• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Produk"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Teoritis 2.1.1Produk

Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan, karena

produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Menurut

Simamora (2001:30) produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu,

rumah tangga ataupun organisasi kedalam pasar untuk diperhatikan, digunakan,

dibeli maupun dimiliki.

Produk merupakan segala sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan

meliputi barang dan jasa. Produk adalah semua yang dapat ditawarkan kepada

pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya (Kotler & Armstrong

2001:337).

Menurut Aaker dan Joachimstahler dalam Farrinadewi (2008:137),

produk meliputi karakteristik cakupan fungsi produk, atribut produk, kualitas atau

nilai-nilai, kegunaan serta manfaat funsional. Berdasarkan definisi-definisi

tersebut dapat dikatakan bahwa produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan

produsen kepada konsumen, untuk dicari, dibeli dan dipergunakan dalam

memenuhi kebutuhannya.

(2)

produknya. Menurut Kotler & Armstrong (2001:348) produk dibagi menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

a. Produk Inti (Core Product)

Produk inti merupakan tingkatan paling dasar dari produk, yang ditujukan

untuk menjawab pertanyaan apa yang sebenarnya dibeli oleh pembeli.

Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari

konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Dalam merancang

produk, pemasar mula-mula harus mendefinisikan manfaat inti yang akan

disediakan produk ke konsumen. Contoh: seorang wanita yang membeli

lipstik sesungguhnya membeli lebih dari sekedar pewarna bibir.

b. Produk Aktual (Actual Product)

Produk aktual merupakan tingkatan kedua setelah produk inti.

Perencanaan produk harus menciptakan produk aktual di sekitar produk

inti. Produk aktual mempunyai lima karakteristik: tingkat kualitas, fitur,

rancangan, nama merek, dan kemasan. Contoh: camcorder Sony

merupakan produk aktual. Nama produk, komponen, gaya, sifat, kemasan

dan atribut lainnya dikombinasikan dengan cermat untuk menyampaikan

manfaat inti.

c. Produk Tambahan (Augmented Product)

Merupakan tingkatan selanjutnya setelah produk aktual. Produk tambahan

menawarkan jasa dan manfaat tambahan bagi konsumen dengan tujuan

untuk menciptakan serangkaian manfaat yang akan paling baik

(3)

memberikan garansi suku cadang dan jasa reparasi, instruksi penggunaan

dan jasa perbaikan yang cepat jika dibutuhkan konsumen.

2.1.2Merek

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai

nama,simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan

untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan

untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 2002:460). Sementara

Keegan et all. Dalam Farrinadewi (2008:137) berpendapat bahwa merek adalah

sejumlah citra dan pengalaman dalam benak konsumen yang mengkomunikasikan

manfaat yang disajikan produk yang diproduksi oleh perusahaan tertentu.

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek

terbaik memberikan jaminan mutu. Akan tetapi, merek lebih dari sekedar simbol

(Kotler, 2002:460). Merek dapat memiliki enam level pengertian :

a. Atribut

Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes memberi

kesan sebagai mobil yang mahal, dibuat dengan baik, dirancang dengan

baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi.

b. Manfaat

Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

(4)

d. Nilai

Merek juga menyatakan sesuatu tentang produsen. Jadi, Mercedes berarti

kinerja tinggi, keamanan, gengsi dll.

e. Budaya

Merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman:

terorganisasi, efisien, dan bermutu tinggi.

f. Kepribadian

Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan

pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau

istana yang agung (objek).

g. Pemakai

Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan

produk tersebut. Kita akan terkejut melihat seorang sekretaris usia 20 tahun

mengendarai Mercedes, yang kita harapkan adalah seorang manajer puncak

usia 55 tahun di belakang kemudi.

2.1.3Harga

Dalam arti yang paling sempit harga adalah sejumlah uang yang

dibayarkan atas barang atau jasa. Dalam arti yang lebih luas, harga adalah jumlah

semua nilai yang konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari

memiliki atau menggunakan barang atau jasa (Kotler&Armstrong, 2003:430).

Menurut simamora (2001:31) harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan

(5)

Menurut Peter dan Olson (2000:220,227) dari sudut pandang

konsumen, harga biasanya didefinisikan sebagai apa yang yang harus diserahkan

konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa. Untuk pembelian tertentu

konsumen dapat melakukan beberapa macam perbandingan harga antara

merek-merek yang ada dan mempertimbangkan tawar menawar dari berbagai macam

biaya yang harus dikeluarkan dan nilai yang di peroleh.

Rao menyatakan dalam Peter dan Olson (2000:220) dampak dari

perubahan harga lebih segera dan langsung dirasakan, dan daya tarik yang

didasarkan pada harga adalah yang paling mudah dikomunikasikan kepada

pembeli potensial. Namun demikian, pesaing juga dapat bereaksi dengan lebih

mudah terhadap daya tarik yang didasarakan pada harga ketimbang yang

didasarkan pada citra dan manfaat produk. Dapat dikatakan bahwa keputusan

tentang harga mungkin adalah keputusan yang paling signifikan diantara

keputusan mengenai bauran pemasaran lainnya untuk produk-produk yang

bermerek.

Gitosudarmo (2000:228) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah barang beserta jasa-jasa tertentu

atau kombinasi dari keduanya.

Manajemen harga sangatlah penting, karena menetapkan harga

memang mudah akan tetapi menetapkan harga yang tepat bukanlah persoalan

yang mudah. Bagi perusahaan harga mempengaruhi keuntungan. Harga tidak

(6)

Penetapan harga harus sudah dipikirkan ketika produk masih berada

dalam taraf pengembangan dan bukannya setelah produk itu ada. Strategi

penetapan harga seharusnya diletakkan dalam perspektif jangka panjang. Strategi

yang tepat bukan hanya akan memperkuat kesehatan perusahaan, tetapi juga

menjadi sarana penting pertumbuhan perusahaan (Goni, 2007:87).

Bagi pembeli harga memberikan dampak psikologis dan ekonomis.

Dampak ekonomisnya berkaitan dengan daya beli, sebab harga merupakan biaya

bagi pembeli. Semakin tinggi harga semakin sedikit produk yang bisa mereka

beli, sebaliknya semakin rendah harga semakin banyak produk yang bisa mereka

beli. Justru kadang- kadang harga memiliki dampak psikologis, dimana harga

tinggi dianggap mencerminkan kualitas tinggi dan harga rendah dianggap

mencerminkan kualitas rendah. Kalau ini berlaku untuk suatu produk, maka

menurunkan harga bisa berakibat menurunkan permintaan.

Faktor yang dianggap mempengaruhi permintaan di dalam ilmu

ekonomi adalah harga. Faktor-faktor yang lain dianggap tidak berubah (ceteris

paribus). Secara umum harga memiliki korelasi negatif dengan permintaan.

Artinya, semakin tinggi harga maka permintaan akan semakin rendah. Ada

pengecualian untuk produk-produk tertentu, dimana sampai batas tertentu,

peningkatan harga justru meningkatkan permintaan. Pada kondisi permintaan

yang elastis, penurunan harga meningkatkan permintaan. Perusahaan begitu

fokus pada strategi harga karena harga merupakan satu-satunya unsur yang

(7)

Dalam teori pemasaran harga merupakan variabel dalam bauran

pemasaran yang paling fleksibel. Hal ini menyebabkan itu harga paling sering

digunakan sebagai alat bersaing oleh setiap pemasar sehingga meyebabkan

banyak perusahaan terlibat dalam perang harga. Menurut Rao et all. dalam

Goni(2007:111) fenomena perang harga merupakan suatu kenyataan hidup,

apakah itu sebuah bisnis yang fast faced seperti “knowledge product”, internet

sampai bisnis tradisonal komoditi. Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian

kelas produk akan diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu

atau dua tingkat harga (Durianto dkk.,2001:71).

2.1.3.1 Faktor- Faktor yang Dipertimbangkan dalam Menetapkan Harga

Menurut Simamora (2001:198) Setiap saat harga bisa diubah sesuai

dengan keadaan. Namun, dalam persoalan yang menyangkut harga, baik

menetapkan harga saat pertama sekali, menaikkan ataupun menurunkan harga ada

beberapa faktor yang harus dipertimbangkan (Simamora,2001:198) yaitu:

a. Faktor –faktor internal:

1) Pertimbangan organisasi

2) Sasaran pemasaran

3) Biaya

4) Strategi bauran pemasaran

b. Faktor-faktor eksternal:

1) Situasi pasar dan permintaan

(8)

4) Faktor-faktor lingkungan, seperti kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan

politik.

2.3.1.2 Langkah-Langkah Penetapan Harga

Dalam menetapkan harga seorang pemasar harus melakukan analisis

terhadap sejumlah variabel finansial dan non finansial, menempatkan

variabel-variabel tersebut dalam konteks lingkungan bisnis secara keseluruhan dan

menggunakan pengalaman sebagai masukan. Menurut Bovee et al. dalam

Simamora (2001:202) penetapan harga meliputi langkah- langkah sebagai berikut:

a. Analisis keadaan pasar

Aspek paling penting dari analisis ini adalah memahami hubungan

permintaan dan harga. Dalam beberapa kasus, perubahan harga dapat

memberikan pengaruh besar terhadap permintaan. Tetapi ada kalanya

perubahan harga tidak mempengaruhi permintaan.

b. Indentifikasi faktor-faktor pembatas

Faktor pembatas adalah faktor yang memebatasi keleluasaan perusahaan

dalam menetapkan harga . Biaya mengurangi keleluasaan perusahaan

dalam menetapkan harga rendah. Persaingan, persepsi konsumen, dan

peraturan pemerintah juga tidak dapat diabaikan.

c. Tetapkan sasaran

Satu sasaran paling umum adalah memperoleh keuntungan. Untuk itu,

harga harus lebih tinggi dari biaya rata-rata. Tinggi rendahnya harga

(9)

pasar, cuci gudang dll. Sasaran dapat berubah dari waktu ke waktu, karena

itu harga juga bisa berubah.

d. Analisis potensi keuntungan

Apapun sasarannya, perusahaan perlu mengetahui berapa keuntungan atau

kerugian dari setiap alternatif harga. Harga, permintaan, biaya, dan

keuntungan adalah aspek-aspek yang berhubungan erat. Dari analisis pasar

dibuat skenario jumlah permintaan pada tingkat harga yang berbeda-beda.

Selanjutnya lakukan analisis potensi keuntungan.

e. Tentukan harga awal

Harga awal adalah harga bagi produk baru pertama kali diluncurkan.

Penetapan harga awal dipelajari dari akumulasi pengalaman.

f. Kelola harga

Lingkungan selalu berubah sehingga harga juga harus disesuaikan. Berapa

besar harga dinaikkan atau diturunkan, bagaimana caranya, kapan

dilakukan, itulah yang perlu dilakukan dalam pengelolaan harga dari

waktu ke waktu.

2.1.4 Atribut Produk

Menurut Kotler & Armstrong (2003:347) atribut produk adalah

pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan penentuan manfaat yang akan

diberikan. Manfaat-manfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan

(10)

a. Kualitas Produk

Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan

fungsi-fungsinya: kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan,

ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan, dan diperbaiki, dan

atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan. Ketahanan

mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut. Kehandalan adalah

konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu pembelian

ke pembelian selanjutnya. .

b. Fitur Produk

Fitur produk merupakan alat persaingan untuk mendeferensiasikan produk

perusahaan terhadap produk perusahaan sejenis yang menjadi pesaing.

Dalam dunia gadget sperti smartphone terdapat banyak pilihan aplikasi

dari pada gadget jenis lainnya, bahkan pada kondisi awal atau masih baru

pun, di dalamnya sudah terinstal begitu banyak aplikasi. Ditambah lagi

para penggunanya selalu berusaha untuk memanfaatkan atau menggali

kemampuan gadget mereka secara maksimal (Majalah Marketing Volume

14, 2011:7).

c. Gaya dan Desain Produk

Gaya dan desain produk adalah cara lain yang dilakukan untuk menambah

nilai bagi pelanggan melalui gaya dan desain produk yang khas. Gaya dan

desain yang baik dapat menarik perhatian, meningkatkan kinerja produk,

memotong biaya produksi, dan memberikan keunggulan bersaing di pasar

(11)

Menurut Gitosudarmo (2000:188-198) atribut produk adalah suatu

komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk

tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.

Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud (tangible) maupun sesuatu

yang tidak berwujud (intagible). Atribut yang berwujud dapat berupa desain

produk, bungkus, merek dan sebagainya, sedangkan yang tidak berwujud

misalnya nama baik yang sudah dikenal dari perusahaan tersebut.

Dari berbagai atribut produk, dapat dibedakan menjadi dua macam

atribut yaitu atribut yang bersifat teknis dan atribut yang bersifat nonteknis.

Atribut yang bersifat teknis tercermin pada produk itu atau yang merupakan inti

dari produk (core product), sedangkan atribut nonteknis dapat ditampilkan dalam

beberapa macam bentuk antara lain:

a. Desain Produk

Desain atau bentuk produk merupakan atribut yang sangat penting untuk

mempengaruhi konsumen agar mereka tertarik dan kemudian membelinya.

Desain produk harus dibedakan dari desain produk pesaing. Contoh: sabun

mandi merek Lifeboy memiliki bentuk empat persegi panjang dengan

sudut-sudut yang tajam seolah-olah ingin menunjukkan ketajaman daya

bersihnya, sedangkan sabun merek Lux berbentuk empat persegi panjang

dengan sudut-sudut yang melengkung untuk menunjukkan kelembutan

(12)

b. Bungkus atau Kemasan Produk

Kegiatan pengemasan harus mempertimbangkan aspek keindahan, aspek

ekonomis, dan aspek praktis. Ditinjau dari aspek ekonomis pembungkus

tidak boleh menimbulkan biaya ekstra yang berlebihan. Dari segi

keindahan pengemasan harus memberi kesan menarik atau mensugesti

pembeli agar bersedia melakukan pembelian. Ditijau dari aspek

praktisnya, kemasan harus sederhana, mudah dibawa, mudah pula disusun

atau diletakkan di suatu tempat.

c. Merek (Brand)

Menurut Kotler dan Amstrong juga Keller dalam Ferrinadewi(2008:137)

merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi

keseluruhannya, yang ditujukan untuk mengidentifikasikan barang dan

jasa yang ditawarkan barang dan jasa yang ditawarkan, sekaligus sebagai

diferensiasi produk.

d. Label

Label adalah bagian dari sebuah produk yang berupa keterangan/

penjelasan mengenai barang tersebut atau penjualnya. Label dapat

dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Brandlabel

Brand label adalah label yang semata-mata sebagai brand (merek).

(13)

2) Gradelabel

Grade label adalah label yang menunjukkan tingkatan mutu (kualitas)

tertentu dari sebuah produk. Contoh: penambahan kata SUPER pada

oli kendaraan, jadi super menunjukkan tingkatan mutu.

3) Descriptive label (imformative label)

Descriptive label adalah label yang menggambarkan tentang cara

penggunaan, formula atau kandungan isi, pemeliharaan, hasil kerja dari

suatu produk atau sebagainya.

Menurut Durianto dkk. (2001:70) mengasosiasikan atribut atau

karakteristik suatu produk merupakan strategi positioning yang paling sering

digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut

tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam alasan

pembelian suatu merek. Atribut tak berwujud merupakan suatu atribut umum

seperti halnya kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang

mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi

pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya. Contoh, mobil

Mercedes sangat aman dan nyaman dikendarai (suatu karakteristik produk).

Manfaat bagi pelanggan dapat dibagi dua, yaitu:

a. Manfaat Rasional (Rational benefits)

Manfaat rasional berkaitan erat dengan atribut dari produk yang dapat

(14)

b. Manfaat Psikologis (Phycological Benefits)

Manfaat psikologis sering sekali merupakan konsekuensi ekstrem dalam

proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan

ketika membeli atau menggunakan merek tersebut. Misalnya dalam merek

produk Intel Inside terkandung manfaat processor computer yang cepat.

2.1.5 Komunitas

Komunitas adalah sebuah kelom

yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

Dalam komunitas

maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah

kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal daricommunitas yang

berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti

"sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak" (http://id.wikipedia.org)

Menurut Hermawan yang dikutip oleh Nuraini

(syienaainie.blogspot.com) komunitas adalah sekelompok orang yang saling

peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana di dalam sebuah

komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut

karena adanya kesamaan interest atau value.

Komunitas virtual adalah sekelompok orang di dunia maya yang

memiliki minat yang sama. Anggota komunitas ini secara bebas bertukar pikiran,

pandangan dan informasi melalui berbagai media seperti email, chatting, mailing

(15)

mendiskusikan berbagai hal dan topik tertentu mulai dari yang bersifat nonformal

hingga yang bersifat formal (Indrajit, 2002:161).

Pada komunitas virtual terjadi sebuah mekanisme pembelajaran

(knowledge sharing) karena masing-masing anggotanya berkomunikasi mengenai

hal-hal tertentu. Contohnya adalah sebagai berikut:

a. Komunitas virtual para pengacara yang sedang membicarakan kasus-

kasus hukum.

b. Komunitas virtual para programmer linux yang membahas teknik-teknik

pemograman yang baik dan berkualitas.

c. Komunitas virtual para ibu rumah tangga yang mempunyai kegemaran

memasak.

d. Komunitas virtual para anggota parlemen untuk membicarakan isu-isu

politik.

e. Komunitas virtual pemakai produk bermerek tertentu untuk saling

membahas mengenai penggunaanya.

Prinsipnya adalah bahwa seseorang biasanya berniat untuk

berpartisipasi di dalam sebuah komunitas virtual jika yang bersangkutan memiliki

permasalahan tertentu. Dengan berpartisipasi didalam komunitas virtual, yang

bersangkutan biasanya mengharapkan adanya “jawaban” terhadap permasalahan

yang dihadapi, melalui interaksi dengan anggota-anggota lainnya. Semakin intens

komunikasi antar anggota dalam komunitas, dan semakin beragam dan

(16)

dirasakan baik oleh komunitas yang bersangkutan maupun oleh perusahaan

penyelenggara komunitas tersebut.

Menurut Hanson (2000:301) komunitas online adalah fokus kegiatan

sosial secara online. Komunikasinya multi arah, dimana pengguna menyediakan

materi sekaligus mengkonsumsi informasi. Interaksi secara terus menerus

memperbaiki aspek sosial komunitas, membangun kepercayaan dan menciptakan

kontinuitas.

Komunitas online dipandang oleh sebagian pihak sebagai metode

untuk membangun kembali hubungan yang memburuk antara keluarga, teman dan

memulihkan modal sosial. Komunitas online memberikan saran komunikasi baru

untuk memberdayakan individu dan organisasi.

Word of mouth adalah bagian dari marketing yang sangat efektif dan

memiliki pengaruh yang sangat luar biasa. Word of mouth akan lebih efektif lagi

jika dibangun dalam sebuah komunitas yang di akomodir oleh perusahaan atau

produsen (Sanjaya dan Tarigan, 2009:186). Pada saat komunitas berkumpul, para

anggota pasti akan mendiskusikan produk/ jasa akan komunitas tersebut.

Komunitas Honda Vario Club (HVC) misalnya. Para anggota mendiskusikan

merek Honda Vario, merek itu bahkan berfungsi menjadi pengikat yang

menyetukan anggota komunitas.

Dalam dunia gadget akan terasa hampa apabila tidak bergabung dengan

komunitasnya. Karena dengan bergabungnya dengan komunitas, pengguna dapat

mempelajari pengetahuan dan informasi mengenai gadget tersebut. Salah satu

(17)

id-BlackBerry

komunikasi antar pengguna BlackBerry di Indonesia untuk memaksimalkan

performa BlackBerry handheld, mendapatkan tips dan trik penggunaan

BlackBerry, troubleshooting, gangguan networking operator hingga informasi

terkini mengenai BlackBerry. Selain itu, menjadi anggota di komunitas ini

memiliki keuntungan tersendiri, seperti jaringan yang semakin luas dan rasa

kekeluargaan yang tinggi antar anggota.

Komunitas id-BlackBerry turut mewujudkan sebuah pasar maya

dengan market yang begitu besar. Dengan ditandai mulai bermunculannya para

penjual BlackBerry, aksesoris BlackBerry hingga bengkel reparasi BlackBerry. Di

penghujung pekan, id-BlackBerry turut membicarakan gadget-gadget lain di luar

BlackBerry dan mempersilahkan bagi mereka yang ingin menjajakan

dagangannya.

Telkomsel juga membentuk Telkomsel BlackBerry community dengan

target komunitas pengguna dan calon pengguna BlackBerry yang menggunakan

kartu Halo, Simpati dan kartu AS. Melalui komunitas ini pelanggan BlackBerry

bisa berdiskusi segala hal tentang BlackBerry dan layananya (Swa23, 2011:60).

2.1.6Kebutuhan Mencari Variasi

Mowen dan Minor (2002;11) mengemukakan bahwa mencari variasi

(variety seeking) mengacu kepada kecenderungan konsumen untuk mencari secara

(18)

variasi adalah bahwa konsumen mencoba untuk mengurangi kejenuhan dengan

membeli merek baru.

Pembelian berdasarkan mencari variasi diklasifikasikan sebagai

bersifat pengalaman, Karena pembelian tersebut dilakukan untuk mempengaruhi

perasaan. Apabila konsumen merasa jenuh, mereka akan merasa di bawah

optimal. Dengan membeli merek yang baru, mereka mencoba untuk membuat diri

mereka menjadi lebih baik.

Givon mendefinisikan kebutuhan mencari variasi sebagai fenomena

perpindahan merek konsumen secara individual dengan harapan ia akan

mendapatkan manfaat lebih dari perpindahan merek tersebut. Selanjutnya Kalwani

dan Morrissons (1986) menyatakan bahwa perilaku mencari variasi ditandai

dengan penurunun frekuensi pembelian ulang dari produk yang sebelumnya

digunakan, dengan kata lain kemungkinan konsumen untuk membeli produk yang

sebelumnya digunakan lebih rendah daripada kemungkinan untuk membeli

produk baru yang selama ini belum pernah digunakan (Goukens et all.,2003:471).

Kebutuhan mencari variasi adalah perilaku dari konsumen yang

berusaha mencari keberagaman merek di luar kebiasaannya karena tingkat

keterlibatan produk rendah (Sulistiyani, 2006 dikutip oleh Raviany, 2011).

Pembelian yang bersifat mencari variasi didorong oleh adanya ketidakpuasan atas

pembelian yang telah dilakukan, tetapi sifatnya lebih pada rekreasi belanja yang

bertujuan mengurangi kebosanan dengan membeli merek baru.

Menurut Simamora (2003:27) perilaku pembeli yang mencari

(19)

merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman

bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu yang

mutlak.

Kebutuhan mencari variasi adalah keputusan pembelian yang dilakukan

oleh konsumen, dimana mereka bersedia untuk mencoba merek yang berbeda

untuk megatasi kebosanan, perilaku ini biasanya terjadi pada produk yang

memiliki tingkat keterlibatan rendah (http://dictionary.babylon.com).

Perilaku pembelian yang mencari variasi adalah situasi pembelian

yang ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah, tetapi perbedaan antar

merek signifikan (Kotler dan Keller, 2008:246). Dalam kasus semacam ini

konsumen sering sekali mengganti merek. Dalam menghadapi pemimpin pasar,

perusahaan-perusahaan penantang akan mendorong pencarian variasi dengan

penawaran khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan alasan

untuk mencoba sesuatu yang baru (Kotler & Armstrong,2001:222).

Perilaku pencarian variasi merupakan perilaku eksploratori yang tidak

disebabkan oleh perubahan sikap, artinya konsumen yang sudah memiliki

kepuasan pada suatu merek, dapat mencari variasi merek lain (Hansen, 1980;

Raju, 1981:1984, Ganesh, Arnold & Reynolds, 2000 dalam Mayasari 2008:48).

Tujuan konsumen mencari variasi adalah untuk mencapai suatu sikap

terhadap merk yang favorable. Tujuan lain perilaku mencari variasi konsumen ini

dapat berupa hanya sekedar mencoba sesuatu yang baru atau mencari suatu

(20)

pembelian sebuah produk yang menimbulkan resiko minimal yang ditanggung

oleh konsumen dan pada waktu konsumen kurang memiliki komitmen terhadap

merek tertentu (Assael, 1995 p.20 dalam Waluyo dan Pamungkas, 2003:76).

Beberapa literatur menyebutkan bahwa perilaku mencari variasi ini akan

menimbulkan perilaku brand switching konsumen.

Schiffman dan Kanuk seperti yang dikutip oleh Raviany (2011:60),

mengklasifikasikan beberapa tipe konsumen yang mencari variasi antara lain:

a. Exploratory purchase behavior, merupakan keputusan perpindahan merek

yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman baru dan kemungkinan

alternatif yang lebih baik.

b. Vicarious exploration, konsumen mencari informasi tentang suatu produk

yang baru atau alternatif yang berbeda kemudian mencoba

menggunakannya.

c. Use innovativeness, konsumen telah menggunakan dan mengadopsi suatu

produk dengan mencari produk yang lebih baru dengan teknologi yang

lebih tinggi.

2.1.5Perpindahan Merek (Brand Switching)

Perpindahan merek adalah keputusan konsumen untuk membeli

produk dengan merek yang berbeda dari yang sebelumnya atau yang biasa di beli

(www.answer.com). Perpindahan merek dapat disebabkan oleh harga promosi,

display di dalam toko, tersedianya keunggulan produk, perbedaan yang dapat di

(21)

hal-hal baru, beragamnya merek yang tersedia, perubahan dalam hal-hal kualitas serta

kepuasan yang dapat dirasakan dengan membeli merek yang baru.

Perpindahan merek yang juga dikenal sebagai brandswitching adalah

proses yang mencangkup perubahan dari penggunaan rutin dari suatu produk atau

merek, penggunaan konstan dari merek yang berbeda tetapi mirip

hal yang sulit. Pada umumnya kesetiaan konsumen pada suatu merek dipengaruhi

oleh faktor nama besar merek, harga, kualitas dan aksesibilitas.

Menurut majalah Sticky Marketing perpindahan merek adalah suatu

keadaan ketika konsumen atau sekelompok konsuumen berpindah kesetiaan

mereka dari suatu merek produk tertentu ke produk lainnya. Hal ini dapat bersifat

sementara (contoh: jika rokok Marlboro tidak tersedia di toko komsumen dapat

membeli Lucky Strike sebagai pilihan berikutnya), atau mungkin dapat

berlangsung dalam jangka waktu yang lama misalnya dalam kasus produk yang

memiliki umur ekonomis lebih lama dimana biaya untuk berpindah merek juga

lebih tinggi (www.sticky-marketing.net).

Perilaku berpindah merek dapat terjadi karena beragamnya produk

yang ditawarkan di pasar, sehingga menyebabkan adanya perilaku memilih

produk yang sesuai dengan kebutuhan atau karena terjadi masalah dengan produk

yang telah dibeli konsumen sehingga konsumen memutuskan beralih ke merek

lain. Oleh sebab itu definisi brand switching adalah perpindahan merek yang

(22)

semakin rendah. Itu artinya semakin beresiko juga terhadap merek produk yang

dikelola karena bisa dengan mudah dan cepat kehilangan pelanggan.

Menurut Assael dalam Junaidi dan Dharmmesta (2002:92)

perpindahan merek cenderung terjadi pada produk-produk dengan karakteristik

keterlibatan pembelian yang rendah. Sedangkan, Menurut Van trijp, Hoyyer dan

Inman dalam Junaidi dan Dharmmesta (2002:92) perpindahan merek yang

dilakukan konsumen disebabkan oleh pencarian variasi. Perilaku perpindahan

merek yang timbul akibat adanya perilaku mencari variasi perlu mendapat

perhatian dari pemasar. Perilaku ini tidak hanya cenderung terjadi pada produk

yang memerlukan tingkat keterlibatan yang rendah, akan tetapi terjadi juga pada

produk dengan tingkat keterlibatan tinggi. Perilaku perpindahan merek yang

melibatkan keterlibatan tinggi ini diantaranya terjadi pada pembelian produk

otomotif dan peralatan elektronik (Waluyo dan Pamungkas, 2003:76).

Perilaku perpindahan merek pada pelanggan merupakan suatu

fenomena yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor- faktor keprilakuan,

persaingan dan waktu (Srinivasan dalam Junaidi dan Dharmmesta, 2002:92).

Seorang konsumen yang mengalami ketidakpuasan dalam masa pasca konsumsi

mempunyai kemungkinan akan merubah perilaku keputusan belinya dengan

mencari alternatif merek lain pada konsumsi berikutnya untuk meningkatkan

kepuasannya. Karakteristik kategori produk juga mempengaruhi perilaku

konsumen dalam melakukan perpindahan merek. Karakteristik kategori produk

(23)

kekuatan preferensi (Van trijp, Hoyyer dan Inman dalam Junaidi dan

Dharmmesta(2002:92)).

Pada umunya jika biaya untuk berganti merek sangat mahal, pelanggan

akan enggan untuk berganti merek sehingga laju penyusutan dari keleompok

pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah. Bila ketidakpuasan pelanggan

terhadap suatu merek rendah, maka pada umunya tidak cukup alasan bagi

pelanggan untuk beralih mengkonsumsi merek lain kecuali bila ada faktor-faktor

penarik yang sangat kuat. Dengan demikian, sangat perlu bagi perusahaan untuk

mengeksplor berbagai informasi dari pelanggan yang mengalihkan pembeliannya

ke merek lain dalam kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi oleh

pelanggan ataupun alas an yang terkait dengan ketergesaan mereka memindahkan

pilihannya (Durianto dkk.,2001:133).

Menurut Peter dan Olson (2000:89) tukang berpindah merek (brand

switcher) adalah konsumen yang memiliki relevansi instrinsik yang rendah, baik

untuk mereka maupun kategori produk. Mereka tidak melihat apakah suatu merek

atau kategori produk memberikan konsekuensi yang penting serta memiliki

keinginan untuk membeli yang terbaik, mereka juga tidak memiliki hubungan

khusus dengan dengan merek tertentu atau kategori produk. Konsumen tersebut

cenderung menanggapi factor lingkungan seperti tawaran harga atau promosi

jangka pendek lainnya yang bertindak sebagai sumber keterlibatan situasional.

Keputusan pelanggan untuk setia atau beralih ke merek lain berasal

(24)

menjaga pelanggan dan meningkatkan bisnis mereka jika tidak ingin konsumen

berpindah ke merek lain (Kotler dan Keller, 2008:178).

Peilaku perpindahan merek sangat penting dalam penelitian perilaku

konsumen di pasar, yaitu untuk melihat sikap konsumen terhadap merek dan

kemungkinan mereka untuk berpindah merek dari merek yang digunakan pada

saat ini serta bagaimana mereka memandang merek lainnya yang memiliki

karakteristik hampir menyerupai yang akan dijadikan pilihan dalam berpindah

merek (www.sticky-marketing.net). Sebagai contoh: pengguna mobil Mercedes

di Jerman akan mempertimbangkan untuk berpindah merek ke mobil BMW tetapi

tidak akan mempertimbangkan untuk beralih ke mobil Volkswagen. Jika

Volkswagen memiliki tampilan yang menyerupai BMW, konsumen mungkin

akan mempertimbangkannya sebagai pilihan dalam berpindah merek.

Jika perilaku konsumen dalam berpindah merek di pasar dapat

dimodelkan, maka hal ini akan membantu untuk menunjukkan pangsa pasar masa

depan. Pemodelan ini juga dapat menunjukkan posisi relatif dari berbagai merek

yang bersaing di pasar. Penelitian mengenai perpindahan merek akan

menunjukkan kemampuan perusahaan pesaing dalam mencuri pelanggan dari

perusahaan, hal ini bisa membantu perusahaan untuk memusatkan perhatian

mereka dalam mengembangkan ide-ide kreatif dalam bisnis mereka untuk

mengatasi ancaman pesaing.

2.1.5.1Perpindahan Merek Pada Mahasiswa

Bagi sebagian besar mahasiswa, jenjang perguruan tinggi adalah waktu

(25)

merupakan kabar baik bagi produsen, dimana mereka dapat mempengaruhi para

mahasiswa mealui iklan untuk lebih memilih produk mereka, namun kabar

buruknya para mahasiswa juga saling mempengaruhi dalam berpindah merek

(http://ezinearticles.com). Sebuah studi baru dari Burst Media

mengidentifikasikan faktor- faktor kunci yang menyebabkan mahasiswa

berpindah merek yaitu:

a. Harga yang lebih baik

Alasan umum mahasiswa berpindah merek adalah harga yang lebih baik.

Salah satu kunci dari strategi bersaing yang baik adalah promosi harga

yang dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk mereka

sebanyak mungkin. Kupon potongan harga atau penawaran harga promosi

sangat bagus untuk mencuri pelanggan dari pesaing atau untuk

mempengaruhi konsumen mencoba produk baru.

disimpan akan disebut kemudian.

2. Rekomendasi Teman

Penyebab berikutnya perpindahan merek adalah rekomendasi dari teman.

Mendengar rekomendasi produk baru dari mulut ke mulut jauh lebih

membawa pengaruh yang jauh lebih kuat daripada pengiklanan. Para

mahasiswa begitu sering berinteraksi satu sama lain, sehingga frekuensi

pertukaran informasi dari mulut ke mulut sangat lah tinggi. Menembus

dunia kampus melalui informasi dari mulut ke mulut itu berarti produk

(26)

jika produk yang ditawarkan adalah produk yang memiliki kualitas yang

baik sehingga layak dan menarik untuk dijadikan bahan pembicaraan

3. Iklan

Pasar yang teriri dari sebagian besar kaum mud adapt dipengaruhi dengan

penempatan iklan pada posisi yang baik. Mahasiswa pada umunya sering

ragu-ragu mengenai hal-hal yang baru mereka lihat atau dengar, namun

mereka selalu membuka diri untuk informasi yang baru. Sebuah iklan

yang disampaikan dengan bahasa yang memuat pesan yang tepat dan

menggunakan media yang tepat bisa sangat sukses menarik perhatian para

mahasiswa.

4. Melihat orang lain menggunakannya

Pada banyak perguruan tinggi budaya suatu merek sangat terpusat. Jika

sebuah merek yang digunakan oleh beberapa orang yang menjadi pusat

perhatian, maka merek tersebut akan cepat menjadi popular. Melihat orang

menggunakan merek ini ssangat berbeda dari penggunaan merek karena

direkomendasikan oleh seseorang. Umumnya orang meniru merek yang

digunakan orang lain baik secara sadar maupun tidak sadar, mereka

memiliki keinginan untuk terlihat seperti orang yang ditiru tersebut.

Menemukan cara untuk menjadikan merek anda banyak digunakan

mahasiswa akan cepat membawa merek menjadi produk unggulan. Hal ini

dapat dicapai dengan penyampaian iklan yang memang khusus untuk

(27)

2.1.6Analytical Hierarchy Process (AHP)

Sumber permasalahan dalam pengambilan keputusan bukan hanya

terletak ketidakpastian dan ketidaksempurnaan informasi. Penyebab lainnya

adalah banyaknya faktor yang mempengaruhi pilihan-pilihan yang ada serta

beragamnya kriteria pemilihan yang ada. Banyak metode yang dapat digunakan

dalam sistem pengambilan keputusan. Salah satunya adalah metode Analytical

Hierarchy Process (AHP). Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai

kualitatif menjadi kuantitatif, sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa

lebih objektif.

Seperti yang dimuat dalam Supriyono et all. (2007:312), metode AHP

merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu

kerangka berpikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty pada tahun 1970. Dasar berpikir metode AHP adalah proses membentuk

skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis

pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat

keputusan.

2.1.6.1Dasar-dasar Analytical Hieararchy Process (AHP)

Ada beberapa dasar yang harus dipahami dalam menyelesaikan

persoalan dengan menggunakan metode AHP, diantaranya yaitu: Decomposition,

(28)

Decomposition yaitu memecah persoalanyang utuh menjadi

unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan

terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut,

sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan. Ada dua jenis hierarki

yaitu, hierarki lengkap dan hierarki tidak lengkap. Dalam hierarki lengkap, suatu

tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, jika tidak

demikian dinamakan hierarki tidak lengkap.

b. Comparative Judgement

Comparative Judgement berarti membuat penelitian tentang

kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya

dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan

tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks

pairwaise comparison.

c. Synthesis of Priority

Dari segi matriks pairwaise comparison kemudian dicari eigen vector

untuk mendapatkan local priority, karena matriks pairwaise comparison terdapat

pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan

sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut

bentuk hierarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui

prosedur sintesa dinamakan priority setting.

d. Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah bahwa objek-objek

(29)

Contohnya, anggur dan kelereng dapat dikelompokkan ke dalam himpunan yang

seragam jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat jika rasa sebagai

kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek

yang didasarkan pada criteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria

dan madu dinilai 5x lebih manis dibandingkan gula, dan gula 2x lebih manis

dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10x kali lebih manis dibanding

sirup. Jika madu hanya dinilai 4x manisnya disbanding sirup, maka nilainya tak

konsisten dan prooses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang tepat.

2.1.6.2 AHP dalam Kelompok

Sekelompok orang yang berdiskusi umunya memiliki pemahaman yang lebih baik dibanding seseorang dari kelompok itu yang berpikir. Karena

itu hierarki dan penilaian yang dihasilkan suatu kelompok seharusnya akan

lebih baik. Namun, diskusi dalam kelompok juga dapat menimbulkan masalah

yaitu adanya perbedaan pendapat antara anggota kelompok yang satu dengan

yang lainnya. Untuk mengatasi permasalahn ini bisa dilakukan dua cara, yang

pertama dilakukan pemungutan suara dan jawaban akan dijatuhkan kepada

suara terbanyak. Kedua, dengan menemukan rata-rata geometric dari penilaian

yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok .Nilai rata-rata geometrik ini

yang dianggap sebagai penilaian kelompok. Sebagai contoh, sebuah kelompok

yang beranggotakan 3 orang, masing-masing member penilaian 2,3, dan 7.

(30)

Wardani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh

Ketidakpuasan Konsumen, Kebutuhan Mencari Variasi Produk, Harga Produk dan

Iklan Produk Pesaing Terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Sabun

Pembersih Wajah Biore”. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah

ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, harga dan iklan produk

pesaing berpengaruh terhadap keputusan perpindahan merek dari sabun pembersih

wajah Biore. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Penelitian

ini dilakukan terhadap 100 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas

Dipenegoro yang pernah melakukan perpindahan merek dari sabun pembersih

wajah Biore ke sabun pembersih wajah merek lain. Untuk menganalisis data hasil

kuesioner mengenai ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi, harga

dan iklan produk digunakan analisis regresi berganda. Dari penelitian ini diketahui

bahwa ketidakpuasan konsumen, harga, iklan produk pesaing dan kebutuhan

mencari variasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan

perpindahan merek ke pembersih wajah merek lain, dimana variabel kebutuhan

mencari variasi memiliki pengaruh yang paling besar. Variabel kebutuhan

mencari variasi memberikan pengaruh terbesar terhadap keputusan perpindahan

merek dikarenakan banyaknya merek-merek baru yang bermunculan membuat

konsumen lebih bebas dalam memilih sabun pembersih wajah sehingga konsumen

tidak akan sepenuhnya setia akan suatu produk. Hal ini mengakibatkan konsumen

biore berpindah merek ke merek lain karena rasa penasaran.

Teknomo et all. (1999) dalam penelitiannya yang berjudul

(31)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda ke Kampus”. Jurnal ini bertujuan

untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan model

kendaraan, serta berapa besar pengaruhnya sehingga dapat dihasilkan berbagai

alternatif dan kebijakan untuk menurunkan kebutuhan akan lahan parkir dengan

lebih efektif. Pengolahan data penelitian dilakukan engan metode Analitycal

Hierachy Process (AHP). Penelitian dilakukan dengan cara wawancara

berkuesioner yang dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa Universitas Kristen

Petra, dimana responden dipilih dengan cara acak sederhana. Dari penelitian

diketahui bahwa factor utama yang memperngaruhi pemilihan moda ke kampus

adalah faktor keamanan sebesar 49,3%, dan faktor waktu sebesar 27,3%.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar

variabel masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi

dan survey (Kuncoro,2009:52).

Menurut Peter dan Olson (2000:220,227) dari sudut pandang

konsumen, harga biasanya didefinisikan sebagai apa yang yang harus diserahkan

konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa. Salah satu kunci dari strategi

bersaing yang baik adalah promosi harga yang dapat mempengaruhi konsumen

untuk membeli produk mereka sebanyak mungkin.

(32)

kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut-atribut produk

seperti kualitas, fitur, serta gaya dan desain (Kotler & Armstrong, 2003:347).

Komunitas virtual adalah sekelompok orang di dunia maya yang

memiliki minat yang sama. Anggota komunitas ini secara bebas bertukar pikiran,

pandangan dan informasi melalui berbagai media seperti email, chatting, mailing

list atau bulletin boards. Secara intens dan kontinyu sekelompok orang ini

mendiskusikan berbagai hal dan topik tertentu mulai dari yang bersifat nonformal

hingga yang bersifat formal (Indrajit, 2002:161).

Kebutuhan mencari variasi (variety seeking) mengacu kepada

kecenderungan konsumen untuk mencari secara spontan membeli merek baru

meskipun mereka terus mengungkapkan kepuasan mereka dengan merek yang

lama. Salah satu penjelasan tentang mencari variasi adalah bahwa konsumen

mencoba untuk mengurangi kejenuhan dengan membeli merek baru (Mowen dan

Minor,2002:11).

Brand switching adalah perpindahan merek yang digunakan oleh

pelanggan untuk setiap waktu penggunaan (www.swa.co.id). Semakin tinggi

tingkat perpindahan merek, maka tingkat loyalitas pelanggan semakin rendah. Itu

artinya semakin beresiko juga terhadap merek produk yang dikelola karena bisa

dengan mudah dan cepat kehilangan pelanggan. Umunya jika biaya untuk berganti

merek sangat mahal, pelanggan akan enggan untuk berganti merek sehingga laju

penyusutan dari keleompok pelanggan dari waktu ke waktu akan rendah.

Analytical Hierarchy Process (AHP). Konsep metode AHP adalah

(33)

yang diambil bisa lebih objektif. Seperti yang dimuat dalam Supriyono et all.

(2007:312), metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan

keputusan yang dapat membantu kerangka berpikir manusia. Dasar berpikir

metode AHP adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun

rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif

itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah serta berbagai

teori yang telah dikemukakan maka dapat digambarkan model kerangka

(34)
(35)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku,

fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi

(Kuncoro,2009:59). Fungsi dari hipotesis adalah sebagai pedoman untuk dapat

mengarahkan penelitian agar sesuai dengan apa yang peneliti harapkan.

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka

konseptual yang telah dikemukakan maka hipotesis yang diajukan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah papan permainan yang dimulai dari petak start dan dilengkapi dengan petak-petak materi, petak masuk rumah sakit, parkir bebas, dana umum dan juga

Apabila Akun Klien mencapai saldo negatif dan telah menggunakan sembilan puluh persen (90%) Bonus, semua posisi terbuka akan otomatis dihentikan. FXTM akan

Dimana apabila menunjukan status tersedia dari sebuah sarana pada suatu tanggal tertentu itu artinya sarana tersebut masih bisa untuk dilakukan pemesanan karena

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui jenis dan komposisi substrat di ekosistem mangrove kampung nipah, rata-rata persentase jenis

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan

Achmad Wardi - Badan Wakaf Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Dompet Dhuafa Republika sebagai pengelola RS - Masyarakat dhuafa (gratis disubsidi dana zakat).

Hasil dari penelitian ini terdapat 5 etika moral bushido pada dorama Remake Great Teacher Onizuka 2012, yaitu etika moral keadilan, etika moral kebajikan, etika moral

Namun pada neonatus dengan gejala klinis TB dan didukung oleh satu atau lebih pemeriksaan penunjang (foto toraks, patologi anatomi plasenta dan mikrobiologis darah v.umbilikalis)