ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO”KARYA NAKAMURA KOU
NAKAMURA KOU NO SAKUSHIN NO “100 KAI NAKU KOTO” NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRITEKI NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang
OLEH :
CLAUDIA BERNADINE PURBA 080708009
DEPARTEMEN SATRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA
DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO”KARYA NAKAMURA KOU
NAKAMURA KOU NO SAKUSHIN NO “100 KAI NAKU KOTO” NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRITEKI NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D
NIP.19580704 198412 1 001 NIP. 19600403 1991031 001 Drs. Amin Sihombing
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui oleh:
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Medan, November 2014 Departemen Sastra Jepang Ketua,
NIP. 19600919 1988031001 Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmad dan Nimat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik, walaupun tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi
dalam skripsi ini. Baik itu dari segi keterbatasan bahan maupun keterbatasan
penulis sendiri dalam menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Analisis Psikologi Tokoh Utama Dalam Novel
“100 Kai Naku Koto” Karya Nakamura Kou ini, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang begitu sederhana rasanya tidaklah cukup untuk
mengucapkan rasa terima kasih penulis. Namun hanya itulah yang mampu penulis
berikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis menghaturkan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang-orang yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra
3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D selaku Pembimbing I yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Amin Sihombing selaku Pembimbing II dalam penulisan
skripsi saya yang telah teliti untuk membaca dan mengoreksi penulisan ini
untuk menjadi lebih sempurna.
5. Seluruh dosen-dosen Fakultas Ilmu Budaya khususnya Departemen Sastra
Jepang yang telah membimbing saya dalam penulisan skripsi ini, terima
kasih atas segala pengetahuan dan ilmu yang telah diberikan kepada saya.
6. Teristimewa penulis ucapkan untuk orang tua Ayahanda Bergman Purba
dan Ibunda tercinta Risna Silangit dan Salmiati Manulang terima kasih
atas kasih saying, kesabaran, doa untuk kebahagiaan dan keberhasilan
anak-anaknya, keringat dan air mata serta dukungan materil yang tak
terhingga untuk pendidikan anak-anaknya dan sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana seperti yang
telah dicita-citakan mereka. Tanpa orang tua dan kasih sayang yang
diberikan kepada penulis, penulis tidak akan mampu menjadi seperti
sekarang ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan dan jasa mereka. Juga
untuk abang, dan adikku tersayang (Bang Andika, Bang Dimitri, Bang
Gardian, dan Dominique) serta semua keluarga, penulis mengucapkan
7. Untuk seseorang yang penulis sayangi Syahrial Susanto Hasugian, terima
kasih atas dukungan, semangat dan perhatiannya selama ini, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih juga buat sahabat dan adik-adik kelas di Departemen Sastra
Jepang yang tidak bisa penulis lupakan; Aqmarina Hutabarat, Lora Juwita
Situmorang, Elviani, Ferdian Lim dan lainnya yang tidak penulis sebutkan,
yang selalu ada saat suka dan duka serta selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
9. Terimakasih untuk semua teman-teman Sastra Jepang stambuk 2008
secara keseluruhan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang
telah memberikan dukungan suka dan duka selama menjalani pendidikan
di Fakultas Ilmu Budaya ini.
Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang. Akhir
kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan
khususnya pada pembaca.
Medan, 20 Oktober 2014
Penulis
NIM: 080708009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ……….. v
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
1.1Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2Perumusan Masalah ………... 4
1.3Ruang Lingkup Pembahasan ………. 5
1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ……….. 6
1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian ………..12
1.6Metode Penelitian ………..13
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU ……….14
2.1Defenisi Novel ………14
2.2Resensi Novel 100 Kai Naku Koto ………16
2.2.1 Tema ……….16
2.2.2 Alur / Plot ……….18
2.2.3 Latar / Setting ………...20
2.2.4 Penokohan / Perwatakan ………..25
BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU …27
3.1 Ringkasan Cerita ………27
3.2 Analisis Budaya Jepang Antara Manusia Dengan Binatang
Peliharaan ………...…28
3.3 Analisis Psikologi Tokoh Utama Fujii ………..33
3.3.1 Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis...37
3.3.2 Solusi Cerita ………39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1Kesimpulan ……….41
4.2Saran ………...43
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Novel Kai Noku Koto bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari
Akasaka, bernama Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua
nya. Kehadiran seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran
perpustakaan, dinamakannya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi.
Sampai pada waktunya ia harus berpisah dengan keluarganya dan Book karena ia
harus melanjutkan sekolahnya di Universitas Tokyo.
Fujii kun bertemu dengan Yoshimi yang kemudian menjadi kekasihnya,
kehidupannya pun berjalan normal dan bahagia. Sampai saat Fujii-kun mendapat
kabar bahwa Book bisa saja segera mati akibat penyakit gagal ginjal yang sudah
ia derita sejak setahun lalu. Ia pun berencana untuk pulang pada akhir pekan
depan setelah menerima kabar tersebut.
Dengan saran dari kekasihnya Yoshimi, ia pun berencana menggunakan
sepeda motornya yang sudah 4 tahun tidak pernah ia gunakan. Book sangat
menyukai bunyi sepeda motor tersebut, sehingga mereka berpikir dengan
membawa motor itu Book akan semakin senang. Akhirnya setelah itu perhatian
Fujii Kun dialihkan ke upaya memperbaiki motor tersebut. Dalam prosesnya ia
bertemu dengan Kato-san, seorang petugas di pom bensin yang dalam hati ia
Akhirnya setelah motor berhasil diselesaikan dan Book telah dijenguk,
fokus kehidupan Fujii pindah ke hubungan ia dan Yoshimi. Ia telah melamar
kekasihnya itu, dan mereka melakukan latihan berumah tangga selama 1 tahun
untuk mempersiapkan kehidupan berumah tangga yang sebenarnya. Akhirnya
Yoshimi dan Fujii-kun pun tinggal bersama. Mereka berbagi banyak hal selama
tinggal bersama. Hingga akhirnya Yoshimi sakit.
Awalnya mereka berfikir sakitnya Yoshimi adalah sakit biasa saja akibat
kelemahan daya tahan dan suhu yang tidak bersahabat. Akhirnya Yoshimi
memutuskan untuk pulang kembali ke kampungnya untuk beristirahat sambil
memeriksakan diri lebih lanjut. Namun ternyata sakit Yoshimi bukanlah sakit
biasa saja. Yoshimi terkena kanker indung telur stadium III. Selama proses
pengobatan Fujii-ku melatih diri untuk terus kuat dan fokus pada pekerjaannya
dan membuat perencanaan untuk tetap bisa bersama kekasihnya.
Kehidupannya benar-benar penuh tekanan. Banyak hal yang dia alami dan
rasakan. Dan buku ini ditutup dengan berita kematian Book. Ternyata Book
berhasil bertahan hidup selama 3 tahun sebelum mati dengan tenang. Dan dalam 3
tahun itu pun kehidupan Fujii-kun banyak berubah.
Depresi adalah suatu keadaan dimana inividu mengalami simtom-simtom
perasaan sedih, tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha
lebih besar dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk memulai
mengerjakan sesuatu, merasa tidak bersahabat, dan merasa tidak disukai orang
Orang Jepang sangat menghargai Hewan dan menganggapnya memiliki
hak yang sama dengan Manusia karena, dalam agama Buddha dipercayai bahwa
adanya suatu proses kelahiran kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang
ada di alam semesta ini akan terus menerus mengalami tumimbal lahir selama
makhluk tersebut belum mencapai tingkat kesucia
ditentukan ole
bahagia, bila ia jahat ia akan terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran
kembali juga dipengaruhi oleh Garuka Kamma yang artinya karma pada detik
kematiannya, bila pada saat ia meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di
alam yang berbahagia, namun sebaliknya ia akan terlahir di alam yang
menderitakan, sehingga segala sesuatu tergantung dari
masing.diketahui bahwa ada orang yang baik juga bisa lahir di dunia yang banyak
oraang tampan. Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di
kehidupan sebelumnya.
Fujii mencoba bangkit dari semua keterpurukan yang dirasakannya. Ia
mencoba perlahan mengobati segala tekanan batin dan depresi yang selama ini
dirasakannya. Ia mulai menyadari bahwa yang sudah meninggal tak kan mungkin
bisa kembali lagi, hanya kenangan lah yang dapat ia simpan saat bersama kekasih
Kehilangan bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan, menakutkan,
pukulan telak, sumber depresi atau tangis. Menghilangnya sesuatu yang
sebelumnya berada dekat dengan kita pasti akan meninggalkan kenangan.
Begitupun saat kehilangan terbesar, bernama kematian, menghampiri. Proses
menekuni kehilangan demi memperoleh keikhlasan akan terasa semakin
menyulitkan. Kita harus terus mencoba dan berusaha jika melakukan sesuatu hal.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesustraan,
penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik
(Zainuddin, 1992 : 99). Menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983 : 16) istilah
sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif. Artinya
segenap kejadian atau peristiwa yang dikemukakan dalam karya sastra bukanlah
pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu
yang dibayangkan saja.
Pada umumnya dalam sebuah karya sastra, sastrawan selalu memasuki
pengalaman serta imajinasinya kedalam karya tersebut. Karya sastra menurut
Wellek dan Warren dalam Pradopo (2002 : 81) pada hakekatnya merupakan
sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang. Pada dasarnya karya sastra
memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi
seperti novel, cerpen, novelette, essai dan cerita bergambar. Sedangkan yang
bersifat non fiksi berupa puisi, lagu dan drama.
Novel adalah salah satu jenis karya sastra prosa yang memiliki jalinan
cerita yang kompleks. Kekompleksan dalam novel sering ditunjukkan dengan
Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam
karya tersebut yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah
unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan
unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur yang dimaksud seperti
tema, plot, latar, penokohan, bahasa dan sudut pandang cerita. Sedangkan yang
dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat diluar karya
sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Seperti
kebudayaan, sosial, psikologis, politik, agama dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi pengarang dalam menulis karyanya tersebut.
Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat didalam salah satu
karya sastra fiksi yang berupa novel. Salah satu unsur pembangun fiksi didalam
novel ini yang akan ditelaah adalah tokoh. Tokoh adalah para pelaku yang
terdapat dalam sebuah fiksi. Dalam mendeskripsikan tokoh, Pengarang memiliki
kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita baik dalam kehidupan
sosiologis, psikologis maupun fisiologis.
Psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos”
adalah ilmu pengetahuan. Jadi secara Etimologi (menurut arti kata) psikologi
artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa baik mengenai macam-macam
gejalanya, prosesnya dan latar belakang.
Salah satu karya sastra yang akan ditelaah tokoh utamanya adalah novel
100 Kai Noku Koto yang ditulis oleh Nakamura Kou. Novel ini sangat
menentukan sikap. Dalam novel ini diceritakan bagaimana keadaan psikologis
seorang pemuda yang bernama Fujii. Hidupnya yang dipenuhi kebahagiaan,
namun perlahan menjadi kesedihan yang tiada habisnya.
100 Kai Noku Koto bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari
Akasaka, bernama Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua
nya. Kehadiran seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran
perpustakaan, dinamakan nya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi.
Sampai pada waktunya ia harus berpisah dengan keluarga nya dan Book karena ia
harus melanjutkan sekolahnya di Universitas Tokyo.
Setelah empat tahun ia menyelesaikan sekolahnya, ia pun bertemu dengan
seorang gadis bernama Yoshimi yang kemudian menjadi pacarnya. Ia kini sudah
bekerja dan siap untuk menikah dengan kekasihnya.
Saat mereka memulai untuk tinggal dalam satu apartemen sebagai latihan
menuju pernikahan, masalah pun datang. Ia mendapat berita bahwa keadaan Book
saat ini sekarat, karena mengidap penyakit Edema (Pengumpulan Cairan Dibawah
Kulit) dan gagal ginjal. Ia menyadari memang sudah empat tahun lamanya, sejak
ia mulai bekerja ia tidak pernah pulang ke kampung halaman nya lagi. Ia pun
berangkat ke Akasaka untuk melihat keadaan Book, berharap ia bisa melakukan
apa pun disana untuk membuat anjing kesayangan nya bisa kembali sehat
walaupun itu sangat tidak mungkin kata Dokter.
Namun, saat ia hanya fokus pada kesembuhan Book, tak disangka
sangat serius yaitu Kanker Indung Telur. Pada akhirnya keduanya pun harus
meninggal dan membuatnya sangat terpukul.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui
bagaimana psikologi tokoh utama dalam novel ini. Untuk itu penulis
membahasnya dengan judul “ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL 100 KAI NOKU KOTO KARYA NAKAMURA KOU”.
1.2. Perumusan Masalah
Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam menjalankan
kehidupannya. Walupun setiap orang bisa menjalankan tugas dan kewajiban yang
diembannya dengan baik, belum tentu hati nuraninya pun bahagia seperti yang
terlihat diluar. Seperti halnya dengan novel 100 Kai Noku Koto, seorang pemuda
yang mengisahkan kehidupannya yang bahagia namun harus berakhir dengan
kesedihan yang bertubi-tubi.
Dalam hal ini, tokoh utama yang digambarkan oleh tokoh Fujii adalah
seorang pemuda yang menginspirasikan bahwa dalam hidup dibutuhkan
perjuangan, kedewasaan, dan keikhlasan dalam bersikap. Saat ia mendengar berita
bahwa anjing kesayangannya Book telah sekarat ia mampu melewati rasa sedih itu
dengan kesabaran, namun saat ia mengetahui penyakit yang diderita pacarnya, ia
mulai goyah sampai saat ia harus dihadapkan dengan kematian Book dan
pacarnya. Ia pun mulai sulit dan bahkan terkadang tak mampu mengendalikan
Untuk memudahkan arah sasaran yang dikaji, maka masalah penelitian ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana hubungan antara manusia dengan hewan (anjing) dalam
budaya Jepang
2. Bagaimana masalah psikologis tokoh utama yang dialami oleh Fujii Kun
dalam novel 100 Kai Noku Koto.
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya
pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah
penelitian tidak terlalu luas dan berkembang terlalu jauh, sehingga penulisan dapat
terarah.
Penulis menganalisa novel ini dengan mengambil beberapa cuplikan dari
novel 100 Kai Noku Koto. Kemudian, penulis mengomentari cuplikan tersebut
terutama yang adanya indeksikal kondisi psikologis tokoh utama yang
diekspresikan oleh sastrawan Nakamura Kou dalam novel 100 Kai Noku Koto.
Psikologis tersebut akan dilihat keterkaitannya dengan Id, Ego, Super Ego yang
terdapat di dalam novel tersebut.
Dalam analisis ini, penulis hanya fokus bagaimana dampak psikologis dari
kesedihan setelah anjing dan orang yang disayanginya satu persatu
meninggalkannya.
Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan
semiotik, teori psikoanalisis Freud Sigmund, dan teori depresi sebagai acuan
penelitian.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka
Sastra menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983 : 16) bahwa sastra
hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif. Artinya segenap
kejadian atau peristiwa yang dikemukakan dalam karya sastra bukanlah
pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu
yang dibayangkan saja.
Karya sastra pada umumnya merupakan hasil imajinasi dari seseorang
pengarang. Seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Warren (dalam kritik
sastra, 2002 : 81) karya sastra pada hakekatnya merupakan sebuah hasil imajinasi
dari seorang pengarang. Di dalam karya sastra fiksi terdapat dua unsur yaitu unsur
intrinsik dan ekstrinsik. Kedua unsur tersebut terdapat dalam novel juga. Salah
satu unsur intrinsik yang akan ditelaah adalah tokoh.
Tokoh menurut Aminuddin (2000 : 79) adalah pelaku yang mengemban
Sedangkan arti tokoh secara umum adalah para pelaku yang terdapat dalam
sebuah cerita fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan seorang pengarang. Jadi
pengarang memiliki kebebasan dalam menciptakan watak tokohnya.
Watak setiap karya fiksi selalu berbeda-beda seperti halnya dengan
kehidupan nyata. Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologis tokoh
tersebut. Walaupun psikologis termasuk unsur ekstrinsik tetapi keberadaan unsur
ini sangat mempengaruhi jalan sebuah cerita dari karya fiksi tersebut.
Pendekatan psikologis yang dikembangkan oleh Freud setelah melakukan
berbagai penelitian, bahwa manusia banyak dikuasai oleh alam batinnya sendiri
(Endraswara, 2008 : 101). Terdapat Id, Ego dan Super Ego dalam diri manusia
yang menyebabkan manusia selalu berbeda dalam keadaan berperang dalam
dirinya, resah, gelisah dan tertekan.
Suatu karya sastra dianggap bermutu kalau dia mampu menggambarkan
kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakikat kehidupan manusia adalah
perjuangan dalam menghadapi kekalutan batinnya sendiri.
Di dalam novel 100 Kai Noku Koto dialami oleh Fujii Kun tentang tekanan
batin seorang pemuda terhadap kebahagiaan diawal namun berakhir dengan
kesedihan yang ia dapatkan karena kehilangan anjing dan orang yang
1.4.2. Kerangka Teori
Meneliti perwatakan tokoh melalui karya sastra berarti harus
menggunakan teori sastra. Dalam menganalisis ini, teori yang digunakan adalah
teori semiotik dan psikologis. Semiotik adalah pendekatan yang memandang
karya sastra sebagai system tanda. Hal ini sesuai dengan pengertian semiotik
sebagai ilmu tanda, yang memandang fenomena sosial dan budaya sebagai sistem
tanda (Preminger dan Pradopo dalam Wiyatmi, 2009 : 92). Dalam ilmu tanda
secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-sistem
lambang dan proses-proses perlambangan (Luxemburg, 1992 : 44).
Penulis menggunakan Teori Semiotik karena adanya tekanan batin dari
seorang pemuda yang tak bisa bangkit dari keterpurukan karna ditinggalkan orang
yang disayanginya, dalam waktu yang lama ia mampu bertahan dengan
keterpurukan dan kenangan-kenangan yang sudah berlalu. Setelah mendapatkan
tekanan batin tersebut, penulis melakukan analisis dengan pendekatan Psikologis
yang mengacu teori Psikologis khususnya teori Freud, dan kemudian dihubungkan
dengan teori depresi .
Psikologis sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan. Psikoanalisis pertama dimunculkan oleh Freud, dia
mengatakan bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental
Prinsip-prinsip Psikologis yang dibuat oleh Sigmund Freud dalam semi
(1989 : 46) adalah sebagai berikut:
1. Lapisan kejiwaan yang paling rendah inilah yang disebut dengan
lapisan bawah sadar (Libido) dengan kata lain libido mempengaruhi
keinginan yang mendorong manusia untuk mencapai tingkat
pemenuhan kepuasan (kesenangan, kebahagiaan, dan kegairahan)
2. Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan sewaktu kanak-kanak
biasanya banyak mempengaruhi sikap hidup usia dewasa.
3. Semua buah pikiran betapa pun kelihatannya tidak berarti, masih tetap
lebih penting gagasan sederhana daripada pandangan bawah sadar.
4. Konflik emosi. Menurut Freud konflik emosi terjadi karena adanya
konflik antara bawah sadar.
5. Emosi itu sendiri bersifat Dwirasa (benci tapi rindu, marah tapi
sayang). Biasanya akan terlihat dalam tingkah laku tokoh cerita.
6. Sebagian konflik dapat diselesaikan dengan cara yang tidak dapat
diterima.
Psikologis sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai
aktivitas kejiwaan. Psikoanalisa pertama dimunculkan oleh Freud, dia mengatakan
bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan
Psikoanalisis kepribadian menurut Freud terdiri dari Id, Ego, Super Ego.
Ketiga sistem itu saling berkaitan antara satu sama lain. Id adalah sistem
kepribadian manusia yang paling dasar. Id adalah aspek kepribadian yang paling
gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal
nilai.
Dalam perkembangannya tumbuhlah Ego yang perilakunya didasarkan
atas prinsip kenyataan. Sementara Super Ego berkembang mengontrol
dorongan-dorongan buta Id tersebut. Hal ini berarti Ego merupakan sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego adalah kepribadian
implementatif yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun Super Ego adalah
sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluative
(menyangkut baik buruk). Dengan pendekatan psikologis yang dikemukakan oleh
Freud, penulis akan menunjukkan struktur Id, Ego, dan Super Ego dari perilaku
yang dialami oleh tokoh utamanya dalam novel 100 Kai Noku Koto.
Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan yaitu suatu perasaan
tidak ada harapan lagi. Dalam Chaplin ( 2002 ) depresi didefenisikan pada dua
keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal,
depresi merupakan keadaan kemurungan ( kesedihan,patah semangat ) yang
ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, dan pesimis dalam
menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan
Perbedaan depresi normal dengan depresi klinis terletak pada tingkatannya,
namun keduanya memiliki jenis simtom yang sama. Tetapi depresi unipolar atau
mayor depresi mempunyai simtom yang lebih banyak, lebih berat (severely), lebih
sering, dan terjadi dalam waku yang lebih lama. Namun batas antara gangguan
depresif normal (‘normal’ depressive disturbance) dengan gangguan depresif
klinis (clinically significant depressive disorder) masih kabur (Rosenhan &
Seligman, 1989)
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan, pegertian depresi
adalah suatu keadaan dimana inividu mengalami simtom-soimtom perasaan sedih,
tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha lebih besar
dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk memulai mengerjakan
sesuatu, merasa tidak bersahabat, dan merasa tidak disukai orang lain.
Dalam hal ini penulis menganalisa kondisi psikologis tokoh utama dari
novel 100 Kai Noku Koto yang kemudian dihubungkan dengan pendekatan
Semiotik yang digunakan untuk menjabarkan keadaan serta tanda-tanda yang
terdapat dalam novel tersebut. Oleh karena itu, analisis ini akan menjelaskan
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan keadaan psikologis tokoh utama yang
diungkapkan oleh Fujii Kun dalam novel 100 Kai Noku Koto.
2. Untuk mendapatkan gambaran psikologis seperti apa yang dilakukan oleh
tokoh utama dalam novel 100 Kai Noku Koto.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti dan pembaca dapat menambah wawasan mengenai
psikologis tokoh dalam karya sastra fiksi. Sehingga mampu menguasai
watak tokoh sebenarnya.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat sebagai bahan penunjang untuk
Departemen Sastra Jepang FIB Universitas Sumatera Utara, guna
1.6. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai
bahan penunjang dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian.
Didalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif menurut Whitney dalam Nazir (1988 : 63) adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang
hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Sedangkan metode deskriptif menurut Nawawi (1991 : 63) adalah suatu metode
yang dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan,
menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterprestasikan data.
Dalam penulisan ini peneliti menguraikan dan menjelaskan dengan
secermat mungkin masalah-masalah didalam novel 100 Kai Noku Koto karya
Nakamura Kou dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Teori-ter\ori
tersebut adalah teori semiotik dan teori psikologis khususnya teori Sigmund Freud
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik metode studi
kepustakaan (Library Research) dalam pengumpulan data. Hal tersebut dilakukan
dengan cara mengumpulkan buku dari berbagai sumber atau referensi yang
berkaitan dengan masalah ini. Dan untuk menunjang penulisan ini, penulis juga
menambahkan referensi dari internet atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU
2.1 Defenisi Novel
Abram dalam Nurgiantoro (1995 : 9), menyatakan bahwa novel berasal
dari Italia yaitu Novellet yang secara harfiah yang berarti sebuah barang baru
yang kecil yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
Diantara genre utama karya sastra, yaitu puisi, prosa dan drama, genre
prosalah, khususnya novel, dianggap paling dominan dalam menampilkan
unsur-unsur sosial, Alasan yang dapat ditemukan diantaranya;
a) Novel menampilkan unsur-unsur cerita paling lengkap, memiliki media
yang paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang
paling luas.
b) Bahasa novel cenderung merupakan bahasa sehari-hari, bahasa yang
paling umum digunakan dalam masyarakat.
Karya-karya modern klasik dan kesusastraan, kebanyakan berisi
karya-karya novel. Novel merupakan bentuk karya-karya sastra yang paling popular
di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya
komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel yang baik adalah
novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Banyak
sastrawan yang memberikan batasan atau defenisi novel. Batasan atau
mereka pergunakan juga berbeda-beda. Defenisi-defenisi novel antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Novel
sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan
pendidikan.
2. Wellek dan Werren (1995 : 282) novel adalah gambaran dari
kehidupan dan perilaku nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis
yang bersifat realistis dan mengacu pada realitas yang lebih tinggi
dan psikologis yang lebih mendalam.
3. Jacob Sumardjo (1997 : 11-12) novel adalah genre sastra yang
berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan
mengandung unsur suspense dalam alur ceritanya yang mudah
menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya.
Di dalam sebuah karya fiksi, novel biasanya memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a. Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk
menggambarkan suasana.
b. Novel itu bersifat realistis yang artinya merupakan tanggapan
pengarang terhadap situasi lingkungannya.
c. Bentuk novel lebih panjangdan biasanya lebih dari 10.000 kata.
2.2 Resensi novel 100 KAI NAKU KOTO
Abrams dalam Nurgiantoro (1995 : 216), mengungkapkan bahwa setting
dan latar disebutkan juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Setting memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting
untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu
yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa
dipermudah untuk menggunakan daya imajinasi, disamping itu memungkinkan
untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang
setting.
Nurgiantoro (1995 : 227) mengatakan setting dapat dibedakan kedalam
tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu masing-masing
menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri,
pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya.
2.2.1 Tema
Tema dipahami sebagai gagasan (ide) utama atau makna utama dalam
sebuah tulisan. Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Sedangkan tema
menurut Harymawan dalam Wiyatmi (2009 : 49) adalah rumusan intisari cerita
Tema memiliki fungsi untuk menyatukan unsur-unsur lainnya. Di samping
itu, juga berfungsi untuk melayani visi atau response pengarang terhadap
pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagat raya menurut Sayuti dalam
Wiyatmi (2009 : 43) .
Brooks dalam Aminuddin (2000 : 20) mengungkapkan bahwa dalam
mengapresiasikan tema suatu cerita, aspirator harus memahami ilmu-ilmu
humanitas karena tema sebenarnya merupakan pendalaman dan hasil kontemplasi
pengarang yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan serta masalah lain yang
bersifat universal. Tema dalam hal ini tidaklah berbeda di alur cerita, T/etapi
inklusif didalamnya. Akan tetapi, keberadaan tema meskipun inklusif didalam
cerita tidaklah terumus dalam satu dua kalimat secara tersurat, tetapi tersebar di
balik keseluruhan unsur-unsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam
upaya memahami tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkah berikut
secara cermat.
1) Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.
2) Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa
fiksi yang dibaca.
3) Memahami suatu peristiwa, pokok pikiran serta tahapan peristiwa
dalam prosa fiksi yang dibaca.
4) Memahami plot atau alur cerita dalam prosa fiksi yang dibaca.
5) Menghubungkan pokok-pokok pikiran yang satu dengan yang
lainnya yang disimpulkan dari satu-satuan peristiwa yang terpapar
6) Menentukan sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran yang
disampaikan.
7) Mengidentifikasikan tujuan pengarang memaparkan ceritanya
dengan bertolak dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya.
8) Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkan
dalam satu dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar
cerita yang dipaparkan pengarangnya.
Dalam analisis ini, tema yang dialami dalam novel yang berjudul
100 KAI NAKU KOTO. Novel ini menceritakan tentang seorang
pemuda yang harus kehilangan kekasih dan anjing peliharaannya
yang sangat ia cintai. Fujii kun adalah seorang pemuda yang
menginspirasikan bahwa dalam hidup ini dibutuhkan perjuangan,
kedewasaan, dan keikhlasan yang harus mengalami proses dalam
bersikap. Pengalaman yang berat dan menyedihkan inilah yang
menjadi fokus utama dalam novel “100 KAI NAKU KOTO”
2.2.2 Alur / Plot
Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan
hubungan kausalitas. Sedangkan alur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa (2008 : 45) adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
saksama dan menggerakkan jalan cerita melaluli kerumitan kearah klimaks dan
penyelesaian.
mengandung instanbilitas dan konflik. Bagian akhir cerita biasanya mengandung
donoument (penyelesaian atau pemecahan masalah).
Dalam analisis ini, alur awal yang terdapat dalam novel 100 KAI NAKU
KOTO bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari Akasaka, bernama
Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua nya. Kehadiran
seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran perpustakaan, dinamakan
nya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi. Sampai pada waktunya ia
harus berpisah dengan keluarga nya dan Book karena ia harus melanjutkan
sekolahnya di Universitas Tokyo.
Pada alur tengah diceritakan tentang tekanan batin yang di alami oleh
tokoh utama terhadap keadaan yang berawal dari kebahagiaan dan harus berakhir
sangat menyedihkan. Setelah empat tahun ia menyelesaikan sekolahnya, ia pun
bertemu dengan seorang gadis bernama Yoshimi yang kemudian menjadi
pacarnya. Ia kini sudah bekerja dan siap untuk menikah dengan kekasihnya. Saat
mereka memulai untuk tinggal dalam satu apartemen sebagai latihan menuju
pernikahan, masalah pun datang. Ia mendapat berita bahwa keadaan Book saat ini
sekarat, karena mengidap penyakit Edema (Pengumpulan Cairan Dibawah Kulit).
Ia menyadari memang sudah empat tahun lamanya, sejak ia mulai bekerja ia tidak
pernah pulang ke kampung halaman nya lagi. Ia pun berangkat ke Akasaka untuk
melihat keadaan Book, berharap ia bisa melakukan apa pun disana untuk
membuat anjing kesayangan nya bisa kembali sehat walaupun itu sangat tidak
disangka pacarnya pun mengalami sakit yang berawal dari flu biasa menjadi
penyakit yang sangat serius yaitu Kanker Indung Telur.
Alur terakhir diceritakan tentang tekanan batin yang semakin meningkat
pada tokoh utama. Setelah melalui berbagai pengobatan yang awalnya berdampak
baik bagi kesehatan Yoshimi, namun pada akhirnya dia tak bisa lagi di selamatkan
karena penyakit nya semakin membesar, dan ditemukan penyebaran pada hati
dan ginjal kecilnya. Ia pun kemudian meninggal. Hal ini sangat membuatnya
terpukul, dan mengalami depresi yang sangat mendalam. Tidak lama setelah itu
dia pun kembali mengalami kesedihan yang benar-benar membuat nya terluka
karena anjing kesayangannya Book pun meninggal setelah 3 tahun ia mencoba
bertahan dengan penyakit yang sudah lama dideritanya. Fujii kun tak mampu
mengendalikan dirinya sendiri, ia terpukul dan sangat terpuruk. Hanya alcohol lah
yang mampu menenangkan hatinya, meskipun terkadang ia sadar akan apa yang
dia lakukan, dan ia sadar bahwa hidup harus terus berjalan, namun ia tetap saja
melakukan hal itu terus menerus hingga 100 hari..
2.2.3 Latar / Setting
Menurut Jacob Sumardjo (1997 : 75-76) setting dalam cerita bukan hanya
sekedar Background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan
kapan terjadinya, tetapi juga terjadi erat dengan karakter, tema dan suasana cerita.
Untuk menghasilkan cerita baik, setting harus benar-benar mutlak dalam
menggarap tema dan plot tertentu. Setting menurut Dick Hartono dalam Sudjiman
terjadinya lakon dalam karya sastra ataupun novel secara lengkap, pembaca tentu
harus memahami bagaimana setting dari karya sastra tersebut.
Sedangkan latar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008 :
794) adalah keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan
dalam karya sastra.
Latar memiliki fungsi untuk member konteks cerita. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh disuatu tempat
tertentu, pada suatu masa dan lungkungan masyarakat tertentu.
Dalam fiksi latar dibedakan menjadi tiga macam yaitu latar tempat, waktu
dan sosial. Latar tempat berkaitan dengan masalah geografis. Dilokasi mana
peristiwa terjadi, didesa apa, kota apa dan sebagainya. Latar waktu berkaitan
dengan masalah waktu, hari, jam maupun historis. Latar sosial berkaitan dengan
kehidupan manusia menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2009 : 40).
a. Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama jelas.
Deskripsi tempat secara teliti dan realitas penting untuk mengesani pembaca
seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh ada dan terjadi yaitu tempat dan
waktu yang diceritakan. Adapun latar tempat dalam novel (kisah) 100 KAI
b. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga dikaitkan dengan
latar tempat dan latar sosial pada kenyataannya memang saling berkaitan. Dalam
novel 100 KAI NAKU KOTO, latar waktu dari cerita dalam novel ini dari selama
menjalani kehidupan sejak tokoh utama tamat SMA sampai ia bekerja
c. Latar sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berfikir, dan bersikap. Disamping itu, latar sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
Jika dilihat dari latar sosialnya novel 100 KAI NAKU KOTO
menggambarkan kehidupan yang sangat erat dengan pandangan hidup, kesetiaan,
menghargai kehidupan dan pengorbanan.
Novel ini secara keseluruhan menggambarkan tentang perjalanan hidup
seorang pemuda yang berasal dari Akasaka yang memiliki seekor anjing yang
menemani nya sampai ia menyelsaikan sekolahnya. Kmudian Fujii harus
kesayangan nya sedang sakit parah di Akasaka. Ia pun kembali untuk anjing nya
tsb, namun saat ia fokus dengan kesembuhan Book anjingnya, sang kekasih pun
ternyata mengalami sakit yang parah yaitu Kanker Indung Telur Stadium III, pada
akhirnya kekasihnya tak bias diselamatkan dan meninggal, begitu juga dengan
anjing nya yang akhirnya pun meninggal setelah bertahan 3 tahun dengan
penyakitnya yang membuat nya semakin terpukul. Masalah yang datang terus
menerus itu mengakibatkan perilaku psikologis terhadapa tokoh utama Fujii.
Reinkarnasi dalam agama Buddha
Dalam agama Buddha dipercayai bahwa adanya suatu proses kelahiran
kembali (Punabbhava). Semua makhluk hidup yang ada di alam semesta ini akan
terus menerus mengalami tumimbal lahir selama makhluk tersebut belum
mencapai tingkat kesuci
makhluk tersebut; bila ia baik akan terlahir di alam bahagia, bila ia jahat ia akan
terlahir di alam yang menderitakan. Kelahiran kembali juga dipengaruhi oleh
Garuka Kamma yang artinya karma pada detik kematiannya, bila pada saat ia
meninggal dia berpikiran baik maka ia akan lahir di alam yang berbahagia, namun
sebaliknya ia akan terlahir di alam yang menderitakan, sehingga segala sesuatu
tergantung da
bisa lahir di dunia yang banyak oraang tampan.
Kelahiran kembali adalah suatu proses penerusan kelahiran di kehidupan
sebelumnya. Dalam
jawab terhadap nasib yang sedang diterimanya. Selama manusia terikat pada
siklus reinkarnasi, maka hidupnya tidak luput dari duka. Selama jiwa terikat pada
hasil perbuatan yang buruk, maka ia akan bereinkarnasi menjadi orang yang selalu
duka. Dalam
kesempatan untuk menikmati kebahagiaan yang tertinggi. Hal tersebut terjadi
apabila manusia tidak terpengaruh oleh kenikmatan maupun kesengsaraan
duniawi sehingga tidak pernah merasakan duka, dan apabila mereka mengerti arti
hidup yang sebenarnya.
Dengan dasar ini lah orang Jepang sangat menghargai Hewan dan
menganggapnya memiliki hak yang sama dengan Manusia. Dapat dilihat dari
beberapa contoh berikut:
1. Hewan di pelihara, dirawat, diajak jalan-jalan, diberikan pakaian,
diberikan makanan khusus hewan, di ajak makan direstoran. Bahkan di
Jepang terdapat Salon, sekolah, tempat bermain, restoran khusus
hewan
2. Dikuburkan atau di kremasi dan di berikan kuburan khusus untuk
hewan.
3. Hewan yang diperlihara dikuil di Jepang memiiki anggaran tersendiri
untuk merawatnya.
2.2.4 Penokohan / Perwatakan
Tokoh adalah orang yang sangat penting untuk menjalankan sebuah cerita.
Dengan adanya tokoh, cerita yang ditampilkan akan terasa hidup untuk dibaca.
Didalam karya sastra fiksi tokoh biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis.
Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita, tokoh dibedakan antara tokoh utama
dan tokoh tambahan.
Tokoh utama adalah tokoh paling terlibat dalam makna atau tema, paling
banyak berhubungan dengan tokoh yang lain dan paling banyak memerlukan
waktu penceritaan menurut Sayuti dalam Wiyatmi (2009 : 31). Sedangkan tokoh
tambahan adalah tokoh yang mendukung jalan cerita dari sebuah karya sastra.
Tokoh utama dalam novel ini bernama Shuici Fujii. Fujii adalah seorang
pemuda yang menginspirasikan bahwa dalam hidupnya dibutuhkan perjuangan,
kedewasaan, dan keikhlasan dalam bersikap. Saat ia mendengar berita bahwa
anjing kesayangannya Book telah sekarat ia mampu melewati rasa sedih itu
dengan kesabaran, namun saat ia mengetahui penyakit yang diderita pacarnya, ia
mulai goyah sampai saat ia harus dihadapkan dengan kematian Book dan
pacarnya. Ia pun mulai sulit dan bahkan terkadang tak mampu mengendalikan
dirinya lagi.
Tokoh-tokoh tambahan digambarkan sebagai orang-orang yang menemani
kehidupannya dalam novel ini. Book adalah anjing kesayangannya yang ia
2.3 Biografi pengarang
Kou Nakamura lahir pada tahun 1969 di Prefektur Gifu, Jepang. Ko Nakamura
lulus dari Universitas jurusan ilmu teknik , kemudian mengambil pekerjaan di
suatu peralatan pabrik optik. Dia juga mempunyai sebuah band saat SMA. Namun
ia keluar dari bandnya dan mulai menulis fiksi.
Pada tahun 1999 ia meninggalkan perusahaannya untuk mengabdikan dirinya
untuk menulis penuh waktu, dan masuk ke cetak pada tahun 2002 dengan
Rirekisho (Resume). Novel yang ditulisnya tentang seorang pemuda yang menjadi
saudara bagi seorang gadis yang tidak sedarah dengannya, saat itu memenangkan
hadiah Bungei.
Hal ini diikuti oleh Natsu Yasumi (Summer Vacation), dan kemudian
Guruguru Mawaru suberidai (Helter Skelter-) yang angsuran terakhir dalam apa
yang penulis sebut sebagai "trilogi pertama" ia memenangkan Hadiah Noma New
Penulis dan juga tercantum untuk Penghargaan Akutagawa. 100-kai naku koto
(Cry 100 Times), kisah cinta Nakamura diterbitkan pada tahun 2005, menjadi
buku terlaris.
Karya-karyanya yang lain termasuk Anata Ga Koko Ni Ite Hoshii (I Want
You Here) dan Boku No Sukina Hito Ga Yoku Nemuremasu Yo Ni (Membantu
My Lover Dapatkan Tidur yang nyenyak). Kemurnian dan kepolosan cerita
BAB III
ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “100 KAI NAKU KOTO” KARYA NAKAMURA KOU
3.1 Ringkasan Cerita
Novel Kai Noku Koto bercerita tentang seorang pemuda yang berasal dari
Akasaka, bernama Fujii yang terlahir dari keluarga sederhana bersama orangtua
nya. Kehadiran seekor anjing yang ia temukan dalam kardus di parkiran
perpustakaan, dinamakan nya Book membuat harinya tidak merasa sepi lagi.
Sampai pada waktunya ia harus berpisah dengan keluarga nya dan Book karena ia
harus melanjutkan sekolahnya di Universitas Tokyo.
Fujii kun bertemu dengan Yoshimi yang kemudian menjadi kekasihnya,
kehidupannya pun berjalan normal dan bahagia. Sampai saat Fujii-kun mendapat
kabar bahwa Book bisa saja segera mati akibat penyakit gagal ginjal yang sudah
ia derita sejak setahun lalu. Ia pun berencana untuk pulang pada akhir pekan
depan setelah menerima kabar tersebut.
Dengan saran dari kekasihnya, Yoshimi, ia pun berencana menggunakan
sepeda motornya yang sudah 4 tahun tidak pernah ia gunakan. Book sangat
menyukai bunyi sepeda motor tersebut, sehingga mereka berpikir dengan
membawa motor itu Book akan semakin senang. Akhirnya setelah itu perhatian
Fujii Kun dialihkan ke upaya memperbaiki motor tersebut. Dalam prosesnya ia
bertemu dengan Kato-san, seorang petugas di pom bensin yang dalam hati ia
Akhirnya setelah motor berhasil diselesaikan dan Book telah dijenguk,
fokus kehidupan Fujii pindah ke hubungan ia dan Yoshimi. Ia telah melamar
kekasihnya itu, dan mereka melakukan latihan berumah tangga selama 1 tahun
untuk mempersiapkan kehidupan berumah tangga yang sebenarnya. Akhirnya
Yoshimi dan Fujii-kun pun tinggal bersama. Mereka berbagi banyak hal selama
tinggal bersama. Hingga akhirnya Yoshimi sakit.
Awalnya mereka berfikir sakitnya Yoshimi adalah sakit biasa saja akibat
kelemahan daya tahan dan suhu yang tidak bersahabat. Akhirnya Yoshimi
memutuskan untuk pulang kembali ke kampungnya untuk beristirahat sambil
memeriksakan diri lebih lanjut. Namun ternyata sakit Yoshimi bukanlah sakit
biasa saja. Yoshimi terkena kanker indung telur stadium III. Selama proses
pengobatan Fujii-ku melatih diri untuk terus kuat dan fokus pada pekerjaannya
dan membuat perencanaan untuk tetap bisa bersama kekasihnya.
itu kehidupannya benar-benar penuh tekanan. Banyak hal yang dia alami
dan rasakan. Dan buku ini ditutup dengan berita kematian Book. Ternyata Book
berhasil bertahan hidup selama tiga tahun sebelum mati dengan tenang. Dan
dalam tiga tahun itu pun kehidupan Fujii-kun banyak berubah.
3.2Analisis Budaya Jepang Antara Manusia dengan Binatang Peliharaan
Cuplikan 1:
Pada suatu hari, tiba-tiba, sungguh tiba-tiba, muncul edema dibadan anjing
bisa berjalan. Kemudian, ibu buru-buru membawanya ke rumah sakit, ternyata
angka BUN nya mencapai lebih dari 170. Itu artinya dia terkena gagal ginjal akut.
Mata ibu berkaca-kaca ketika mendengar dokter berkata “Masih hidup
saja, sudah mukjizat!”. Anjing itu berbaring di atas meja pemeriksaan dengan
mata tertutup. Untuk menghilangkan edema, dia diberi minum vaksin diuretik,
tetapi urinnya tet/ap saja tidak keluar.
Anjing itu terpaksa dirawat di rumah sakit. Dia menjalani perawatan
dengan infus didalam sebuah kamar yang kecil. Melalui jendela bulat di seberang
kamar, terlihat sedikit gerak naik turun perutnya yang putih. Paling tidak, dapat
dipastikan dia masih bernafas. (100 KAI NAKU KOTO, hal 5)
Analisis
Dari cuplikan cerita di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ibu juga sangat
menyayangi Book. Terlihat pada “Mata ibu berkaca-kaca ketika mendengar
dokter berkata “Masih hidup saja, sudah mukjizat!”. Ibu sangat menyayangi Book
yang selalu menemani Book Saat Fujii pergi ke Tokyo untuk melanjutkan kuliah,
meskipun Book kini terbaring lemah.
Pada cupilkan ini juga terlihat bahwa orang Jepang sangat menghargai
Anjing sama seperti layaknya manusia. Ini dapat dilihat dari “Anjing itu berbaring
di atas meja pemeriksaan dengan mata tertutup. Untuk menghilangkan edema, dia
Anjing itu terpaksa dirawat di rumah sakit. Dia menjalani perawatan
dengan infus didalam sebuah kamar yang kecil”. Seekor anjing di perlakukan
sama seperti manusia yang mengalami sakit. Book melakukan pemeriksaan di
Rumah Sakit, diberikan obat, dan menjalani perawatan dengan infus. Hal itu
dilakukan demi kesembuhan anjing kesayangan mereka. Meskipun pada
umumnya anjing adalah seekor hewan biasa yang kita bisa lihat sangat jarang
mendapatkan perawatan yang sangat baik seperti yang mereka lakukan, mereka
tidak perduli harus mengeluarkan biaya yang kecil atau besar untuk peliharaan
mereka untuk kesembuhan anjingnya. Namun bagi mereka, khusus nya bagi orang
Jepang hewan peliharaan sangat berharga dan memiliki hak yang sama dengan
manusia.
Cuplikan 2:
Anjing itu harus terus meminum obat untuk meyerap zat sampah dari
tubuhnya dan juka melakukan pengobatan melalui makanan yang rendah fosfor,
rendah natrium, dan mengandung protein berkualitas baik secara tepat. Di waktu
mentari bersinar hangat, si anjing berjalan-jalan; jika sudah lelah, dia akan
tertidur. Dia juga harus pergi ke rumah sakit secara berkala untuk melakukan
pemeriksaan darah (walaupun dari dasar hatinya, dia tidak mau disuntik). Dan
Analisis
Cuplikan ke dua ini adalah cuplikan yang berkaitan dengan cuplikan
pertama, bahwa anjing sangat berharga. Ini terlihat dari Fujii yang rela melakukan
apa saja demi kesembuhan Book anjing kesayangannya. Mulai dari memberikan
makanan dan memberikan obat-obatan yang sangat baik dan berkualitas tinggi,
menemani Book melakukan pemeriksaan darah secara berkala, sampai menemani
nya bermain dan berjalan-jalan agar Book terkena sinar mentari yang masih
hangat. Optimisme dan rasa saying terhadapa Book anjing kesayangannya lah
yang membuat Fujii tak menyerah, agar Book dapat kembali sehat seperti sedia
kala.
Cuplikan 3:
Anjing yang kupungut. Anjing yang menemaniku setiap hari selama masa
menganggur selama satu tahun selepas sekolah karena tidak bisa masuk
universitas.
Waktu itu, tak terpikir apapun olehku, tetapi saat ini barulah jadi
pertanyaan bagiku. Di sebelahku yang sedang mengahadap meja, sepertinya dia
selalu menghabiskan waktunya dengan tidur.
Dikamar lantai dua yang tidak terkena sinar matahari, aku belajar, dan
anjing itu tidur. Apakah anjing kecil memang selalu tidur selama itu?
Di sela waktu belajar, ketika aku berdiri untuk merenggangkan badan,
badannya ‘brrr’ sehingga lonceng di lehernya pun berbunyi ‘triring, triring’.
Ketika melihat ke arahku, kening bulatnya tampak sungguh manis.
Setelah itu, si anjing mengelilingi seisi rumah. Jika sudah bosan, dia
kembali ke sebelah jam weker.
Analisis
Entah kenapa anjing itu selalu bersandar pada jam weker itu lalu tertidur.
Setelah beberapa waktu, aku baru mengerti bahwa ternyata bunyi detik jarum jam
mirip dengan detak jantung induk anjing, sehingga member rasa aman pada anak
anjing. (100 KAI NAKU KOTO, hal 8-9)
Pada cuplikan cerita ini Fujii mengutarakan dalam benaknya tentang
kesetiaan Book yang selalu menemani hari-harinya. Tak disangka anjing yang
dipungutnya dahulu adalah yang menemani harinya. Karena kesetiaan Book itulah
yang membuatnya sangat menyayangi Book. Hal ini tearlihat bahwa secara tidak
langsung Fujii mulai mencari tahu mengapa Book sangat suka tidur dan bersandar
di sebelah jam weker yang ternyata suara jarum jam itu sangat mirip suara detak
3.2.1 Analisis Psikologis Tokoh Utama Fujii
Cuplikan 1:
Aku memerhatikan butiran air yang menempel pada cangkir. Butiran air
itu mengalir pada sisi cangkir, membuat bekas bulat di atas meja.
Saat ini bagi Yoshimi, memiliki Fujii Kun di sisinya adalah hal yang patut
disyukuri. (100 KAI NAKU KOTO, hal 178).
Hal yang tidak
bisa dikembalikan walau apa pun yang dilakukan, akan tersisa menjadi lubang di
dalam dada. Mungkin saja lubang kecil, tetapi mungkin juga lubang yang dalam
tak terhingga.
Analisis:
Pada cuplikan cerita ini ditunjukkan bahwa Fujii sudah mulai merasakan
luka batin didalam dada nya sejak awal Yoshimi di vonis Kanker. Kalimat yang
diungkapkan nya adalah merupakan ungkapan penyesalan secara tidak langsung.
Mungkin saja lubang kecil, tetapi mungkin juga lubang yang dalam tak terhingga.
Ia tidak yakin akan perasaan yang ia rasakan saat ini. Meskipun di dalam dirinya
mulai terjadi tekanan batin namun ia hanya menerka-nerka akan apa yang ia
rasakan meskipun ia tau Yoshimi sangat bersyukur karna memiliki Fujii yang
Cuplikan 2:
Berapa tahun lagi aku akan hidup? Kenapa aku tidak bisa memberikan
separuh padanya? Kami sudah saling berbagi kesenangan, kesedihan, dan tawa
hingga sampai disini. Tetapi kenapa kami tidak bisa berbagi kesakitan dan
kematian?
Hanya angka tiga bulan yang bersinar tajam didalam kepalaku.
Sebenarnya, bagaimana caranya agar aku bisa menerima angka itu? Walau
bagaimanapun, tidak akan bisa kuterima.
Ketika aku sadar, aku tengah memutar keran air di dapur. Aliran airnya
jatuh ke wastafel, menimbulkan bunyi. Aku menampung air dicangkir. Kenapa
aku malah melakukan hal ini? (100 KAI NAKU KOTO, hal 208-209)
Analisis
Pada cuplikan cerita ini masih di ungkap kan tentang terpukulnya Fujii
akan vonis yang diterima kepada Yoshimi. Namun kali ini sangat membuatnya
terpukul, yaitu saat Yoshimi divonis hanya memili waktu tiga bulan untuk
bertahan hidup.
Berita itu sangat membuatnya terpukul, sedih dan tak tau harus berbuat
apa. Ia pun mulai bertanya didalam dirinya Berapa tahun lagi aku akan hidup?
Kenapa aku tidak bisa memberikan separuh padanya? Dari sini terlihat keinginan
hidupnya untuk Yoshimi agar ia tetap hidup, meskipun akhirnya ia sadar bahwa
ha itu sangat tidak mungkin. Karena semua sudah di takdirkan oleh yang kuasa.
Cuplikan 3:
Tiba-tiba ada telepon dari kampong halamanku. Telepon yang
mengabarkan tentang kematian Book. Ternyata sejak saat itu, Book bertahan
selama tiga tahun lebih.
Pagi ini Book meninggal dengan tenang sambil dipeluk ibu di atas
lututnya. Tanpa rasa sakit ia pergi untuk selamanya.
(100 KAI NAKU KOTO, hal 241)
“Akan kukubur dipinggir sungai,” kataku. Ibu membungkus jasad Book
dengan handuk yang disukainya, kemudian dari atasnya dililitkan lagi handuk
mandi. Aku juga mengeluarkan benda-benda yang kira-kira diinginkannya untuk
dikubur bersamanya, seperti piring makannya, bibit bunga, bola kain yang sudah
usang. Bola kain yang telah dipungut Book berkali-kali.
(100 KAI NAKU KOTO, hal 243)
Analisis
Pada cuplikan diatas ditunjukkan bahwa meninggalnya Book menambah
kepedihan yang dirasakan Fujii setelah kehilangan kekasih yang sangat
setelah selesai SMA. Anjing yang menemaninya setiap saat bersamanya sampai
Fujii kuliah di Tokyo.
Sebagai penghormatan terakhir Fujii pun menguburkan Book di pinggir
sungai tempat mereka dahulu biasa bermain di sore hari, dan menghabiskan waktu
disana untuk merenung dan sejenak menenangkan fikiran..
Cuplikan 4:
Aku tak tahu bagaimana caraku hidup hingga saat ini, padahal ada hal
yang tidak bisa dicapai dan tidak bisa diterima sebesar ini
Tiga bulan. Itu hanyalah sebuah angka. Tidak ada yang bisa diraih dari
angka itu. Sesuatu yang bisa kulakukan untuknya. Aku ada untuknya. Kata-kata
yang ingin kulontarkan itu hanyalah huruf-huruf. Simbol yang datar dan tanpa
arti. (100 KAI NAKU KOTO, hal 210)
. Bagaimana sebaiknya
manusia menjalani kehidupannya kalau hidup adalah tentang mengharapkan
sesuatu yang tidak bisa dicapai dan menerima sesuatu yang tidak bisa diterima?
Analisis
Pada cuplikan cerita ini masih ditunjukkan tentang Fujii yang masih terus
bersedih, bertanya dalam dirinya dan menyalahkan dirinya sendiri tentang apa
yang di derita Yoshimi saat ini. Ia masih tidak bisa menerima tentang vonis tiga
bulan yang diberikan kepada kekasihnya. Namun saat suatu ketika dia tersadar ia
melupakan sejenak smua yang ada dipikirannya dan mencoba untuk terus ada
3.3.1 Sake Sebagai Cara Menghilangkan Beban Psikologis
Cuplikan 1:
Tanpa kusadari, shochu dalam kemasan karton kertas itu sudah kosong.
Aku melemparkannya ke lantai, lalu berlari masuk ke toilet seperti hendak
terjatuh. Ketika kugerakkan badanku, pandanganku menjadi gelap seolah
kepalaku ditutupi oleh kain hitam. Aku duduk di toilet. Menumpahkan air mata
dan menumpahkan cairan lambung. Aku memuntahkan semuanya seperti
memerasnya.
Kuletakkan tanganku di pegangan pintu, lalu aku bernapas. Muntahan itu
mengalir menimbulkan bunyi. Ketika aku bersandar pada dinding, jantungku
berdegup kencang.
Apa yang sedang ku lakukan? Pikirku. Ternyata, apa? Dengan sengaja
membeli sake murah lalu setiap malam mabuk-mabukan, mabuk dalam kesedihan
sendiri, sebenarnya apa yang sedang ku lakukan? Pikirku.
Analisis
Kenapa di dunia ini ada
penyakit dan kematian? Pikiranku kembali berputar disitu. (100 KAI NAKU
KOTO, hal 230)
Dalam cuplikan ini diungkapkan tentang Fujii kun yang terpukul karena
tekanan batin akan kehilangan kekasihnya yang kini menjadi depresi, ditunjukkan
sampai menghabis kan 1 karton sampai akhirnya ia muntah dan pandangannya
pun gelap.
Setelah mabuk-mabukan kembali yang ia lakukan hanya menyalahkan diri
sendiri, terus bertanya kenapa didunia ini harus ada penyakit dan kematian. Tak
ada jalan keluar yang ditemukannya, hanya terus menerus berputar didalam
pikirannya yang penuh dengan kenangan bersama Yohsimi, kesedihan dan
kekecewaan tentang hidup yang di rasakannya.
Cuplikan 2:
Tetapi di malam esok harinya, aku lagi-lagi minum sake dan menangis.
Hari berikutnya juga sama. Aku tidak akan menangis lagi untuknya, itulah
keputusanku. Aku memang sudah mengambil keputusan. Tetapi, memangnya ada
apa dengan hal itu? Karena sudah mengambil keputusan, lalu kenapa? Pada
akhirnya, bagaimana pun aku berusaha untuk tetap kuat, bagaimanapun aku
berusaha untuk menjadi baik, hal itu sudah tidak ada hubungannya lagi. Logika
yang bagaimanapun, teori secara umum manapun, kata-kata seperti apapun, tidak
akan ada gunanya lagi sama sekali. Seseorang yang meninggal benar-benar
Analisis
Dalam cuplikan ini diceritakan bahwa meskipun Fujii sudah berjanji untuk
kembali melanjutkan kehidupannya dan tetap kuat dan tak kan menangis lagi
untuk Yoshimi yang sudah meninggal, namun ia tetap kembali mabuk-mabukan
dan menangis menyesali apa yang sudah terjadi. Ia tetap tak menemukan jawaban
atas segala pertanyaan nya, ia tetap saja meminum alkohol dan sake tanpa henti,
kemudian yang dilanjutkan dengan meninggalnya Book sangat menambah
kepedihannya. Ia harus kehilangan anjing yang selalu menemani hari-harinya.
3.3.2 Solusi Cerita
Aku membuka mataku. Secara perlahan kubangkitkan badanku. Sejak saat
itu, diikuti oleh berlalunya waktu, kami perlahan sudah tidak menjadi ‘kami’ lagi,
pikirku. Perasaan yang aneh, tetapi dia sudah meninggal dunia, dan sosok kami
menjadi sosok ‘kamu’ yang lebih pekat dari sosoknya. Bagiku, aku akan terus
menjadi ‘kamu’.
Fujii mencoba bangkit dari semua keterpurukan yang dirasakannya. Ia
mencoba perlahan mengobati segala tekanan batin dan depresi yang selama ini
dirasakannya. Ia mulai menyadari bahwa yang sudah meninggal tak kan mungkin
bisa kembali lagi, hanya kenangan lah yang dapat ia simpan saat bersama kekasih
Kehilangan bisa menjadi sesuatu yang menyedihkan, menakutkan,
pukulan telak, sumber depresi atau tangis. Menghilangnya sesuatu yang
sebelumnya berada dekat dengan kita pasti akan meninggalkan kenangan.
Begitupun saat kehilangan terbesar, bernama kematian, menghampiri. Proses
menekuni kehilangan demi memperoleh keikhlasan akan terasa semakin
menyulitkan. Kita harus terus mencoba dan berusaha jika melakukan sesuatu hal.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Di akhir penulisan skripsi ini, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Di dalam novel 100 Kai Naku Koto terdapat keadaan psikologis tokoh
utama yang dialami oleh Suichi Fujii yaitu mengalami tekanan batin yang
di alami semasa hidupnya. Fujii adalah seorang pemuda yang
menginspirasikan bahwa dalam hidup dibutuhkan perjuangan, kedewasaan
dan keikhlasan dalam bersikap. Ia hanya menemukan ketenangan dari
semua permasalahan dan tekanan batin yang dialaminya dengan meminum
alkohol walaupun terkadang ia sadar akan apa yang dia lakukan tapi tetap
saja hal it uterus dia lakukan selama 100 hari. Novel 100 Kai Naku Koto
ini menceritakan tentang kehilangan anjing dan kekasih yang sangat ia
sayangi dengan sepenuh jiwa raganya. Anjing yang ia beri nama Book
yang ia temukan di parkiran perpustakaan lah yang menemani hari-harinya
selama berada di Akasaka, kemudian ia pergi ke Tokyo untuk kuliah dan
menemukan Yoshimi yang menjadi kekasih nya. Sampai akhirnya
meninggal, dan di tambah lagi kemudian Book yang sudah lama bertahan
atas penyakit gagal ginjal nya pun akhirnya meninggal yang
mengakibatkan tekanan batin yang tak terbendung lagi dan mengakibatkan
depresi dalam dirinya.
2. Di dalam novel 100 Kai Naku Koto terdapat pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang yaitu kehilangan bisa menjadi sesuatu yang
menyedihkan, menakutkan, pukulan telak, sumber depresi atau tangis.
Menghilangnya sesuatu yang sebelumnya berada dekat dengan kita, pasti
akan meninggalkan kenangan. Begitu pun saat kehilangan terbesar,
bernama kematian menghampiri maka harus ikhlas dalam menghadapi
semua kejadian yang di alami. Tetapi cara untuk menghilangkan semua
beban yang dirasakan yang sangat mendalam adalah dengan ia meminum
minuman keras setiap hari hingga ia mabuk. Karena alkohol adalah salah
satu cara yang membuatnya merasa tenang.
3. Setelah melakukan analisis ternyata tekanan batin yang berasal dari
kehilangan yang dialami Fujii menjadi sumber depresi yang membuatnya
tak bisa melakukan apapun seperti orang linglung. Titik klimaks yang
menjadi jawaban atas tekanan batin yang dialami nya adalah dengan
4.2 Saran
Saran penulis terhadap pembaca setelah membaca atau memahami isi
skripsi ini adalah supaya kita bisa sabar terhadap keadaan atau kehidupan yang
kita alami walaupun itu tidak sesuai dengan hati nurani kita sendiri. Karena dalam
hidup penuh dengan pahit dan manis dalam menjalaninya. Serta dalam novel ini
juga tersimpan makna kalau kita juga harus bisa bertahan dan jangan mudah putus
asa dalam menjalankan hidup, dan semua itu butuh perjuangan. Supaya kita tidak
menyesali perjuangan yang selama ini kita alami. Kegagalan bukan akhir dari
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin.2000.Pengantar apresiasi karya sastra.Bandung: sinar baru
algensindo.
Badrun,Ahmad.1983.Pengantar Ilmu Sastra (teori sastra).Surabaya:
Usaha Nasional.
Luxemburg,Jan Van dkk.1992.Pengantar Ilmu Sastra.Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Umum.
Nawawi,Hadari.1991.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta:Gadjah
Mada University Pers.
Pradopo,Rachmat Djoko.2002.Kritik Sastra Indonesia Modern.Yogyakarta : Gama Media
Semi,Atar.1989.Kritik Sastra.Bandung:Penerbit Angkasa.
Zainuddin.1992.Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia.Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Nakamura Kou. 2013. 100 Kai Naku Koto. Penerbit Haru. Jakarta Selatan: