini, alternatif yang ada adalah

membeli pesawat udara secara tunai, membeli dengan opsi yang diberikan oleh pemlik

awal atau tidak sama sekali. Walaupun masih ada berbagai tujuan objektif lainnya,

seperti pertumbuhan atau perkembangan perusahaan yang mempengaruhi komunitas

masyarakat, dalam konteks menentukan apakah jadi membeli armada pesawat baru,

akan sangat berbalasan bagi Thoriq untuk fokus pada satu tujuan, yaitu memaksimalkan

(34)

berbagai jenis kuantitas, seperti biaya pengoperasian, dan sebagainya. Hal ini dapat

diperhatikan pada diagram di bawah ini yang menjelaskan tentang alur keuangan

Cendrawasih Airways.

Gambar 3.1 Diagram Keterkaitan Cendrawasih Airways

Tabel 3.1 menyediakan data yang menjabarkan tentang variabel-variabel yang

terlibat dalam proses keputusan. Pada tabel ini juga terdapat angka perkiraan (nilai

dasar) serta batas-batas dan batas bawah yang masuk akal. Batas atas dan batas bawah

mewakili hasil pemikiran Thoriq mengenai seberapa tinggi dan seberapa rendah nilai

yang mungkin dicapai oleh masing-masing variabel.

Kolam “ Nilai dasar” pada diagram 3.1 mengindikasikan perkiraan awal Thoriq

untuk 10 variabel input. Nilai dasai ini bisa digunakan untuk memperkirakan

(35)

Tabel 3.1 Variabel Input dan Batasan Nilai yang Mungkin untuk Keputusan Pembelian CN-235 oleh Cendrawasih Airways

Variabel Nilai dasar Batas bawah Batas atas

Jam terbang 800 jam 500 jam 1000 jam

Harga carter/jam Rp 3.250.000 Rp 3.000.0000 Rp 3.500.000

Harga tiket/jam Rp 1.000.000 Rp 950.000 Rp 1.080.000

Kapasitas dari penerbangan terjadwal 50 % 40 % 60 %

Proporsi dari penerbangan carter 0,50 0,45 0,70 %

Biaya pengoperasian per jam Rp 2.450.000 Rp 2.300.000 Rp 2.600.000

Asuransi Rp 200.000.000 Rp 180.000.000 Rp 250.000.000

Proporsi pinjaman 0,40 0,30 0,50

Tingkat 11,50 % 10,5 % 13 %

Harga pembelian Rp 875.000.000 Rp 850.000.000 Rp 900.000.000

Kuntungan tahunan merupakan hasil dari penjumlahan total pendapatan tahunan

dikurangi dengan total biaya tahunan :

Pendapatan Total = Pendapatan dari Carter + Pendapatan dari Penerbangan jadwal

= (Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif Carter) + [(1-

Propsorsi Carter) x Jam Terbang x Harga Tiket x Jumlah

Tempat Duduk penumpang x Kapasitas dari Penerbangan

(36)

= ( Jam Terbang x Biaya Pengoprasian) + Asuransi + (Harga

x Propporsi Pinjaman x Tingkat Suku Bunga)

= Rp1. 960.000.000 + Rp200.000.000 + (Rp75.000.000 x 0,4

x 11,5%)

= Rp1.96.000.000 + Rp200.0000 + Rp40.250.000

= Rp2.200.250.000,-

Jadi, dengan menggunakan nilai dasar, keuntungan tahunan Thoriq diperkirakan

sebesar : Rp2.200.000.000,- Rp2.200.250.000,- = Rp99.750.000,-. Dengan

memperkirakan bahwa harga beli pesawat yang mampu dibayar oleh Thoriq adalah

Rp75.000.000,- seperti yang telah disebutkan diawal, Thoriq memiliki sekitar 60% dari

harga tersebut, yaitu 60% x Rp75.000.000 = Rp525.000.000,-. Diperkirakan laba yang

diperoleh adalah sekitar 19% Dari modal yang sekarang dimilikinya.

3.1.1 Analisa Sensitifitas Satu Variabel

Dalam permasalahan Cendarawasih Airway, analisa sestifitasnya adalah mencari

variabel mana yang benar-benar dapat membuat perbedaan dalam keputusan yang

dibuat. Analisa sestifitas satu variabel dapat menjawab pertayaan seperti : apakah

tingkat suku bunga berbeda dapat mempengaruhi laba yang diterima atau apakah harga

tiket harus direvisi, atau apakah jika jam terbang diubah akan mempengaruhi banyak

pada laba, dan pertanyaan-pertanyaan lain sebagainya.

Jika diperhatikan tabel 3.1 pada baris jam Terbang, dapat dilihat bahwa

sebenarnya Thoriq tidak terlalu yakin seberapa besar nilai yang tepat untuk jam

Terbang, dimana jam Terbang tersebut dapat bervariasi antara 500 – 1.000 jam.

Tentunya perubahan pada jam Terbang dengan keuntungan dapat digunakan sebuah

Grafik Analisa Sesitifitas Satu Variabel seperti terlihat pada Gambar 3.2.

Garis lurus menuju ke arah kanan atas menunjukkan laba yang mungkin

didapatkan jika jam Terbangnya divariasikan 500 – 1.000. Untuk menggambarkan garis

ini, dimasukan nilai jam Terbang yang berbeda-beda kedalam rumus perhitungan di

(37)

menanamkan modalnya di pasar uang. Titik di mana kedua garis ini berpotongan adalah

titik di mana kedua alternatif investasi ini menghasilkan laba yang sama

(Rp525.000.000,-), yaitu Terbang sama dengan 664.

Garis tebal mewakili keuntungan maksimum yang dapat diperoleh oleh Thoriq

untuk tiap nilai Jam Terbang yang berbeda-beda, dan segmen yang berbeda dari garis

ini disesuaikan dengan strategi investasi yang digunakan (apakah membeli pesawat baru

atau mendepositokan uangnya). Pada kenyataannya, Thoriq meyakini bahwa dengan

adanya kemungkinan nilai jam terbang berada di bawah atau di atas 664, menunjukkan

bahwa variabel Jam Terbang adalah termasuk variabel yang penting dan perlu

dipertimbangkan secara hati-hati tentang ketidakpastian yang ada dalam variabel ini.

3.1.2 Diagram Tornado

Dengan menggunakan sebuah diagram tornado, dapat dibandingkan banyak variabel

input pada saat yang bersamaan dengan menggunakan Analisa Sensitifitas Satu

Variabel. Misalnya untuk setiap variabel input pada Tabel 3.1 digunakan nilai batas atas

(38)

keuntungan (laba). Gambar 3.2 di atas menunjukan variasi profit yang terjadi saat

variabel inputnya divariasikan antara batas atas dan batas bawahnya. Contohnya dapat

dilihat pada variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal.

Pendapatan Total = Pendapatan dari Carter + Pendapatan dari Penerbangan

Terjadwal

= (Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif Carter) + [(1 - Proporsi

Carter) x Jam Terbang x Harga Tiket x Kapasitas Tempat Duduk

Penumpang x Kapasitas Penerbangan Terjadwal]

= (0,5 x 800 x Rp3.250.000) + (0,5 x 800 x Rpl.000.000 x 5 x

0,4)

= Rpl.300.000.000 + Rp800.000.000 =

Rp2.100.000.000,-

Dengan tidak adanya perubahan pada perhitungan total biaya, sehingga biaya

masih diperkirakan sebesar Rp2.200.250.000,-. Perkiraan kerugian adalah hasil

pengurangan antara total pendapatan dengan total kerugian, yaitu Rp2.100.000.000,

-Rp2.200.250.000,- = - Rp l00.250.000,-. Jadi jika semua variabel lain ditetapkan pada

Nilai dasarnya, sementara variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal ditetapkan pada

batas bawah 0,4 maka akan mengakibatkan kerugian sebesar Rp l00.25 0.000,-. Nilai -

Rpl00.250.000,- ini diletakkan di sebelah ujung kiri pada batang yang variabel

Kapasitas Penerbangan Terjadwal. Untuk mencari nilai batas ujung kanannya,

digunakan nilai batas atas dari variabel Kapasitas Penerbangan Terjadwal, dengan

menggunakan rumus yang sama seperti di atas.

Pendapatan Total = Pendapatan dari Carter + Pendapatan dari Penerbangan

Terjadwal

= (Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif Carter) + [(1 - Proporsi

Carter) x Jam Terbang x Harga Tiket x Kapasitas Tempat Duduk

Penumpang x Kapasitas Penerbangan Terjadwal] = (0,5 x 800 x

Rp3.250.000 ) + (0,5 x 800 x Rpl.000.000 x 5 x

(39)

= Rpl.300.000.000 + Rpl.200.000.000

= Rp2.500.000.000,-

Dengan tetap menggunakan asumsi bahwa perkiraan biaya dasar tidak berubah,

maka diperkirakan keuntungan sebesar Rp2.500.000.000 - Rp2.200.250.000 =

Rp299.750.000,-. Sehingga nilai batas ujung kanan batangnya pada diagram tornado

adalah Rp299.750.000,-.

Tabel 3.2 Batas Bawah dan Batas atas Keuntungan yang Didapat untuk Tiap Variabel

Variabel Profit Bawah Profit Atas

Jam terbang Rp (100.250.000) Rp 299.750.000

Harga carter/jam Rp (27.750.000) Rp 184.750.000

Harga tiket/jam Rp (20.250.000) Rp 219.750.000

Kapasitas dari penerbangan terjadwal Rp 250.000 Rp 199.750.000

Proporsi dari penerbangan carter Rp 49.750.000 Rp 119.750.000

Biaya pengoperasian per jam Rp 49.750.000 Rp 179.750.000

Asuransi Rp 69.750.000 Rp 219.750.000

Proporsi pinjaman Rp 89.687.500 Rp 109.812.500

Tingkat Rp 94.500.000 Rp 103.250.000

Harga pembelian Rp 98.600.000 Rp 100.900.000

Jika digunakan cara yang sama untuk setiap variabel yang ada, akan didapat data

(40)

Diagram Tarnado untuk permasalahan di Cendrawasih Airyas

Gambar 3.3 Diagram Tornado Untuk permasalahan di Cendrawasih Airways

Panjang dari batang untuk setiap variabel yang diberikan mewakili perluasan

dari keuntungan yang mungkin didapat. Grafik tersebut disusun sedemikian rupa

sehingga variabel yang sangat sensitif; yaitu variabel dengan batang terpanjang, terletak

pada bagian atas, dan yang paling tidak sensitif diletakkan pada bagian bawah. Dengan

susunan batang yang diletakkan berdasarkan panjang ini, dapat dengan mudah dilihat

mengapa grafik ini disebut dengan Diagram Tornado.

Garis vertikal yang memotong sumbu x = 42.000.000 mewakili nominal yang

didapat oleh Thoriq apabila dia menanamkan modalnya sebesar Rp.525.000.000,-pada

pasar uang dengan tingkat pengembalian sebesar 8%. Jika dia tidak yakin keuntungan

yang mungkin akan diperolehnya lebih besar dari Rp42.000.000,- maka mungkin

sebaiknya dia tidak perlu membeli CN-235 tersebut.

Ada banyak hal yang menarik yang dapat dilihat dari Gambar 3.3 di atas.

Contohnya, ketidakpastian yang akan dihadapi Thoriq mengenai Kapasitas Penerbangan

Terjadwal ternyata sangatlah penting. Sementara sebaliknya, keuntungan tahunan

ternyata tidaklah sensitif terhadap harga pesawat terbang. Diagram Tornado dapat

menunjukkan variabel mana saja yang perlu lebih diperhatikan dan mana yang dapat

(41)

sehingga untuk proses analisa lebih lanjut, variabel-variabel di atas dapat diasumsikan

tetap berada pada nilai dasarnya. Sementara Kapasitas Penerbangan Terjadwal, Biaya

Pengoperasian, Jam Terbang dan Tarif Carter mempunyai efek yang besar terhadap

keuntungan tahunan; dimana batang untuk keempat variabel ini memotong garis kritis

42.000.000. Proporsi dari Penerbangan Carter, Harga Tiket, dan Asuransi juga

mempunyai efek yang kuat terhadap laba, tetapi batang dari ketiga variabel ini

semuanya terletak di sebelah kanan garis 42.000.000. Untuk tahapan awal, ketiga

variabel ini dapat diasumsikan tetap pada nilai dasarnya.

Terdapat empat variabel yang sensitif karena yang menjadi benchmark-nya.

adalah investasi di pasar uang dengan asumsi suku bunga tidak berubah sebesar 8%.

Tapi jika benchmark investasi lainnya diubah, misalnya ke dalam bentuk tabungan

dengan tingkat suku bunga 3% pertahun, maka keuntungan yang akan diperolehnya

dalam setahun adalah Rp. 15.750.000,- maka tinggal tiga variabel saja yang diagram

tornadonya berpotongan dengan garis benchmark. Artinya hanya tinggal tiga variabel

saja yang sensitif terhadap laba. Demikian sebaliknya, jika modal yang ada

diinvestasikan di dalam instrumen saham, dan kebetulan saham tersebut tidak meraup

keuntungan pada tahun tersebut, tetapi malah minus 10% dalam setahun, maka tinggal

satu variabel saja yang sensitif terhadap laba. Jadi, pada permasalahan ini, terdapat

empat variabel yang sensitif, karena benchmark-nya. adalah investasi di pasar uang

dengan tingkat pengembalian 8% pertahun (fixed 3 tahun).

3.1.3 Analisa Sensitifitas Dua Peubah

Analisa Diagram Tornado memberikan pemahaman yang mendalam, tentang apa yang

akan terjadi, tetapi terbatas jika hanya ada satu variabel yang berubah dalam satu waktu.

Akan sangat rumit, jika ingin dicari akibat dari perubahan beberapa variabel dalam satu

waktu. Tapi ada suatu Tehnik Grafik yang tersedia untuk mempelajari interaksi dari dua

(42)

Misalkan, ingin dicari pengaruh gabungan dari perubahan dua variabel yang

paling kritis, yaitu Biaya Pengoperasian dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal.

Pada Gambar 3.3 terlihat garis lurus yang mewakili semua nilai yang mungkin dari

kombinasi kedua variabel di atas. Kemudian akan dilihat nilai keuntungan tahunan dari

Biaya Pengoperasian dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal yang kurang dari Rp

42.000.000,-. Untuk mendapatkan nilai tersebut, maka harus dicari dulu total dari

pendapatan setahun dikurang dengan total biaya setahun yang kurang dari Rp

42.000.000,- atau dicari dulu total pendapatan yang kurang dari hasil pengurangan total

biaya ditambah Rp 42.000.000,-

Total Pendapatan < Total Biaya + Rp 42.000.000,-

(Proporsi Carter x Jam Terbang x Tarif < (Jam Terbang x Biaya

Carter) + [(1 - Proporsi Carter) x Jam Pengoperasian) + Asuransi + (Harga

Terbang x Harga Tiket x Jumlah Beli x Pporsi Pinjaman x Tingkat

Tempat Duduk Penumpang x Kapasitas Suku Bunga) + Rp42. 000.000,-

Penerbangan Terjadwal]

Dengan memasukkan nilai dasar pada semua variabel kecuali pada variabel Biaya

Pengoperasian dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal, akan didapatkan

(0,5 x 800 x 3.250.000) +[0,5 x 800 x (800 x Biaya Pengoperasian ) +

1.000.000 x 5 x Kapasitas dari < 200.000.000 + (875.000.000 x 0,4 x

Penerbangan Terjadwal 0,115)+42.000.000

yang dapat disederhanakan menjadi:

1.300.000.000 + (2.000.000.000 x < (800 x Biaya Pengoperasian) +

Kapasitas Terjadwal) 282.250.000

(43)

Kapasitas Terjadwal < 0,0000004 x Biaya Pengoperasian - 0,509

Pertidaksamaan ini mendefenisikan daerah dimana pembelian pesawat akan

menghasilkan keuntungan yang lebih kecil dari Rp 42.000.000. Untuk

menggambarkan garis dari pertidaksamaan ini hanyalah diperlukan dua titik awal. Cara

yang paling gampang adalah dengan memasukkan nilai ekstrim (batas atas dan batas

bawah) dari Biaya Pengoperasian untuk menghitung berapa nilai dari Kapasitas.

Jika Biaya Pengoperasian = Rp2.300.000, maka

Kapasitas Terjadwal = 0,0000004 x 2300000 - 0,509

= 0,411

Jika Biaya Pengoperasian = Rp2.600.000, maka

Kapasitas Terjadwal = 0,0000004 x 2600000 - 0,509

(44)

Titik yang diberi label "Nilai Dasar" didapat jika perhitungan keuntungan dengan

menggunakan variabel Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal dan Biaya Pengoperasian

yang tetap pada nilai dasarya. Dapat dilihat bahwa titik Nilai Dasar itu terletak pada

daerah keuntungan > Rp42.000.000. Dengan begitu, bisa diambil kesimpulan bahwa

pembelian CN-235 dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan. Tapi mungkin

saja Thoriq ingin mengetahui bagaimana perkiraan hasil yang mungkin didapatkan

apabila kedua variabel di atas dikombinasikan, apakah akan mendapatkan keuntungan

yang menarik, atau malah akan menghasilkan kerugian

Misalkan saja, ternyata Biaya Pengoperasian ternyata lebih tinggi dari perkiraan

nilai dasar, katakan sebesar Rp2.480.000, dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal

lebih kecil dari perkiraan nilai dasar, katakan sebesar 48%. Jika dihitung sendiri-sendiri,

yaitu dengan memasukkan nilai dari salah satu variabel tersebut dalam perhitungan,

sementara nilai variabel yang lain tetap pada nilai dasarnya, kedua nilai tersebut terlihat

tidak menimbulkan kerugian, keuntungan yang diperoleh tetap lebih besar dari Rp

42.000.000. Tapi pada saat kedua variabel tersebut dikombinasikan (titik C pada

Gambar 3.4), ternyata kombinasi kedua variabel tersebut menghasilkan laba yang

(45)

untuk tidak membeli CN-235 tersebut. Situasi yang demikian mengindikasikan bahwa

ketidakpastian variabel-variabel ini harus dimodelkan dengan menggunakan metode

probabilitas.

3.1.4 Sensitifitas Pada Probabilitas

Langkah selanjutnya dalam analisis ini adalah memodelkan ketidakpastian yang

melingkupi variabel-variabel kritis yang diidentifikasi dan analisis dengan

menggunakan diagram tornado. Keempat variabel kritis tersebut adalah (1) Kapasitas

dari Penerbangan Terjadwal, (2) Biaya Pengoperasian, (3) Jam Terbang, dan (4) Tarif

Carter. Ketidakpastian yang perlu dipertimbangkan hanyalah untuk ketiga variabel

pertama, karena tarif carter adalah sebuah variabel keputusan yang dapat ditetapkan

langsung oleh Thoriq. Untuk keperluan contoh disini, diasumsikan bahwa untuk awal

percobaan memodelkan ketidakpastian, Thoriq memilih dua nilai untuk masing-masing

variabel, satu mewakili skenario optimistis dan satu lagi mewakili yang pesimistis.

Diagram keterkaitannya seperti yang terlihat pada Gambar 3.4. Diagram tersebut juga

memperlihatkan perubahan dalam model, berdasarkan analisis sensitifitasnya. Biaya

Pengoperasian, Jam Terbang, dan Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal telah diubah

menjadi simpul kejadian- Variabel input yang tersisa (Tingkat Suku Bunga, Proporsi

Pinjaman, Harga Beli, Asuransi, Tarif Carter dan Proporsi dari Penerbangan Carter)

telah ditetapkan pada nilai dasarnya dan dengan demikian dapat dianggap sebagai

konstanta. Pohon keputusan pada Gambar 3.5 menunjukkan nilai pesimistis dan

(46)

Gambar 3.5 Diagram Keterkaitan dari Cendrawasih Airways

Sekarang masalahnya telah menjadi lebih sederhana. Pada Gambar 3.4 dan 3.5.

distribusi probabilitas untuk Jam Terbang tergantung pada Kapasitas Penerbangan

Terjadwal. Jika Kapasitasnya rendah, maka mungkin dapat mengakibatkan beberapa

penerbangan dibatalkan dengan demikian mengnrangi jumlah jam terbang. Sebuah garis

lengkung yang berhubungan ditarik dari "Kapasitas dari Penerbangan Terjadwal" ke

"Jam Terbang" pada diagram keterkailan, dan dalam pohon keputusan nilai untuk r =

P(Jam Terbang Rendah | Kapasitas Rendah) mungkin tidak sama dengan untuk s =

P(Jam Terbang Rendah |Kapasitas Tinggi). Pendapat awal adalah bahwa nilai r akan

lebih besar dibandingkan s. Sebaliknya, Biaya Pengoperasian ditetapkan independen

terhadap variabel-variabel lainnya.

Gambar 3.6 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways dengan

Ketidakpastian untuk Tiga Variabel

Hal berikutnya yang harus dilakukan adalah menaksir beberapa nilai untuk

probabilitas p, q, r, dan s. Bila dianggap bahwa Thoriq merasa yakin dengan penaksiran

nilai p = 0,5, atau bahwa Biaya Pengoperasian dapat setinggi (Rp2.530.000) atau

serendah (Rp2.370.000). Andaikan Thoriq merasa bahwa sebuah cara yang masuk akal

(47)

s = 80% r. Sehingga, jika Kapasitas tinggi (55%), maka probabilitas Jam = 650

hanyalah 80% dan probabilitas Jam = 650 pada saat Kapasitas rendah. Dengan dua

spesifikasi ini, sekarang tinggal dua probabuitas lagi yang belum dispesifikasi yang

harus dicari, yaitu q dan r. Gambar 3.7 menunjukkan pohon keputusan yang sudah

dimodifikasi dengan p = 0,5 dan s = 0,8/r.

Gambar 3.7 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel dengan p = 0,5 dan s = 0,8r

Sekarang dapat dibuat sebuah grafik sensitifitas dua variabel untuk q dan r.

Sebagaimana analisis saisitifitas dua variabel di atas, grafiknya akan menunjukkan

daerah mana yang Nilai Ekspektasinya untuk membeli CN-235 lebih besar dari pada

menanamkan modal di pasar uang.

Untuk menggambarkan grafiknya, pertama sekali harus dicari nilai ekspektasi dari

membeli CN-235 dalam nilai q dan r, termasuk spesifikasinya bahwa p = 0,5 dan s

(48)

EMV (Pembelian) = 0.5 {[-97.250. OOOr - 42.250.000(l-r)] +

(1-q)[65.250.000(0,8) + 182.750.000(l-0,8r)]} +

0,5{q[6.750.000/- + 101.750.0000-/-)] +

(1-q)[169.250.000(0,8/-) + 326.750.000(l-0,8r)]}

Setelah direduksi secara aljabar, persamaan di atas menjadi:

EMV (Pembelian) =q (35.000.000r - 225.000.000) - 110.000. 000r + 254.750.00

Pesawat terbang akan dibeli jika EMV (pembelian) > 42.000.000. Sehingga bisa

dihitung pertidaksamaan untuk q dengan menggunakan r.

q(350.00.000r - 225.000.000) - 110.000.000r + 254.750.000 > 42.000.000

254.750.000 - 42.000.000 - 110.000.000r > q(225. 000.000 - 35.000.000r)

Kemudian pertidaksamaan di atas menjadi:

(212.750.000 - 110.000.000/-) / (225.000.000 - 35.000.000r) > q

Dengan menggunakan pertidaksamaan ini, sebuah grafik sensitifitas dua variabel

untuk Cendrawasih Airways dapat dibuat (Gambar 5.8). Kurva yang memisahkan dua

daerah yang mewakili nilai dari q dan r untuk EMV (pembelian) = 42.000.000 mewakili

titik-titik nilai r antara 0 dan 1 ke dalam pertidaksamaan di atas. Untuk nilai q dan r ini,

Thoriq haruslah merasa tidak berbeda (dalam hal EMV) antara membeli pesawat atau

tidak. Daerah di bawah garis terdiri dari titik-titik di mana q < (212.750.000 - 110.000.

000r) / (225.000.000 - 35.000.000r); untuk titik (q , r) ini. EMV (pembelian) >

Rp42.000.000. Grafik yang dihasilkan masuk akal karena q dan r adalah probabilitas

dari skenario pesimistis - Kapasitas rendah dan Jam Terbang rendah. Jika Thoriq

berpendapat bahwa skenario pesimistis sangat mungkin terjadi (q dan r mendekati 1)

maka Thoriq mungkin tidak akan mau membeli pesawat terbang.

Hal penting yang dapat dilihat dari Gambar 3.7 adalah bahwa Thoriq mungkin

tidak mempunyai pengalaman untuk menentukan berapa seharusnya probabilitas untuk

(49)

probabilitas q mungkin berada antara 0,4 dan 0,5 serta bahwa r mungkin berada di

antara 0,5 dan 0,65. Probabilitas-probabilitas ini diwakili oleh titik-titik yang ada pada

Kotak A dalam Gambar 3.7. Kesemua titik ini berada dalam daerah "Beli CN=235",

sehingga kesimpulaimya adalah CN-235 harus dibeli. Keputusan ini tidak sensitif

terhadap penaksiran dari probabilitas. Jika sebaliknya, Thoriq berpendapat bahwa

bahwa nilai yang masuk akal untuk q dan r ada dalam Kotak B, maka kemudian pilihan

yang optimal belumlah jelas.

Gambar 3.8 Grafik Sensitifitas Dua Variabel untuk Cendrawasih Airways

Grafik analisis Sensitifitas dapat memberikan petunjuk dalam menentukan

seberapa besar usaha yang diperlukan untuk memodelkan ketidakpastian dalam sebuah

pennasalahan keputusan. Grafik juga dapat menunjukkan apakah keputusan yang dibuat

sensitif terhadap ketidakpastian dalam permasalahan dan permodelan dari

ketidakpastian tersebut.

3.1.5 Nilai Ekspektasi dari Permasalahan Cendrawasih Airways

Jika diulang kembali inti permasalahan dari Cendrawasih Airways adalah apakah

sebaiknya pemilik Cendrawasih Airways, dalam hal ini Thoriq, harus membeli

(50)

Airways, atau tidak. Setelah sebelumnya dibuat permodelan dari permasalahannya, telah

diketahui bahwa ada tiga variabel ketidakpastian : kapasitas dari penerbangan terjadwal

(proporsi dari tiket yang teriual), biaya pengoperasian, dan total jam terbang dalam

setahun. Gambar 3.9 memperlihatkan pohon keputusan dengan probabilitas tertentu

pada cabang-cabangnya.

Gambar 3.9 Pohon Keputusan untuk Cendrawasih Airways dengan Ketidakpastian untuk Tiga Variabel dengan p = 0,5 dan s = 0,8r

Untuk menghitung nilai ekspektasi dari pembelian pesawat baru, digunakan nilai

probabilitas dari cabang-cabang pohon keputusannya.

Maka Nilai Ekspektasi (pembelian pesawat) adalah:

= -Rpl 1.378.250 + (-Rp6.041.750) + Rp5.637.600 + Rp28.070.400 +Rp789.750 +

Rpl4.550.250 + Rpl4.623.200 + Rp50.

= Rp96.440.000,-

Nilai Ekspektasi untuk investasi pada pasar uang

(51)

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai ekspektasi membeli pesawat

terbang jauh lebih besar dari pada nilai ekspektasi menginvestasikan modal pada pasar

uang. Jika kriteria memilih yang digunakan adalah nilai ekspektasi, maka yang akan

dipilih adalah membeli pesawat terbang, karena nilai ekspektasi membeli pesawat

terbang jauh lebih tinggi dari pada menginvestasikan modal pada pasar uang. Tetapi

sebagian besar orang tampaknya akan lebih cenderung untuk memilih altematif kedua,

yaitu menginvestasikan modal pada pasar uang. Jadi dapat ditarik kesimpulan, bahwa

penggunaan kriteria nilai ekspektasi dalam permasalahan tidak mewakili apa yang

mungkin diinginkan oleh sebahagian besar orang. Kondisi ini disebabkan karena

membeli pesawat terbang adalah tindakan yang lebih beresiko dibandingkan

menginvestasikan modal pada pasar uang. Jika Thoriq termasuk pembuat keputusan

yang menghindari resiko, ingin diketahui seberapa penghindar resikokah Thoriq dan

apakah dia tetap berkeinginan untuk membeli pesawat terbang tersebut. Atau, jika

Thoriq adalah seorang penggemar resiko, seberapa rendahkan tingkat toleransinya

terhadap resiko yang membuat dia mau menginvestasikan modalnya di pasar uang.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, secara konsep cukup sederhana, tapi

perhitungan yang akan dilibatkan sangat lamban dan tidak menarik. Untuk keperluan

perhitungannya digunakan fungsi utilitas eksponensial. Pada konsepnya, yang ingin

dicari adalah nilai kritis untuk R sehingga ekspektasi utility dari membeli pesawat akan

sama dengan ekspektasi utility dari menanamkan modal di pasar uang. Sehingga

kemudian pertanyaannya berubah menjadi : apakah toleransi resiko Thoriq berada di

atas atau di bawah nilai kritis. Jika toleransi resiko Thoriq berada di atas nilai kritis,

maka keputusan yang paling baik adalah membeli pesawat terbang baru, jika di bawah

nilai kritis, maka sebaiknya diambil keputusan yang tidak terlalu beresiko yaitu

menginvestasikan uangnnya pada pasar uang.

3.1.6 Toleransi Resiko (R) untuk Cendrawasih Airways

Seperti yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya, R adalah toleransi resiko. Semakin

(52)

sebaliknya semakin kecil nilai R maka akan semakin concave kurvanya atau semakin

menghindari resiko. Dengan demikian, jika seorang pembuat keputusan tidak terialu

penghindar resiko; atau jika pembuat keputusan dapat mentoleransi lebih banyak resiko,

pembuat keputusan tersebut dapat menaksir nilai yang besar untuk R untuk memperoleh

sebuah fungsi utility yang lebih mendatar. Jika seorang pembuat keputusan tidak terialu

dapat mentoleransi resiko, maka pembuat keputusan tersebut dapat menaksir nilai R

yang lebih kecil dan memperoleh sebuah fungsi utility yang lebih melengkung.

Nilai X (keuntungan) yang terbesar, dimana Thoriq merasa lebih baik untuk

melakukan membeli pesawat daripada tidak, kurang lebih hampir mendekati tingkat

toleransi Thoriq terhadap resiko. Ini adalah nilai dimana seorang pembuat keputusan

bisa menggunakannya sebagai nilai R di dalam fungsi utility eksponensialnya. Sebagai

contoh, andaikan setelah memperhatikan pohon keputusan untuk masalah di atas,

pembuat keputusan mengambil keputusan bahwa nilai X yang terbesar yang bisa

membuatnya memutuskan ikut bermainjudi adalah X= Rp142.410.000,-. Sehingga R =

Rp142.410.000,-. Dengan menggunakan penaksiran ini dalam fungsi utility

eksponensial akan menghasil fungsi utility

U(x) =1-e-x4241000

Karena nilai R sudah diperoleh maka utility dan masing-masing variabel dapat dicari

dengan mensubstitusikan nilai R ke dalam fungsi utility eksponensial.

(53)

Lalu dicari Ekspektasi Utility-nya.

Jika digambarkan diagram pohonnya adalah sebagai berikut :

Laba (x) U(x) Probabilitas EU

-Rp 97.250.000 -0.97958 0.1170 -0.114611

-Rp 42.250.000 -0.34538 0.1430 -0.049390

Rp 65.250.000 0.36757 0.0864 0.037158

Rp 182.750.000 0.72287 0.1536 0.111033

Rp 6.750.000 0.04629 0.1170 0.005416

Rp 101.750.000 0.51056 0.1430 0.073010

Rp 169.250.000 0.69531 0.0864 0.060075

Rp 326.750.000 0.89918 0.1536 0.138114

(54)

Maka:

Ekspektasi Utility (Pembelian Pesawat) = 0,255405 Ekspektasi

Utility (Investasi Pasar Uang) = 0,255411

3.1.7 Menentukan Nilai Ekivalen Tetap (NET)

Untuk mencari Nilai Ekivalen Tetap untuk kejadian tak pasti pada pembelian pesawat

adalah sebagai berikut:

U(x)=1-e-x/R

U(x)=l-e x /142410000

Seperti sudah diketahui sebelumya bahwa Ekspektasi Utility (Pembelian Pesawat)

adalah 0,255405.

Jika masing-masing sisi dikurangi 1, maka :

-0,7444595 = −ex/142410000

x = -142410000 x -0,294915

x = 41998821,3078

Diperoleh Nilai Ekivalen Tetap untuk kejadian tak pasti pada pembelian pesawat, yaitu

Rp.41.998.821,- ICarena Nilai Ekivalen Tetap-nya sudah diketahui, maka pohon

(55)

Gambar3.11 Pohon Kcputusan yang Sudah Disederhanakan

Nilai Ekivalen tetap adalah suatu nilai yang ditetapkan, atau diputuskan bukan

merupakan perkiraan nilai yang akan diterima dari kejadian tak pasti tersebut, Jika

pengambil keputusan mengaambil keputusan berdasarkan Nilai Ekivalen Tetap pada

kasus Cendrawasih Airways, maka yang menjadi keputusan yang diambil adalah "tidak

jadi membeli pesawat, lebih baik menginvestasikan di pasar uang", karena Nilai

Ekivalen Tetapnya lebih tinggi.

3.1.8 Sensitifitas Resiko

Setelah nilai kritis R diperoleh, untuk melihat berapa perubahan angka

keputusan analisis sensitifitas penerima resiko yang dilakukan dengan mengambil nilai

R di bawah dan di atas nilai kritis R untuk memperoleh Nilai Ekivalen Tetap-nya

(NET). Perhitungan untuk mencari nilai ini dilakukan dengan jalan coba-coba (trial and

error). Seperti sudah diketahui sebelumnya bahwa Ekspektasi Utility (Pembelian

Pesawat) adalah 0,255405. Dengan mengambil nilai R dari 2410000 sampai dengan

262410000. Nilai Ekivalen Tetap yang diperoleh adalah sebagai berikut:

0,255405 =l-e-xR - 0,744595 =-e-x/R

0,744595 =e-x/R

In (0,744595)= In (e-x/R) In (0,744595) = - x/R

x= - R x [In (0,744595)]

(56)

Untuk R = 2.410.000, maka

x = -2.410.000 x -0,294915 = 710.728,5633

Untuk R = 22.410.000, maka

x = -22.410.000 x -0,294915 = 6.608.890,9142

Untuk R = 42.410.000, maka

x=-42.410.000 x -0,294915 = 12.507.053,2650

Untuk R = 62.410.000, maka

x=-62.410.000 x -0,294915 = 18.405.215,6159

Untuk R = 82.410.000, maka

x= -82.410.000 x -0,294915 = 24.303.377,9668

x=-102.410.000x-0,294915= 30.201.540,3176

Untuk R = 122.410.000, maka

x = -122.410.000 x -0,294915 = 36.099.702,6685

Untuk R = 142.410.000, maka

x = -142.410.000 x -0,294915 = 41.997.865,0194

Untuk R = 162.410.000, maka

x = -162.410.000 x -0,294915 = 47.896.027,3702

Untuk R = 182.410.000, maka

x = -182.410.000 x -0,294915 = 53.794.189,7211

UntukR = 202.410.000, maka

x = -202.410.000 x--0,294915 = 59.692.352,0720

Untuk R = 222.410.000, maka

x=-222.410.000x-0.294915 =65.590.514,4229

Untuk R = 242.410.000, maka

x = -242.410.000 x -0,294915 = 71.488.676,7737

Untuk R = 262.410 000, maka

x = -262,410,009 x -0^294915 = 77.386.839,1246

Untuk R = Z82.410.000, maka

x = -282.410.000 x -0.294915 = 83.285.001,4755

Jika Nilai Ekivalen Tetap di atas dimasukkan dalam sebuah label hasilnya

(57)

Tabel 3.3 Nilai Ekivalen Tetap berdasarkan Toleransi Resikonya

Toleransi Resiko Nilai Ekivalen Tetap

2.410.000 710.728,5633

22.410.000 6.608.890,9142

24.410.000 12.507.053,2650

62.410.000 18.405.215,6159

82.102.000 24.303.377,9668

102.410.000 30.201.540,3176

Jika Thoriq hanya dapat menerima resiko di bawah nilai kritis atau R <

142.410.000, maka dia akan mengambil keputusan yang mengandung sedikit resiko.

Keputusan yang akan diambilnya adalah menginvestasikan uangnya pada pasar uang.

Akan tetapi jika Thoriq dapat menerima resiko di atas nilai kritis (R >

142.410.000), artinya Thoriq dapat mentolerir resiko lebih besar dari 142.410.000 maka

keputusan yang akan diambil adalah membeli pesawat terbang CN-23

Toleransi resiko ini dapat dinyatakan dalam sebuah grafik dalam hubungannya

dengan Nilai Ekivalen Tetap. Grafik sensitifitas resikonya dap dapat ditunjukkan

(58)

Dari grafik ini dapat dilihat, bahwa tenyata Thoriq netral terhadap resiko yang

mungkin terjadi. Artinya, dia tidak merasa berbeda antara menerima resiko di bawah

nilai kritis atau R < 142.410.000 yang akan membuat dia mengambil keputusan yang

mengandung sedikit resiko, ataupun menerima resiko di atas nilai kritis (R >

142.410.000), dimana artinya Thoriq dapat mentolerir resiko lebih besar dari

142.410.000 sehingga keputusan yang akan diambil adalah membeli pesawat terbang

CN-235.

Setelah dilakukan analisa sensitifitas penerima resiko, jika ternyata Thoriq dapat

menerima resiko lebih besar dari nilai kritis atau R > Rpl42.410.000,- maka keputusan

yang diambil adalah membeli pesawat terbang, dengan begitu memperlihatkan bahwa

(59)

BAB 4

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

• Nilai ekivalen tetap digunakan untuk menentukan pilihan dengan memasukkan faktor resiko

• Diagram Tornado dapat digunakan untuk membandingkan Analisis Sensitifitas satu variabel untuk banyak variabel input secara bersamaan

• Diagram tornado disusun sedemikian hingga variabel yang paling sensitif (variabel dengan batang paling panjang), ditempatkan pada bagian paling atas,

dan yang paling tidak sensitif ditempatkan pada bagian bawah

4.2 Saran

• Untuk pembuat keputusan harus mengetahui analisis sensitifitas karena analisis ini dilakukan setelah dicapainya suatu strategi yang dianggap optimal. Dimana

sensitifitas berdasarkan nilai probabilitas dari simpul-simpul keputusan dan

penerapan dalil bayes

• Untuk pembuat keputusan harus mengetahui berapa besar perubahan angka keputusan dengan mengubah-ubah preferensi terhadap resiko ke dalam fungsi

utilitas eksponensial

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Accel, Amir D. 1999. Complete Business Statistics 4th edition. Singapore McGraw Hill

Bunn, Derek W. 1984. Applied Decision Analysis. San Fransisco. McGraw Hill Book

Company

Clemen, R.T. 1996. Making Hard Decision: An Introduction to Decision Analysis 2nd

Edition. Belmot California. Duxbury Press

Fabrycky, Wotter J. dan Thuesen, G. J. 1980. Economic Decision Analysis 2nd Edition.

New Jersey. Prentice Hall

Kaim, Azhar.1995. Teori pembuatan keputusan. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

Mangkusubroto, Kuntoro dan Trisnadi, Liatiarini. 1987. Analisa Pendekatan Keputusan

dalam Manajemen Usaha dan Proyek. Bandug. Ganeca Exact

Manurung, Adler Haymans. 1991. Pengambilan Keputusan Pendekatan Kuantitatif.

Jakarta. Rineka Cipta

Paul, E. Moody. 1993. decision Making: Proven Methods for Better Decision. New

York. McGraw Hill

Supranto, Johannes. 1998. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakatra. Rineka Cipta

Gambar

table 2.1. Selanjutnya dari penelitian pasar dapat pula diketahui distribusi kemungkinan
Tabel 2.2 Distribusi Kemungkinan Tingkat Penjualan
Gambar 2.2 Diagram Keputusan
Gambar 2.3 Kurva Utility untuk Contoh 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pendukung keputusan ini dapat membantu para kreditur dalam meminimalkan resiko kredit yang akan muncul nantinya, dimana pada saat sekarang ini karena

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan yaitu bagaimana merancang sebuah sistem pendukung keputusan dengan

Bertitik tolak dari kebutuhan diatas, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dilakukan analisis dan perancangan suatu Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk Obyektivitas

Berdasarkan hal tersebut untuk membantu penentuan dalam menetapkan seorang siswa memperoleh beasiswa, maka dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan dengan metode yang

Agar dapat diketahui jenis konsultasi mana yang memiliki keuntungan yang paling besar maka harus dihitung nilai EMV untuk setiap keputusan yang diambil.. Nilai EMV = nilai keuntungan

untuk setiap nilai, dan ketidak pedulian terhadap resiko yang timbul. Konsekuen juga dapat ditentukan secara langsung dari agregasi sederhana yang dilakukan pada

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan yaitu bagaimana merancang sebuah sistem pendukung keputusan dengan

Berdasarkan hal tersebut untuk membantu penentuan dalam menetapkan seorang siswa memperoleh beasiswa, maka dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan dengan metode yang dapat