REPUTASI UNDERWRITER DAN REPUTASI AUDITOR DALAM MENENTUKAN UNDERPRICING KETIKA
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)
Oleh
F. INGGRID KRISMASARY
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing pada penawaran saham perdana perusahaan go public atau pada saat IPO (Initial Public Offering) di BEI tahun 2010-2012. Underpricing yaitu selisih positif antara harga saham dipasar sekunder dengan harga dipasar perdana.
Hasil pengujian ini dilakukan pada 60 sampel perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Ada empat variabel yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
i ABSTRACT
REPUTATION OF UNDERWRITER AND AUDITOR’S REPUTATION IN DETERMINING WHEN THE UNDERPRICING OF
INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)
(Empirical Study on Company that Go Public in 2010-2012)
By
F. INGGRID KRISMASARY
This study aims to examine the factors that influence the phenomenon of underpricing in IPO firms go public or at the time of IPO ( Initial Public Offering) on the BEI in 2010-2012. Underpricing is the positive difference between the secondary market price of the shares at the market price of prime.
The results of these tests were performed on 60 samples. Data used in this research was secondary data. There are four variables thought to affect the level
of underpricing that reputation of underwriter, auditor’s reputation, size of
company, and age of a company.
The method used in this study is multiple regression with the help of Eviews 7, and obtained results that not all the variables studied had a significant effect on the level of underpricing partially. Variables that have a significant effect on the level of underpricing is partially reputation of underwriter. Simultaneously variables reputaion of underwriter, auditor’s reputation, size of company, and age of a company. Among the factors that affect the level of underpricing the variable reputation of underwriter is the most dominant influencing factor.
Penulis dilahirkan di Gunung Madu pada tanggal 9 Maret
1993, merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Marsono
AD dan Ibu Kristiani.
Penulis memulai jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) Satya
Dharma Sudjana di Gunung Madu, diselesaikan tahun 1999. Penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 4 Gunung Madu,
Lampung Tengah pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di
SMP Satya Dharma Sudjana Lampung Tengah dan selesai pada tahun 2008.
Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Terbanggi
Besar Lampung Tengah dan diselesaikan pada tahun 2011.
Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung melalui
jalur Ujian Mandiri. Pada tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
PERSEMBAHAN
Dengan Mengucap Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Kupersembahkan Karya Tulis ini
untuk:
Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan motivasi dan doa untuk kesuksesan dan cita-citaku, untuk papa ku tercinta terima kasih telah memberikan
dukungan baik secara moral dan materi memberikan nasehat dan saran serta semangat untukku, untuk mama ku tercinta terima kasih atas segala waktu yang
diberikan kasih sayang yang tiada terhingga perjuangan yang begitu hebat segalanya telah
dilakukan untukku. Inggrid Sayang Mama Papa
Keluarga besar, kekasihku dan teman-teman yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi
Dosen Pembimbing dan Penguji yang telah memberikan waktu luang, pemikiran dan arahan yang bermanfaat
MOTO
“
Jika engkau mengeluh dan bertanya mengapa orang sebaik dirimu selalu
dihina, ingatlah bahwa orang baik juga harus pintar. Orang baik dengan
logika kerdil akan disiksa oleh orang tidak baik yang cerdik. Be smart.
Keep your pains to yourself. Yang cerdas. Simpanlah deritamu sendiri.
Tampilah gagah dan ceria. Kekhawatiranmu dan kesedihanmu adalah
urusan pribadimu. Tugasmu adalah menjadi jiwa yang kuat dan
bermanfaat bagi dirimu, bagi keluargamu dan bagi sesama
”
(Mario Teguh)
“
Bersyukurlah dengan segala keadaan dibalik cobaan pasti ada
kebahagiaan karena sesuatu akan indah pada waktunya
”
(F. Inggrid Krismasary)
“Disaat orang lain baru belajar berjalan, aku harus sudah belajar berlari”
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi dengan judul “Reputasi Underwriter dan Reputasi Auditor Dalam Menentukan Underpricing Ketika Initial Public Offering (IPO) (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Go Public Tahun 2010-2012)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B) di
Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa kehendak
Tuhan Yang Maha Esa, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak atas
segala sesuatu dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini jauh dari kata sempurna
mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. A. Efendi, M.M. selaku pembantu dekan I Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
3. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S. selaku pembantu dekan II Fakultas Ilmu
5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus
Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan, kritik, saran
dan juga nasihat dalam perbaikan skripsi ini serta selaku Pembimbing
Akademik (PA) yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis
selama kuliah.
6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung.
7. Ibu Damayanti, S.A.N., M.A.B selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
membimbing, memberikan masukan, saran, arahan, dan yang telah beresedia
menyisihkan waktunya untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi penulis selama
perkuliahan.
9. Staf Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis (Ibu Mertayana) terima kasih telah
banyak membantu penulis dalam penyelesaian segala bentuk persyaratan dan
administrasi.
10. Papa mamaku tercinta yang selama ini selalu menyemangati, mendoakan
setiap langkahku dan kasih sayangnya yang tiada henti, serta bersusah payah
mencari rezeki untuk segala kebutuhanku. Terima kasih telah memenuhi
Kalian penyemangat hidupku dan selalu memberikan yang terbaik untuk
masa depan anakmu.
11. Anggara Setiawan Moan, S.E., M.M. pria yang selalu mendengarkan keluh
kesahku. Terima kasih telah memberikan kasih sayang, doa, semangat,
nasihat, dan saran, serta selalu mendengarkan semua cerita-ceritaku, terima
kasih atas waktu dan bantuannya selama ini.
15. Sahabat-sahabatku Made Ria Bintari yang tak pernah lelah menemani disaat
susah dan senang, Erika Oktania yang selalu memberikan nasehat dan
semangat, Yudha Lukmansyah, M. Irham, Heral Viryando Maki dan I Gede
Wira Dharma terimakasih telah mendengarkan curhat-curhatku, memberikan
dukungan, doa, bantuan, saran dan perhatian kepadaku. Jangan bosen
komunikasi, ketemu, dan curhat-curhat ya Ratu, Ratih, Sendy, Maul, Ade,
Meita, Rika, Intan, Eriza, Ena, Agnes, Herdiyani, Ega, Ajun, Nanda, Frandy
dan Ahwa juga terimakasih atas dukungan, informasi, bantuan, saran dan
doanya. Semoga kita menjadi orang yang sukses dan bermanfaat. Amin
16. Sahabat sebimbinganku Bekti Pertiwi. Terimakasih atas segala bantuan,
dukungan, doa, saran dan nasihatnya maaf selalu aku ganggu waktunya. Jaga
terus komunikasi dan persahabatan kita.
17. Sahabatku dari SMA, Queen Cessia Dwie Assonty, Amd.Keb (ququ) Citra
Widyastuti S.E (I’a), Citra Septiyana (uu) calon dokter cantik, Destriana
Rizky (yaya), Gysta Aryani (tata), Nisa Meutia Risty (oti) dan Tiara Eka
Ariestantia (jae). Terima kasih atas semangat, dukungan, dan doanya selama
yang lainnya (maaf tidak disebutkan satu-persatu), tetap jaga komunikasi dan
juga semoga kita menjadi orang yang bermanfaat, aamiiin
19. Teman-teman seperjuanganku di Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2011,
Supri, Tomi, Agung, Anas, David, Hilda, Vivi, Iyoy, Rinda, Yuki, Putri,
Wilianda dan Seluruh Angkatan 2011 yang aku sayangi terima kasih atas
semangat dan dukungannya. Terima kasih atas segala canda tawanya selama
ini serta teman-teman selalu jaga komunikasi ya.
20. Kakak-kakak tingkatku, mba Shinta dan mba Melysa serta kak Jufri Yandes
Terima kasih atas segala bantuannya. Semoga kita semua menjadi orang yang
sukses dunia akhirat. Aamiin
21. Sahabat-sahabat KKN-ku, mba Dian, mba Dwinda, Kak Dimas, Eka, Fitri,
Sarah, Nisa, Egi, Feby, dan Dina. Terima kasih atas segala bantuan, doa,
canda tawa, nasihat yang tidak hanya 40 hari, tapi kita berlanjut sampai
sekarang. Semoga kita akan menjadi sahabat selamanyaaa. Maaf jika selama
KKN selalu minta ditemani kesana kemari.
22. Keluarga KKN Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Palas Kabupaten Lampung
Selatan, Pak Camat pak Henry, mbah Munipah, Mbah Munirah, Mb Mumun,
dan adik-adik yang lain. Terimakasih atas kebersamaannya, dukungan, dan
doa. Semoga kita bisa berkumpul kembali.
23. Keluarga sekaligus sahabat kostan mb Lolita yang selalu mendengarkan keluh
mb selalu mendukung dan memberi hiburan. Memei, Novi, Ida, dan Rini
terima kasih telah menjadi saksi hidupku dikosan hheee.
24. Keluarga Besar Universitas Lampung yang telah membantu saya selama
belajar di Universitas Lampung.
25. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas jasa-jasa yang telah kalian berikan
kepada penulis selama ini. Pada akhirnya penulis mengharapkan agar Skripsi ini
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan, khususnya Ilmu Administrasi Bisnis.
Bandar Lampung, 27 Februari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Populasi dan Sampel ... 37
C. Jenis dan Sumber Data ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
E. Definisi Konseptual dan Operasional ... 41
1. Definisi Konseptual ... 41
2. Definisi Operasional ... 44
F. Teknik Analisis Data ... 48
1. Model Analisis Data ... 48
2. Uji Asumsi Klasik ... 49
G. Pengujian Hipotesis ... 51
1. Interpretasi Koefisien Determinan ... 52
2. Uji Simultan (Uji F)... 53
3. Uji Parsial (Uji t) ... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 55
B. Hasil Analisis Data ... 60
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 60
2. Pengujian Asumsi Klasik ... 64
3. Hasil regresi Linier Berganda ... 68
4. Interpretasi Model ... 70
5. Hasil Pengujian Hipotesis... 72
C. Pembahasan ... 75
1. Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Underpricing . 75 2. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Underpricing ... 79
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Underpricing ... 82
4. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Underpricing ... 84
5. Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan, dan Umur Perusahaan Terhadap Underpricing ... 86
D. Keterbatasan Penelitian ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Daftar Perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012 ... 4
2.1 Penelitian Terdahulu ... 29
3.1 Data Sampel 60 Perusahaan ... 38
3.2 Definisi Operasional ... 47
3.3 Pedoman Interpretasi Korelasi ... 53
4.1 Objek Penelitian Perusahaan yang melakukan IPO ... 56
4.2 Daftar Nama Perusahaan dan Underwriter yang Digunakan ... 57
4.3 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value ... 59
4.4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 60
4.5 Uji Multikolinearitas ... 65
4.6 Uji Autokorelasi ... 66
4.7 Uji Heteroskedastisitas ... 66
4.8 Hasil Regresi Linier Berganda ... 69
4.9 Hasil Perhitungan Uji F ... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Data Perusahaan Yang Melakukan IPO Periode 2010-2012
Lampiran 2. Daftar Perusahaan Yang Dijadikan Sampel
Lampiran 3. Data Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan
dan Umur Perusahaan
Lampiran 4. Data Hasil Statistik Deskriptif
Lampiran 5. Data Hasil Regresi Linier Berganda
Lampiran 6. Data Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 7. Data Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 8. Data Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 9. Data Hasil Uji Normalitas
Lampiran 10. Tabel Uji F
Lampiran 11. Tabel Uji T
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kondisi persaingan yang ketat suatu perusahaan harus mengembangkan
usahanya dalam lingkungan bisnis. Untuk menghadapi iklim dan kondisi
persaingan perusahaan harus melakukan berbagai cara untuk tetap bertahan dan
meneruskan usahanya. Hal ini mendorong manajemen untuk memenuhi
kebutuhan dana dengan memilih salah satu alternatif untuk memperoleh dana bagi
pemodalan perusahaan.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan, kebutuhan modal
suatu perusahaan akan semakin meningkat. Mereka membutuhkan dana internal
maupun dana eksternal untuk memperoleh tambahan dana baru. Dana internal
bisa didapat dari laba ditahan maupun dari akumulasi penyusutan aktiva tetap,
sedangkan dana eksternal didapat dari penerbitan saham baru. Hal itu bisa
dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan dalam
bentuk efek kepada masyarakat luas. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah go public ( Johnson, 2010).
pasar perdana yang dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO), penawaran saham secara perdana ke masyarakat atau publik (Trianingsih,2005).
Terdapat beberapa macam alasan mengapa perusahaan ingin go public antara lain
untuk meningkatkan modal perusahaan, memungkinkan pendiri untuk
diversifikasi usaha, mempermudah usaha pembelian perusahaan lain dan
memungkinkan manajemen maupun masyarakat mengetahui nilai perusahaan
(Sunariyah, 2004). Menurut Husnan (2001) alasan lainnya adalah perluasan usaha
serta untuk mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari
penawaran perdana.
Pada saat IPO penentuan harga saham yang akan ditawarkan merupakan faktor
penting, baik bagi emiten atau perusaahan maupun underwriter karena berkaitan dengan besarnya dana yang akan didapatkan oleh emiten dan risiko yang
ditanggung oleh underwriter. Dalam menentukan harga saham yang dijual di pasar perdana, emiten seringkali membuka harga saham penawaran dengan harga
yang tinggi karena menginginkan pemasokan dana yang maksimal. Sedangkan
underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalisir bahkan mengurangi resiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham
yang ditawarkan, karena akan merugikan underwriter itu sendiri yang akan membeli sisa saham yang tidak terjual.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh underwriter untuk mencegah tidak terjualnya saham emitem adalah dengan melakukan kerjasama serta negosiasi
dengan emiten agar saham tersebut dapat terjual habis dan tidak terlalu tinggi saat
3
Dalam penentuan harga saham antara emiten dengan underwriter pada saat IPO sering terjadi perbedaan harga saham ketika diperdagangkan di bursa efek, harga
saham pada saat IPO cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan harga
saham di bursa efek pada hari pertama (closing price). Fenomena ini disebut
underpricing atau out performed (Ritter,1991). Kondisi asymetry informasi yang menyebabkan terjadinya underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang
memiliki lebih banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk
memperkecil resiko penjaminannya (Nurhidayanti,1998).
Takarini (2007) mengungkapkan bahwa fenomena underpricing tidaklah menguntungkan bagi emiten, karena dana yang diperoleh emiten tidak maksimal
karena emiten tidak memperoleh dana yang maksimal yang mungkin bisa
didapatkan oleh emiten untuk mendanai ekspansinya. Sehingga harapan tentang
besarnya dana yang diinginkan emiten melalui IPO tidak terpenuhi secara
maksimal akibat fenomena underpricing yang terjadi. Tetapi di sisi lain pihak investor memperoleh keuntungan akibat fenomena underpricing ini, karena investor bisa menikmati return dari pembelian saham yang dilakukannya
(Kurniawan,2007). Sebaliknya jika terjadi overpricing pihak investor akan merugi
karena mereka tidak menerima initial return.
Melihat fenomena underpricing tersebut, terdapat beberapa data perusahaan yang
Tabel 1.1 Daftar perusahaan yang melakukan IPO di BEI Tahun 2012
Rata-rata tingkat underpricing 28,65 Sumber: www.e-bursa.com
Dari tabel diatas dari 22 perusahaan terdapat dilihat 20 perusahaan mengalami
underpricing. Hal ini membuktikan bahwa tingkat undepricing di Indonesia sangat tinggi. Fenomena underpricing saham saat proses IPO memang menjadi kajian yang menarik untuk diteliti karena fenomena tersebut merupakan gejala
umum yang sering dialami di pasar modal seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Dari beberapa penelitian pada setiap pasar efek di seluruh dunia seperti Amerika
Serikat (Ritter,1991), Hongkong (Mc Guinnes, 1992), Korea (Kim dkk,1993),
Australia (How,1995) serta Kuala Lumpur (Ranko dkk,1992) menunjukan bahwa
5
Husnan (1996) menunjukan bahwa penawaran saham perdan pada
perusahaan-perusahaan privat maupun BUMN di Indonesia umumnya mengalami
underpricing.
Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham penutupan pada saat closing price di pasar sekunder cenderung lebih tinggi daripada harga penutupan efek pada saat IPO. Anomali ini membuat perusahaan tidak diuntungkan karena
dana yang diperoleh tidak maksimal. Underpricing terjadi karena adanya asymetric information yang menimbulkan ketidakpastian nilai sebenarnya perusahaan emiten (Beatty dan Ritter, 1986). Ketidakpastian ex-ante terjadi akibat
tidak meratanya informasi atau perbedaan informasi yang dimiliki atara partisipan
tentang nilai perusahaan emiten. Selisih positif antara harga saham dibursa efek
dengan harga saham di pasar perdana pada saat IPO adalah fenomena
underpricing dimana selisih harga inilah yang dikenal sebagai intial return atau positif return bagi investor yang dijadikan untuk pengukuran underpricing.
Fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut harus diminimalisir oleh emiten itu sendiri agar dapat memperoleh harga
yang ideal atas saham perdananya. Dimana investor lebih diuntungkan dengan
adanya fenomena ini yang menikmati return dari transaksi penjualan saham,
sedangkan emiten hanya memperoleh dana melalui perdagangan saham di pasar
perdana saja. Dengan kata lain emiten tidak memperoleh dana dari transaksi
perdagangan sahamnya di pasar sekunder (Emilia,2008).
Terdapat beberapa variabel independen yang merupakan faktor-faktor yang dapat
variabel tersebut peneliti hanya memilih beberapa variabel diantaranya reputasi
underwriter dan reputasi auditor. Dalam penelitian ini pula terdapat variabel ukuran perusahaan (SIZE) dan umur perusahaan (AGE) sebagai variabel kontrol,
dimana variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti ( Education Resources,2007). Faktor – faktor tersebut sejalan dengan teori Signalling dimana faktor-faktor tersebut dapat
memberikan sinyal positif. Habib dan Ljungqvist (2001) menyatakan bahwa
variabel reputasi underwriter terdapat hubungan negatif dengan underpricing. Menurut Tritmen dan Trueman (dikutip dari yoga, 2010), reputasi underwriter akan memberikan sinyal pada pasar saat IPO. Pasar percaya bahwa underwriter
yang memiliki reputasi baik tidak akan menjamin perusahaan yang berkualitas
rendah dan harga saham yang overpricing. Penelitian Sandhiaji (2004) menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan dan umur perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap underpricing.
Reputasi underwriter diukur dengan menggunakan variabel dummy. Underwriter yang mempunyai reputasi tinggi diberi nilai 1 sedangkan yang mempunyai
reputasi rendah diberi nilai 0 (Gerianta,2008). Standar pengukuran reputasi
underwriter yang bereputasi tinggi berdasarkan perangkingan yang terdapat di IDX Fact Book yang masuk dalam 10 besar dari 20 Most Active Brokerage House
yang ditentukan berdasarkan total frekuensi perdagangan (Indita, 2013).
Suatu perusahaan dalam memberikan sinyal positif bagi para investor tidak hanya
7
Penelitian Suyatmin (2006) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh
signifikan terhadap underpricing. Dalam kegiatan IPO, pengungkapan baik akan terjadi jika emiten menyewa auditor dimana akan menjadi nilai tambah yang baik
bagi emiten itu sendiri dalam menarik investor untuk melakukan pendanaan dan
investasi pada perusahaan tersebut.
Menurut Zang et al (dikutip dari Dwi Martani et al, 2012), reputasi auditor yang baik meningkatkan underpricing karena auditor yang baik dianggap sebagai sinyal yang menguntungkan yang akan meningkatkan nilai saham di pasar
sekunder. Reputasi auditor ini juga diukur dengan variabel dummy dengan menggunakan standar pengukuran reputasi auditor yang prestigious berdasarkan KAP yang menjadi partner dari auditor The Big Four (Sulistio, 2005).
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu maka perlu dilakukan penelitian kembali
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas makan dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap underpricing
pada saat IPO?
2. Apakah reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada
saat IPO?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?
4. Apakah umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?
5. Apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur
perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi underwriter
terhadap underpricing pada saat IPO.
2. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi auditor terhadap
underpricing pada saat IPO.
3. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara ukuran perusahaan terhadap
9
4. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara umur perusahaan terhadap
underpricing pada saat IPO.
5. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara simultan
terhadap underpricing pada saat IPO.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dengan dilakukannya penelitian ini diharpakan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menjadi bahan tambahan
wacana untuk penelitian selanjutnya dan referensi literatur dalam meneliti di
bidang keuangan sehingga sangat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya
yang sejenis.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan apabila suatu perusaahan akan melakukan IPO untuk
mengekspansi perusahaannya.
3. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau pertimbangan
dalam mengambil keputusan sebelum melakukan pembelian saham perdana
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Signalling Theory
Teori sinyal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak luar perusahaan. Hal ini
menyatakan bahwa manajemen selalu mengungkapkan informasi yang diinginkan
oleh investor, khususnya apabila informasi tersebut ada berita baik (good news).
Informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan
berinvestasi.
Signalling theory adalah informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor, dalam keputusan berinvestasi. Sinyal dapat berupa informasi bersifat
financial maupun non-financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Tujuan dari teori Signalling adalah menaikkan nilai suatu perusahaan saat melakukan penjualan saham. Perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja
akan memberikan sinyal pada pasar, sehingga pasar diharapkan dapat
11
efektif, maka harus dapat ditanggapi oleh pasar dan di presepsikan baik, serta
tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk (Megginson, 1997).
Menurut Allen dan Faulhaber (1989), perusahaan yang berkualitas buruk tidak
mudah untuk meniru perusahaan yang berkualitas baik yang melakukan
underpricing, hal ini disebabkan karena cash flow periode berikutnya akan mengungkapkan tipe perusahaan tersebut (baik atau buruk). Sinyal yang baik
adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan yang nilai perusahaanya lebih
rendah karena faktor biaya.
B. Pasar Modal
Fungsi pasar modal adalah sebagai lembaga perantara yang menghubungkan
pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dengan pihak yang
membutuhkan dana. Fungsi ini menunjukan peran penting pasar modal dalam
menunjang perekonomian suatu negara. Menurut UU No.8 tahun 1995 “pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek”. Sedangkan
menurut Husnan (1994) mengartikan pasar modal sebagai pasar dengan berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) dalam jangka panjang yang dapat diperjualbelikan
di bursa, baik dalam bentuk hutang maupun dalam bentuk modal sendiri, yang
Menurut Komaruddin dalam Janur Ayudewi (2005) ada tiga definisi dari pasar modal, yaitu:
a. Definisi yang luas, yaitu pasar modal merupakan kebutuhan sistem
keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersil dan semua
perantara di bidang keuangan, serta surat-surat berharga jangka panjang
dan jangka pendek, primer dan yang tidak langsung.
b. Definisi dalam arti menengah, yaitu pasar modal merupakan semua pasar
yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan
warkat-warkat kredit (biasanya berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk
saham, obligasi, pinjaman berjangka hipotek, tabungan, serta deposito
berjangka.
c. Definisi dalam arti sempit, yaitu pasar modal merupakan tempat pasar
terorganisasi yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan
memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para underwriter.
Pasar modal dapat dikategorikan menjadi dua pasar, yaitu sebagai berikut
(Tandelin, 2010):
1. Primary market (pasar primer), merupakan pasar tempat perdagangan surat berharga yang baru saja dikeluarkan oleh perusahaan kepada investor untuk
pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan
emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan detail
(disebut juga prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi
mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor, sehingga dengan
13
perusahaan dimasa yang akan mendatang, dan selanjutnya tertarik untuk
membeli sekuritas yang diterbitkan emiten (Tandelilin,2010)
2. Secondary market (pasar sekunder), merupakan tempat perdagangan atau jual beli sekuritas oleh dan antara investor setelah sekuritas emiten dijual di pasar
perdana. Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, sekuritas emiten
tersebut kemudian bisa diperjualkanbelikan di pasar sekunder. Dengan
adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas
untuk mendapatan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan
likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti pasar perdana.
Pasar sekunder biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa,
saham preferen, obligasi, waran, bukti right dan reksadana (Tandelilin,2010).
Terdapat dua jenis pasar sekunder, yaitu:
a) Pasar Lelang (auction market)
Pasar lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan
pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual
menggunakan perantara broker yang mewakili masing-masing pihak pembeli atau penjual (Tandellin,2010).
b) Pasar Negosiasi (negotiated market)
Di pasar negosiasi, pembeli dan penjual melakukan transaksi dapat
berhubungan secara langsung satu dengan yang lain melaui suatu
jaringan komunikasi sehingga harga yang terjadi merupakan hasil
negosiasi antara pembeli dan penjual secara langsung (Tandelilin, 2010).
Menurut Husnan (1994:8-9) pasar modal mempunyai beberapa daya tarik,
berbagai alternatif pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.
Selain itu pasar modal dapat menjadi alternatif penghimpunan dana selain dari
perbankan. Sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan dana, pasar modal
dapat menjadi alternatif pendanaan ekstern dengan biaya yang relatif rendah
daripada sistem perbankan. Keberhasilan pasar modal tergantung pada tersedianya
supply dan demand terhadap sekuritas yang diperjualbelikan di bursa dalam jumlah memadai, kondisi politik, ekonomi, hukum, hak dan peraturan yang ada,
keberadaan dari lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal
dan beberapa lembaga yang mungkin melakukan transaksi secara efisien.
pasar modal memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan
(Susilo:2009), dalam penelitian Wulandari (2011) :
1. Fungsi ekonomi
Menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari para investor yang
menanamkan dananya pada pasar modal kepada emiten atau perusahaan
yang menerbitkan efek di pasar modal. Dalam pasar modal yang
diperdagangkan adalah dana jangka panjang.
2. Fungsi keuangan
Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang dioerlukan
oleh emiten atau perusahaan, dan investor menyediakan dana tanpa harus
terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk
15
C. Initial Public Offering (IPO)
Menurut Hartono dan Ali (2002), Initial Public Offering (IPO) merupakan penawaran saham di pasar perdana yang di lakukan perusahaan yang hendak go public. Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas
pendapatan masa depan seseorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada
yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan (Mishkin:2001,4).
Terjadinya pembelian saham dari perusahaan (emiten) oleh investor untuk
pertama kalinya ada di pasar perdana, selanjutnya saham diperjualbelikan dalam
bursa efek yaitu di pasar sekunder. Undang-undang Republik Indonesia No. 8
tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai
kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut
dan peraturan pelaksanaanya. Penawaran umum awalnya akan mengubah status
perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka (Tbk). Terbuka
artinya perseroan dapat dimiliki oleh masyarakat umum dan mempunyai
kewajiban untuk membuka semua informasi kepada para pemegang saham dan
masyarakat, kecuali yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan.
Dalam menentukan harga, emiten bersama penjamin emisi (underwriter) bekerja
sama pada pasar perdana, selain itu juga mencakup penjatahan saham yaitu
pengalokasian efek pesanan investor sesuai dengan jumlah efek yang tersedia dan
balik dari awalnya perusahan privat ke perusahaan publik atau terbuka pada tahap
IPO.
Ada beberapa tujuan dari penjualan saham atau emiten melakukan go public antara lain sebagai sumber pendanaan dari luar perusahaan untuk memperbaiki
struktur permodalan dengan menjual saham kepada masyarkat luas kemudian
untuk mempermudah perusahaan melakukan ekspansi atau perluasan perusahaan,
serta meningkatkan investasi anak perusahaan, peningkatan modal kerja, dan
melunasi sebagian utang perusahaan.
Sebagaimana yang tercantum dalam keputusan Menteri Keuangan RI nomor
859/KMK/.01/1989 tentang emisi efek di bursa dan peraturan tentang pelaksanaan
emisi perdagangan saham yang tercantum dalam keputusan BAPEPAM
No.011.PM.1987 ada beberapa ketentuan mengenai penjualan saham di pasar
modal, sehingga perusahaan yang ingin go public harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan sebagai berikut:
1. Perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas
2. Berkedudukan di Indonesia
3. Mempunyai modal disetor penuh Rp. 200.000.000
4. Dua tahun memperoleh keuntungan
5. Laporan keuangan dua tahun terakhir harus diperiksa oleh akuntan publik
dengan unqualified opinion
6. Khusus bank, selama tiga tahun terakhir harus memenuhi keuntungan; dua
tahun pertama harus tergolong cukup sehat dan satu tahun terakhir
17
Hal yang terpenting dalam peraturan diatas adalah bahwa laporan keuangan yang
tersedia telah diaudit dan bersedia dijadikan propektus dari perusahaan itu sendiri
karena dalam IPO sering terjadi kurang tersedianya informasi yang dipublikasikan
sehingga tidak ada transparasi dari laporan keuangan yang diungkapkan yang
menjadi propektus penting dalam penentuan harga saham.
Menurut Darmadji dan Hendy M.Fakhuruddin (2001,43) ada beberapa manfaat
yang diperoleh dari penawaran umun atau Initial Public Offering adalah:
1. Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan siterima sekaligus
2. Biaya go public relatif murah
3. Proses relatif mudah
4. Pembagian deviden berdasarkan keuntungan penyertaan masyarakat
biasanya tidak mudah dalam manajemen
5. Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu
perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme
6. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki
saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial
7. Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public) merupakan media
promosi secara gratis
8. Memberikan kesempatan kepada koperasi dan karyawan perusahaan untuk
membeli saham kemudian dana yang diperoleh dari go public digunakan untuk:
a. Ekspansi
b. Memperbaiki struktur permodalan
d. Melunasi sebagian hutang
e. Meningkatkan modal kerja
Adapun keuntungan yang didapat dari go public Menurut Jogiyanto (2003) sebagai berikut:
a. Kemudahan meningkatkan modal di masa datang
b. Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham
c. Nilai pasar perusahaan diketahui
Selain itu ada kerugian yang ditimbulkan dari go public sebagai berikut:
a. Biaya laporan yang meningkat
b. Perusahaan yang go public diwajibkan menyerahkan laporan laporan kepada regulator setiap kuartal dan setiap tahunnya. Laporan-laporam
ini sangat mahal terutama untuk perusahaan yang ukurannya kecil
c. Pengungkapan (disclosure)
d. Beberapa pihak di dalam perusahaan umumnya keberatan dengan ide
pengungkapan. Manajer enggan mengungkapkan semua informasi
yang dimiliki karena dapat digunakan oleh pesaing, sedangkan pemilik
enggan mengungkapkan informasi tentang saham yang dimilikinya
karena publik akan mengetahui besarnya kekayaan yang dimiliki
e. Ketakutan untuk diambil alih
f. Manajer perusahaan yang hanya mempunyai hak ceto yang rendah
umumnya diganti dengam manajer baru jika perusahaan diambil alih.
19
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan merupakan tahapan yang paling panjang diantara tahapan
yang lain kegiatan yang dilakukan tahapan ini merupakan persiapan
sebelum mendaftar ke Bapepam ( Badan Pengawas Pasar Modal). Dalam
tahapan ini, RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) merupakan langkah
awal untuk mendapatkan persetujuan dari pemegang saham mengenai
rencana go public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai dengan anggaran dasar publik. Kegiatan lain dalam tahap ini adalah
penunjukan penjamin pelaksana emisi (lead underwriter) serta lembaga
dan profesi pasar modal, yaitu akuntan publik, konsultan hukum, penilai,
Biro Administrasi Efek (BAE), notaris, security printer serta prospectus printer.
2. Tahap Pemasaran
Pada tahap ini, Bapepam akan melakukan penelitian tentang keabsahan
dokumen, keterbukaan seluruh aspek legal, akuntansi, keuangan dan
manajemen. Langkah selanjutnya adalah pernyataan pendaftaran yang
diajukan ke Bapepam sampai pernyataan pendaftaran yang efektif, maka
langkah-langkah lain yang harus dilakukan adalah:
a. Due Diligence Meeting
Due diligence meeting adalah pertemuan dengan pendapat antara calon emiten dengan underwriter, baik lead underwriter maupun underwriter. Dalam hal ini juga mengandung unsur pendidikan, yaitu mendidik emiten untuk dapat menghadapi pertanyaan yang nantinya
b. Public Expose dan Roadshow
Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan untuk mempresentasikan
kinerja perusahaan, prospek usaha, resiko, dan sebagainya sehingga
timbul daya tarik dari para pemodal untuk membeli saham yang
ditawarkan. Rangkaian public expose yang diadakan berkesinambungan dari satu lokasi ke lokasi yang lain disebut
roadshow, khususnya penawaran saham kepada investor asing. Didalam public expose/roadshow ini calon emiten dapat menyebarkan info memo dan prospektus awal.
c. Book Building
Didalam proses roadshow, para pemodal akan menyatakan minat mereka atas saham yang ditawarkan. Didalam roadshow/public expose
dinyatakan suatu kisaran harga saham sehingga para pemodal akan
menyatakan kesediaan mereka untuk membelinya. Proses
mengumpulkan jumlah-jumlah saham yang diminati oleh pemodal
inilah yang disebut book building.
d. Penentuan Harga Perdana
Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan harga final
21
3. Tahap Penawaran Umum
Pada tahap ini calon emiten menerbitkan procpectus ringkas di dua media cetak yang berbahasa Indonesia, yang dilanjutkan dengan penyebaran
prospectus lengkap final, melakukan penjatahan, refund dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi yang mendapatkan jatahnya.
4. Tahap Perdagangan Sekunder
Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek untuk
mencatatkan sahamnya sesuai dengan kelanjutan perjanjian pendahuluan
pencatatan yang telah disetujui. Setelah tercatat maka saham dapat
diperdagangkan dilantai bursa.
D. Underpricing
Underpricing adalah kondisi dimana harga saham yang diperdagangkan pada pasar perdana lebih rendah daripada harga saham yang diperdagangkan di pasar
sekunder yang menguntungkan bagi para investor karena memperoleh initial
return yang positif. Menurut Wibowo (2005) hal ini menarik para investor untuk membeli saham perusahaan yang menjajikan keuntungan, jika saham tersebut
diperdagangkan di pasar sekunder. Keadaan ini terjadi karena adanya kepentingan
yang berbeda antara emiten dengan underwriter pada saat penetapan harga saham
di pasar perdana. Ketika underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko
penjaminannya hal ini membuat terjadinya perbedaan kepentingan, jika saham
penjamin emisi itu sendiri untuk itu keadaan ini biasa disebut dengan kondisi
asymetry information.
Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing sebagai adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana
atau pada saat IPO. Selisih harga inilah yang disebut dengan initial return (IR) atau positif return bagi investor. Secara sistematis initial return dapat dirumuskan
sebagai berikut (Triani,2006):
Initial Return (IR) =
100 %
Keterangan :
IR : return awal
Pt0 : harga penawaran perdana
Pt1 : harga penutupan pada hari pertama di pasar sekunder
Alexander Ljungqvist (2006:2) dalam handono (2010) mengemukakan bahwa teori underpricing dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Asymetric information (informasi asimetris) merupakan model informasi asimetris yang mengasumsikan bahwa salah satu pihak yang tahu lebih
banyak daripada lain, dan bahwa pergeseran informasi yang dihasilkan
menimbulkan underpricing dalam keseimbangan. Teori ini merupakan teori terkuat menurut Ljungqvist.
2. Instrumental theories (kelembagaan alasan) merupakan kelembagaan teori yang berfokus pada tiga ciri pasar : litigasi, stabilisasi harga bank sekali
23
3. Control theories (pertimbangan control) berpendapat bahwa underpricing yang membantu basis pemegang saham sehingga dapat mengurangi
intervensi oleh pemegang saham luar sekali perusahaan publik.
4. Behavioral theories (pendekatan perilaku) teori ini menganggap kehadiran „irasional’ investor yang menawar sampai harga dari IPO saham luar nilai
yang sebenarnya, atau bahwa emiten menderita dari bias perilaku
menyebabkan mereka untuk memberi tekanan cukup pada bank penjamin
untuk memiliki underpricing berkurang.
E. Reputasi Underwriter
Underwriter menurut Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum
bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek
yang tidak terjual. Underwriter memiliki banyak pengetahuan baik mengenai pasar, harga, dan waktu sehingga underwriter dapat menentukan harga yang menguntungkan underwriter dana emiten. Dengan keahlian dan pengalaman mereka akan dapat mengantisipasi dan memperhitungkan risiko. Menurut Asril
(2004) Underwriter yang baik setidaknya harus memiliki keahlian antara lain:
1. Pengalaman dalam pemasaran, hal ini diperlukan dalam menyusun
struktur penawaran, dan membentuk sindikasi dengan para penjamin emisi
dan para broker (agen penjualan) untuk mendukung penawaran efek
perusahaan setelah proses pendaftaran.
3. Berpengetahuan dalam penetapan harga penawaran efek, dengan demikian
dapat membuat perusahaan menjadi kelihatan menarik dan juga
menghasilkan keuntungan yang cukup bagi investor.
4. Kemampuan memberi dukungan, underwriter yang baik harus mempunyai kemampuan untuk membantu perusahaan dalam penawaran
efek selanjutnya.
5. Memiliki bagian riset dan pengembangan dengan ruang lingkup kerjanya
untuk menganalisis perusahaan kliennya, pesaing, pasar dan juga
perekonomian secara mikro dan makro. Khusus mengenai analisis saham
akan dibahas lebih lanjut.
Menurut Rizqi (2013) ada beberapa peran underwriter dalam perdangan efek, diantaranya:
a. Penjamin emisi menjamin terjualnya efek yang diterbitkan.
b. Besarnya jaminan tergantung pada perjanjian antar emiten dengan
penjamin emisi. Bila penjamin emisi menjamin penuh, maka jika penjamin
emisi tidak berhasil menjual seluruh efek, penjamin emisi bersangkutan
wajib membeli sisa efek yang tidak terjual. Sedangkan bila penjaminan
dilakukan secara best effort, maka penjamin emisi hanya melaksanakan penjualan sesuai dengan harga yang ditetapkan. Penjamin tidak
bertanggung jawab atas saham yang tidak laku dijual.
c. Besarnya tanggung jawab penjamin emisi, selain mengenai komitmen
penjualan saham, juga tergantung pada perannya dalam proses penawaran
25
Dalam go public, penjamin emisi merupakan pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk menentukan harga saham dan penawaran umum bagi
kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang
tidak terjual. Dalam penentuan harga saham, underwriter dan emiten bernegosiasi
saling membuat kesepakatan dalam menentukan saham perdana. Penentuan harga
yang tinggi ada kecenderungan akan tidak terjualnya saham, hal ini menjadi
resiko dari penjamin emisi tersebut. Penjamin emisi yang memiliki reputasi tinggi
adalah penjamin emisi yang berani menjual saham dengan harga tinggi dan dapat
menerima resiko membeli sisa sahan yang tidak terjual sebagai konsekuensi dari
kualitas penjaminannya begitu sebaliknya.
Reputasi underwriter merupakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 bagi
underwriter yang memiliki reputasi tinggi dan nilai 0 untuk underwriter yang memiliki reputasi rendah. Standar pengukuran reputasi underwriter berdasarkan perangkingan pada 20 Most Active Brokerage Houses in Total Value, yang termasuk dalam 10 besar maka termasuk dalam underwriter yang bereputasi tinggi.
F. Reputasi Auditor
Auditor merupakan pihak yang berprofesi sebagai penunjang pasar modal untuk
melakukan pemerikasaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang akan
melakukan go public. Hasil dari pengujian auditor inilah yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi karena reputasi
auditor akan berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan
reputasi tinggi akan mengurangi underpricing dan akan mengurangi adanya pula asymetric information karena laporan keuangan telah diaudit oleh auditor. Reputasi auditor ini merupakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 pada auditor yang memiliki reputasi tinggi dan nilai 0 untuk sebaliknya. Standar
pengukuran reputasi auditor berdasarkan KAP yang menjadi partner dari auditor
the Big Four ( Sulistio,2005).
G. Ukuran Perusahaan
Potensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan kemampuan untuk
mengakses informasi yang lebih besar merupakan cerminan ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menentukan besar atau kecilnya
perusahaan yang ditunjukan dengan total aset yang dimilikinya. Pengukuran
menggunakan total aktiva dianggap lebih baik dari total penjualan karena total
aktiva lebih stabil dari total penjualan serta menunjukan kekayaan perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut. Informasi mengenai prospek
perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh oleh investor daripada
perusahaan berskala kecil maka dari itu perusahaan yang berskala besar
cenderung lebih dikenal masyarakat. Variabel ukuran perusahaan ini diukur
dengan menghitung log natural total aktiva tahun terakhir sebelum perusahaan tersebut listing (Suyatmin,2006).
H. Umur Perusahaan
Seberapa lama perusahaan mampu bertahan dan menjadi bukti perusahaan mampu
27
hal ini menunjukan umur perusahaan. Perusahaan yang beroperasi lebih lama
mempunyai kemampuan yang lebih banyak dan besar untuk menyediakan
informasi perusahaan yang lebih banyak serta luas daripa perusahaan yang baru
saja berdiri. Informasi ini akan bermanfaat bagi investor dalam mengurangi
ketidakpastian perusahaan (Nurhidayanti, 1998). Variabel umur perusahaan ini
diukur dengan lamanya perusahaan beroperasi yaitu sejak perusahaan itu berdiri
berdasarkan akta pendirian sampai dengan saat perusahaan melakukan IPO
(Amelia,2007).
I. Penelitian Terdahulu
Di berbagai penelitian terdahulu melalui pendekatan asimetri informasi telah
menguji teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi
underpricing. Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penelitian Yoga (2009) menggunakan variabel independen Return On Asset (ROA). Laverage, ukuran perusahaan, harga saham perdana, reputasi Underwriter, persentase saham yang ditawarkan kepada publik, waktu IPO, dan umur perusahaan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu ROA, harga saham, reputasi underwriter
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing, sedangkan leverage, persentase saham dan waktu IPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Johnson (2012) meneliti dalam periode 2003-2010 sebanyak 89 dari 107
perusahaan yang IPO di BEI. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
metode regresi berganda untuk menguji hubungan antara reputasi underwriter, reputasi auditor, fractional holding dan ROA dengan tingakat underpricing pada saham perdana. Dalam penelitian ini menurut Uji-T dan Uji-F menghasilkan
bahwa hanya reputasi auditor yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
tingkat underpricing saham perdana, sedangkan secara simultan semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing.
Shoviyah (2013) menggunakan variabel Debt to Equity Ratio (DER), ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter, reputasi auditor dan penggunaan dana IPO untuk investasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi berganda dan membuktikan bahwa secara parsial variabel reputasi auditor
berpengaruh negatif terhadap underpricing. Namun pada pengujian variabel DER,
ROE, ukuran perusahaan, umur perusahaan, reputasi underwriter dan penggunan
IPO untuk investasi menunjukan hasil tidak terdapat pengaruh terhadap
underpricing.
Rizqi (2013) penelitian ini menggunakan variabel independen reputasi
underwriter, reputasi auditor, ROE, tingkat leverage, dan underpricing. Sedangkan, variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
underpricing dan earnings persistence pada tahun pengamatan 2007-2011. Hasil dari metode analisis regresi linier berganda ini menunjukan bahwa reputasi
29
Sedangkan reputasi auditor, ROE, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Sarra (2009) penelitian ini menggunakan variabel independen yang termasuk
dalam konteks karakteristik pasar, rendahnya perdagangan, serta keberadaan para
pelaku perdagangan, dan variabel dependennya adalah underpricing. Penelitian ini menggunakan 34 sampel perusahaan yang IPO pada tahun 1992-2008 di
Tunisia. Hasil dari penelitian ini modal saham, reputasi underwriter, umur perusahaan serta harga penawaran berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
Yuli (2011) dalam penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO di BEI pada periode 2008 sampai dengan 2010. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah reputasi underwriter, reputasi auditor, ROA, dan financial leverage, return on assets (ROA) terhadap tingkat underpricing. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa reputasi underwriter dan ROA berpengaruh signifikan, sedangkan untuk reputasi auditor dan financial
leverage tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Yoga (2009) Variabel dependen:
saham dan waktu IPO to Equity Ratio (DER), ROE, ukuran perusahaan, umur 4. Rizqi (2013) Variabel Dependen:
31
dan umur perusahaan. earnings persistence. Sedangkan reputasi auditor, ROE, dan tingkat leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.
5 Sarra(2009) Variabel dependen: Underpricing Sumber : Kumpulan Jurnal yang diolah (2014)
Penelitian ini merupakan penelitian yang lebih memfokuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi undepricing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sebelumnya yaitu penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen
yang difokuskan dan waktu serta jumlah yang dijadikan sampel hanya periode
selama tiga tahun yang akan diuji apakah mempengaruhi tingkat undepricing.
J. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan membahas dua pengujian terhadap fenomena
dana yaitu dapat dilakukan dengan cara penerbitan saham baru pada masyarakat
yang dapat disebut dengan go public atau penawaran umum.
Ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public adalah informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam propektus perusahaan. Dengan adanya
informasi yang didapatkan dalam propektus tersebut diharpakan dapat
mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan melakukan IPO, sehingga
perusahaan sebagai emiten di bursa efek akan mendapatkan return yang maksimal
untuk meningkatkan kinerja perusahaan tersebut.
Informasi non keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reputasi
underwriter dan reputasi auditor. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji variabel yang berhubungan dengan informasi non keuangan yang diduga dapat
mempengaruhi underpricing, dimana underpricing merupakan sebuah fenomena harga saham yang dijual dengan harga rendah pada saat berlangsungnya IPO.
Dari landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu dapat diperoleh dua
variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu model yaitu
reputasi underwriter dan reputasi auditor. Variabel-variabel tersebut diperkirakan memiliki pengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI.
33
informasi yang dihasilkan menimbulkan underpricing dalam keseimbangan. Kondisi asymetry information yang menyebabkan underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko penjaminnya, serta auditor pula
sebagai penentu keakuratan dari propektus yang dikeluarkan oleh perusahaan
tersebut sehingga berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika
perusahaan melakukan IPO.
Reputasi underwriter merupakan faktor penting dalam penentuan harga saham pada saat IPO, karena berkaitan dengan besarnya dana yang akan didapatkan oleh
emiten dan risiko yang ditanggung oleh underwriter. Underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalisir bahkan mengurangi resiko agar
emiten tidak mengalami kerugian akibat dari tidak terjualnya saham yang
ditawarkan, karena akan merugikan underwriter itu sendiri yang akan membeli sisa saham yang tidak terjual. Dengan menggunakan underwriter yang baik maka
akan mengurangi underpricing karena underwriter merupakan pihak yang memiliki lebih banyak informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk
memperkecil resiko penjaminnya.
Selain reputasi underwriter, reputasi auditor juga memberikan sinyal positif bagi para investor dalam suatu perusahaan. Dalam IPO, pengungkapan yang baik akan
terjadi jika emiten menyewa auditor yang baik dimana akan menjadi nilai tambah
yang baik bagi emiten itu sendiri dalam menarik investor untuk melakukan
pendanaan dan investasi pada perusahaan tersebut. Reputasi auditor yang tinggi
information karena laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Hasil dari pengujian auditor inilah yang dibutuhkan oleh para investor untuk pengambilan
keputusan dalam berinvestasi karena reputasi auditor akan berpengaruh pada
kredibilitas laporan keuangan ketika perusahaan melakukan IPO.
Selain reputasi underwriter dan reputasi auditor dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukurang perusahaan dan umur perusahaan.
Perusahaan berukuran besar umumnya memiliki tingkat ketidakpastian yang
rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kejelasan informasi tentang
perusahaan akan meningkatkan penilaian akan perusahaan, mengurangi tingkat
ketidakpastian dan meminimalkan tingkat resiko dan underpricing. Sedangkan umur perusahaan merupakan hal yang menentukan underpricing pula karena perusahaan yang telah lama berdiri bisa dipersepsikan sebagai perusahaan yang
sudah tahan uji sehingga kadar resikonya rendah sehingga perusahaan yang telah
lam berdiri akan mengurangi tingkat underpricing.
Untuk meminimalisir fenomena underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut emiten itu sendiri harus memilih underwriter dan auditor
yang memiliki reputasi tinggi agar emiten dapat memperoleh harga ideal atas
saham perdananya. Serta investor harus melihat informasi secara akurat tentang
ukuran perusahaan dimana perusahaan yang mempunyai informasi mengenai
prospek perusahaan berskala besar lebih mudah diperoleh investor daripada
35
untuk menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dan luas daripada
yang baru saja berdiri dan akan mengurangi ketidakpastian. Dimana investor akan
lebih diuntungkan dengan adanya fenomena underpricing ini yang menikmati return dari transaksi penjualan saham, sedangkan emiten hanya memperoleh dana
melalui perdagangan saham di pasar perdana saja.
Gambar 2.2 menunjukan kerangka pemikiran timbulnya underpricing yang dipengaruhi oleh faktor-faktor non keuangan dimana reputasi underwriter dan reputasi auditor menunjukan hunungan antar variabel antara variabel independen
dengan variabel dependen (underpricing).
Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan model kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran
Reputasi
Underwriter
Reputasi Auditor Perusahaan
membutuhkan dana
Perusaahan Go Public
Underpricing
Umur Perusahaan Ukuran
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat disusun
sebagai berikut :
1. H0 : Reputasi underwriter berpengaruh tidak signifikan terhadap
underpricing.
Ha : Reputasi underwriter berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
2. H0 : Reputasi auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap
underpricing.
Ha : Reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap underpricing.
3. H0 : Ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap
underpricing
Ha : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap undepricing
4. H0 : Umur perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap
underpricing
Ha : Umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing
5. H0 : Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan
umur perusahaansecara simultan berpengaruh tidak signifikan
terhadap underpricing.
Ha : Reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan
umur perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam peneltian ini menggunakan tipe explanatory research yaitu penelitian pengujian hipotesis. Penelitian ini diajukan untuk menjelaskan hubungan kausal
antara variabel-variabel melalui hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah underpricing dan variabel independen, yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, ukuran perusahaan dan umur perusahaan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti, sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi penelitian yang dipilih untuk mewakili dari keseluruhan
populasi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang akan diteliti adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO
pada periode 2010-2012.
Penarikan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
Berikut adalah kriteria untuk pemilihan sampel :
a. Perusahaan yang go public yang melakukan IPO selama periode 2010-2012.
b. Perusahaan tersebut mengalami underpricing.
c. Tersedia harga penawaran perdana.
d. Terdapat tanggal listing perusahaan.
e. Perusahaan tersebut menyediakan data laporan keuangan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2010-2013.
Berdasarkan kriteria yang dijelaskan diatas, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 dari 74 perusahaan yang IPO di BEI
periode 2010-2012.
Tabel 3.1 Data sampel 60 perusahaan
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
1 Saranacentral Bajatama Tbk. (BAJA)
12 Tifa Finance Tbk (TIFA)
2 ABM Investama Tbk (ABMM)
13 Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)
3 Visi Media Asia Tbk (VIVA)
14 Buana Listya Tama Tbk. (BULL)
4 Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
15 HD Finance Tbk (HDFA)
5 Atlas Resources Tbk (ARII)
16 Sejahteraraya AnugerahjayaTbk. (SRAJ)
6 Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR)
39
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
11 Alkindo Naratama (ALDO)
22 Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk. (NELY)
23 Provident Agro Tbk (PALM)
42 Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
24 Sekar Bumi Tbk. (SKBM)
43 Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS)
25 Nirvana Development Tbk. (NIRO)
44 Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
26 Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST)
45 Indofood CBP Sukses MakmurTbk (ICBP)
27 Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)
29 Gading Development Tbk (GAMA)
48 Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)
30 Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)
49 Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL)
31 MNC Sky Vision Tbk (MSKY)
50 Evergreen Invesco Tbk (GREN)
32 Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA)
51 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (BJBR)
33 Kobexindo Tractors Tbk (KOBX)
52 Skybee Tbk (SKYB) 34 Trisula International Tbk
(TRIS)
53 Golden Retailindo Tbk (GOLD)
35 Supra Boga Lestari Tbk (RANC)
54 Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
36 Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST)
55 Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
37 Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
56 Benakat Integra Tbk (BIPI)
38 Minna Padi Investama Tbk (PADI)
57 PP (Persero) Tbk (PTPP)
39 Multifiling Mitra Indonesia Tbk. (MFMI)
58 Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
40 Bank Sinarmas Tbk (BSIM)
59 Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI)
41 Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
60 Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN)