• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON MASYARAKAT PADA TAHAP PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi kasus pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Desa PNPM MD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON MASYARAKAT PADA TAHAP PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi kasus pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Desa PNPM MD)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT PADA TAHAP PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi kasus pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Desa PNPM MD)

Oleh

Ogy Ramzogi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

KECAMATAN PURBOLINGGO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Studi kasus pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Desa PNPM MD) Oleh OGY RAMZOGI

Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya keuangan. Sehingga daerah tersebut dapat menentukan apa saja yang dijadikan prioritas pembangunan daerahnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons masyarakat dan aparat pelaku dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Purbolinggo, serta untuk mengetahui peran aparatur desa terhadap jalannya pelaksanaan PNPM Mandiri Desa tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan Partisipasi masyarakat termasuk seluruh unsur pelaksana PNPM Mandiri di Kecamatan Purbolinggo yang menerima bantuan PNPM Mandiri tahun 2010 – 2011 sangat baik. Hal ini dinilai dari pemahaman masyarakat terhadap PNPM Mandiri itu sendiri sudah baik 91% menyatakan sangat paham sekali dengan skor rata-rata 4,88 atau pada klasifikasi jawaban baik dan sisanya menyatakan paham terhadap PNPM Mandiri Desa. Hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri Desa pada tahap ini dinilai baik.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Kerangka Pemikiran...10

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangunan... 16

1. Pendekatan dalam Pembangunan Masyarakat... 18

2. Perencanaan Pembangunan Pespektif dan Tahunan... 19

B. Pembangunan Daerah... 20

1. Pengertian Daerah... 20

2. Pengertian Pembangunan Daerah... 21

3. Tujuan Pembangunan Daerah... 22

4. Bentuk Pembangunan Daerah... 23

C. Partisipasi Masyarakat... 23

D. Partisipasi Masyarakat dan Program Pembangunan... 24

E. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa... 25

1. Tujuan PNPM Mandiri... 26

2. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Kecamatan dan Desa... 27

3. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Desa... 30

4. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Desa... 31

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Data... 41

B. Teknik Pengumpulan Data... 41

(7)

D. Alat Analisis...46

E. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 48

1. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur...48

2. Keadaan Geografis... 49

3. Potensi Wilayah Purbolinggo... 50

4. Keadaan Demografi Kecamatan Purbolinggo... 50

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 51

6. Mata Pencaharian Penduduk... 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahap Perencanaan... 53

B. Identifikasi Pelaksanaan PNPM Mandiri Desa... 59

C. Tahap Pelestarian dan Evaluasi PNPM mandiri... 66

D. Analisis Ekonomi (Analisis Manfaat – Biaya)... 69

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 75

B. Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA

(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya keuangan. Sehingga daerah tersebut dapat menentukan apa saja yang dijadikan prioritas pembangunan daerahnya.

Pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mewujudkan tingkat kelayakan hidup yang lebih sejahtera dan sudah barang tentu menyangkut segenap aspek kehidupan bangsa. Pada dasarnya pembangunan itu merupakan suatu rangkaian proses yang secara terus menerus dalam periode jangka panjang yang terdiri dari tahapan – tahapan yang tidak berdiri sendiri dan dilakukan secara sadar, yamg berencana serta berorientasi pada perubahan dan

pertumbuhan ekonomi.

(9)

kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Pelaksanaan pembangunan nasional di negara yang sedang berkembang regulasinya dilakukan oleh pemerintah dengan lebih fokus di ditekankan pada pembangunan ekonomi, kondisi ini disebabkan oleh adanya keterbelakanagn ekonomi dan pembangunan di bidang ekonomi yang dapat mendukung pencapaian tujuan, atau mendorong perubahan – perubahan dalam bidang kehidupan lain pada masyarakat (Tjokroamidjojo, 1995 : 26).

Sebelum pelaksanaan pembangunan daerah perlu dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah agar dapat memberikan sumbangan yang

maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional. Untuk menjamin koordinasi yang baik maka harus adanya landasan program pembangunan pusat dan daerah, maka perlu adanya sikap proaktif dari pemerintah daerah dalam mengadakan perencanaan atau program pembangunan daerahnya.

(10)

baik. Dalam menindaklanjuti pelaksanaan pembangunan ekonomi, sangat dirasakan perlu adanya kebijaksanaan dan program-program pembangunan yang tentunya untuk membangun perekonomian masyarakat. Akan tetapi seringkali timbul hambatan-hambatan dalam berbagai kegiatan usaha dan program yang disebabkan kurang adanya koordinasi.

Koordinasi pelaksanaan pembangunan juga perlu dilaksanakan antara pelaksanan kebijaksanaan rencana dan program program dari pemerintah daerah. Koordinasi dan konsitensi dalam pelaksanaan rencana nasional dengan rencana-rencana daerah hendaknya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Perkembangan pelaksanaan program harus diusahakan untuk terus dimonitor sehingga sesuai dengan tujuan pelaksanaannya.

Dalam hal ini, perlu adanya evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan untuk mengetahui pelaksanaan pembangunan terutama pelaksanaan program-program dan proyek-proyek pembangunan. Evaluasi tersebut berguna untuk memberikan informasi apakah program tersebut berhasil atau tidak dan juga memberikan gambaran tentang potensi dan hambatan-hambatan yang dihadapi.

(11)

tepat, seperti, dengan metode perencanaan desentralistik yang merupakan acuan pelaksanaan rencana dari bawah (bottom up planning).

Walaupun sistim perencanaan yang berlaku sekarang berlaku sistim buttom up akan tetapi pada kenyataannya untuk hal-hal tertentu sistem pembangunan di Indonesia masih bersifat dari atas ke bawah atau sentralistik (top down planning), sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan dari hasil-hasil pembangunan yang dicapai saat ini baik yang dialami antar wilayah maupun antar lapisan masyarakat. Dari kondisi seperti ini dapat terlihat dari masih minimnya pembangunan yang memihak langsung pada masyarakat miskin terutama yang berada pada daerah – daerah yamg tertinggal.

Berdasarkan hal diatas, maka pemerintah perlu menciptakan suatu program yang dapat mempercepat penanggulangan kemiskinan langsung ditingkat bawah dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan tersebut.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Desa (PNPM MD), dinilai sangat strategis untuk mengatasi masalah kemiskinan dan

pengangguran di wilayah pedesaan di tanah air. Program tersebut

(12)

Pendekatan yang digunakan dalam PNPM Mandiri Desa adalah

pemberdayaan masyarakat, mengingat ada dua hal yang sangat mendasar untuk melaksanakan strategi pemberdayaan masyarakat yaitu adanya kesenjangan hasil pembangunan dan kemiskinan. Dengan adanya strategi pemberdayaan masyarakat ini diharapkan adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi mereka sendiri dan adanya perasaan ikut memiliki karena mereka secara langsung terlibat dalam pembangunan (sebagai subjek pembangunan) bukan sebagai objek pembangunan, yang mana hal tersebut merupakan salah satu misi dari strategi pemberdayaan masyarakat.

Perencanaan ekonomi yang dimulai dari tingkat bawah, dari masyarakat dengan model rembukan dan musyawarah juga digunakan di dalam

pelaksanaan PNPM Mandiri Desa, masyarakat penerima bantuan diberikan kebebasan untuk menentukan rencana dan usulan kegiatan yang akan dilaksanakan atas dasar musyawarah bersama dengan menganut prinsip prinsip desentralisasi, keterbukaan, partisipasi, dan kompetisi yang sehat.

(13)
[image:13.595.117.549.174.343.2]

Tabel 1. Jumlah Kecamatan Penerima Dana PNPM Mandiri Desa Provinsi Lampung Tahun 2007.

Sumber: Bappeda Provinsi Lampung 2012

Pelaksanaan PNPM Mandiri telah dimulai sejak Tahun 2007 dengan nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Pengembangan Kecamatan (PNPM-PPK), Hal itu disebabkan karena PNPM Mandiri sekarang ini merupakan tindak lanjut dari Program yang sudah ada

sebelumnya yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK). Pada tahun 2009 jumlah desa di kecamatan Purbolinggo yang berpatisipasi dalam PNPM-PPK sebanyak 13 Desa, sedangkan mulai Tahun 2010-2011 jumlah desa yang berpartisipasi dalam PNPM Mandiri Desa sebanyak 22 Desa.

Pada Tabel 2. dapat dilihat tingkat perkembangan desa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

No Kabupaten Jumlah Kecamatan Penerima PNPM Mandiri

2007 2008 2009

1 Lampung Tengah 7 9 17

2 Lampung Timur 8 9 13

3 Lampung Utara 6 9 17

4 Way Kanan 5 6 8

5 Tulang Bawang 5 7 13

6 Lampung Barat 5 9 17

7 Lampung Selatan 8 10 15

8 Tanggamus 7 9 13

9 Pesawaran 0 0 3

(14)
[image:14.595.115.496.110.601.2]

Tabel 2. Tingkat Perkembangan Desa di Kecamatan Purbolinggo 2011.

No. Nama Desa Klasifikasi Desa

1. Taman Asri Swasembada

2. Taman Sari Swakarya

3. Taman Bogo Swasembada

4. Taman Endah Swasembada

5. Taman Dadi Swakarya

6. Taman Fajar Swakarya

7. Tegal Gondo Swasembada

8. Tanjung Intan Swakarya

9. Tanjung Kesuma Swakarya

10. Toto Harjo Swasembada

11. Tamah Luhur Swakarya

12. Tegal Yoso Swasembada

13. Kampung Jawa Swakarya

14. Sari Mukti Swasembada

15. Bangun Rejo Swakarya

16. Linggo Dadi Swakarya

17. Tegal Ombo Swakarya

18. Purwo Kencono Swakarya

19. Mukti Rahayu Swakarya

20. Fajar Asri Swakarya

21. Puro Mekar Swasembada

22. Bandar Agung Swakarya

Sumber : Wawancara dengan Kasi Pembangunan Masyarakat

(15)

Dari perkembangan tingkat desa di Kecamatan Purbolinggo ini, sesungguhnya sudah tidak terdapat lagi desa yang tertinggal atau desa Swadaya, akan tetapi lebih banyak perkembangan tingkat desa lebih banyak pada tahap pertumbuhan, yaitu sebagian besar desa berada dalam tahap swakarya.

Pada tahun 2007 desa yang berpartisipasi sebanyak 13 desa dari 22 desa, dan sejak tahun 2010 dan hingga tahun 2011 jumlah desa yang berpartisipasi sebanyak 22 desa, yang artinya seluruh desa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur sydah mendapatkan dana dan fasilitas bantuan dana PNPM Mandiri Desa.

B. Permasalahan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa adalah suatu program Pemerintah yang dilaksanakan dalam rangka penanggulangan masalah kemiskinan dimana pemerintah memandang perlu untuk

meningkatkan bantuan pembangunan kepada masyarakat desa melalui pengelolaan di tingkat kecamatan dengan maksud untuk menciptakan

(16)

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa ini sendiri dirancang khusus oleh pemerintah untuk mendukung keterpaduan pengembangan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan pembangunan prasarana serta sarana di pedesaan yang menggunakan sistem bottom up atau pendekatan yang digunakan adalah pemberdayaan masyarakat dalam

pelaksanaan program pembangunan desa.

Sistem bottom up yang diberlakukan pada PNPM Mandiri Desa memberikan kesempatan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut. Bentuk partisipasi yang dimaksud dalam penulisan ini adalah

bagaimana masyarakat desa, aparatur desa, kepala desa, dan Badan Permusyawarahan Desa serta para pelaku PNPM di tingkat desa yang bertujuan untuk bersama – sama membangun desa. Berdasarkan uraian tersebut, maka inti dari permasalahan skripsi ini adalah Bagaimanakah respons masyarakat dan aparat pelaku berpartisipasi dalam pelaksanaan

PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Purbolinggo?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat desa terhadap jalannya

pelaksanaan PNPM Mandiri di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

(17)

3. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai :

1. Kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori – teori yang diperoleh diperkuliahan kedalam praktek yang sesungguhnya dan digunakan sebagai syarat untuk menyelasaikan jenjang Strata 1 (S1).

2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dan pelaksanan kebijakan di Kecamatan Purbolinggo dalam menentukan program pembangunan pedesaan yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

3. Input atau masukan sumbangan sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam PNPM Mandiri Desa.

D. Kerangka Pemikiran

Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

(18)

Pada saat ini banyak sekali program-program pembangunan desa yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya kurang melibatkan partisipasi dari masyarakat desa. Sehingga dengan demikian usulan usulan atau aspirasi dari masyarakat kurang tergali dan proses pemberdayaan masyarakat tidak tercipta.

Partisipasi masyarakat digunakan sebagai masukan dalam pembangunan, sebagai suatu syarat mutlak untuk terciptanya pembangunan desa. Selain itu partisipasi masyarakat desa dapat menjadi tolak ukur apakah program/proyek tersebut merupakan program/proyek pembangunan desa atau bukan. Jika masyarakat yang bersangkutan tidak berkesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan suatu proyek di desanya, maka proyek tersebut bukanlah proyek pembangunan desa. (Ndraha, 1994 :103)

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan berupa keikutsertaan masyarakat dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan. Dari uraian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu :

1. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan

(19)

gagasan atau pemikiran yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah – masalah pembangunan desa.

2. Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan

Dalam hal ini partisipasi masyarakat dapat dilihat dari sumbangan yang diberikan oleh masyarakat pada saat pembangunan tersebut dilaksanakan. Sumbangan tersebut dapat berupa uang, tanah, alat – alat bangunan, dan lain lain ataupun yang berbentuk non materiil seperti menyumbangkan tenaga dalam bentuk gotong royong guna membangun sarana dan prasarana desa.

3. Partisipasi dalam memanfaatkan dan memelihara hasil – hasil pembangunan.

Dalam hal ini partisipasi masyarakat dapat berupa suatu tindakan untuk turut memanfaatkan serta memelihara dan menjaga sarana dan prasarana yang telah dibangun secara bersama oleh masysrakat.

Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah mengadakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa. PNPM Mandiri Desa dirancang khusus untuk meningkatkan keterpaduan pengembangan kegiatan usaha ekonomi produktif dan pembangunan prasarana dan sarana di

pedesaan. Pendekatan yang digunakan dalam program tersebut adalah pemberdayaan masyarakat. Dengan strategi pemberdayaan masyarakat ini diharapkan adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kapasitas untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi sosial ekonomi

(20)

mereka ikut terlibat dalam pembangunan dan bukan lagi sebagai objek pembangunan.

Hal ini diperkuat oleh Mangkusubroto (1995) yang menyatakan bahwa pembangunan pedesaan harus didasarkan pada kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat desa tersebut. Kemampuan tersebut melingkupi aspek pendanaan yang diperlukan oleh masyarakat desa yang bersangkutan. Masalahnya adalah biasanya masyarakat desa memiliki keterbatasan dana untuk mengembangkan desanya. Oleh karena itu diperlukan peran pemerintah untuk membantu memberikan dana bagi masyarakat pedesaan dalam

membantu kesulitan dana ini. Dana yang diberikan kepada masyarakat ini bertujuan sebagai modal awal untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan prinsip – prinsip akuntabilitas dalam pelaksanaannya. Prinsip akuntabilitas kepada publik ini harus diikuti oleh adanya partisipasi

masyarakat terhadap program itu dimulai dari perencanaan, implementasi dan pelestariaan, termasuk didalamnya peran masyarakat untuk melakukan

pengawasan.

Masyarakat desa yang menerima bantuan PNPM Mandiri Desa ini berhak menentukan usulan – usulan kegiatan yang akan dilaksanakan atas dasar kesepakatan melalui musyawarah bersama. Secara khusus tujuan PNPM Mandiri Desa ini adalah :

1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat

(21)

masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses

pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,

representatif dan akuntabel.

3. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan

penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

4. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan

kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan.

5. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayahnya.

6. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

7. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi

dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Desa dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

1.Tahap Perencanaan Kegiatan

Tahap perencanaan kegiatan yang meliputi partisipasi masyarakat, usulan

dari masyarakat, dan kesiapan struktur birokrasi pelaksanaan di kecamatan

(22)

2.Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan meliputi partisipasi masyarakat pada kegiatan Usaha

Ekonomi Produktif (UEP), Simpan pinjam Perempuan (SPP) dan partisipasi

masyarakat pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana.

3.Tahap Pengendalian

Pada tahap pengendalian meliputi bentuk pengawasan, dan partisipasi

masyarakat dalam pengawasan.

4.Tahap Keberlanjutan Kegiatan

Tahap keberlanjutan kegiatan meliputi perguliran dana pada kegiatan

ekonomi usaha produktif dan pemeliharaan sarana dan prasarana.

Penerapan program PNPM Mandiri Desa lebih diarahkan pada upaya

pemberdayaan masyarakat pedesaan yang dijalankan oleh Unit Pengelola

Kegiatan (UPK) dalam rangka meningkatkan kualitas peran aktif masyarakat

secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan pengendalian, serta

pemeliharaan kegiatan yang berkelanjutan.

Dilihat dari tahapan – tahapan PNPM Mandiri Desa diatas, terlihat

masyarakat berpartisipasi dalam program tersebut. Sehingga untuk

pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Desa

tersebut dapat dilihat keberhasilan partisipasi masyarakat dalam program

tersebut dan juga apakah program tersebut dilaksanakan melalui tahapan yang

(23)

A. Pengertian Pembangunan

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan

daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk

melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan pengertian pembangunan menurut beberapa ahli .

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang

(24)

pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke

arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi

ekonomi, sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang. (Sukirno, 1995 : 13).

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

(25)

1. Pendekatan dalam Pembangunan Masyarakat

Pembangunan yang langsung tertuju kepada masyarakat telah dimulai pada tahun 1950-an dan 1960-an, dimana di seluruh dunia muncul dua macam pendekatan dalam pembangunan perdesaan , yaitu pendidikan penyuluhan (extention education) dan pembangunan masyarakat (community

development). Di tahun 1966 Joseph Di Franco membangdingkan kedua macam pendekatan tersebut secara menyekuruh berdasarkan tujuan, proses, bentuk (organisasi) dan prinsip – prinsipnya. Kesimpulannya adalah terdapat lebih banyak persamaannya dibandingkan perbedaannya. Hal tersebut disebabkan karena kedua pendekatan menginginkan

perubahan perilaku dalam perilaku individu, pengembangan masyarakat secara langsung berkewajiban memajukan pelayanan pemerintah lokal (daerah) juga berkewajiban memajukan organisasi sosial atau kelompok masyarakat.

Pada dekade tujuh puluhan timbul perubahan pendekatan terhadap pembangunan. Bryant dan White (1987 : 132), mendefiniskan

pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mempengaruhi masa depannya. Ada lima implikasi dari definisi tersebut, yaitu :

a. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok.

(26)

c. Pembangunan berarti mendorong dan menaruh kepercayaan untuk

membimbing dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama,

kebebasan memilih dan kekuasaan memutuskan.

d. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu

dengan Negara lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan dihormati.

2. Perencanaan Pembangunan Pespektif dan Tahunan

Menurut Undang Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1 ayat 3, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah kesatuan tata cara perencanaan pembanunan untuk menghasilkan rencana – rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Perencanaan Pembangunan dapat dilihat pembedanya dari segi jangka waktu rencana, yaitu : (Tjokroamidjojo, 1990)

1. Rencana Jangka Panjang. Perencanaan ini meliputi jangka waktu 10 tahun keatas.

2. Rencana Jangka Menengah. Perencanaan ini meliputi jangka waktu antara 3 sampai dengan 8 tahun.

(27)

Istilah perencanaan perspektif atau perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. Pada hakikatnya, rencana perspektif adalah cetak biru pembangunan yang harus

dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang. Namun pada

kenyataanya, tujuan dan sasaran luas tersebut harus dicapai dalam jangka waktu tertentu dengan membagi rencana perspektif itu kedalam beberapa rencana jangka pendek atau tahunan. (Arsyad, 1999 :50). Pemecahan rencana perspektif menjadi rencana tahunan dimaksudkan agar

perencanaan yang dibuat lebih mudah untuk dievaluasi dan dapat diukur kinerjanya.

Tujuan pokok rencana perspektif dan tahunan ini adalah untuk meletakan landasan bagi rencana jangka pendek, sehingga masalah – masalah yang harus diselesaikan dalam jangka waktu yang sangat panjang dapat dipertimbangkan dalam jangka pendek.

B. Pembangunan Daerah 1. Pengertian Daerah

Menurtut Lincoln Arsyad dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, pengertian daerah berbeda – beda

tergantung aspek ditinjaunya. Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 1999 : 107-108) :

(28)

terdapat sifat – sifat yang sama. Kesamaan sifat – sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapitanya, budayanya

geografisnya, dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen.

b. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi yang disebut daerah modal.

c. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu Negara. Disebut sebagai daerah perencanaan atau daerah administrasi.

2. Pengertian Pembangunan Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya – sumberdaya yang ada dan bersama sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya – sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya – sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

(29)

terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong serta partisipasi masyarakat secara aktif. Dalam hubungan ini pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup, keterampilan, prakarsa dengan bimbingan dan bantuan dari pemerintah. Dengan demikian ciri pokok pembangunan daerah adalah:

a. Meliputi seluruh aspek kehidupan b. Dilaksanakan secara terpadu

c. Meningkatkan swadaya masyarakat

3. Tujuan Pembangunan Daerah

(30)

4. Bentuk Pembangunan Daerah

Secara umum pembangunan desa berbentuk pembangunan fisik dan pembangunan non fisik atau mental spiritual. Pembangunan fisik dapat berupa pembangunan sarana dan prasarana, misalnya : jembatan, gorong – gorong, kebun percontohan, MCK, sarana ibadah, dan lain – lain.

Sedangkan pembangunan non fisik berupa pemberian kursus, penyuluhan tentang kesehatan, kewirausahaan, penyuluhan tentang hidup sehat dan lain – lain.

C. Partisipasi Masyarakat

Konsep tentang partisipasi masyarakat biasa diungkapkan dengan kata partisipasi, misalnya seperti yang dikemukakan beberapa ahli dibawah ini :

Menurut Mubyarto dalam Ndraha partisipasi adalah segala daya dan dapat disediakan atau dihemat sebagai sumbangan atau kontribusi mayarakat desa terhadap proyek – proyek pemerintah.

Sedangkan Tjokroamidjoyo (1990:206) memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan dan keikut sertaan masyarakat sesuai dengan

mekanisme proses politik suatu Negara.

Dari uraian menurut ahli tersebut dapat dikatakan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan suatu tindakan atau perbuatan dan emosi seseorang atau kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap kegiatan –

(31)

D. Partisipasi Masyarakat dan Program Pembangunan

Madrie, (1988), dalam pidato ilmiahnya menyatakan : “Untuk menjaga

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan untuk dapat mengimbangi laju pertumbuhan angkatan kerja, maka sangatlah penting meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan”

Secara koseptual, Daniell Selener (1997) membedakan empat macam kategori partisipatif :

1. Domestikasi : Kekuasaan dan kontrol terhadap kegiatan tertentu ada di tangan perencana, kepala desa, camat, atau pemerintah yang diraih dengan menggunakan teknik partisipasi semu untuk melakukan manipulasi

kegiatan yang menurut anggapan pihak luar penting dan bukannya memberdayakan partisipannya atau masyarakatnya sendiri

2. Bantuan : Kekuasaan dan kontrol tetap ada di tangan pihak luar (elit). Para anggota kelompok yang berpartisipasi menerima informasi, nasihat, dan bantuan. Para partisipan diperlakukan sebagai objek pasif yang tidak mampu mengambil peranannya dalam proses kegiatan. Mereka sekedar diberi informasi kegiatan , tetapi tidak mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan dan kontrol.

(32)

pemimpin. Partisipan juga aktif dalam pelaksanaan. Kekuasaan dan kontrol dipegang bersama selama berlangsungnya kegiatan, yang secara ideal berlangsung dari “bawah ke atas”.

4. Pemberdayaan : Pendekatan agar masyarakat memegang kekuasaan dan kontrol terhadap program, atau kelembagaan berikut pengambilan keputusan dan kegiatan administrasi. Partisipasi diraih melalui hati nurani, demokratisasi, solidaritas dan kepemimpinan. Partisipasi untuk

pemberdayaan biasanya bercirikan terjadinya proses mandiri dalam perubahan tatanan sosial dan politik.

Menurut Madrie (1988), partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut memanfaatkan hasil pembangunan, ikut mendapatkan keuntungan dari proses pembangunan, baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau pembangunan yang dilakukan pemerintah.

E. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Desa

PNPM Mandiri Desa adalah program nasional penanggulangan

(33)

1. PNPM Madiri Desa adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri Desa dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat

memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

1. Tujuan PNPM Mandiri Desa

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri Desa ini adalah :

a. Tujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

 Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat

(34)

masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

 Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar,

representatif dan akuntabel.

 Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)

 Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya

penanggulangan kemiskinan.

 Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

 Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

 Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi

dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat.

(35)

a. Camat

Camat atas nama Bupati berperan sebagai Pembina pelaksanaan PNPM Mandiri kepada desa-desa di wilayah kecamatan. Selain itu camat juga bertugas untuk membuat Surat Penetapan Camat (SPC) tentang usulan-usulan kegiatan yang telah disepakati musyawarah antar desa untuk didanai melalui PNPM Mandiri.

b. Penanggung jawab Operasional Kegiatan (PjOK)

PjOK adalah sorang Kasi pemberdayaan masyarakat yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan operasional kegiatan dan keberhasilan seluruh kegiatan PNPM Mandiri di kecamatan.

c. Tim Verivikasi (TV)

Peran TV adalah melakukan pemeriksaan serta penilaian usulan kegiatan semua desa peserta PNPM Mandiri dan selanjutnya membuat rekomendasi kepada musyawarah antar desa sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan.

d. Unit Pengelola Kegiatan (UPK)

Peran UPK adalah sebagai unit pengelola kegiatan dan operasional pelaksanaan kegiatan antar desa. UPK mendapatkan penugasan BKAD untuk menjalankan tugas pengelolaan dana program dan tugas pengelolaan dana perguliran.

e. Badan Pengawas UPK (BP-UPK)

(36)

f. Fasilitator Kecamatan (F-Kec) dan Fasilitator Teknik Kecamatan (FT-Kec)

Peran F-Kec dan FT-Kec adalah memfasilitasi masyarakat dalam setiap tahapan PNPM Mandiri pada tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. F-Kec dan FT-Kec juga berperan dalam membimbing kader-kader desa atau pelaku-pelaku PNPM Mandiri di desa dan kecamatan.

g. Pendamping Lokal (PL)

Adalah tenaga pendamping dari masyarakat yang membantu FK/FT untuk memfasilitasi masyarakat dalam pelaksanaan tahapan dan kegiatan PNPM Mandiri pada tahap perencanaan, pelaksanan, dan pelestarian.

h. Tim Pengamat

Adalah anggota masyarakat yang dipilh untuk memantau dan mengamati jalannya proses musyawarah antar desa serta memberikan masukan dan saran agar MAD dapat berlangsung secara partisipatif.

i. Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD)

BKAD berperan sebagai lembaga pengelola pembangunan partisipatif, pengelola kegiatan masyarakat, pengelola asset produktif dan sumber daya alam, serta program atau proyek dari pihak ketiga yang bersifat antar desa. j. Setrawan Kecamatan

(37)

3. Pelaku – Pelaku PNPM Mandiri di Tingkat Desa

Berikut penjelasan para pelaksana PNPM Mandiri di tingkat desa : (PTO PNPM Mandiri)

a. Kepala Desa

Peran Kepala Desa adalah sebagai Pembina dan pengendali kelancaran serta keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri di desa.

b. Badan Permusyawarahan Desa (BPD atau sebutan lainnya)

BPD berperan sebagai lembaga yang mengawasi proses dari setiap tahapan PNPM Mandiri mulai dari sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian di desa.

c. Tim Pengelola Kegiatan (TPK)

TPK mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi, serta keuangan PNPM Mandiri.

d. Tim Penulis Usulan (TPU)

Peran TPU adalah menyiapkan dan menyusun gagasan – gagasan kegiatan yang telah ditetapkan dalam musyawarah desa dan musyawarah

perempuan. e. Tim Pemelihara

Tim Pemelihara berperan menjalankan fungsi pemeliharaan terhadap hasil – hasil kegiatan yang ada di desa termasuk perencanaan kegiatan dan

pelaporan.

(38)

KPMD/K adalah warga desa terpilih yang memfasilitasi atau memandu masyarakat dalam mengikuti atau melaksanakan tahapan PNPM Mandiri di desa.

g. Kelompok Masyarakat (Pokmas)

Pokmas adalah kelompok masyarakat yang terlibat dan mendukung kegiatan PNPM Mandiri baik kelompok sosial, kelompok ekonomi, kelompok perempuan.

4. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Desa

Alur kegiatan PNPM Mandiri meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan. (PTO PNPM Mandiri Desa)

a) Perencanaan Kegiatan

Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta perencanaan di kecamatan. Tahap persiapan dan sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi sampai dengan Pelatihan KPMD/K. Perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai dengan MAD penetapan usulan.

a. Musyawarah Antar Desa (MAD) Sosilalisasi

MAD sosialisasi merupakan pertemuan antar desa untuk sosialisasi awal tentang tujuan, prinsip, kebijakan, prosedur maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan PNPM Mandiri serta untuk menentukan kesepakatan-kesepakatan antar desa dalam melaksanakan PNPM Mandiri.

(39)

Musdes sosialisasi merupakan pertemuan masyarakat desa sebagai ajang sosialisasi atau penyebaran informasi PNPM di desa.

c. Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan

KPMD/K yang telah terpilih dalam musyawarah desa sosialisasi, akan memandu serangkaian tahapan kegiatan PNPM Mandiri yang diawali dengan proses penggalian gagasan di tingkat dusun dan kelompok masyarakat. Sebelum melakukan tugasnya, KPM D/K akan mendapat pelatihan.

d. Penggalian Gagasan

Penggalian gagasan adalah proses untuk menemukan gagasan-gagasan kegiatan atau kebutuhan masyarakat dalam upaya mengatasi permaslahan kemiskinan yang dihadapi dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat.

e. Musyawarah Desa Khusus Perempuan (MKP)

MKP dihadiri oleh kaum perempuan dan dilakukan dalam rangka membahas gagasan-gagasan dari kelompok-kelompok perempuan dan menetapkan usulan kegiatan yang merupakan kebutuhan desa.

(40)

f. Musyawarah Desa Perencanaan

Musdes perencanaan merupakan pertemuan masyarakat di desa yang bertujuan untuk membahas seluruh gagasan kegiatan, hasil dari proses penggalian gagasan di kelompok-kelompok/dusun.

g. Penulisan Usulan Desa

Penulisan usulan merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis gagasan-gagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan desa yang akan diajukan pada MAD. Proses ini dilakukan oleh TPU yang telah dipilh dalam musyawarah desa perencanaan. Sebelum melakukan penulisan, TPU akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu dari F-Kec/ FT-Kec.

h. Verifikasi Usulan

Verivikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menilai kelayakan usulan kegiatan dari setiap desa untuk didanai PNPM Mandiri. Verifikasi usulan kegiatan dilakukan oleh Tim Verifikasi yang dibentuk di kecamatan dengan beranggotakan sekurang-kurangnya 5 orang yang memiliki keahlian sesuai kegiatan. Sebelum menjalankan tugasnya Tim Verivikasi akan mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu dari FK/FT atau Fasilitator Kabupaten. i. Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas Usulan

MAD prioritas usulan adalah pertemuan di kecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun peringkat usulan kegiatan. Penyusunan

(41)

usulan-usulan SPP dilakukan secara terpisah sebelum penyusunan prioritas usulan-usulan desa lainnya.

j. Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan Usulan

MAD penetapan usulan merupakan musyawarah untuk mengmbil keputusan terhadap usulan yang akan didanai melalui PNPM Mandiri. Keputusan pendanaan harus mengacu pada peringkat usulan yang telah dibuat pada saat MAD prioritas usulan.

k. Musyawarah Desa Informasi Hasil Musyawarah Antar Desa Musyawarah Desa ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan alokasi dana PNPM Mandiri yang

diputuskan dalam Musyawarah Antar Desa penetapan usulan. Musyawarah Desa ini dilaksanakan baik di desa yang mendapatkan dana maupun tidak. l. Pengesahan Dokumen SPPB

Ketua TPK, PjOK dan Ketua UPK akan membuat SPPB yang diketahui Kepala Desa dan Camat atas nama Bupati. Pengesahan SPPB dilakukan langsung segera sesudah diterbitkan SPC, dan tidak perlu menunggu persetujuan dari Kabupaten.

b) Pelaksanaan Kegiatan

(42)

dilakukan dalam masa setelah penandatanganan SPPB oleh Camat, sampai dengan masa persiapan pelaksanaan.

a. Persiapan Pelaksanaan

1. Rapat Koordinasi Awal di Kecamatan

Rapat koordinasi ini difasilitasi oleh PL, Fasilitator dan PjOK. Rapat dihadiri oleh pengurus UPK, Kades, dam TPK setiap desa penerima dana PNPM Mandiri. Waktu penyelenggaraan rapat, diharapkan tidak lebih satu minggu setelah pelaksanaan pelatihan bagi TPK dan UPK.

2. Rapat Persiapan Pelaksanaan di Desa

Pengurus TPK bersama Kades secepatnya mengadakan rapat persiapan pelaksanaan di desa difasilitasi oleh KPM D/K. Hasil rapat persiapan pelaksanaan menjadi acuan langkah kerja selanjutnya.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana yang telah disepakati dalam pertemuan MAD penetapan usulan dan musdes informasi hasil MAD serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan.

1. Musyawarah Desa Pertanggungjawaban

Musdes ini dimaksudkan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan oleh TPK kepada

masyarakat.Musdes pertanggungjawaban ini dilakukan secara bertahap minimal dua kali yaitu setelah memanfaatkan dana PNPM Mandiri tahap pertama dan tahap kedua.

(43)

Sertifikasi adalah penerimaan hasil pekerjaan dan kegiatan berdasarkan spesifikasi teknis oleh F-Kec/FT-Kec (FK). Tujuan sertifikasi adalah untuk mendorong peningkatan kualitas pekerjaan. Jenis kegiatan sertifikasi meilputi sertifikasi terhdap penerimaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan. Sertifikasi dilakukan oleh FK pada saat melakukan kunjungan lapangan. Hasil sertifikasi disampaikan di papan informasi agar dapat diketahui seluruh masyarakat.

3. Revisi Kegiatan

Revisi yang dimaksud disini adalah perubahan volume, jumlah,

spesifikasi, atau desain kegiatan dari rencana dan atau disain semula yang diakibatkan oleh adanya perubahan kondisi awal disain, karena adanya kekeliruaan diawal disain atau karena situasi force majeur.

4. Dokumentasi Kegiatan

Seluruh kegiatan dari PNPM Mandiri harus didokumentasikan oleh FK-Kec/FT-Kec. Meskipun demikian, untuk kepentingan desa dan kecamatan, maka TPK dan UPK juga harus mengelola dokumentasi kegiatan.

5. Penyelesaian Kegiatan

Penyelesaian kegiatan yang dimaksud disini adalah penyelesaian dari tiap jenis kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bagian dari

pertanggungjawaban TPK di desa.

c) Pelestarian Kegiatan

(44)

hasil kegiatan, aspek pemberdayaan, sistem dari proses perencanaan, aspek good govermance, serta prinsip prinsip PNPM Mandiri harus memberikan dampak perubahan positif secara berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk dapat mencapai hal itu maka semua pelaku PNPM Mandiri harus mengetahui dan mampu memahami latar belakang, dasar pemikiran, prinsip, kebijakan, prosedur, dan mekanisme PNPM Mandiri secara benar. a. Hasil Kegiatan

Hasil-hasil kegiatan PNPM Mandiri yang berupa prasarana, simpan pinjam, dan kegiatan bidang pendidikan dan kesehatan merupakan aset bagi masyarakat yang harus dipelihara, dikembangkan, dan dilestarikan. b. Proses Pelestarian

Merupakan tahapan pasca pelaksanaan yang dikelola dan merupakan tanggung jawab masyrakat. Namun demikian dalam melakukan tahapan pelestarian masyarakat tetap berdasarkan atas prinsip PNPM Mandiri. c. Komponen Pendukung Pelestarian

Guna mendukung upaya pelestarian maka diperlukan beberapa komponen: 1. Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial yang harus dimiliki oleh

kelompok-kelompok masyarakat, TPK, serta pelaku- pelaku lain PNPM Mandiri di desa dan kecamatan.

(45)

3. Penguatan lembaga – lembaga masyarakat di kecamatan dan di desa, termasuk lembaga pengelola prasarana atau sarana. Selama tahap pelestarian peran kader desa dan teknik secara berkelanjutan sangat diharapkan , mengingat yang bersangkutan telah memperoleh alih pengetahuan dan keterampilan dari fasilitator.

d. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan PNPM Mandiri diarahkan kepada adana perawatan dan pengembangan berbagai sarana dan prasarana yang ada sehingga dapat secara terus – menerus dimanfaatkan oleh masyarakat secara efektif dan efisien.

e. Pelatihan Pemeliharaan

FK/FT dibantu Fasilitator Kabupaten wajib memberikan pelatihan kepada anggota Tim Pemelihara atau yang ditunjuk pada waktu pelaksanaan program hamper selesai. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat diberi penjelasan mengenai kepentingan pemeliharaan, organisasi pengelola dan pemeliharaan, dan teknik - teknik yang digunakan seperti : teknik

(46)

d) Pengendalian

Pengendalian PNPM Mandiri dilakukan melalui kegiatan pemantauan, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan serta tindak lanjutnya.

a. Pemantauan dan Pengawasan

Pemantauan dan pengawasan adalah kegiatan pengumpulan informasi dan mengamati perkembangan pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk memastikan apakah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan sesua dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pemantauan dan pengawasan merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh setiap pelaku PNPM Mandiri, yaitu : masyarakat, aparat pemerintahan di berbagai tingkatan, konsultan, fasilitator, LSM, wartawan, lembaga donor, dan lain – lain.

b. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk menilai hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan berikut kualitasnya, termasuk didalamnya adalah kinerja para pelaku PNPM Mandiri. Sedangkan pada akhir program, evaluasi lebih ditujukan untuk melihat dampak program. Hasil dari pemantauan,

pemeriksaan dan pengawasan dapat dijadikan dasar dalam evaluasi pelaksanaan program di desa maupun di kecamatan. Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai dasar upaya perbaikan terhadap kelemahan dan

(47)

Pelaporan merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala atau permasalahan yang terjadi, penerapan dan

pencapaian dari sasaran atau tujuan PNPM Mandiri. d. Pengelolaan Pengaduan dan Masalah

Pengelolaan pengaduan dan masalah merupakan bagian dari tindak lanjut hasil kegiatan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan. Setiap

pengaduan dan masalah yang muncul dari masyarakat atau pihak manapun yang berkompeten melakukan pemantauan, pengawasan dan pemeriksaan harus segera ditanggapi secara serius dan proporsional serta cepat.

(48)

A. Jenis Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. 1. Data Primer

Sumber data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

2. Data Sekunder

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berbagai literature dari internet, buku – buku, dan kantor- kantor yang terkait dengan PNPM Mandiri Desa. Kantor – kantor yang dimaksud adalah Kantor Kecamatan Purbolinggo dan Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Desa (UPK).

B. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu penelitian. Adapun cara yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

(49)

1. Wawancara

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada pelaksana kegiatan, yaitu Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) Kecamatan Purbolinggo, Ketua Unit Pengelola Kegiatan PNPM Mandiri Desa (UPK), Ketua Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Fasilitator Kecamatan (FK), dan masyarakat di Kecamatan Purbolinggo.

2. Kuisioner

Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang alternative jawabanya telah disediakan, kemudian responden diminta untuk memilih alternative jawaban yang menurutnya paling tepat.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen – dokumen atau arsip – arsip yang terdapat pada kantor atau lokasi penelitian sebagai pelengkap data yang telah dikumpulkan.

C. Penentuan Ukuran Sampel

(50)

1. Cluster Sampling

(51)
[image:51.595.121.518.115.536.2]

Tabel 3. Jumlah Pemanfaat PNPM Mandiri Desa Kecamatan Purbolinggo.

No. Nama Desa Jenis Kegiatan

Jumlah KK Pemanfaat

Jumlah KK Sampel Terpilih

1 Taman Asri Sarana/Prasarana 1321 29

2 Taman Sari Sarana/Prasarana 220 5

3 Taman Bogo Sarana/Prasarana 100 2

4 Taman Endah Sarana/Prasarana 270 6

5 Taman Dadi Sarana/Prasarana 205 5

6 Taman Fajar Sarana/Prasarana 84 1

7 Tegal Gondo Sarana/Prasarana 1300 29

8 Tanjung Intan Sarana/Prasarana 372 8

9 Tanjung Kesuma Sarana/Prasarana 47 1

10 Toto Harjo Sarana/Prasarana 1500 33

11 Tamnah Luhur Sarana/Prasarana 79 1

12 Tegal Yoso Sarana/Prasarana 250 6

13 Kampung Jawa Sarana/Prasarana 550 12

14 Sari Mukti Sarana/Prasarana 54 1

Jumlah 6352 139

1 Bangun Rejo Simpan Pinjam Perempuan 150 3 2 Linggo Dadi Simpan Pinjam Perempuan 467 9 3 Tegal Ombo Simpan Pinjam Perempuan 227 5 4 Purwo Kencono Simpan Pinjam Perempuan 152 3 5 Mukti Rahayu Simpan Pinjam Perempuan 412 8 6 Fajar Asri Simpan Pinjam Perempuan 152 3 7 Puro Mekar Simpan Pinjam Perempuan 84 2 8 Bamdar Agung Simpan Pinjam Perempuan 54 1 9 Bangun Rejo Simpan Pinjam Perempuan 240 5 10 Linggo Dadi Simpan Pinjam Perempuan 467 9 11 Tegal Ombo Simpan Pinjam Perempuan 435 9 12 Purwo Kencono Simpan Pinjam Perempuan 180 4 13 Mukti Rahayu Simpan Pinjam Perempuan 497 10

Jumlah 3517 71

Sumber : MAD Penetapan Usul PNPM Mandiri Desa Kecamatan Purbolinggo (2011) diolah

Dari Tabel 3 akan di cluster sampling menurut Jenis Kegiatan PNPM Mandiri Desa, yaitu jenis Sarana / Prasarana dan Simpan Pinjam Perempuan terhadap KK Pemanfaat Dana PNPM Mandiri Desa di Kecamatan Purbolinggo. Untuk jenis Sarana/Prasarana desa yang mendapat dana sebanyak 14 desa dengan 6352 KK, dan akan didapat jumlah sampel per desa sebanyak 10 KK.

(52)

desa dengan 3517 KK, dan akan didapat jumlah sampel per desa sebanyak 5 KK.

Dari 14 desa penerima dana bantuan PNPM Mandiri Desa menurut Jenis Sarana/Prasarana akan diambil sampel setengah dari jumlah desa penerima (50%) sehingga didapat 7 desa yang akan diambil sampelnya.

Untuk penentuan desa yang akan diambil sampel nya berdasarkan cara rendom. Kemudian akan diambil sampel sebanyak 10 KK per desa terpilih sehingga total sampel yang didapat menurtut jenis Sarana/Prasarana sebanyak 70 KK.

Untuk Sampel dari 13 desa penerima dana bantuan PNPM Mandiri Desa menurut Jenis Simpan Pinjam Perempuan akan diambil sampel setengah dari jumlah desa penerima (50%) sehingga didapat 6 desa yang akan diambil sampelnya. Untuk penentuan desa yang akan diambil sampel nya berdasarkan cara undian. Kemudian akan diambil sampel sebanyak 5 KK per desa terpilih sehingga total sampel yang didapat menurtut jenis Simpan Pinjam Perempuan sebanyak 30 KK.

Dari Jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan cluster sampling berdasarkan pendekatan proporsi terhadap jenis kegiatan yang didanai PNPM Mandiri Desa Kecamatan Purbolinggo adalah sebanyak 100 sampel.

2. Teknik Penentuan Sampling

(53)

kemudahan. Dalam memilih sampel, penelitian tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada ditempat. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sampel (man-on-the-street). Menurut Sugiyono (2004 :77) adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik ini biasanya dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya sehingga tidak dapat mengambil yang besar dan jauh. Keuntungan daripada teknik ini adalah terletak pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti (Arikunto, 2002).

Sampel dalam penelitian ini bukan hanya kaum perempuan saja, tetapi juga kaum laki-lakinya. Hal ini dikarenakan penulis juga melihat pada jumlah masyarakat yang hadir pada saat musyawarah desa, musyawarah antar desa dan musyawarah khusus perempuan. Sehingga adanya responden yang laki-laki walaupun yang menjadi pembahasan utamnya adalah dana Simpan Pinjam Perempuan.

D. Alat Analisis

(54)

survey dengan menggunakan kuisioner dan analsis tabel yang diperole dari rekapitulasi kuisioner yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif untuk memberikan pembahasan atas permasalaan yang ada.

Rekapitulasi kuisioner terdiri dari 5 alternatif jawaban, jawaban tersebut diberi skor secara berjenjang dari yang inggi sampai yang terendah.

 Nilai 1 untuk alternatif jawaban (Tidak Paham / Tidak Pernah / Tidak

Perlu Hadir) yang memiliki kategori sangat rendah

 Nilai 2 untuk alternatif jawaban (Kurang Paham / Kadang – kadang /

Kadang – kadang) yang memiliki kategori rendah

 Nilai 3 untuk alternatif jawaban (Cukup Paham / Pernah / Sekedar Hadir)

yang memiliki kategori sedang

 Nilai 4 untuk alternatif jawaban ( Paham / Sering / Perlu Hadir) yang

memiliki kategori tinggi

 Nilai 5 untuk alternatif jawaban ( Sagat Paham / Selalu / Sangat Perlu

Hadir) yang memiliki kategori sangat tinggi.

(55)

Kecamatan Natar. Apabila diintpretasikan maka bila skor rata-rata jawaban responden :

3,68 – 5,00 dinyatakan baik

2,34 – 3,67 dinyatakan kurang baik 1,00 – 2,33 dinyatakan tidak baik

E. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur Lokasi penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah Pemerintahan Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Purbolinggo sebelum pemekaran kabupaten, masuk ke Kabupaten Lampung Tengah dengan ibukota di Metro. Kecamatan yang terdiri dari 23 desaq hasil pemekaran, etnis

penduduknya adalah suku Jawa yang semula berasal dari Kolonisasi tahun 1926 di masa pemerintahan Hindia Belanda. WilayahPurbolinggo ini berbatasan dengan Kecamatam Sukadana. Kecamatan Bungur, Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Seputih Raman.

Pada tahun 1942 – 1943 pada masa penjajahan Jepang, Asisten Damang diubah menjadi Kecamatan dan dipakai oleh Fungunco (Pembantu Demang), pada tahun 1943 wilayah marga diubah menjadi daerah Asisten Widana yang dipimpin oleh seorang Asisten Widana dengan ibukotanya Sukadana.

(56)
[image:56.595.120.486.257.439.2]

Kabupaten Lampung Tengah. Mata pencaharian penduduk pada umumnya petani padi, karena wilayah ini sejak masa kolonisasi sudah tersedia irigasi primer yang merupakan satu kesatuan irigasi dari sungai sekampung. Selain itu mata pencaharian penduduk di Kecamatan ini adalah petani singkong dan jagung, artinya perekonomian penduduk di Kecamatan Purbolinggo umumnya pada sektor pertanian.

Tabel 4. Wilayah Kecamatan Purbolinggo meliputi 22 Desa NAMA DESA

1.Taman Asri 12.Tegal Yoso 2.Taman Sari 13. Kampung Jawa 3.Taman Bogo 14. Sari Mukti 4.Taman Endah 15. Bangun Rejo 5.Taman Dadi 16. Linggo Dadi 6.Taman Fajar 17. Tegal Ombo 7.Tegal Gondo 18. Purwo Kencono 8.Tanjung Intan 19. Mukti Rahayu 9.Tamjumg Kesuma 20. Fajar Asri 10.Toto Harjo 21. Puro Mekar 11. Taman Luhur 22. Bandar Agung Sumber : Monografi Kecamatan Purbolinggo, Tahun 2012

2. Keadaan Geografis

Secara Topografi Wilayah Kecamatan Purbolinggo dengan luas lebih kurang 250,88 km2 dengan daerah daratan yang merupakan daerah pertanian padi dan palawija, dengan status tanah 50 % melebihi tanah / ladang / tegal, 37,08 % dengan status tanah warga. Luas penggunaan tanah dalam wilayah Kecamatan Purbolinggo 12% tanah sawah yang merupakan sebagian besar sawah tadah hujan, 24 % merupakan perkebunan rakyat, 9 % perkebunan Negara.

(57)

3. Potensi Wilayah Purbolinggo

[image:57.595.112.528.172.423.2]

Wilayah Kecamatan Purbolinggo memiliki luas daerah 25.088 Ha. Berikut ini penjelasan tentang penggunaan lahan di Kecamatan Purbolinggo :

Tabel 5. Tata Guna Tanah di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2011

No Bentuk Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Tanah Sawah

- Sawah Irigasi Tadah Hujan 5.693 22,69 2 Tanah Kering

- Perkarangan / bangunan 1.246 4,97

- Ladang 835 3,33

- Perkebunan Negara 10.102 40,27 - Perkebunan Rakyat 3.997 15,93

3 Tanah Basah Kolam 25,5 0,10

4 Tanah Industri 2.186 8,71

5 Pertokoan 10 0,04

6 Perkantoran 477 1,90

7 Pasar 20 0,08

8 Tanah Wakaf 384,5 1,53

9 Lain – lain 112 0,45

Jumlah 25.088 Ha 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Purbolinggo, Tahun 2012

4. Keadaan Demografi Kecamatan Purbolinggo

Penduduk Kecamatan Purbolinggo terdiri dari suklu jawa dan beberapa suku lainnya, ditahun 2011 jumlah penduduknya sebanyak 149.047 jiwa.

(58)

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

pembangunan Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu kaitan antara tingkat pendidikan dengan kesempatan kerja merupakan hubungan yang sangat erat dimana dalam dasawarsa ini banyak dipermasalahkan akan kebutuhan tenaga kerja yang terampil sesuai dengan bidang yang tersedia.

[image:58.595.127.506.440.583.2]

Pendidikan juga merupakan salah satu indikator tingkat kemiskinan, dilain pihak pendidikan akan meningkatkan produktivitas kerja. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Wilayah Purbolinggo digolongkan sebagai berikut :

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Belum Sekolah 40.574 27,22

2 Tamat Taman Kanak - kanak 18.251 12,25

3 Tamat Sekolah Dasar 35.631 23,91

4 Tamat Sekolah Menengah Pertama 24.862 16,68 5 Tamat Sekolah Menengah Atas 23.507 15,77

6 Tamat Akademi 3.272 2,19

7 Tamat Perguruan Tinggi 2.95 1,98

Jumlah 149.047 100,00

Sumber : Monografi Kecamatan Purbolinggo, Tahun 2012

(59)

Menengah Pertama berjumlah 24.862 jiwa atau sebesar 16,68% kemudian untuk Tamat Sekolah Menengah Atas berjumlah 23.057 jiwa atau sebesar 15,77%. Untuk penduduk yang Tamat Akademi (D1-D3) berjumlah 3.272 jiwa atau sebesar 2,19% sedangkan untuk yang Tamat Perguruan Tinggi berjumlah 2.950 jiwa atau 1,98% dari jumlah penduduk.

6. Mata Pencaharian Penduduk

[image:59.595.118.512.513.731.2]

Wilayah Purbolinggo yang terdiri dari 22 desa dengan jumlah penduduk 149.047 jiwa pada tahun 2011, dengan pertambahan penduduk rata – rata tiap tahunnya sebesar 1,8%. Mata pencaharian penduduk WilayahPurbolinggo sebagian besar disektor pertanian dan selebihnya disektor lainnya. Untuk lebih jelasnya, mata pencaharian penduduk di wilayah Purbolinggo dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2011

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Pertanian 23.673

2 Industri / Usaha sedang / kecil 3.516

3 Pegawai Negeri Sipil 2.878

4 Pengrajin Industri Kecil 492

5 Buruh :

- Buruh Tani 874

- Buruh Bangunan 3.753 - Buruh Industri 11.130 - Buruh Perkebunan 1.380

6 Pedagang 982

7 Pengangkutan 315

8 ABRI 877

9 Pensiunan 415

10 Peternakan 13.515

(60)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai partisipasi masyarakat penerima dana bantuan dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberayaan Masyarakat Mandiri Desa di Kecamatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat termasuk seluruh unsur pelaksana PNPM Mandiri di Kecamatan Purbolinggo yang menerima bantuan PNPM Mandiri tahun 2010 – 2011 sangat baik. Hal ini dinilai dari pemahaman masyarakat terhadap PNPM Mandiri itu sendiri sudah baik 91% menyatakan sangat paham sekal dengan skor rata-rata 4,88 atau pada klasifikasi jawaban baik dan sisanya menyatakan paham terhadap PNPM Mandiri Desa sehingga partisipasi yang diikuti masyarakat dalam tahapan – tahapan PNPM mandiri seperti perencanaan, implementasi program dan pelestarian program.

(61)

pada klasifikasi jawaban baik. Hasil temuan ini menunjukan bahwa masyarakat sebenarnya mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan desa jika mereka diberikan kesempatan untuk membangun desanya sendiri.

3. Pelaksanaan PNPM Mandiri Desa pada tahap ini dinilai baik. Hal tersebut karena masyarakat desa merasa adanya proses pembelajaran dalam

pembangunan. Masyarakat terlibat dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pelestarian dan evaluasi sehingga tercapailah arahan pemerintah yang mengharapkan adanya pembangunan yang menganut bottom up planning.

4. Pada tahap implementasi masyarakat dilibatkan secara penuh sebagai pelaksana kegiatan. Indikatornya terlihat dari tingginya angka partisipan yang ikut serta dalam pelaksanaan proyek pembangunan sarana dan prasarana fisik di desa mereka. Begitu pula dalam tahap pelestarian masyarakat merasa sangat perlu dilakukan pelestarian sarana dan prasaran fisik tersebut. Hal ini terlihat dalam persentase jawaban responden tentang tanggapan terhadap partisipasi masyarakat dalam tahap pelestarian yang menyatakan 89% menyatakan sangat perlu hadir, dengan skor rata-rata 4,89 atau berada dalam klasifikasi jawaban baik dan sisanya 11%

menyatakan pelu hadir. Mereka menganggap perlu upaya pelestarian yang dilakukan secara kontinyu untuk menjaga nilai guna dari sarana dan prasarana tersebut.

(62)

sangat tinggi 89% responden menyatakan manfaat PNPM Mandiri Desa sangat dirasakan oleh mereka dengan skor rata-rata 4,89 atau berada dalam klasifikasi jawaban baik, sedangkan sisanya 11% menyatakan cukup dirasakan. Hal tersebut disebabkan skala prioritas sangat diutamakan pembangunan yang dilaksanakan sangat sesuai dengan harapan masyarakat desa.

6. Tingginya tingkat partisipasi FK/FT atau PjOK beserta aparatur desa dalam membantu PNPM Mandiri ditunjukan oleh tingginya peran FK/FT atau PjOK beserta aparatur desa dalam mensosialisasikan kepada

masyarakat di desanya. 87% responden menyatakan aparatur desa selalu aktif dalam mensosialisasikan dan memfasilitasi Musyawarah Desa dengan skor rata-rata 4,87atau berada dalam klasifikasi jawaban baik. 7. Dari analisis Ekonomi (Analisis Manfaat – Biaya) untuk satu kasus, dalam

hal ini adalah perkerasan jalan sepanjang 1 Km di Desa Beranti Raya diperoleh angka 1,17 yang mengandung arti bahwa proyek PNPM Mandiri dapat dilanjutkan karena BC Rationya adalah lebih besar dari 1.

B. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan simpulan yang diperoleh maka dapat diajukan saran sebagai masukan bagi para pengambil kebijakan, pelaksana pemerintahan dan masyarakat sebagai berikut : 1. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah seharusnya memprioritaskan

(63)

pelatihan tentang organisasi, keilmuan, dan kewirausahaan. Pembinaan Sumber Daya Manusia ini sangat penting mengingat selama kegiatan PNPM berlangsung masayarakat, apartur desa, dan tim pelaksana PNPM Mandiri aktif berpartisipasi dalam program PNPM Mandiri tersebut. Tingginya partisipasi ini harus didukung oleh kemampuan Sumber Daya Manusia yang baik. Tujuannya agar diperoleh hasil yang optimal dari program yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

(64)

Arsyad, Lincoln. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta

Bappeda, 2012 Kabupaten Lampung Timur Laporan Tahunan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan dan Desa di Lampung Timur. Departemen Dalam Negeri Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Dan

Desa. PTO Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Indonesia

Emidayenti,2009. Analisis Implementasi Bantuan Dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Program Pengembangan Kecamatan (PNPM) di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus di Desa Serdang Kecamatan Tanjung Bintang). Universitas Lampung. Lampung

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Prencanaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Keputusan Mentri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 25 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri)

Lampung Timur Dalam Angka 2012. Kantor Statistik Kabupaten Lampung Timur.

Nasir,Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta

Ndraha, Taliziduhu. 1994. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Bina Aksara. Jakarta

Proyeksi. 2007. Media Informasi Bappeda Provinsi Lampung. Bappeda Lampung. Lampung

Rakhmawati, Rizka. 2008. Analisis Pengelolaan Dana Program Pengembangan Kecamatan (PKK) Dalam Upaya Peningkatan Pembangunan Di

(65)

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2001. Manajemen Proyek Edisi 5. BPFE – Yogyakarta. Yogyakarta

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3S. Jakarta

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kecamatan Penerima Dana PNPM Mandiri Desa Provinsi
Tabel 2. Tingkat Perkembangan Desa di Kecamatan Purbolinggo 2011.
Tabel 3.  Jumlah Pemanfaat PNPM Mandiri Desa Kecamatan Purbolinggo.
Tabel 4.  Wilayah Kecamatan Purbolinggo meliputi 22 Desa
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan program pemberdayaan perempuan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan merupakan sebuah program pemberdayaan yang ditujukan untuk

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dan partisipasi masyarakat di Desa

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di desa Sooka Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan sejak tahun 2007 yang dimulai dengan

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Bidang Infrastruktur

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) diakses dari www.pnpm-mandiri.com pada 9 desember 2012.. Prinsip Dasar

25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri). Selain itu PNPM Mandiri Pedesaan adalah salah satu upaya pembangunan manusia

judul “Analisis Pengaruh Pemanfaatan Dana Pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM – MP) Kota

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Desa Pulau Sapi Kecamatan Mentarang Induk Kabupaten Malinau pada kegiatan yang mencakup