• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRAT BAMBU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANG BANGUN ALAT PENGIRAT BAMBU"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRAT BAMBU

Oleh

Fauzan

(3)

dan bagian tengah mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar 33,33 %, dan bagian ujung mempunyai persentase sebesar 20 %. Ini menunjukkan bahwa sampel bambu kering persentasenya keberhasilannya lebih baik dibandingkan dengan sampel bambu yang kadar air masih tinggi.

(4)

ABSTRACT

DESIGN OF BAMBOO SPLITTER TOOL

By Fauzan

(5)

Whereas the dry of the sample found that the percentage of culm, middle is similar about 33,33 % and the end part of the bamboo has percentage around 20 %.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

6. Kerajinan dan Handicraft ... 12

7. Supit ... 12

8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga ... 12

9. Komponen Bangunan dan Rumah ... 12

10. Rebung... 13

11. Bahan Alat Musik Tradisional ... 13

D. Rancang Bangun... 14

E. Alat Pengirat Bambu ... 15

(10)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

B. Alat dan Bahan ... 20

1. Kapasitas Alat Pengirat Bambu ... 27

2. Persentase Alat Pengirat Bambu ... 28

F. Analisis Data ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Alat Pengirat Bambu ... 29

B. Mekanisme Pengiratan Bambu ... 30

C. Bagian Alat ... 30

1. Engkol ... 30

2. Rol ... 30

3. Pisau ... 30

D. Analisis Data ... 31

1. Kapasitas Kerja Alat Pengirat Bambu ... 31

2. Persentase Keberhasilan Uji Sampel ... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

(rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh

secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda, dan sudah dewasa pada umur 4 - 5

tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas berongga

kadang-kadang masif, berdinding keras. Pada setiap buku terdapat mata tunas atau

cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang (rhizon) berbuku dan beruas, pada buku

akan ditumbuhi oleh serabut yang dapat tumbuh menjadi tunas.

Dari kurang lebih 1.000 spesies bambu, sekitar 200 spesies ditemukan di Asia

Tenggara. Khususnya di Indonesia telah ditemukan sekitar 60 jenis bambu.

Tanaman bambu ini ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan

ketinggian sekitar 300 mdpl. Pada umumnya tanaman bambu ditemukan di

tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air.

Dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia, bambu memegang peranan

(12)

lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk, dan

mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu, sampai saat ini

harga bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena

banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan.

Bambu merupakan tanaman yang mampu meregenerasi dirinya sendiri secara alami.

Saat tangkai bambu dipanen, maka tunas baru akan muncul dan menggantikannya

dalam waktu beberapa bulan. Jika dibandingkan dengan pohon yang hanya dapat

dipanen dengan rotasi beberapa tahun, bambu dapat dipanen secara rutin pertahun.

Pertumbuhan bambu yang cepat berarti menjamin kelangsungan untuk memenuhi

kebutuhan yang berkelanjutan. Pertumbuhan bambu sangat berbeda, dengan pohon

biasa yang memiliki poros sebagai pusat pertumbuhan dan pertumbuhan sekunder.

Sedangkan bambu tangkainya tumbuh dari bawah tanah dan tidak memiliki poros

sebagai pusat pertumbuhan serta tidak ada pertumbuhan sekunder. Sehingga

pertambahan umur tidak dapat diukur dengan pertambahan diameter. Pertumbuhan

tanaman dari masa muda ke dewasa menunjukkan pola tunas baru tumbuh dengan

meningkatkan garis tengah dan makin tinggi. Tunas yang baru muncul umumnya

akan mencapai tinggi maksimal pada usia 3 sampai 4 bulan.

Kehidupan masyarakat desa, bambu sangat dekat dan dibutuhkan untuk berbagai

kebutuhan masyarakat desa mulai lahir (untuk memotong pusar bayi dan sunatan)

sampai meninggal (kremasi jenazah). Aktifitas kehidupan sehari-haripun tak luput

dari pemanfaatan bambu sebagai bahan makanan (rebung), pembungkus makanan

(13)

tangga, cinderamata dan mebel, industri (pulp dan kertas), konstruksi (jembatan,

bangunan rumah, tiang, sekat, dinding, atap dan penyanggah), bahan bakar dan untuk

upacara adat. Manfaat lain dari bambu yaitu memiliki keunggulan untuk

memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan

aliran air bawah tanah secara nyata. Selain itu bambu merupakan tanaman yang

mudah ditanam, tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua

jenis tanah (baik lahan basah/kering), tidak membutuhkan investasi besar,

pertumbuhannya cepat, setelah tanaman mantap (3 – 5 tahun) dapat di panen setiap

tahun tanpa merusak rumpun dan memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam

dan kebakaran. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan

menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan

pembatas jalan raya. Memperhatikan manfaat bambu, beberapa Negara asia

diantaranya china telah menggunakannya bambu sebagai tanaman utama konservasi

alam selain untuk memperbaiki dan meningkat sumber tangkapan air, sehingga

mampu meningkatkan aliran air bawah tanah juga pertimbangan budaya dan

meningkatkan ekonomi masyarakat melalui aneka kerajinan serta kebutuhan

konstruksi.

Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan. Bambu dalam

bentuk bulat dipakai untuk berbagai macam konstruksi seperti rumah, gudang,

jembatan, tangga, pipa saluran air, tempat air, serta alat-alat rumah tangga. Dalam

bentuk belahan dapat dibuat geribik, dinding atau lantai, reng, pagar, kerajinan, dan

(14)

bahan baku industri supit, alat ibadah, serta barang kerajinan, peralatan dapur, topi,

tas, kap lampu, alat musik, tirai, dan lain-lain. Sering ditemui barang-barang yang

berasal dari bambu yang dikuliti khususnya dalam keadaan basah mudah diserang

oleh jamur biru dan bulukan, sedangkan bambu bulat utuh dalam keadaan kering

dapat diserang oleh serangga bubuk kering dan rayap kayu kering.

Bambu merupakan tanaman yang memiliki nilai secara ekonomis dan ekologis. Bila

dibandingkan dengan kayu, tanaman bambu dapat memberikan peningkatan

pendapatan lebih cepat di sekitar hutan, yaitu sekitar 4-5 tahun. Manfaat ekonomis

lainnya adalah sebagai bahan baku pengganti kayu maupun produk jadi antara lain

sumpit, barang kerajinan, bahan lantai, bahan langit-langit masih sangat terbuka.

Dari sisi ekologis, tanaman bambu memiliki kemampuan menjaga keseimbangan

lingkungan karena sistem perakarannya dapat mencegah erosi dan mengatur tata air

serta dapat tumbuh pada lahan marginal (Sukawi, 2010).

Perkembangan rekayasa teknologi saat ini tidak hanya bertujuan untuk membantu

manusia, namun juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan. Segala hal yang

berkaitan dengan ramah lingkungan. Bahkan banyak negara yang berupaya membuat

produk ramah lingkungan tanpa melupakan tujuan awalnya (Taufik, dkk, 2013).

Hingga saat ini, pengrajin bambu di Indonesia masih menggunakan cara mengirat

bambu secara manual. Keseragaman dan efisiensi mengolah bahan baku untuk

(15)

meningkatkan efisiensi tenaga dan kualitas iratan bambu sebagai bahan untuk

membuat bahan kerajinan yang berbahan baku dari bambu.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat, dan menguji alat pengirat

bambu untuk mempermudah kerja pengrajin bambu dan untuk meningkatkan

efisiensi tenaga dan kualitas pengiratan bambu sebagai bahan kerajinan.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

 Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan satu alat pengirat bambu yang

berguna untuk meningkatkan produktivitas bambu.

 Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa pengiratan bambu secara

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Bambu

Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan

sudah menyebar di kawasan Nusantara. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah iklim

basah sampai iklim kering (Departemen Kehutanan & Perkebunan, 1999).

Lopez dan Shanley (2004) menyebutkan bahwa bambu termasuk keluarga

rumput-rumputan dan merupakan tumbuhan paling besar di dunia dalam keluarga ini. Ada

lebih dari 1.000 spesies bambu dan kebanyakan terdapat di Asia. Tumbuhan ini,

dengan kekuatan dan kelenturannya, memiliki manfaat yang tidak terbatas.

Bambu telah menjadi bagian alami dari kehidupan masyarakat, mulai dari lahir

hingga mati. Di Cina dan Jepang, pisau bambu digunakan untuk memotong tali pusar

bayi pada saat dilahirkan, dan jenazah orang yang meninggal diletakkan di atas alas

yang terbuat dari bambu. Tumbuhan ini sudah mendarah daging dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari (Lopez & Shanley, 2004).

(17)

dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan.

Jenis-jenis bambu yang populer di setiap kelompok masyarakat bervariasi. Di Sulawesi Selatan, bambu yang paling populer adalah bambu parring

(Gigantochloa atter) dan bambu betung (Dendrocalamus asper) (Suhasman dan Bakri, 2012).

B. Asal-usul Bambu

Tanaman bambu banyak ditemukan di daerah tropik di Benua Asia, Afrika, dan

Amerika. Namun, beberapa spesies ditemukan pula di Australia. Benua Asia

merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Penyebarannya meliputi wilayah

Indoburma, India, Cina, dan Jepang. Daerah Indoburma dianggap sebagai daerah asal

tanaman ini. Selain di daerah tropik, bambu juga menyebar ke daerah subtropik dan

daerah beriklim sedang di dataran rendah sampai di dataran tinggi (Berlian dan

Rahayu, 1995).

Di daerah hujan tropis, bambu tumbuh dalam kelompok. Ketika terjadi gangguan

hutan alam, misalnya karena logging. Bambu semakin tersebar, misalnya jenis

Phyllostachys ditemukan hampir di seluruh daerah Cina, Jepang, dan Taiwan.

Budidaya bambu dilakukan di Indonesia, India, dan Bangladesh.

Dari sekitar 75 genus terdiri dari 1.500 spesies bambu di seluruh dunia, 10 genus atau

125 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Berdasarkan sistem percabangan

rimpang, genus tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, genus yang

berakar rimpang dan tumbuh secara simpodial, termasuk di dalamnya genus

(18)

berakar rimpang dan tumbuh secara monopodial (horizontal) dan bercabang secara

lateral sehingga menghasilkan rumpun tersebar, diantaranya genus Arundinaria.

Sedangkan menurut Berlian dan Rahayu (1995) di Indonesia terdapat lebih kurang

125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar dan masih belum jelas kegunaannya.

Beberapa jenis bambu tertentu mempunyai manfaat atau nilai ekonomis yang tinggi

seperti: bambu apus, bambu ater, bambu andong, bambu betung, bambu kuning,

bambu hitam, bambu talang, bambu tutul, bambu cendani, bambu cangkoreh, bambu

perling, bambu tamiang, bambu loleba, bambu batu, bambu belangke, bambu sian,

bambu jepang, bambu gendang, bambu bali, dan bambu pagar.

Tabel 1.Jenis-jenis Bambu

No. Nama botanis Sinonim Nama lokal dan

penyebaran 1. Bambusa atra Lindley Bambusa lineata Munro

Bambusa rumphiana Kurz Dendrocalamus latifolius Laut & K. Shum

Loleba (Maluku, Nena (Shanghai)

2. Bambusa multiplex

(Lour) Raeuschel ex J.A. & J.H. Schultes

Arundo multiplex (Lour.)

Bambusa nana (Roxb) Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Munro

Bambusa thouarsii Kunth

Bambusa surinamensis

4. Dendrocalamus asper

(Roem. & Schultf.) Backer ex Heyne.

Bambusa asperaSchultes Dendrocalamus flagelifer Gigantochloa aspera Schultes F. Kurtz Dendrocalamus merrilianus (Elmer) Elmer

(19)

Tabel 1. (lanjutan).

No. Nama botanis Sinonim Nama lokal dan

penyebaran 6. Gigantochloa apus Kurz Bambusa apus J.A. & Schultes

Gigantochloa Kurzii Gamble

Bambu tali (Indonesia)

7. Gigantochloa

atroviolaceae Widjaja

Gigantochloa verticillata

(Willd) sensu Backer

Bambu hitam (Indonesia), Pring wulung (Jawa), Awi hideung (Sunda) 8. Gigantochloa atter

(Hassk) Kurz ex Munro

Bambusa thouarsii Kunth var atter Hassk Gigantochloa verticillata (Wild) Munro sensu Backer 9. Gigantochloa pruriens

Widjaja

verticillata (Wild) Munro

Gigantochloa maxima Kurz

Awi andong besar, 11. Schizostachyum blumei

Ness

Melocana zollinger Steudel var. longispi culata Kurz ex Munro S. Longis piculatum

(Kurz ex Munro) Kurz

Awi tamiyang (Sunda)

12. Schizostachyum brachycladun Kurz

Sumber : Lampiran Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Nomor : 77/Kpts/V/1997 tanggal 28 juli 1997 tentang petunjuk teknis pembibitan bambu Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1997 dalam Indonesian Forest, 1997.

Bambu merupakan hasil hutan non kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi

bahan baku industri. Di masa yang akan datang tanaman bambu dapat mendukung

(20)

kesenian, dll) dapat pula mendukung kapasitas dan kualitas hutan yang selama ini

menjadi sumber bahan baku industri perkayuan nasional. Bentuk dukungan tersebut

melalui substitusi produk atau keseragaman sumber bahan baku industri, mengingat

potensi kayu semakin langka, memerlukan waktu yang relatif panjang untuk

rehabilitasinya.

C. Pemanfaatan Bambu

Bambu sampai saat ini sudah dimanfaatkan sangat luas di masyarakat mulai dari

penggunaan teknologi yang paling sederhana sampai pemanfaatan teknologi tinggi

pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah

tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangkan untuk industri biasanya ditujukan

untuk orientasi eksport.

1. Bambu Lapis

Seperti halnya kayu diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga dapat digunakan

sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis dibuat baik dari

sayatan bambu maupun pelepuh bambunya. Jenis yang umum dipakai untuk bambu

lapis adalah bambu tali (Gigantocloa apus). Kadang-kadang bambu lapis ini

dicampur dengan veneer kayu meranti untuk lapisan dalamnya, atau sebaliknya

lapisan luarnya berupa veneer kayu.

2. Bambu Lamina

Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan

potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan

papan atau bentuk tiang. Lapisannya umumnya 2-5 lapis. Banyaknya lapisan

(21)

ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka

kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III.

3. Papan Semen

dengan waktu selama 9 jam.

4. Arang bambu

Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara timbun

skala semi pilot. Bambu yang sudah dicobakan adalah bambu tali, bambu ater,

bambu andong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata 6602 kal/g, dan

yang paling baik dijadikan arang adalah bambu ater dimana sifat arang yang

dihasilkan relatif sama dengan sifat arang dari kayu bakau.

5. Pulp

Pabrik kertas sangat potensial dalam memanfaatkan bambu sebagai bahan kertas.

Cara pembuatan bahan kertas dari bambu mula-mula bambu dipotong dan diserpih

dengan ukuran 25 mm x 25 mm x 1 mm. Dengan tekanan dan suhu tertentu serpihan

bambu tersebut dimasak selama 1,5 jam. Kemudian pulp dicuci dan disaring.

Kemudian pulp diurai dengan pengaduk 3-4 jam. Hasil uraian disaring, dicuci dan

diputihkan. Setelah dicuci pulp dibuat lembaran sebagai bahan pembuat kertas.

Bambu memiliki kandungan selulosa yang sangat cocok untuk dijadikan bahan kertas

dan rayon. Pemanfaatan bambu sebagai bahan kertas di Indonesia telah diterapkan

pada industri di Gowa dan Banyuwangi. Namun industri ini memiliki kendala dari

segi bahan baku sehingga dibuat modifikasi yaitu campuran pulp bambu dengan

(22)

6. Kerajinan dan Handicraft

Berbagai kerajinan dan handicraft dibuat dari bambu antara lain : tempat pulpen,

gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi dan lain-lain. Dalam hal ini yang

dibutuhkan adalah keterampilan dan kreativitas dalam memanfaatkan bambu.

7. Supit

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah pula mencakup kebutuhan

peralatan makan berupa supit, tusuk sate dan tusuk gigi. Perkembangannnya sangat

cepat karena mudah dalam pengerjaan apalagi bila dikerjakan dengan mesin secara

otomatis. Bambu yang bagus untuk dijadikan supit adalah bambu mayan dan bambu

andong. Bambu yang bagus untuk supit bambu yang berumur 3 tahun dimana untuk

meningkatkan kualitasnya setelah ditebang kemudian dikeringkan selama kurang

lebih 4 hari.

8. Furniture dan Perkakas Rumah Tangga

Bambu yang dipergunakan untuk mebel harus memenuhi beberapa syarat. Selain

warna yang menarik juga dapat dibentuk secara istimewa dengan nilai seni yang

tinggi tetap memenuhi kekokohannya. Olesan pengawet dan penghias, seperti pernis

meningkatkan keawetan dan penampilan dengan tetap berkesan alami. Perkakas

rumah tangga dan hiasan dari bambu digemari karena di samping tidak berkarat juga

mencerminkan kesederhanaan tapi anggun. Bambu hitam dan bambu betung banyak

digunakan untuk furniture antara lain : meja, kursi, tempat tidur, meja makan, lemari

pakaian dan lemari hias. Di samping itu bambu juga banyak dipakai menjadi

peralatan rumah tangga dan assesoris penghias rumah.

9. Komponen Bangunan dan Rumah

Bambu yang dipergunakan sebagai bahan bangunan biasanya diawetkan terlebih

(23)

dikeringkan. Kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar ham yang ada

mati dan tidak dikunjungi oleh hama perusak. Sebagai bahan kontruksi yang tidak

mementingkan keindahan, juga sering dipergunakan untuk menutup pori-pori buluh.

Bambu bersama dengan kayu dan bahan organik lainnya banyak digunakan pada

pembangunan rumah rakyat di pedesaan. Dengan perkembangan harga bahan dasar

dan kebutuhan perumahan rakyat yang sederhana, maka pengembangan rumah

berbahan kayu dan bambu sesuai untuk membantu rakyat yang berpenghasilan

rendah, terutama di daerah yang mempunyai ketersediaan bambu.

Rumah-rumah rakyat di Jawa Barat masih banyak menggunakan bahan bambu.

Bahan bambu pada umumnya digunakan sebagai kaso dan reng. Pada rumah

panggung dan bilik bambu digunakan juga untuk keperluan dinding, lis, tiang, galar

dan lantai. Penggunaan bambu oleh masyarakat sebagai bahan bangunan perumahan

selain mudah didapat, bahan bambu dipercaya oleh masyarakat sebagi bahan yang

kuat dan awet dengan catatan penggunaan terhindar untuk berhubungan langsung

dengan air.

10. Rebung

Bambu dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam bentuk rebung. Jenis-jenis

tertentu rebungnya dapat dimakan karena kadar HCN kecil atau sama sekali tidak

ada, rasanya memenuhi selera, lunak dan warnanya menarik. Kandungan gizinya

cukup memadai sebagai sumber mineral dan vitamin.

11. Bahan Alat Musik Tradisional

Sesuai dengan ketebalan dinding, diameter dan panjang buluh, bambu dapat dibuat

alat musik tradisional yang menghasilkan nada dan alunan suara yang khas. Faktor

ketepatan memilih jenis dan tingkat pengeringan diperlukan gunamemperoleh

(24)

maupun alat musik pukul. Contoh yang terkenal adalah seruling, angklung,gambang,

calung, kentongan, dll. Pembuatan alat musik dari bambu dituntut pengetahuan nada

dan ketelatenan penanganan pekerjaan. Misalnya pada pembuatan angklung, bambu

dipilih dari jenis bambu tertentu. Bambu temen, bambu hitam, bambu lengka dan

bambu tali cocok dipergunakan untuk membuat kerangkanya. Waktu penebangan

bambu harus cukup umur (2-3 tahun) tepat waktunya yakni pada musim kemarau.

Pengeringan dilakukan dalam ruang, tidak boleh langsung dengan sinar matahari

(Batubara, 2002).

Bambu merupakan tanaman yang sangat berguna bagi kehidupan masyarakat, dan

sangat perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang pembudidayaan dan

pemanfaatannya yang bernilai ekonomis bagi kemaslahatan masyarakat (Yani, 2012).

D. Rancang Bangun

Rancang bangun berfungsi untuk menciptakan rencana teknis (technical plan)

penyelesaian persoalan, meliputi analisis dan sintesis yang bukan sekedar menghitung

dan menggambar, tetapi juga mengusahakan bagaimana merencanakan produk yang

siap dikomersilkan dan bagaimana produk tersebut dapat bertahan di pasaran

(Soekarno dan Suharyatun, 2003).

Desain teknik adalah seluruh aktivitas untuk membangun dan mendefinisikan solusi

bagi masalah yang sebelumnya telah dipecahkan namun dengan cara yang berbeda.

Perancang teknik menggunakan kemampuan intelektual untuk mengaplikasikan

pengetahuan ilmiah dan memastikan agar produknya sesuai dengan kebutuhan pasar

serta spesifikasi desain produk yang disepakati, namun tetap dapat dipabrikasi dengan

(25)

akhir produk dapat dipergunakan dengan tingkat performa yang dapat diterima dan

dengan metode kerja yang terdefinisi dengan jelas (Hurst, 2006).

E. Alat Pengirat Bambu

Para ahli telah banyak mengemukakan teori merancang suatu alat atau mesin guna

mendapatkan suatu hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil rancangan yang

memuaskan secara umum harus mengikuti tahapan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyelidiki dan menemukan masalah yang ada di masyarakat.

2. Menentukan solusi-solusi dari masalah prinsip yang dirangkai dengan melakukan

rancangan pendahuluan.

3. Menganalisa dan memilih solusi yang baik dan menguntungkan.

4. Membuat detail rancangan dari solusi yang telah dipilih.

Meskipun prosedur atau langkah desain telah dilalui, akan tetapi hasil yang sempurna

sebuah desain permulaan sulit dicapai. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal berikut

ini dalam pengembangan lanjut sebuah hasil desain sampai mencapai taraf tertentu,

yaitu hambatan yang timbul dan cara mengatasi efek samping yang tak terduga.

Kemampuan untuk memenuhi tuntutan pemakaian diungkapkan oleh Niemann (1998)

dan ia menganjurkan mengikuti tahapan desain sebagai berikut :

1. Bentuk rancangan harus dibuat. Hal ini berkaitan dengan desain yang ada,

pengalaman yang dapat diambil dengan segala kekurangannya serta faktor-faktor

utama yang sangat menentukan bentuk konstruksinya.

2. Menentukan ukuran-ukuran utama dengan berpedoman pada perhitungan kasar.

3. Menentukan alternatif-alternatif dengan sket tangan yang didasarkan pada fungsi

yang dapat diandalkan, daya guna mesin yang efektif, biaya produksi yang rendah,

(26)

4. Memilih bahan. Hal ini sangat berkaitan dengan kehalusan permukaan dan

ketahanan terhadap keausan, terlebih pada pemilihan terhadap bagian-bagian yang

bergesekan seperti bantalan luncur dan sebagainya.

5. Mengamati desain secara teliti. Setelah menyelesaikan desain, konstruksi diuji

berdasarkan faktor-faktor utama yang menentukan.

6. Merencanakan sebuah elemen dan gambar kerja bengkel. Setelah merancang

bagian utama, kemudian ditetapkan ukuran-ukuran terperinci dari setiap elemen.

Gambar kerja bengkel harus menampilkan pandangan dan penampang yang jelas

dari elemen tersebut dengan memperhatikan ukuran, toleransi, nama bahan dan

jumlah produk.

7. Gambar kerja langkah dan daftar elemen, setelah semua ukuran elemen dilengkapi

baru dibuat gambar kerja lengkap dengan daftar elemen. Di dalam gambar kerja

lengkap hanya diberikan ukuran assembling dan ukuran luar setiap elemen diberi

nomor sesuai daftar.

Faktor Penentu Pembuatan Produk yang Baik

Faktor yang mempengaruhi kualitas pembelahan bambu :

1. Jarak mata pisau

Untuk mendapatkan ketebalan yang diinginkan dapat menyetel jarak antara

landasan tempat tumpuan dan pisau.

2. Kecepatan pengumpan

Untuk mendapatkan hasil yang baik, kecepatan pengumpan harus relatif konstan.

F. Aspek Teknis

Alat dan mesin yang bekerja secara otomatis dan bergerak secara mekanis

(27)

tenaga ini lalu ditransmisikan kepada bagian komponen lainnya. Dalam Goering et

al., (1993) sumber tenaga mesin-mesin pertanian terdiri dari 2 jenis sumber tenaga

yaitu mesin diesel dan motor listrik. Sedangkan yang semi mekanis, tenaga

penggeraknya bukan berasal dari motor melainkan tenaga manusia.

Perancangan adalah suatu proses penterjemahan kebutuhan pemakai informasi ke

dalam suatu alternatif rancangan yang diinginkan kepada pemakai informasi untuk

dapat dipertimbangkan. Perancangan merupakan pengaplikasian berbagai macam

teknik dan prinsip untuk tujuan pendefinisian secara rinci suatu perangkat, proses atau

sistem sehingga dapat direalisasikan dalam suatu bentuk fisik.

Hukum Hooke

Pada tahun 1676, Robert Hooke mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut

pertambahan sebuah benda elastik yang dikenal oleh suatu gaya. Menurut Hooke,

pertambahan panjang suatu benda berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada

benda tersebut. Secara matematis, hukum Hooke ini dapat dituliskan sebagai.

F = k x ... (1)

dengan :

F = gaya yang dikerjakan (N)

x = pertambahan panjang (m)

k = konstanta gaya (N/m)

Perlu diingat bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak

berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik serta hanya berlaku untuk

(28)

Momen Inersia

Apabila ada sebuah benda tegar berputar terhadap sebuah sumbu tetap melalui titik O yang tegak lurus bidang gambar, maka semua partikel memiliki percepatan sudut  yang sama dan oleh karena itu :

 = ( m1 r12 +  m2 r22 + ….)  = ( mi ri2)  ... (2)

Jumlah  mi ri2 disebut momen inersia atau momen kelembaman benda terhadap sumbu yang melalui titik O dan dilambangkan dengan I.

Dengan kata lain momen inersia dapat dianggap sebagai penjumlahan hasil kali massa setiap partikel dalam suatu benda tegar dengan kuadrat jaraknya dari sumbu, atau sebagai perbandingan gaya putar resultante terhadap percepatan sudut. Gaya putar resultante  terhadap sumbu bersesuaian dengan kecepatan linear a, dan momen inersia I terhadap sumbu bersesuaian dengan massa m. Momen inersia sebuah benda terhadap suatu sumbu dapat diperoleh secara

percobaan, dengan memutar benda itu terhadap sumbu, dengan mengerjakan gaya putar  yang terukur pada benda itu, lalu mengukur percepatan sudut  yang timbul karenanya.

(29)

Jika dV adalah volume dan dm adalah massa sebuah elemen, maka kerapatan massa didefinisikan berdasakan hubungan dm =  dV. Karena persamaan di atas dapat pula ditulis sebagai :

I =  r2 dV ... (3) Kalau rapat massa sebuah benda adalah sama di semua titik, maka benda itu dikatakan uniform atau homogen, maka

(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan alat yang dikerjakan di bengkel Cahaya Las di Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung dan tahap pengujian alat yang dilaksanakan di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada pembuatan alat pengirat bambu adalah: 1 set alat las listrik, mistar siku, jangka sorong, gerinda, bor listrik, dan tanggem. Alat-alat yang digunakan pada uji kinerja alat adalah stopwatch.

(31)

C. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap untuk mempermudah dan memperjelas arah penelitian, yaitu tahap perancangan (desain) alat,

pembuatan atau perakitan alat, pengujian hasil rancangan, pengamatan, dan pengolahan data seperti disajikan pada Gambar 1.

Perancangan dilakukan untuk menggambar awal alat yang akan dibuat dengan menggunakan program AutoCAD, kemudian dilanjutkan ke tahap pembuatan atau perakitan alat di bengkel khusus pembuatan alat alsintan. Setelah alat selesai dibuat, kemudian alat diuji coba dengan parameter-parameter pengujian yang selanjutnya dibahas dalam subbab pengujian alat. Pengamatan dan pengolahan data dilakukan setelah alat diuji. Diagram alir proses penelitian dapat dilihat sebagaimana Gambar 1

(32)

D. Pendekatan desain

1. Kriteria desain

Untuk perancangan alat pengirat bambu, aspek yang perlu diperhatikan adalah efektifitas dan efisiensi. Alat yang dibuat diharapkan mampu mengirat bambu dengan persentase 60 % karena alat ini dibuat untuk skala penelitian. Alat pengirat bambu ini menggunakan sumber tenaga dari manusia yaitu dengan menggunakan engkol. Gambar ilustrasi dari alat pengirat bambu ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

(33)

Gambar 3. Ilustrasi alat pengirat bambu (tampak samping kiri)

2. Rancangan fungsional

Alat ini terdiri dari beberapa komponen utama antara lain: dudukan, kerangka, roda penggerak, pisau pembelah, dan saluran pengeluaran.

a. Dudukan alat pengirat bambu

Bagian dudukan ini berfungsi sebagai penyangga atau meja dudukan penopang mesin-mesin yang lain.

b. Kerangka alat pengirat bambu

(34)

c. Rol penggerak

Rol penggerak berfungsi sebagai penggerak masuknya bilah bambu menuju pisau pengirat.

d. Pisau

Pisau merupakan bagian utama dari alat pengirat bambu yang berfungsi untuk melukai batang dan tidak melukai serat.

3. Rancangan struktural

a. Dudukan alat pengirat bambu

Bagian rangka terbuat dari besi siku dengan ukuran 2 cm x 5 cm. Tinggi rangka 80 cm, lebar 48 cm dan panjang 77 cm. Rancangan rangka dapat dilihat pada Gambar 7.

(35)

b. Kerangka alat pengirat bambu

Kerangka ini terbuat dari besi segi empat berukuran 1,5x1,5 cm. Ukuran dari kerangka adalah 40x20x20 cm.

Gambar 5. Kerangka alat pengirat bambu

c. Roller penggerak

Bagian roda penggerak terbuat dari besi yang berbentuk seperti roda serta dilapisi dengan karet. Diameter roda ini adalah 3 cm, panjang masing-masing roda adalah 15 cm, dan jarak antara roda satu dengan yang lain adalah 0,5 cm. Ketebalan dari karet pelapisnya adalah 0,2 cm.

(36)

d. Pisau

Pisau terbuat dari plat baja yang disusun sejajar sebanyak 2 buah.

Diletakkan dengan posisi tegak dengan ketebalan 1,5 mm dan panjang 3 cm, jarak pisau satu dengan yang lainnya adalah 3 mm, mata pisau bagian atas hanya satu sisi saja dan yang tengah memiliki mata pisau di kedua sisinya. Sama seperti penelitian Lutfi dkk., (2010) pisau terbuat dari baja dan diasah sehingga salah satu sisinya menjadi tajam.

Gambar 7. Pisau untuk mengirat bambu

4. Uji Kinerja Alat

Pengujian komponen alat diamati untuk memastikan bahwa setiap komponen diharapkan bekerja dengan baik. Setelah semua alat bekerja dengan baik langkah selanjutnya adalah pengujian alat pengirat bambu, pengujian kapasitas alat

pengirat bambu, dan menghitung lama pengiratan bambu.

a. Pengujian Pengiratan Bambu

Pengujian pengiratan dilakukan dalam skala laboratorium. Cara pengiratan

(37)

bambu tersebut dibelah menjadi beberapa bilah. Setelah itu, bilah-bilah bambu tersebut dimasukkan ke dalam saluran pengumpan dan unit pendorong dalam keadaan berputar.

Sebelum dan sesudah dilakukan pengiratan, jumlah bambu sampel, jumlah bambu yang terirat, tidak terirat, dan bambu terirat rusak dihitung untuk data pengamatan. Masing-masing pengujian dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, yaitu 5 sampel dalam keadaan basah dan 5 sampel dalam keadaan kering. Bagian bambu yang diuji diklasifikasi dalam 3 bagian yaitu pangkal, tangah, dan ujung. Kemudian menghitung persentase bambu yang terirat, dan bambu terirat rusak dari sampel bambu yang diirat pada alat pengirat, dilanjutkan dengan menghitung lama pengiratan.

b. Pengujian Kapasitas Kerja Alat

Kapasitas kerja alat pengirat bambu ini dilakukan dengan cara mengumpankan bahan dengan 3 kali pengulangan dan mencatat waktu yang diperlukan untuk mengirat bambu tersebut.

E. Paramater yang Diukur

1. Kapasitas Alat Pengirat Bambu

Parameter yang diukur yaitu kapasitas kerja dari alat pengirat bambu dengan cara jumlah bahan dibagi waktu. Prosedur ini menggunakan stopwatch untuk

menghitung waktu pengiratan. Sebelum bambu dimasukkan ke dalam alat

(38)

selesai melakukan pengiratan, stopwatch dilihat kembali berapa waktu yang diperlukan untuk mengirat bambu sampel.

Perhitungan ini menggunakan persamaan :

... (5)

2. Persentase Keberhasilan Bambu Terirat

Selain itu kualitas hasil dari uji kinerja alat pengirat bambu ini dilihat dari keseragaman ketebalan dan persentase produk terpakai dengan cara menghitung jumlah bambu yang terirat baik dibagi jumlah total sampel bambu.

... (6)

Kriteria bambu yang terirat baik adalah :

1. Panjang iratan maksimal berkurang 2 cm dari panjang sampel awal. 2. Ketebalan iratan seragam dari ujung satu ke ujung lainnya.

3. Lebar bambu hasil iratan tidak berkurang dari separuh panjang iratan.

F. Analisis Data

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Telah dihasilkan prototipe alat pengirat bambu dengan menggunakan engkol sebagai tenaga penggeraknya. Hasil pengujian prototipe alat pengirat bambu, bambu kering hasilnya relatif lebih baik dibandingkan dengan sampel bambu yang kadar airnya masih tinggi. Disebabkan karena sampel bambu kering memiliki struktur yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan bambu yang kadar airnya masih tinggi.

Alat ini dapat mengirat bambu basah bagian pangkal sebesar 33,33 %, bagian tengah sebesar 20 %, dan bagian ujung sebesar 26,67. Sedangkan persentase keberhasilan sampel bambu kering bagian pangkal dan tengah sebesar 33,33 %, dan bagian ujung sebesar 26,67 %.

(40)

B. Saran

Alat ini masih memiliki kapasitas yang rendah, maka diperlukan adanya

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. Dikutip dari www.library.usu.ac.id. Tanggal 12 Juli 2013.

Berlian dan Rahayu. 1995. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta. Goering, C.E, R.P. R. Bach, dan A.K. Srivastava. 1993. Engineering Principle of

Agricultural Machines. ASAE. Michigan. USA.

Hurst, K.S. 2006. Prinsip-Prinsip Perancangan Teknik. Erlangga. Jakarta.

Lampiran Keputusan Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Nomor : 77/Kpts/V/1997 tanggal 28 juli 1997 tentang Petunjuk Teknis Pembibitan Bambu, Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan 1997 dalam Indonesian Forest, 1997.

Lewington, A. 1990. Plants for People. OxfordUniversity Press, Incorporated.

Lopez, C dan P, Shanley. 2004. Riches of the Forest: Food, Spices, Crafts and Resins of Asia. Cifor. Bogor. Indonesia.

Lutfi, M., S. Setiawan, W.A. Nugroho. 2010. Rancang Bangun Perajang Ubi Kayu Pisau Horizontal. Jurnal Rekayasa Mesin, Vol 1, hal. 41-46.

Skoog DA, Hooler FJ, Nieman TA. 1998. Principles of Instrumental Analysis. Ed ke- 5. Orlando: Harcout Brace.

Soekarno. dan S. Suharyatun. 2003. Diktat Perancangan Mesin Tepat Guna. Proyek Semi Que V Jurusan Teknik Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suhasman dan Bakri. 2012. Sifat Fisik dan Mekanis Papan Semen Berbahan Baku Bambu. Jurnal Perenial, Vol. 8 No. 2, hal. 84-87.

Sukawi. 2010. Bambu Sebagai Alternatif Bahan Bangunan dan Konstruksi di Daerah Rawan Gempa. Jurnal Teras, Vol X, No. 1, 10 hal.

(42)
(43)

Lampiran 1. Tabel data hasil pengamatan

Bambu basah

Tabel 4. Data sampel bambu basah bagian pangkal

Tabel 5. Data sampel bambu basah bagian tengah

(44)

Tabel 6. Data sampel bambu basah bagian ujung

Tabel 7. Data bambu kering bagian pangkal

(45)

Tabel 8. Data bambu kering bagian tengah

Tabel 9. Data bambu kering bagian ujung

(46)

Tabel 10. Data dimensi bambu sampel (basah)

ULANGAN PANGKAL TENGAH UJUNG

LEBAR TEBAL LEBAR TEBAL LEBAR TEBAL

DEVIASI 0,698411 0,471051 1,455106 0,74364 2,090401 0,662487

Tabel 11. Data dimensi bambu basah sampel (kering)

ULANGAN PANGKAL TENGAH UJUNG

LEBAR TEBAL LEBAR TEBAL LEBAR TEBAL

DEVIASI 0,73462 0,641353 1,341724 0,496991 1,004601 0,604888

Tabel 12. Data perhitungan kadar air sampel bambu basah

(47)

Tabel 13. Data perhitungan kadar air sampel bambu kering

BAGIAN ULANGAN BOBOT AWAL(g)

BOBOT KERING(g)

PANGKAL 1 11,64 10,07 13,488 15,591

2 10,72 9,24 13,806 16,017

RATA-RATA 11,18 9,655 13,647 15,804

TENGAH 1 9,55 8,15 14,660 17,178

2 10,85 9,39 13,456 15,548

RATA-RATA 10,2 8,77 14,058 16,363

UJUNG 1 11,37 9,79 13,896 16,139

2 9,94 8,57 13,783 15,986

(48)

Lampiran 2. Perhitungan

1. Kapasitas Kerja Alat Pengirat bambu

Perhitungan ini menggunakan persamaan :- ∑ × 1 × 1

(49)

b. Tengah

261 detik x = 0,0725

Kapasitas =

, = 621 ℎ/

c. Ujung

264 detik x = 0,0747

Kapasitas =

, = 602 ℎ/

2. Persentase Keberhasilan (%)

Perhitungan ini menggunakan persamaan :

( %) = ℎ

ℎ × 100%

- Bambu basah

a. Pangkal

(%) = 5

15× 100% = 33,33%

b. Tengah

( %) = 3

15× 100% = 20%

c. Ujung

( %) = 4

(50)

- Bambu kering

a Pangkal

(%) = 5

15× 100% = 33,33%

b. Tengah

( %) = 5

15× 100% = 33,33%

c. Ujung

( %) = 3

(51)

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Gambar 11. Proses pembuatan alat pengirat bambu

(52)

Gambar 13. Uji kinerja alat pengirat bambu

(53)

Gambar

Tabel 1.Jenis-jenis Bambu
Tabel 1. (lanjutan).
Gambar 1.  Diagram alir pembuatan alat pengirat bambu
Gambar 2.  Ilustrasi alat pengirat bambu (tampak samping kanan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa fitur dari yang tersedia pada jam digital yang telah kami buat adalah mampu menampilkan jam hingga nilai menitnya, mampu melakukan pengesetan nilai

manusia melakukan pekerjaan, ternyata memberikan dampak yang kurang baik untuk manusia.

Madiun yang bersumber dana dari daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) MIN Bancong Tahun Anggaran 2O1.2 dengan Harga Perkiraan Sendiri GPS) sebesar Rp.. 252340000,

Paket Pelelangan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yang termuat dalam SPSE[memiliki SBU SI.003,klasifikasi kecil minimal K

Dalam pelaksanaan penerapan konseling naratif dimaksudkan untuk mengurangi glossophobia pada siswa adalah konseli diajarkan untuk mengganti cerita-cerita

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kebermaknaan hidup pada ODHA yang ditinjau dari ikhlas dan dukungan

mengenai sistem pelaksanaan program klinik sanitasi di Puskesmas Belawan

Akan lebih efektif pesan yang disampaikan bila perancang dalam mendesainnya dengan menggunakan gambar pohon silsilah dimana pada akar ada photo kakek dan nenek yang