• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPUTASI UNDERWRITER DAN REPUTASI AUDITOR DALAM MENENTUKAN UNDERPRICING KETIKA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPUTASI UNDERWRITER DAN REPUTASI AUDITOR DALAM MENENTUKAN UNDERPRICING KETIKA INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

REPUTASI UNDERWRITER DAN REPUTASI AUDITOR DALAM MENENTUKAN UNDERPRICING KETIKA

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)

Oleh

F. INGGRID KRISMASARY

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan go public atau pada saat IPO (Initial Public Offering) di BEI tahun 2010-2012. Underpricing yaitu selisih positif antara harga saham dipasar sekunder dengan harga dipasar perdana.

Hasil pengujian ini dilakukan pada 60 sampel perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Ada empat variabel yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.

(2)

i ABSTRACT

REPUTATION OF UNDERWRITER AND AUDITOR’S REPUTATION IN DETERMINING WHEN THE UNDERPRICING OF

INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

(Empirical Study on Company that Go Public in 2010-2012)

By

F. INGGRID KRISMASARY

This study aims to examine the factors that influence the phenomenon of underpricing in IPO firms go public or at the time of IPO ( Initial Public Offering) on the BEI in 2010-2012. Underpricing is the positive difference between the secondary market price of the shares at the market price of prime.

The results of these tests were performed on 60 samples. Data used in this research was secondary data. There are four variables thought to affect the level

of underpricing that reputation of underwriter, auditor’s reputation, size of

company, and age of a company.

The method used in this study is multiple regression with the help of Eviews 7, and obtained results that not all the variables studied had a significant effect on the level of underpricing partially. Variables that have a significant effect on the level of underpricing is partially reputation of underwriter. Simultaneously variables reputaion of underwriter, auditor’s reputation, size of company, and age of a company. Among the factors that affect the level of underpricing the variable reputation of underwriter is the most dominant influencing factor.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Gunung Madu pada tanggal 9 Maret

1993, merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Marsono

AD dan Ibu Kristiani.

Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) Satya

Dharma Sudjana di Gunung Madu, diselesaikan tahun 1999. Penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Gunung Madu,

Lampung Tengah pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di

SMP Satya Dharma Sudjana Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2008.

Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Terbanggi

Besar Lampung Tengah dan diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung melalui

jalur Ujian Mandiri. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Kupersembahkan Karya Tulis ini

untuk:

Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa untuk kesuksesan dan cita-citaku, untuk papa ku tercinta terima kasih telah memberikan

dukungan baik secara moral dan materi memberikan nasehat dan saran serta semangat untukku, untuk mama ku tercinta terima kasih atas segala waktu yang

diberikan kasih sayang yang tiada terhingga perjuangan yang begitu hebat segalanya telah

dilakukan untukku. Inggrid Sayang Mama Papa

Keluarga besar, kekasihku dan teman-teman yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi

Dosen Pembimbing dan Penguji yang telah memberikan waktu luang, pemikiran dan arahan yang bermanfaat

(9)

MOTO

Jika engkau mengeluh dan bertanya mengapa orang sebaik dirimu selalu

dihina, ingatlah bahwa orang baik juga harus pintar. Orang baik dengan

logika kerdil akan disiksa oleh orang tidak baik yang cerdik. Be smart.

Keep your pains to yourself. Yang cerdas. Simpanlah deritamu sendiri.

Tampilah gagah dan ceria. Kekhawatiranmu dan kesedihanmu adalah

urusan pribadimu. Tugasmu adalah menjadi jiwa yang kuat dan

bermanfaat bagi dirimu, bagi keluargamu dan bagi sesama

(Mario Teguh)

Bersyukurlah dengan segala keadaan dibalik cobaan pasti ada

kebahagiaan karena sesuatu akan indah pada waktunya

(F. Inggrid Krismasary)

“Disaat orang lain baru belajar berjalan, aku harus sudah belajar berlari”

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Reputasi Underwriter dan Reputasi Auditor Dalam Menentukan Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B) di

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa kehendak

Tuhan Yang Maha Esa, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak atas

segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini jauh dari kata sempurna

mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Efendi, M.M. selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu

(11)

5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus

Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan, kritik, saran

dan juga nasihat dalam perbaikan skripsi ini serta selaku Pembimbing

Akademik (PA) yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis

selama kuliah.

6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung.

7. Ibu Damayanti, S.A.N., M.A.B selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

membimbing, memberikan masukan, saran, arahan, dan yang telah beresedia

menyisihkan waktunya untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah

memberikan pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis selama

perkuliahan.

9. Staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis (Ibu Mertayana) terima kasih telah

banyak membantu penulis dalam penyelesaian segala bentuk persyaratan dan

administrasi.

10. Papa mamaku tercinta yang selama ini selalu menyemangati, mendoakan

setiap langkahku dan kasih sayangnya yang tiada henti, serta bersusah payah

mencari rezeki untuk segala kebutuhanku. Terima kasih telah memenuhi

(12)

Kalian penyemangat hidupku dan selalu memberikan yang terbaik untuk

masa depan anakmu.

11. Anggara Setiawan Moan, S.E., M.M. pria yang selalu mendengarkan keluh

kesahku. Terima kasih telah memberikan kasih sayang, doa, semangat,

nasihat, dan saran, serta selalu mendengarkan semua cerita-ceritaku, terima

kasih atas waktu dan bantuannya selama ini.

15. Sahabat-sahabatku Made Ria Bintari yang tak pernah lelah menemani disaat

susah dan senang, Erika Oktania yang selalu memberikan nasehat dan

semangat, Yudha Lukmansyah, M. Irham, Heral Viryando Maki dan I Gede

Wira Dharma terimakasih telah mendengarkan curhat-curhatku, memberikan

dukungan, doa, bantuan, saran dan perhatian kepadaku. Jangan bosen

komunikasi, ketemu, dan curhat-curhat ya Ratu, Ratih, Sendy, Maul, Ade,

Meita, Rika, Intan, Eriza, Ena, Agnes, Herdiyani, Ega, Ajun, Nanda, Frandy

dan Ahwa juga terimakasih atas dukungan, informasi, bantuan, saran dan

doanya. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat. Amin

16. Sahabat sebimbinganku Bekti Pertiwi. Terimakasih atas segala bantuan,

dukungan, doa, saran dan nasihatnya maaf selalu aku ganggu waktunya. Jaga

terus komunikasi dan persahabatan kita.

17. Sahabatku dari SMA, Queen Cessia Dwie Assonty, Amd.Keb (ququ) Citra

Widyastuti S.E (I’a), Citra Septiyana (uu) calon dokter cantik, Destriana

Rizky (yaya), Gysta Aryani (tata), Nisa Meutia Risty (oti) dan Tiara Eka

Ariestantia (jae). Terima kasih atas semangat, dukungan, dan doanya selama

(13)

yang lainnya (maaf tidak disebutkan satu-persatu), tetap jaga komunikasi dan

juga semoga kita menjadi orang yang bermanfaat, aamiiin

19. Teman-teman seperjuanganku di Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2011,

Supri, Tomi, Agung, Anas, David, Hilda, Vivi, Iyoy, Rinda, Yuki, Putri,

Wilianda dan Seluruh Angkatan 2011 yang aku sayangi terima kasih atas

semangat dan dukungannya. Terima kasih atas segala canda tawanya selama

ini serta teman-teman selalu jaga komunikasi ya.

20. Kakak-kakak tingkatku, mba Shinta dan mba Melysa serta kak Jufri Yandes

Terima kasih atas segala bantuannya. Semoga kita semua menjadi orang yang

sukses dunia akhirat. Aamiin

21. Sahabat-sahabat KKN-ku, mba Dian, mba Dwinda, Kak Dimas, Eka, Fitri,

Sarah, Nisa, Egi, Feby, dan Dina. Terima kasih atas segala bantuan, doa,

canda tawa, nasihat yang tidak hanya 40 hari, tapi kita berlanjut sampai

sekarang. Semoga kita akan menjadi sahabat selamanyaaa. Maaf jika selama

KKN selalu minta ditemani kesana kemari.

22. Keluarga KKN Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Palas Kabupaten Lampung

Selatan, Pak Camat pak Henry, mbah Munipah, Mbah Munirah, Mb Mumun,

dan adik-adik yang lain. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, dan

doa. Semoga kita bisa berkumpul kembali.

23. Keluarga sekaligus sahabat kostan mb Lolita yang selalu mendengarkan keluh

(14)

mb selalu mendukung dan memberi hiburan. Memei, Novi, Ida, dan Rini

terima kasih telah menjadi saksi hidupku dikosan hheee.

24. Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama

belajar di Universitas Lampung.

25. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas jasa-jasa yang telah kalian berikan

kepada penulis selama ini. Pada akhirnya penulis mengharapkan agar Skripsi ini

dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan, khususnya Ilmu Administrasi Bisnis.

Bandar Lampung, 27 Februari 2015

Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

(16)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 37

C. Jenis dan Sumber Data ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Definisi Konseptual dan Operasional ... 41

1. Definisi Konseptual ... 41

2. Definisi Operasional ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 48

1. Model Analisis Data ... 48

2. Uji Asumsi Klasik ... 49

G. Pengujian Hipotesis ... 51

1. Interpretasi Koefisien Determinan ... 52

2. Uji Simultan (Uji F)... 53

3. Uji Parsial (Uji t) ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 55

B. Hasil Analisis Data ... 60

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 60

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 64

3. Hasil regresi Linier Berganda ... 68

4. Interpretasi Model ... 70

5. Hasil Pengujian Hipotesis... 72

C. Pembahasan ... 75

1. Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Underpricing . 75 2. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Underpricing ... 79

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing ... 82

4. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Underpricing ... 84

5. Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan Terhadap Underpricing ... 86

D. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Daftar Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012 ... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Data Sampel 60 Perusahaan ... 38

3.2 Definisi Operasional ... 47

3.3 Pedoman Interpretasi Korelasi ... 53

4.1 Objek Penelitian Perusahaan yang melakukan IPO ... 56

4.2 Daftar Nama Perusahaan dan Underwriter yang Digunakan ... 57

4.3 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value ... 59

4.4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 60

4.5 Uji Multikolinearitas ... 65

4.6 Uji Autokorelasi ... 66

4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.8 Hasil Regresi Linier Berganda ... 69

4.9 Hasil Perhitungan Uji F ... 73

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1. Data Perusahaan Yang Melakukan IPO Periode 2010-2012

Lampiran 2. Daftar Perusahaan Yang Dijadikan Sampel

Lampiran 3. Data Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan

dan Umur Perusahaan

Lampiran 4. Data Hasil Statistik Deskriptif

Lampiran 5. Data Hasil Regresi Linier Berganda

Lampiran 6. Data Hasil Uji Multikolinearitas

Lampiran 7. Data Hasil Uji Autokorelasi

Lampiran 8. Data Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 9. Data Hasil Uji Normalitas

Lampiran 10. Tabel Uji F

Lampiran 11. Tabel Uji T

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kondisi persaingan yang ketat suatu perusahaan harus mengembangkan

usahanya dalam lingkungan bisnis. Untuk menghadapi iklim dan kondisi

persaingan perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk tetap bertahan dan

meneruskan usahanya. Hal ini mendorong manajemen untuk memenuhi

kebutuhan dana dengan memilih salah satu alternatif untuk memperoleh dana bagi

pemodalan perusahaan.

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, kebutuhan modal

suatu perusahaan akan semakin meningkat. Mereka membutuhkan dana internal

maupun dana eksternal untuk memperoleh tambahan dana baru. Dana internal

bisa didapat dari laba ditahan maupun dari akumulasi penyusutan aktiva tetap,

sedangkan dana eksternal didapat dari penerbitan saham baru. Hal itu bisa

dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam

bentuk efek kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah go public ( Johnson, 2010).

(21)

pasar perdana yang dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO), penawaran saham secara perdana ke masyarakat atau publik (Trianingsih,2005).

Terdapat beberapa macam alasan mengapa perusahaan ingin go public antara lain

untuk meningkatkan modal perusahaan, memungkinkan pendiri untuk

diversifikasi usaha, mempermudah usaha pembelian perusahaan lain dan

memungkinkan manajemen maupun masyarakat mengetahui nilai perusahaan

(Sunariyah, 2004). Menurut Husnan (2001) alasan lainnya adalah perluasan usaha

serta untuk mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari

penawaran perdana.

Pada saat IPO penentuan harga saham yang akan ditawarkan merupakan faktor

penting, baik bagi emiten atau perusaahan maupun underwriter karena berkaitan dengan besarnya dana yang akan didapatkan oleh emiten dan risiko yang

ditanggung oleh underwriter. Dalam menentukan harga saham yang dijual di pasar perdana, emiten seringkali membuka harga saham penawaran dengan harga

yang tinggi karena menginginkan pemasokan dana yang maksimal. Sedangkan

underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalisir bahkan mengurangi resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham

yang ditawarkan, karena akan merugikan underwriter itu sendiri yang akan membeli sisa saham yang tidak terjual.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh underwriter untuk mencegah tidak terjualnya saham emitem adalah dengan melakukan kerjasama serta negosiasi

dengan emiten agar saham tersebut dapat terjual habis dan tidak terlalu tinggi saat

(22)

3

Dalam penentuan harga saham antara emiten dengan underwriter pada saat IPO sering terjadi perbedaan harga saham ketika diperdagangkan di bursa efek, harga

saham pada saat IPO cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan harga

saham di bursa efek pada hari pertama (closing price). Fenomena ini disebut

underpricing atau out performed (Ritter,1991). Kondisi asymetry informasi yang menyebabkan terjadinya underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang

memiliki lebih banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk

memperkecil resiko penjaminannya (Nurhidayanti,1998).

Takarini (2007) mengungkapkan bahwa fenomena underpricing tidaklah menguntungkan bagi emiten, karena dana yang diperoleh emiten tidak maksimal

karena emiten tidak memperoleh dana yang maksimal yang mungkin bisa

didapatkan oleh emiten untuk mendanai ekspansinya. Sehingga harapan tentang

besarnya dana yang diinginkan emiten melalui IPO tidak terpenuhi secara

maksimal akibat fenomena underpricing yang terjadi. Tetapi di sisi lain pihak investor memperoleh keuntungan akibat fenomena underpricing ini, karena investor bisa menikmati return dari pembelian saham yang dilakukannya

(Kurniawan,2007). Sebaliknya jika terjadi overpricing pihak investor akan merugi

karena mereka tidak menerima initial return.

Melihat fenomena underpricing tersebut, terdapat beberapa data perusahaan yang

(23)

Tabel 1.1 Daftar perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012

Rata-rata tingkat underpricing 28,65 Sumber: www.e-bursa.com

Dari tabel diatas dari 22 perusahaan terdapat dilihat 20 perusahaan mengalami

underpricing. Hal ini membuktikan bahwa tingkat undepricing di Indonesia sangat tinggi. Fenomena underpricing saham saat proses IPO memang menjadi kajian yang menarik untuk diteliti karena fenomena tersebut merupakan gejala

umum yang sering dialami di pasar modal seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dari beberapa penelitian pada setiap pasar efek di seluruh dunia seperti Amerika

Serikat (Ritter,1991), Hongkong (Mc Guinnes, 1992), Korea (Kim dkk,1993),

Australia (How,1995) serta Kuala Lumpur (Ranko dkk,1992) menunjukan bahwa

(24)

5

Husnan (1996) menunjukan bahwa penawaran saham perdan pada

perusahaan-perusahaan privat maupun BUMN di Indonesia umumnya mengalami

underpricing.

Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham penutupan pada saat closing price di pasar sekunder cenderung lebih tinggi daripada harga penutupan efek pada saat IPO. Anomali ini membuat perusahaan tidak diuntungkan karena

dana yang diperoleh tidak maksimal. Underpricing terjadi karena adanya asymetric information yang menimbulkan ketidakpastian nilai sebenarnya perusahaan emiten (Beatty dan Ritter, 1986). Ketidakpastian ex-ante terjadi akibat

tidak meratanya informasi atau perbedaan informasi yang dimiliki atara partisipan

tentang nilai perusahaan emiten. Selisih positif antara harga saham dibursa efek

dengan harga saham di pasar perdana pada saat IPO adalah fenomena

underpricing dimana selisih harga inilah yang dikenal sebagai intial return atau positif return bagi investor yang dijadikan untuk pengukuran underpricing.

Fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut harus diminimalisir oleh emiten itu sendiri agar dapat memperoleh harga

yang ideal atas saham perdananya. Dimana investor lebih diuntungkan dengan

adanya fenomena ini yang menikmati return dari transaksi penjualan saham,

sedangkan emiten hanya memperoleh dana melalui perdagangan saham di pasar

perdana saja. Dengan kata lain emiten tidak memperoleh dana dari transaksi

perdagangan sahamnya di pasar sekunder (Emilia,2008).

Terdapat beberapa variabel independen yang merupakan faktor-faktor yang dapat

(25)

variabel tersebut peneliti hanya memilih beberapa variabel diantaranya reputasi

underwriter dan reputasi auditor. Dalam penelitian ini pula terdapat variabel ukuran perusahaan (SIZE) dan umur perusahaan (AGE) sebagai variabel kontrol,

dimana variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak

dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti ( Education Resources,2007). Faktor – faktor tersebut sejalan dengan teori Signalling dimana faktor-faktor tersebut dapat

memberikan sinyal positif. Habib dan Ljungqvist (2001) menyatakan bahwa

variabel reputasi underwriter terdapat hubungan negatif dengan underpricing. Menurut Tritmen dan Trueman (dikutip dari yoga, 2010), reputasi underwriter akan memberikan sinyal pada pasar saat IPO. Pasar percaya bahwa underwriter

yang memiliki reputasi baik tidak akan menjamin perusahaan yang berkualitas

rendah dan harga saham yang overpricing. Penelitian Sandhiaji (2004) menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap underpricing.

Reputasi underwriter diukur dengan menggunakan variabel dummy. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi diberi nilai 1 sedangkan yang mempunyai

reputasi rendah diberi nilai 0 (Gerianta,2008). Standar pengukuran reputasi

underwriter yang bereputasi tinggi berdasarkan perangkingan yang terdapat di IDX Fact Book yang masuk dalam 10 besar dari 20 Most Active Brokerage House

yang ditentukan berdasarkan total frekuensi perdagangan (Indita, 2013).

Suatu perusahaan dalam memberikan sinyal positif bagi para investor tidak hanya

(26)

7

Penelitian Suyatmin (2006) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh

signifikan terhadap underpricing. Dalam kegiatan IPO, pengungkapan baik akan terjadi jika emiten menyewa auditor dimana akan menjadi nilai tambah yang baik

bagi emiten itu sendiri dalam menarik investor untuk melakukan pendanaan dan

investasi pada perusahaan tersebut.

Menurut Zang et al (dikutip dari Dwi Martani et al, 2012), reputasi auditor yang baik meningkatkan underpricing karena auditor yang baik dianggap sebagai sinyal yang menguntungkan yang akan meningkatkan nilai saham di pasar

sekunder. Reputasi auditor ini juga diukur dengan variabel dummy dengan menggunakan standar pengukuran reputasi auditor yang prestigious berdasarkan KAP yang menjadi partner dari auditor The Big Four (Sulistio, 2005).

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka perlu dilakukan penelitian kembali

(27)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas makan dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing

pada saat IPO?

2. Apakah reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada

saat IPO?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

4. Apakah umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

5. Apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur

perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi underwriter

terhadap underpricing pada saat IPO.

2. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi auditor terhadap

underpricing pada saat IPO.

3. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara ukuran perusahaan terhadap

(28)

9

4. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara umur perusahaan terhadap

underpricing pada saat IPO.

5. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara simultan

terhadap underpricing pada saat IPO.

D. Manfaat Penelitian

Adapun dengan dilakukannya penelitian ini diharpakan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan tambahan

wacana untuk penelitian selanjutnya dan referensi literatur dalam meneliti di

bidang keuangan sehingga sangat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya

yang sejenis.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan apabila suatu perusaahan akan melakukan IPO untuk

mengekspansi perusahaannya.

3. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau pertimbangan

dalam mengambil keputusan sebelum melakukan pembelian saham perdana

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Signalling Theory

Teori sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh

perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Hal ini

menyatakan bahwa manajemen selalu mengungkapkan informasi yang diinginkan

oleh investor, khususnya apabila informasi tersebut ada berita baik (good news).

Informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan

berinvestasi.

Signalling theory adalah informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor, dalam keputusan berinvestasi. Sinyal dapat berupa informasi bersifat

financial maupun non-financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Tujuan dari teori Signalling adalah menaikkan nilai suatu perusahaan saat melakukan penjualan saham. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja

akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat

(30)

11

efektif, maka harus dapat ditanggapi oleh pasar dan di presepsikan baik, serta

tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Megginson, 1997).

Menurut Allen dan Faulhaber (1989), perusahaan yang berkualitas buruk tidak

mudah untuk meniru perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan

underpricing, hal ini disebabkan karena cash flow periode berikutnya akan mengungkapkan tipe perusahaan tersebut (baik atau buruk). Sinyal yang baik

adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang nilai perusahaanya lebih

rendah karena faktor biaya.

B. Pasar Modal

Fungsi pasar modal adalah sebagai lembaga perantara yang menghubungkan

pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dengan pihak yang

membutuhkan dana. Fungsi ini menunjukan peran penting pasar modal dalam

menunjang perekonomian suatu negara. Menurut UU No.8 tahun 1995 “pasar

modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek”. Sedangkan

menurut Husnan (1994) mengartikan pasar modal sebagai pasar dengan berbagai

instrumen keuangan (sekuritas) dalam jangka panjang yang dapat diperjualbelikan

di bursa, baik dalam bentuk hutang maupun dalam bentuk modal sendiri, yang

(31)

Menurut Komaruddin dalam Janur Ayudewi (2005) ada tiga definisi dari pasar modal, yaitu:

a. Definisi yang luas, yaitu pasar modal merupakan kebutuhan sistem

keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersil dan semua

perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga jangka panjang

dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.

b. Definisi dalam arti menengah, yaitu pasar modal merupakan semua pasar

yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan

warkat-warkat kredit (biasanya berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk

saham, obligasi, pinjaman berjangka hipotek, tabungan, serta deposito

berjangka.

c. Definisi dalam arti sempit, yaitu pasar modal merupakan tempat pasar

terorganisasi yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan

memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para underwriter.

Pasar modal dapat dikategorikan menjadi dua pasar, yaitu sebagai berikut

(Tandelin, 2010):

1. Primary market (pasar primer), merupakan pasar tempat perdagangan surat berharga yang baru saja dikeluarkan oleh perusahaan kepada investor untuk

pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan

emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan detail

(disebut juga prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi

mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan

(32)

13

perusahaan dimasa yang akan mendatang, dan selanjutnya tertarik untuk

membeli sekuritas yang diterbitkan emiten (Tandelilin,2010)

2. Secondary market (pasar sekunder), merupakan tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antara investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar

perdana. Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, sekuritas emiten

tersebut kemudian bisa diperjualkanbelikan di pasar sekunder. Dengan

adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas

untuk mendapatan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan

likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti pasar perdana.

Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa,

saham preferen, obligasi, waran, bukti right dan reksadana (Tandelilin,2010).

Terdapat dua jenis pasar sekunder, yaitu:

a) Pasar Lelang (auction market)

Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan

pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual

menggunakan perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli atau penjual (Tandellin,2010).

b) Pasar Negosiasi (negotiated market)

Di pasar negosiasi, pembeli dan penjual melakukan transaksi dapat

berhubungan secara langsung satu dengan yang lain melaui suatu

jaringan komunikasi sehingga harga yang terjadi merupakan hasil

negosiasi antara pembeli dan penjual secara langsung (Tandelilin, 2010).

Menurut Husnan (1994:8-9) pasar modal mempunyai beberapa daya tarik,

(33)

berbagai alternatif pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.

Selain itu pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain dari

perbankan. Sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan dana, pasar modal

dapat menjadi alternatif pendanaan ekstern dengan biaya yang relatif rendah

daripada sistem perbankan. Keberhasilan pasar modal tergantung pada tersedianya

supply dan demand terhadap sekuritas yang diperjualbelikan di bursa dalam jumlah memadai, kondisi politik, ekonomi, hukum, hak dan peraturan yang ada,

keberadaan dari lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal

dan beberapa lembaga yang mungkin melakukan transaksi secara efisien.

pasar modal memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan

(Susilo:2009), dalam penelitian Wulandari (2011) :

1. Fungsi ekonomi

Menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari para investor yang

menanamkan dananya pada pasar modal kepada emiten atau perusahaan

yang menerbitkan efek di pasar modal. Dalam pasar modal yang

diperdagangkan adalah dana jangka panjang.

2. Fungsi keuangan

Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang dioerlukan

oleh emiten atau perusahaan, dan investor menyediakan dana tanpa harus

terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk

(34)

15

C. Initial Public Offering (IPO)

Menurut Hartono dan Ali (2002), Initial Public Offering (IPO) merupakan penawaran saham di pasar perdana yang di lakukan perusahaan yang hendak go public. Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas

pendapatan masa depan seseorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada

yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan (Mishkin:2001,4).

Terjadinya pembelian saham dari perusahaan (emiten) oleh investor untuk

pertama kalinya ada di pasar perdana, selanjutnya saham diperjualbelikan dalam

bursa efek yaitu di pasar sekunder. Undang-undang Republik Indonesia No. 8

tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai

kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada

masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut

dan peraturan pelaksanaanya. Penawaran umum awalnya akan mengubah status

perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka (Tbk). Terbuka

artinya perseroan dapat dimiliki oleh masyarakat umum dan mempunyai

kewajiban untuk membuka semua informasi kepada para pemegang saham dan

masyarakat, kecuali yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan.

Dalam menentukan harga, emiten bersama penjamin emisi (underwriter) bekerja

sama pada pasar perdana, selain itu juga mencakup penjatahan saham yaitu

pengalokasian efek pesanan investor sesuai dengan jumlah efek yang tersedia dan

(35)

balik dari awalnya perusahan privat ke perusahaan publik atau terbuka pada tahap

IPO.

Ada beberapa tujuan dari penjualan saham atau emiten melakukan go public antara lain sebagai sumber pendanaan dari luar perusahaan untuk memperbaiki

struktur permodalan dengan menjual saham kepada masyarkat luas kemudian

untuk mempermudah perusahaan melakukan ekspansi atau perluasan perusahaan,

serta meningkatkan investasi anak perusahaan, peningkatan modal kerja, dan

melunasi sebagian utang perusahaan.

Sebagaimana yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan RI nomor

859/KMK/.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan tentang pelaksanaan

emisi perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM

No.011.PM.1987 ada beberapa ketentuan mengenai penjualan saham di pasar

modal, sehingga perusahaan yang ingin go public harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan sebagai berikut:

1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas

2. Berkedudukan di Indonesia

3. Mempunyai modal disetor penuh Rp. 200.000.000

4. Dua tahun memperoleh keuntungan

5. Laporan keuangan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan publik

dengan unqualified opinion

6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi keuntungan; dua

tahun pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir

(36)

17

Hal yang terpenting dalam peraturan diatas adalah bahwa laporan keuangan yang

tersedia telah diaudit dan bersedia dijadikan propektus dari perusahaan itu sendiri

karena dalam IPO sering terjadi kurang tersedianya informasi yang dipublikasikan

sehingga tidak ada transparasi dari laporan keuangan yang diungkapkan yang

menjadi propektus penting dalam penentuan harga saham.

Menurut Darmadji dan Hendy M.Fakhuruddin (2001,43) ada beberapa manfaat

yang diperoleh dari penawaran umun atau Initial Public Offering adalah:

1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan siterima sekaligus

2. Biaya go public relatif murah

3. Proses relatif mudah

4. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan penyertaan masyarakat

biasanya tidak mudah dalam manajemen

5. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu

perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme

6. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki

saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial

7. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public) merupakan media

promosi secara gratis

8. Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk

membeli saham kemudian dana yang diperoleh dari go public digunakan untuk:

a. Ekspansi

b. Memperbaiki struktur permodalan

(37)

d. Melunasi sebagian hutang

e. Meningkatkan modal kerja

Adapun keuntungan yang didapat dari go public Menurut Jogiyanto (2003) sebagai berikut:

a. Kemudahan meningkatkan modal di masa datang

b. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham

c. Nilai pasar perusahaan diketahui

Selain itu ada kerugian yang ditimbulkan dari go public sebagai berikut:

a. Biaya laporan yang meningkat

b. Perusahaan yang go public diwajibkan menyerahkan laporan laporan kepada regulator setiap kuartal dan setiap tahunnya. Laporan-laporam

ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil

c. Pengungkapan (disclosure)

d. Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide

pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi

yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedangkan pemilik

enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya

karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki

e. Ketakutan untuk diambil alih

f. Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak ceto yang rendah

umumnya diganti dengam manajer baru jika perusahaan diambil alih.

(38)

19

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan yang paling panjang diantara tahapan

yang lain kegiatan yang dilakukan tahapan ini merupakan persiapan

sebelum mendaftar ke Bapepam ( Badan Pengawas Pasar Modal). Dalam

tahapan ini, RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) merupakan langkah

awal untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham mengenai

rencana go public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai dengan anggaran dasar publik. Kegiatan lain dalam tahap ini adalah

penunjukan penjamin pelaksana emisi (lead underwriter) serta lembaga

dan profesi pasar modal, yaitu akuntan publik, konsultan hukum, penilai,

Biro Administrasi Efek (BAE), notaris, security printer serta prospectus printer.

2. Tahap Pemasaran

Pada tahap ini, Bapepam akan melakukan penelitian tentang keabsahan

dokumen, keterbukaan seluruh aspek legal, akuntansi, keuangan dan

manajemen. Langkah selanjutnya adalah pernyataan pendaftaran yang

diajukan ke Bapepam sampai pernyataan pendaftaran yang efektif, maka

langkah-langkah lain yang harus dilakukan adalah:

a. Due Diligence Meeting

Due diligence meeting adalah pertemuan dengan pendapat antara calon emiten dengan underwriter, baik lead underwriter maupun underwriter. Dalam hal ini juga mengandung unsur pendidikan, yaitu mendidik emiten untuk dapat menghadapi pertanyaan yang nantinya

(39)

b. Public Expose dan Roadshow

Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan

kinerja perusahaan, prospek usaha, resiko, dan sebagainya sehingga

timbul daya tarik dari para pemodal untuk membeli saham yang

ditawarkan. Rangkaian public expose yang diadakan berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi yang lain disebut

roadshow, khususnya penawaran saham kepada investor asing. Didalam public expose/roadshow ini calon emiten dapat menyebarkan info memo dan prospektus awal.

c. Book Building

Didalam proses roadshow, para pemodal akan menyatakan minat mereka atas saham yang ditawarkan. Didalam roadshow/public expose

dinyatakan suatu kisaran harga saham sehingga para pemodal akan

menyatakan kesediaan mereka untuk membelinya. Proses

mengumpulkan jumlah-jumlah saham yang diminati oleh pemodal

inilah yang disebut book building.

d. Penentuan Harga Perdana

Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan harga final

(40)

21

3. Tahap Penawaran Umum

Pada tahap ini calon emiten menerbitkan procpectus ringkas di dua media cetak yang berbahasa Indonesia, yang dilanjutkan dengan penyebaran

prospectus lengkap final, melakukan penjatahan, refund dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi yang mendapatkan jatahnya.

4. Tahap Perdagangan Sekunder

Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek untuk

mencatatkan sahamnya sesuai dengan kelanjutan perjanjian pendahuluan

pencatatan yang telah disetujui. Setelah tercatat maka saham dapat

diperdagangkan dilantai bursa.

D. Underpricing

Underpricing adalah kondisi dimana harga saham yang diperdagangkan pada pasar perdana lebih rendah daripada harga saham yang diperdagangkan di pasar

sekunder yang menguntungkan bagi para investor karena memperoleh initial

return yang positif. Menurut Wibowo (2005) hal ini menarik para investor untuk membeli saham perusahaan yang menjajikan keuntungan, jika saham tersebut

diperdagangkan di pasar sekunder. Keadaan ini terjadi karena adanya kepentingan

yang berbeda antara emiten dengan underwriter pada saat penetapan harga saham

di pasar perdana. Ketika underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko

penjaminannya hal ini membuat terjadinya perbedaan kepentingan, jika saham

(41)

penjamin emisi itu sendiri untuk itu keadaan ini biasa disebut dengan kondisi

asymetry information.

Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing sebagai adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana

atau pada saat IPO. Selisih harga inilah yang disebut dengan initial return (IR) atau positif return bagi investor. Secara sistematis initial return dapat dirumuskan

sebagai berikut (Triani,2006):

Initial Return (IR) =

100 %

Keterangan :

IR : return awal

Pt0 : harga penawaran perdana

Pt1 : harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder

Alexander Ljungqvist (2006:2) dalam handono (2010) mengemukakan bahwa teori underpricing dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Asymetric information (informasi asimetris) merupakan model informasi asimetris yang mengasumsikan bahwa salah satu pihak yang tahu lebih

banyak daripada lain, dan bahwa pergeseran informasi yang dihasilkan

menimbulkan underpricing dalam keseimbangan. Teori ini merupakan teori terkuat menurut Ljungqvist.

2. Instrumental theories (kelembagaan alasan) merupakan kelembagaan teori yang berfokus pada tiga ciri pasar : litigasi, stabilisasi harga bank sekali

(42)

23

3. Control theories (pertimbangan control) berpendapat bahwa underpricing yang membantu basis pemegang saham sehingga dapat mengurangi

intervensi oleh pemegang saham luar sekali perusahaan publik.

4. Behavioral theories (pendekatan perilaku) teori ini menganggap kehadiran „irasional’ investor yang menawar sampai harga dari IPO saham luar nilai

yang sebenarnya, atau bahwa emiten menderita dari bias perilaku

menyebabkan mereka untuk memberi tekanan cukup pada bank penjamin

untuk memiliki underpricing berkurang.

E. Reputasi Underwriter

Underwriter menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum

bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek

yang tidak terjual. Underwriter memiliki banyak pengetahuan baik mengenai pasar, harga, dan waktu sehingga underwriter dapat menentukan harga yang menguntungkan underwriter dana emiten. Dengan keahlian dan pengalaman mereka akan dapat mengantisipasi dan memperhitungkan risiko. Menurut Asril

(2004) Underwriter yang baik setidaknya harus memiliki keahlian antara lain:

1. Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun

struktur penawaran, dan membentuk sindikasi dengan para penjamin emisi

dan para broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek

perusahaan setelah proses pendaftaran.

(43)

3. Berpengetahuan dalam penetapan harga penawaran efek, dengan demikian

dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik dan juga

menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor.

4. Kemampuan memberi dukungan, underwriter yang baik harus mempunyai kemampuan untuk membantu perusahaan dalam penawaran

efek selanjutnya.

5. Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya

untuk menganalisis perusahaan kliennya, pesaing, pasar dan juga

perekonomian secara mikro dan makro. Khusus mengenai analisis saham

akan dibahas lebih lanjut.

Menurut Rizqi (2013) ada beberapa peran underwriter dalam perdangan efek, diantaranya:

a. Penjamin emisi menjamin terjualnya efek yang diterbitkan.

b. Besarnya jaminan tergantung pada perjanjian antar emiten dengan

penjamin emisi. Bila penjamin emisi menjamin penuh, maka jika penjamin

emisi tidak berhasil menjual seluruh efek, penjamin emisi bersangkutan

wajib membeli sisa efek yang tidak terjual. Sedangkan bila penjaminan

dilakukan secara best effort, maka penjamin emisi hanya melaksanakan penjualan sesuai dengan harga yang ditetapkan. Penjamin tidak

bertanggung jawab atas saham yang tidak laku dijual.

c. Besarnya tanggung jawab penjamin emisi, selain mengenai komitmen

penjualan saham, juga tergantung pada perannya dalam proses penawaran

(44)

25

Dalam go public, penjamin emisi merupakan pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk menentukan harga saham dan penawaran umum bagi

kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang

tidak terjual. Dalam penentuan harga saham, underwriter dan emiten bernegosiasi

saling membuat kesepakatan dalam menentukan saham perdana. Penentuan harga

yang tinggi ada kecenderungan akan tidak terjualnya saham, hal ini menjadi

resiko dari penjamin emisi tersebut. Penjamin emisi yang memiliki reputasi tinggi

adalah penjamin emisi yang berani menjual saham dengan harga tinggi dan dapat

menerima resiko membeli sisa sahan yang tidak terjual sebagai konsekuensi dari

kualitas penjaminannya begitu sebaliknya.

Reputasi underwriter merupakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 bagi

underwriter yang memiliki reputasi tinggi dan nilai 0 untuk underwriter yang memiliki reputasi rendah. Standar pengukuran reputasi underwriter berdasarkan perangkingan pada 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value, yang termasuk dalam 10 besar maka termasuk dalam underwriter yang bereputasi tinggi.

F. Reputasi Auditor

Auditor merupakan pihak yang berprofesi sebagai penunjang pasar modal untuk

melakukan pemerikasaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan

melakukan go public. Hasil dari pengujian auditor inilah yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi karena reputasi

auditor akan berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan

(45)

reputasi tinggi akan mengurangi underpricing dan akan mengurangi adanya pula asymetric information karena laporan keuangan telah diaudit oleh auditor. Reputasi auditor ini merupakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 pada auditor yang memiliki reputasi tinggi dan nilai 0 untuk sebaliknya. Standar

pengukuran reputasi auditor berdasarkan KAP yang menjadi partner dari auditor

the Big Four ( Sulistio,2005).

G. Ukuran Perusahaan

Potensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan kemampuan untuk

mengakses informasi yang lebih besar merupakan cerminan ukuran perusahaan.

Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menentukan besar atau kecilnya

perusahaan yang ditunjukan dengan total aset yang dimilikinya. Pengukuran

menggunakan total aktiva dianggap lebih baik dari total penjualan karena total

aktiva lebih stabil dari total penjualan serta menunjukan kekayaan perusahaan

dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Informasi mengenai prospek

perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh oleh investor daripada

perusahaan berskala kecil maka dari itu perusahaan yang berskala besar

cenderung lebih dikenal masyarakat. Variabel ukuran perusahaan ini diukur

dengan menghitung log natural total aktiva tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut listing (Suyatmin,2006).

H. Umur Perusahaan

Seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu

(46)

27

hal ini menunjukan umur perusahaan. Perusahaan yang beroperasi lebih lama

mempunyai kemampuan yang lebih banyak dan besar untuk menyediakan

informasi perusahaan yang lebih banyak serta luas daripa perusahaan yang baru

saja berdiri. Informasi ini akan bermanfaat bagi investor dalam mengurangi

ketidakpastian perusahaan (Nurhidayanti, 1998). Variabel umur perusahaan ini

diukur dengan lamanya perusahaan beroperasi yaitu sejak perusahaan itu berdiri

berdasarkan akta pendirian sampai dengan saat perusahaan melakukan IPO

(Amelia,2007).

I. Penelitian Terdahulu

Di berbagai penelitian terdahulu melalui pendekatan asimetri informasi telah

menguji teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi

underpricing. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:

Penelitian Yoga (2009) menggunakan variabel independen Return On Asset (ROA). Laverage, ukuran perusahaan, harga saham perdana, reputasi Underwriter, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda. Hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu ROA, harga saham, reputasi underwriter

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing, sedangkan leverage, persentase saham dan waktu IPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(47)

Johnson (2012) meneliti dalam periode 2003-2010 sebanyak 89 dari 107

perusahaan yang IPO di BEI. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

metode regresi berganda untuk menguji hubungan antara reputasi underwriter, reputasi auditor, fractional holding dan ROA dengan tingakat underpricing pada saham perdana. Dalam penelitian ini menurut Uji-T dan Uji-F menghasilkan

bahwa hanya reputasi auditor yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

tingkat underpricing saham perdana, sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing.

Shoviyah (2013) menggunakan variabel Debt to Equity Ratio (DER), ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor dan penggunaan dana IPO untuk investasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis

regresi berganda dan membuktikan bahwa secara parsial variabel reputasi auditor

berpengaruh negatif terhadap underpricing. Namun pada pengujian variabel DER,

ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter dan penggunan

IPO untuk investasi menunjukan hasil tidak terdapat pengaruh terhadap

underpricing.

Rizqi (2013) penelitian ini menggunakan variabel independen reputasi

underwriter, reputasi auditor, ROE, tingkat leverage, dan underpricing. Sedangkan, variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

underpricing dan earnings persistence pada tahun pengamatan 2007-2011. Hasil dari metode analisis regresi linier berganda ini menunjukan bahwa reputasi

(48)

29

Sedangkan reputasi auditor, ROE, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sarra (2009) penelitian ini menggunakan variabel independen yang termasuk

dalam konteks karakteristik pasar, rendahnya perdagangan, serta keberadaan para

pelaku perdagangan, dan variabel dependennya adalah underpricing. Penelitian ini menggunakan 34 sampel perusahaan yang IPO pada tahun 1992-2008 di

Tunisia. Hasil dari penelitian ini modal saham, reputasi underwriter, umur perusahaan serta harga penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

Yuli (2011) dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang

melakukan IPO di BEI pada periode 2008 sampai dengan 2010. Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah reputasi underwriter, reputasi auditor, ROA, dan financial leverage, return on assets (ROA) terhadap tingkat underpricing. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa reputasi underwriter dan ROA berpengaruh signifikan, sedangkan untuk reputasi auditor dan financial

leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Yoga (2009) Variabel dependen:

(49)

saham dan waktu IPO to Equity Ratio (DER), ROE, ukuran perusahaan, umur 4. Rizqi (2013) Variabel Dependen:

(50)

31

dan umur perusahaan. earnings persistence. Sedangkan reputasi auditor, ROE, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.

5 Sarra(2009) Variabel dependen: Underpricing Sumber : Kumpulan Jurnal yang diolah (2014)

Penelitian ini merupakan penelitian yang lebih memfokuskan faktor-faktor yang

mempengaruhi undepricing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sebelumnya yaitu penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen

yang difokuskan dan waktu serta jumlah yang dijadikan sampel hanya periode

selama tiga tahun yang akan diuji apakah mempengaruhi tingkat undepricing.

J. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan membahas dua pengujian terhadap fenomena

(51)

dana yaitu dapat dilakukan dengan cara penerbitan saham baru pada masyarakat

yang dapat disebut dengan go public atau penawaran umum.

Ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public adalah informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam propektus perusahaan. Dengan adanya

informasi yang didapatkan dalam propektus tersebut diharpakan dapat

mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan melakukan IPO, sehingga

perusahaan sebagai emiten di bursa efek akan mendapatkan return yang maksimal

untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.

Informasi non keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reputasi

underwriter dan reputasi auditor. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji variabel yang berhubungan dengan informasi non keuangan yang diduga dapat

mempengaruhi underpricing, dimana underpricing merupakan sebuah fenomena harga saham yang dijual dengan harga rendah pada saat berlangsungnya IPO.

Dari landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu dapat diperoleh dua

variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu model yaitu

reputasi underwriter dan reputasi auditor. Variabel-variabel tersebut diperkirakan memiliki pengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI.

(52)

33

informasi yang dihasilkan menimbulkan underpricing dalam keseimbangan. Kondisi asymetry information yang menyebabkan underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko penjaminnya, serta auditor pula

sebagai penentu keakuratan dari propektus yang dikeluarkan oleh perusahaan

tersebut sehingga berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika

perusahaan melakukan IPO.

Reputasi underwriter merupakan faktor penting dalam penentuan harga saham pada saat IPO, karena berkaitan dengan besarnya dana yang akan didapatkan oleh

emiten dan risiko yang ditanggung oleh underwriter. Underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalisir bahkan mengurangi resiko agar

emiten tidak mengalami kerugian akibat dari tidak terjualnya saham yang

ditawarkan, karena akan merugikan underwriter itu sendiri yang akan membeli sisa saham yang tidak terjual. Dengan menggunakan underwriter yang baik maka

akan mengurangi underpricing karena underwriter merupakan pihak yang memiliki lebih banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk

memperkecil resiko penjaminnya.

Selain reputasi underwriter, reputasi auditor juga memberikan sinyal positif bagi para investor dalam suatu perusahaan. Dalam IPO, pengungkapan yang baik akan

terjadi jika emiten menyewa auditor yang baik dimana akan menjadi nilai tambah

yang baik bagi emiten itu sendiri dalam menarik investor untuk melakukan

pendanaan dan investasi pada perusahaan tersebut. Reputasi auditor yang tinggi

(53)

information karena laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Hasil dari pengujian auditor inilah yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan

keputusan dalam berinvestasi karena reputasi auditor akan berpengaruh pada

kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO.

Selain reputasi underwriter dan reputasi auditor dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukurang perusahaan dan umur perusahaan.

Perusahaan berukuran besar umumnya memiliki tingkat ketidakpastian yang

rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kejelasan informasi tentang

perusahaan akan meningkatkan penilaian akan perusahaan, mengurangi tingkat

ketidakpastian dan meminimalkan tingkat resiko dan underpricing. Sedangkan umur perusahaan merupakan hal yang menentukan underpricing pula karena perusahaan yang telah lama berdiri bisa dipersepsikan sebagai perusahaan yang

sudah tahan uji sehingga kadar resikonya rendah sehingga perusahaan yang telah

lam berdiri akan mengurangi tingkat underpricing.

Untuk meminimalisir fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut emiten itu sendiri harus memilih underwriter dan auditor

yang memiliki reputasi tinggi agar emiten dapat memperoleh harga ideal atas

saham perdananya. Serta investor harus melihat informasi secara akurat tentang

ukuran perusahaan dimana perusahaan yang mempunyai informasi mengenai

prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada

(54)

35

untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada

yang baru saja berdiri dan akan mengurangi ketidakpastian. Dimana investor akan

lebih diuntungkan dengan adanya fenomena underpricing ini yang menikmati return dari transaksi penjualan saham, sedangkan emiten hanya memperoleh dana

melalui perdagangan saham di pasar perdana saja.

Gambar 2.2 menunjukan kerangka pemikiran timbulnya underpricing yang dipengaruhi oleh faktor-faktor non keuangan dimana reputasi underwriter dan reputasi auditor menunjukan hunungan antar variabel antara variabel independen

dengan variabel dependen (underpricing).

Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan model kerangka pemikiran dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Reputasi

Underwriter

Reputasi Auditor Perusahaan

membutuhkan dana

Perusaahan Go Public

Underpricing

Umur Perusahaan Ukuran

(55)

K. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat disusun

sebagai berikut :

1. H0 : Reputasi underwriter berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing.

Ha : Reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap

underpricing.

2. H0 : Reputasi auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing.

Ha : Reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

3. H0 : Ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing

Ha : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap undepricing

4. H0 : Umur perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap

underpricing

Ha : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing

5. H0 : Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan

umur perusahaansecara simultan berpengaruh tidak signifikan

terhadap underpricing.

Ha : Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan

umur perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan

(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam peneltian ini menggunakan tipe explanatory research yaitu penelitian pengujian hipotesis. Penelitian ini diajukan untuk menjelaskan hubungan kausal

antara variabel-variabel melalui hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing dan variabel independen, yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah

bagian dari populasi penelitian yang dipilih untuk mewakili dari keseluruhan

populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO

pada periode 2010-2012.

Penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan

(57)

Berikut adalah kriteria untuk pemilihan sampel :

a. Perusahaan yang go public yang melakukan IPO selama periode 2010-2012.

b. Perusahaan tersebut mengalami underpricing.

c. Tersedia harga penawaran perdana.

d. Terdapat tanggal listing perusahaan.

e. Perusahaan tersebut menyediakan data laporan keuangan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010-2013.

Berdasarkan kriteria yang dijelaskan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 dari 74 perusahaan yang IPO di BEI

periode 2010-2012.

Tabel 3.1 Data sampel 60 perusahaan

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

1 Saranacentral Bajatama Tbk. (BAJA)

12 Tifa Finance Tbk (TIFA)

2 ABM Investama Tbk (ABMM)

13 Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)

3 Visi Media Asia Tbk (VIVA)

14 Buana Listya Tama Tbk. (BULL)

4 Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

15 HD Finance Tbk (HDFA)

5 Atlas Resources Tbk (ARII)

16 Sejahteraraya AnugerahjayaTbk. (SRAJ)

6 Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)

(58)

39

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

11 Alkindo Naratama (ALDO)

22 Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. (NELY)

23 Provident Agro Tbk (PALM)

42 Agung Podomoro Land Tbk (APLN)

24 Sekar Bumi Tbk. (SKBM)

43 Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)

25 Nirvana Development Tbk. (NIRO)

44 Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)

26 Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST)

45 Indofood CBP Sukses MakmurTbk (ICBP)

27 Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)

29 Gading Development Tbk (GAMA)

48 Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)

30 Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)

49 Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL)

31 MNC Sky Vision Tbk (MSKY)

50 Evergreen Invesco Tbk (GREN)

32 Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA)

51 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR)

33 Kobexindo Tractors Tbk (KOBX)

52 Skybee Tbk (SKYB) 34 Trisula International Tbk

(TRIS)

53 Golden Retailindo Tbk (GOLD)

35 Supra Boga Lestari Tbk (RANC)

54 Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)

36 Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST)

55 Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)

37 Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)

56 Benakat Integra Tbk (BIPI)

38 Minna Padi Investama Tbk (PADI)

57 PP (Persero) Tbk (PTPP)

39 Multifiling Mitra Indonesia Tbk. (MFMI)

58 Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)

40 Bank Sinarmas Tbk (BSIM)

59 Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI)

41 Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)

60 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN)

Gambar

Tabel
Tabel 1.1 Daftar perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu Apakah Reputasi Underwriter , Return on Assets , Debt to Equity Ratio , Persentase Penawaran Saham, Ukuran

Yang bertanda dibawah ini saya, Farras Idrak El Hayyu, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Reputasi Underwriter, Leverage

Predictors: (Constant), Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi Underwriter,.

Variabel underpricing adalah selisih harga saham yang ditawarkan oleh underwriter pada perdagangan saham perdana di BEI dengan harga saham perdana di pasar sekunder

Dengan segala kesabaran dan usaha yang telah dilakukan selama ini maka skripsi dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Financial Leverage, dan Reputasi Underwriter

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Reputasi Underwriter , Reputasi Auditor, Financial Leverage dan Jenis Industri terhadap Underpricing pada Perusahaan yang

Variabel underpricing adalah selisih harga saham yang ditawarkan oleh underwriter pada perdagangan saham perdana di BEI dengan harga saham perdana di pasar sekunder

Reputasi auditor, earning per share dan current ratio secara simultan berpengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO)