• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efektifitas Acetazolamide Tablet Dengan Tetes Mata Betaxolol Hcl Dalam Menurunkan Tekanan Intra-Okuli Pada Pre-Operasi Katarak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Efektifitas Acetazolamide Tablet Dengan Tetes Mata Betaxolol Hcl Dalam Menurunkan Tekanan Intra-Okuli Pada Pre-Operasi Katarak"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ACETAZOLAMIDE

TABLET DENGAN TETES MATA BETAXOLOL HCl

DALAM MENURUNKAN TEKANAN INTRA-OKULI

PADA PRE-OPERASI KATARAK

T E S I S

O L E H :

T. SITI HARILZA ZUBAIDAH

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

ILMU KESEHATAN MATA

YANG TELAH DIBACAKAN SERTA PERBAIKAN

TANGGAL 2 APRIL 2008

TELAH DISETUJUI OLEH :

Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mata

Prof. dr. H. Aslim D Sihotang, SpM

Ketua SMF Ilmu Kesehatan Mata

FK USU / RSUP Haji Adam Malik Medan

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

ILMU KESEHATAN MATA

YANG TELAH DIBACAKAN SERTA PERBAIKAN

TANGGAL 2 APRIL 2008

TELAH DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING PENELITIAN

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim

Alhamdulillah...begitu besar rasa syukur saya kepada ALLAH Subhana wa ta’ala karena hanya dengan rahmat, berkah dan hidayahNYA saya dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata.

Penulisan tesis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan setinggi-tingginya kepada :

- Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendididkan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.

- Dr. Delfi, SpM sebagai Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Mata yang memberikan

bimbingan, nasehat dan petunjuk dalam pendidikan spesialis di bagian mata ini.

- Prof. Dr. H. Aslim D Sihotang, SpM sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter

Spesialis yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan serta ilmu yang bermanfaat.

- Dr. H. Bachtiar, SpM yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasehat dan petunjuk serta ilmu yang sangat bermanfaat.

- Dr. Beby Parwis, SpM selaku pembimbing dalam bidang penelitian, yang telah memberikan bimbingan pada tesis ini serta bimbingan ilmu yang sangat berharga selama mengikuti program pendidikan dokter spesialis di bidang mata dari awal hingga akhir pendidikan.

- Dr. H. Chairul Bahri AD, SpM yang telah banyak memberikan dorongan dan tiada hentinya memberikan semangat selama mengikuti pendidikan serta bimbingan dan

nasehat yang sangat berharga.

- Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM selaku Kepala SMF Mata RS dr. Pirngadi Medan yang

(5)

- Dr. H. Abdul Gani, SpM, Dr. Hj. Adelina Hasibuan, SpM, Dr. H. Mohd Dien

Mahmud, SpM, Dr. H. Azman Tanjung, SpM, Dr. Masang K Sitepu, SpM, Dr. Suratmin, SpM, Dr. Hj. Rizafatmi, SpM, Dr. Hj. Heriyanti Harahap, SpM, Dr. Hj. Aryani Attiyatul Amra, SpM, Dr. H. Syafridon, SpM, Dr. Syafei Kaulan, SpM, Dr. H. Zaldi Z, SpM, Mayor Laut (K) Dr. Gede Pardianto, SpM, Dr. H. Hasmui H, SpM, Dr. Nurchaliza Hazaria Siregar, SpM, Dr. Masitha Dewi Sari, SpM, Dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk serta ilmu yang bermanfaat selama masa pendidikan.

- Dalam kenangan, abangku Dr. Juniarson Barus, SpM (Alm) sebagai senior, sahabat, teman, yang selalu ada jika dibutuhkan, kapan pun, dimana pun, dan sesibuk apapun, tiada hentinya memberi semangat, nasehat, ilmu yang bermanfaat hingga akhir hayatnya. Semoga abang beristirahat dengan tenang.

- Drs. H. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes sebagai pembimbing dalam bidang statistik

pada penelitian ini.

- Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan

sarana untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata.

- Direktur RS. Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana

bekerja selama mengikuti pendidikan.

- Para sejawat PPDS Mata, seluruh tenaga medis, refraksionis dan administrasi (K’ Sofi & K’ Nur) bagian Ilmu Kesehatan Mata FK USU / RSUP Haji Adam Malik Medan – RS dr. Pirngadi Medan atas kerjasama yang baik selama ini.

Sembah sujud dan terima kasih yang tidak terhingga ananda haturkan kehadapan ayahanda Ir. H. T. Haris Aminullah dan ibunda Prof. DR. Ir. Hj. T. Chairun Nisa Bahrioen, MSc, yang telah begitu besar mencurahkan kasih sayang, cinta, perhatian, pengertian, dorongan semangat dan juga pengorbanan serta tak henti memanjatkan doa buat ananda selama ini .

(6)

Suamiku tercinta dan tersayang, Andi Surya Dharma, ST, terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dorongan semangat, pengorbanan dan doa yang diberikan selama saya menjalani pendidikan.

Kepada abang kandung tersayang T. Mohammad Chairal Abdullah, BBA, MBA, PhD, adik kandung tersayang dr. T. Siti Hajar Haryuna, SpTHT-KL, dan dr. T. Mohammad Rizki serta adik-adik ipar dr. Edwin Martin Asroel, SpOG dan Dede Setiawati, SE juga tak lupa keponakanku yang sangat lucu Ramiza Alya Putri Edwina, terima kasih yang sebesar-besarnya atas dorongan semangat dan doa yang telah diberikan.

Seluruh keluarga dan juga handai taulan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan bantuan serta doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, namun saya berharap agar tesis ini dapat bermanfaat adanya.

Semoga ALLAH Subhana wa ta’ala senantiasa memberikan berkahNYA kepada kita semua.

Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, April 2008

(7)

DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH ... 3

1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 4

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 5

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA ... 6

2.2 ZONULA ZINNI DAN CORPUS VITREUS ... 6

2.3 KLASIFIKASI KATARAK ... 7

2.4 GEJALA DAN TANDA KATARAK ... 8

2.5 PEMBEDAHAN KATARAK ... 9

2.6 TEKANAN INTRA OKULI ... 10

2.7 PERAN OBAT TERHADAP TEKANAN INTRA OKULI ... 12

2.7.1 ACETAZOLAMIDE ... 13

2.7.2 BETAXOLOL HCL ... 16

BAB III KERANGKA OPERASIONAL ... 20

3.1 KERANGKA OPERASIONAL ... 20

3.2 DEFINISI OPERASIONAL ... 21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 22

4.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 22

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 22

(8)

4.3.1 KRITERIA INKLUSI ... 22

4.3.2 KRITERIA EKSKLUSI ... 23

4.4 UKURAN SAMPEL ... 23

4.5 VARIABEL YANG DIAMATI ... 23

4.6 ALAT YANG DIGUNAKAN ... 24

4.7 CARA PENELITIAN ... 24

4.8 PENGOLAHAN DATA ... 26

4.9 LANDASAN ETIK PENELITIAN ... 26

4.10 PERSONALIA PENELITIAN ... 26

4.11 BIAYA PENELITIAN ... 26

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 HASIL PENELITIAN ... 27

5.2 PEMBAHASAN ... 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1 KESIMPULAN ... 37

6.2 SARAN ... 37

BAB VII RINGKASAN ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani “Katarrhakies”, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.(1,2)

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyakit mata lokal menahun. Faktor lain yang

menyebabkan katarak adalah fisik, kimia, penyakit predisposisi, genetik dan gangguan perkembangan, infeksi virus dimasa pertumbuhan janin, usia.(1)

Pengobatan katarak diperlukan bila kekeruhan lensa mengganggu penglihatan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak satupun obat yang dikenal yang dapat menyembuhkan katarak. Sampai sekarang belum ditemukan pengobatan katarak dalam bentuk tablet, salep, tetes mata dan gizi tertentu untuk mencegah perkembangan katarak. Katarak hanya dapat diangkat dengan jalan pembedahan. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata. Kadangkala pembedahan katarak tidak perlu menunggu katarak matang karena bila operasi diundur kemungkinan timbulnya penyulit tidak dapat dihindarkan.(3,4)

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak sebelum dilakukan pembedahan adalah pemeriksaan tajam penglihatan, sinar celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata, pengukuran tekanan intra-okuli, uji ultrasonografi (USG) sken A, keratometri, pemeriksaan pra bedah dan fisik umum.(1,3)

Tekanan intra-okuli saat pembukaan bola mata diharapkan rendah, sehingga dilakukan berbagai usaha untuk menurunkan tekanan intra-okuli. Hal ini dapat dikerjakan dengan :

(10)

• Memakai alat penekan Honan. Dengan alat ini kepala dibebat dengan penekanan dengan balon disekitar mata. Penekanan balon Honan ini diberikan dengan tekanan 30 mmHg selama 10-20 menit.

• Pemberian obat-obatan sebelum operasi (pre operative treatment).(3)

Tekanan intra-okuli adalah hasil pengukuran tekanan cairan yang berada di dalam bola mata. (5,6) Ada tiga faktor yang menentukan tekanan intra-okuli : jumlah produksi

akuos oleh badan siliar, resistensi outflow akuos melewati sistem trabekular meshwork-kanali Schlemm serta tekanan vena episklera.(7)

Tekanan intra-okuli berbeda-beda pada setiap orang. Ukuran rata-rata tekanan intra-okuli adalah 16 mmHg dengan tonometri aplanasi dan 15,8 mmHg dengan tonometri Schiotz dengan kisaran normal pada populasi umum adalah 10-22 mmHg.(7,8,9)

Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan intra okuli, antara lain : umur, genetik, ras, waktu (season), detak jantung, pernafasan, exercise, pemasukan cairan, obat-obat sistemik, obat-obat-obat-obat topikal dan faktor-faktor lainnya.(7,10,11) Tekanan intra-okuli adalah tidak tetap dari hari ke hari ataupun dari jam ke jam. Biasanya tekanan intra-okuli mencapai nilai tertinggi pada pagi hari bangun tidur, kemudian menurun dengan perlahan-lahan sampai mencapai titik terendah sore hari.(12,13)

Pilihan obat yang sering digunakan dalam menurunkan tekanan intra-okuli ini adalah obat-obat glaukoma golongan karbonik anhidrase inhibitor, beta adrenergik antagonis, alpha-2 agonis, kolinergik, prostaglandin.(12,13)

Secara empiris di dalam persiapan sebelum dilakukan tindakan operasi katarak, pasien diberi obat penurun tekanan intra-okuli dari golongan karbonik anhidrase inhibitor berupa tablet Acetazolamide 250 mg yang mulai dikonsumsi sehari sebelum operasi. Menurut Becker, pemberian karbonik anhidrase inhibitor per oral 500 mg pada mata normal bisa menurunkan tekanan intra-okuli sebesar 22 % atau 4,1 mmHg.(14)

Karbonik anhidrase inhibitor, khususnya Acetazolamide, adalah suatu agen hipotensi okuli yang poten karena kerjanya spesifik dan menurunkan tekanan intra-okuli dengan menginhibisi enzim karbonik anhidrase. Inhibisi dari enzim ini langsung dapat

menurunkan produksi akuos humor yang pada akhirnya menurunkan tekanan intra-okuli.(15,16)

(11)

kebas/kesemutan pada kaki dan tangan, rasa mengantuk serta sering buang air kecil dan keluhan lainnya.(14)

Dari beberapa jenis obat glaukoma topikal, yang paling sering digunakan adalah golongan beta bloker.(17) Betaxolol HCl (Betaxolol Hydrochloride), sebagai salah satu golongan beta bloker adalah suatu kardioselektif beta-adrenergik reseptor bloker didalam suatu resin suspensi formula yang steril. Jika diteteskan pada mata mempunyai kerja menurunkan peningkatan tekanan intra-okuli, baik yang berhubungan dengan glaukoma ataupun tidak. Betaxolol HCl mempunyai efek minimal pada paru-paru dan jantung.(18)

Memperhatikan penggunaan Acetazolamide dan Betaxolol HCl memiliki kesamaan dalam menurunkan tekanan intra-okuli maka pada penelitian ini penulis tertarik untuk membandingkan pemakaian tablet Acetazolamide 3x250 mg dengan tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % 2x1 tetes/hari pada pre operasi katarak.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1.2.1 Berapa besar persentase penurunan tekanan intra-okuli dengan pemberian tablet Acetazolamide 250 mg.

1.2.2 Berapa besar persentase penurunan tekanan intra-okuli dengan pemberian tetes mata Betaxolol HCl 0,5 %.

1.2.3 Apakah Betaxolol HCl 0,5 % bisa dijadikan alternatif di dalam menurunkan

tekanan intra-okuli pada pre operasi katarak.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui efektifitas tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % dibandingkan dengan tablet Acetazolamide 250 mg terhadap penurunan tekanan intra-okuli pada pre operasi katarak.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

(12)
(13)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa.(4,19) Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia, dengan prevalensi kebutaan 0,78 % dari prevalensi kebutaan 1,5 % pada tahun 1996. Menurut WHO katarak adalah penyebab utama kebutaan di seluruh dunia (WHO 1997).(20) Berdasarkan penelitian FK-USU khususnya daerah Tanjung Balai tahun 2005 oleh R Handoko Pratomo dkk dimana angka kebutaan katarak adalah 0,37 %, yang berarti lebih kecil dari angka kebutaan katarak secara Nasional.(20)

Diseluruh dunia lebih dari 20 juta pasien menjadi buta karena katarak padat bilateral. Jumlahnya terus meningkat sampai kurang lebih 25 juta orang pada tahun 2000

(WHO 1997).

Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi UV dan peningkatan kadar gula darah. Terkadang hal ini disebut sebagai katarak terkait usia.(21)

Sembilan puluh lima persen penduduk yang berusia diatas 65 tahun telah mengalami kekeruhan lensa.

Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik. Beberapa diantaranya bersifat kongenital dan dapat diturunkan.

Di negara-negara maju pembedahan katarak dilakukan ketika gejala visual mengganggu kualitas hidup. Lebih dari 1 juta operasi katarak telah dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Terhitung 17 juta kasus kebutaan yang dapat diatasi dengan dilakukannya operasi katarak ini.

(14)

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

Lensa merupakan sistem optik dibentuk dari sel-sel yang berasal dari permukaan ektodermis, mempunyai susunan sel-sel dengan keteraturan yang sangat menakjubkan sehingga bersifat transparan. Kekuatan refraksi lensa sebesar 15-20 dioptri (lebih kecil dibandingkan kornea yang besarnya 43 dioptri), tetapi mempunyai kemampuan untuk berubah bentuk saat akomodasi berkat bantuan otot-otot siliaris. Kemampuan akomodasi ini semakin menurun dengan bertambahnya usia, yaitu sebesar 8 dioptri pada usia 40 tahun menjadi 1-2 dioptri pada usia 60 tahun. Untuk kepentingan metabolismenya, lensa mendapat asupan dari cairan akuos dan vitreus.

Lensa dibungkus oleh kapsul dan bentuknya bikonveks, dimana kelengkungan permukaan posterior lebih besar dengan radius kurvatura 10.0 mm (kisaran : 8.0-14.0 mm) dibandingkan permukaan anterior dengan radius kurvatura 6.0 mm (kisaran : 5.4-7.5 mm). Pada orang dewasa, diameter lensa sekitar 9 mm dengan ketebalan anterior-posterior 4-5 mm. Berat lensa berkisar antara 125-400 mg. Pada katarak senilis rata-rata berat lensa adalah sekitar 225 mg.

Dari segi kepentingan bedah katarak, lensa dapat dibagi menjadi beberapa komponen, yang jika diurut dari bagian yang paling luar ke arah dalam adalah : 1). Kapsul, 2). Sel epitel lensa, 3). Korteks, dimana bagian korteks yang dekat dengan nukleus dinamakan epinukleus dan 4). Nukleus.

Kapsul lensa merupakan membran basal yang dihasilkan oleh sel epitel lensa, dimana komposisi terbanyak adalah kolagen tipe IV. Ketebalan kapsul lensa ini bervariasi, paling tebal pada daerah ekuator (17-28 um) dan paling tipis pada polus posterior (2-4 um).(19,21,23,24)

2.2 ZONULA ZINNI DAN CORPUS VITREUS

Pada kapsul melekat zonula lensa. Zonula zinni akan memegang agar lensa berada pada tempatnya, sedangkan ujung zonula zinni lainnya melekat pada bagian yang tidak berpigmen dari epitel processus ciliaris.

(15)

posterior perlekatan zonula zinni ini antara 1.00-1.50 mm dari daerah ekuator lensa dengan jumlah serabut zonula antara 100-170 buah.

Volume total bola mata adalah sekitar 6,5 ml dan sebagian besar (80 %) merupakan volume vitreus (4-5 ml). Volume bilik mata depan, lensa dan bilik mata belakang hanya mencakup 10 % dari volume total, sedangkan 10 % sisanya merupakan volume dari organ intraokuler lain seperti : retina, badan siliar, koroid dan lain-lain.(19,23)

2.3 KLASIFIKASI KATARAK

Dari berbagai macam tipe katarak, yang paling banyak adalah katarak senilis (age related cataracts). Diperkirakan lebih dari 75 % penderita berusia diatas 75 tahun mengalami kekeruhan lensa. Secara umum katarak dibagi ke dalam beberapa klasifikasi :

(2,19,25)

1. Berdasarkan Anatomi: a. Kortikal. b. Nuklear.

c. Posterior subkapsular

2. Berdasarkan Etiologi: a. Senilis.

b. Kongenital dan juvenilis. c. Traumatik.

d. Berhubungan dengan penyakit intraokular : uveitis, glaukoma, dll.

e. Berhubungan dengan penyakit sistemik seperti gangguan metabolik,

ginjal, kulit, skeletal, sistem saraf pusat.

f. Disebabkan oleh noxious agen : radiasi ion, steroid, dll.

3. Berdasarkan maturitas : a. Katarak immatur.

(16)

2.4 GEJALA DAN TANDA KATARAK

Gejala dan tanda umum katarak dapat digambarkan sebagai berikut : - Tajam penglihatan berkurang.

- Penglihatan berkabut, berasap. - Menyebabkan rasa silau.

- Dapat mengubah kelainan refraksi. - Penglihatan ganda.

- Halo (warna disekitar sumber sinar).

Pada beberapa penderita tajam penglihatan yang diukur di ruangan gelap mungkin tampak memuaskan, sementara bila tes tesebut dilakukan dalam keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras.

Katarak terlihat hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskopi direk. Pemeriksaan lampu celah memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak di daerah nukleus, korteks atau sub kapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di sub kapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, sebagai contoh deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya.(3,21)

2.5 PEMBEDAHAN KATARAK

Indikasi dilakukan operasi katarak ada tiga yaitu memperbaiki penglihatan, dimana sejauh ini merupakan indikasi paling umum dikarenakan penderita telah merasa terganggu dalam mengerjakan aktifitas sehari-hari. Indikasi medis merupakan indikasi kedua, dimana katarak mempengaruhi kesehatan mata misalnya pada glaukoma phakolitik atau phakomorfik. Indikasi ketiga adalah indikasi kosmetik, sifatnya jarang.(20,24)

(17)

sebelumnya dengan mengukur panjang mata secara ultrasonik dan kelengkungan kornea secara optik. Pembedahan dapat dilakukan dengan cara:

1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (ICCE), dimana seluruh lensa bersama dengan

pembungkus atau kapsulnya dikeluarkan. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan jahitan yang banyak (14-15 mm) sehingga penyembuhan lukanya memakan waktu yang lama. Metode ini populer beberapa waktu yang lalu dan sekarang sudah ditinggalkan.

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (ECCE), dimana lensa yang keruh dikeluarkan dengan meninggalkan pembungkus atau kapsul belakangnya. Teknik ini lebih modern dimana memungkinkan dilakukan penanaman lensa pada bilik mata belakang dengan teknik sayatan lebih kecil, sedikit jahitan dengan waktu penyembuhan yang lebih pendek.

3. SICS (Small Incision Cataract Surgery).

4. Fakoemulsifikasi, dimana dilakukan pembedahan dengan cara mengisap lensa yang keruh setelah pembungkusnya dibuka. Liquifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil di kornea atau sklera anterior. Pada teknik ini sayatan sangat kecil (2-3 mm), yang memerlukan hanya satu jahitan atau tidak dijahit sama sekali. Waktu penyembuhan lebih cepat. Ini merupakan teknik bedah katarak yang terbaru dan merupakan metode pilihan di negara-negara

barat.(3,21)

Bila telah dipertimbangkan untuk dilaksanakan operasi katarak maka diperlukan pemeriksaan kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan pembedahan. Pemeriksaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya. Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal berikut :

• Gula darah.

• Tekanan darah.

• Elektro kardiografi.

• Pemeriksaan rutin medik lainnya untuk keadaan fisik pra bedah.

• Tekanan bola mata.

(18)

• Keratometri.

Tekanan intra-okuli saat pembukaan bola mata diharapkan rendah, sehingga dilakukan berbagai usaha untuk menurunkan tekanan intra-okuli.(3) Peningkatan tekanan intra-okuli menimbulkan kecemasan tersendiri pada saat operasi berlangsung. Penurunan tekanan intra-okuli preoperatif dapat mencegah resiko komplikasi pada saat operasi seperti prolaps vitreus, perdarahan koroidal ekspulsif dan membuat kamera okuli anterior menjadi dangkal.(4,22)

2.6 TEKANAN INTRA OKULI

Tekanan intra-okuli adalah hasil pengukuran tekanan cairan yang berada di dalam bola mata. (5,6) Ukuran rata-rata tekanan intra-okuli adalah 16 mmHg dengan tonometri aplanasi dan 15,8 mmHg dengan tonometri Schiotz dengan kisaran normal pada populasi

umum adalah 10-21 mmHg.(7,8,9)

Ada tiga faktor yang menentukan tekanan intra-okuli: jumlah produksi akuos oleh badan siliar, resistensi outflow akuos melewati sistem trabekular meshwork-kanali schlemm serta tekanan vena episklera.(3) Akuos mempunyai fungsi sebagai pemberi nutrisi kornea, iris dan lensa serta membantu mata mempertahankan bentuknya.(6)

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi tekanan intra okuli antara lain:

• Genetik.

Tekanan intra okuli pada populasi umum ada kaitannya dengan keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada sejumlah keluarga dekat

(first-degree relatives) pasien penderita glaukoma sudut terbuka

mempunyai tekanan intra okuli yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum.(11)

• Umur.

(19)

• Jenis kelamin.

Pernah dilaporkan bahwa wanita memiliki tekanan intra-okuli lebih tinggi dibandingkan pria khususnya diatas umur 40 tahun. Tetapi hal ini belum diperkuat oleh penelitian lain.(11)

• Gangguan refraksi.

Sejumlah penelitian telah melaporkan tekanan intra-okuli lebih tinggi

pada individu myopia. Tekanan intra-okuli juga berhubungan dengan panjang aksial.(11)

• Ras.

Adanya keterkaitan antara ras tertentu dengan tekanan intra-okuli telah diperkuat dengan adanya laporan yang mengatakan bahwa orang kulit hitam mempunyai tekanan intra-okuli sedikit lebih tinggi dibandingkan kulit putih.(14)

• Variasi diurnal.

Variasi diurnal merupakan perubahan keadaan tekanan intra-okuli setiap

hari. Pada orang normal rata-rata variasi antara 3-6 mmHg sedangkan pada penderita glaukoma dapat lebih tinggi. Umumnya tekanan intra-okuli meninggi pada siang hari dan lebih rendah pada malam hari.(11)

• Mengedip.

Mengedip dengan paksa menaikkan tekanan intra-okuli 10-90 mmHg. Mengedip secara berulang-ulang menurunkan tekanan intra-okuli.(11)

• Penyakit mata.

Beberapa penyakit mata seperti uveitis dan ablasio retina dapat

menurunkan tekanan intra-okuli.(14)

• Sistemik.

Kondisi sistemik seperti hipertensi sistolik, kegemukan dan lain-lain dapat menurunkan tekanan intra-okuli.(14)

Exercise.

(20)

2.7 PERAN OBAT TERHADAP TEKANAN INTRA-OKULI

Perubahan angka pada tekanan intra-okuli dapat dikendalikan dengan obat-obat yang mempunyai mekanisme kerja mempengaruhi penurunan tekanan intra-okuli. Obat-obat ini dalam menurunkan tekanan intra-okuli harus mempunyai aksi pada dinamika akuos humor. Mekanisme kerja obat-obat ini dapat melalui salah satu dari ketiga jalur berikut :

• Menurunkan produksi akuos humor.

• Menaikkan aliran akuos humor melalui jalur trabekula.

• Menaikkan aliran akuos humor melalui jalur uveo-skleral.(13,14)

Tabel 1: Obat-obatan yang digunakan pada pengobatan glaukoma (26)

KATEGORY METODE

PEMBERIAN

MEKANISME

KERJA EFEK SAMPING

Cholinergic: pilocarpine demencarium epinephrine

Topikal Mempengaruhi outflow akuos humor

Miosis, spasme siliaris, sakit kepala, pandangan kabur, iritasi lokal

Lethargy, kehilangan nafsu makan, batu ginjal, reaksi pada kulit

Topikal Mengurangi produksi

akuos humor dan meningkatkan outflow akuos melalui uveo skleral

Iritasi mata, bronkospasme, peningkatan pada

Hartree-Topikal Mengurangi produksi

akuos humor

Alergi, tidak efektif untuk 8 dan 12 jam terapi

Prostaglandins: latanoprost

Topikal Meningkatkan outflow

akuos melalui uveo skleral

Iritasi ringan, stimulasi tubuh yang asing, ketidaknyamanan, rasa panas pada mata, meningkatkan pertumbuhan bulu mata, irreversible darkening of iris

(21)

Beberapa obat yang diteteskan ke mata dapat mencapai level plasma relatif lebih tinggi daripada jika diberikan melalui oral. Obat-obat seperti ini banyak tidak diterima karena secara potensial dapat mengakibatkan hal yang fatal.(14)

2.7.1 ACETAZOLAMIDE

Acetazolamide pertama sekali digunakan sebagai diuretik pada tahun 1953, dan baru dipublikasikan secara farmakologi pada tahun 1954. Pada tahun yang sama, penggunaan Acetazolamide secara oral telah diperkenalkan untuk menurunkan tekanan intra-okuli bagi penderita glaukoma.(15)

Acetazolamide termasuk ke dalam obat-obatan yang disebut karbonik anhidrase inhibitor. Karbonik anhidrase adalah suatu kimia dalam tubuh yang berperan menghasilkan dan mengurai asam karbonat yang salah satu hasilnya adalah bikarbonat. Bikarbonat memegang peranan penting dalam produksi cairan yang mengisi bagian belakang bola mata (akuos humor). Acetazolamide mempunyai aksi menghambat kerja enzim karbonik anhidrase (carbonic anhidrase inhibitor) yang pada akhirnya menurunkan produksi bikarbonat. Dengan menurunkan produksi bikarbonat, Acetazolamide menurunkan jumlah akuos humor yang diproduksi oleh mata. Hal ini berakibat turunnnya tekanan intra-okuli seperti pada keadaan glaukoma. Acetazolamide juga dipakai sebagai pengobatan kejang epilepsi, hipertensi intrakranial benigna, mountain sickness, cystinuria dan dural ectasia.

(16,27,28,29,30)

Acetazolamide adalah 2-acetamido-1,3,4-thiadiazole-5-sulfonamide, N-(5-sulfamyl-1,3,4-thiadiazole-2-yl) acetamide, dengan rumus molekul C4H6N4O3S2, berat

molekul 222.24, dengan waktu paruh 3-9 jam. Ini merupakan asam lemah dengan nilai peruraian konstan (pKa) 7.2, sangat sedikit larut dalam air (0,72 mg/mL), sangat sedikit larut dalam alkohol (3.93 mg/mL) dan aseton, hampir tidak dapat larut dalam karbon tetraklorida, kloroform dan ether.(15,27,28)

Rumus kimia acetazolamide adalah sebagai berikut:

H2NO2S S

N N

(22)

Acetazolamide berwarna putih sampai sedikit putih kekuning-kuningan, berbutir, berbentuk tepung yang tidak berbau. Setiap tablet terdiri dari 125 mg atau 250 mg dan komposisi inaktifnya berupa croscarmellose sodium, magnesium stearate, micro-crystalline cellulose, pregelatinize starch, sodium lauryl sulfate.(28,31,32)

Acetazolamide juga tersedia dalam bentuk 500 mg sustained release (SR) tablet.

Sustained release tablet mempunyai aksi yang lebih lama untuk menghambat pengeluaran

akuos humor selama 18-24 jam setelah pemberian dimana pada tablet biasa hanya selama 8-12 jam. Konsentrasi Acetazolamide dalam darah paling tinggi terjadi antara 3-6 jam setelah pemberian sustained release, sedangkan tablet biasa 1-4 jam setelah pemberian. Tablet 250 mg diberikan 4x sehari dapat menurunkan tekanan intra-okuli hampir sama dengan pemberian 500 mg SR 2x sehari (pagi dan sore). Total dosis yang dianjurkan per hari adalah 8-30 mg/kg dalam dosis terbagi. Meskipun ada penderita yang respon pada dosis rendah, kisaran optimumnya dari 375-1000 mg/hari. Pemberian dosis lebih dari 1000 mg/hari tidak memberikan efek yang bermanfaat.(30,31,32,33)

Acetazolamide membentuk ikatan yang kuat dengan karbonik anhidrase dan konsentrasi tertinggi dijumpai pada jaringan-jaringan yang mengandung enzim tersebut, khususnya sel darah merah dan korteks ginjal.(15)

Obat ini dapat dimakan bersama makanan atau susu untuk menurunkan rasa tidak enak di perut. Efek samping dari obat ini berupa pusing, lightheadedness (khususnya pada

hari-hari pertama konsumsi), pandangan kabur dan transien miopia pernah dilaporkan (keluhan hilang setelah obat dihentikan), kehilangan nafsu makan, gatal-gatal, mual, muntah, telinga berdenging, sakit kepala dan lemas juga dapat dirasakan. Efek lain yang ditimbulkan tetapi jarang adalah kejang otot, sakit pada kerongkongan, kulit memerah, perdarahan yang tidak biasa, tangan atau kaki bergetar, reaksi alergi.(27,28,33,34)

(23)

obat ini dianjurkan untuk tidak dikonsumsi jika tidak begitu diperlukan dikarenakan obat ini dapat masuk ke air susu.(16,27,31,33,34)

Acetazolamide harus sangat hati-hati bila dikonsumsi bersamaan dengan aspirin dosis tinggi karena kombinasi ini akan menimbulkan anoreksia, takipnea, letargi, koma dan dapat berakibat fatal (kematian pernah dilaporkan). Jika dikonsumsi dengan berbagai obat, efek ini dapat meningkat, menurun atau berubah seperti pada obat-obat : Amitriptyline, Amphetamine, Aspirin, Cyclosporin, Lithium, Methenamine, obat oral diabetes ( Micronase), Quinidine.(16,28,33)

Tidak ada laporan mengenai kasus overdosis maupun keracunan akut akibat pemakaian Acetazolamide pada manusia.(28)

2.7.2 BETAXOLOL HCl

Betaxolol disahkan oleh Lembaga Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk penggunaan tetes mata 0,5 % pada tahun 1985 dan tetes mata 0,25 % pada tahun 1989.(35)

Betaxolol HCl adalah suatu kardioselektif beta adrenergik bloker reseptor, di dalam suatu formula resin steril. Betaxolol HCl ini berwarna putih, berbentuk tepung kristal dengan berat molekul 343.89, larut dalam air, etanol, kloroform dan metanol serta mempunyai pKa 9.4. Struktur kimianya sebagai berikut :

Formula empirisnya C18H29NO3·HCl dengan nama kimia (±)-1-[p2-(cyclopropylmethoxy)ethyl]phenoxy]-3-(isopropylamino)-2-propanol hydrochloride. Bioavaibilitas Betaxolol 89 % dengan onset dalam 30 menit dan puncaknya 2 hari.

(36,37,38,39)

Betaxolol HCl , suatu kardioselektif (beta-1 adrenergik) reseptor bloker, tidak memiliki aktifitas membran-stabilisasi yang signifikan (lokal anestesi) dan sama sekali tidak mempunyai aksi simpatomimetik. Secara oral beta adrenergik bloker ini menurunkan kardiak output pada penderita sehat dan penderita sakit jantung. Pada penderita dengan

(CH3)2CHNHCH2CHCH2O CH2CH2OCH2 HCl

(24)

fungsi miokard yang lemah, beta adrenergik reseptor antagonis dapat menginhibisi efek stimulator simpatis yang penting untuk memelihara fungsi jantung secara adekuat.(36,40)

Jika diteteskan pada mata, Betaxolol HCl memiliki kerja menurunkan tekanan intra-okuli, dengan atau tanpa glaukoma. Tetes mata Betaxolol HCl mempunyai efek minimal pada paru dan kardiovaskular.(18,26,36)

Betaxolol HCl mempunyai aksi menurunkan peningkatan tekanan intra-okuli dan mekanisme aksi hipotensi kelihatannya akibat pengurangan produksi akuos. Efek awal Betaxolol HCl terlihat dalam 30 menit dan efek maksimal biasanya terlihat 2 jam setelah penetesan obat. Dosis tunggal menyebabkan pengurangan tekanan intra-okuli selama 12 jam.(18,36,41)

Betaxolol HCl terbukti efektif dalam menurunkan tekanan intra-okuli dan dapat dipakai oleh penderita glaukoma sudut terbuka kronik serta hipertensi okuli. Betaxolol HCl juga dapat dipakai tersendiri atau dikombinasikan dengan obat-obatan penurun tekanan intra okuli lainnya.(36,42,43)

Kontra indikasi pemakaian Betaxolol HCl seperti pada penderita sinus bradikardi, atrioventrikular blok tingkat lanjut, syok kardiogenik atau penderita gagal jantung.(18,36)

Penetesan beta adrenergik bloker dapat diabsorbsi secara sistemik. Reaksi merugikan yang ditemukan dalam pemberian sistemik beta adrenergik bloker sama saja dengan pemberian secara penetesan. Sebagai contoh, reaksi respiratori berat dan reaksi

jantung, termasuk kematian akibat bronkospasme pada penderita asma, dan beberapa kasus kematian yang jarang akibat gagal jantung, telah dilaporkan akibat pemberian beta adrenergik bloker secara tetes.(36)

Pada studi klinis, Betaxolol HCl terbukti memiliki efek yang kecil pada detak jantung dan tekanan darah. Namun penderita dengan riwayat gagal jantung dan blok jantung harus berhati-hati menggunakan obat ini. Pemberian Betaxolol HCl harus dihentikan saat tanda awal gagal jantung mulai terlihat. Secara umum, pemberian Betaxolol HCl harus diawasi oleh dokter terutama pada penderita diabetes mellitus, tirotoksikosis, lemah otot, penderita yang mengalami operasi besar dan gangguan paru-paru.(18,36,44)

(25)

bila beta bloker diberikan pada pasien yang menerima obat-obatan catecholamin-depleting seperti reserpin, karena potensi kecanduan dan timbulnya hipotensi dan atau bradikardi.(36)

Pasien dengan riwayat atopi atau reaksi anafilaksis berat kemungkinan menjadi lebih sensitif terhadap alergennya dengan menggunakan obat ini, sehingga mereka menjadi kurang responsif terhadap dosis obat-obatan alergi yang biasa mereka pakai.

Reaksi merugikan pada mata karena pemakaian obat ini berupa : pandangan kabur, keratitis punktata, sensasi benda asing, fotofobia, mata berair, gatal, mata kering, eritema, peradangan, mata meradang, sekret, penurunan tajam penglihatan dan mata keras. Sedangkan reaksi sistemik yang ditimbulkan seperti : kardiovaskular (bradikardi, blok jantung dan gagal jantung kongestif), paru-paru (dyspnea, bronkospasme, asma dan gagal nafas), sistem saraf pusat (insomnia, pusing, vertigo, depresi, letargi dan peningkatan tanda serta gejala miastenia gravis), dan lain-lain (bintik-bintik merah, nekrolisis toksik epidermal, rambut rontok dan glositis).(36,42,43,45) Melalui penelitian ekstensif, Betaxolol HCl dianggap aman secara umum. Kebanyakan efek sampingnya ringan dan sementara serta tidak memerlukan penanganan khusus. Penelitian di Amerika Serikat, kasus bradikardia dan pusing hanya dilaporkan sedikit lebih besar dari 5 % (8.1 % dan 6.5 %). Dalam penelitian skala luas, meliputi 4685 pasien penggunaan Betaxolol HCl sebagai terapi anti hipertensi, efek kelelahan merupakan alasan utama diberhentikannya terapi (2 % pasien).(46)

Tidak ada sebarang informasi yang mengatakan telah terjadi overdosis pada manusia dengan penggunaan obat ini. Dosis letal oral berkisar antara 350-920 mg/kg pada tikus rumah dan 860-1050 mg/kg pada tikus besar. Efeknya berupa bradikardi, hipotensi dan gagal jantung akut.(18,36,39)

(26)

BAB III

KERANGKA OPERASIONAL

3.1 KERANGKA OPERASIONAL

Penderita memenuhi kriteria

Kelompok I Kelompok II

Jam 13.00 : 1 tablet Tablet Acetazolamide 250 mg

Jam 18.00 : 1 tetes Tetes Betaxolol HCl 0,5 %

Jam 14.00 : T I O

Jam 06.00 : 1 tablet

Jam 06.00 : 1 tetes

Jam 07.00 : T I O

Jam 07.00 : T I O Jam 22.00 : T I O

Jam 21.00 : 1 tablet

Perbandingan Penurunan IOP

(27)

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

3.2.1 Tekanan intra-okuli merupakan hasil pengukuran tekanan cairan yang berada di

dalam bola mata.

3.2.2 Betaxolol HCl adalah golongan B1 selektif (cardioselective) adrenergik reseptor

yang bekerja menurunkan tekanan intra-okuli dengan menekan produksi akuos humor.

3.2.3 Acetazolamide adalah suatu karbonik anhidrase inhibitor, efektif di dalam mengatur

(28)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian adalah rancangan eksperimental ulang, yang juga disebut pretest-posttest control group design.

4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK-USU/SMF Penyakit Mata ( RSUP. Haji Adam Malik Medan ).

Penelitian dilakukan mulai bulan November 2007 sampai bulan Januari 2008.

Jadwal Penelitian:

Bulan Apr Nov Des Jan Feb Mar

UJP

PRO P

PL PR

Keterangan UJP : Usulan Judul Penelitian ; PRO : Proposal Penelitian; P : Penelitian ; PL : Penyusunan Laporan ; PR : Presentasi

4.3 BAHAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap semua penderita yang telah didiagnosa katarak senilis yang akan menjalani operasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

4.3.1 Kriteria Inklusi.

- Penderita katarak dengan :

• tajam penglihatan ≤ 3/60 pada satu atau kedua mata.

• usia ≥ 40 tahun.

(29)

- Tekanan intra-okuli normal.

- Tidak ditemukan kelainan pada segmen anterior.

4.3.2 Kriteria Eksklusi.

- Penderita katarak dengan tajam penglihatan >3/60 pada satu atau kedua

mata.

- Tekanan intra-okuli yang tinggi.

- Katarak komplikata.

- Penderita dengan riwayat diabetes dan hipertensi.

4.4 UKURAN SAMPEL

Ukuran sampel penelitian adalah sebagai berikut:

- Kelompok I berjumlah 15 orang,yang diberi tablet Acetazolamide 250mg 3x1 tab/hari.

- Kelompok II berjumlah 15 orang,yang diberi tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % 2x1 tetes/hari.

- Seluruh penderita berjumlah 30 orang. - Rancangan sampel adalah berpasangan.

4.5 VARIABEL YANG DIAMATI

Variabel yang diamati dalam penelitian adalah:

- Nilai tekanan intra-okuli sebelum dan sesudah pemberian tablet

Acetazolamide 250 mg.

- Nilai tekanan intra-okuli sebelum dan sesudah pemberian tetes mata

Betaxolol HCl 0,5 %.

4.6 ALAT YANG DIGUNAKAN

(30)

- Slit Lamp Biomikroskopi. - Funduskopi Direk.

- Tonometer Schiotz dengan 2 pemberat yaitu 5,5 gram & 10 gram.

Obat yang digunakan :

- Tetes mata Pantocain 2 %.

- Tetes mata Chloramphenicol 1 %.

- Tablet Acetazolamide 250 mg. - Tetes mata Betaxolol HCl 0,5 %.

4.7 CARA PENELITIAN

A. Penderita dilakukan pencatatan : - Nama.

- Jenis kelamin. - Umur.

- Suku.

- Tajam penglihatan.

- Pemeriksaan tekanan intra-okuli dengan tonometer Schiotz.

- Pemeriksaan dengan slit lamp biomikroskopi untuk segmen anterior. - Pemeriksaan segmen posterior dengan funduskopi.

B. Penderita yang memenuhi kriteria dibagi dalam dua kelompok. - Kelompok I diberi tablet Acetazolamide 250 mg. - Kelompok II diberi tetes mata Betaxolol HCl 0,5 %.

C. Perlakuan untuk kelompok I dan II.

1. Untuk kelompok I:

(31)

b) penderita diberi tablet Acetazolamide 250 mg pada pukul 13.00 ;

21.00 ; 06.00 ; kemudian 1 jam setelah setiap kali pemberian obat diukur kembali TIO.

2. Untuk kelompok II :

a) pada kunjungan ke poliklinik mata dilakukan pemeriksaan

lengkap, kemudian dirawat inapkan.

b) penderita diberi tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % pada pukul 18.00 ; 06.00 kemudian 1 jam setelah setiap kali penetesan diukur kembali TIO.

D. Cara pemeriksaan tekanan intra-okuli dengan Tonometer Schiotz.

- Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan intra-okuli adalah Tonometer Schiotz dengan cara penderita berbaring terlentang agar mendapatkan posisi kornea horizontal.

- Dagu dan dahi harus terletak pada satu bidang horizontal. - Mata yang akan diperiksa diberi tetes anestesi topikal.

- Tonometer ditera pada tes blok (jarum menunjukkan angka nol). - Pada pemeriksaan digunakan beban terkecil 5,5 dan terbesar 10 gram. - Kemudian foot plate disucihamakan dengan alkohol 70 %.

- Kedua mata difiksasi dengan melihat lurus keatas dan tonometer dipegang

vertikal beberapa saat sedikit diatas, tepat ditengah kornea setelah sebelumnya kelopak mata penderita dibuka secukupnya dengan tidak menekan bola mata.

- Setelah mata penderita dapat menyesuaikan, tonometer diturunkan

pelan-pelan sampai footplate menyentuh kornea dan bersamaan ini handle diturunkan sampai ditengah silinder.

- Nilai tekanan intra-okuli dikonversi pada tabel kalibrasi.

4.8 PENGOLAHAN DATA

(32)

4.9 LANDASAN ETIK PENELITIAN

- Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh Departemen Ilmu

Kesehatan Mata FK USU / SMF Penyakit Mata (RSUP Haji Adam Malik Medan).

- Penelitian ini juga mendapat izin dari bagian Pendidikan dan Penelitian

RSUP Haji Adam Malik Medan.

- Dari segi etik, penelitian ini harus ada ”ethical clearance” dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan FK-USU.

4.10 PERSONALIA PENELITIAN

Peneliti : dr. T. Siti Harilza Zubaidah.

Pembantu penelitian : Residen Mata FK USU dan Paramedis SMF Penyakit Mata (RSUP Haji Adam Malik Medan).

4.11 BIAYA PENELITIAN

(33)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan dari bulan November 2007 sampai Januari 2008, dikumpulkan 30 mata dari 30 penderita katarak yang datang ke Poliklinik Mata di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penderita ditetapkan setelah didiagnosa katarak senilis dan direncanakan menjalani operasi.

Kelompok I sebanyak 15 penderita diberi tablet Acetazolamide 3 x 250 mg / hari dan kelompok II sebanyak 15 penderita diberi tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % 2 x 1 tetes / hari. Penentuan pemberian obat untuk kelompok I dan kelompok II dengan menggunakan rancangan acak random tersamar ganda. Disediakan 30 amplop dalam kondisi tertutup, 15 amplop berisi perlakuan dengan tablet Acetazolamide dan 15 amplop lagi berisi perlakuan dengan tetes mata Betaxolol HCl. Setiap penderita yang memenuhi kriteria disuruh mengambil 1 amplop. Begitu seterusnya hingga jumlah sampel terpenuhi.

Distribusi Jenis Kelamin.

Tabel 1 : Distribusi karakteristik menurut jenis kelamin.

Pemberian Obat

Jenis Kelamin

Acetazolamide 250 mg

Betaxolol HCl 0,5 %

Jumlah

n % n % n %

Laki-laki 9 64,3 Perempuan 6 37,5

(34)

tablet. Jumlah laki-laki yang mendapat tablet 9 orang (64,3 %) dan yang mendapat tetes mata 5 orang (37,5 %).

Distribusi Umur.

Tabel 2 : Distribusi karakteristik menurut umur.

Pemberian Obat

Umur Acetazolamide 250mg

Betaxolol HCl 0,5 %

Jumlah terbanyak penderita katarak senilis didapati pada kelompok umur 60-69 tahun yaitu sebanyak 14 orang dimana 8 orang (57,1 %) mendapat tablet dan 6 orang (42,9 %) mendapat tetes mata. Jumlah penderita katarak paling sedikit terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun yakni sebanyak 4 orang.

Distribusi Suku Bangsa.

Tabel 3 : Distribusi karakteristik menurut suku bangsa.

Pemberian Obat

Suku Bangsa Acetazolamide 250 mg

Betaxolol HCl 0,5 %

(35)

(masing-masing 7 orang) sedangkan suku Minang, Pak-Pak dan Aceh merupakan jumlah terkecil yaitu masing-masing 1 orang. .

Distribusi Tajam Penglihatan Mata Kanan (OD).

Tabel 4 : Distribusi karakteristik menurut tajam penglihatan (OD).

Pemberian Obat

Visus OD Acetazolamide 250 mg

Betaxolol HCl 0,5 %

Pada tabel 4 diatas jumlah terbanyak penderita katarak terdapat pada kelompok visus OD < 1/60 yaitu sebanyak 12 orang dimana 6 orang (50 %) mendapat tablet dan 6 orang lagi mendapat tetes mata (50 %).

Distribusi Tajam Penglihatan Mata Kiri (OS).

Tabel 5 : Distribusi karakteristik menurut tajam penglihatan (OS).

Pemberian Obat

Visus OS Acetazolamide 250 mg

Betaxolol HCl 0,5 %

(36)

Tabel 6 : Perubahan TIO OD Penderita Katarak Yang Diberi Perlakuan Dengan Uji t berpasangan.

n x±SD P

Pada tabel 6 diatas, pengukuran Acetazolamide awal hingga pengukuran pertama menunjukkan penurunan yang signifikan (p = 0,004), begitu juga dari pengukuran kedua hingga pengukuran ketiga mengalami penurunan yang signifikan (p = 0,003) sedangkan dari pengukuran pertama hingga pengukuran kedua tidak mengalami penurunan yang signifikan (p = 0,844).

Sedangkan pada Betaxolol HCl, pengukuran awal hingga pengukuran pertama menunjukkan penurunan yang signifikan (p = 0,0001), begitu juga dari pengukuran

pertama hingga pengukuran kedua mengalami penurunan yang signifikan (p = 0,002).

9

(37)

9

Gambar 2. Perubahan TIO OD yang diberi obat tetes.

Tabel 7 : Perubahan TIO OS Penderita Katarak Yang Diberi Perlakuan Dengan Uji t berpasangan.

n x±SD P

Pada tabel 7 tampak pengukuran Acetazolamide awal hingga pengukuran pertama menunjukkan penurunan yang signifikan (p = 0,003), begitu juga dari pengukuran kedua hingga pengukuran ketiga mengalami penurunan yang signifikan (p = 0,006) sedangkan dari pengukuran pertama hingga pengukuran kedua tidak mengalami penurunan yang signifikan (p = 0,703).

(38)

9

Gambar 3. Perubahan TIO OS yang diberi obat tablet.

9

(39)

Tabel 8 : Tekanan intra-okuli sebelum dan sesudah pemberian obat serta penurunan tekanan pada kedua kelompok penelitian.

Acetazolamide Betaxolol HCl

No T0 T3 P No X0 X2 P

Tabel 9 : Perhitungan statistik tekanan intra-okuli sebelum dan sesudah pemberian obat serta penurunan tekanan pada kedua kelompok penelitian dengan uji t test.

Tekanan intra-okuli Penurunan

X ± SD

(40)

T1 : Pengukuran TIO pertama setelah 1 jam pemberian Acetazolamide 250 mg . T2 : Pengukuran TIO kedua setelah 1 jam pemberian Acetazolamide 250 mg. T3 : Pengukuran TIO ketiga setelah 1 jam pemberian Acetazolamide 250 mg. X0 : Pengukuran TIO awal sebelum pemberian tetes Betaxolol HCl 0,5 %. X1 : Pengukuran TIO pertama setelah 1 jam pemberian Betaxolol HCl 0,5 %. X2 : Pengukuran TIO kedua setelah 1 jam pemberian Betaxolol HCl 0,5 %. * : Signifikan ( Terdapat perbedaan bermakna).

5.2 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % dibandingkan dengan tablet Acetazolamide 250 mg dalam menurunkan tekanan intra-okuli pada pre-operasi katarak.

Yang diamati adalah penurunan tekanan intra-okuli 1 jam setelah tiap-tiap pemberian 1 tablet Acetazolamide 250 mg dan 1 tetes mata Betaxolol HCl 0,5 %.

Pada penelitian ini yang dimulai bulan November 2007 sampai Januari 2008, peneliti mengambil 30 orang penderita katarak yang datang ke poliklinik mata RS. Haji Adam Malik Medan dimana para penderita tersebut direncanakan untuk menjalani operasi katarak.

Berdasarkan distribusi umur didapatkan bahwa penderita terbanyak pada rentang usia 60-69 tahun. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua (age related cataract) disebabkan pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet.

Dari 30 penderita katarak tersebut, 14 orang berjenis kelamin laki-laki dan 16 orang perempuan.

Delapan suku bangsa diperoleh pada penelitian ini dimana suku Jawa dan Batak mempunyai jumlah terbanyak yaitu masing-masing 7 orang. Hal ini bisa disebabkan karena suku Jawa dan suku Batak yang banyak berdomisili di kota Medan.

Pada distribusi menurut tajam penglihatan, diperoleh 18 penderita dengan visus goyangan tangan (hand movement) dan 12 penderita dengan visus hitungan jari (counting

finger). Apabila tajam penglihatan semakin menurun dan memberi gangguan dalam

(41)

Pengukuran Acetazolamide tablet dari T2-T3 mengalami penurunan yang sedikit lebih besar, hal ini dipengaruhi oleh variasi diurnal (rata-rata pada orang normal 3-6 mmHg) ditambah pengaruh lambung yang kosong pada saat penderita mengkonsumsi obat tersebut sehingga absorbsi obat lebih sempurna.(11)

(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Pengamatan yang dilakukan terhadap 30 penderita pre-operasi katarak pada penelitian ini didapatkan bahwa :

• Besarnya penurunan tekanan intra-okuli pada pemberian tablet Acetazolamide 3x250 mg adalah 8,22 ± 2,279 dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 42,28 % pada mata kanan sedangkan pada mata kiri besarnya penurunan 9,17 ± 1,941 dengan rata-rata persentase penurunan 49,12 %.

• Besarnya penurunan tekanan intra-okuli pada pemberian tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % 2x1 tetes mata kanan adalah 7,50 ± 3,274 dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 43,86 % sedangkan pada mata kiri besarnya penurunan 7,00 ± 2,236 dengan rata-rata persentase penurunan sebesar 42,68 %.

• Berdasarkan analisa statistik, penurunan tekanan intra-okuli pada pemberian kedua jenis obat tersebut tidak berbeda nyata.

6.2 SARAN

(43)

BAB VII RINGKASAN

Telah dilakukan penelitian terhadap 30 penderita katarak yang akan menjalani

operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dibagi kedalam dua kelompok.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % dibandingkan dengan tablet Acetazolamide 250 mg terhadap penurunan tekanan intra-okuli pada pre-operasi katarak.

Analisa statistik dengan menggunakan uji t berpasangan antara dua kelompok pengamatan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Pemberian tetes mata Betaxolol HCl 0,5 % 2x1 tetes sama efektifnya dengan pemberian tablet Acetazolamide 3x250 mg didalam menurunkan tekanan intra-okuli pada pre-operasi katarak.

Bila ditinjau dari segi harga, 1 botol Betaxolol HCl 0,5 % dijual dengan harga Rp. 35.000 berisi 5 ml, ekuivalen dengan 100 tetes. Jadi biaya setiap penetesan adalah Rp.350 (2 x penetesan = Rp.750). Sedangkan 1 tablet Acetazolamide 250 mg dijual dengan harga Rp. 2.300 (3 x pemberian = Rp. 6.900).

(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Didalam:Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta;2002:p.207-208.

2. Pathology. In:Basic Clinical Science Course. Lens and Cataract, Section 11, American Academy of Ophthalmology;2005-2006:p.45.

3. Menerangkan Diagnosa Katarak Pada Yang Bersangkutan. Didalam:Ilyas Sidharta, Katarak Lensa Mata Keruh, Edisi kedua, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta;2006:p.23-24,27,29,31-33.

4. The Lens. In:Miller SJH, Parson’s Disease of The Eye, Churchill Livingstone, Edinburgh;2006:p.195,202-203.

5. Intraocular Pressure. Available from:http://en.wikipedia.org/wiki/ intraocular-pressure.

6. Intraocular Pressure. Available from:http://www.eyemdlink.com/ Test.asp?Test ID=16.

7. Introduction to Glaucoma:Terminology,Epidemiology and Heredity. In:Basic Clinical Science Course. Glaucoma, Section 10, American Academy of

Ophthalmology;2000-2001:p.5,18-19.

8. The Eye Examination. In:Cynthia AB, editor, Basic Ophthalmology, 7th edition, American Academy of Ophthalmology;2005:p.16-17.

9. Solomon SI, Intraocular Pressure. In:Solomon SI, Aqueous Humor Dynamics.Available from :http://www.nyee.edu/pdf/solomonaqhumor.pdf.

10. Glaucoma. In.Friedman,Kaiser,Trattler, Review of Ophthalmology, Elsivier Saunders, Philadelphia;2005:p.260

11. Intraocular Pressure. In:Becker & Shaffer,Robert LS,Marc FL,Michael VD, Diagnosis and Therapy of the Glaucoma, 7th edition, Mosby Inc.St.Louis, Missouri;2004:p.74-79.

(45)

13. Pemeriksaan Mata Pada Glaukoma-Obat-Obat Pada Glaukoma. Didalam:Ilyas Sidharta, Glaukoma Tekanan Bola Mata Tinggi, Edisi ketiga, Sagung Seto, Jakarta;2007:p.16,66-67.

14. Qomariyati NA. Uji Banding Penurunan Tekanan Intra-Okuli Pemberian Timolol Maleat 0,5 % dengan Xalatan ) 0,005 % Pada Glaukoma Sekunder Sudut Tertutup Penderita Katarak Imatur. Tesis. Medan 2000.

15. Anil KS,Indu PK,Alka G,Deepika A. Novel Approaches for topical Delivery of Acetazolamide. Available from:http://www.pharmtech.com

16. Diamox. Available from:http://www.netdoctor.co.uk/medicines/ 100000751.html. 17. Nukman E. Perbandingan Efektifitas Obat Tetes Mata Timolol Maleat 0,5 % dan

Metipranolol 0,3 % Dalam Menurunkan Tekanan Intra Okular Pada Penderita Glaukoma Sudut Terbuka Primer. Tesis. Medan.

18. The Eye Digest. Betoptic S. Available from:http://www.agingeye.net/ glaucoma/betoptic.htm

19. Manuel BD, Benjamin VM, Cataract:Clinical Types. In:Tasman W,Jaeger AE, editors, Duane’s Clinical Ophthalmology, volume 1, Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia;2004:p.1-2.

20. Siregar KI. Hasil dan Evaluasi Operasi Katarak Dengan Teknik ECCE Oleh Residen di RSUP.H.Adam Malik Medan Periode 2005-2006. Tesis. Medan 2006.

21. Lensa dan Katarak. Didalam:Bruce J,Chris C,Anthony B, Leture Notes Oftalmologi, Edisi 9, Penerbit Airlangga, Jakarta;2003:p.76-79,84.

22. Jeff KG,Jonathan HT. The Crystalline Lens and Cataract. In:Langston DP. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 4th edition, Little Brown and Company, Boston;2005:p.132,141.

23. Anatomi dan Fisiologi Lensa. Didalam:Soekardi I,Hutauruk AJ,Gondowiardjo DT, Transisi menuju Fakoemulsifikasi:Langkah-langkah Menguasai Teknik dan Menghindari Komplikasi, Granit Obor, Jakarta;2004:p.8-13.

24. Khurana AK. Disease of the Lens. In:Khurana AK, editor, Ophthalmology, New Age International (P)Limited, New Delhi;2007:p.193-94,208.

25. Kanski JJ. Lens. In:Kanski JJ, editor, Clinical Ophthalmology, 5th edition, Butterworth International Edition, London;2003:p.163-65.

(46)

27. Acetazolamide. Available from:http://en.wikipedia.org/wiki/Acetazolamide. 28. Acetazolamide Tablets. Available from:http://www.drugs.com.

29. Comparative Efficacy of Acetazolamide and Apraclonidine in the Control of Intraocular Pressure Following Phacoemulsification. Available from:Ophthalmologica http://www.karger.com

30. Diamox-Quoted from the Physician’s Desk Reference. Available from:http://www.climber.org/gear/diamox.html

31. Diamox. Available from:http://www.rxlist.com/cgi/generic/aceta-ids.htm.

32. Carbonic Anhydrase Inhibitor. In:Becker & Shaffer’s,Robert LS,Marc FL,Michael VD, Diagnosis and Therapy of the Glaucoma, 7th edition, Mosby Inc.St.Louis, Missouri;2003:p.487.

33. Diamox. Available from:http://www.pdrhealth.com/drug-info/ rxdrugsprofiles/drugs/dia1131.shtml.

34. Acetazolamide-oral. Available from:http://www.medicinenet.com/ acetazolamide-oral/article.htm.

35. Betaxolol Ophthalmic Solution. Available from:http://

www.medicinenet.com/betaxolol ophthalmic/article.htm.

36. Betoptic S (betaxolol hydrochloride) Suspension. Available from:http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/fda/fdaDrugXsl.cfm?id=2122&type

=display.

37. Betaxolol. Available from:http://en.wikipedia.org/w/index.php?title= Betaxolol&action=edit.

38. Betaxolol HCl. Available from:http://www.drugs.com/ppa/betaxolol-hcl.html.

39. Drug Bank (Betaxolol). Available from:http://medpoll.pharmacy.ualberta.ca/ drugbank/cgi-bin/getCard.cgi?CARD=APRD00245.

40. Topical Ophthalmic Beta-Adrenergic Blockade For The Treatment Of Glaucoma

And Ocular Hypotension. Available from:http:// www.jclinpharm.org/cgi/content/abstract/34/8/795.

(47)

42. Betaxolol Ophthalmic Solution. Available from:http:// www.medicinenet.com/betaxolol-ophthalmic/article.htm.

43. Betaxolol Ophthalmic. Available from:http://health.yahoo.com/drug/ d04038a1. 44. Kerlone (Betaxolol hydrochloride). Available

from:http://products.sanofi-aventis.us/kerlone/kerlone/html.

45. Betaxolol Ophthalmic-Drug Review. Available from:http://www.fda.gov/ MedWatch/report.htm.

46. Betaxolol : a new long-acting beta1-selective adrenergic blocker. Available from:http://www.jclinpharm.org/cgi/content/abstract/30/8/686.

(48)

TABEL PENETESAN

Nama : Visus : OD : OS :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

JAM

Sesaat sebelum penetesan obat 18.00 19.00

TOD : mmHg Betaxolol HCL 0.5 % TOD : mmHg

TOS : mmHg 1 tetes TOS : mmHg

JAM 06.00 07.00

Betaxolol HCL 0.5 % TOD : mmHg

1 tetes TOS : mmHg

Nama : Visus : OD : OS :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

JAM

Sesaat sebelum penetesan obat 18.00 19.00

TOD : mmHg Betaxolol HCL 0.5 % TOD : mmHg

TOS : mmHg 1 tetes TOS : mmHg

JAM 06.00 07.00

Betaxolol HCL 0.5 % TOD : mmHg

(49)

Nama : Visus : OD : OS : Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

JAM

Sesaat sebelum penetesan obat 18.00 19.00

TOD : mmHg Betaxolol HCL 0.5 % TOD : mmHg

TOS : mmHg 1 tetes TOS : mmHg

JAM 06.00 07.00

Betaxolol HCL 0.5 % TOD : mmHg

1 tetes TOS : mmHg

TABEL PEMBERIAN

Nama : Visus : OD : OS :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

JAM

Sesaat sebelum pemberian obat 13.00 14.00

TOD : mmHg Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg

TOS : mmHg 1 tablet TOS : mmHg

JAM

21.00 22.00 06.00 07.00

Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg

(50)

Nama : Visus : OD : OS : Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

JAM

Sesaat sebelum pemberian obat 13.00 14.00

TOD : mmHg Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg

TOS : mmHg 1 tablet TOS : mmHg

JAM

21.00 22.00 06.00 07.00

Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg

1 tablet TOS : mmHg 1 tablet TOS : mmHg

Nama : Visus : OD : OS :

Jenis Kelamin :

Umur :

Suku :

JAM

Sesaat sebelum pemberian obat 13.00 14.00

TOD : mmHg Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg

TOS : mmHg 1 tablet TOS : mmHg

JAM

21.00 22.00 06.00 07.00

Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg Acetazolamide 250 mg TOD : mmHg

Gambar

Tablet Acetazolamide 250 mg
Tablet Acetazolamide 250 mg.
Tabel 1 : Distribusi karakteristik menurut jenis kelamin.
Tabel 3 : Distribusi karakteristik menurut suku bangsa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan S.parman sungai Kahayan, palangkaraya Kajian mengenai elemen fisik kawasan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 2 Nurfansyah, 2004 Model penataan tepian sungai

[r]

Menurut Johnson (1970) dan Schwitzgebel (1974) dalam Djaali (2014: 109-110) menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa media poster kandungan gizi melon valid atau layak digunakan sebagai media pembelajaran pada sub

Tahap berikutnya adalah pelatihan sekaligus praktek membuat kemasan, merk dan label bagi produk-produk UMKM, sehingga para pelaku UMKM dapat ketrampilan tentang bagaimana

Dengan menggunakan algoritma backpropagatian pada jaringan syaraf tiruan diperoleh hasil untuk kemampuan jaringan syaraf mengklasifikasi citra batik dalam 2 buah kelas

Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan keragaman genetik 63 aksesi kentang hitam yang berasal dari Jawa dengan menggunakan marka Inter Simple Sequence Repeats (ISSR)