• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANFAAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI BAGI MASYARAKAT (Studi di Desa Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MANFAAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI BAGI MASYARAKAT (Studi di Desa Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS MANFAAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI BAGI MASYARAKAT

(Studi di Desa Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

YAN KURNIAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengetahuan masyarakat terhadap PNPM Mandiri, menjelaskan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, dan menganalisis manfaat dari PNPM Mandiri bagi masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Informan diambil secara purposif, antara lain: perangkat desa, OMS (Organisasi Masyarakat Setempat) PNPM Mandiri, fasilitator PNPM Mandiri, tokoh masyarakat, dan masyarakat Kampung Totokaton. Penelitian ini dilakukan di Kampung Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Analisa data dilakukan dengan menggunakan model interaktif Milles dan Huberman, yaitu: melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan, pertama, masyarakat Kampung Totokaton relatif mengetahui pelaksanaan PNPM Mandiri di Kampung Totokaton mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PNPM Mandiri. Kedua, partisipasi masyarakat Kampung Totokaton juga tinggi dilihat dari peranserta dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan PNPM Mandiri ini. Ketiga, manfaat PNPM Mandiri ini telah sesuai dengan apa yang diharapakan masyarakat Kampung Totokatan. Yaitu perbaikan sarana dan prasarana kampung, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan mewarisakan stimulant berupa modal sosial untuk pembangunan masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial, budaya dan kemandirian di Kampung Totokaton

(2)

.

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE BENEFIT OF NATIONAL PROGRAM FOR COMMUNITY EMPOWERMENT (PNPM MANDIRI)

FOR THE COMMUNITY

(A study in in Totokaton village, District Punggur, Central Lampung Regency)

Oleh:

YAN KURNIAWAN

This study aims to explain the public's knowledge of the National Program for Community Empowerment (PNPM Mandiri), their participation in its implementation, and to analyze the benefits of PNPM Mandiri for the community. The method used in this study is a qualitative research method. Data collection techniques used was observation, interview, and literature study. Informants are purposively taken, such as; village officials, Local Public Organizations PNPM Mandiri, PNPM facilitators, community leaders, and people of Totokaton. This research was conducted in Totokaton village, District Punggur, Central Lampung regency. Data analysis was done by using an interactive model of Miles and Huberman through data reduction, data presentation, and conclusions drawing. The results of the research show that; First, the people of Totokaton Village relatively know the implementation of PNPM Mandiri ranging from planning, implementation and evaluation of PNPM Mandiri. Second, public participation is also high. It can be seen from their participation in the planning, implementation, and supervision of this PNPM Mandiri. Third, the benefit of this PNPM Mandiri is in accordance of Totokaton people; improving village infrastructure, enhancing community participation in the implementation of village development, and bequeathing stimulants as a social capital for the development of the growing community in accordance with the potential of social, cultural, and independence in Totokaton village.

(3)

ANALISIS MANFAAT PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI BAGI

MASYARAKAT

(Studi di Desa Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh: Yan Kurniawan

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Yan Kurniawan dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 07 September 1989 yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara buah

cinta Bapak Ruswanto dan Ibu Towiyah.

Pendidikan formal yang penulis tempuh di mulai pada saat berusia 5 tahun, yaitu bersekolah di TK Aisyah Tanjung Kejawen Kampung Totokaton Kecamatan Punggur selama 2 tahun, lalu melanjutkan pendidikan dasar pada SDN 03

Totokaton dan lulus pada tahun 2002. Setelah lulus dari SD, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Punggur dan lulus tahun 2005. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Kota Metro pada tahun 2005 dan lulus tahun

2008. Pada tahun 2008, penulis kemudian melanjutkan lagi pendidikannya pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasinal Penerimaan Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri) yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung.

Selama proses kuliah penulis pernah aktif di berbagai organisasi dan pernah

(8)

Alhamdulill

ah Ya Allah…

Rasa syukur terindah atas segala limpahan karunia yang tiada

ujungnya

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk kedua

orangtuaku tercinta Ayahanda Ruswanto dan Ibunda

Towiyah, yang selalu mendoakan, memberikan cinta dan kasih

sayang serta pengorbanan yang tiada henti…

.

Adekku tercinta Dina Rovikas dan Dini Rowika yang tiada

henti memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan

kepada penulis….

Sahabat-sahabat terbaikku yang menjadi

inspirasi dan motivator luar biasa dalam hidupku

(9)

MOTO

The shortest distance between two points is under construction.

(Noelie Alito)

(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

A obb ’ , A SWT g

memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Manfaat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Bagi Masyarakat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(11)

berikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. I Gede Sidemen. M.Si selaku Pembimbing Akademik sekaligus pembahas dosen, terimakasih banyak atas segala saran dan

bimbingan selama menjadi mahasiswa dan selama proses penyelesaian skripsi ini.

5. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen sosiologi yang telah

banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Ibu Erna, Ibu Dewi, Ibu Paraswati, Ibu Erna, Ibu Vivit, Ibu Yuni, Pak Ben,

Pak Gun, Pak Bintang, Pak Ikram, Pak Suwarno, Bung Pay, Pak Fahmi Pak Hartoyo, Pak Sani. Terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.

6. Kepada seluruh keluarga besarku yang tercinta, tiada henti hentinya memberikan semangat dan dukungan, Bapakku Ruswanto dan Ibuku Towiyah, Adekku si kembar Dina Rovika, Dini Rovika. Saudaraku Angga,

Agung, dan Iir.

7. Sahabat yang sudah seperti keluargaku Budi, Radit, Feri, Asep, Efrijal,

Nardy, Kang Pret, Sarif , Iqbal (yang ngerevisi abstrak) Kijing, Safitri, Muya. Okta, Muti, Vivo, Devira, Ica dan Intan, suka duka bersama, terimakasih sudah jadi bagian dari perjalanan hidup saya. (kalian Semua

(12)

tetep lah jadi clan nguyen yang anti selebtweet.

9. Sahabat-sahabat di PORSETA Pulung, Fajar, Ekky, Novi, Eko, dll. Mari bermain sepakbola bersama lalu sejenak melupakan masalah dunia.

10.Sosiologi 2008 Zikri, Irsyad, Arwin, Renfil, Panji, Eliza, Cia dll yg sudah lama jadi sarjana, Grace yang masih mau tetep saya repotin, Saddam, Mijwad, Hendi, Lova, Nino, Tori mari kita berjuang biar jadi sarjana.

11.Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf dan semoga skripsi ini dapat diterima di masyarakat. Harapan

penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

(14)

A. Tipe Penelitian ... 31

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 38

4.1.Lokasi dan Kondisi Geografis ... 38

4.2.Kondisi Demografi ... 40

4.3.Kelembagan Kampung ... 45

4.4.Gambaran Pelaksanaan PNPM M di Kampung Totokaton ... 46

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Analisi Manfaat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri bagi Masyarakat ... 48

1. Pengetahuan Masyarakat Tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ... 49

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman 1. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Sumatra, 2012 ... 3 2. Presentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten / Kota

di Provinsi Lampung, 2005 – 2009 ... 4 3. Realisasi Dana Bantuan PNPM-MP untuk Masing-Masing

Kampung di Kecamatan Punggur, Tahun 2010 ... 11

4. Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut

Jenis Kelamin, Tahun 2013 ... 40

5. Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut Agama,

Tahun 2013 ... 41

6. Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut Kelompok

Usia, Tahun 2013 ... 42

7. Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut Kelompok

Tenaga Kerja, Tahun 2013 ... 42

8. Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut

Tingkat Pendidikan, Tahun 2013 ... 43

9. Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut

Mata Pencarian, Tahun 2013 ……… 44 11. Program Jangka Menengah Kampung Totokaton, Tahun 2012 ... 46 12. Bentuk Sumbangan Pemikiran dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri

di Kampung Totokaton, Tahun 2013 ... 69

12. Bentuk Sumbangan Masyarakat dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman Gambar 1. Kegiatan Sosialisai Musyawarah PNPM M

Di Kampung Totokaton... 50 Gambar 2. Kegiatan Sosialisai Rembug Pelaksanaan Fisik

PNPM M Di Kampung Totokaton ... 51 Gambar 3. Partisipasi Perempuan dalam Pelaksanaan PNPM M

Di Kampung Totokaton ... 64 Gambar 4. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan PNPM M

Di Kampung Totokaton... 71 Gambar 5. Hasil dari Pelaksanaan PNPM M

Di Kampung Totokaton ... 74

Gambar 6. Hasil dari Pelaksanaan PNPM M

Di Kampung Totokaton ... 75

Gambar 7. Hasil dari Pelaksanaan PNPM M

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara

adil dan merata. Pembangunan di Indonesia menghadapi kenyataan masih luasnya kemiskinan terutama di pedesaan. Kemiskinan berkaitan erat dengan rendahnya pendapatan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup

pokoknya. Pada umumnya di negara berkembang, pendapatan yang rendah dan kemiskinan merupakan masalah utama dalam pembangunan. Dengan demikian, dalam tujuan pembangunan kedua hal tersebut selalu dinyatakan bersamaan

menjadi satu kalimat, yaitu peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan (Suhardjo, 1997).

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional.

Berkaitan dengan kompleksnya masalah kemiskinan tersebut, Hendro Priyono (dalam Prayitno dan Arsyad, 1987:36) mengingatkan bahwa setidaknya ada tiga

(18)

multi-dimensional, artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka

kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi (1) aspek primer yang berupa miskin akan asset, organisasi sosial dan

politik, dan pengetahuan dan keterampilan: (2) aspek skunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber keuangan, dan informasi. Kedua, aspek-aspek kemiskinan itu saling berkaitan, baik secara langsung ataupun tak langsung.

ketiga, yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Perlu diketahui bahwa pengentasan kemiskinan selalu menjadi kebijakan utama

yang dijalankan pemerintah Indonesia. Pada awal kemerdekaan, bangsa ini telah menempatkan rakyat sebagai subjek terhormat dalam sistem ekonomi Indonesia.

Rakyatlah yang dibangun, bukan sekedar ekonominya saja. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi sekarang ini, pembangunan yang tidak merata dan tidak sesuai dengan apa yang diamanatkan negara, sehingga menyebabkan

kemiskinan menjadi salah satu masalah utama di Indonesia.

Kemiskinan bukan hanya permasalahan ekonomi semata, tetapi lebih merupakan hasil akhir dari interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, politik dan budaya. Untuk

mengatasi permasalahan ini sangat diperlukan program pemberdayaan. Pemberdayaan akan dapat membentuk kekuatan yang memungkinkan masyarakat

dapat bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri.

Permasalahan utama dalam pengentasan kemiskinan adalah bagaimana memperkuat kemampuan masyarakat lapisan bawah yang masih dalam kondisi

(19)

partisipasi, dan demokratisasi. Persoalan ini begitu melekat dalam kehidupan

masyarakat.

Penanganan kemiskinan yang sangat rumit akan membutuhkan perhatian dan

penanganan semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Penanganannya selama ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dari masyarakat dan dunia usaha pada umumnya juga belum optimal. Rasa sosial dalam kehidupan

masyarakat yang dapat menjadi sumber penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur. Maka itu diperlukan perubahan

yang menyeluruh dan bersifat sistemik dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan menjadi permasalahan yang dihadapi disetiap provinsi yang ada di

Indonesia, begitu juga di provinsi-provinsi yang ada di pulau Sumatera seperti pada table 1.1, yang memaparkan data presentase penduduk miskin menurut provinsi di Sumatera.

Tabel 1.1 Presentase Penduduk Miskin menurut Provinsi di Sumatera, Maret 2012

Propinsi Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Kampung Kota+Kampung

Sumatera Selatan 14.16 13.57 13.78

Bengkulu 17.18 17.94 17.70

Lampung 12.00 17.63 16.18

Bangka Belitung 3.95 7.06 5.53

Kepulauan Riau 7.15 6.94 7.11

(20)

Table 1.1 secara umum menyajikan data presentase penduduk miskin menurut

provinsi di Sumatera. Dan di table 1.2 secara khusus menyajikan data presentase penduduk miskin di Provinsi Lampung

Tabel 1.2 Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Lampung, 2005 - 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung, 2012

Tabel 1.2 menunjukan terjadinya penurunan presentase penduduk miskin di Provinsi Lampung, dari 20, 93% di tahun 2008 menjadi 19,34% di tahun 2009, dan di tahun 2012 ini menurun kembali menjadi 16,18%. (Tabel 1.1), dari total

penduduk di Lampung yang mencapai 7,6 juta jiwa. Walaupun mengalami penurunan, tapi angka kemiskinan di Provinsi Lampung masih cukup tinggi,

(21)

dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah daerah saat ini terus berupaya

menurunkan angka kemiskinan dengan program-program yang juga diselaraskan dengan program pemerintah pusat.

Perubahan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai sebagai hak dan

wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut kebijakan dan kemampuan sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat telah membuka peluang dan kesempatan luas bagi daerah untuk merekonstruksikan format penyelenggaraan pemerintahan lokal yang sesuai

dengan karakteristik masyarakat setempat.

Format baru dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan lokal yang merupakan reformasi dari sistem sebelumnya semestinya dibangun di atas tatanan

budaya, adat-istiadat, dan nilai-nilai lokal yang dapat memberikan ruang publik untuk berpartisipasi dan akses dalam politik lokal yang bertumpu pada semangat egaliterian dalam kehidupan masyarakat madani.

Dalam rangka memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya, diperlukan perencanaan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait untuk memecahkan

masalah yang ada. Sementara itu masalah ekonomi kerakyatan Indonesia hingga saat ini merupakan hal yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan oleh faktor sumber daya manusia dan faktor penunjang lainnya yang kurang memadai bagi

(22)

Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan

lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari persiapan, perencanaan partisipatif, pelaksanaan kegiatan, monitoring, evaluasi,

pelaporan, dan sosialisasi (Rural Infrastructure Support-PNPM Mandiri, 2011). Sebagaimana kita ketahui, sebelum diluncurkannya PNPM Mandiri pada tahun

2007, telah banyak program-program penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat (community development)

sebagai pendekatan operasionalnya. Dimulai dari program yang paling terkenal di masa Pemerintahan Orde Baru, adalah program IDT (Inpres Desa Tertinggal) yang dimulai pada tahun 1993/1994 (awal Repelita VI). Program ini merupakan

manivestari dari Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan. Program IDT dilaksanakan dengan memberikan bantuan modal usaha berupa dana bergulir kepada lebih 20 ribu desa tertinggal

dengan dana sebesar Rp. 20 juta setiap tahun. Bantuan dana bergulir ini diberikan selama 3 tahun anggaran. Sejalan dengan bantuan dana bergulir tersebut,

pemerintah juga memberikan bantuan teknis pendampingan yang memberikan bantuan teknis kepada masyarakat desa dalam rangka pemanfaatan dana bergulir tersebut (www.pnpm-perkampungan.or.id/pedomanumum).

Belajar dari keberhasilan dan kegagalan IDT, kemudian lahir generasi kedua program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yakni

(23)

Negeri (1998), P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan) yang

dilaksanakan Departemen Pekerjaan Umum (1999), PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) yang dilaksanakan Departemen Kelautan dan

Perikanan, KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang dilaksanakan Departemen Sosial, dan lain-lain. Program-program tersebut berjalan sendiri-sendiri menurut kebijakan Departemen yang bersangkutan, tidak terintegrasi, parsial, dan sektoral.

Program-program sebelum Progam Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri hanya menjadikan masyarakat sebagai objek dari pembangunan, sehingga

tujuan dari pembangunan seutuhanya belum mampu tercapai. Tapi dengan Pelaksanaan PNPM Mandiri yang menjadikan masyarakat sebagai subjek dari

pembangunan, diharapkan target pencapaian tujuan pembangunan milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) dapat terlaksana. Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan

membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut (www.pnpm-perkampungan.or.id/pedomanumum).

Keputusan yang diambil dalam pengalokasian dana APBN untuk pembangunan

selalu didominasi oleh kebijakan-kebijakan pengentasan kemiskinan. PNPM Mandiri merupakan salah satu diantara upaya untuk meningkatkan kesejahteraan.

PNPM Mandiri dilakukan karena penanggulangan kemiskinan tidak dapat dilakukan sepotong-sepotong. Dimana masyarakat bukan sebagai objek, melainkan sebagai subjek pembangunan.

Sasaran dari PNPM Mandiri merupakan upaya meningkatkan pendapataan masyarakat. Tujuan umum dari pelaksaan PNPM Mandiri pada dasarnya adalah

(24)

secara mandiri, mempercepat penanggulangan kemiskinan, serta meningkatkan

kemampuan kelembagaan masyarakat dan aparat kampung yang ditempuh melalui pemberian modal usaha untuk mengembangkan kegiatan usaha ekonomi produktif

dan membangun sarana dan prasarana yang mendukung pembangunan di perkampungan. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan patisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan usaha

ekonomi masyarakat desa untuk:

a Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,

kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan di dalam proses pengambilan

keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif, dan akuntabel.

c Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program, dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

d Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan

kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

e Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas

(25)

f Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya, serta untuk melestarikan kearifan lokal.

g Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi dan

komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat (www.pnpm-mandiri.org). Ada beberapa kriteria desa tertinggal yang dapat dijadikan ukuran untuk mendapatkan bantuan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri, yaitu: 1. Jalan utama desa.

2. Lapangan usaha mayoritas penduduk. 3. Fasilitas pendidikan.

4. Fasilitas kesehatan. 5. Tenaga kesehatan. 6. Sarana komunikasi.

7. Kepadatan penduduk per km2. 8. Sumber air minum/masak penduduk. 9. Sumber bahan bakar penduduk.

10. Persentase rumahtangga pengguna listrik.

11. Persentase rumahtangga yang bekerja disektor pertanian.

12. Keadaan sosial ekonomi penduduk.

13. Kemudahan mencapai puskesmas/fasilitas kesehatan lain. 14. Kemudahan ke pasar permanen.

15. Kemudahan mencapai pertokoan. (www.pkk.or.id)

(26)

yang pantas menerima bantuan dana PNPM Mandiri. Kondisi infrastuktur

kampung yang kurang memadai seperti jalan kampung membuat penjualan dan distribusi hasil pertanian menjadi terhambat, yang akhirnya menyebabkan aktifitas

perkonomian di Kampung Totokaton menjadi terganggu. Aktifitas perekonomian yang tidak sehat menyebabkan pendapatan masyarakat Kampung Totokaton menjadi terganggu dan pada akhirnya berdampak pada tingkat kesejahteraann

masyarakat Kampung Totokaton tidak berkembang secara maksimal.

PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua kegiatan penanggulangan

kemiskinan yang diusulkan dan disepakati oleh masyarakat, yang meliputi penyediaan dan perbaikan prasarana atau sarana lingkungan pemukiman,

prasaran/sarana sosial dan ekonomi secara padat karya, kegiatan terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal melalui penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha,

manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata kepemerintahan yang baik (www.pnpm-mandiri.org).

Melihat kenyataan di atas perlu adanya badan atau program pemerintah yang

dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat Kampung Totokaton dalam menghadapi masalah-masalah yang ada. Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah salah satu solusi untuk masalah pembangunan di Kampung Totokaton. Karena Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri adalah program pemerintah yang bertujuan untuk

(27)

PNPM Mandiri ini dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan No.25/KEP/MENKO/KESRA/VII/2007 tentang Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri. Pencairan dana bantuan PNPM Mandiri dari pusat ke Kecamatan Punggur sebesar Rp 1.500.000.000,- yang dialokasikan ke 6 kampung di Kecamatan Punggur. Besar atau kecilnya dana bantuan untuk

masing-masing kampung ditentukan berdasarkan usulan dari masing-masing kampung, sedangkan jumlahnya ditentukan melalui Musyawarah Antar Kampung

(MAD). Jumlah dana bantuan PNPM Mandiri ditentukan berdasarakan azas manfaat yang akan timbul dalam kegiatan PNPM Mandiri, yang kemudian

diperkuat dengan dukungan dari kampung lain. Dana bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Kecamatan Punggur pada tahun anggaran 2010 adalah sebagai berikut

Tabel 1.3. Realisasi Dana Bantuan PNPM-MP untuk Masing-masing Kampung di Kecamatan Punggur pada Tahun 2010.

Kampung Dana Bantuan (Rp)

Data pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Kampung Totokaton Kecamatan

(28)

Mandiri di Kampung Totokaton diarahkan pada pembangunan sarana dan

prasarana.

PNPM Mandiri di Kampung Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah telah berjalan sejak pertengahan tahun 2011, pembangunan yang terlaksana semuanya dalam wujud infrastruktur mulai dari perbaikan jalan, pembangunan jembatan, dan pembuatan/perbaikan gorong-gorong.

Telah banyak program dan kebijakan pengetasan kemiskinan yang telah dijalankan oleh pemerintah yang dampaknya menyebabkan kelompok masyarakat

mengalami ketergantugan saat program dan kebijakan pembangunan telah berakhir. Ini disebabkan karena mekanisme proses pembangunan yang salah

menyebabkan kemandirian masyarakat tidak terbangun. Tapi melalui PNPM Mandiri, dengan mekanisme proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat dapat ditumbuhkembangkan, sehingga menjadikan

masyarakat bukan sebagai obyek melainkan subyek dalam upaya peningkatan kesejahteraan. PNPM Mandiri menjadikan masyarakat sebagai subyek utama sasaran program, baik secara invidual, kelompok kegiatan, maupun secara

institusional sebagai pelaku pengelola kegiatan.

Pemberdayaan masyarakat menjadi fokus dalam PNPM Mandiri, masyarakat

dibantu untuk mampu menjalankan proses pembangunan dimulai dari perencanaan, pengelolaan pelaksanaan, dan pasca program. Melalui PNPM Mandiri, masyarakat diharapkan mampu memberdayakan diri mereka sendiri

(29)

Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis berkeinginan

untuk meneliti manfaat PNPM Mandiri bagi masyarakat di Kampung Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah dalam penelitian ini. dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana pengetahuan masyarakat Totokaton terhadap PNPM Mandiri? 2) Bagaimana keterlibatan masyarakat Totokaton dalam pelaksanaan PNPM

Mandiri?

3) Apa saja manfaat PNPM Mandiri bagi masyarakat Totokaton?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk menjelaskan pengetahuan masyarakat Totokaton terhadap PNPM

Mandiri

2) Untuk menjelaskan keterlibatan masyarakat Totokaton dalam pelaksanaan PNPM Mandiri

(30)

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang sudah diungkapkan di atas, maka diharapkan penelitian ini mendatangkan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan tentang bagaimana pengembangan konsep-konsep mengenai pembangunan masyarakat,

khususnya yang berhubungan dengan strategi pemberdayaan masyarakat dan matakuliah Sosiologi Pembangunan.

b Dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti berikutnya yang mengkaji permasalahan yang sama.

2. Secara Praktis

Manfaat secara praktis dapat dijabarkan seperti di bawah ini:

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PNPM Mandiri

1. Pengertian PNPM Mandiri

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama

yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah:

a) PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan

melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan

kemiskinan yang berkelanjutan.

b) Pemberdayaan masyarakat adalah upaya menciptakan atau meningkatkan

kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan

keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil

(32)

2. Tujuan PNPM Mandiri.

a. Tujuan umum adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam

pengambilan keputusandan pengelolaan pembangunan. b. Tujuan Khusus.

 Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin,

kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat

lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

 Meningkatnya kapasitas kelembagaan yang mengakar, representatif dan

akuntable.

 Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan

penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

 Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian

masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dala menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

 Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan

potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

(33)

komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat (Petunjuk Teknis PNPM

Mandiri Perdesaan 2008:1-2).

3. Pendekatan dan Ruang Lingkup PNPM Mandiri

a). Pendekatan Program PNPM Mandiri

Pendekatan atau upaya-upaya nasional dalam mencapai tujuan program dengan

memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:

1. Menggunakan kecamatan sebagai fokus program untuk

mengharmonisasikan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian program. 2. Memposisikan masyarakat sebagai penentu atau pengambil kebijakan dan

pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.

3. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan

karakteristik sosial, budaya dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri dari atas pembelajaran, kemandirian dan keberlanjutan (pnpm-mandiri.org).

b). Ruang Lingkup PNPM Mandiri

Ruang lingkup kegiatan PNPM Mandiri pada dasarnya terbuka bagi semua

kegiatan penanggulangan kemiskinan yang diusulkan dan disepakati masyarakat, meliputi:

1. Penyediaan dan perbaikan prasarana atau sarana lingkungan pemukiman,

sosial dan ekonomi secara kegiatan padat karya.

2. Penyediaan sumber daya keuangan melalui dana bergulir dan kredit mikro

(34)

yang lebih besar diberikan bagi kaum perempuan untuk memanfaatkan

dana bergulir ini.

3. Kegiatan terkait peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama yang

bertujuan mempercepat pencapaian target MDGs.

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah lokal melalui

penyadaran kritis, pelatihan ketrampilan usaha, manajemen organisasi dan keuangan, serta penerapan tata pemerintahan yang baik (pnpm-mandiri.org).

4. Komponen Program dalam PNPM Mandiri

Rangkaian proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui komponen

program sebagai berikut: a). Pengembangan Masyarakat

Komponen Pengembangan Masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk

membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif dan pengorganisasian, pemanfaatan sumber daya, dan

pemanfaatan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran

masyarakat, pengembangan relawan, operasional pendampingan masyarakat dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi, dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan

(35)

a) Bantuan Langsung Masyarakat

Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk

membiayai kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan terutama masyarakat miskin.

b) Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal

Komponen Peningkatan Kapasitas Pemerintah dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan yang meningkatkan kapasitas pemerintah daerah

dan pelaku lokal atau kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi

masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini diantaranya seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang

dilakukan secara selektif, dan sebagainya.

c) Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program

Komponen ini meliputi kegiatan uuntuk mendukung pemerintah dan

berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi dan

(36)

B. Masyarakat Desa 1. Pengertian Masyarakat

Ada beberapa pengertian mengenai masyarakat :

a). Menurut Selo Sumardjan (1915-2003)

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Soemardjan, dkk. 1994).

b). Menurut Karl Marx (dalam Lawang, 1986

Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau pengembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

Pengertian desa menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, yaitu :

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten/Kota, sebagai

mana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Masyarakat Perdesaan

Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan rural community, dan urban community. Warga suatu

masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk

(37)

adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata, pembuat gula bahkan tukang catut

(ingat sistem “ijon”), akan tetapi inti pekerjaan penduduk adalah pertanian.

Pekerjaan-pekerjaan di samping pertanian, hanya merupakan pekerjaan-pekerjaan

sambilan saja, oleh karena bila tidak masa panen atau masa menanam padi, pekerjaan-pekerjaan sambilan tadi segera ditinggalkan.

C. Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Mudrajad (2000:103) mendefinisikan kemiskinan sebagai seseorang atau

sekelompok orang yang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minima standar hidup tertentu.

Beberapa ahli lain mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang serba

kekurangan dalam mendapatkan sumber pendapatan untuk hidup minimum dan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar

(Tumanggor, Suparlan dalam Misbach, 2004:4).

Kemiskinan dapat dikatakan sebagai suatu hambatan dalam pembangunan, karena kemiskinan merupakan masalah keterbelakangan ekonomi suatu negara (M.L

Jhingan, 1996:42). Kemiskinan dapat mengakibatkan masyarakat di suatu negara terutama di negara sedang berkembang tidak mempunyai akses yang cukup untuk

memasuki sektor riil, baik sebagai pekerja maupun sebagai pelaku bisnis lainnya. Karena itu sangat diperlukan suatu upaya penanggulangan agar seluruh

masyarakat dapat memasuki pasar kerja.

(38)

akademisi maupun praktisi. Ilmu kemiskinan dari hari kehari berkembang sesuai

dengan perkembangan permasalahan yang terkait dengannya.

Kemiskinan pada dasarnya adalah suatu permasalahan yang kompleks dan tidak

hanya berurusan dengan kepemilikan harta benda, kemiskinan bukan saja berurusan dengan ekonomi, tetapi bersifat multidimensional karena berurusan

dengan persoalan-persoalan non ekonomi (sosial, budaya, dan politik).

Karena bersifat multidimensional tersebut maka kemiskinan tidak hanya berurusan dengan kesejahteraan sosial. Menurut Suharto (2005), kemiskinan

memiliki beberapa ciri, diantaranya:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang dan papan).

b. Ketiadaaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan dan keluarga).

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan

dan keluarga).

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal. e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan dan keterbatasan sumber daya

alam.

f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan

(39)

Soemardjan (1994), menyebutkan bahwa kemiskinan yang diakibatkan oleh

struktur sosial yang ada, menjadikan masyarakat itu tidak dapat memperoleh pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Untuk mengatasi hal ini, maka

salah satu jalan keluarnya adalah dengan pembangunan kualitas sumber daya manusia.

Secara lebih tegas Koentjaraningrat (1990), menekankan akan perlunya mentalitas pembangunan pada setiap diri manusia dan untuk menstimulir mentalitas tersebut dapat dicapai melalui pendidikan.

Secara umum ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua (Arsyad, 1992; 190-192), yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Konsep kemiskinan pada dasarnya bisa diukur dengan membandingakan tingkat pendapatan seseorang dengan pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya. Kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak memenuhi kebutuhan minimum maka orang tersebut dapat dikatakan miskin.

Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin, atau yang sering disebut dengan garis batas kemiskinan.

(40)

b. Kemiskinan relatif

Seseorang yang memiliki tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti tidak miskin. Ada ahli yang berpendapat

bahwa meskipun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat di

sekitarnya maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih ditentukan oleh keadaan sekitarnya.

Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat

hidup masyarakat berubah. Hal ini jelas merupakan pengembangan dari konsep kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif lebih bersifat dinamis, sehingga

kemiskinan akan selalu ada.

Menurut Soerjono Soekanto (2002:365). Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggpu memelihara dirinya sendiri sesuai

dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Menurut sifatnya kemiskinan dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Kemiskinan sementara, yaitu mereka yang menjadi miskin karena gejolak perekonomian atau bencana. Bila kondisi perekonomian membaik mereka

dapat segera keluar dari kemiskinan.

b). Kemiskinan kronis, yaitu disebabkan karena keterisolasian dan keterbatasan sumber daya dan juga disebabkan oleh kondisi sosial budaya, juga faktor

(41)

2. Swadaya Masyarakat

Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin adalah“dengan mengembangkan potensi swadaya dan keswadayaan yang ada

melalui kelompok – kelompok yang sudah terbentuk dalam masyarakat yang

bersangkutan” Rahardjo (dalam Nur Basarini, 2003:21). Salah satu cara untuk

meningkatkan kesejahteraan penduduk adalah “melalui pengembangan

masyarakat yang mendasar diri pada keswadayaan masyarakat “Ismawan (dalam

Nur Basarini, 2003 : 21).

Rahadjo (dalam Nur Basarini, 2003 : 21) menyatakan bahwa swadaya, adalah upaya yang didasarkan pada kepercayaan kemampuan diri dan berdasar pada

sumber daya yang dimiliki. Sedangkan keswadayaan masyarakat dipahami sebagai semangat untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada pihak luar atau kekuatan dengan memanfaatkan daya yang mereka miliki. Selain itu,

Swadaya masyarakat merupakan suatu kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan fasilitas-fasilitas yang telah tersedia sebagai hasil pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Kelompok keswadayaan masyarakat adalah

kelompok yang dibentuk oleh masyarakat guna mencapai kesehateraan bersama. Dengan kata lain kelompok swadaya masyarakat merupakan suatu alat yang dapat

menggerakkan sumber daya lokal guna mempertinggi kesejahteraan kelompok swadaya masyarakat bersama.

D. Konsep Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan (empowerment) sering dihubungkan dengan konsep kemandirian, keswadayaan (self-reliance), dan otonomi.

(42)

suatu masyarakat/kelompok dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengandalkan

ikhitiar ke arah penentuan kebutuhan . Sementara itu, menurut Bambang Ismawan (dalam Hagul, 1986:18), kemandirian mengandung arti dengan self managemen

dan self organization, kelompok/masyarakat mampu untuk merumuskan masalah yang dihadapi, merumuskan strategi dan memilih alternatif-alternatif yang

diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan dua definisi tersebut, dapat dicermati unsur utama yang terdapat dalam konsep keberdayaan, antara lain. Pertama, kuasa/wewenang untuk mengubah masa depan menjadi lebih baik

terlepas dari kemiskinan dan keterbelakangan, dan kedua, suatu tindakan dari, oleh dan untuk mereka sendiri (mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya

sendiri).

Untuk mencapai kemandirian/keswadayaan perlu proses, yang sering dikenal sebagai proses pemberdayaan. Proses pemberdayaan adalah upaya untuk

memberikan dampak penguatan, sehingga tercipta kemandirian dan terdapat kemampuan untuk membebaskan diri dari ketergantungan ekonomi, emosi, dan fisik. Dengan demikian pemberdayaan bukan hanya sebagai konsep ekonomi,

tetapi juga meliputi konsep poitik. Pemberdayaan juga mencakup makna rekonstruksi sosial, yaitu proses yang ditunjukan untuk/kepada pengubahan sifat

dan arah sistem sosial yang sebelumnya menempatkan kelompok-kelompok tertentu dalam posisi marginal. Dengan demikian, proses pemberdayaan sebagai rekonstruksi harus mampu mengembangkan suatu pemahaman baru tentang

kekuasaan yang tak lagi menekan (dominasi) atapun kompetisi, melainkan tertampilkannya dalam bentuk demokrasi, shering, maupun munculnya

(43)

pemberdayaan harus menghasilakn berbagai alternatif pilihan yang lebih luas dan

lebih bebas bagi siapa saja sehingga mendapatkan peluang yang sama untuk berperan dalam seluruh aspek kehidupan ( Priyono,1996).

Dalam suatu proses pemberdayaan, terdapat tiga komponen yang saling berpengaruh, yakni : manusia, lingkungan dan sistem/struktur kelembagaan. Dan

selama ini yang paling diintervensi adalah manusia, sementara lingkungan dan sistem/struktur kelembagaan masih berkutat pada nilai lama dan dikuasa sistem patriachat, misalnya : pola hubungan yang dikembangkan adalah patron-klien

(ketergantungan) (Mubyarto,1997).

Untuk keberhasilan proses pemberdayaan diperlukan beberapa syarat, yaitu :

syarat intern berupa manusia dan syarat ekstern meliputi lingkungan budaya dan sistem struktur. Syarat intern mengacu pada suatu kerangka proses individu, sehingga individu memiliki: Pertama, kemampuan untuk mengindentifikasi dan

menyadari situasi sehingga mampu melihat alternaatif-alternatif penyelesaian masalah. Kedua, memiliki kekuatan personal untuk mengatasi dan mengendalikan situasi tak langsung, dan selnjutnya kita langsung dan asertif, dan ketiga,

mempunyai keberanian dan keterampilan untuk menghadapi situasi luar yang lebih menekan serta mengajukan alternatif yang lebih baik (Mubyarto,1994)

Kondisi kondisi di atas dapat dicapai melalui pemberdayaan yang meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tahap penggalian dan penggugahan motivasi serta penyadaran kelompok

(44)

3. Tahap konsolidasi dan stabilitasi masyarakat (penerapan prinsip

manajemen)

4. Tahapan pengembangan usaha produksi dan pemasaran—peningkatan

keterampilan dan kewiraswastaan.

5. Tahapan lepas landas ditunjukan dengan kemampuan menjaga kontinuitas

hidupnya kelompok, kemampuan membiayai pelayanan masyarakat (hasil pendidikan kelompok, dan kemampuan berpartisipasi).

E. Manfaat PNPM Mandiri

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994: 858). Kata manfaat diartikan

sebagai “guna, faedah, laba, untung”. Dengan demikian, manfaat berdasarkan

pengertian masing-masing adalah guna, faedah, laba, untung yang didapat dari

perihal mempraktikan atau hasil kerja menerapakn. Dalam hal ini adalah guna atau keuntungan yaitu manfaat dari pelaksana PNPM Mandiri bagi masyarakat.

Program PNPM Mandiri sangat berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, sesuai dengan tujuan program tersebut, yaitu :

1. Membangun sarana prasarana pendukung bagi desa.

2. Meningkatkan kepedulian, perhatian/dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, meningkatkan kualitas kegiatan dengan

penggunaan teknologi sederhana, meningkatkan ketrampilan masyarakat desa dalam perencanaan, pengendalian, monitoring dan pemeliharaan prasarana,

dalam teknis pelaksanaan.

3. Dalam bidang pendidikan PNPM Mandiri pedesaan juga ikut memperbaiki, karena bidang pendidikan merupakan salah satu jenis kegiatan yang dapat

(45)

Antar Desa. Sejalan dengan prinsip Open Menu, semua jenis kegiatan formal

maupun nonformal (termasuk pelatihan ketrampilan masyarakat). Hal itu bertujuan untuk mempercepat upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia

dengan menitikberatkan pada pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, dan peningkatan kapasitas rumah tanggga miskin

pedesaan melalui pelatihan bagi pemuda putus sekolah, ibu-ibu rumah tangga untuk menciptakan daya saing dan lapangan pekerjaan.

4. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya.

5. Pelembagaan sistem pembangunan partispatif. 6. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal.

7. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat.

8. Pengembangan jaringan kemitraan dalam masyarakat.

Cukup banyak manfaat yang bisa didapatkan dari PNPM Mandiri dengan program pemberdayaan masyarakat yang memberikan manfaat dengan mengusahakan semua warganya bisa berpartisipasi langsung untuk membangun daerahnya,

sehingga setiap warga bisa merasakan proses dalam pencapaian kesejahteraan yang direncanakan

F. Kerangka Pikir

Masyarakat yang mandiri tidak mungkin diwujudkan secara instan, melainkan

melalui serangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Melalui kegiatan yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat, diharapkan upaya penanggulangan

(46)

Tujuan Umum:

Berikut ini disajikan diagram alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Diagram 1.1. Kerangka Pikir

Pemikiran tentang pemberdayaan masyarakat tidak akan terlepas dari pengertian pengembangan masyarakat dan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat

terkait dengan istilah keberdayaan masyarakat yaitu kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan

mental serta terdidik dan kuat serta inovatif, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan

mencapai kemajuan. Sedangkan memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang kelak mampu untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Saat seluruh prinsip-prinsip tentang pelaksanaan PNPM Mandiri ini telah dilaksanakan dan diterapkan dengan baik maka apa yang diharapkan dari PNPM

Mandiri ini haruslah dapat tercapai. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis manfaat pelaksanaan program PNPM Mandiri bagi masyarakat di

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian yang bertujuan untuk menganalisis manfaat pelaksanaan PNPM

Mandiri bagi masyarakat ini menggunakan pendekatan-pendekatan naturalistik yang menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan demikian, pengolahan

informasi secara teliti memiliki peranan yang sangat besar dalam penyelesaian-penyelesaian permasalahan yang akan diketengahkan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini bukanlah berupa sebuah angka-angka hasil dari pengukuran,

akan tetapi berupa informasi.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan naturalistik, karena

variabel-variabel yang ada tidak memerlukan pengukuran angka dan proses analisis statistik (Muhajir, 2000:150), tetapi secara definitif (Bogdan,1984). Wolf dan Tymiz (1977), mengartikan penelitian kualitatif naturalistik adalah pemahaman

fenomena sosial dari sisi perilaku. Penelitian kualitatif naturalistik bertujuan untuk mengetahui aktivitas, realitas sosial, dan persepsi manusia melalui pengakuan

mereka, yang mungkin tidak dapat diungkap melalui penonjolan pengakuan formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu (Sukardi, 2006: 2).

Dalam penelitian kualitatif naturalistik, terdapat karakteristik-karakteristik yang biasa dijumpai sebagaimana diungkapkan oleh Muhadjir (2000:

(48)

1. Memiliki konteks natural, yang berarti semua unsur-unsur yang saling

mempengaruhi atau memberikan pengaruh timbal balik yang dapat difahami secara keseluruhan.

2. Menggunakan human instrument. Karena sifat naturalistik menuntut agar diri sendiri atau manusia lain menjadi instrumen pengumpulan data, atas kemampuannya menyesuaikan diri dengan berbagai realitas yang tidak dapat

dikerjakan oleh instrumen non human, mampu menangkap makna, dan nilai-nilai yang bisa difahami dan diadaptasi oleh instrumen serta manusia, tidak

dapat dikerjakan oleh instrumen non human seperti questionaire.

3. Memanfaatkan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan

kita mengangkat hal-hal tak terkatakan yang memperkaya hal-hal yang diekspresikan. Peneliti dalam hal ini ingin membuktikan manfaat pelaksanaan PNPM Mandiri bagi masyarakat.

4. Kriteria kepercayaan dibuktikan dengan studi kasus yang nyata dari hasil observasi dan wawancara di lapangan. Semua nilai yang ada dan saling mempengaruhi, diperhitungkan untuk dipadukan dengan pengujian dari

temuan yang didapatkan.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah

rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan

(49)

alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan. Alasan-alasan-alasan ini harus dikemukakan

secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti.

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah menganalisis manfaat pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri bagi

masyarakat. Hal-hal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan Masyarakat tentang PNPM Mandiri.

2. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri.

3. Manfaat dari PNPM Mandiri bagi masyarakat.

C. Lokasi Penelitian

Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1995: 208-217) menyatakan bahwa objek

penelitian kualitatif diteliti dalam kondisi sebagaimana adanya dalam keadaan sewajarnya atau secara naturalistik (natural setting). Ini berarti bahwa sumber

data dalam penelitian kualitatif harus berada dalam kondisi yang sewajarnya (natural setting). Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditentukan lokasi penelitian dengan tidak menetapkan berapa jumlah informan pada suatu lokasi.

Usaha mengumpulkan data hanya terhenti setelah mencapai taraf ketuntasan atau kejenuhan (redundancy).

Selanjutnya, Lexi J. Moleong (2000: 86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian, cara terbaik yang ditempuh adalah dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan untuk mencari

kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan, sementara itu keterbatasan geografis dan praktis, seperti waktu, biaya, dan tenaga juga perlu dijadikan

(50)

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan

di Desa Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

D. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus sukarela menjadi anggota tim penelitian

walaupun hanya bersifat informal (Moleong, 1989: 132).

Menurut Sugiyono (2009:221), penentuan sampel atau informan dalam penelitian

kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, karena itu orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mereka menguasai atau memahami pelaksanaan PNPM Mandiri yang dilaksanakan di Kampung Totokaton Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung

Tengah tahun 2010-2012.

2. Warga Kampung Totokaton yang pernah berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan PNPM Mandiri yang dilaksanakan di Kampung Totokaton Kecamatan

Punggur Kabupaten Lampung Tengah tahun 2010-2012. 3. Mereka mempunyai cukup waktu untuk diwawancarai.

4. Mereka tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan dengan teknik purposive sampling, artinya dengan memilih nara sumber yang benar-benar mengetahui

kondisi internal dan eksternal Kampung Totokaton, sehingga mereka akan dapat memberikan masukan secara tepat tentang pelaksanaan PNPM Mandiri yang

(51)

Tengah. Informan yang dipilih dalam penelitian ini berasal dari perangkat desa,

OMS (Organisasi Masyarakat Setempat) PNPM Mandiri, fasilitator PNPM Mandiri, tokoh masyarakat, dan masyarakat kampung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Alwasilah (2003:211) mendefinisikan observasi penelitian sebagai pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang

dikontrol validitas dan reabilitasnya. Teknik ini bertumpu pada indra yang dimiliki, yakni penglihatan, penciuman, peraba serta pendengaran. Dengan melakukan observasi, maka data yang diperoleh meliputi bagaimana aspek fisik

dari daerah yang diteliti, apa saja kegiatan dan interaksi yang terjadi, siapa pelaku yang terlibat dari aktivitas tersebut, serta berapa lama durasi serta frekuensi

terjadinya. Mengumpulkan data dengan cara mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Dengan cara observasi dapat ditemukan data tentang bagaimana tingkahlaku ataupun aktivitas keseharian masyarakat desa

yang berguna dalam mengkroscek kebenaran data nantinya.

2. Wawancara

Narbuko (2003: 83) menyatakan metode interview (wawancara) adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua

orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Metode ini diharapkan akan memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian ini dan dapat menjadi gambaran

(52)

3. Pengumpulan Data Sekunder

Dokumentasi digunakan agar lebih menguatkan data yang sudah didapatkan dari hasil observasi dan wawancara. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan

menggunakan artikel, surat kabar (baik cetak maupun elektronik), atau informasi-informasi yang terdokumentasi dan dinilai berkaitan dengan penelitian ini

F. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat dipahami dan semuanya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisa data kualitatif menurut Milles dan Huberman (1992: 16-19) meliputi tiga komponen analisa yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari data tertulis di lapangan. Selain itu, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang

tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikan rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi. Cara yang dipakai dalam reduksi

data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau menggolongkan data/informan kedalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data (Display)

(53)

Penyajian data yang sistematis dan logis merupakan utama bagi analisis

kualitatif yang valid.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Yaitu arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola, penjelasan, kofigurasi-konfigurasi, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan senantiasa akan diuji kebenaran dan kecocokannya sehingga

(54)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Kondisi Geografis.

Kampung Totokaton merupakan salah satu kampung (dari sembilan kampung) yang terletak di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dengan luas

wilayah administrasi pemerintahan 1.369,75 Ha. Kampung Totokaton merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Wilayah Kampung Totokaton berbatasan langsung dengan:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Tanggul Langin  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Nunggal Rejo

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Pujo Kerto  Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Badran Sari

Luas wilayah Kampung Totokaton secara keseluruhan adalah 1.369,75 Ha, terdiri

dari lahan pengairan sawah teknis 528 Ha, pekarangan perumahan 140,5 Ha, perladangan 240 Ha, dan lain-lain 488,25 Ha. Kampung Totokaton terhubung

dengan jalan provinsi yang menghubungkan akses jalan yang menuju ke Kabupaten Lampung Tengah. Jarak dari Kampung Totokaton ke pusat Kabupaten Lampung Tengah adalah 15 Km dengan kondisi jalan jenis aspal penetrasi

(55)

dengan kondisi jalan jenis asapal penetrasi macadam. Jarak Kampung Totokaton

ke Ibu Kota Provinsi Lampung yaitu Bandar Lampung adalah 50 Km. dengan kondisi jalan yang sudah mengalami pengerasan dapat mempermudah transportasi

untuk ke wilayah di luar Kampung Totokaton, akan tetapi masih banyak jalan yang rusak, berlubang, dan masih ada jalan tanah yang butuh perbaikan dan

perngerasan.

Meskipun mata pencarian penduduknya beragam, akan tetapi mayoritas adalah petani, buruh tani, dan pedagang, sehingga kehidupan masyarakat masih banyak

bergantung terhadap hasil pertanian dan perkebunan. Biaya oprasional pertanian yang semakin melambung menbuat kampung ini masuk kedalam kelompok desa

yang rata-rata penduduknya miskin. Oleh sebab itu untuk mendukung keberhasilan pertanian di daerah setempat, harus didukung dengan adanya infrastruktur yang memadai

Permasalah-permasalahan yang timbul seiring dengan perkembangan Kampung Totokaton adalah komposisi sosial ekonomi masyarakat yang masih mengalami kesenjangan. Bagi masyarakat miskin, sulit memenuhi kebutuhan hidup, hal ini

disebabkan kurang adanya infrasutruktur pembangunan di kawasan kantong kemiskinan. Dalam kehidupan sosial kampung Totokaton memiliki rasa

kegotong-royongan masyarakat yang sangat kuat. Ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat kampung, seperti dalam pembangunan rumah warga, dalam pembukaan lahan pertanian, dalam menjaga keamanan lingkungan

kampung, serta dalam kebersihan lingkungan kampung. Seluruh masyarakat sekitar ikut berpartisipasi dalam pengerjaannya dan bekerja saling bergotong

(56)

keluarga. Lembaga–lembaga kampung maupun lembaga kemasyarakatan yang

ada di Kampung Totokaton sebenarnya sudah cukup banyak namun peran dari lembaga-lembaga tersebut memang belum optimal, disebabkan keterbatasan dari

sumber daya manusianya dan kurang adanya sarana pendukung yang memadai.

4.2 Kondisi Demografi

4.2.1. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk di Kampung Totokaton sebanyak 5065 orang, dengan jumlah kepala keluarga 1.358 KK. Rincian penduduk Kampung Totokaton menurut jenis

kelamin dapat lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.3 Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Jenis Kelamin Total % Laki-laki 2.556 50,5 Perempuan 2.509 49,5 Jumlah 5.065 100 Sumber: Monografi Kampung Totokaton, 2013

Dapat juga dihitung angka sex ratio. Sex ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk

perempuan. Rumus untuk menghitung sex ratio adalah:

Sex Ratio = -

x

100

(Sardiman, 2008: 24)

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa Kampung Totokaton

(57)

101 jiwa. Demikian dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar

daripada jumlah penduduk perempuan.

4.2.2. Komposisi Penduduk menurut Agama

Untuk melihat komposisi penduduk Kampung Totokaton menurut agamanya

dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.4 Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut Agama Tahun 2013

Agama Total %

Islam 4602 91

Kristen 177 3,5 Katholik 286 5,5

Jumlah 5065 100

Sumber: Monografi Kampung Totokaton , 2013

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa penduduk Kampung Totokaton mayoritas beragama Islam dengan persentase 91%, Kristen 3,5%, dan Katholik

5,5%. Meskipun hidup dalam keberagaman agama, namun mereka tetap menjunjung tinggi solidaritas dengan cara saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.

4.2.3. Kompisisi Penduduk menurut Kelompok Usia

Untuk melihat komposisi penduduk Kampung Totokaton menurut kelompok usia

Gambar

Tabel 1.1 Presentase Penduduk Miskin menurut Provinsi di Sumatera, Maret
Tabel 1.2 Presentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten / Kota di Provinsi                     Lampung, 2005 - 2009
Tabel 1.3.  Realisasi Dana Bantuan PNPM-MP untuk Masing-masing Kampung di Kecamatan Punggur pada Tahun 2010
Tabel 1.3 Komposisi Penduduk Kampung Totokaton menurut Jenis Kelamin   Tahun 2013
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa pembuatan tape ubi kayu dilakukan dengan proses fermentasi, yang difermentasi oleh ragi Saccharomyces cerevisiae ,

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

Dengan demikian, bahasa dan media adalah asumsi dari teori interaksionisme yang bisa dikonfirmasi sebagai proses komunikasi dalam mengintegrasi masyarakat yang

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Suatu bangunan yang didirikan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai wujud bahwa penyelenggaraan proyek konstruksi bangunan telah dijalankan sesuai

“Aku harus merawat kerbau ini dengan baik apabila Si Boke datang suatu kali kepadaku dia tidak akan kecewa karena aku merawat kerbau ini dengan baik,” pikir sang guru.. Kerbau itu

Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar penggunaan dari jerami jagung dalam ransum ruminansia, maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh