• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LIMBAH (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI POKOK LIMBAH

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan

Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

ANDRIANA KHISBUL FANANI

Hasil observasi proses pembelajaran biologi selama ini yang disampaikan kurang menarik siswa, karena hanya disuguhi materi tanpa melibatkan proses penemuan yang mereka lakukan sendiri, sehingga siswa kurang mengaitkan fakta yang terjadi dilapangan dengan konsep-konsep sains. Sehubungan dengan itu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning pada proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan hasil balajar siswa.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran QL

terhadap Hasil Belajar siswa pada materi pokok Limbah pada kelas X IPA SMA Negeri 1 Sidomulyo Kab. Lampung Selatan.

(3)

pokok Limbah yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji U dengan bantuan program SPSS 11. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswaselama proses pembelajaran yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran QL dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini terlihat pada kelas eksperimen rata-rata nilai

N-gain sebesar 57,91 dan rata-rata nilai N-gain kelas kontrol sebesar . 36,98.Selain itu, rata-rata aktivitas siswa juga menunjukkan peningkatan sebesar63,66. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas bekerja sama dengan teman, mengungkapkan ide atau gagasan, dan mempresentasikan hasil diskusi. Skor tertinggi terdapat pada aspek aktivitas mempresentasikan hasil diskusidan skor terendah terdapat pada aspek mengungkapkan pendapat. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran QL

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan pada materi pokok limbah.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Quantum Learning ... 11

B. Hasil Belajar……… 30

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Desain Penelitian ... 32

D. Prosedur Penelitian ... 32

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 38

1. Jenis Data ... 38

2. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Normalitas Data ... 40

2. Kesamaan Dua Varian...40

3. Pengujian Hipotesis ... 41

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 42

(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Perangkat Pembelajaran ... 61

2. Data Hasil Penelitian ... 158

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 168

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

(10)

dapat mengembangkan cara belajar yang menyenangkan dan berfikir positif. Salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan cara belajar yang nyaman dan menyenangkan, positif, logis, dan kreatif adalah mata pelajaran Biologi.

Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa atau kondisi diluar diri siswa (Syah, 2010; Slameto, 2010). Faktor eksternal khususnya faktor sekolah tentunya

berpengaruh secara langsung pada pembelajaran siswa di sekolah. Lingkungan yang berperan dalam pembelajaran di sekolah salah satunya adalah lingkungan kelas dimana siswa belajar bersama. Lingkungan yang teratur dan tertata rapi pastinya akan menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa untuk belajar. Permasalahan pada proses pembelajaran yang sering terjadi adalah

pembelajaran yang kurang mampu mengelola lingkungan kelas untuk menumbuhkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga hasil belajar kurang dapat dicapai secara maksimal.

(11)

akhir pembelajaran. Metode ceramah memang tidak buruk karena ditambah metode tanya jawab, namun permasalahan muncul ketika siswa menjadi kurang berperan aktif dalam pembelajaran.

Keadaan proses belajar yang terlalu tegang,membuat otak cepat lelah, hal inilah yang diduga menyebabkan proses belajar nyaman dan menyenangkan belum terwujud secara nyata dan belum memenuhi kebutuhan dalam proses belajar.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan januari 2013, proses pembelajaran biologi kelas X SMA N I Sidomulyo masih menggunakan metode ceramah dan diskusi biasa bahkan dalam penyampaian materi guru di SMA tersebut jarang menggunakan media pembelajaran dikarenakan fasilitas sekolah yang kurang memadai. Tidak efektifnya penggunaan metode tersebut di duga berdampak negatif terhadap cara membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.Kenyataan tersebut terlihat dari nilai rata- rata siswa pada materi pokok Limbah tahun pelajaran 2013/2014 baru mencapai 59,02. Hanya 40% siswa yang mendapatkan nilai ≥ 75. Nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 100% siswa yang harus mencapai nilai ≥ 75. Dengan demikian kelas tersebut belum mencapai belajar tuntas.Penelitian ini

dilakukan, karena masih belum kreatif nya guru tentang cara belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Hal tersebut dapat dilihat dalam proses pembelajaran, guru juga belum

(12)

yakni cara belajar yang menyenangkan dan untuk menggali informasi dalam hal memahami permasalahan dan mengolah informasi dalam membuat kesimpulan. Penelitian ini juga dilakukan karena masih kurangnya

pengetahuan guru dalam penggunaan media untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta belum pernah dilakukan penelitian seperti ini sebelumnya.

QL(Quantum Learning) adalah pengajaran yang dapat mengubah kemampuan

dan bakat alamiah siswa yang dapat bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.Quantum learning juga merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang didalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendisain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa.Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa (Ahmad dan Joko:2009.1).

Quantum Learning (QL) merupakan suatu pendekatan yang memanfaatkan

proses orkestrasi dalam kegiatan pembelajaran (DePorter,et al., 2002).

(13)

bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan dalam hasil belajar yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungan.

Beberapa pendekatan yang ditawarkan tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. QL merupakan pendekatan yang lebih menarik perhatian bila dibandingkan dengan pendekatan lain. Hal ini dikarenakan memiliki beberapa keunggulan dibanding dengan pendekatan lainnya. QL tidak menghilangkan kebiasaan pembelajaran namun mengkondisikan suasana lingkungan dengan baik dan menyenangkan serta menambahkan beberapa langkah

pengembangan peran aktif dan potensi siswa melalui seluruh aspek dan prinsip yang ada didalamnya sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan sekaligus mengurangi masalah internal siswa maupun masalah lingkungan yang mempengaruhi pembelajaran. Berdasarkan kelebihan yang ada pada QL

dan kondisi pembelajaran di kelas X SMA Negeri I Sidomulyo, maka perlu diadakan suatu penelitian untuk mengetahui apakah penerapan QL benar-benar dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa di SMA Negeri 01 Sidomulyo.

B. Rumusan Masalah

(14)

Adakah pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode pembelajaran

Quantum Learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa SMA N 01

Sidomulyo ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Pengaruh penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok limbah di SMA N 01 Sidomulyo.

D. Manfaat Penelitian

Setelah diadakannya penelitian ini, maka hasilnya dapat digunakan untuk:

1. Bagi peneliti : Memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dalam menerapkan media gambar,dan musik agar suasana rileks,nyaman dan menyenangkan dalam pembelajaran biologi dan pembelajaran Quantum Learning.

2. Bagi guru : Memberikan wawasan bagi guru untuk menggunakan Media gambar dan musik dengan pembelajaran Quantum Learning sebagai alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran biologi.

(15)

dalam mata pelajaran biologi.

4. Bagi Sekolah : Sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan media musik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memberi kejelasan dalam penelitian, berikut dikemukakan beberapa batasan yaitu :

1. Metode pembelajaran Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan,dimana siswa tersebut melihat gambar yang disajikan melalui power poin dan media musik yang disajikan sembari menyajikan gambar melalui power poin,efek samping dari menggunakan media musik tersebut otot-otot mengalami,gelombang otak dan denyut nadi menjadi turun dan rileks. Relaksasi yang membuat fikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.

2. Indikator peningkatan yang diukur dalam penelitian ini adalah kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

3. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok limbah dengan kompetensi dasar Menganalisis jenis-jenis Limbah Dan Daur ulang Limbah (KD 4.3)

4. Indikator yang harus dicapai tentang belajar yang nyaman dan

(16)

5. Musik yang digunakan dalam proses belajar menggunakan metode Quantum Learning adalah aliran musik barrack yaitu sejenis musik klasik instrumental,contohnya yaitu seperti mozard,bach,vivaldi dll.

F. Kerangka Pikir

Pendidikan kecakapan hidup merupakan investasi yang sangat berharga dalam menghasilkan manusia yang terampil dan berkeahlian dalam bidang-bidang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Salah satu jenis kecakapan yang dapat menunjang kecakapan hidup seseorang adalah dengan meningkatkan Hasil belajar siswa. Dengan menggunakan

pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.Maka seseorang akan terbiasa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tenang dan akan lebih mendahulukan pikiran positif dibanding hanya dengan menggunakan emosi atau perasaan saja.

Begitu pentingnya memperoleh proses belajar yang nyaman dan

menyenangkan. seharusnya hal ini menjadi salah satu tujuan dari pendidikan, sehingga peserta didik tidak hanya diciptakan untuk pandai dalam

mengerjakan soal-soal melainkan pandai dalam menyelesaikan masalah hidup yang dihadapi. Terutama dalam mata pelajaran Biologi, sebagai salah satu mata pelajaran sains yang muatan materinya lebih banyak sehingga tidak dimungkinkan siswa untuk menghafalnya. Siswa dituntut untuk lebih memahami konsep biologi dan mengembangkan daya nalar dalam

(17)

Pemilihan media dan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran Biologi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah menggunakan media gambar melalui power poin dan diiringi menggunakan musik dalam pembelajaran Quantum Learning.

Penggunaan media gambar yang dikombinasikan dengan music dalam pembelajaran Quantum Learning akan memunculkan sikap positif dan motivasi untuk menggali informasi, kecakapan mengolah informasi, kecakapan mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Sebab dengan media yang nyata pengertian-pengertian yang tadinya bersifat abstrak dapat menjadi kongkrit. Oleh karena itu, siswa lebih mudah dalam menggali dan mengolah informasi yang dibutuhkan. Melalui pembelajaran

Quantum Learning, siswa dilatih untuk dapat nyaman dan menyenangkan

dalam proses belajar. Siswa belajar berani bertanya atau mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran Quantum Learning dibutuhkan kenyamanan ruang belajar,maka akan menumbuhkan sikap kreatif pada siswa.

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah media gambar yang dikombinasikan dengan musik dalam pembelajaran Quantum Learning

(18)
[image:18.595.194.423.111.151.2]

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Keterangan =X ;metode pembelajaran Quantum Learning,Y ;hasil belajar

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode

pembelajarn Quantum Leraning terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Quantum Learning

Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.

Dalam proses pembelajaran itu sendiri dikenal beberapa istilah-istilah. Istilah- digunakan metode pembelajaran tertentu istilah tersebut adalah pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik

(20)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan guru yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Selanjutnya metode pembelajaran dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan atau alat atau nedia yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Sementara taktik

pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.

Quantum ialah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah suasana belajar yang

menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Quantum Learning merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang di

dalam dan sekitar momen belajar atau suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa (Ahmad dan Joko:2009.1).

(21)

mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme).

Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik

berkebangsaan Bulgaria.

Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.

Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan Quantum learningsebagai “interaksi -interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengamsalkan

kekuatan energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar,

tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan inilah, Quantum

(22)

triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol (metaphoric learning), simulasi/permainan.

Beberapa hal yang penting dicatat dalam Quantum Learning adalah sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas.

Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan “kegembiraan dan

tepukan.” (Gordon dan driden:2003:1)

(23)

dengan lingkungan), sistem emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).( Iwan Sugiarto:2004:4) Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”.

Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,

menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme.

Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan

kehormatan diri.” Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait. Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi) kepada penciptaan kehormatan diri.

Dalam kaitan itu pula, antara lain, Quantum Learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan Dari proses inilah,

Quantum Learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah

(24)

dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi,

menggunakan apa yang Anda pelajari untuk keuntungan anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini

disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.”

Lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar bagi peserta didik.Quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, Para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

(25)

yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi siswa.

Lingkungan makro ialah “dunia yang luas.” Peserta didik diminta untuk

menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya. “Semakin siswa berinteraksi dengan

lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah Anda mempelajari informasi baru,” tulis Porter. Setiap siswa

diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan. Mereka tidak boleh terbenam dengan situasi status quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Mereka diminta untuk melebarkan lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu yang baru akan memperluas “zona aman,

(26)

Quantum Learning merupakan pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Dan juga menyertakan segala kaitan, interakasi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Dengan demikian,

Quantum Learning berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar.

Quantum Learning merupakan penerapan cara belajar baru yang lebih melihat kemampuan siswa berdasarkan kelebihan atau kecerdasan yang dimilikinya.

Quantum berarti percepatan atau lompatan. Kerangka pemikiran yang dibangun oleh ciri pembelajaran Quantum Learning ini adalah adanya sikap positif yang dibangun dalam diri siswa, dengan meyakinkan siswa bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan pikiran yang tidak terbatas. Ada yang beranggapan bahwa otak kita sama dengan otak Einstein. Dengan

mempercayai kekuatan pikiran, kita dapat mengetahui dalil tentang otak, bahwa otak harus dilatih dan tidak masalah jika harus digunakan secara terus menerus. Kita hanya tinggal memilih saja, ingin memanfaatkan organ yang paling penting dalam hidup ini atau mengabaikannya sehingga menjadi tidak berguna.

(27)

pelajaran. Disamping itu, lingkungan belajar yang nyaman juga dapat membuat suasana kelas menjadi kondusif. Siswa dapat menangkap materi yang diajarkan dengan mudah karena lebih mudah untuk fokus kepada penyampaian guru. Pembelajaran pada Quantum Learning menuntut setiap siswa untuk bisa membaca secara cepat dan membuat ringkasan berupa catatan. Saat kita belajar adalah saat yang harus dibangun sebagai sesuatu yang menyenangkan. Maksudnya yaitu ada manfaat yang kita dapat dari hasil belajar. Ketika kita merasa bahwa ada manfaat yang kita dapat dari belajar, maka dapat dikatakan proses belajar yang telah kita jalani memperoleh keberhasilan. Bagaimana proses belajar yang baik? Proses belajar yang baik harus dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan, oleh karena itu guru harus mencari cara terbaik untuk membuat siswa merasa nyaman dan bersahabat ketika melakukan kegiatan belajar mengajar.

Ada beberapa fase belajar yang dominan dalam hidup kita yang menunjukan masa-masa dimana belajar merupakan suatu kebutuhan dan paksaan bagi kita. Masa-masa awal belajar dimulai pada umur satu tahun, fase dimana kita mau tidak mau belajar untuk berjalan. Umur dua tahun yaitu fase belajar

berkomunikasi karena keinginan dalam diri untuk bisa berbicara dengan orang lain. Pada umur lima tahun, kita sudah mulai tahu sekitar 90% kata-kata yang kita dengar dari orang lain. Enam tahun, fase kita belajar membaca dan masa-masa penurunan semangat belajar adalah ketika umur tujuh tahu, fase dimana kita mulai menganggap belajar sebagai sesuatu yang

(28)

Sebagai tambahan saja, dalam sehari diperkirakan seorang anak menerima sekitar 460 komentar negatif dan hanya 75 komentar positif. Hal inilah yang merupakan kesalahan dari orang-orang terdekat si anak, karena pujian dan motivasi kurang diberikan kepada anak. Anak akan merasa down karena merasa kurangnya dukungan dari orang sekitar. Padahal kalau kita telaah, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbagai macam beserta kelebihan dan kekurangannya. Tidak ada salahnya untuk memberikan dukungan kepada anak, karena rasa percaya diri yang diperolehnya seorang anak dapat mengembangkan minat dan bakatnya melalui kecerdasan yang dimilikinya. Macam-macam kecerdasan yang dimaksud tadi diantaranya yaitu :

kecerdasan linguistik (kecerdasan berbahasa), logika-matematik, visual atau spasial (mampu mengaitan dan menghubungkan suatu hal secara analiti), kinestetik (gerak sensor motorik), musikal, intrapersonal (mampu

mengendalikan emosi dan tahu jati dirinya), dan yang terakhir yaitu interpersonal (bisa berkomunikasi dengan baik dan senang bersosialisasi dengan orang lain).

(29)

dan kiri yang mempunyai kemampuan berbeda-beda. Pada otak kiri terdapat bermacam-macam kemampuan, yaitu kemampuan untuk berpikir logis, sekuensial, linear, rasinal (beralasan), konvergen, dan vertikal. Sedangkan otak kanan mempunyai kemampuan berpikir secara acak, tidak teratur (fokus berpindah-pindah), mempunyai sifat yang intuitif artinya pemanfaatan fakta yang ada dikembangkan menjadi lebih imajinatif, berpikir secara holistic atau menyeluruh dan terkait, dan pemikirannya divergen dan lateral.

Pendayagunaan otak sangat berpengaruh terhadap tipe belajar yang

ditunjukkan oleh seorang anak. Hal itu dapat dilihat dari seberapa aktif dan pasif-kah partisipasi seorang anak dalam menikmati kegiatan belajar yang dilakukannya. Perbedaan yang mencolok diantara keduanya yaitu, pada tipe anak yang belajar aktif, ia akan belajar apa saja dari setiap situasi yang ada, memanfaatkan apa yang dipelajari sebagai keuntungan kita, selalu proaktif, dan bersandar pada kehidupan. Sedangkan tipe pasif merupakan kebalikkan dari tipe aktif. Hal ini bisa dibilang merupakan hal yang negatif, karena seorang anak tidak melihat kesempatan belajar yang ada, selalu mengabaikan peluang berkembang dari apa yang dipelajarinya, reaktif, dan menarik diri dari kehidupan.

Oleh sebab itu, ada baiknya mengenai betapa pentingnya manfaat belajar harus disampaikan kepada peserta didik sehingga siswa tahu apa saja hal-hal positif yang ia peroleh dari belajar. Dan juga agar siswa nantinya

(30)

akhirnya akan timbul rasa percaya diri yang menjadi kekuatan pribadinya. Untuk menciptakan rasa percaya diri tersebut dapat dilakukan dengan cara yang sangat mudah, yaitu setiap selesai atau berhasil mengerjakan suatu tugas, kita bisa merayakannya. Karena perayaan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan, kepercayaan diri, dan motivasi untuk langkah berikutnya. Selain faktor internal tersebut, faktor eksternal sangat diperlukan guna menunjang motivasi belajar seorang siswa (Slamet: 2003:5).

(31)

dari mind-mapping ini, salah satu diantaranya yaitu dapat mempermudah dan meringkas materi yang banyak muatannya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan selama proses pelaksanaan pembelajaran Quantum Learning yakni dengan cara:

1) Kekuatan Ambak

Guru memberikan informasi mengenai apa saja manfaat yang diperoleh setelah mempelajari materi tipe data dasar, tipe data bentukan, runtunan, dan pemilihan untuk diri siswa dan manfaat untuk mempelajari materi berikutnya.

2) Penataan lingkungan belajar

Lingkungan belajar dibuat senyaman mungkin, seperti penerangan yang cukup, posisi duduk yang nyaman, sirkulasi udara yang baik, memutar musik mozart dan barok yang dapat membuat rileks otak namun dapat memberikan semangat dalam belajar.

3) Memupuk sikap juara

Memberikan pujian terhadap siswa yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, serta memberikan dorongan semangat terhadap siswa yang belum mampu menyelesaikan tugas dengan baik agar lebih giat lagi berlatih.

4) Bebaskan gaya belajarnya

Dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada gaya belajar kinestetik, siswa diberi kebebasan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi kemampuan kinestetiknya.

(32)

Siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah mereka pahami, serta diberikan soal yang harus

diselesaikan secara estafet sehingga siswa mampu bekerja sama dengan baik dan mampu melanjutkan rangkaian jawaban soal yang telah dijawab oleh teman sebelumnya.

6) Melatih kekuatan memori anak

Siswa diberikan latihan soal secara bertahap untuk melatih kemampuan memorinya.

7) Rayakan

Setelah selesai, maka siswa merayakannya. Guru memberikan selamat kepada siswa dan setiap siswa memberikan selamat kepada siswa yang lain. Suasana kelas diakhiri dengan tepuk tangan bersama seluruh anggota kelas

Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Quantum

Learning ini ialah: Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing

siswa, melatih berpikir nyaman dan menyenangkan. Dan kekuranganya memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif (Kiranawati, 2007:1).

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses

(33)

mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Djamarah dan Zain (2006: 105) sebagai berikut:

1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.

2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran yang telah dicapai, baik secara individual maupun kelompok.

Berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar- mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif Djamarah dan Zain (2006: 105).

Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

(34)

dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut.

Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep- konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip- prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan

masalah atau di dalam kreatifitas (Slameto, 1991: 131).

(35)

1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang

dipelajari.

3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk

meghadapi masalah yang nyata dan baru.

4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu.

6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada

(36)

Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan keberhasilan yang memuaskan baik bagi sistem pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Akan tetapi pada kenyataannya dalam usaha pencapaian tujuan tersebut terkadang tidak berjalan dengan lancar, sehingga dapat menghambat kemajuan belajar. Hambatan inilah yang harus diketahui agar dapat dihindarkan sehingga tidak menimbulkan kegagalan. Menurut Syah (2002:132) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Internal (faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik) 1. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi

kesehatan, daya pendengaran dan penglihatan dan sebagainya. 2. Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas

perolehan pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi rohani peserta didik, tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta didik.

b. Faktor Eksternal(faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik) 1. Lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi, dan

(37)

2. Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. c. Faktor pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian inidilaksanakan di SMA NEGERI I Sidomulyo pada semester genaptahun pelajaran 2012/2013. Waktu penelitian pada bulan Februari 2012

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini berhubungan dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian itu sendiri. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X di SMA Negeri 01 Sidomulyo. 2. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X2 sebagai kelas

eksperimen dan kelas X3 sebagai kelas kontrol yang telah dipilih secara acak (cluster randomsampling). Cluster random sampling adalah populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005:127).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain pretest-postest

(39)

(X.2) diberi perlakuan penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning dan kelompok kontrol (X.3) menggunakan metode diskusi. Pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mendapat tes awal dan tes akhir. Struktur desainnya sebagai berikut:

Kelompok tesawal perlakuan tesakhir X2 O1 X O2

X3 O1 C O2

Gambar 1. Desain pretes-postes kelompok non- ekuivalen.

; X3= kelas eksperimen; C = perlakuan eksperimen dengan metode QL ; O1 = tesawal; O2 = tesakhir (modifikasi dari Riyanto,

2001:43 Keterangan: X2= kelas kontrol; X = perlakuan dengan metode diskusi).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut: 1. Pra Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke fakultas untuk observasi ke sekolah.

b.Mengadakan observasi ke sekolah tempat di adakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang kelas yang akan diteliti.

(40)

d.Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari tes awal dan tes akhir. f. Membuat lembar observasi kegiatan belajar mengajar berupa lembar

observasi aktivitas siswa dan catatan lapangan.

g.Membentukkelompokdiskusipadakeduakelaseksperimendankelaskontrol yang bersifatheterogenberdasarkannilaiakademiksiswa, 2

siswadengannilaitinggi, 1 siswadengannilaisedang, dan2siswadengannilai yang rendah. Setiapkelompokterdiridari5 orang siswa (Lie, 2004 : 42). Nilaidiperolehdaridokumentasipada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

Quantum Learning dan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol.

Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

Kelas eksperimen dengan menggunakan metode Quantum Learning.

a.Pendahuluan

1.Guru memberikan tes awal berupa soal pilihan jamak(pertemuan 1). 2.Guru membacakan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),

dan indikator pembelajaran. Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan memberikan pertanyaan (Pertemuan I) :

(41)

tersebut dimanfaatkan oleh kita? “ (Pertemuan II): Berapa macam sampahkah yang dapat kita manfaatkan?

3.Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan: (Pertemuan I) : ”Siswa diberikan penegasan bahwa sebagian sampah yang ada disekitar kita dapat kita manfaatkan. Hal ini dapat terbukti bahwa plastic dapat didaur ulang kembali menjadi bahan pembungkus untuk sebagai keperluan contoh botol sampo,botol minuman dan masih banyak lg produknnya. (Pertemuan II): :”Siswa diberi penegasan bahwa limbah tersebut dapat di daur ulang dan memiliki produk hasil dari daur ulang tersebut cotohnya kertas,gelas,alumunium,baja dan plastik .

4.Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama

membahas tujuan dan langkah langkah daur ulang limbah . Pertemuan kedua membahaslimbah yang dapat didaur ulang dan hasil produknya dan membuat produk daur ulang.

b. Kegiatan inti

1. Guru menempatkan siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

(42)

3. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi limbah; (pertemuan I), tujuan daur ulang dan langkah langkah daur ulang; (pertemuan II), limbah yang dpat didaur ulang dan produk hasilnya. 4. Guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara

mengerjakan LKS.

5. Guru menunjuk/memanggil siswa mempresentasikan hasil belajarnya secara bergantian .

6. Guru menanyakan alasan atau dasar mengapa harus ada

musik,poster,gambar-gambar, dan lingkungan yang nyaman pada proses belajar.

7. Dari alasan tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

8. Guru mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan/rangkuman yaitu membuat Mid Mapping dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

c. Penutup

1.Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

2.Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

3.Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

(43)

Kelas kontrol menggunakan metode diskusi

Pendahuluan

1.Guru memberikan tes awal berupa soal pilihan jamak.

2.Guru membacakan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

3.Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan: (Pertemuan I) : ”Siswa diberikan penegasan bahwa sebagian sampah yang ada disekitar kita dapat kita manfaatkan. Hal ini dapat terbukti bahwa plastik dapat didaur ulang kembali menjadi bahan pembungkus untuk sebagai keperluan contoh botol sampo,botol minuman dan masih banyak lagi produknnya. (Pertemuan II) :”Siswa diberi penegasan bahwa limbah tersebut dapat di daur ulang dan memiliki produk hasil dari daur ulang tersebut cotohnya kertas,gelas,alumunium,baja dan plastik

4.Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama

membahas tujuan dan langkah-langkah daur ulang limbah . Pertemuan kedua membahaslimbah yang dapat didaur ulang dan hasil produknya dan membuat produk-produk daur ulang.

a.KegiatanInti

1.Guru menempatkan siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

(44)

langkah langkah daur ulang,(pertemuan 2),limbah yang dapat didaur ulang dan produk hasilnya.

3.Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan daur ulang limbah; (pertemuan I), tujuan dan langkah-langkah daur ulang(pertemuan II), limbah yang dapat didaur ulang dan produk hasilnya.

4.Guru meminta siswa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab LKS melalui buku biologi yang telah tersedia.

5.Guru memanggil beberapa siswa untuk maju mempresentasikan hasil Belajar.

6.Guru membahas (mengevaluasi) masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang belum dapat dipecahkan oleh siswa.

b. Penutup

1.Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami.

2.Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

(45)

E.Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis Data

Jenis data hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperolehdari nilai tes awal dan tes akhir pada materi pokok daur ulang limbah.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: Hasil Belajar

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes awal dan tesakhir. Tesawaldilakukan di awal pertemuan I, dan tes akhir dilakukan di akhir pertemuan II. Tesawal dan tes akhir dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal uraian. Tesawal yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan tes akhir yang diberikan di akhir pertemuan II.

Untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, diperlukan suatu analisis data untuk memperoleh kesimpulan. Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t menggunakan software

SPSS 17. Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(46)

yaitu:

Keterangan: Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum

Dengan kriteria:

 Tinggi jika N- Gain> 0,7  Sedang jika 0,7 > N- Gain> 0,3  Rendah jika N- Gain < 0,3

3. Teknik Analisis Data a. Hasil Belajar

1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = Data berdistribusi normal H1 = Data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

(47)

2. Uji kesamaan dua varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS 17.

a. Rumusan Hipotesis

H0 = Kedua data mempunyai varians yang sama H1 = Kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung> F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka H0diterima

(48)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka H0 diterima

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan metode Quantum Learning berpengaruh secara signifikan

terhadap kemampuan hasil belajar siswa pada materi pokok Jenis-Jenis Limbah dan Daur Ulang Limbah.

2. Rata-rata kemampuan hasil belajar siswa di kelas eksperimen yang belajar menggunakan metode QL lebih tinggi dari pada di kelas kontrol yang belajar tanpa menggunakan metode QL pada materi pokok Jenis-Jenis Limbah Dan Daur Ulang Limbah dan N-gain yang tertinggi adalah indikator menggali informasi.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, saran-saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:

(50)

memudahkan peneliti dalam membimbing dan memberikan pengarah bagi siswa.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad dan Joko, , Model Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia,.1997), Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.

.

Bobbi Porter. De dan Mike Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan,.Bandung: Kaifa, 2003

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus

SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Depdiknas. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Gordon.. Dryden. Revolusi Cara Belajar : The Learning Revolution Bagian I, Bandung. Kaifa, 2003

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. Ibrahim, M. R. Fida, M. Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Iwan. Sugiarto.2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir Holistik dan Kreatif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Lie, A. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PT Grasindo. Jakarta

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.http://www.tmcc.edu/vp/acstu/

assessment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOAPH YS Disciplin Rep0708.pdf.

(52)

Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan,

Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurhadi. B.Y. dan A.G. Senduk. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan Dengan SPSS Versi 12. Gramedia. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slavin R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2002. Metode Penelitian. Bandung: Tarsito 508 hlm.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Gambar

Gambar 1.  Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan uji skrining menggunakan bakteri uji Escherichia coli , Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginos, Salmonella typhi,

Sehubungan dengan pelaksanaan Pengadaan Langsung Barang dilingkungan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Pesawaran Tahun Anggaran 2017 Pada Kegiatan

Ketika manusia telah mengaggap sebuah nilai kebenaran yang mutlak dan tunggal, maka bisa saja manusia telah kehilangan nilai-nilai kebenaran lainnya (Ritzer, 2003: 181). Era

Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran agar permukiman yang berada pada desa wisata di setiap daerah harus terus didukung oleh pemerintahan daerahserta peran

Untuk menentukan power level Kendaraan Ringan CC 1500 s/d 2700, di kota makassar, Maka dilakukan survei pengukuran pada dua tempat yang sesuai dengan kriteria yang

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika menggunakan teori Bruner dengan bantuan peta konsep dapat meningkatkan penalaran dan

Dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran bahasa Indonesia Kelas V 029 Teluk Erong Kecamatan Rengat Tahun Pelajaran 2015/2016, proses dan hasil

STUDI PEMBINAAN KETERAMPILAN MENULIS BAGI SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |