Peran Gordang Sembilan Dalam
Ritual Adat Siriaon
di Maga Dolok Mandailing Natal
SENI DAN RELIGI
Maga Dolok,
Sebelum agama islam masuk ke Mandailing Natal
masyarakatnya memiliki sistem kepercayaan lama yang disebut
dengan kepercayaan animisme
sipelebegu
(pemujaan roh-roh)
yang dikenal dengan sebutan Begu. (ditutupi masa sekarang)
Keadaan di masa lalu sebagai “masa yang hitam dan kelam” itu
mereka sebut dengan
“maso na itom na robi”.
Mereka percaya bahwa begu yang mereka sembah sangat
banyak dan mendiami berbagai tempat
Dalam sistem kepercayaan mereka ada namanya
Begu
Tagasan
dipercayai sebagai
begu
pelindung, yang mampu
melindungi satu keturunan, yang satu kakek( pelindung marga
atau orang tertentu .
Dari semua
begu
yang dipuja terdapat tokoh tunggal atau satu
tokoh yang maha kuasa yang dikenal dengan
Na Gumorga
Langit Na Tumompa Tano
(yang mengukir menciptakan langit,
yang menempati tanah atau bumi).
Kepercayaan Animiseme
Sipelebegu
animisme
sipelebegu
Si Baso Bayo Datu
Pelantara dalam melakukan
hubungan komunikasi dengan
alam gaib roh nenek moyang
mereka
penyembuhan serta
mengobati, melakukan
ritual-ritual, mendampingi para raja,
Kepercayaan Animisme
si pebelengu
pun mulai terkikis dengan
masuknya islam ke Mandailing.
Pada masa sekarang masih ada beberapa ritual upacara adat
yang erat kaitannya dengan sistem religi kuno
Si pelebegu
,
seperti misalnya ritual
mangupa-upa
( upacara untuk
keperca
yaan
Perdebatan
Tokoh-tokoh
Adat
Ombar do adat dohot
ugamo
Islam
sipelebe
gu
Para ulama
Titik Temu
Peran Gordang Sembilan Dalam Ritual Adat Siriaon
Alat musik, Gondang artinya gendang atau drum sedangkan sambilan
berarti sembilan jadi, dapat disimpulkan bahwa gordang sembilan
merupakan alat musik yang tersusun dari sembilan buah gendang yang tersusun dari secara berurutan mulai dari yang terbesar sampai terkecil.
Orang mandailing menyebutkan musik tradisional mereka dengan sebuah
ungkapan yang berbunyi” Uning-uningan di ompunta na parjolo sundut i “
yang dapat diartikan seni musik dari para leluhur yang diwariskan secara turun-temurun.
Adat Siriaon merupakan sebuah upacara perkawinan adat Mandailing yang
mana setiap upacara adat perkawinan melalui tahap-tahapan adat perkawinan dan pelaksanaannya mulai dari kegiatan
adat markobar (berpidato adat) dan marpokat (musyawarah adat) untuk mencapai “kata sepakat”.
Di maga dolok mandailing natal jika ada diantara mereka yang menikah
Pada masa kepercayaan animisme(
sipelebegu)
gordang
sembilan dimainkan ketika sebuah huta atau banua
(perkampungan) sedang mengalami sebuah bencana.
Untuk mengetahui penyebab dari bencana tersbut maka
diadakan sebuah upacara ritiual adat yang dikenal
dengan sebutan
paturun sibaso
atau
pasusur begu
.
Disini nampak jelas bahwa seni dan religi menyatu
dalam masyarakat Mandailing pada masa
masyarakatnya menganut kepercayaan terhadap
animisme
sipelebegu
begitu juga halnya pada masa
sekarang
.
Dalam pementasan gordang Sembilan ada sebuah
tarian yang mengiringi yang dikenal dengan nama
Sarama Datu
, tarian ini masih ada dimainkan di
kelompok tertentu di Mandailing berbeda halnya di
Maga Dolok tarian ini jarang ditemukan mungkin karena
faktor pengarug religi islam yang kental di daerah
Dalam ritual adat siriaon ada istilah Panaek Gondang yang merupakan
salah satu ritual yang menjadi bagian penting dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing, apalagi ritual yang dibarengi penambalan marga, jika diartikan panaek artinya
menaikkan , Gondang artinya gendang atau drum , maka panaek
gondang adalah menaikan atau memainkan alat musik gendang , yang lebih dikenal dengan Gordang Sambilan. Panaek gondang merupakan satu hal yang sangat penting serta harus dilakukan, karena hal demikian sangat erat kaitannya dengan adat.
Tujuan inti dari dimainkan Gordang sembilan dalam acara tersebut dalah
untuk memberitahu kepada para leluhur kalau anak keturunannya lagi berbahagia dan ada penambahan anggota di salah satu keturunan
mereka dan berharap para leluhur mau menjaga serta menolong anak keturuanannya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi harus sesusai dengan ungkapan ombar do adat dohot ugamo”, agar tidak
menyimpang dari ajaran islam.
Dengan datangnya islam Gordang Sembilan tidak hanya dimainkan
untuk hajat terhadap para leluhur tapi juga dimainkan dalam hal-hal sakral seperti pernikahan, pelekatan marga, pada hari raya idul fitri, perlombaan seni budaya, dan lain-lain.
S E K I A N