• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN NILAI DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DI KELAS X SMA NEGERI I TERBANGGI BESAR TAHUN AJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN NILAI DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DI KELAS X SMA NEGERI I TERBANGGI BESAR TAHUN AJARAN 2012/2013"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN

NILAI

DALAM KELUARGA

TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA

DI KELAS X

SMA NEGERI

1

TERBANGGI BESAR

TAHUN

AJARAN

2OI2I2OI3

ffi&etu

Wwe

ryV#fruy*,Smpw€r*

$kr6ps&

rucbtxgni Salnh Satu Syarat untuk Mencapai #e1nr

SARJANA PHNNgMSKAN

pade

Fr*gr&m Stexdi Ilendidikan Pancasila dara K*wergffiE?€gereafi Jearusam F*ndiCi&raar trlffixua Peragetahtl&I? Smssm?

FAKULTAS KEGURUAN DAN

TLMU

PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

PENGARUH PENDIDIKAN NILAI DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA DI KELAS X SMA NEGERI I

TERBANGGI BESAR TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:

DWI WAHYU S.

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan populasi penelitian siswa kelas X sebanyak 277 siswa. Sampel penelitian sebanyak 28 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan analisis data menggunakan teknik Chi Kuadrat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam indicator nilai agama responden setuju 67, 9%, kurang setuju 28,6% dan tidak setuju 3,6%. Kemudian indicator nilai social 78,6% responden setuju, kurang setuju 17,9% dan tidak setuju 3,6%. Selanjutnya indicator nilai etika 82,1% setuju, kurang setuju 10,7% dan tidak setuju 7,1%. Sedangkan indicator nilai moral 75% setuju, kurang setuju 21,4 %, dan tidak setuju 3,6%. Selanjutnya indicator tanggung jawab agama 67,9% setuju, kurang setuju 17,9% dan tidak setuju 7,1%. Kemudian indicator tanggung jawab social 71,4% setuju, kurang setuju 17,9% dan tidak setuju 7,1%. Selanjutnya indicator tanggung jawab etika 85,7% setuju, kurang setuju 10,7% dan tidak setuju 3,6%. Sedangkan indicator tanggung jawab moral 64,3% setuju, kurang setuju 25%, dan tidak setuju 10,7%.

Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa pendidikan nilai dalam keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi dalam mempengaruhi sikap tanggung jawab siswa di sekolah. Hal ini disebabkan karena siswa memahami dan mengamalkan nilai-nilai baik yang ditanamkan orang tua dalam lingkungan keluarga.

(3)

J.

$Hipsii

rnNgffiU,g#GX,S

fiffi$

KEI,UARcA

,rE

g

rancc

$rA

"'"n'i*

unffi*As

x

sMA unCuru r

tn

ffi#r'*gs

' -'"i1 r'

fm$W

fgittf0if"'rl:;r'1'j r' '':"'L':l'-"'- .u.,,,',,,,'

''

l

w

$9I3$320-?...;.;:.'...i... 't't"',,.,

Peno

Fi*efu$",i*

fenaiaffi

I#$i'". t:-,,, "-

't't-;'r'r"

''

'

, ,-f -itit *

. 't"ttt:'- n: ti. i * t-i'''i. ,;tr..,

- t '"..,,,,

r.,r.,....,.., ,,rr.-.rr,irr"li'r

.-ii'.ti

f,(*

'"t.'-j'i'.'-""'-"'-, -.,..,

r,. i . " I '" . ,l' ,- ,il,r...il. | ,i.ii'-' i. ' rt+ i 'it

.,,,:,,,,rr

'uJ'r-r,-' t g' r''.r'' -.,'. -,,';,1trt'.''-'tl;i'

No. : .... Pokok Matrasiswa

' i". t,,,.r..

...r ..,.,, l..' t t'

F*"offiStudi

l,Jr,:. .

' I ii r::r

:1 I jrr '; rrr rr r:r rr

. .tjr, :l;!

-' i,,;,,,,.,,,.;,,;,,,,,..i,','i-1.1''. . t ttil-li;i'

Jururyl

,, ,, .rr.;

'..., ,..n -...

""''j'_ r':': r:r il li' 1

.. . ri,, :ir rr:,r,, a iii t., t

- I i,:,,,..,., .r:

.i:ir:. .ii,: ,..r,,-i,'. .

.;ir, ,',.i ,itl. r'i -" t' i' Fakuttas

2..

i

Jffiffi , , , r'. ',,,' ir','-"'t'"t'""':

'1""1"";i' '" 'u

, Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial

Drs.

Hi.

Buchori A$ylk, M.Si.

/4,

Nrp

19560108 198503

t

002 r

Ketua Program Studi PPKn

. r, i " "r' ; t t1; 1 i'1it'.tr t1,.' titt' :.lt,l ti 'i' tt" '

Drs.

Hotilulloh,

M.Si.,
(4)
(5)

SURAT PERIYYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama NPM

Prodi/ Jurusan

Fakultas

Dwi Wahyu S.

0913032037

PPKI/ Pendidikan IPS

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat

k*yayang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan

tinggi,

dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapatyang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 8

1.3Pembatasan Masalah ... 9

1.4Rumusan Masalah ... 9

1.5Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.5.2 Kegunaan Penelitian ... 10

1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 11

1.6.1 Ruang Lingkup Ilmu ... 11

1.6.2 Ruang Lingkup Objek ... 11

1.6.3 Ruang Lingkup Subjek ... 12

1.6.4 Tempat Penelitian ... 12

1.6.5 Waktu Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Deskripsi Teoritis ... ...13

2.1.1 Pengertian Pendidikan ...13

2.1.2 Pengertian Nilai ...17

(7)

xi

2.1.4 Pengertian Keluarga ... 26

2.1.5 Pengertian Sikap ... 33

2.1.6 Pengertian Tanggung Jawab. ... 35

2.2Kerangka Pikir ... 39

2.3Hipotesis ... 40

III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 41

3.2Populasi dan Sampel ... 41

3.3Variabel Penelitian ... 43

3.3.1 Variabel Bebas ... 44

3.3.2 Variabel Terikat ... 44

3.4Definisi Konseptual Variabel ... 44

3.4.1 Pendidikan Nilai Dalam Keluarga ... 44

3.4.2 Sikap Tanggung Jawab Siswa ...44

3.5Definisi Operasional Variabel... 44

3.6Rencana Pengukuran Variabel ...45

3.7Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.7.1 Teknik Pokok ... 45

3.7.2 Teknik Pendukung ... 45

3.8Uji Validitas dan Reliabilitas ... 47

3.8.1 Uji Validitas ... 47

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 47

3.9Teknik Analisis Data ... 48

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Langkah-Langkah Penelitian ... 52

4.1.1 Persiapan Pengajuan Judul ... 52

4.1.2 Penelitian Pendahuluan ... 52

4.1.3 Pelaksanaan Penelitian ... 53

4.2Persiapan Administrasi ... 54

4.3Penyususnan Alat Pengumpulan Data ... 54

4.4Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 55

4.5Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

4.6Deskripsi Data ...72

4.7Pengujian Hipotesis ...110

4.8Pengujian Tingkat Keeratan Pengaruh ...113

4.9Pembahasan ...115

(8)

5.1Kesimpulan ... 123 5.2Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA

(9)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

Pendidikan tidak mengenal batas-batas pendidikan informal, formal, maupun non

formal dari semua aspek berlangsung sepanjang manusia hidup. Pengaruh dari

pendidikan (informal, formal, non formal) selalu saja membentuk sikap dan perilaku

seseorang atau suatu keluarga.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan

Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

(10)

Pendidikan berperan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang utuh.

Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dapat menjadi

sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh negatif, baik pengaruh yang

berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Sejalan dengan derap laju

pembangunan dan laju perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

(IPTEKS), serta arus reformasi sekarang ini, pembinaan nilai semakin dirasa penting

sebagai salah satu alat pengendali bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional secara

utuh. Namun, sekarang ini tampak ada gejala dikalangan remaja, bahkan orang tua

yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai agama, nilai sosial, nilai etika,

dan nilai moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu

masyarakat yang beradab (civil society).

Dalam era reformasi sekarang ini seolah-olah orang bebas berbuat apa saja sesuai

dengan kehendaknya. Misalnya, perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan,

pembajakan kendaraan umum, penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga

pendidikan, kantor-kantor pemerintahan dan sebagainya, yang menimbulkan korban

jiwa dan korban kemanusiaan.

Bangsa Indonesia saat ini tidak hanya mengalami proses pendangkalan nilai yang

seharusnya dimiliki serta dihayati dan dijunjung tinggi. Nilai-nilai itu kini bergeser

dari kedudukan dan fungsinya serta digantikan oleh keserakahan, ketamakan,

kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai

itu, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin rawan terhadap

(11)

3

Dengan demikian, salah satu problematika kehidupan bangsa yang terpenting di abad

ke-21 adalah pendangkalan nilai dan pergeseran kedudukan serta fungsi nilai.

Pendangkalan, pergeseran kedudukan serta fungsi nilai yang mulai melanda

masyarakat kita saat ini tidak lepas dari ketidakefektifan penanaman nilai-nilai

agama, nilai sosial, nilai etika, dan nilai moral, baik di lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat secara keseluruhan.

Salah satu esensi pendidikan nilai adalah mengembangkan sikap tanggung jawab baik

yang melalui pendidikan dalam keluarga, di sekolah, maupun dalam kehidupan

masyarakat. Bangsa Indonesia telah berupaya mengembangkan sikap tanggung

jawab dalam berbagai jalur dan jenjang pendidikan dari masa ke masa, akan tetapi

masih belum mencapai taraf yang optimal.

Peran keluarga dalam pendidikan tanggung jawab pada anak sangat penting,

pendidikan dalam keluarga lebih ditujukan kearah pembinaan nilai-nilai tanggung

jawab yang diberikan sebagai bekal, agar kelak anak mampu melaksanakan

kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan nilai-nilai

kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari kedua orang

tuanya melalui keteladanan yang diberikan dan kebiasaan kehidupan orang tuanya

sehari-hari dalam keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari yang orang tua tampilkan dijadikan panduan

(12)

Dalam kehidupan sehari-hari orang tua tidak hanya secara sadar, tetapi juga terkadang

secara tidak sadar memberikan contoh yang kurang baik pada anak.

Padahal, orang tua dan keluarga merupakan orang terpenting dalam memberikan

kontribusi pada pembentukan perilaku anaknya. Karena orang tua adalah lingkungan

utama dan pertama yang mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam

pendidikan. Pendidikan yang sudah ditanamkan oleh kedua orang tua merupakan

faktor yang mendukung pembentukan watak seorang anak.

Ajaran, didikan, serta bimbingan dalam keluarga berpengaruh pada pembentukan

perilaku anak. Sebab, pendidikan dalam keluarga adalah basis/dasar dari keseluruhan

pendidikan bagi setiap manusia. Dengan melihat kenyataan hidup yang semakin

rapuh dan menyadari bahwa keluarga sebagai pelaku utama. Pendidikan nilai dalam

keluarga sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap tanggung jawab siswa di

sekolah.

Tujuan pendidikan nilai dalam keluarga salah satunya adalah menghasilkan sikap

yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan seperti sikap tanggung jawab.

Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan

yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat

sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab itu bersifat

kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti

dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada

(13)

5

itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi

kepentingan pihak lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa

bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan

menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.

Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu

ditempuh usaha melalui pendidikan, terutama pendidikan nilai dalam lingkungan

keluarga.

Tanggung jawab bukan hanya ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Tetapi,

tanggung jawab juga perlu dikembangkan di berbagai jalur dan jenjang pendidikan,

terutama di lingkungan sekolah. Tanggung jawab bisa diartikan sebagai konsekuensi

yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan atau

dijalani. Berikut ini adalah contoh tanggung jawab seorang siswa, yaitu:

tanggung jawab sebagai seorang pelajar/siswa (mengerjakan PR, tidak datang

terlambat ke sekolah, tidak membolos, dll), tanggung jawab sebagai seorang anak

(menuruti perintah orang tua, melakukan pekerjaan rumah, dan mendoakan kedua

orang tua), tanggung jawab sebagai seorang hamba Allah (melakukan segala perintah

Nya dan menjauhi segala larangan Nya). Hal-hal tersebut yang perlu lebih

ditingkatkan oleh para siswa. Karena, sering kita melihat para siswa kurang memiliki

sikap tanggung dalam setiap perbuatannya. Hal inilah yang perlu

(14)

tetapi juga siswa mempunyai kewajiban dalam mengembangkan sikap tanggung

jawab ini.

Pengembangan pendidikan nilai dalam keluarga dan pengembangan sikap tanggung

jawab di sekolah, sebagai gambaran pembelajaran terlihat dari hasil wawancara dari

guru PKn, guru BK, SMA Negeri I Terbanggi Besar, tanggal 11 Maret 2013, sebagai

[image:14.595.137.517.321.539.2]

berikut:

Tabel 1.1 Deskripsi awal di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar

No. Masalah Latar Belakang Frekuensi

1.

2.

3.

Sering terlambat

Kehadiran

Aktif di kelas (bertanya,

mengerjakan tugas dari guru, dan sebagainya)

Karena sering bangun kesiangan dan jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, sehingga terjebak macet di jalan.

Karena memiliki latar belakang keluarga yang bermasalah, seperti orang tua yang bercerai.

Siswa yang aktif di kelas rata-rata mereka yang ikut keorganisasian di sekolah, seperti OSIS dan sebagainya.

40%

25%

35%

Sumber: diolah oleh penulis, Maret 2013

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa ada 3 masalah pokok yang sering

muncul di sekolah tersebut, yaitu sering terlambat, kehadiran, dan keaktifan di kelas.

Siswa yang sering terlambat disebabkan karena mereka sering bagun kesiangan dan

jarak antara rumah dan sekolah yang jauh, sehingga terjebak macet di jalan. Adapun

(15)

7

bermasalah, seperti orang tua yang bercerai. Sedangkan siswa yang kurang aktif di

kelas didominasi oleh mereka yang tidak mengikuti keorganisasian di sekolah.

Gambaran di sekitar lingkungan keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa

terlihat dari hasil wawancara dengan para orang tua siswa kelas X SMA Negeri I

[image:15.595.130.498.317.560.2]

Terbanggi Besar.

Tabel 1.2 Deskripsi awal pandang orang tua siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar.

No. Pertanyaan Jawaban

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Waktu luang bersama anak

Melakukan diskusi dalam keluarga

Mendengarkan keluhan anak

Melakukan pekerjaan rumah

Memberikan arahan kepada anak untuk bertanggung

jawab dalam setiap perbuatannya

Mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam

lingkungan keluarga

Mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam

lingkungan sekolah

Mengetahui keperluan/kebutuhan anak

80% 20% 60% 80% 100% 20% 10% 20%

Sumber: diolah oleh penulis, Maret 2013

Berdasarkan tabel di atas menunjukan kebanyakan dari orang tua siswa sudah

menanamkan nilai-nilai tanggung jawab kepada anaknya. Hal ini terlihat dari adanya

aktivitas orang tua yang telah memberikan arahan kepada anaknya untuk bertanggung

jawab dalam setiap perbuatannya yaitu sebanyak 100%, memberikan waktu luang

(16)

pekerjaan rumah yaitu sebanyak 80%, dan mendengarkan keluhan anak yaitu

sebanyak 60%.

Namun, ada juga kebanyakan dari orang tua siswa yang kurang menanamkan

nilai-nilai tanggung jawab kepada anaknya. Hal ini terlihat dari adanya aktivitas orang tua

yang kurang melakukan diskusi dalam keluarga yaitu sebanyak 20%, kurang

mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam lingkungan keluarga yaitu

sebanyak 20%, kurang mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dalam

lingkungan sekolah yaitu sebanyak 10%, dan kurang mengetahui

keperluan/kebutuhan anak yaitu sebanyak 20%. Hal inilah yang seharusnya dilakukan

oleh orang tua kepada anaknya, agar anak memiliki sikap tangggung jawab terhadap

dirinya sendiri. Oleh karena itu, orang tua seharusnya lebih memperhatikan anak dan

menanamkan nilai-nilai yang dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab anak.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk membuat

skripsi dengan mengambil judul: “ Pengaruh Pendidikan Nilai Dalam Keluarga

Terhadap Sikap Tanggung Jawab Siswa Di Kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar

Tahun Ajaran 2012/2013 ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Sikap tanggung jawab merupakan salah satu tujuan pendidikan nilai dalam

(17)

9

2. Pengembangan sikap tanggung jawab dalam berbagai jalur dan jenjang

pendidikan masih belum optimal.

3. Masih ada orang tua yang secara sadar/tidak sadar kurang memberikan teladan

yang baik dalam menerapkan nilai moral yang berlaku, sehingga pendidikan

nilai dalam keluarga masih belum optimal.

4. Masih ada siswa yang kurang memiliki sikap tanggung jawab dalam

lingkungan sekolah, seperti siswa yang sering terlambat, tidak hadir, tidak

mengerjakan tugas, tidak aktif dalam proses pembelajaran, dan sebagainya.

1.3. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan luasnya permasalahan dan terbatasnya waktu, maka penulis

membatasi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

“Pengaruh pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di

kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013.”

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi masalah pokok dari

penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pendidikan nilai dalam keluarga

terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar

(18)

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh

pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di

kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Manfaat / kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu:

1.5.2.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk

mengembangkan konsep pendidikan pada umumnya

konsep pendidikan nilai orang tua pada khususnya.

2. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berharga didalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam

bidang pendidikan pada umumnya, dan di bidang bimbingan dan

konseling khususnya.

3. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat merangsang peneliti lain untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum

terungkap dalam penelitian ini sebagai bahan pembanding.

4. Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmuan di bidang

pendidikan umumnya agar dapat mengenal sifat anak-anak untuk

diberi bimbingan lebih jauh dan mendalam, sehingga pelayanan yang

(19)

11

1.5.2.2. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukkan bagi para

orang tua/wali murid dalam upaya menerapkan pendidikan nilai yang

sesuai dengan keadaan anak dalam upaya membantu menumbuhkan

sikap tanggung jawab diri anak.

2. Hasil penelitian ini, diharapkan agar informasi yang diperoleh dapat

dijadikan bahan bagi penelitian yang lebih mendalam dalam lingkup

yang lebih luas dalam kaitannya dengan sikap tanggung jawab siswa.

3. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukkan serta

bimbingan kepada siswa dalam membentuk sikap tanggung jawab

dan memberikan manfaat, pengetahuan, dan pengalaman kerja bagi

guru PKn di sekolah.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

menerapkan fungsi dan peran sebagai guru PKn.

1.6. Ruang Lingkup

1.6.1. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan

kewarganegaraan dalam wilayah kajian pendidikan nilai dalam keluarga

terhadap pembentukan sikap tanggung jawab siswa.

1.6.2. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap

(20)

1.6.3. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA

Negeri I Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013.

1.6.4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar

1.6.5. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin

penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pengetahuan Universitas Lampung pada tanggal 4 Februari 2013 sampai

(21)

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teoritis

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Pengertian Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (intellect) dan jasmani

anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Menurut Poerwadarminta dalam Zaim Elmubarok (2007:1) pendidikan dapat

diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula

pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan badan, batin dan

sebagainya.

Sedangkan menurut John Dewey dalam Abu Ahmadi (1991:69) pendidikan

adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara

intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia, berbeda dengan

pendapat Bratanata dalam Abu Ahmadi (1991:69) bahwa yang dimaksud

dengan pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan untuk membantu anak

(22)

Sementara itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003

mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta

keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Rousseau dalam Abu Ahmadi (1991:69) pendidikan adalah member

kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita

membutuhkannya pada waktu dewasa.

Sedangkan menurut Hasbullah (2005:1) pendidikan diartikan sebagai usaha

yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa

atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti

mental.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan dan

menumbuhkan bakat, pribadi, potensi-potensi lainnya secara optimal dalam

diri anak ke arah yang positif.

2.1.1.1 Unsur-unsur Pendidikan

Adapun unsur-unsur pendidikan meliputi:

1. Input

(23)

15

2. Pendidik

Yaitu pelaku pendidikan .

3. Proses

Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.

4. Output

Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku.

2.1.1.2 Tujuan pendidikan

Adapun tujuan pendidikan meliputi:

1. Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan

konsep-konsep.

2. Mengubah sikap dan persepsi.

3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru.

2.1.1.3 Jalur Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun

2003, jalur pendidikan dibagi menjadi:

1. Jalur Formal

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)

(24)

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum

dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK,

MAK atau bentuk lain yang sederajat.

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas.

2. Jalur Nonformal

3. Jalur Informal

2.1.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan

Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2005:8)

adalah sebagai berikut :

1. Ideologi

Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama

khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan

pengetahuan dan pendidikan.

2. Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang

mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

3. Sosial Budaya

Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya

(25)

17

4. Perkembangan IPTEK

Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui

pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara

maju.

5. Psikologi

Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan

kepribadian individu agar lebih bernilai.

2.1.2 Pengertian Nilai

Menurut Mulyana yang dikutip oleh Ibtihal Imanda (2010) nilai sering kali

dirumuskan dalam konsep yang berbeda-beda, hal tersebut disebabkan oleh

sudut pandangnya yang berbeda-beda pula. Contohnya seorang sosiolog

mendefinisikan nilai sebagai suatu keinginan, kebutuhan, dan kesenangan

seseorang sampai pada sanksi dan tekanan dari masyarakat. Seorang psikolog

akan menafsirkan nilai sebagai suatu kecenderungan perilaku yang berawal dari

gejala-gejala psikologis, seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan dan keyakinan

yang dimiliki secara individual sampai pada tahap wujud tingkah lakunya yang

unik.

Sementara itu, seorang antropolog melihat nilai sebagai “harga “ yang melekat

pada pola budaya masyarakat seperti dalam bahasa, adat kebiasaan, keyakinan,

hukum dan bentuk-bentuk organisasi sosial yang dikembangkan manusia.

(26)

perumusan definisi nilai. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi nilai yang

masing-masing memiliki tekanan yang berbeda.

Menurut Milton Receach dan James Bank yang dikutip oleh Mushlihin

Al-Hafizh (2012) mengemukakan bahwa definisi nilai adalah suatu tipe

kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana

seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan mengenai sesuatu

yang pantas atau sesuatu yang tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.

Pandangan ini juga berarti nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu

yang telah berhubungan dengan subyek (manusia pemberi nilai).

Menurut Yvon Ambriose yang dikutip oleh Mushlihin Al-Hafizh (2012)

mengaitkan nilai dengan kebudayaan dan menganggap nilai merupakan inti dari

kebudayaan tersebut. Nilai merupakan realitas abstrak, dirasakan dalam pribadi

masing-massing sebagai prinsip dan pedoman dalam hidup. Nilai merupakan

suatu daya dorong dalam kehidupan seseorang baik pribadi maupun kelompok.

Oleh karena itu nilai berperan penting dalam proses perubahan sosial.

Sedangkan Sidi Gazalba yang dikutip oleh Mushlihin Al-Hafizh (2012)

mengartikan nilai dengan sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan

benda kongkrit, bukan fakta, tidak hanya soal penghayatan yang dikehendaki

dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Nilai itu terletak antara

(27)

19

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu

yang penting, baik dan berharga. Dalam nilai terkandung sesuatu yang ideal,

harapan yang dicita-citakan untuk kebajikan. Menilai berarti menimbang, suatu

kegiatan menghubungkan sesuatu dengan yang lain dan kemudian mengambil

keputusan. Sesuatu dianggap punya nilai jika sesuatu itu dianggap penting, baik

dan berharga bagi kehidupan umat manusia. Baik ditinjau dari segi religius,

politik, hukum, moral, etika, estetika, ekonomi dan sosial budaya.

2.1.2.1 Klasifikasi Nilai

Secara umum, klasifikasi nilai dapat digolongkan menjadi:

1. Nilai etika, yaitu berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang

baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan

diwariskan dari satu orang ke orang yang lain.

2. Nilai moral, yaitu perbuatan yang menentukan suatu perbuatan

benar atau salah, baik atau buruk berdasarkan hakikatnya bergantung

dari pengaruh hukum positif, di mana hukum positif dijadikan

patokan dalam menentukan kebolehan dan larangan atas suatu

perbuatan.

3. Nilai sosial, yaitu nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di

antara manusia.

4. Nilai agama, yaitu secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan

(28)

dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran

tertinggi yang datangnya dari Tuhan.

Teori nilai menurut Spranger yang dikutip oleh Ibtihal Imanda (2010)

menjelaskan ada enam orientasi nilai yang sering dijadikan rujukan oleh

manusia dalam kehidupannya. Dalam pemunculannya, enam nilai

tersebut cenderung menampilkan sosok yang khas terhadap pribadi

seseorang. Keenam nilai tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai teoritik: Nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan rasional

dalam memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai teoritik

memiliki kadar benar-salah menurut pertimbangan akal. Oleh karena itu

nilai erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori dan generalisasi

yang diperoleh dari sejumlah dan pembuktian ilmiah. Komunitas

manusia yang tertarik pada nilai ini adalah para filosof dan ilmuwan.

2. Nilai ekonomis: Nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai yang

berkadar untung-rugi. Objek yang ditimbangnya adalah “harga” dari

suatu barang atau jasa. Karena itu, nilai ini lebih mengutamakan

kegunaan sesuatu bagi kehidupan manusia. Oleh karena pertimbangan

nilai ini relatif pragmatis, Spranger melihat bahwa dalam kehidupan

manusia seringkali terjadi konflik antara kebutuhan nilai ekonomis ini

dengan nilai lainnya. Kelompok manusia yang tertarik nilai ini adalah

(29)

21

3. Nilai estetik: Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk

dan keharmonisan. Apabila nilai ini ditilik dari subyek yang

memilikinya, maka akan muncul kesan indah-tidak indah. Nilai estetik

berbeda dengan nilai teoritik. Nilai estetik lebih mengandalkan pada

hasil penilaian pribadi seseorang yang bersifat subyektif, sedangkan

nilai teroritik lebih melibatkan penilaian obyektif yang diambil dari

kesimpulan atas sejumlah fakta kehidupan. Nilai estetik banyak dimiliki

oleh para seniman seperti musisi, pelukis, atau perancang model.

4. Nilai sosial: Nilai tertinggi dari nilai ini adalah kasih sayang di antara

manusia. Karena itu kadar nilai ini bergerak pada rentang kehidupan

yang individualistik dengan yang altruistik. Sikap yang tidak berpraduga

jelek terhadap orang lain, sosiabilitas, keramahan, serta perasaan simpati

dan empati merupakan kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial.

Nilai sosial ini banyak dijadikan pegangan hidup bagi orang yang

senang bergaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia.

5. Nilai politik: Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena

itu, kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah

sampai pengaruh yang tinggi (otoriter). Kekuatan merupakan faktor

penting yang berpengaruh pada diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan

adalah bukti dari seseorang kurang tertarik pada nilai ini. Dilihat dari

kadar kepemilikannya nilai politik memang menjadi tujuan utama

(30)

6. Nilai agama: Secara hakiki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang

memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan

nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi yang

datangnya dari Tuhan. Nilai tertinggi yang harus dicapai adalah

kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya keselarasan semua unsur

kehidupan, antara kehendak manusia dengan kehendak Tuhan, antara

ucapan dengan tindakan, antara i’tikad dengan perbuatan. Spranger

melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat

dicapai. Di antara kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat

terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau orang-orang sholeh.

2.1.2.2 Hirarki Nilai

Menurut Scheler yang dikutip oleh Ibtihal Imanda (2010) nilai dalam

kenyataannya ada yang lebih tinggi dan ada juga yang lebih rendah

jika dibandingkan dengan yang lainnya. Oleh karena itu, nilai menurut

Scheler memiliki hirarki yang dapat dikelompokkan ke dalam empat

tingkatan, yaitu:

1. Nilai kenikmatan. Pada tingkatan ini terdapat sederet nilai yang

menyenangkan atau sebaliknya yang kemudian orang merasa

bahagia atau menderita.

2. Nilai kehidupan. Pada tingkatan ini terdapat nilai-nilai yang

penting bagi kehidupan, misalnya kesehatan, kesegaran badan,

(31)

23

3. Nilai kejiwaan. Pada tingkatan ini terdapat nilai kejiwaan yang

sama sekali tidak bergantung pada keadaan jasmani atau

lingkungan. Nilai-nilai semacam ini adalah keindahan, kebenaran

dan pengetahuan murni yang dicapai melalui filsafat.

4. Nilai Kerohanian. Pada tingkatan ini terdapat nilai yang suci

maupun tidak suci. Nilai-nilai ini terutama lahir dari ketuhanan

sebagai nilai tertinggi.

Hirarki nilai tersebut ditetapkan Scheler dengan menggunakan empat

kriteria, yaitu: semakin lama semakin tinggi tingkatannya; semakin

dapat dibagikan tanpa mengurangi maknanya, semakin tinggi nilainya;

semakin tidak tergantung pada nilai-nilai lain, semakin tinggi

esensinya; semakin membahagiakan, semakin tinggi fungsinya.

2.1.3 Pengertian Pendidikan Nilai

Pada dasarnya, pendidikan nilai dapat dirumuskan dari dua pengertian dasar

yang terkandung dalam istilah pendidikan dan nilai.Ketika dua istilah itu

disatukan, arti keduanya menyatu dalam definisi pendidikan nilai. Namun,

karena arti pendidikan dan arti nilai dimaksud dapat dimaknai berbeda, definisi

pendidikan nilai pun dapat beragam bergantung pada tekanan dan rumusan yang

diberikan pada kedua istilah itu.

Menurut Kohlberg yang dikutip oleh Krisna Murti (2010) menjelaskan bahwa

(32)

(a) Pembinaan dan pengembangan struktur dan potensi/komponen pengalaman

afektual (affective component & experiences) atau “jati diri” atau hati nurani

manusia (the consiense of man) atau suara hati (al-qolb) manusia dengan

perangkat tatanan nilai-moral-norma.

(b) pembinaan proses pelakonan (experiencing) dan atau transaksi/interaksi

dunia afektif seseorang sehingga terjadi proses klarifikasi nilai-moral-norma,

ajuan nilai-moral-norma (moral judgment) atau penalaran nilai-moral-norma

(moral reasoning) dan atau pengendalian nilai-moral-norma (moral control).

Menurut Kosasih Jahiri dalam Zaim Elmubarok (2007:12) pendidikan nilai

mengacu pada aksiologi pendidikan, sejauh mana pendidikan itu memunculkan

dan menerapkan nilai/moral kepada peserta didik.

Senada dengan hal di atas, Mulyana dalam Zaim Elmubarok (2007:12) bahwa

pendidikan nilai mempunyai makna sendiri-sendiri, namun jika disatukan maka

akan muncul beberapa definisi tentang pendidikan nilai.

Menurut Sumantri yang dikutip oleh Krisna Murti (2010) beliau memahami

pendidikan nilai sebagai suatu aktivitas pendidikan yang penting bagi orang

dewasa dan remaja, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, karena

“penentuan nilai” merupakan suatu aktivitas penting yang harus kita pikirkan

dengan cermat dan mendalam. Maka hal ini merupakan tugas pendidikan

(masyarakat didik) untuk berupaya meningkatkan nilai-moral individu dan

(33)

25

Menurut Sukanta dalam Zaim Elmubarok (2007:12) bahwa pendidikan nilai

adalah ruh pendidikan itu sendiri, jadi dimanapun diajarkan pendidikan nilai

akan muncul dengan sendirinya.

Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai

adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang.

2.1.3.1 Tujuan Pendidikan Nilai

Dalam Living Values Education yang dikutip oleh Krisna Murti (2010)

dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Nilai adalah:

to help individual think about and reflect on different values and the practical implications of expressing them in relation to them selves, other, the community, and the world at large, to inspire individuals to choose their own personal, social, moral and spiritual values and be aware of practical methods for developing anf deepening them”.

Lorraine (1996:9) pun berpendapat: “in the teaching learning of value

education should emphasizing on the establishing and guiding student in

internalizing and practing good habits and behaviour in their everyday

life as a citizen and as a member of society”.

Adapun tujuan Pendidikan Nilai menurut Apnieve-UNESCO yang

dikutip oleh Krisna Murti (2010) adalah untuk membantu peserta didik

dalam mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis

sehingga mereka dapat meningkatkan atau memperbaiki kualitas

(34)

2.1.4 Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan. Terdapat beberapa definisi keluarga

dari beberapa sumber, yaitu:

Menurut Zaim Elmubarok (2007:90) keluarga adalah satu-satunya system sosial

yang diterima di masyarakat, baik yang agamis maupun yang non agamis. Ia

memiliki peran, posisi dan kedudukan yang bermacam-macam di tengah

masyarakat.

Menurut Bailon dan Maglaya dalam Abu Ahmadi (1991:96) keluarga adalah

dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu

dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta

mempertahankan suatu budaya.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan

RI, 1988).

Menurut Salvicion dan Celis dalam Abu Ahmadi (1991:96) di dalam keluarga

(35)

27

hubungan perkawinan atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Abu Ahmadi (1991:96) bahwa keluarga

adalah kumpulan bebrapa orang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti

dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan

berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan

masing-masing anggotanya.

Menurut Hasbullah (2005:38) keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang

pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan

dan bimbingan.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

suatu kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar

individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

2.1.4.1 Jenis-jenis Keluarga

Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari

suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri

dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana

terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang

(36)

keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan

antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

2.1.4.2 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan

dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari

nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh

dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai

pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak

melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat

(37)

29

2.1.4.3 Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:

1. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

2. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

3. Sosialisasi antar anggota keluarga.

4. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

5. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

6. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

8. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2.1.4.4 Fungsi Keluarga

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:

1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan

menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa

depan anak.

2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga

mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak

(38)

4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif

merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga.

Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga.

5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan

mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga

menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan

lain setelah dunia.

6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari

penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.

7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama,

bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.

8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan

keturunan sebagai generasi selanjutnya.

9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara

keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.

2.1.4.5 Bentuk keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan

(39)

31

1. Berdasarkan lokasi

a) Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman

kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri.

b) Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.

c) Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri.

d) Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa

tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa

tertentu pula (bergantian).

e) Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok

bersama kaum kerabat suami maupun istri.

f) Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu

(avunculus) dari pihak suami.

g) Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga

(40)

2. Berdasarkan pola otoritas

a) Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah).

b) Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu).

c) Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

2.1.4.6 Subsistem Sosial dalam Keluarga

Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem

suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsistem sibling (kakak-adik).

Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan

yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun

keluarga. Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan

yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem

tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun

kebutuhan dari subsistem-subsistem lain. Subsistem orang tua-anak

terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini

meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggung

(41)

33

2.1.5 Pengertian Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek. Menurut Secord & Backman yang dikutip oleh Roy

Manihai (2013), sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan,

pemikiran, dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di

lingkungan sekitarnya.

Menurut Soetarno yang dikutip oleh Roy Manihai (2013), sikap adalah

pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap

obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada

sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa,

pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

Menurut La Pierre yang dikutip oleh Roy Manihai (2013), sikap sebagai suatu

pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah

respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Menurut Breckler, Katz & Stotland, Rajecki yang dikutip oleh Roy Manihai

(2013), sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif.

Menurut LaPierre yang dikutip oleh Roy Manihai (2013), sikap sebagai suatu

(42)

menyesuaikandiri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah

respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan

kecendrungan seorang individu terhadap suatu objek tertentu, situasi atau

orang lain yang kemudian dideskripsikan dalam bentuk sebuah respon kognitif,

afektif, dan perilaku individu.

2.1.5.1 Komponen Sikap

Menurut Secord dan Bacman dalam Zaim Elmubarok (2007:46),

komponen-komponen sikap adalah :

1. Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang

selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

2. Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,

secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap suatu obyek.

3. Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

(43)

35

2.1.6 Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah keadaan

wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut

Kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,

menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung

akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan

yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti

berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan

manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila

ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan

tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua

sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa

bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya

itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau

pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran

bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,

(44)

Menurut Said Hamid Hasan yang dikutip oleh Eka Aqimudi (2001) tanggung

jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,

lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas tanggung jawab merupakan sikap atau

prilaku melaksanakan tugas dan kewajibannya dan siap untuk menanggung

akibat dari perbuatannya baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak

sengaja. Dalam penelitian ini sikap dan prilaku siswa dibatasi oleh aturan

sekolah yang mengikat, sehingga apabila siswa melanggar segala ketentuan

yang telah ditetapkan ia harus dapat bertanggung jawab atas akibat dari apa

yang dilanggarnya. Tanggung jawab juga berarti sikap atau prilaku seseorang

untuk melaksanakan kewajiban.

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan

sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.

Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk

disalahkan, bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan

menyalahkan siapa pun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang

bertanggung jawab atas apa pun yang dialami dan dirasakannya.

Tanggung jawab sangat penting untuk ditanamkan karena orang yang

bertanggung jawab biasanya siap menanggung resiko dari apa yang ia perbuat

(45)

37

lakunya. Untuk itu orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan

kewajibannya dengan sebaik – baiknya.

Seorang siswa yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya

sebagai siswa seperti belajar dengan bersungguh- sungguh, memanfaatkan

waktu semaksimal mungkin untuk belajar, dan mematuhi aturan sekolah yang

berlaku. Selain itu, ikut menjaga kebersihan sekolah yang juga merupakan

wujud tanggung jawab kepada lingkungan.

2.1.6.1Ciri Tanggung Jawab

Adapun ciri sikap tanggung jawab siswa meliputi:

1) Para siswa selalu memanfaatkan waktunya dengan seoptimal mungkin

untuk belajar.

2) Para siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sebaik –

baiknya.

3) Para siswa menunaikan kewajibannya seperti melaksanakan tugas

piket dan upacara bendera.

4) Melaksakan sepenuhnya hasil musyawarah OSIS tentang kegiatan

siswa.

Tanggung jawab juga dapat tercermin dari prilaku siswa membuang

sampah pada tempatnya, mengerjakan pekerjaan rumah sendiri dengan

(46)

Sikap tanggung jawab juga dapat ditanamkan melalui kegiatan–

kegiatan positif seperti kegiatan ekstrakulikuler.

2.1.6.2Unsur-unsur Tanggung Jawab

Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh

tiga unsur, yaitu:

a. Kesadaran

Sadar berisi pengertian yaitu tahu, kenal, mengerti dapat

memperhitungkan arti, guna sampai kepada soal akibat dari sesuatu

perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang baru dapat dimintai

tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.

b. Kecintaan/kesukaan

Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesediaan

berkorban.

c. Keberanian

Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Berani di sini didorong oleh

rasa keikhlasan, tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala

macam rintangan yang timbul kemudian sebagai konsekuensi dari

tindak perbuatan, karena adanya tanggung jawab itulah, maka

seseorang yang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan,

perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak sembrono

(47)

39

2.2 Kerangka Pikir

Pendidikan nilai dalam keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan

sikap tanggung jawab siswa. Pendidikan nilai yang ditanamkan di lingkungan

keluarga meliputi beberapa aspek, antara lain: nilai agama, nilai etika, nilai sosial,

dan nilai moral. Di sini anak diharapkan memiliki sikap tanggung jawab terhadap

dirinya sendiri. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau

perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga

berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Untuk menyederhanakan mengenai pembahasan pengaruh pendidikan nilai dalam

keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa tersebut dibuat kerangka pikir

sebagai berikut:

[image:47.595.125.495.451.572.2]

Variabel X Variabel Y

Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir

Sikap tanggung jawab siswa:

1. Tanggung jawab agama 2. Tanggung jawab sosial 3. Tanggung jawab etika 4. Tanggung jawab moral Pendidikan nilai dalam keluarga:

(48)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis sementara yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah :

Pendidikan nilai dalam keluarga berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab

(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif ini penulis ingin memaparkan

data-data dan menganalisis data-data secara objektif serta menggambarkan pengaruh

pendidikan nilai dalam keluarga terhadap sikap tanggung jawab siswa di kelas X

SMA Negeri I Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013.

Mohammad Nazir (1987:63), “Metode Deskriptif adalah suatu metode dalam

penelitian suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set, kondisi, suatu sistem

perkawinan atau kelas peristiwa pada masa sekarang”.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian

mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri I

Terbanggi Besar tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 277 orang, lebih

(50)
[image:50.595.164.510.118.343.2]

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1 X a 11 19 30

2 X b 11 20 31

3 X c 10 21 31

4 X d 11 20 31

5 X e 12 19 31

6 X f 12 19 31

7 X g 11 19 30

8 X h 13 18 31

9 X i 13 18 31

Jumlah 104 173 277

Sumber: Data siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013

2. Sampel

Berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto (1986:117) “sampel adalah

sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti”. Dalam penelitian ini

berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto (1986:120) yaitu bila

“subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika subjeknya besar atau lebih

dari 100, maka sampelnya dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 %”.

Berdasarkan teori di atas, maka sampel diambil 10% dari 277 siswa kelas X

SMA Negeri I Terbanggi Besar dan diperoleh sampel 28 siswa. Agar lebih

(51)
[image:51.595.146.444.156.375.2]

43

Tabel 3.2 Jumlah dan Sebaran Sampel Siswa Kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013

No Kelas Perhitungan

1. Xa 30 siswa x 10% = 3,0

2. Xb 31 siswa x 10% = 3,1

3. Xc 31 siswa x 10% = 3,1

4. Xd 31 siswa x 10% = 3,1

5. Xe 31 siswa x 10% = 3,1

6. Xf 31 siswa x 10% = 3,1

7. Xg 30 siswa x 10% = 3,0

8. Xh 31 siswa x 10% = 3,1

9. Xi 31 siswa x 10% = 3,1

Jumlah 277siswa x 10%= 27,7=28 siswa

Sumber : Hasil perhitungan proposional random sampling

3.3 Variabel Penelitian

Di dalam suatu variabel penelitian terkandung konsep yang dapat dilihat dan

diukur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel bebasnya

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendidikan nilai dalam keluarga

(X).

2) Variabel terikatnya

(52)

3.4 Definisi Konseptual Variabel

1. Pendidikan Nilai dalam Keluarga

Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang

berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup

nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan pribadi peserta

didik yang memiliki kecerdasan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, dan negara.

2. Sikap Tanggung Jawab Siswa

Sikap tanggung jawab merupakan suatu kecendrungan seorang individu terhadap

suatu akibat baik atau buruk perbuatan itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain

memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Kemudian dideskripsikan dalam

bentuk sebuah respon kognitif, afektif, perilaku individu, dan kesadaran

bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,

keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk mempermudah pengukuran di lapangan, maka beberapa konsep dalam

penelitian ini perlu dioperasionalkan, yaitu:

1. Pendidikan Nilai adalah proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan

yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya

mencakup nilai agama, budaya, etika, dan estetika menuju pembentukan

(53)

45

pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.

2. Sikap tanggung jawab merupakan suatu kecenderungan seorang individu

terhadap suatu akibat baik atau buruk perbuatan itu, dan menyadari pula

bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.

3.6 Rencana Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah:

1. Pendidikan nilai dalam keluarga (X):

a. Nilai agama

b. Nilai sosial

c. Nilai etika

d. Nilai moral

2. Sikap tanggung jawab siswa (Y) meliputi :

a. Tanggung jawab agama

b. Tanggung jawab sosial

c. Tanggung jawab etika

d. Tanggung jawab moral

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Teknik Pokok

1. Angket/ Kuesioner

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pengaruh

(54)

Skala pengukuran untuk data ini adalah interval sehingga kuisioner yang

digunakan berbentuk semantic differential.

Teknik angket atau kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara membuat pertanyaan yang diajukan kepada responden

dengan maksud menjaring data dan informasi langsung dari responden

yang bersangkutan. Sasaran angket adalah siswa kelas X SMA Negeri I

Terbanggi Besar Tahun Ajaran 2012/2013.

Responden memilih jawaban yang telah disediakan sesuai dengan

keadaan subjek. Setiap item memiliki tiga alternatif jawaban yang

masing-masing mempunyai skor bobot berbeda-beda,yaitu:

1. Alternatif jawaban yang setuju diberi skor 3

2. Alternatif jawaban yang kurang setuju diberi skor 2

3. Alternatif jawaban yang tidak setuju diberi skor 1

2. Teknik Penunjang

1. Wawancara

Teknik ini digunakan unutk mendapatkan data langsung dari responden

serta untuk melengkapi data yang belum legkap atau terjawab melalui

(55)

47

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder yang berupa

keterangan, catatan, laporan, yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti.

3.8 Uji Persyaratan Instrumen

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas item soal dilakukan kontrol

langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang akan

digunakan yaitu menggunakan logical validity dengan cara judgement yaitu

dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing yang ada di lingkungan

prodi PPKn FKIP UNILA. Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi

atau perbaikan sesuai dengan keperluan.

2. Uji Reliabilitas Angket

Uji reliabilitas angket dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden

b. Hasil uji coba dikelompokkan menjadi item ganjil dan item genap

c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product

Moment, yaitu :

ú û ù ê ë é å - å ú û ù ê ë é å - å å å -å = N Y Y N X X N Y X XY rxy 2 2 2

2 ( ) ( )

) )( (

(56)

rxy = Koefisien Korelasi Antara Gejala X dan Y

x = Variabel Bebas

y = Variabel Terikat

N = Jumlah Sampel Yang Diteliti

(Suharimi Arikunto, 2009: 72)

Kemudian untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus

Spearman Brown (Sutrisno Hadi, 1987: 37).

) ( 1

) ( 2

gg gg

r r rxy

+ =

Keterangan :

rxy = Koefisien Korelasi Antara Gejala X dan Y

Rgg = koefisien korelasi item ganjil dan item genap

(Manase Malo, 1985:139)

Hasil analisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas sebagai

berikut :

0,90 – 1,00 = Reliabilitas Tinggi

0,50 – 0,89 = Reliabilitas Sedang

0,00 – 0,49 = Reliabilitas Rendah

(Manase Malo, 1985:139)

3.9 Tekhnik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian

(57)

49

kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan

untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang

dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam Nafilah (2005:39) yaitu:

I =

K NR NT

-Dimana:

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi

NR = Nilai Terendah

K = Kategori

Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh Ali

(1984: 184) sebagai berikut :

% 100

X N F P=

Keterangan

P = Besarnya Presentase

F = Jumlah Skor Yang Diperoleh Diseluruh Item

N = Jumlah Berkalian Se

Gambar

Tabel 1.1 Deskripsi awal di kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar
Tabel 1.2 Deskripsi awal pandang orang tua siswa kelas X SMA Negeri I Terbanggi Besar
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas X SMA Negeri  I Terbanggi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kerang darah yang hidup di perairan Tanjung Pasir pada saat pengambilan contoh pada bulan Juni dan Oktober

Chapter III is the steps in teacbing conjunctions to the third semester students of Senior High School using pictures and the last chap- ter, chapter IV deals

Rumus biaya rata-rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya

Iš gautų duomenų buvo matyti, kad moks­ leivių iš daugelį psichosocialinių problemų tu­ rinčių šeimų buvo žemesni šeimos integruotu­ mo, namų saugumo, suaugusių

[r]

Syariah kepada nasabah berupa pembiayaan syariah untuk pengembangan usaha mikro dan menengah (UMKM) dengan jaminan yaitu meliputi barang bergerak (dalam hal ini yang

Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405.. Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email

Perbedaan fekunditas tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan genetik ikan bujuk antar populasi, yaitu ikan bujuk dari rawa banjiran Mentulik Kampar-Riau mempunyai nilai