• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel “100 Kai Naku Koto” Karya Nakamura Kou

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel “100 Kai Naku Koto” Karya Nakamura Kou"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO”KARYA NAKAMURA KOU

NAKAMURA KOU NO SAKUSHIN NO “100 KAI NAKU KOTO” NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRITEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH :

CLAUDIA BERNADINE PURBA 080708009

DEPARTEMEN SATRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO”KARYA NAKAMURA KOU

NAKAMURA KOU NO SAKUSHIN NO “100 KAI NAKU KOTO” NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRITEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D

NIP.19580704 198412 1 001 NIP. 19600403 1991031 001 Drs. Amin Sihombing

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, November 2014 Departemen Sastra Jepang Ketua,

NIP. 19600919 1988031001 Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmad dan Nimat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini dengan baik, walaupun tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi

dalam skripsi ini. Baik itu dari segi keterbatasan bahan maupun keterbatasan

penulis sendiri dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel

“100 Kai Naku Koto” Karya Nakamura Kou ini, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang begitu sederhana rasanya tidaklah cukup untuk

mengucapkan rasa terima kasih penulis. Namun hanya itulah yang mampu penulis

berikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis menghaturkan

rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang-orang yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra

(5)

3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D selaku Pembimbing I yang

telah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Bapak Drs. Amin Sihombing selaku Pembimbing II dalam penulisan

skripsi saya yang telah teliti untuk membaca dan mengoreksi penulisan ini

untuk menjadi lebih sempurna.

5. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Budaya khususnya Departemen Sastra

Jepang yang telah membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, terima

kasih atas segala pengetahuan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya.

6. Teristimewa penulis ucapkan untuk orang tua Ayahanda Bergman Purba

dan Ibunda tercinta Risna Silangit dan Salmiati Manulang terima kasih

atas kasih saying, kesabaran, doa untuk kebahagiaan dan keberhasilan

anak-anaknya, keringat dan air mata serta dukungan materil yang tak

terhingga untuk pendidikan anak-anaknya dan sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang

telah dicita-citakan mereka. Tanpa orang tua dan kasih sayang yang

diberikan kepada penulis, penulis tidak akan mampu menjadi seperti

sekarang ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan dan jasa mereka. Juga

untuk abang, dan adikku tersayang (Bang Andika, Bang Dimitri, Bang

Gardian, dan Dominique) serta semua keluarga, penulis mengucapkan

(6)

7. Untuk seseorang yang penulis sayangi Syahrial Susanto Hasugian, terima

kasih atas dukungan, semangat dan perhatiannya selama ini, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih juga buat sahabat dan adik-adik kelas di Departemen Sastra

Jepang yang tidak bisa penulis lupakan; Aqmarina Hutabarat, Lora Juwita

Situmorang, Elviani, Ferdian Lim dan lainnya yang tidak penulis sebutkan,

yang selalu ada saat suka dan duka serta selalu memberikan semangat dan

dukungan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

9. Terimakasih untuk semua teman-teman Sastra Jepang stambuk 2008

secara keseluruhan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang

telah memberikan dukungan suka dan duka selama menjalani pendidikan

di Fakultas Ilmu Budaya ini.

(7)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang. Akhir

kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan

khususnya pada pembaca.

Medan, 20 Oktober 2014

Penulis

NIM: 080708009

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….. v

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

1.1Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2Perumusan Masalah ………... 4

1.3Ruang Lingkup Pembahasan ………. 5

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ……….. 6

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..12

1.6Metode Penelitian ………..13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU ……….14

2.1Defenisi Novel ………14

2.2Resensi Novel 100 Kai Naku Koto ………16

2.2.1 Tema ……….16

2.2.2 Alur / Plot ……….18

2.2.3 Latar / Setting ………...20

2.2.4 Penokohan / Perwatakan ………..25

(9)

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU …27

3.1 Ringkasan Cerita ………27

3.2 Analisis Budaya Jepang Antara Manusia Dengan Binatang

Peliharaan ………...…28

3.3 Analisis Psikologi Tokoh Utama Fujii ………..33

3.3.1 Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis...37

3.3.2 Solusi Cerita ………39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan ……….41

4.2Saran ………...43

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

Novel Kai Noku Koto bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari

Akasaka, bernama Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua

nya. Kehadiran seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran

perpustakaan, dinamakannya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi.

Sampai pada waktunya ia harus berpisah dengan keluarganya dan Book karena ia

harus melanjutkan sekolahnya di Universitas Tokyo.

Fujii kun bertemu dengan Yoshimi yang kemudian menjadi kekasihnya,

kehidupannya pun berjalan normal dan bahagia. Sampai saat Fujii-kun mendapat

kabar bahwa Book bisa saja segera mati akibat penyakit gagal ginjal yang sudah

ia derita sejak setahun lalu. Ia pun berencana untuk pulang pada akhir pekan

depan setelah menerima kabar tersebut.

Dengan saran dari kekasihnya Yoshimi, ia pun berencana menggunakan

sepeda motornya yang sudah 4 tahun tidak pernah ia gunakan. Book sangat

menyukai bunyi sepeda motor tersebut, sehingga mereka berpikir dengan

membawa motor itu Book akan semakin senang. Akhirnya setelah itu perhatian

Fujii Kun dialihkan ke upaya memperbaiki motor tersebut. Dalam prosesnya ia

bertemu dengan Kato-san, seorang petugas di pom bensin yang dalam hati ia

(11)

Akhirnya setelah motor berhasil diselesaikan dan Book telah dijenguk,

fokus kehidupan Fujii pindah ke hubungan ia dan Yoshimi. Ia telah melamar

kekasihnya itu, dan mereka melakukan latihan berumah tangga selama 1 tahun

untuk mempersiapkan kehidupan berumah tangga yang sebenarnya. Akhirnya

Yoshimi dan Fujii-kun pun tinggal bersama. Mereka berbagi banyak hal selama

tinggal bersama. Hingga akhirnya Yoshimi sakit.

Awalnya mereka berfikir sakitnya Yoshimi adalah sakit biasa saja akibat

kelemahan daya tahan dan suhu yang tidak bersahabat. Akhirnya Yoshimi

memutuskan untuk pulang kembali ke kampungnya untuk beristirahat sambil

memeriksakan diri lebih lanjut. Namun ternyata sakit Yoshimi bukanlah sakit

biasa saja. Yoshimi terkena kanker indung telur stadium III. Selama proses

pengobatan Fujii-ku melatih diri untuk terus kuat dan fokus pada pekerjaannya

dan membuat perencanaan untuk tetap bisa bersama kekasihnya.

Kehidupannya benar-benar penuh tekanan. Banyak hal yang dia alami dan

rasakan. Dan buku ini ditutup dengan berita kematian Book. Ternyata Book

berhasil bertahan hidup selama 3 tahun sebelum mati dengan tenang. Dan dalam 3

tahun itu pun kehidupan Fujii-kun banyak berubah.

Depresi adalah suatu keadaan dimana inividu mengalami simtom-simtom

perasaan sedih, tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha

lebih besar dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk memulai

mengerjakan sesuatu, merasa tidak bersahabat, dan merasa tidak disukai orang

(12)

Orang Jepang sangat menghargai Hewan dan menganggapnya memiliki

hak yang sama dengan Manusia karena, dalam agama Buddha dipercayai bahwa

adanya suatu proses kelahiran kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang

ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami tumimbal lahir selama

makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucia

ditentukan ole

bahagia, bila ia jahat ia akan terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran

kembali juga dipengaruhi oleh Garuka Kamma yang artinya karma pada detik

kematiannya, bila pada saat ia meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di

alam yang berbahagia, namun sebaliknya ia akan terlahir di alam yang

menderitakan, sehingga segala sesuatu tergantung dari

masing.diketahui bahwa ada orang yang baik juga bisa lahir di dunia yang banyak

oraang tampan. Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di

kehidupan sebelumnya.

Fujii mencoba bangkit dari semua keterpurukan yang dirasakannya. Ia

mencoba perlahan mengobati segala tekanan batin dan depresi yang selama ini

dirasakannya. Ia mulai menyadari bahwa yang sudah meninggal tak kan mungkin

bisa kembali lagi, hanya kenangan lah yang dapat ia simpan saat bersama kekasih

(13)

Kehilangan bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan, menakutkan,

pukulan telak, sumber depresi atau tangis. Menghilangnya sesuatu yang

sebelumnya berada dekat dengan kita pasti akan meninggalkan kenangan.

Begitupun saat kehilangan terbesar, bernama kematian, menghampiri. Proses

menekuni kehilangan demi memperoleh keikhlasan akan terasa semakin

menyulitkan. Kita harus terus mencoba dan berusaha jika melakukan sesuatu hal.

(14)
(15)
(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesustraan,

penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik

(Zainuddin, 1992 : 99). Menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983 : 16) istilah

sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif. Artinya

segenap kejadian atau peristiwa yang dikemukakan dalam karya sastra bukanlah

pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu

yang dibayangkan saja.

Pada umumnya dalam sebuah karya sastra, sastrawan selalu memasuki

pengalaman serta imajinasinya kedalam karya tersebut. Karya sastra menurut

Wellek dan Warren dalam Pradopo (2002 : 81) pada hakekatnya merupakan

sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang. Pada dasarnya karya sastra

memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi

seperti novel, cerpen, novelette, essai dan cerita bergambar. Sedangkan yang

bersifat non fiksi berupa puisi, lagu dan drama.

Novel adalah salah satu jenis karya sastra prosa yang memiliki jalinan

cerita yang kompleks. Kekompleksan dalam novel sering ditunjukkan dengan

(17)

Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam

karya tersebut yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah

unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan

unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur yang dimaksud seperti

tema, plot, latar, penokohan, bahasa dan sudut pandang cerita. Sedangkan yang

dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat diluar karya

sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Seperti

kebudayaan, sosial, psikologis, politik, agama dan lain-lain yang dapat

mempengaruhi pengarang dalam menulis karyanya tersebut.

Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat didalam salah satu

karya sastra fiksi yang berupa novel. Salah satu unsur pembangun fiksi didalam

novel ini yang akan ditelaah adalah tokoh. Tokoh adalah para pelaku yang

terdapat dalam sebuah fiksi. Dalam mendeskripsikan tokoh, Pengarang memiliki

kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita baik dalam kehidupan

sosiologis, psikologis maupun fisiologis.

Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos”

adalah ilmu pengetahuan. Jadi secara Etimologi (menurut arti kata) psikologi

artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam

gejalanya, prosesnya dan latar belakang.

Salah satu karya sastra yang akan ditelaah tokoh utamanya adalah novel

100 Kai Noku Koto yang ditulis oleh Nakamura Kou. Novel ini sangat

(18)

menentukan sikap. Dalam novel ini diceritakan bagaimana keadaan psikologis

seorang pemuda yang bernama Fujii. Hidupnya yang dipenuhi kebahagiaan,

namun perlahan menjadi kesedihan yang tiada habisnya.

100 Kai Noku Koto bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari

Akasaka, bernama Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua

nya. Kehadiran seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran

perpustakaan, dinamakan nya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi.

Sampai pada waktunya ia harus berpisah dengan keluarga nya dan Book karena ia

harus melanjutkan sekolahnya di Universitas Tokyo.

Setelah empat tahun ia menyelesaikan sekolahnya, ia pun bertemu dengan

seorang gadis bernama Yoshimi yang kemudian menjadi pacarnya. Ia kini sudah

bekerja dan siap untuk menikah dengan kekasihnya.

Saat mereka memulai untuk tinggal dalam satu apartemen sebagai latihan

menuju pernikahan, masalah pun datang. Ia mendapat berita bahwa keadaan Book

saat ini sekarat, karena mengidap penyakit Edema (Pengumpulan Cairan Dibawah

Kulit) dan gagal ginjal. Ia menyadari memang sudah empat tahun lamanya, sejak

ia mulai bekerja ia tidak pernah pulang ke kampung halaman nya lagi. Ia pun

berangkat ke Akasaka untuk melihat keadaan Book, berharap ia bisa melakukan

apa pun disana untuk membuat anjing kesayangan nya bisa kembali sehat

walaupun itu sangat tidak mungkin kata Dokter.

Namun, saat ia hanya fokus pada kesembuhan Book, tak disangka

(19)

sangat serius yaitu Kanker Indung Telur. Pada akhirnya keduanya pun harus

meninggal dan membuatnya sangat terpukul.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui

bagaimana psikologi tokoh utama dalam novel ini. Untuk itu penulis

membahasnya dengan judul “ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 100 KAI NOKU KOTO KARYA NAKAMURA KOU”.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam menjalankan

kehidupannya. Walupun setiap orang bisa menjalankan tugas dan kewajiban yang

diembannya dengan baik, belum tentu hati nuraninya pun bahagia seperti yang

terlihat diluar. Seperti halnya dengan novel 100 Kai Noku Koto, seorang pemuda

yang mengisahkan kehidupannya yang bahagia namun harus berakhir dengan

kesedihan yang bertubi-tubi.

Dalam hal ini, tokoh utama yang digambarkan oleh tokoh Fujii adalah

seorang pemuda yang menginspirasikan bahwa dalam hidup dibutuhkan

perjuangan, kedewasaan, dan keikhlasan dalam bersikap. Saat ia mendengar berita

bahwa anjing kesayangannya Book telah sekarat ia mampu melewati rasa sedih itu

dengan kesabaran, namun saat ia mengetahui penyakit yang diderita pacarnya, ia

mulai goyah sampai saat ia harus dihadapkan dengan kematian Book dan

pacarnya. Ia pun mulai sulit dan bahkan terkadang tak mampu mengendalikan

(20)

Untuk memudahkan arah sasaran yang dikaji, maka masalah penelitian ini

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana hubungan antara manusia dengan hewan (anjing) dalam

budaya Jepang

2. Bagaimana masalah psikologis tokoh utama yang dialami oleh Fujii Kun

dalam novel 100 Kai Noku Koto.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya

pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah

penelitian tidak terlalu luas dan berkembang terlalu jauh, sehingga penulisan dapat

terarah.

Penulis menganalisa novel ini dengan mengambil beberapa cuplikan dari

novel 100 Kai Noku Koto. Kemudian, penulis mengomentari cuplikan tersebut

terutama yang adanya indeksikal kondisi psikologis tokoh utama yang

diekspresikan oleh sastrawan Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Noku Koto.

Psikologis tersebut akan dilihat keterkaitannya dengan Id, Ego, Super Ego yang

terdapat di dalam novel tersebut.

Dalam analisis ini, penulis hanya fokus bagaimana dampak psikologis dari

(21)

kesedihan setelah anjing dan orang yang disayanginya satu persatu

meninggalkannya.

Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan

semiotik, teori psikoanalisis Freud Sigmund, dan teori depresi sebagai acuan

penelitian.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Sastra menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983 : 16) bahwa sastra

hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif. Artinya segenap

kejadian atau peristiwa yang dikemukakan dalam karya sastra bukanlah

pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu

yang dibayangkan saja.

Karya sastra pada umumnya merupakan hasil imajinasi dari seseorang

pengarang. Seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren (dalam kritik

sastra, 2002 : 81) karya sastra pada hakekatnya merupakan sebuah hasil imajinasi

dari seorang pengarang. Di dalam karya sastra fiksi terdapat dua unsur yaitu unsur

intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur tersebut terdapat dalam novel juga. Salah

satu unsur intrinsik yang akan ditelaah adalah tokoh.

Tokoh menurut Aminuddin (2000 : 79) adalah pelaku yang mengemban

(22)

Sedangkan arti tokoh secara umum adalah para pelaku yang terdapat dalam

sebuah cerita fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan seorang pengarang. Jadi

pengarang memiliki kebebasan dalam menciptakan watak tokohnya.

Watak setiap karya fiksi selalu berbeda-beda seperti halnya dengan

kehidupan nyata. Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis tokoh

tersebut. Walaupun psikologis termasuk unsur ekstrinsik tetapi keberadaan unsur

ini sangat mempengaruhi jalan sebuah cerita dari karya fiksi tersebut.

Pendekatan psikologis yang dikembangkan oleh Freud setelah melakukan

berbagai penelitian, bahwa manusia banyak dikuasai oleh alam batinnya sendiri

(Endraswara, 2008 : 101). Terdapat Id, Ego dan Super Ego dalam diri manusia

yang menyebabkan manusia selalu berbeda dalam keadaan berperang dalam

dirinya, resah, gelisah dan tertekan.

Suatu karya sastra dianggap bermutu kalau dia mampu menggambarkan

kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia adalah

perjuangan dalam menghadapi kekalutan batinnya sendiri.

Di dalam novel 100 Kai Noku Koto dialami oleh Fujii Kun tentang tekanan

batin seorang pemuda terhadap kebahagiaan diawal namun berakhir dengan

kesedihan yang ia dapatkan karena kehilangan anjing dan orang yang

(23)

1.4.2. Kerangka Teori

Meneliti perwatakan tokoh melalui karya sastra berarti harus

menggunakan teori sastra. Dalam menganalisis ini, teori yang digunakan adalah

teori semiotik dan psikologis. Semiotik adalah pendekatan yang memandang

karya sastra sebagai system tanda. Hal ini sesuai dengan pengertian semiotik

sebagai ilmu tanda, yang memandang fenomena sosial dan budaya sebagai sistem

tanda (Preminger dan Pradopo dalam Wiyatmi, 2009 : 92). Dalam ilmu tanda

secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-sistem

lambang dan proses-proses perlambangan (Luxemburg, 1992 : 44).

Penulis menggunakan Teori Semiotik karena adanya tekanan batin dari

seorang pemuda yang tak bisa bangkit dari keterpurukan karna ditinggalkan orang

yang disayanginya, dalam waktu yang lama ia mampu bertahan dengan

keterpurukan dan kenangan-kenangan yang sudah berlalu. Setelah mendapatkan

tekanan batin tersebut, penulis melakukan analisis dengan pendekatan Psikologis

yang mengacu teori Psikologis khususnya teori Freud, dan kemudian dihubungkan

dengan teori depresi .

Psikologis sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai

aktivitas kejiwaan. Psikoanalisis pertama dimunculkan oleh Freud, dia

mengatakan bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental

(24)

Prinsip-prinsip Psikologis yang dibuat oleh Sigmund Freud dalam semi

(1989 : 46) adalah sebagai berikut:

1. Lapisan kejiwaan yang paling rendah inilah yang disebut dengan

lapisan bawah sadar (Libido) dengan kata lain libido mempengaruhi

keinginan yang mendorong manusia untuk mencapai tingkat

pemenuhan kepuasan (kesenangan, kebahagiaan, dan kegairahan)

2. Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan sewaktu kanak-kanak

biasanya banyak mempengaruhi sikap hidup usia dewasa.

3. Semua buah pikiran betapa pun kelihatannya tidak berarti, masih tetap

lebih penting gagasan sederhana daripada pandangan bawah sadar.

4. Konflik emosi. Menurut Freud konflik emosi terjadi karena adanya

konflik antara bawah sadar.

5. Emosi itu sendiri bersifat Dwirasa (benci tapi rindu, marah tapi

sayang). Biasanya akan terlihat dalam tingkah laku tokoh cerita.

6. Sebagian konflik dapat diselesaikan dengan cara yang tidak dapat

diterima.

Psikologis sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai

aktivitas kejiwaan. Psikoanalisa pertama dimunculkan oleh Freud, dia mengatakan

bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan

(25)

Psikoanalisis kepribadian menurut Freud terdiri dari Id, Ego, Super Ego.

Ketiga sistem itu saling berkaitan antara satu sama lain. Id adalah sistem

kepribadian manusia yang paling dasar. Id adalah aspek kepribadian yang paling

gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal

nilai.

Dalam perkembangannya tumbuhlah Ego yang perilakunya didasarkan

atas prinsip kenyataan. Sementara Super Ego berkembang mengontrol

dorongan-dorongan buta Id tersebut. Hal ini berarti Ego merupakan sistem kepribadian yang

bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan

menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego adalah kepribadian

implementatif yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun Super Ego adalah

sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluative

(menyangkut baik buruk). Dengan pendekatan psikologis yang dikemukakan oleh

Freud, penulis akan menunjukkan struktur Id, Ego, dan Super Ego dari perilaku

yang dialami oleh tokoh utamanya dalam novel 100 Kai Noku Koto.

Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan yaitu suatu perasaan

tidak ada harapan lagi. Dalam Chaplin ( 2002 ) depresi didefenisikan pada dua

keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal,

depresi merupakan keadaan kemurungan ( kesedihan,patah semangat ) yang

ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, dan pesimis dalam

menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan

(26)

Perbedaan depresi normal dengan depresi klinis terletak pada tingkatannya,

namun keduanya memiliki jenis simtom yang sama. Tetapi depresi unipolar atau

mayor depresi mempunyai simtom yang lebih banyak, lebih berat (severely), lebih

sering, dan terjadi dalam waku yang lebih lama. Namun batas antara gangguan

depresif normal (‘normal’ depressive disturbance) dengan gangguan depresif

klinis (clinically significant depressive disorder) masih kabur (Rosenhan &

Seligman, 1989)

Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan, pegertian depresi

adalah suatu keadaan dimana inividu mengalami simtom-soimtom perasaan sedih,

tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha lebih besar

dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk memulai mengerjakan

sesuatu, merasa tidak bersahabat, dan merasa tidak disukai orang lain.

Dalam hal ini penulis menganalisa kondisi psikologis tokoh utama dari

novel 100 Kai Noku Koto yang kemudian dihubungkan dengan pendekatan

Semiotik yang digunakan untuk menjabarkan keadaan serta tanda-tanda yang

terdapat dalam novel tersebut. Oleh karena itu, analisis ini akan menjelaskan

(27)

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan keadaan psikologis tokoh utama yang

diungkapkan oleh Fujii Kun dalam novel 100 Kai Noku Koto.

2. Untuk mendapatkan gambaran psikologis seperti apa yang dilakukan oleh

tokoh utama dalam novel 100 Kai Noku Koto.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti dan pembaca dapat menambah wawasan mengenai

psikologis tokoh dalam karya sastra fiksi. Sehingga mampu menguasai

watak tokoh sebenarnya.

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat sebagai bahan penunjang untuk

Departemen Sastra Jepang FIB Universitas Sumatera Utara, guna

(28)

1.6. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai

bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian.

Didalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif menurut Whitney dalam Nazir (1988 : 63) adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang

hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Sedangkan metode deskriptif menurut Nawawi (1991 : 63) adalah suatu metode

yang dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan,

menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterprestasikan data.

Dalam penulisan ini peneliti menguraikan dan menjelaskan dengan

secermat mungkin masalah-masalah didalam novel 100 Kai Noku Koto karya

Nakamura Kou dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Teori-ter\ori

tersebut adalah teori semiotik dan teori psikologis khususnya teori Sigmund Freud

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik metode studi

kepustakaan (Library Research) dalam pengumpulan data. Hal tersebut dilakukan

dengan cara mengumpulkan buku dari berbagai sumber atau referensi yang

berkaitan dengan masalah ini. Dan untuk menunjang penulisan ini, penulis juga

menambahkan referensi dari internet atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah

(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU

2.1 Defenisi Novel

Abram dalam Nurgiantoro (1995 : 9), menyatakan bahwa novel berasal

dari Italia yaitu Novellet yang secara harfiah yang berarti sebuah barang baru

yang kecil yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

Diantara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama, genre

prosalah, khususnya novel, dianggap paling dominan dalam menampilkan

unsur-unsur sosial, Alasan yang dapat ditemukan diantaranya;

a) Novel menampilkan unsur-unsur cerita paling lengkap, memiliki media

yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang

paling luas.

b) Bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang

paling umum digunakan dalam masyarakat.

Karya-karya modern klasik dan kesusastraan, kebanyakan berisi

karya-karya novel. Novel merupakan bentuk karya-karya sastra yang paling popular

di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya

komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel yang baik adalah

novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Banyak

sastrawan yang memberikan batasan atau defenisi novel. Batasan atau

(30)

mereka pergunakan juga berbeda-beda. Defenisi-defenisi novel antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Novel

sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan

pendidikan.

2. Wellek dan Werren (1995 : 282) novel adalah gambaran dari

kehidupan dan perilaku nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis

yang bersifat realistis dan mengacu pada realitas yang lebih tinggi

dan psikologis yang lebih mendalam.

3. Jacob Sumardjo (1997 : 11-12) novel adalah genre sastra yang

berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan

mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah

menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.

Di dalam sebuah karya fiksi, novel biasanya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk

menggambarkan suasana.

b. Novel itu bersifat realistis yang artinya merupakan tanggapan

pengarang terhadap situasi lingkungannya.

c. Bentuk novel lebih panjangdan biasanya lebih dari 10.000 kata.

(31)

2.2 Resensi novel 100 KAI NAKU KOTO

Abrams dalam Nurgiantoro (1995 : 216), mengungkapkan bahwa setting

dan latar disebutkan juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Setting memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting

untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu

yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa

dipermudah untuk menggunakan daya imajinasi, disamping itu memungkinkan

untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang

setting.

Nurgiantoro (1995 : 227) mengatakan setting dapat dibedakan kedalam

tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing

menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri,

pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang

lainnya.

2.2.1 Tema

Tema dipahami sebagai gagasan (ide) utama atau makna utama dalam

sebuah tulisan. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Sedangkan tema

menurut Harymawan dalam Wiyatmi (2009 : 49) adalah rumusan intisari cerita

(32)

Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Di samping

itu, juga berfungsi untuk melayani visi atau response pengarang terhadap

pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya menurut Sayuti dalam

Wiyatmi (2009 : 43) .

Brooks dalam Aminuddin (2000 : 20) mengungkapkan bahwa dalam

mengapresiasikan tema suatu cerita, aspirator harus memahami ilmu-ilmu

humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi

pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang

bersifat universal. Tema dalam hal ini tidaklah berbeda di alur cerita, T/etapi

inklusif didalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif didalam

cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar di

balik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam

upaya memahami tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut

secara cermat.

1) Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

2) Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa

fiksi yang dibaca.

3) Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa

dalam prosa fiksi yang dibaca.

4) Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.

5) Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang

lainnya yang disimpulkan dari satu-satuan peristiwa yang terpapar

(33)

6) Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang

disampaikan.

7) Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya

dengan bertolak dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya.

8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkan

dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar

cerita yang dipaparkan pengarangnya.

Dalam analisis ini, tema yang dialami dalam novel yang berjudul

100 KAI NAKU KOTO. Novel ini menceritakan tentang seorang

pemuda yang harus kehilangan kekasih dan anjing peliharaannya

yang sangat ia cintai. Fujii kun adalah seorang pemuda yang

menginspirasikan bahwa dalam hidup ini dibutuhkan perjuangan,

kedewasaan, dan keikhlasan yang harus mengalami proses dalam

bersikap. Pengalaman yang berat dan menyedihkan inilah yang

menjadi fokus utama dalam novel “100 KAI NAKU KOTO”

2.2.2 Alur / Plot

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan

hubungan kausalitas. Sedangkan alur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa (2008 : 45) adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan

saksama dan menggerakkan jalan cerita melaluli kerumitan kearah klimaks dan

penyelesaian.

(34)

mengandung instanbilitas dan konflik. Bagian akhir cerita biasanya mengandung

donoument (penyelesaian atau pemecahan masalah).

Dalam analisis ini, alur awal yang terdapat dalam novel 100 KAI NAKU

KOTO bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari Akasaka, bernama

Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua nya. Kehadiran

seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran perpustakaan, dinamakan

nya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi. Sampai pada waktunya ia

harus berpisah dengan keluarga nya dan Book karena ia harus melanjutkan

sekolahnya di Universitas Tokyo.

Pada alur tengah diceritakan tentang tekanan batin yang di alami oleh

tokoh utama terhadap keadaan yang berawal dari kebahagiaan dan harus berakhir

sangat menyedihkan. Setelah empat tahun ia menyelesaikan sekolahnya, ia pun

bertemu dengan seorang gadis bernama Yoshimi yang kemudian menjadi

pacarnya. Ia kini sudah bekerja dan siap untuk menikah dengan kekasihnya. Saat

mereka memulai untuk tinggal dalam satu apartemen sebagai latihan menuju

pernikahan, masalah pun datang. Ia mendapat berita bahwa keadaan Book saat ini

sekarat, karena mengidap penyakit Edema (Pengumpulan Cairan Dibawah Kulit).

Ia menyadari memang sudah empat tahun lamanya, sejak ia mulai bekerja ia tidak

pernah pulang ke kampung halaman nya lagi. Ia pun berangkat ke Akasaka untuk

melihat keadaan Book, berharap ia bisa melakukan apa pun disana untuk

membuat anjing kesayangan nya bisa kembali sehat walaupun itu sangat tidak

(35)

disangka pacarnya pun mengalami sakit yang berawal dari flu biasa menjadi

penyakit yang sangat serius yaitu Kanker Indung Telur.

Alur terakhir diceritakan tentang tekanan batin yang semakin meningkat

pada tokoh utama. Setelah melalui berbagai pengobatan yang awalnya berdampak

baik bagi kesehatan Yoshimi, namun pada akhirnya dia tak bisa lagi di selamatkan

karena penyakit nya semakin membesar, dan ditemukan penyebaran pada hati

dan ginjal kecilnya. Ia pun kemudian meninggal. Hal ini sangat membuatnya

terpukul, dan mengalami depresi yang sangat mendalam. Tidak lama setelah itu

dia pun kembali mengalami kesedihan yang benar-benar membuat nya terluka

karena anjing kesayangannya Book pun meninggal setelah 3 tahun ia mencoba

bertahan dengan penyakit yang sudah lama dideritanya. Fujii kun tak mampu

mengendalikan dirinya sendiri, ia terpukul dan sangat terpuruk. Hanya alcohol lah

yang mampu menenangkan hatinya, meskipun terkadang ia sadar akan apa yang

dia lakukan, dan ia sadar bahwa hidup harus terus berjalan, namun ia tetap saja

melakukan hal itu terus menerus hingga 100 hari..

2.2.3 Latar / Setting

Menurut Jacob Sumardjo (1997 : 75-76) setting dalam cerita bukan hanya

sekedar Background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan

kapan terjadinya, tetapi juga terjadi erat dengan karakter, tema dan suasana cerita.

Untuk menghasilkan cerita baik, setting harus benar-benar mutlak dalam

menggarap tema dan plot tertentu. Setting menurut Dick Hartono dalam Sudjiman

(36)

terjadinya lakon dalam karya sastra ataupun novel secara lengkap, pembaca tentu

harus memahami bagaimana setting dari karya sastra tersebut.

Sedangkan latar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008 :

794) adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan

dalam karya sastra.

Latar memiliki fungsi untuk member konteks cerita. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh disuatu tempat

tertentu, pada suatu masa dan lungkungan masyarakat tertentu.

Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam yaitu latar tempat, waktu

dan sosial. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. Dilokasi mana

peristiwa terjadi, didesa apa, kota apa dan sebagainya. Latar waktu berkaitan

dengan masalah waktu, hari, jam maupun historis. Latar sosial berkaitan dengan

kehidupan manusia menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2009 : 40).

a. Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama jelas.

Deskripsi tempat secara teliti dan realitas penting untuk mengesani pembaca

seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh ada dan terjadi yaitu tempat dan

waktu yang diceritakan. Adapun latar tempat dalam novel (kisah) 100 KAI

(37)

b. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga dikaitkan dengan

latar tempat dan latar sosial pada kenyataannya memang saling berkaitan. Dalam

novel 100 KAI NAKU KOTO, latar waktu dari cerita dalam novel ini dari selama

menjalani kehidupan sejak tokoh utama tamat SMA sampai ia bekerja

c. Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup

yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,

pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga

berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Jika dilihat dari latar sosialnya novel 100 KAI NAKU KOTO

menggambarkan kehidupan yang sangat erat dengan pandangan hidup, kesetiaan,

menghargai kehidupan dan pengorbanan.

Novel ini secara keseluruhan menggambarkan tentang perjalanan hidup

seorang pemuda yang berasal dari Akasaka yang memiliki seekor anjing yang

menemani nya sampai ia menyelsaikan sekolahnya. Kmudian Fujii harus

(38)

kesayangan nya sedang sakit parah di Akasaka. Ia pun kembali untuk anjing nya

tsb, namun saat ia fokus dengan kesembuhan Book anjingnya, sang kekasih pun

ternyata mengalami sakit yang parah yaitu Kanker Indung Telur Stadium III, pada

akhirnya kekasihnya tak bias diselamatkan dan meninggal, begitu juga dengan

anjing nya yang akhirnya pun meninggal setelah bertahan 3 tahun dengan

penyakitnya yang membuat nya semakin terpukul. Masalah yang datang terus

menerus itu mengakibatkan perilaku psikologis terhadapa tokoh utama Fujii.

Reinkarnasi dalam agama Buddha

Dalam agama Buddha dipercayai bahwa adanya suatu proses kelahiran

kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan

terus menerus mengalami tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum

mencapai tingkat kesuci

makhluk tersebut; bila ia baik akan terlahir di alam bahagia, bila ia jahat ia akan

terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga dipengaruhi oleh

Garuka Kamma yang artinya karma pada detik kematiannya, bila pada saat ia

meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di alam yang berbahagia, namun

sebaliknya ia akan terlahir di alam yang menderitakan, sehingga segala sesuatu

tergantung da

bisa lahir di dunia yang banyak oraang tampan.

Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan

sebelumnya. Dalam

(39)

jawab terhadap nasib yang sedang diterimanya. Selama manusia terikat pada

siklus reinkarnasi, maka hidupnya tidak luput dari duka. Selama jiwa terikat pada

hasil perbuatan yang buruk, maka ia akan bereinkarnasi menjadi orang yang selalu

duka. Dalam

kesempatan untuk menikmati kebahagiaan yang tertinggi. Hal tersebut terjadi

apabila manusia tidak terpengaruh oleh kenikmatan maupun kesengsaraan

duniawi sehingga tidak pernah merasakan duka, dan apabila mereka mengerti arti

hidup yang sebenarnya.

Dengan dasar ini lah orang Jepang sangat menghargai Hewan dan

menganggapnya memiliki hak yang sama dengan Manusia. Dapat dilihat dari

beberapa contoh berikut:

1. Hewan di pelihara, dirawat, diajak jalan-jalan, diberikan pakaian,

diberikan makanan khusus hewan, di ajak makan direstoran. Bahkan di

Jepang terdapat Salon, sekolah, tempat bermain, restoran khusus

hewan

2. Dikuburkan atau di kremasi dan di berikan kuburan khusus untuk

hewan.

3. Hewan yang diperlihara dikuil di Jepang memiiki anggaran tersendiri

untuk merawatnya.

(40)

2.2.4 Penokohan / Perwatakan

Tokoh adalah orang yang sangat penting untuk menjalankan sebuah cerita.

Dengan adanya tokoh, cerita yang ditampilkan akan terasa hidup untuk dibaca.

Didalam karya sastra fiksi tokoh biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis.

Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita, tokoh dibedakan antara tokoh utama

dan tokoh tambahan.

Tokoh utama adalah tokoh paling terlibat dalam makna atau tema, paling

banyak berhubungan dengan tokoh yang lain dan paling banyak memerlukan

waktu penceritaan menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2009 : 31). Sedangkan tokoh

tambahan adalah tokoh yang mendukung jalan cerita dari sebuah karya sastra.

Tokoh utama dalam novel ini bernama Shuici Fujii. Fujii adalah seorang

pemuda yang menginspirasikan bahwa dalam hidupnya dibutuhkan perjuangan,

kedewasaan, dan keikhlasan dalam bersikap. Saat ia mendengar berita bahwa

anjing kesayangannya Book telah sekarat ia mampu melewati rasa sedih itu

dengan kesabaran, namun saat ia mengetahui penyakit yang diderita pacarnya, ia

mulai goyah sampai saat ia harus dihadapkan dengan kematian Book dan

pacarnya. Ia pun mulai sulit dan bahkan terkadang tak mampu mengendalikan

dirinya lagi.

Tokoh-tokoh tambahan digambarkan sebagai orang-orang yang menemani

kehidupannya dalam novel ini. Book adalah anjing kesayangannya yang ia

(41)

2.3 Biografi pengarang

Kou Nakamura lahir pada tahun 1969 di Prefektur Gifu, Jepang. Ko Nakamura

lulus dari Universitas jurusan ilmu teknik , kemudian mengambil pekerjaan di

suatu peralatan pabrik optik. Dia juga mempunyai sebuah band saat SMA. Namun

ia keluar dari bandnya dan mulai menulis fiksi.

Pada tahun 1999 ia meninggalkan perusahaannya untuk mengabdikan dirinya

untuk menulis penuh waktu, dan masuk ke cetak pada tahun 2002 dengan

Rirekisho (Resume). Novel yang ditulisnya tentang seorang pemuda yang menjadi

saudara bagi seorang gadis yang tidak sedarah dengannya, saat itu memenangkan

hadiah Bungei.

Hal ini diikuti oleh Natsu Yasumi (Summer Vacation), dan kemudian

Guruguru Mawaru suberidai (Helter Skelter-) yang angsuran terakhir dalam apa

yang penulis sebut sebagai "trilogi pertama" ia memenangkan Hadiah Noma New

Penulis dan juga tercantum untuk Penghargaan Akutagawa. 100-kai naku koto

(Cry 100 Times), kisah cinta Nakamura diterbitkan pada tahun 2005, menjadi

buku terlaris.

Karya-karyanya yang lain termasuk Anata Ga Koko Ni Ite Hoshii (I Want

You Here) dan Boku No Sukina Hito Ga Yoku Nemuremasu Yo Ni (Membantu

My Lover Dapatkan Tidur yang nyenyak). Kemurnian dan kepolosan cerita

(42)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU

3.1 Ringkasan Cerita

Novel Kai Noku Koto bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari

Akasaka, bernama Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua

nya. Kehadiran seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran

perpustakaan, dinamakan nya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi.

Sampai pada waktunya ia harus berpisah dengan keluarga nya dan Book karena ia

harus melanjutkan sekolahnya di Universitas Tokyo.

Fujii kun bertemu dengan Yoshimi yang kemudian menjadi kekasihnya,

kehidupannya pun berjalan normal dan bahagia. Sampai saat Fujii-kun mendapat

kabar bahwa Book bisa saja segera mati akibat penyakit gagal ginjal yang sudah

ia derita sejak setahun lalu. Ia pun berencana untuk pulang pada akhir pekan

depan setelah menerima kabar tersebut.

Dengan saran dari kekasihnya, Yoshimi, ia pun berencana menggunakan

sepeda motornya yang sudah 4 tahun tidak pernah ia gunakan. Book sangat

menyukai bunyi sepeda motor tersebut, sehingga mereka berpikir dengan

membawa motor itu Book akan semakin senang. Akhirnya setelah itu perhatian

Fujii Kun dialihkan ke upaya memperbaiki motor tersebut. Dalam prosesnya ia

bertemu dengan Kato-san, seorang petugas di pom bensin yang dalam hati ia

(43)

Akhirnya setelah motor berhasil diselesaikan dan Book telah dijenguk,

fokus kehidupan Fujii pindah ke hubungan ia dan Yoshimi. Ia telah melamar

kekasihnya itu, dan mereka melakukan latihan berumah tangga selama 1 tahun

untuk mempersiapkan kehidupan berumah tangga yang sebenarnya. Akhirnya

Yoshimi dan Fujii-kun pun tinggal bersama. Mereka berbagi banyak hal selama

tinggal bersama. Hingga akhirnya Yoshimi sakit.

Awalnya mereka berfikir sakitnya Yoshimi adalah sakit biasa saja akibat

kelemahan daya tahan dan suhu yang tidak bersahabat. Akhirnya Yoshimi

memutuskan untuk pulang kembali ke kampungnya untuk beristirahat sambil

memeriksakan diri lebih lanjut. Namun ternyata sakit Yoshimi bukanlah sakit

biasa saja. Yoshimi terkena kanker indung telur stadium III. Selama proses

pengobatan Fujii-ku melatih diri untuk terus kuat dan fokus pada pekerjaannya

dan membuat perencanaan untuk tetap bisa bersama kekasihnya.

itu kehidupannya benar-benar penuh tekanan. Banyak hal yang dia alami

dan rasakan. Dan buku ini ditutup dengan berita kematian Book. Ternyata Book

berhasil bertahan hidup selama tiga tahun sebelum mati dengan tenang. Dan

dalam tiga tahun itu pun kehidupan Fujii-kun banyak berubah.

3.2Analisis Budaya Jepang Antara Manusia dengan Binatang Peliharaan

Cuplikan 1:

Pada suatu hari, tiba-tiba, sungguh tiba-tiba, muncul edema dibadan anjing

(44)

bisa berjalan. Kemudian, ibu buru-buru membawanya ke rumah sakit, ternyata

angka BUN nya mencapai lebih dari 170. Itu artinya dia terkena gagal ginjal akut.

Mata ibu berkaca-kaca ketika mendengar dokter berkata “Masih hidup

saja, sudah mukjizat!”. Anjing itu berbaring di atas meja pemeriksaan dengan

mata tertutup. Untuk menghilangkan edema, dia diberi minum vaksin diuretik,

tetapi urinnya tet/ap saja tidak keluar.

Anjing itu terpaksa dirawat di rumah sakit. Dia menjalani perawatan

dengan infus didalam sebuah kamar yang kecil. Melalui jendela bulat di seberang

kamar, terlihat sedikit gerak naik turun perutnya yang putih. Paling tidak, dapat

dipastikan dia masih bernafas. (100 KAI NAKU KOTO, hal 5)

Analisis

Dari cuplikan cerita di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ibu juga sangat

menyayangi Book. Terlihat pada “Mata ibu berkaca-kaca ketika mendengar

dokter berkata “Masih hidup saja, sudah mukjizat!”. Ibu sangat menyayangi Book

yang selalu menemani Book Saat Fujii pergi ke Tokyo untuk melanjutkan kuliah,

meskipun Book kini terbaring lemah.

Pada cupilkan ini juga terlihat bahwa orang Jepang sangat menghargai

Anjing sama seperti layaknya manusia. Ini dapat dilihat dari “Anjing itu berbaring

di atas meja pemeriksaan dengan mata tertutup. Untuk menghilangkan edema, dia

(45)

Anjing itu terpaksa dirawat di rumah sakit. Dia menjalani perawatan

dengan infus didalam sebuah kamar yang kecil”. Seekor anjing di perlakukan

sama seperti manusia yang mengalami sakit. Book melakukan pemeriksaan di

Rumah Sakit, diberikan obat, dan menjalani perawatan dengan infus. Hal itu

dilakukan demi kesembuhan anjing kesayangan mereka. Meskipun pada

umumnya anjing adalah seekor hewan biasa yang kita bisa lihat sangat jarang

mendapatkan perawatan yang sangat baik seperti yang mereka lakukan, mereka

tidak perduli harus mengeluarkan biaya yang kecil atau besar untuk peliharaan

mereka untuk kesembuhan anjingnya. Namun bagi mereka, khusus nya bagi orang

Jepang hewan peliharaan sangat berharga dan memiliki hak yang sama dengan

manusia.

Cuplikan 2:

Anjing itu harus terus meminum obat untuk meyerap zat sampah dari

tubuhnya dan juka melakukan pengobatan melalui makanan yang rendah fosfor,

rendah natrium, dan mengandung protein berkualitas baik secara tepat. Di waktu

mentari bersinar hangat, si anjing berjalan-jalan; jika sudah lelah, dia akan

tertidur. Dia juga harus pergi ke rumah sakit secara berkala untuk melakukan

pemeriksaan darah (walaupun dari dasar hatinya, dia tidak mau disuntik). Dan

(46)

Analisis

Cuplikan ke dua ini adalah cuplikan yang berkaitan dengan cuplikan

pertama, bahwa anjing sangat berharga. Ini terlihat dari Fujii yang rela melakukan

apa saja demi kesembuhan Book anjing kesayangannya. Mulai dari memberikan

makanan dan memberikan obat-obatan yang sangat baik dan berkualitas tinggi,

menemani Book melakukan pemeriksaan darah secara berkala, sampai menemani

nya bermain dan berjalan-jalan agar Book terkena sinar mentari yang masih

hangat. Optimisme dan rasa saying terhadapa Book anjing kesayangannya lah

yang membuat Fujii tak menyerah, agar Book dapat kembali sehat seperti sedia

kala.

Cuplikan 3:

Anjing yang kupungut. Anjing yang menemaniku setiap hari selama masa

menganggur selama satu tahun selepas sekolah karena tidak bisa masuk

universitas.

Waktu itu, tak terpikir apapun olehku, tetapi saat ini barulah jadi

pertanyaan bagiku. Di sebelahku yang sedang mengahadap meja, sepertinya dia

selalu menghabiskan waktunya dengan tidur.

Dikamar lantai dua yang tidak terkena sinar matahari, aku belajar, dan

anjing itu tidur. Apakah anjing kecil memang selalu tidur selama itu?

Di sela waktu belajar, ketika aku berdiri untuk merenggangkan badan,

(47)

badannya ‘brrr’ sehingga lonceng di lehernya pun berbunyi ‘triring, triring’.

Ketika melihat ke arahku, kening bulatnya tampak sungguh manis.

Setelah itu, si anjing mengelilingi seisi rumah. Jika sudah bosan, dia

kembali ke sebelah jam weker.

Analisis

Entah kenapa anjing itu selalu bersandar pada jam weker itu lalu tertidur.

Setelah beberapa waktu, aku baru mengerti bahwa ternyata bunyi detik jarum jam

mirip dengan detak jantung induk anjing, sehingga member rasa aman pada anak

anjing. (100 KAI NAKU KOTO, hal 8-9)

Pada cuplikan cerita ini Fujii mengutarakan dalam benaknya tentang

kesetiaan Book yang selalu menemani hari-harinya. Tak disangka anjing yang

dipungutnya dahulu adalah yang menemani harinya. Karena kesetiaan Book itulah

yang membuatnya sangat menyayangi Book. Hal ini tearlihat bahwa secara tidak

langsung Fujii mulai mencari tahu mengapa Book sangat suka tidur dan bersandar

di sebelah jam weker yang ternyata suara jarum jam itu sangat mirip suara detak

(48)

3.2.1 Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii

Cuplikan 1:

Aku memerhatikan butiran air yang menempel pada cangkir. Butiran air

itu mengalir pada sisi cangkir, membuat bekas bulat di atas meja.

Saat ini bagi Yoshimi, memiliki Fujii Kun di sisinya adalah hal yang patut

disyukuri. (100 KAI NAKU KOTO, hal 178).

Hal yang tidak

bisa dikembalikan walau apa pun yang dilakukan, akan tersisa menjadi lubang di

dalam dada. Mungkin saja lubang kecil, tetapi mungkin juga lubang yang dalam

tak terhingga.

Analisis:

Pada cuplikan cerita ini ditunjukkan bahwa Fujii sudah mulai merasakan

luka batin didalam dada nya sejak awal Yoshimi di vonis Kanker. Kalimat yang

diungkapkan nya adalah merupakan ungkapan penyesalan secara tidak langsung.

Mungkin saja lubang kecil, tetapi mungkin juga lubang yang dalam tak terhingga.

Ia tidak yakin akan perasaan yang ia rasakan saat ini. Meskipun di dalam dirinya

mulai terjadi tekanan batin namun ia hanya menerka-nerka akan apa yang ia

rasakan meskipun ia tau Yoshimi sangat bersyukur karna memiliki Fujii yang

(49)

Cuplikan 2:

Berapa tahun lagi aku akan hidup? Kenapa aku tidak bisa memberikan

separuh padanya? Kami sudah saling berbagi kesenangan, kesedihan, dan tawa

hingga sampai disini. Tetapi kenapa kami tidak bisa berbagi kesakitan dan

kematian?

Hanya angka tiga bulan yang bersinar tajam didalam kepalaku.

Sebenarnya, bagaimana caranya agar aku bisa menerima angka itu? Walau

bagaimanapun, tidak akan bisa kuterima.

Ketika aku sadar, aku tengah memutar keran air di dapur. Aliran airnya

jatuh ke wastafel, menimbulkan bunyi. Aku menampung air dicangkir. Kenapa

aku malah melakukan hal ini? (100 KAI NAKU KOTO, hal 208-209)

Analisis

Pada cuplikan cerita ini masih di ungkap kan tentang terpukulnya Fujii

akan vonis yang diterima kepada Yoshimi. Namun kali ini sangat membuatnya

terpukul, yaitu saat Yoshimi divonis hanya memili waktu tiga bulan untuk

bertahan hidup.

Berita itu sangat membuatnya terpukul, sedih dan tak tau harus berbuat

apa. Ia pun mulai bertanya didalam dirinya Berapa tahun lagi aku akan hidup?

Kenapa aku tidak bisa memberikan separuh padanya? Dari sini terlihat keinginan

(50)

hidupnya untuk Yoshimi agar ia tetap hidup, meskipun akhirnya ia sadar bahwa

ha itu sangat tidak mungkin. Karena semua sudah di takdirkan oleh yang kuasa.

Cuplikan 3:

Tiba-tiba ada telepon dari kampong halamanku. Telepon yang

mengabarkan tentang kematian Book. Ternyata sejak saat itu, Book bertahan

selama tiga tahun lebih.

Pagi ini Book meninggal dengan tenang sambil dipeluk ibu di atas

lututnya. Tanpa rasa sakit ia pergi untuk selamanya.

(100 KAI NAKU KOTO, hal 241)

“Akan kukubur dipinggir sungai,” kataku. Ibu membungkus jasad Book

dengan handuk yang disukainya, kemudian dari atasnya dililitkan lagi handuk

mandi. Aku juga mengeluarkan benda-benda yang kira-kira diinginkannya untuk

dikubur bersamanya, seperti piring makannya, bibit bunga, bola kain yang sudah

usang. Bola kain yang telah dipungut Book berkali-kali.

(100 KAI NAKU KOTO, hal 243)

Analisis

Pada cuplikan diatas ditunjukkan bahwa meninggalnya Book menambah

kepedihan yang dirasakan Fujii setelah kehilangan kekasih yang sangat

(51)

setelah selesai SMA. Anjing yang menemaninya setiap saat bersamanya sampai

Fujii kuliah di Tokyo.

Sebagai penghormatan terakhir Fujii pun menguburkan Book di pinggir

sungai tempat mereka dahulu biasa bermain di sore hari, dan menghabiskan waktu

disana untuk merenung dan sejenak menenangkan fikiran..

Cuplikan 4:

Aku tak tahu bagaimana caraku hidup hingga saat ini, padahal ada hal

yang tidak bisa dicapai dan tidak bisa diterima sebesar ini

Tiga bulan. Itu hanyalah sebuah angka. Tidak ada yang bisa diraih dari

angka itu. Sesuatu yang bisa kulakukan untuknya. Aku ada untuknya. Kata-kata

yang ingin kulontarkan itu hanyalah huruf-huruf. Simbol yang datar dan tanpa

arti. (100 KAI NAKU KOTO, hal 210)

. Bagaimana sebaiknya

manusia menjalani kehidupannya kalau hidup adalah tentang mengharapkan

sesuatu yang tidak bisa dicapai dan menerima sesuatu yang tidak bisa diterima?

Analisis

Pada cuplikan cerita ini masih ditunjukkan tentang Fujii yang masih terus

bersedih, bertanya dalam dirinya dan menyalahkan dirinya sendiri tentang apa

yang di derita Yoshimi saat ini. Ia masih tidak bisa menerima tentang vonis tiga

bulan yang diberikan kepada kekasihnya. Namun saat suatu ketika dia tersadar ia

melupakan sejenak smua yang ada dipikirannya dan mencoba untuk terus ada

(52)

3.3.1 Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis

Cuplikan 1:

Tanpa kusadari, shochu dalam kemasan karton kertas itu sudah kosong.

Aku melemparkannya ke lantai, lalu berlari masuk ke toilet seperti hendak

terjatuh. Ketika kugerakkan badanku, pandanganku menjadi gelap seolah

kepalaku ditutupi oleh kain hitam. Aku duduk di toilet. Menumpahkan air mata

dan menumpahkan cairan lambung. Aku memuntahkan semuanya seperti

memerasnya.

Kuletakkan tanganku di pegangan pintu, lalu aku bernapas. Muntahan itu

mengalir menimbulkan bunyi. Ketika aku bersandar pada dinding, jantungku

berdegup kencang.

Apa yang sedang ku lakukan? Pikirku. Ternyata, apa? Dengan sengaja

membeli sake murah lalu setiap malam mabuk-mabukan, mabuk dalam kesedihan

sendiri, sebenarnya apa yang sedang ku lakukan? Pikirku.

Analisis

Kenapa di dunia ini ada

penyakit dan kematian? Pikiranku kembali berputar disitu. (100 KAI NAKU

KOTO, hal 230)

Dalam cuplikan ini diungkapkan tentang Fujii kun yang terpukul karena

tekanan batin akan kehilangan kekasihnya yang kini menjadi depresi, ditunjukkan

(53)

sampai menghabis kan 1 karton sampai akhirnya ia muntah dan pandangannya

pun gelap.

Setelah mabuk-mabukan kembali yang ia lakukan hanya menyalahkan diri

sendiri, terus bertanya kenapa didunia ini harus ada penyakit dan kematian. Tak

ada jalan keluar yang ditemukannya, hanya terus menerus berputar didalam

pikirannya yang penuh dengan kenangan bersama Yohsimi, kesedihan dan

kekecewaan tentang hidup yang di rasakannya.

Cuplikan 2:

Tetapi di malam esok harinya, aku lagi-lagi minum sake dan menangis.

Hari berikutnya juga sama. Aku tidak akan menangis lagi untuknya, itulah

keputusanku. Aku memang sudah mengambil keputusan. Tetapi, memangnya ada

apa dengan hal itu? Karena sudah mengambil keputusan, lalu kenapa? Pada

akhirnya, bagaimana pun aku berusaha untuk tetap kuat, bagaimanapun aku

berusaha untuk menjadi baik, hal itu sudah tidak ada hubungannya lagi. Logika

yang bagaimanapun, teori secara umum manapun, kata-kata seperti apapun, tidak

akan ada gunanya lagi sama sekali. Seseorang yang meninggal benar-benar

(54)

Analisis

Dalam cuplikan ini diceritakan bahwa meskipun Fujii sudah berjanji untuk

kembali melanjutkan kehidupannya dan tetap kuat dan tak kan menangis lagi

untuk Yoshimi yang sudah meninggal, namun ia tetap kembali mabuk-mabukan

dan menangis menyesali apa yang sudah terjadi. Ia tetap tak menemukan jawaban

atas segala pertanyaan nya, ia tetap saja meminum alkohol dan sake tanpa henti,

kemudian yang dilanjutkan dengan meninggalnya Book sangat menambah

kepedihannya. Ia harus kehilangan anjing yang selalu menemani hari-harinya.

3.3.2 Solusi Cerita

Aku membuka mataku. Secara perlahan kubangkitkan badanku. Sejak saat

itu, diikuti oleh berlalunya waktu, kami perlahan sudah tidak menjadi ‘kami’ lagi,

pikirku. Perasaan yang aneh, tetapi dia sudah meninggal dunia, dan sosok kami

menjadi sosok ‘kamu’ yang lebih pekat dari sosoknya. Bagiku, aku akan terus

menjadi ‘kamu’.

Fujii mencoba bangkit dari semua keterpurukan yang dirasakannya. Ia

mencoba perlahan mengobati segala tekanan batin dan depresi yang selama ini

dirasakannya. Ia mulai menyadari bahwa yang sudah meninggal tak kan mungkin

bisa kembali lagi, hanya kenangan lah yang dapat ia simpan saat bersama kekasih

(55)

Kehilangan bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan, menakutkan,

pukulan telak, sumber depresi atau tangis. Menghilangnya sesuatu yang

sebelumnya berada dekat dengan kita pasti akan meninggalkan kenangan.

Begitupun saat kehilangan terbesar, bernama kematian, menghampiri. Proses

menekuni kehilangan demi memperoleh keikhlasan akan terasa semakin

menyulitkan. Kita harus terus mencoba dan berusaha jika melakukan sesuatu hal.

(56)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Di akhir penulisan skripsi ini, penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Di dalam novel 100 Kai Naku Koto terdapat keadaan psikologis tokoh

utama yang dialami oleh Suichi Fujii yaitu mengalami tekanan batin yang

di alami semasa hidupnya. Fujii adalah seorang pemuda yang

menginspirasikan bahwa dalam hidup dibutuhkan perjuangan, kedewasaan

dan keikhlasan dalam bersikap. Ia hanya menemukan ketenangan dari

semua permasalahan dan tekanan batin yang dialaminya dengan meminum

alkohol walaupun terkadang ia sadar akan apa yang dia lakukan tapi tetap

saja hal it uterus dia lakukan selama 100 hari. Novel 100 Kai Naku Koto

ini menceritakan tentang kehilangan anjing dan kekasih yang sangat ia

sayangi dengan sepenuh jiwa raganya. Anjing yang ia beri nama Book

yang ia temukan di parkiran perpustakaan lah yang menemani hari-harinya

selama berada di Akasaka, kemudian ia pergi ke Tokyo untuk kuliah dan

menemukan Yoshimi yang menjadi kekasih nya. Sampai akhirnya

(57)

meninggal, dan di tambah lagi kemudian Book yang sudah lama bertahan

atas penyakit gagal ginjal nya pun akhirnya meninggal yang

mengakibatkan tekanan batin yang tak terbendung lagi dan mengakibatkan

depresi dalam dirinya.

2. Di dalam novel 100 Kai Naku Koto terdapat pesan yang ingin

disampaikan oleh pengarang yaitu kehilangan bisa menjadi sesuatu yang

menyedihkan, menakutkan, pukulan telak, sumber depresi atau tangis.

Menghilangnya sesuatu yang sebelumnya berada dekat dengan kita, pasti

akan meninggalkan kenangan. Begitu pun saat kehilangan terbesar,

bernama kematian menghampiri maka harus ikhlas dalam menghadapi

semua kejadian yang di alami. Tetapi cara untuk menghilangkan semua

beban yang dirasakan yang sangat mendalam adalah dengan ia meminum

minuman keras setiap hari hingga ia mabuk. Karena alkohol adalah salah

satu cara yang membuatnya merasa tenang.

3. Setelah melakukan analisis ternyata tekanan batin yang berasal dari

kehilangan yang dialami Fujii menjadi sumber depresi yang membuatnya

tak bisa melakukan apapun seperti orang linglung. Titik klimaks yang

menjadi jawaban atas tekanan batin yang dialami nya adalah dengan

(58)

4.2 Saran

Saran penulis terhadap pembaca setelah membaca atau memahami isi

skripsi ini adalah supaya kita bisa sabar terhadap keadaan atau kehidupan yang

kita alami walaupun itu tidak sesuai dengan hati nurani kita sendiri. Karena dalam

hidup penuh dengan pahit dan manis dalam menjalaninya. Serta dalam novel ini

juga tersimpan makna kalau kita juga harus bisa bertahan dan jangan mudah putus

asa dalam menjalankan hidup, dan semua itu butuh perjuangan. Supaya kita tidak

menyesali perjuangan yang selama ini kita alami. Kegagalan bukan akhir dari

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.2000.Pengantar apresiasi karya sastra.Bandung: sinar baru

algensindo.

Badrun,Ahmad.1983.Pengantar Ilmu Sastra (teori sastra).Surabaya:

Usaha Nasional.

Luxemburg,Jan Van dkk.1992.Pengantar Ilmu Sastra.Jakarta:PT

Gramedia Pustaka Umum.

Nawawi,Hadari.1991.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gadjah

Mada University Pers.

Pradopo,Rachmat Djoko.2002.Kritik Sastra Indonesia Modern.Yogyakarta : Gama Media

Semi,Atar.1989.Kritik Sastra.Bandung:Penerbit Angkasa.

Zainuddin.1992.Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakarta: PT.

Rineka Cipta

Nakamura Kou. 2013. 100 Kai Naku Koto. Penerbit Haru. Jakarta Selatan:

(60)

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi akademik dalam penelitian ini diketahui bahwa korelasi kecerdasan emosional dan prestasi akademik memiliki R square (koefisien

Data primer yang penulis tetapkan pada penelitian ini adalah 5 buah foto tampilan fashion Ines Ariani yang penulis dapatkan dari blognya yaitu aii-ness.com ,

Penelitian ini memiliki tujuan utama untuk mengetahui variasi dosis anestesi lokal lidokain 2% dengan adrenalin 1:100.000 yang diberikan pada pasien odontektomi

[r]

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah berita-berita perkosaan yang dimuat di Detik.com dan objek penelitiannya adalah, kecenderungan konten-konten

Jurusan Teknik komputer mempersiapkan mahasiswa agar dapat memahami dan merancang sistem komputer secara menyeluruh, mencakup piranti keras (hardware) , piranti lunak

Yoko Andika Gumilang 201310227015, Fakultas Teknik Program Studi Teknik Informatika Universitas Bhayangkar a Jakarta Raya, Judul Skripsi “ Sistem Pendukung Keputusan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang adalah orang tua yang memiliki anak usia 3 sampai 6 tahun. Pada penelitian ini semua partisipan memiliki