PENGARUH PENDIDIKAN
NILAI
DALAM KELUARGA
TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA
DI KELAS X
SMA NEGERI
1TERBANGGI BESAR
TAHUN
AJARAN
2OI2I2OI3
ffi&etu
Wwe
ryV#fruy*,Smpw€r*
$kr6ps&
rucbtxgni Salnh Satu Syarat untuk Mencapai #e1nr
SARJANA PHNNgMSKAN
pade
Fr*gr&m Stexdi Ilendidikan Pancasila dara K*wergffiE?€gereafi Jearusam F*ndiCi&raar trlffixua Peragetahtl&I? Smssm?
FAKULTAS KEGURUAN DAN
TLMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
PENGARUH PENDIDIKAN NILAI DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DI KELAS X SMA NEGERI I
TERBANGGI BESAR TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
DWI WAHYU S.
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan populasi penelitian siswa kelas X sebanyak 277 siswa. Sampel penelitian sebanyak 28 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan teknik Chi Kuadrat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam indicator nilai agama responden setuju 67, 9%, kurang setuju 28,6% dan tidak setuju 3,6%. Kemudian indicator nilai social 78,6% responden setuju, kurang setuju 17,9% dan tidak setuju 3,6%. Selanjutnya indicator nilai etika 82,1% setuju, kurang setuju 10,7% dan tidak setuju 7,1%. Sedangkan indicator nilai moral 75% setuju, kurang setuju 21,4 %, dan tidak setuju 3,6%. Selanjutnya indicator tanggung jawab agama 67,9% setuju, kurang setuju 17,9% dan tidak setuju 7,1%. Kemudian indicator tanggung jawab social 71,4% setuju, kurang setuju 17,9% dan tidak setuju 7,1%. Selanjutnya indicator tanggung jawab etika 85,7% setuju, kurang setuju 10,7% dan tidak setuju 3,6%. Sedangkan indicator tanggung jawab moral 64,3% setuju, kurang setuju 25%, dan tidak setuju 10,7%.
Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa pendidikan nilai dalam keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi dalam mempengaruhi sikap tanggung jawab siswa di sekolah. Hal ini disebabkan karena siswa memahami dan mengamalkan nilai-nilai baik yang ditanamkan orang tua dalam lingkungan keluarga.
J.
$HipsiirnNgffiU,g#GX,S
fiffi$
KEI,UARcA,rE
g
rancc
$rA
"'"n'i*
unffi*As
x
sMA unCuru rtn
ffi#r'*gs
' -'"i1 r'fm$W
fgittf0if"'rl:;r'1'j r' '':"'L':l'-"'- .u.,,,',,,,'''
l
w
$9I3$320-?...;.;:.'...i... 't't"',,.,
Peno
Fi*efu$",i*
fenaiaffi
I#$i'". t:-,,, "-'t't-;'r'r"
''
'
, ,-f -itit *. 't"ttt:'- n: ti. i * t-i'''i. ,;tr..,
- t '"..,,,,
r.,r.,....,.., ,,rr.-.rr,irr"li'r
.-ii'.ti
f,(*
'"t.'-j'i'.'-""'-"'-, -.,..,
r,. i . " I '" . ,l' ,- ,il,r...il. | ,i.ii'-' i. ' rt+ i 'it
.,,,:,,,,rr
'uJ'r-r,-' t g' r''.r'' -.,'. -,,';,1trt'.''-'tl;i'
No. : .... Pokok Matrasiswa
' i". t,,,.r..
...r ..,.,, l..' t t'
F*"offiStudi
l,Jr,:. .
' I ii r::r
:1 I jrr '; rrr rr r:r rr
. .tjr, :l;!
-' i,,;,,,,.,,,.;,,;,,,,,..i,','i-1.1''. . t ttil-li;i'
Jururyl
,, ,, .rr.;'..., ,..n -...
""''j'_ r':': r:r il li' 1
.. . ri,, :ir rr:,r,, a iii t., t
- I i,:,,,..,., .r:
.i:ir:. .ii,: ,..r,,-i,'. .
.;ir, ,',.i ,itl. r'i -" t' i' Fakuttas
2..
i
Jffiffi , , , r'. ',,,' ir','-"'t'"t'""':
'1""1"";i' '" 'u
, Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial
Drs.
Hi.
Buchori A$ylk, M.Si./4,
Nrp
19560108 198503t
002 r
Ketua Program Studi PPKn
. r, i " "r' ; t t1; 1 i'1it'.tr t1,.' titt' :.lt,l ti 'i' tt" '
Drs.
Hotilulloh,
M.Si.,SURAT PERIYYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:
Nama NPM
Prodi/ Jurusan
Fakultas
Dwi Wahyu S.
0913032037
PPKI/ Pendidikan IPS
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
k*yayang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruantinggi,
dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalamnaskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
MOTO ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 8
1.3Pembatasan Masalah ... 9
1.4Rumusan Masalah ... 9
1.5Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10
1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.5.2 Kegunaan Penelitian ... 10
1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 11
1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu ... 11
1.6.2 Ruang Lingkup Objek ... 11
1.6.3 Ruang Lingkup Subjek ... 12
1.6.4 Tempat Penelitian ... 12
1.6.5 Waktu Penelitian ... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Deskripsi Teoritis ... ...13
2.1.1 Pengertian Pendidikan ...13
2.1.2 Pengertian Nilai ...17
xi
2.1.4 Pengertian Keluarga ... 26
2.1.5 Pengertian Sikap ... 33
2.1.6 Pengertian Tanggung Jawab. ... 35
2.2Kerangka Pikir ... 39
2.3Hipotesis ... 40
III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 41
3.2Populasi dan Sampel ... 41
3.3Variabel Penelitian ... 43
3.3.1 Variabel Bebas ... 44
3.3.2 Variabel Terikat ... 44
3.4Definisi Konseptual Variabel ... 44
3.4.1 Pendidikan Nilai Dalam Keluarga ... 44
3.4.2 Sikap Tanggung Jawab Siswa ...44
3.5Definisi Operasional Variabel... 44
3.6Rencana Pengukuran Variabel ...45
3.7Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.7.1 Teknik Pokok ... 45
3.7.2 Teknik Pendukung ... 45
3.8Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47
3.8.1 Uji Validitas ... 47
3.8.2 Uji Reliabilitas ... 47
3.9Teknik Analisis Data ... 48
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Langkah-Langkah Penelitian ... 52
4.1.1 Persiapan Pengajuan Judul ... 52
4.1.2 Penelitian Pendahuluan ... 52
4.1.3 Pelaksanaan Penelitian ... 53
4.2Persiapan Administrasi ... 54
4.3Penyususnan Alat Pengumpulan Data ... 54
4.4Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 55
4.5Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60
4.6Deskripsi Data ...72
4.7Pengujian Hipotesis ...110
4.8Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ...113
4.9Pembahasan ...115
5.1Kesimpulan ... 123 5.2Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.
Pendidikan tidak mengenal batas-batas pendidikan informal, formal, maupun non
formal dari semua aspek berlangsung sepanjang manusia hidup. Pengaruh dari
pendidikan (informal, formal, non formal) selalu saja membentuk sikap dan perilaku
seseorang atau suatu keluarga.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
Pendidikan berperan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang utuh.
Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dapat menjadi
sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh negatif, baik pengaruh yang
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan derap laju
pembangunan dan laju perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(IPTEKS), serta arus reformasi sekarang ini, pembinaan nilai semakin dirasa penting
sebagai salah satu alat pengendali bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional secara
utuh. Namun, sekarang ini tampak ada gejala dikalangan remaja, bahkan orang tua
yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai agama, nilai sosial, nilai etika,
dan nilai moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu
masyarakat yang beradab (civil society).
Dalam era reformasi sekarang ini seolah-olah orang bebas berbuat apa saja sesuai
dengan kehendaknya. Misalnya, perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan,
pembajakan kendaraan umum, penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga
pendidikan, kantor-kantor pemerintahan dan sebagainya, yang menimbulkan korban
jiwa dan korban kemanusiaan.
Bangsa Indonesia saat ini tidak hanya mengalami proses pendangkalan nilai yang
seharusnya dimiliki serta dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai-nilai itu kini bergeser
dari kedudukan dan fungsinya serta digantikan oleh keserakahan, ketamakan,
kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai
itu, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin rawan terhadap
3
Dengan demikian, salah satu problematika kehidupan bangsa yang terpenting di abad
ke-21 adalah pendangkalan nilai dan pergeseran kedudukan serta fungsi nilai.
Pendangkalan, pergeseran kedudukan serta fungsi nilai yang mulai melanda
masyarakat kita saat ini tidak lepas dari ketidakefektifan penanaman nilai-nilai
agama, nilai sosial, nilai etika, dan nilai moral, baik di lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat secara keseluruhan.
Salah satu esensi pendidikan nilai adalah mengembangkan sikap tanggung jawab baik
yang melalui pendidikan dalam keluarga, di sekolah, maupun dalam kehidupan
masyarakat. Bangsa Indonesia telah berupaya mengembangkan sikap tanggung
jawab dalam berbagai jalur dan jenjang pendidikan dari masa ke masa, akan tetapi
masih belum mencapai taraf yang optimal.
Peran keluarga dalam pendidikan tanggung jawab pada anak sangat penting,
pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan kearah pembinaan nilai-nilai tanggung
jawab yang diberikan sebagai bekal, agar kelak anak mampu melaksanakan
kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan nilai-nilai
kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang
tuanya melalui keteladanan yang diberikan dan kebiasaan kehidupan orang tuanya
sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang orang tua tampilkan dijadikan panduan
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua tidak hanya secara sadar, tetapi juga terkadang
secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik pada anak.
Padahal, orang tua dan keluarga merupakan orang terpenting dalam memberikan
kontribusi pada pembentukan perilaku anaknya. Karena orang tua adalah lingkungan
utama dan pertama yang mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam
pendidikan. Pendidikan yang sudah ditanamkan oleh kedua orang tua merupakan
faktor yang mendukung pembentukan watak seorang anak.
Ajaran, didikan, serta bimbingan dalam keluarga berpengaruh pada pembentukan
perilaku anak. Sebab, pendidikan dalam keluarga adalah basis/dasar dari keseluruhan
pendidikan bagi setiap manusia. Dengan melihat kenyataan hidup yang semakin
rapuh dan menyadari bahwa keluarga sebagai pelaku utama. Pendidikan nilai dalam
keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap tanggung jawab siswa di
sekolah.
Tujuan pendidikan nilai dalam keluarga salah satunya adalah menghasilkan sikap
yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan seperti sikap tanggung jawab.
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat
kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti
dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada
5
itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi
kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan
menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.
Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu
ditempuh usaha melalui pendidikan, terutama pendidikan nilai dalam lingkungan
keluarga.
Tanggung jawab bukan hanya ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Tetapi,
tanggung jawab juga perlu dikembangkan di berbagai jalur dan jenjang pendidikan,
terutama di lingkungan sekolah. Tanggung jawab bisa diartikan sebagai konsekuensi
yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan atau
dijalani. Berikut ini adalah contoh tanggung jawab seorang siswa, yaitu:
tanggung jawab sebagai seorang pelajar/siswa (mengerjakan PR, tidak datang
terlambat ke sekolah, tidak membolos, dll), tanggung jawab sebagai seorang anak
(menuruti perintah orang tua, melakukan pekerjaan rumah, dan mendoakan kedua
orang tua), tanggung jawab sebagai seorang hamba Allah (melakukan segala perintah
Nya dan menjauhi segala larangan Nya). Hal-hal tersebut yang perlu lebih
ditingkatkan oleh para siswa. Karena, sering kita melihat para siswa kurang memiliki
sikap tanggung dalam setiap perbuatannya. Hal inilah yang perlu
tetapi juga siswa mempunyai kewajiban dalam mengembangkan sikap tanggung
jawab ini.
Pengembangan pendidikan nilai dalam keluarga dan pengembangan sikap tanggung
jawab di sekolah, sebagai gambaran pembelajaran terlihat dari hasil wawancara dari
guru PKn, guru BK, SMA Negeri I Terbanggi Besar, tanggal 11 Maret 2013, sebagai
[image:14.595.137.517.321.539.2]berikut:
Tabel 1.1 Deskripsi awal di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar
No. Masalah Latar Belakang Frekuensi
1.
2.
3.
Sering terlambat
Kehadiran
Aktif di kelas (bertanya,
mengerjakan tugas dari guru, dan sebagainya)
Karena sering bangun kesiangan dan jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, sehingga terjebak macet di jalan.
Karena memiliki latar belakang keluarga yang bermasalah, seperti orang tua yang bercerai.
Siswa yang aktif di kelas rata-rata mereka yang ikut keorganisasian di sekolah, seperti OSIS dan sebagainya.
40%
25%
35%
Sumber: diolah oleh penulis, Maret 2013
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa ada 3 masalah pokok yang sering
muncul di sekolah tersebut, yaitu sering terlambat, kehadiran, dan keaktifan di kelas.
Siswa yang sering terlambat disebabkan karena mereka sering bagun kesiangan dan
jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, sehingga terjebak macet di jalan. Adapun
7
bermasalah, seperti orang tua yang bercerai. Sedangkan siswa yang kurang aktif di
kelas didominasi oleh mereka yang tidak mengikuti keorganisasian di sekolah.
Gambaran di sekitar lingkungan keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa
terlihat dari hasil wawancara dengan para orang tua siswa kelas X SMA Negeri I
[image:15.595.130.498.317.560.2]Terbanggi Besar.
Tabel 1.2 Deskripsi awal pandang orang tua siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar.
No. Pertanyaan Jawaban
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Waktu luang bersama anak
Melakukan diskusi dalam keluarga
Mendengarkan keluhan anak
Melakukan pekerjaan rumah
Memberikan arahan kepada anak untuk bertanggung
jawab dalam setiap perbuatannya
Mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam
lingkungan keluarga
Mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam
lingkungan sekolah
Mengetahui keperluan/kebutuhan anak
80% 20% 60% 80% 100% 20% 10% 20%
Sumber: diolah oleh penulis, Maret 2013
Berdasarkan tabel di atas menunjukan kebanyakan dari orang tua siswa sudah
menanamkan nilai-nilai tanggung jawab kepada anaknya. Hal ini terlihat dari adanya
aktivitas orang tua yang telah memberikan arahan kepada anaknya untuk bertanggung
jawab dalam setiap perbuatannya yaitu sebanyak 100%, memberikan waktu luang
pekerjaan rumah yaitu sebanyak 80%, dan mendengarkan keluhan anak yaitu
sebanyak 60%.
Namun, ada juga kebanyakan dari orang tua siswa yang kurang menanamkan
nilai-nilai tanggung jawab kepada anaknya. Hal ini terlihat dari adanya aktivitas orang tua
yang kurang melakukan diskusi dalam keluarga yaitu sebanyak 20%, kurang
mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam lingkungan keluarga yaitu
sebanyak 20%, kurang mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam
lingkungan sekolah yaitu sebanyak 10%, dan kurang mengetahui
keperluan/kebutuhan anak yaitu sebanyak 20%. Hal inilah yang seharusnya dilakukan
oleh orang tua kepada anaknya, agar anak memiliki sikap tangggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang tua seharusnya lebih memperhatikan anak dan
menanamkan nilai-nilai yang dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab anak.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk membuat
skripsi dengan mengambil judul: “ Pengaruh Pendidikan Nilai Dalam Keluarga
Terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa Di Kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar
Tahun Ajaran 2012/2013 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Sikap tanggung jawab merupakan salah satu tujuan pendidikan nilai dalam
9
2. Pengembangan sikap tanggung jawab dalam berbagai jalur dan jenjang
pendidikan masih belum optimal.
3. Masih ada orang tua yang secara sadar/tidak sadar kurang memberikan teladan
yang baik dalam menerapkan nilai moral yang berlaku, sehingga pendidikan
nilai dalam keluarga masih belum optimal.
4. Masih ada siswa yang kurang memiliki sikap tanggung jawab dalam
lingkungan sekolah, seperti siswa yang sering terlambat, tidak hadir, tidak
mengerjakan tugas, tidak aktif dalam proses pembelajaran, dan sebagainya.
1.3. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan dan terbatasnya waktu, maka penulis
membatasi permasalahan dalam penelitian ini adalah:
“Pengaruh pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di
kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013.”
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok dari
penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pendidikan nilai dalam keluarga
terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di
kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Manfaat / kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1.5.2.1 Kegunaan Teoritis
1. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan konsep pendidikan pada umumnya
konsep pendidikan nilai orang tua pada khususnya.
2. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berharga didalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan pada umumnya, dan di bidang bimbingan dan
konseling khususnya.
3. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat merangsang peneliti lain untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum
terungkap dalam penelitian ini sebagai bahan pembanding.
4. Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmuan di bidang
pendidikan umumnya agar dapat mengenal sifat anak-anak untuk
diberi bimbingan lebih jauh dan mendalam, sehingga pelayanan yang
11
1.5.2.2. Kegunaan Praktis
1. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukkan bagi para
orang tua/wali murid dalam upaya menerapkan pendidikan nilai yang
sesuai dengan keadaan anak dalam upaya membantu menumbuhkan
sikap tanggung jawab diri anak.
2. Hasil penelitian ini, diharapkan agar informasi yang diperoleh dapat
dijadikan bahan bagi penelitian yang lebih mendalam dalam lingkup
yang lebih luas dalam kaitannya dengan sikap tanggung jawab siswa.
3. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukkan serta
bimbingan kepada siswa dalam membentuk sikap tanggung jawab
dan memberikan manfaat, pengetahuan, dan pengalaman kerja bagi
guru PKn di sekolah.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
menerapkan fungsi dan peran sebagai guru PKn.
1.6. Ruang Lingkup
1.6.1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan
kewarganegaraan dalam wilayah kajian pendidikan nilai dalam keluarga
terhadap pembentukan sikap tanggung jawab siswa.
1.6.2. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ini adalah pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap
1.6.3. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri I Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013.
1.6.4. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar
1.6.5. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin
penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pengetahuan Universitas Lampung pada tanggal 4 Februari 2013 sampai
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teoritis
2.1.1. Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani
anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Menurut Poerwadarminta dalam Zaim Elmubarok (2007:1) pendidikan dapat
diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula
pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan badan, batin dan
sebagainya.
Sedangkan menurut John Dewey dalam Abu Ahmadi (1991:69) pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia, berbeda dengan
pendapat Bratanata dalam Abu Ahmadi (1991:69) bahwa yang dimaksud
dengan pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan untuk membantu anak
Sementara itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003
mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Rousseau dalam Abu Ahmadi (1991:69) pendidikan adalah member
kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.
Sedangkan menurut Hasbullah (2005:1) pendidikan diartikan sebagai usaha
yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa
atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan dan
menumbuhkan bakat, pribadi, potensi-potensi lainnya secara optimal dalam
diri anak ke arah yang positif.
2.1.1.1 Unsur-unsur Pendidikan
Adapun unsur-unsur pendidikan meliputi:
1. Input
15
2. Pendidik
Yaitu pelaku pendidikan .
3. Proses
Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
4. Output
Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku.
2.1.1.2 Tujuan pendidikan
Adapun tujuan pendidikan meliputi:
1. Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan
konsep-konsep.
2. Mengubah sikap dan persepsi.
3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru.
2.1.1.3 Jalur Pendidikan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun
2003, jalur pendidikan dibagi menjadi:
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum
dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK,
MAK atau bentuk lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas.
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2005:8)
adalah sebagai berikut :
1. Ideologi
Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama
khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan
pengetahuan dan pendidikan.
2. Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
3. Sosial Budaya
Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya
17
4. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara
maju.
5. Psikologi
Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan
kepribadian individu agar lebih bernilai.
2.1.2 Pengertian Nilai
Menurut Mulyana yang dikutip oleh Ibtihal Imanda (2010) nilai sering kali
dirumuskan dalam konsep yang berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh
sudut pandangnya yang berbeda-beda pula. Contohnya seorang sosiolog
mendefinisikan nilai sebagai suatu keinginan, kebutuhan, dan kesenangan
seseorang sampai pada sanksi dan tekanan dari masyarakat. Seorang psikolog
akan menafsirkan nilai sebagai suatu kecenderungan perilaku yang berawal dari
gejala-gejala psikologis, seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan dan keyakinan
yang dimiliki secara individual sampai pada tahap wujud tingkah lakunya yang
unik.
Sementara itu, seorang antropolog melihat nilai sebagai “harga “ yang melekat
pada pola budaya masyarakat seperti dalam bahasa, adat kebiasaan, keyakinan,
hukum dan bentuk-bentuk organisasi sosial yang dikembangkan manusia.
perumusan definisi nilai. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi nilai yang
masing-masing memiliki tekanan yang berbeda.
Menurut Milton Receach dan James Bank yang dikutip oleh Mushlihin
Al-Hafizh (2012) mengemukakan bahwa definisi nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana
seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu
yang pantas atau sesuatu yang tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.
Pandangan ini juga berarti nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu
yang telah berhubungan dengan subyek (manusia pemberi nilai).
Menurut Yvon Ambriose yang dikutip oleh Mushlihin Al-Hafizh (2012)
mengaitkan nilai dengan kebudayaan dan menganggap nilai merupakan inti dari
kebudayaan tersebut. Nilai merupakan realitas abstrak, dirasakan dalam pribadi
masing-massing sebagai prinsip dan pedoman dalam hidup. Nilai merupakan
suatu daya dorong dalam kehidupan seseorang baik pribadi maupun kelompok.
Oleh karena itu nilai berperan penting dalam proses perubahan sosial.
Sedangkan Sidi Gazalba yang dikutip oleh Mushlihin Al-Hafizh (2012)
mengartikan nilai dengan sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan
benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya soal penghayatan yang dikehendaki
dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Nilai itu terletak antara
19
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu
yang penting, baik dan berharga. Dalam nilai terkandung sesuatu yang ideal,
harapan yang dicita-citakan untuk kebajikan. Menilai berarti menimbang, suatu
kegiatan menghubungkan sesuatu dengan yang lain dan kemudian mengambil
keputusan. Sesuatu dianggap punya nilai jika sesuatu itu dianggap penting, baik
dan berharga bagi kehidupan umat manusia. Baik ditinjau dari segi religius,
politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi dan sosial budaya.
2.1.2.1 Klasifikasi Nilai
Secara umum, klasifikasi nilai dapat digolongkan menjadi:
1. Nilai etika, yaitu berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain.
2. Nilai moral, yaitu perbuatan yang menentukan suatu perbuatan
benar atau salah, baik atau buruk berdasarkan hakikatnya bergantung
dari pengaruh hukum positif, di mana hukum positif dijadikan
patokan dalam menentukan kebolehan dan larangan atas suatu
perbuatan.
3. Nilai sosial, yaitu nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di
antara manusia.
4. Nilai agama, yaitu secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan
dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran
tertinggi yang datangnya dari Tuhan.
Teori nilai menurut Spranger yang dikutip oleh Ibtihal Imanda (2010)
menjelaskan ada enam orientasi nilai yang sering dijadikan rujukan oleh
manusia dalam kehidupannya. Dalam pemunculannya, enam nilai
tersebut cenderung menampilkan sosok yang khas terhadap pribadi
seseorang. Keenam nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nilai teoritik: Nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan rasional
dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai teoritik
memiliki kadar benar-salah menurut pertimbangan akal. Oleh karena itu
nilai erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori dan generalisasi
yang diperoleh dari sejumlah dan pembuktian ilmiah. Komunitas
manusia yang tertarik pada nilai ini adalah para filosof dan ilmuwan.
2. Nilai ekonomis: Nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai yang
berkadar untung-rugi. Objek yang ditimbangnya adalah “harga” dari
suatu barang atau jasa. Karena itu, nilai ini lebih mengutamakan
kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Oleh karena pertimbangan
nilai ini relatif pragmatis, Spranger melihat bahwa dalam kehidupan
manusia seringkali terjadi konflik antara kebutuhan nilai ekonomis ini
dengan nilai lainnya. Kelompok manusia yang tertarik nilai ini adalah
21
3. Nilai estetik: Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk
dan keharmonisan. Apabila nilai ini ditilik dari subyek yang
memilikinya, maka akan muncul kesan indah-tidak indah. Nilai estetik
berbeda dengan nilai teoritik. Nilai estetik lebih mengandalkan pada
hasil penilaian pribadi seseorang yang bersifat subyektif, sedangkan
nilai teroritik lebih melibatkan penilaian obyektif yang diambil dari
kesimpulan atas sejumlah fakta kehidupan. Nilai estetik banyak dimiliki
oleh para seniman seperti musisi, pelukis, atau perancang model.
4. Nilai sosial: Nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di antara
manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang kehidupan
yang individualistik dengan yang altruistik. Sikap yang tidak berpraduga
jelek terhadap orang lain, sosiabilitas, keramahan, serta perasaan simpati
dan empati merupakan kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial.
Nilai sosial ini banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang yang
senang bergaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia.
5. Nilai politik: Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena
itu, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah
sampai pengaruh yang tinggi (otoriter). Kekuatan merupakan faktor
penting yang berpengaruh pada diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan
adalah bukti dari seseorang kurang tertarik pada nilai ini. Dilihat dari
kadar kepemilikannya nilai politik memang menjadi tujuan utama
6. Nilai agama: Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang
memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan
nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang
datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah
kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur
kehidupan, antara kehendak manusia dengan kehendak Tuhan, antara
ucapan dengan tindakan, antara i’tikad dengan perbuatan. Spranger
melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat
dicapai. Di antara kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat
terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang sholeh.
2.1.2.2 Hirarki Nilai
Menurut Scheler yang dikutip oleh Ibtihal Imanda (2010) nilai dalam
kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada juga yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan yang lainnya. Oleh karena itu, nilai menurut
Scheler memiliki hirarki yang dapat dikelompokkan ke dalam empat
tingkatan, yaitu:
1. Nilai kenikmatan. Pada tingkatan ini terdapat sederet nilai yang
menyenangkan atau sebaliknya yang kemudian orang merasa
bahagia atau menderita.
2. Nilai kehidupan. Pada tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang
penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran badan,
23
3. Nilai kejiwaan. Pada tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang
sama sekali tidak bergantung pada keadaan jasmani atau
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini adalah keindahan, kebenaran
dan pengetahuan murni yang dicapai melalui filsafat.
4. Nilai Kerohanian. Pada tingkatan ini terdapat nilai yang suci
maupun tidak suci. Nilai-nilai ini terutama lahir dari ketuhanan
sebagai nilai tertinggi.
Hirarki nilai tersebut ditetapkan Scheler dengan menggunakan empat
kriteria, yaitu: semakin lama semakin tinggi tingkatannya; semakin
dapat dibagikan tanpa mengurangi maknanya, semakin tinggi nilainya;
semakin tidak tergantung pada nilai-nilai lain, semakin tinggi
esensinya; semakin membahagiakan, semakin tinggi fungsinya.
2.1.3 Pengertian Pendidikan Nilai
Pada dasarnya, pendidikan nilai dapat dirumuskan dari dua pengertian dasar
yang terkandung dalam istilah pendidikan dan nilai.Ketika dua istilah itu
disatukan, arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan nilai. Namun,
karena arti pendidikan dan arti nilai dimaksud dapat dimaknai berbeda, definisi
pendidikan nilai pun dapat beragam bergantung pada tekanan dan rumusan yang
diberikan pada kedua istilah itu.
Menurut Kohlberg yang dikutip oleh Krisna Murti (2010) menjelaskan bahwa
(a) Pembinaan dan pengembangan struktur dan potensi/komponen pengalaman
afektual (affective component & experiences) atau “jati diri” atau hati nurani
manusia (the consiense of man) atau suara hati (al-qolb) manusia dengan
perangkat tatanan nilai-moral-norma.
(b) pembinaan proses pelakonan (experiencing) dan atau transaksi/interaksi
dunia afektif seseorang sehingga terjadi proses klarifikasi nilai-moral-norma,
ajuan nilai-moral-norma (moral judgment) atau penalaran nilai-moral-norma
(moral reasoning) dan atau pengendalian nilai-moral-norma (moral control).
Menurut Kosasih Jahiri dalam Zaim Elmubarok (2007:12) pendidikan nilai
mengacu pada aksiologi pendidikan, sejauh mana pendidikan itu memunculkan
dan menerapkan nilai/moral kepada peserta didik.
Senada dengan hal di atas, Mulyana dalam Zaim Elmubarok (2007:12) bahwa
pendidikan nilai mempunyai makna sendiri-sendiri, namun jika disatukan maka
akan muncul beberapa definisi tentang pendidikan nilai.
Menurut Sumantri yang dikutip oleh Krisna Murti (2010) beliau memahami
pendidikan nilai sebagai suatu aktivitas pendidikan yang penting bagi orang
dewasa dan remaja, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, karena
“penentuan nilai” merupakan suatu aktivitas penting yang harus kita pikirkan
dengan cermat dan mendalam. Maka hal ini merupakan tugas pendidikan
(masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan nilai-moral individu dan
25
Menurut Sukanta dalam Zaim Elmubarok (2007:12) bahwa pendidikan nilai
adalah ruh pendidikan itu sendiri, jadi dimanapun diajarkan pendidikan nilai
akan muncul dengan sendirinya.
Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai
adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang.
2.1.3.1 Tujuan Pendidikan Nilai
Dalam Living Values Education yang dikutip oleh Krisna Murti (2010)
dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Nilai adalah:
“to help individual think about and reflect on different values and the practical implications of expressing them in relation to them selves, other, the community, and the world at large, to inspire individuals to choose their own personal, social, moral and spiritual values and be aware of practical methods for developing anf deepening them”.
Lorraine (1996:9) pun berpendapat: “in the teaching learning of value
education should emphasizing on the establishing and guiding student in
internalizing and practing good habits and behaviour in their everyday
life as a citizen and as a member of society”.
Adapun tujuan Pendidikan Nilai menurut Apnieve-UNESCO yang
dikutip oleh Krisna Murti (2010) adalah untuk membantu peserta didik
dalam mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis
sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas
2.1.4 Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Terdapat beberapa definisi keluarga
dari beberapa sumber, yaitu:
Menurut Zaim Elmubarok (2007:90) keluarga adalah satu-satunya system sosial
yang diterima di masyarakat, baik yang agamis maupun yang non agamis. Ia
memiliki peran, posisi dan kedudukan yang bermacam-macam di tengah
masyarakat.
Menurut Bailon dan Maglaya dalam Abu Ahmadi (1991:96) keluarga adalah
dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan
RI, 1988).
Menurut Salvicion dan Celis dalam Abu Ahmadi (1991:96) di dalam keluarga
27
hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Abu Ahmadi (1991:96) bahwa keluarga
adalah kumpulan bebrapa orang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti
dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan
berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan
masing-masing anggotanya.
Menurut Hasbullah (2005:38) keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan
dan bimbingan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
suatu kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar
individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
2.1.4.1 Jenis-jenis Keluarga
Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari
suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri
dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana
terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang
keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan
antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
2.1.4.2 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak
melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
29
2.1.4.3 Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
2. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
3. Sosialisasi antar anggota keluarga.
4. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
8. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2.1.4.4 Fungsi Keluarga
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan
menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa
depan anak.
2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak
4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.
Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan
lain setelah dunia.
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya.
9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara
keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
2.1.4.5 Bentuk keluarga
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan
31
1. Berdasarkan lokasi
a) Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman
kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri.
b) Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
c) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.
d) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa
tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa
tertentu pula (bergantian).
e) Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok
bersama kaum kerabat suami maupun istri.
f) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu
(avunculus) dari pihak suami.
g) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga
2. Berdasarkan pola otoritas
a) Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).
b) Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).
c) Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.
2.1.4.6 Subsistem Sosial dalam Keluarga
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem
suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik).
Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan
yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun
keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan
yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem
tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun
kebutuhan dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak
terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini
meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung
33
2.1.5 Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek. Menurut Secord & Backman yang dikutip oleh Roy
Manihai (2013), sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan,
pemikiran, dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya.
Menurut Soetarno yang dikutip oleh Roy Manihai (2013), sikap adalah
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap
obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada
sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa,
pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Menurut La Pierre yang dikutip oleh Roy Manihai (2013), sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Menurut Breckler, Katz & Stotland, Rajecki yang dikutip oleh Roy Manihai
(2013), sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif.
Menurut LaPierre yang dikutip oleh Roy Manihai (2013), sikap sebagai suatu
menyesuaikandiri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah
respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan
kecendrungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau
orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif,
afektif, dan perilaku individu.
2.1.5.1 Komponen Sikap
Menurut Secord dan Bacman dalam Zaim Elmubarok (2007:46),
komponen-komponen sikap adalah :
1. Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang
selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
2. Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,
secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap suatu obyek.
3. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku
yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang
35
2.1.6 Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut
Kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung
akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan
manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila
ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan
tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua
sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa
bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya
itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau
pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran
bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
Menurut Said Hamid Hasan yang dikutip oleh Eka Aqimudi (2001) tanggung
jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tanggung jawab merupakan sikap atau
prilaku melaksanakan tugas dan kewajibannya dan siap untuk menanggung
akibat dari perbuatannya baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak
sengaja. Dalam penelitian ini sikap dan prilaku siswa dibatasi oleh aturan
sekolah yang mengikat, sehingga apabila siswa melanggar segala ketentuan
yang telah ditetapkan ia harus dapat bertanggung jawab atas akibat dari apa
yang dilanggarnya. Tanggung jawab juga berarti sikap atau prilaku seseorang
untuk melaksanakan kewajiban.
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.
Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk
disalahkan, bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan
menyalahkan siapa pun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas apa pun yang dialami dan dirasakannya.
Tanggung jawab sangat penting untuk ditanamkan karena orang yang
bertanggung jawab biasanya siap menanggung resiko dari apa yang ia perbuat
37
lakunya. Untuk itu orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan
kewajibannya dengan sebaik – baiknya.
Seorang siswa yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya
sebagai siswa seperti belajar dengan bersungguh- sungguh, memanfaatkan
waktu semaksimal mungkin untuk belajar, dan mematuhi aturan sekolah yang
berlaku. Selain itu, ikut menjaga kebersihan sekolah yang juga merupakan
wujud tanggung jawab kepada lingkungan.
2.1.6.1Ciri Tanggung Jawab
Adapun ciri sikap tanggung jawab siswa meliputi:
1) Para siswa selalu memanfaatkan waktunya dengan seoptimal mungkin
untuk belajar.
2) Para siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik –
baiknya.
3) Para siswa menunaikan kewajibannya seperti melaksanakan tugas
piket dan upacara bendera.
4) Melaksakan sepenuhnya hasil musyawarah OSIS tentang kegiatan
siswa.
Tanggung jawab juga dapat tercermin dari prilaku siswa membuang
sampah pada tempatnya, mengerjakan pekerjaan rumah sendiri dengan
Sikap tanggung jawab juga dapat ditanamkan melalui kegiatan–
kegiatan positif seperti kegiatan ekstrakulikuler.
2.1.6.2Unsur-unsur Tanggung Jawab
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh
tiga unsur, yaitu:
a. Kesadaran
Sadar berisi pengertian yaitu tahu, kenal, mengerti dapat
memperhitungkan arti, guna sampai kepada soal akibat dari sesuatu
perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang baru dapat dimintai
tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
b. Kecintaan/kesukaan
Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesediaan
berkorban.
c. Keberanian
Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Berani di sini didorong oleh
rasa keikhlasan, tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala
macam rintangan yang timbul kemudian sebagai konsekuensi dari
tindak perbuatan, karena adanya tanggung jawab itulah, maka
seseorang yang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan,
perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak sembrono
39
2.2 Kerangka Pikir
Pendidikan nilai dalam keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan
sikap tanggung jawab siswa. Pendidikan nilai yang ditanamkan di lingkungan
keluarga meliputi beberapa aspek, antara lain: nilai agama, nilai etika, nilai sosial,
dan nilai moral. Di sini anak diharapkan memiliki sikap tanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Untuk menyederhanakan mengenai pembahasan pengaruh pendidikan nilai dalam
keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa tersebut dibuat kerangka pikir
sebagai berikut:
[image:47.595.125.495.451.572.2]Variabel X Variabel Y
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir
Sikap tanggung jawab siswa:
1. Tanggung jawab agama 2. Tanggung jawab sosial 3. Tanggung jawab etika 4. Tanggung jawab moral Pendidikan nilai dalam keluarga:
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis sementara yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
Pendidikan nilai dalam keluarga berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif ini penulis ingin memaparkan
data-data dan menganalisis data-data secara objektif serta menggambarkan pengaruh
pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X
SMA Negeri I Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013.
Mohammad Nazir (1987:63), “Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam
penelitian suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set, kondisi, suatu sistem
perkawinan atau kelas peristiwa pada masa sekarang”.
3.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian
mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri I
Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 277 orang, lebih
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 X a 11 19 30
2 X b 11 20 31
3 X c 10 21 31
4 X d 11 20 31
5 X e 12 19 31
6 X f 12 19 31
7 X g 11 19 30
8 X h 13 18 31
9 X i 13 18 31
Jumlah 104 173 277
Sumber: Data siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013
2. Sampel
Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1986:117) “sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti”. Dalam penelitian ini
berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto (1986:120) yaitu bila
“subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih
dari 100, maka sampelnya dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 %”.
Berdasarkan teori di atas, maka sampel diambil 10% dari 277 siswa kelas X
SMA Negeri I Terbanggi Besar dan diperoleh sampel 28 siswa. Agar lebih
43
Tabel 3.2 Jumlah dan Sebaran Sampel Siswa Kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013
No Kelas Perhitungan
1. Xa 30 siswa x 10% = 3,0
2. Xb 31 siswa x 10% = 3,1
3. Xc 31 siswa x 10% = 3,1
4. Xd 31 siswa x 10% = 3,1
5. Xe 31 siswa x 10% = 3,1
6. Xf 31 siswa x 10% = 3,1
7. Xg 30 siswa x 10% = 3,0
8. Xh 31 siswa x 10% = 3,1
9. Xi 31 siswa x 10% = 3,1
Jumlah 277siswa x 10%= 27,7=28 siswa
Sumber : Hasil perhitungan proposional random sampling
3.3 Variabel Penelitian
Di dalam suatu variabel penelitian terkandung konsep yang dapat dilihat dan
diukur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Variabel bebasnya
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan nilai dalam keluarga
(X).
2) Variabel terikatnya
3.4 Definisi Konseptual Variabel
1. Pendidikan Nilai dalam Keluarga
Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang
berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup
nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta
didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, dan negara.
2. Sikap Tanggung Jawab Siswa
Sikap tanggung jawab merupakan suatu kecendrungan seorang individu terhadap
suatu akibat baik atau buruk perbuatan itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain
memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Kemudian dideskripsikan dalam
bentuk sebuah respon kognitif, afektif, perilaku individu, dan kesadaran
bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah pengukuran di lapangan, maka beberapa konsep dalam
penelitian ini perlu dioperasionalkan, yaitu:
1. Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan
yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya
mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan
45
pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
2. Sikap tanggung jawab merupakan suatu kecenderungan seorang individu
terhadap suatu akibat baik atau buruk perbuatan itu, dan menyadari pula
bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.
3.6 Rencana Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah:
1. Pendidikan nilai dalam keluarga (X):
a. Nilai agama
b. Nilai sosial
c. Nilai etika
d. Nilai moral
2. Sikap tanggung jawab siswa (Y) meliputi :
a. Tanggung jawab agama
b. Tanggung jawab sosial
c. Tanggung jawab etika
d. Tanggung jawab moral
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Teknik Pokok
1. Angket/ Kuesioner
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh
Skala pengukuran untuk data ini adalah interval sehingga kuisioner yang
digunakan berbentuk semantic differential.
Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden
dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden
yang bersangkutan. Sasaran angket adalah siswa kelas X SMA Negeri I
Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013.
Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan
keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang
masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda,yaitu:
1. Alternatif jawaban yang setuju diberi skor 3
2. Alternatif jawaban yang kurang setuju diberi skor 2
3. Alternatif jawaban yang tidak setuju diberi skor 1
2. Teknik Penunjang
1. Wawancara
Teknik ini digunakan unutk mendapatkan data langsung dari responden
serta untuk melengkapi data yang belum legkap atau terjawab melalui
47
2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder yang berupa
keterangan, catatan, laporan, yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti.
3.8 Uji Persyaratan Instrumen
1. Uji Validitas
Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas item soal dilakukan kontrol
langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang akan
digunakan yaitu menggunakan logical validity dengan cara judgement yaitu
dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing yang ada di lingkungan
prodi PPKn FKIP UNILA. Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi
atau perbaikan sesuai dengan keperluan.
2. Uji Reliabilitas Angket
Uji reliabilitas angket dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden
b. Hasil uji coba dikelompokkan menjadi item ganjil dan item genap
c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product
Moment, yaitu :
ú û ù ê ë é å - å ú û ù ê ë é å - å å å -å = N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2
2 ( ) ( )
) )( (
rxy = Koefisien Korelasi Antara Gejala X dan Y
x = Variabel Bebas
y = Variabel Terikat
N = Jumlah Sampel Yang Diteliti
(Suharimi Arikunto, 2009: 72)
Kemudian untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus
Spearman Brown (Sutrisno Hadi, 1987: 37).
) ( 1
) ( 2
gg gg
r r rxy
+ =
Keterangan :
rxy = Koefisien Korelasi Antara Gejala X dan Y
Rgg = koefisien korelasi item ganjil dan item genap
(Manase Malo, 1985:139)
Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai
berikut :
0,90 – 1,00 = Reliabilitas Tinggi
0,50 – 0,89 = Reliabilitas Sedang
0,00 – 0,49 = Reliabilitas Rendah
(Manase Malo, 1985:139)
3.9 Tekhnik Analisis Data
Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian
49
kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan
untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam Nafilah (2005:39) yaitu:
I =
K NR NT
-Dimana:
I = Interval
NT = Nilai Tertinggi
NR = Nilai Terendah
K = Kategori
Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali
(1984: 184) sebagai berikut :
% 100
X N F P=
Keterangan
P = Besarnya Presentase
F = Jumlah Skor Yang Diperoleh Diseluruh Item
N = Jumlah Berkalian Se