• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

Oleh ZEFRISYA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 14 B. Lampung. Dengan demikian tujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 14 B. Lampung.

(2)

awal hingga pertemuan akhir. Metode demonstrasi merupakan metode yang tepat untuk pembelajaran tari Muli Siger. Hal ini terlihat pada siswi yang awalnya belum mempelajari tari Muli Siger, namun dengan metode demonstrasi siswi mampu menggerakkan tari Muli Siger dengan baik sesuai dengan yang diajarkan.

Hasil pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi

menunjukkan bahwa siswi rata-rata sudah mampu memeragakan tari Muli Siger dengan baik sesuai dengan yang telah diajarkan. Penilaian diberikan melalui 3(tiga) aspek yaitu Teknik Gerak, Ketetapan Gerak Terhadap Musik, dan Ekspresi. Penilaian dilakukan bersama dengan guru seni budaya yang kemudian nilai dibagi 2(dua). Secara keseluruhan nilai siswi sudah dapat dilihat pada tabel pengamatan evaluasi, dimana siswi yang mendapatkan kriteria baik sekali adalah 6 siswi (50%) , siswi yang mendapat kriteria baik berjumlah 5 siswi (41,5%), siswi yang mendapat kriteria cukup berjumlah 1 siswi (8,5%), siswi yang mendapat kriteria kurang berjumlah 0 siswi (0%), dan siswi yang mendapat kriteria gagal berjumlah 0 siswi (0%).

(3)

ABSTRACT

MULI SIGER DANCE LEARNING BY USING DEMONSTRATION METHOD IN EXTRACURRICULAR ACTIVITY IN STATE JUNIOR

HIGH SCHOOL 14 IN BANDAR LAMPUNG

By ZEFRISYA

The problem statement in this research is Muli Siger dance learning using

demonstration method in extracurricular activity in State Junior High School 14 in Bandar Lampung. The objective of this research is to describe Muli Siger dance learning by using demonstration method in extracurricular activity in State Junior High School 14 in Bandar Lampung.

This research used descriptive qualitative design. Data sources in this research were I Wayan Mustika as the Muli Siger dance composer, Ahmad Khosim of Sutan Puan Marga Wesma; a member of MPAL in Pesawaran regency, an art and

culture teacher in State Junior High School 14 in Bandar Lampung, and 12 female students joining dancing extracurricular activity. Data were collected with observations, documentations, interviews, and practical tests.

(4)

Siger dancing properly as it was taught.

The results of Muli Siger dance learning by using demonstration method showed that the female students averagely were able to perform Muli Siger dancing properly as it was taught. The assessments were given by considering 3 aspects. They were technical movements, movement accordance with music, and

expression. Assessments were made together with the art and culture teacher and then the marks were divided by 2 (two). The overall students’ marks could be seen in observation and evaluation tables indicating that 6 students (50%) received very good criteria, 5 students (41.5%) received good criteria, 1 student (8.5%) received enough criteria, 0 student (0%) received poor criteria, and 0 student (0%) failed.

(5)
(6)

PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG

Oleh ZEFRISYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : PEMBELAJARAN TARI MULI SIGER

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 14 B. LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Zefrisya No. Pokok Mahasiswa : 0913043019

Program Studi : Pendidikan Seni Tari

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. I Wayan Mustika, M.Hum. Dr. Nurlaksana Eko R, M.Pd.

NIP 19750624200212 1 003 NIP 1964010619880 3 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. I Wayan Mustika, M.Hum. ……….

Sekretaris : Dr.Nurlaksana Eko R, M.Pd. ……….

Penguji

Bukan Pembimbing : Agung Kurniawan, S.Sn., M.Sn. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si NIP 19600315 198503 1 003

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 14 Februari 1991, yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Ayah M. Syahirsyah, SE dan Mama Erlandia Erawati S. Pd.

Pendidikan yang ditempuh adalah Taman Kanak-kanak (TK)

Bhayangkari Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung diselesaikan pada 1997, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Palapa Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung pada 1997 di kelas 1 cawu 1, namun pada kelas 1 cawu 2 pindah ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Beringin Raya Kecamatan Kemiling Kota Bandar

Lampung karena tempat tinggal penulis pindah ke Kecamatan Kemiling. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2003. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14 Bandar Lampung diselesaikan pada 2006, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung diselesaikan pada 2009. Tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Seni Tari.

(10)

MOTTO

“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu

menjadi puas”

(QS. Adh Dhuhaa: 5)

“Tidaklah kenikmatan dunia dihadapan kenikmatan akhirat itu kecuali hanya sesuatu yang sedikit”

(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Skripsi ini berjudul “Pembelajaran Tari Muli Siger Menggunakan Metode Demonstrasi Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 14 B. Lampung”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan dari berbagai hak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. I Wayan Mustika, M.Hum. selaku pembimbing I atas bimbingan, kesabaran, dan masukannya kepada penulis;

2. Dr. Nurlaksana Eko R, M.Pd. selaku pembimbing II atas bimbingan, kesabaran, dan masukannya kepada penulis;

3. Agung Kurniawan, S. Sn., M. Sn. selaku Pembimbing Akademik dan penguji; 4. Fitri Daryanti, S. Sn., M. Sn. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari; 5. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FKIP Universitas Lampung;

6. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

(12)

9. teman-temanku Pendidikan Seni Tari seangkatan 2009 terimakasih atas semangat, motivasi, bimbingan, dan dukungan yang luar biasa untuk pengerjaan skripsi ini; 10. Mas Jaya, Mbak Eva, Mbah Bahri, Pak Heru, dan seluruh Staf Kampus Seni Tari

FKIP Universitas Lampung atas dukungan serta partisipasinya;

11. semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga amal kebaikan mereka diterima oleh Allah SWT, dan akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda, dan diberi kebahagiaan dunia maupun di akhirat kelak. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iv

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... vi

HALAMAN JUDUL……….. ... vii

HALAMAN PERSETUJUAN……… .. viii

HALAMAN PENGESAHAN……… ... ix

RIWAYAT HIDUP……… ... x

PERSEMBAHAN... xi

MOTTO ... xii

SANWACANA ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR DIAGRAM……… ... xix

LAMPIRAN………. . xx

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 12

2.1.1. Pengertian Tari ... 14

2.1.2. Tari Muli Siger ... 16

2.1.2.1. Penari Tari Muli Siger ... 16

2.1.2.2. Urutan Gerak Tari Muli Siger... 17

2.1.2.3. Gerak Tari ... 18

2.1.2.4. Tata Rias, Busana, dan Iringan Musik Tari Muli Siger ... 36

2.1.2.4.1. Tata Rias ... 36

2.1.2.4.2. Busana dan Aksesoris ... 36

2.1.2.4.3. Iringan Tari Muli Siger ... 38

2.1.2.4.4 Aspek Ruang atau Pola Lantai Tari Muli Siger…. .. 39

2.1.3. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Pembelajaran ... 42

(14)

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.3.1. Pengamatan (observation) ... 49

3.3.2. Dokumentasi ... 49

3.3.3. Wawancara ... 50

3.3.4. Tes Praktik ... 50

3.4. Teknik Analisis Data ... 52

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Singkat SMP Negeri 14 B. Lampung ... 54

4.2. Keadaan Guru ... 55

4.3. Keadaan Siswa ... 55

4.4. Visi dan Misi SMP Negeri 14 B. Lampung... 56

4.5. Sarana dan Prasarana ... 57

4.6. Situasi dan Kondisi ... 57

4.7. Perencanaan Pembelajaran ... 58

4.7.1. Pertemuan Pertama ... 58

4.7.2. Pertemuan Kedua ... 58

4.7.3. Pertemuan Ketiga ... 59

4.7.4. Pertemuan Keempat ... 60

4.7.5. Pertemuan Kelima ... 60

4.7.6. Pertemuan Keenam ... 61

4.7.7. Pertemuan Ketujuh ... 61

4.7.8. Pertemuan Kedelapan ... 62

4.7.9. Pertemuan Kesembilan ... 62

4.7.10. Pertemuan Kesepuluh ... 63

4.8. Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

4.8.1. Pertemuan Pertama ... 64

4.8.2. Pertemuan Kedua ... 74

4.8.3. Pertemuan Ketiga ... 79

4.8.4. Pertemuan Keempat ... 87

4.8.5. Pertemuan Kelima ... 94

4.8.6. Pertemuan Keenam ... 100

4.8.7. Pertemuan Ketujuh ... 106

4.8.8. Pertemuan Kedelapan ... 110

4.8.9. Pertemuan Kesembilan ... 114

4.8.10. Pertemuan Kesepuluh ... 118

4.9. Pengamatan Tes Praktik Berdasarkan 3 Aspek Yang Diamati…………. ... 124

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 126

5.2. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA... 129

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger ... 17

2.2. Gambar Gerak Tari Dengan Penjelasannya ... 18

2.3. Busana dan Aksesoris Penari Tari Muli Siger ... 36

2.4. Pola Lantai Tari Muli Siger……… 39

3.1. Lembar Pengamatan Tes Praktik ... 51

3.2. Penentuan Patokan Dengan Perhitungan Persentase Untuk Skala Lima ... 53

4.1. Keadaan SMP Negeri 14 B. Lampung Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 55

4.2. Keadaan SMP Negeri 14 B. Lampung Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 55

4.3. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Pertama ... 73

4.4. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Kedua ... 78

4.5. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Ketiga ... 86

4.6. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Keempat ... 93

4.7. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Kelima ... 99

4.8. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Keenam ... 106

4.9. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Ketujuh ... 109

4.10. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Kedelapan ... 114

4.11. Pembahasan Pengamatan Siswi Pada Pertemuan Kesembilan ... 117

4.12. Pembahasan Pengamatan Teknik Gerak Siswi Pada Pertemuan Kesepuluh .... 120

4.13. Pembahasan Pengamatan Ketetapan Gerak Terhadap Iringan Musik Siswi Pada Pertemuan Kesepuluh ... 120

4.14. Pembahasan Pengamatan Ekspresi Siswi Pada Pertemuan Kesepuluh ... 121

4.15. Proses Pembelajaran Aktivitas Guru dan Siswi……… .... 121

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Lapah ngusung siger... 18

2.2. Butakhi ... 19

2.3. Samber melayang ... 19

2.4. Pungu ngelik kanan dan kiri ... 20

2.5. Ngelik mit kanan dan kiri ... 21

2.6. Busikhena kanan dan kiri ... 21

2.7. Bebaligh ngelik kanan dan kiri ... 22

2.8. Kanluk ... 23

2.9. Ngelik kanan dan kiri... 23

2.10. Mampam siger ... 24

2.11. Ngelik mejong kanan dan kiri ... 24

2.12. Ngelik temegi ... 25

2.13. Ngelik kanan kiri ... 25

2.14. Mejong kenui bebayang ... 26

2.15. Lapah tabikpun ... 27

2.16. Bebalik kenui bebayang ... 27

2.17. Kenui bebaghis ... 28

2.18. Kenui ngangkat ko kepi ... 29

2.19. Ngelik ngehaman ... 30

2.20. Mampam kebelah ... 31

2.21. Hentak kukut ... 31

2.22. Ngelik ... 32

2.23. Mutogh ... 33

2.24. Umbak ... 33

2.25. Kenui bebayang khanggal ... 34

2.26. Mutogh mampam kebelah ... 35

2.27. Ngeguwai siger ... 35

2.28. Siger atau Makuto………. .... 36

2.29. Gaharu……….... ... 36

2.30. Sanggul……….. ... 36

2.31. Hiasan Rambut……….. .... 36

2.32. Kalung Papan Jajar………. .. 37

2.33. Gelang Kano, gelang Duri, dan gelang Burung………. ... 37

2.34. Anting……… ... 37

2.35. Bebe……… .. 37

2.36. Peneken……….. ... 37

2.37. Kain Tapis……….. ... 37

2.38. Selendang Tapis………. ... 37

2.39. Pending……….. ... 37

(17)

4.3. Mendemonstrasikan gerak busikhena kanan dan kiri ... 66

4.4. Mendemonstrasikan gerak bebaligh kanan dan kiri ... 67

4.5. Demonstrasi gerak ngelik kanan kiri ... 75

4.6. Demonstrasi gerak mampam siger... 76

4.7. Mendemonstrasikan gerak ngelik mejong kanan dan kiri ... 80

4.8. Mendemonstrasikan gerak mejong kenui bebayang ... 81

4.9. Siswi-siswi berlatih menggerakkan gerak lapah tabikpun ... 82

4.10. Demonstrasi gerak bebalik kenui bebayang ... 87

4.11. Demonstrasi gerak kenui ngangkat ko kepi ... 88

4.12. Demonstrasi gerak ngelik ngehaman ... 89

4.13. Demonstrasi gerak umbak... 95

4.14. Demonstrasi gerak mutogh mampam kebelah ... 96

4.15. Siswi-siswi mengulang semua gerakan yang telah diajarkan dari awal hingga akhir pertemuan menggunakan iringan musik ... 102

4.16. Siswi sudah menggunakan pola lantai yang diajarkan ... 107

4.17. Siswi lupa menggerakkan gerakan kanluk ... 108

4.18. Siswi mempelajari pola lantai saat gerakan kenui bebaghis, ngangkat ko kepi, sampai pada gerak ngelik ngehaman ... 111

4.19. Siswi melakukan pola lantai pada gerak hentak kukut ... 112

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara atau masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh anak, maka pendidikan tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan. (Suryosubroto, 1982:11)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(19)

antara siswa dan siswa, antara siswa dan sumber pembelajaran, yang bertujuan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Terwujudnya proses belajar mengajar seperti itu dibutuhkan upaya guru untuk mengaktualisasikan

keprofesionalannya, utamanya dalam aspek metodologi atau cara-cara yang dilakukan dalam proses belajar mengajar.

Proses tersebut hendaknya didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan para guru dalam menggunakan berbagai metode dan pendekatan-pendekatan

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lingkungan kelas serta keadaan atau kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran, guru sebagai pendidik harus mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikir siswa agar dapat menjadi lebih kritis dan kreatif serta inovatif.

Meningkatkan mutu pendidikan sebagaimana yang diharapkan masyarakat, diperlukan inovasi-inovasi yang bersifat kreatif dan kooperatif sehingga tercipta suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif, hal ini terjadi jika guru mempunyai peran baik sebagai fasilitator, motivator maupun sebagai pengelola pembelajaran. Jika peran tersebut benar-benar dilaksanakan oleh guru tujuan peningkatan mutu pendidikan anak.

Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi atau berkreasi dan berapresiasi. Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat

multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna

(20)

cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai

perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsep (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi. Multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. (Arshad, 2011:1)

Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Manusia tanpa belajar, akan mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak lain juga nerupakan produk kegiatan berpikir manusia pendahulunya. Belajar untuk mengetahui dan melakukan diharapkan dapat menciptakan

(21)

dapat menciptakan manusia-manusia yang percaya diri pada kemampuan diri sendiri. (Uno, 2011:54)

Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau instruktur dan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan subsistem dari suatu penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan (training). (Uno, 2011:55)

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku

mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran. (Rusman, 2011: 131)

(22)

Pembelajaran terjadi ketika seseorang pembelajar memadukan pengetahuan dan keterampilan baru kedalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Sejauh ini pendidikan kita didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta- fakta yang harus dihafal. Pembelajaran di kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian demonstrasi menjadi pilihan utama strategi belajar.

Dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru sebagai pelaku utama dalam implementasi atau penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam hal ini, guru dipandang sebagai faktor determinan terhadap pencapaian mutu prestasi belajar siswa. Mengingat

peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik. (Yusuf, 2011:139)

(23)

Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas kerja. Peserta didik harus berusaha mengejar kualitas, dan menyadari jika tidak menghasilkan output yang baik, customers mereka (guru, orangtua, lapangan kerja) tidak akan menyukainya. (Suryosubroto, 2004:198)

Guru adalah pendidik profesional. Sesuai dengan UU Permendiknas No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, tugas guru adalah mendidik, mengajar, melatih, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi.

Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar dan lain-lain. Secara garis besar metode yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain ceramah dan tanya jawab, demonstrasi atau praktikum,diskusi kasus atau persentasi, simulasi, permainan, seminar atau symposium atau lokakarya, studi banding, dan lain-lain. (Uno, 2011:65)

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Metode demonstrasi ini barang kali lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang

bersifat rutin.

(24)

ayat 2 disebutkan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Salah satu wadah pembinaan siswa di sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di kurikulum dan umumnya pihak sekolah menyediakan waktu satu hari untuk pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan ekstrakurikuler sangat berguna untuk pengembangan hobi, minat dan bakat siswa pada hal tertentu. Di sisi lain, pelaksanaan kegiatan ini merupakan suatu bentuk perhatian sekolah pada siswanya agar melakukan kegiatan yang lebih positif. Kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam program ekstrakurikuler didasari atas tujuan dari pada kurikulum sekolah. Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler pada setiap sekolah diharapkan dapat menjadi wadah untuk penyaluran energi para siswa dan jenis kegiatanpun sangat beragam baik itu seputar olah raga, kesenian, keterampilan ataupun pengetahuan.

SMP Negeri 14 B. Lampung adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama terbaik di Bandar Lampung. Tujuan melakukan penelitian ini karena berdasarkan hasil pengamatan dan observasi pendahuluan di SMP Negeri 14 B.Lampung

menunjukkan bahwa ekstrakurikuler tari cukup bagus, hal ini dapat menunjang pembelajaran tari Muli Siger dapat berjalan dengan baik. Siswa-siswi

ekstrakurikuler tari di sekolah ini mempunyai keaktifan yang baik, mereka disiplin dan keinginan untik belajarnya cukup baik. Kepala Sekolah serta guru Seni

(25)

bidang seni tari, bahkan guru seni budaya di sekolah ini sangat antusias bila siswa-siswinya ingin mengikuti pembelajaran tari.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, diharapkan siswi memahami dan mampu menerima pembelajaran tari Muli Siger dengan baik untuk menambah pengetahuan dibidang seni tari.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah “Bagaimanakah

pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 14 B. Lampung?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 14 B. Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

(26)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa tentang gerak tari garapan Lampung terbaru, yaitu gerak tari Muli Siger.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian adalah I Wayan Mustika sebagai pencipta tari Muli Siger, Ahmad Khosim yang memiliki gelar Sutan Puan Marga Wesma, ia adalah anggota MPAL Kab. Pesawaran, guru seni dan budaya di SMP Negeri 14 B. Lampung serta siswi-siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tari yang berjumlah 12 orang.

2. Objek penelitian adalah pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini bertempat di SMP Negeri 14 B. Lampung. 4. Waktu Penelitian

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini masih orisinal apabila diamati dari buku-buku serta hasil penelitian yang telah ada. Buku-buku penelitian yang didapatkan tentang pembelajaran, baik

pembelajaran satu maupun pembelajaran lainnya belum ada yang mencatat tentang pembelajaran tari Muli Siger.

I Wayan Mustika dalam bukunya yang berjudul ‘Tari Muli Siger’ bahwa tari Muli Siger merupakan sebuah karya tari atau garapan tari kreasi baru yang berupa penelitian kualitatif dalam bentuk praktik. Muli Siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang kehormatan. Tari Muli Siger adalah tari kreasi baru yang bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan

menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. Dalam tradisi adat pepadun, ketika ada upacara adat perkawinan, para gadis menari yang sering disebut dengan cangget turun mandi. Artinya sebelum para gadis menari, mereka membersihkan badan

ke sungai dan berhias seindah mungkin. Gadis-gadis tersebut sangat senang dan gembira dengan memakai siger sebagai mahkota di kepalanya yang sudah dihias.

Dalam buku tulisan Syaiful Sagala yang berjudul ‘Konsep dan Makna Pembelajaran’. Buku ini mengulas tentang makna pembelajaran. Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar menggunakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

(28)

peserta didik atau murid. Proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak belajar yaitu membelajarkan siswa.

Selain buku yang dituliskan oleh Syaiful Sagala yang berjudul ‘Konsep dan Makna Pembelajaran’, dituliskan juga di dalam buku Oemar Hamalik yang berjudul ‘Kurikulum dan Pembelajaran’. Buku ini menuliskan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide, dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

Dalam buku Hamzah B. Uno yang berjudul ‘Model Pembelajaran’ dijelaskan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau instruktur dan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan subsistem dari suatu penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan (training).

Menurut Robert M. Gagne (1970) dalam bukunya yang berjudul ‘The Condition of Learning’, pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku atau kebolehan seseorang yang dapat dikekalkan, tidak termasuk perubahan yang disebabkan proses pertumbuhan.

Selain itu, menurut Woolfolk (1980) dalam bukunya yang berjudul ‘Educational

(29)

berlaku kepada seseorang dengan membentuk perkaitan yang baru atau sebagai potensi yang sanggup menghasilkan tindak balas yang baru.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, tidak terdapat judul yang sama dengan penelitian ini, oleh karena itu penelitian ini dikatakan masih orisinil.

2.1 Landasan Teori

Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Menurut Richard Pratte, bahwa teori mempunyai sifat logis, deskriptif, dan

menerangkan. Bersifat logis karena tersusun atas dasar pemikiran yang runtun, lurus, dan benar. Dalam hal ini, adanya sarana berpikir logis perlu mewarnai rumusan tentang teori tersebut sehingga perlu dipertimbangkan istilah yang tepat untuk digunakan, seperti proposisi, yang selanjutnya secara logis dipersatukan dengan menggunakan asumsi, hipotesis, aksioma, dan secara koresponden dengan sejumlah data atau fakta. (Barnadib, 1996:5)

Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.

(30)

Cooper and Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah:

1. Teori mempersempit kisaran sebenarnya yang perlu dipelajari.

2. Teori menyarankan pendekatan penelitian yang mungkin dapat menghasilkan makna terbesar.

3. Teori menyarankan sistem penelitian untuk memaksakan dalam data dan rangka mengklasifikasikan mereka dalam cara yang paling bermakna.

4. Teori yang merangkum apa yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan keseragaman yang berada diluar pengamatan langsung.

5. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lanjut yang harus ditemukan.

Dalam penelitian ini menggunakan teori pembelajaran, teori fungsi, dan metode demonstrasi. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar (Budiningsih, 2004: 11)

(31)

2.1.1 Pengertian Tari

Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga. Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.

Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara agama dan adat.

Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya. Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinikmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.

Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni.

(32)

Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai

kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.

Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya. John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.

Media ungkap tari berupa keinginan atau hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh atau gesture. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.

(33)

Karena tari adalah seni, maka walaupun substansi dasarnya adalah gerak, tetapi gerak-gerak di dalam tari itu bukanlah gerak-gerak yang realistis, melainkan gerak-gerak yang telah diberi bentuk ekspresif.

2.1.2 Tari Muli Siger

Tari Muli Siger merupakan sebuah karya tari atau garapan tari kreasi baru yang berupa penelitian kualitatif dalam bentuk praktik. Muli Siger yang berarti muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang kehormatan. Tari Muli Siger adalah tari kreasi baru yang bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. Dalam tradisi adat Pepadun, ketika ada upacara adat perkawinan, para gadis menari yang sering disebut dengan Cangget turun mandi. Artinya sebelum para gadis menari, mereka membersihkan badan ke sungai dan berhias seindah mungkin. Gadis-gadis tersebut sangat senang dan gembira dengan memakai siger sebagai mahkota di kepalanya yang sudah dihias. Siger saat ini merupakan simbol adat dari masyarakat Lampung. Secara umum simbol ini bukan hanya simbol sebuah propinsi atau daerah. Siger merupakan cermin sikap ulun Lampung sejak lama, bahkan secara turun temurun merupakan bagian dari masyarakat Lampung. Oleh karena itu, tari Muli Siger ini menggambarkan gadis-gadis Lampung yang sangat cantik serta memiliki kehormatan.

2.1.2.1 Penari Tari Muli Siger

(34)
[image:34.595.92.498.121.767.2]

2.1.2.2 Urutan Gerak Tari Muli Siger Berikut adalah urutan gerak tari Muli Siger. Tabel 2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger

No. Urutan Gerak

1 Lapah ngusung sigekh (berjalan membawa siger) 2 Butakhi (akan menari)

3 Samber melayang (gerak menirukan burung terbang) 4 Pungu ngelik kanan (tangan di ukel atau ngelik ke kanan) 5 Ngelik mit kanan (ukel atau ngelik ke kanan)

6 Samber melayang (gerak menirukan burung terbang) 7 Busikhena (berhias)

8 Samber melayang (gerak menirukan burung terbang) 9 Pungu ngelik kiri (tangan di ukel atau ngelik ke kiri) 10 Ngelik mit kiri (ukel atau ngelik ke kiri)

11 Samber melayang (gerak menirukan burung terbang) 12 Busikhena (berhias)

13 Bebalikh ngelik kanan-kiri (serong ukel atau ngelik kanan-kiri) 14 Kanluk (merentangkan selendang)

15 Ngelik mit kanan-kiri (ukel atau ngelik ke kanan dan ke kiri) 16 Mampam sigekh (membawa siger)

17 Ngelik mejong kanan-kiri (ukel atau ngelik duduk kanan dan kiri) 18 Ngelik temegi (ukel atau ngelik berdiri)

19 Mampam sigekh (membawa siger)

20 Ngelik mit kanan-kiri (ukel atau ngelik ke kanan dan ke kiri) 21 Mejong kenui bebayang (duduk membuka sayap)

22 Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

23 Bebalikh kenui bebayang (serong membuka sayap) 24 Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

25 Kenui bebakhis (bergerak berbaris)

(35)

29 Mampam kebelah (membawa siger dengan tangan sebelah) 30 Lapah tabikpun (jalan penghormatan)

31 Hentak kukut (menghentakkan kaki) 32 Ngelik (ukel atau ngelik)

33 Mutokh (berputar)

34 Umbak (bergerak seperti ombak)

35 Kenui bebayang khanggal (bergerak membuka sayap tinggi) 36 Mutokh mampam kebelah (berputar membawa siger dengan tangan

sebelah)

37 Lapah tabikpun (jalan penghormatan) 38 Ngeguwai sigekh (membentuk siger)

2.1.2.3 Gerak Tari

[image:35.595.91.501.70.304.2]

Berikut adalah tabel gerak tari dengan gambar dan penjelasannya. Tabel 2.2. Gambar Gerak Tari Dengan Penjelasannya

No Gambar Ragam Gerak Keterangan

[image:35.595.96.524.393.742.2]
(36)

2 Gambar 2.2 Butakhi Posisi badan level sedang, diam di tempat,dengan posisi kedua tangan di tekuk ke depan serong, telapak tangan tegak membuka ke arah depan.

[image:36.595.95.524.65.758.2]
(37)

4 Gambar 2.4 Pungu ngelik kanan dan kiri Posisi badan level sedang, diam di tempat, kedua tangan diarahkan di depan dada, lengan membentuk sudut 45º hingga jari tengah kedua tangan bertemu. Lalu tangan kanan direntangkan ke arah serong kanan atas (lengan lurus ke atas), dan tangan kiri di letakkan di depan dada (lengan di tekuk sejajar badan), kaki kanan arahkan ke belakang kaki kiri (lihat gambar).

Posisi telapak tangan tegak membuka dan menutup. Saat posisi telapak tangan

[image:37.595.96.522.65.756.2]
(38)

5 Gambar 2.5 Ngelik mit kanan dan kiri Dimulai dengan kaki kanan ke arah kanan dengan posisi telapak tangan menutup dan membuka (kaki kanan dan kiri secara bergantian) lengan lurus (lengan kanan ke arah serong kanan atas dan lengan kiri ke arah serong kanan di depan dada. Lalu letakkan tangan kiri ke samping pinggang, tangan kanan di atas lutut (posisi telapak tangan tegak), tumit kaki kanan dinaikkan, badan sedikit menunduk.

Begitu pula sebaliknya dengan ngelik mit kiri.

6 Gambar 2.6 Busikhena kanan dan kiri Posisi badan mendak, dimulai kaki kanan lalu kiri secara bergantian. Posisi kedua tangan sejajar dada, lengan lurus ke depan, badan serong kanan dan kiri secara bergantian. Telapak tangan membuka dan menutup. Telapak tangan membuka tegak, dan saat menutup posisi telapak menyamping.

[image:38.595.94.524.62.759.2]
(39)

sebaliknya dengan busikhena kiri.

7 Gambar 2.7 Bebaligh ngelik kanan dan kiri Posisi badan mendak serong kiri, kedua tangan memutar di depan dada lalu di ukel atau ngelik, lalu letakkan di atas bahu. Posisi kaki kanan luruskan ke depan serong kiri, lalu arahkan ke samping kaki kiri.

[image:39.595.93.521.61.758.2]
(40)

8 Gambar 2.8 Kanluk Posisi badan mendak, dimulai kaki kanan

diletakkan di depan kaki kiri, kedua tangan sejajar dada, tangan kanan di atas tangan kiri, badan serong ke kiri. Begitu pula sebaliknya dengan kanluk ke arah kiri. Pertemukan telapak tangan bersilangan di depan dada, lalu rentangkan ke arah samping masing-masing kanan dan kiri. Dengan posisi telapak tangan menutup. Tumit kaki kanan tidak menempel lantai.

[image:40.595.94.525.64.767.2]
(41)

10 Gambar 2.10 Mampam siger Posisi badan mendak, kedua tangan di letakkan di atas bahu, lalu badan memutar, saat proses memutar menggunakan kaki kanan hingga kembali ke tempat semula, proses sampai menjadi posisi duduk.

11 Gambar 2.11 Ngelik mejong kanan dan kiri Posisi badan duduk jongkok, kedua tangan di arahkan ke kanan sambil di ukel atau ngelik, lalu di arahkan ke kiri sambil di ukel atau ngelik (serong kanan atas

[image:41.595.95.523.62.766.2]
(42)

12 Gambar 2.12 Ngelik temegi Gambar di samping adalah proses berdiri dengan posisi jongkok, kedua tangan serong kanan dan kiri. Lalu berdiri.

13 Gambar 2.13 Ngelik kanan kiri Posisi badan tegak, tangan kanan tegak ke atas di ukel atau ngelik membuka, tangan kiri sejajar dada, telapak tangan kiri tegak membuka, kaki kiri dibuka ke samping dengan gerak maju dan mundur.

[image:42.595.94.521.69.767.2]
(43)
[image:43.595.97.520.68.758.2]
(44)

15 Gambar 2.15 Lapah tabikpun Posisi badan mendak, kedua tangan di ukel atau ngelik secara bergantian ke kanan dan kiri lalu bergerak lari kecil memutar sambil mencari posisi.

16 Gambar 2.16 Bebalik kenui bebayang Posisi badan mendak serong ke kanan kiri dengan kedua tangan diarahkan serong ke kanan dan kiri secara

bergantian, lalu posisi badan diarahkan ke kiri diikuti kedua tangan.

Tangan kanan letakkan di atas tangan kiri dan

[image:44.595.94.524.65.762.2]
(45)

tangan ke samping).

[image:45.595.95.520.61.754.2]
(46)
[image:46.595.96.523.67.765.2]
(47)
[image:47.595.99.526.67.755.2]
(48)

20 Gambar 2.20 Mampam kebelah Posisi badan mendak dan berputar, tangan kanan di letakkan di atas bahu dengan telapak tangan membuka ke atas dan tangan kiri

direntangkan ke bawah (begitu pula sebaliknya).

[image:48.595.95.524.71.725.2]
(49)
[image:49.595.96.523.68.777.2]
(50)

23 Gambar 2.23 Mutogh Posisi badan level sedang, dengan posisi kedua tangan di ukel atau ngelik serong depan. Telapak tangan tegak membuka ke arah depan. Tangan mengukel atau ngelik lalu berputar mencari

posisi.

24 Gambar 2.24 Umbak Posisi badan mendak serong

[image:50.595.94.524.66.561.2]
(51)

25 Gambar 2.25 Kenui bebayang khanggal Posisi badan mendak, kedua kaki diarahkan ke samping kanan dan kiri. Tangan diletakkan di depan dada secara bersilangan.

[image:51.595.95.523.67.762.2]
(52)

26 Gambar 2.26 Mutogh mampam kebelah Posisi badan mendak sambil berputar di tempat, kedua tangan direntangkan ke samping dengan tangan kanan level rendah, dan tangan kiri level tinggi dengan telapak tangan menutup, kaki kanan berada di belakang kaki kiri untuk membantu berputar 360º. Begitu pula sebaliknya.

27 Gambar 2.27 Ngeguwai siger Para penari membentuk pose seperti siger.

[image:52.595.97.522.70.721.2]
(53)

2.1.2.4 Tata Rias, Busana, dan Iringan Musik Tari Muli Siger

Tata rias, busana, dan iringan musik tari Muli Siger dijelaskan lebih jelas dan singkat di bawah ini.

2.1.2.4.1 Tata Rias

Dalam pementasan Tari Muli Siger, tata rias yang dipergunakan adalah tata rias koretif (corrective make-up), yakni rias cantik dengan mempertebal garis-garis pada mata, bibir, pipi, dan hidung. Warna pokok yang dipakai pada tata rias tari Muli Siger yaitu warna putih, kuning, dan biru pada kelopak mata, sedangkan warna merah dipakai pada bagian pipi.

2.1.2.4.2 Busana dan Aksesoris

[image:53.595.95.466.375.750.2]

Berikut adalah macam-macam busana dan aksesoris tari Muli Siger. Tabel 2.3. Busana dan Aksesoris Penari Tari Muli Siger

No Nama Busana dan

Aksesoris Gambar

1 Gambar 2.28

Siger atau Makuto

2 Gambar 2.29

Gaharu

3 Gambar 2.30

Sanggul

4 Gambar 2.31

(54)

5 Gambar 2.32

Kalung papan jajar

6 Gambar 2.33

Gelang kano, gelang duri,

dan gelang burung

7 Gambar 2.34

Anting

8 Gambar 2.35

Bebe

9 Gambar 2.36

Peneken

10 Gambar 2.37

Kain Tapis

11 Gambar 2.38

Selendang tapis

12 Gambar 2.39

[image:54.595.94.468.63.743.2]
(55)

13 Gambar 2.40

Kain Selendang Putih

(Foto: Zefrisya,2012)

Gambar 2.41 Para penari mengenakan busana dan aksesoris tari Muli Siger. (Foto: Pungki, 2012)

2.1.2.4.3 Iringan Tari Muli Siger

Tari Muli Siger diiringi oleh alat musik tradisional Lampung yang disebut dengan talo balak atau tala balak. Talo balak yang secara lengkap berjumlah 19 buah instrumen yang

dimainkan oleh 12 orang penabuh. Dalam penyajiannya, semua alat musik dimainkan secara bersama-sama atau sebagian saja sesuai dengan aturan yang ada. Kemudian hasil permainan alat musik talo balak ini disebut dengan istilah tabuhan. Talo balak

merupakan penentu irama dasar. Instrumen lain dalam formasi ini adalah tala lunik (balak berarti besar dan lunik berarti kecil). Kelompok kedua adalah instrumen dengan fungsi sebagai pembawa lagu pokok, dipegang oleh kulintang. Kelompok ketiga

[image:55.595.92.467.66.425.2]
(56)

Keempat, kelompok yang berfungsi sebagai penghias irama disebut kendang yang dibantu oleh gujih yang mampu meramaikan irama. Warna atau karakter tabuhan tari Muli Siger masih kental dan terdengar klasik. Dengan demikian tari Muli Siger yang

diiringi oleh tabuhan sangat melodis dan harmonis dengan gerak tarinya.

2.1.2.4.4 Aspek Ruang atau Pola lantai Tari Muli Siger

Ruang adalah sesuatu yang tidak bergerak dan diam sampai gerakan yang terjadi di dalamnya mengintrodusir waktu, dan dengan demikian mewujudkan ruang sebagai suatu bentuk, suatu ekspresi khusus yang berhubungan dengan waktu yang dinamis dari gerakan (Hadi 1996: 13).

Arah merupakan aspek ruang yang mempengaruhi efek estetis ketika bergerak melewati ruang selama tarian itu berlangsung, sehingga ditemukan pola-polanya, dan sering dipahami sebagai pola lantai. Pola lantai adalah pola atau wujud yang dilintasi atau ditempati oleh gerak-gerak para penari di atas lantai dari ruang tari tertentu (Meri 1965: 17).

[image:56.595.90.532.600.746.2]

Dalam pergelaran tari membuat komposisi pentas dengan baik, dinamis dan menarik melalui pola-pola gerak, pola lantai, desain gerak, yang dibuat oleh penari. Berikut adalah pola lantai tari Muli Siger.

Tabel 2.4. Pola Lantai Tari Muli Siger

No. Bentuk Pola Lantai Gerak Yang Dilakukan

1. - Lapah ngusung siger

- Butakhi 2 4 6

(57)

2. - Butakhi

- Samber melayang

- Pungu ngelik kanan dan ngelik mit kanan

3. - Busikhena kanan kiri

4. - Samber melayang

- Pungu ngelik kanan dan ngelik mit kanan

- Busikhena kanan kiri

5. - Bebalikh ngelik kanan dan kiri - Kanluk

- Ngelik kanan dan kiri mundur

6. - Mampam siger

- Ngelik mejong kanan dan kiri - Ngelik temegi

7. - Ngelik kanan kiri

- Mejong kenui bebayang - Lapah tabikpun

- Bebalikh kenui bebayang 6 4 2 5 3 1 6 4 5 3 2 1 6 4 5

3 2

1 2 4 6 1 3 5

1 6 4

(58)

8. - Kenui bebakhis

- Kenui ngangkat ko kepi - Ngelik ngehaman

9. - Mampam kebelah

10. - Hentak kukut

- Ngelik ke arah masing-masing (selanjutnya pola 11)

11. - Sampai pada pola (sebelumnya ngelik)

- Mutogh

12. - Umbak

- Kenui bebayang khanggal - Mutogh mampam bebelah - Lapah tabikpun

(59)

2.1.3 Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran

Pengajaran meliputi tiga langkah, yaitu langkah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pengajaran. Dalam pengajaran sebagai suatu sistem, langkah perencanaan program pengajaran memegang peranan yang sangat penting, sebab menentukan langkah pelaksanaan dan evaluasi. Keterpaduan pengajaran sebagai sistem bukan hanya antara komponen-komponen proses belajar mengajar, tetapi juga antara langkah yang satu dengan langkah berikutnya. (Ibrahim, 2010: 55)

a. Pelaksanaan Program Pengajaran

Ada empat langkah pokok yang biasa dilakukan dalam keseluruhan proses program pengajaran evaluasi awal, pelaksanaan pengajaran, evaluasi akhir, dan tindak lanjut. (Ibrahim, 2010: 132)

1. Evaluasi Awal

Evaluasi awal dilakukan sebelum pelajaran diberikan. Tujuan atau fungsinya adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenal pelajaran yang bersangkutan. 2. Pelaksanaan Pengajaran

Setelah evaluasi awal dilakukan langkah berikutnya ialah melaksanakan pengajaran sesuai dengan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan.

13. - Ngeguwai siger

2 4 6 1 3

(60)

3. Evaluasi akhir

Fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai siswa pada akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita bandingkan dengan evaluasi awal, akan dapat diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah kita berikan, disamping sekaligus dapat pula kita ketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa.

4. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil-hasil evaluasi yang telah dilakukan, guru dapat merencanakan kegiatan-kegiatan tindak lanjut yang perlu dilakukan baik berupa upaya perbaikan (remedial) bagi siswa-siswi tertentu, maupun berupa penyempurnaan program pengajaran.

b. Evaluasi Pengajaran

Bloom, Dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan mengumpulkan fakta atau bukti-bukti secara sistematis untuk menetapkan apakah telah terjadi perubahan pada diri siswa, dan sampai sejauh mana perubahan yang terjadi (Sukarya, 2010: 12 12). Evaluasi pembelajaran merupakan komponen yang berperan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan aktivitas pembelajaran (Siddiq, 2009: 1-22).

Ada tiga bentuk evaluasi dalam pembelajaran. 1. Evaluasi program pembelajaran

Yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa kualitas program

pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Jadi dengan evaluasi program pembelajaran akan diperoleh tiga kemungkinan rekomendasi, yaitu program

pembelajaran tidak baik dan tidak boleh digunakan atau dilaksanakan, program

(61)

2. Evaluasi Proses Pembelajaran

Yaitu evaluasi yang dirancang untuk mengamati proses pembelajaran sedang berlangsung. Artinya dengan evaluasi proses dapat diketahui.

c. Pelaksanaan dan Evaluasi Pengajaran

Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun guru biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi yang diadakan akan memberi petunjuk kepada guru tentang bagian-bagian mana dari program tersebut yang sudah berhasil dan bagin-bagian mana pula yang belum berhasil mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. (Ibrahim, 2010:125)

2.1.4 Metode Demonstrasi

Pembelajaran tari Muli Siger dalam penelitian ini menggunakan metode demonstrasi. Diharapkan metode ini dapat memberikan hasil yang terbaik untuk pembelajaran tari Muli Siger di SMP Negeri 14 B. Lampung.

(62)

yang digunakan oleh seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau murid sekali pun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan suatu proses dengan prosedur yang benar disertai keterangan-keterangan kepada seluruh dunia (Sagala, 2003:210-211)

a. Kebaikan-kebaikannya

Metode demonstrasi mempunyai kebaikan-kebaikan, antara lain ialah:

1) Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

2) Membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

3) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

4) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.

5) Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

6) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

b. Kelemahan-kelemahannya

Metode demonstrasi mempunyai beberapa kelemahan, anatar lain sebagai berikut: 1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati

(63)

2) Untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat khusus. Kadang-kadang alat itu sukar didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tak wajar bila alat yang

didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

3) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan oleh murid-murid.

4) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

5) Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum. 6) Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika

proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

7) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

a. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. 2) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

3) Lakukan uji coba demonstrasi.

b. Tahap Pelaksanaan 1) Langkah Pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan

dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

(64)

c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

2) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

c) Yakinlah bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.

d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

3) Langkah Mengakhiri Demonstrasi

(65)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. (Sugiyono, 2011:3)

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Ciri yang

menunjukkan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif adalah pengamatan ditandai pengukuran yang dikendalikan dan terbuka, penilaian bersifat obyektif.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah I Wayan Mustika sebagai pencipta tari Muli Siger, Ahmad Khosim yang memiliki gelar Sutan Puan Marga Wesma, ia adalah anggota

(66)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011:308). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes praktik.

3.3.1 Pengamatan (observation)

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti. Dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan.

Observasi partisipan (Participant Observation) adalah melakukan penelitian yang terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Selama pembelajaran di lapangan, guru bidang studi seni budaya mengamati pembelajaran yang diberikan.

3.3.2 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan kejadian atau peristiwa yang sudah dilalui. Dokumentasi berupa bentuk tulisan, gambar, atau foto-foto. Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi yang berbentuk foto dan video selama pembelajaran di lapangan. Juga dokumentasi saat wawancara berlangsung dengan pihak sekolah yang terkait dengan penerimaan pembelajaran tari Muli Siger di SMP Negeri 14 Bandar Lampung. Alat dokumentasi berupa handphone, handycam, dan juga catatan-catatan tertulis. Handphone dan handycam digunakan untuk pengambilan foto dan video selama pembelajaran

(67)

3.3.3 Wawancara

Dalam melakukan penelitian ini melakukan wawancara secara face to face atau langsung bertatap muka. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara dengan I Wayan Mustika, sebagai pencipta tari garapan baru Lampung yaitu tari Muli Siger. Wawancara juga dilakukan dengan Ahmad Kosim yang memiliki gelar Sutan Puan Marga Wesma, ia adalah anggota MPAL Kab. Pesawaran.

Wawancara kepada I Wayan Mustika dilakukan untuk memperoleh data mengenai sinopsis tari Muli Siger, serta wawancara kepada Ahmad Kosim dilakukan untuk memperoleh data mengenai pemberian nama gerakan tarian menggunakan bahasa Lampung baku. Bahasa atau kata kata yang diberikan menggunakan bahasa Lampung Pepadun, Pubian.

Wawancara akan dilakukan juga dengan siswi-siswi ekstrakurikuler yang mengikuti pembelajaran tari Muli Siger, guru bidang studi seni budaya, dan siswi-siswi yang mengikuti pembelajaran di ekstrakurikuler tari di SMP Negeri 14 Bandar Lampung tentang pembelajaran tari kreasi Lampung baru yaitu tari Muli Siger.

3.3.4 Tes Praktik

(68)
[image:68.595.94.517.65.755.2]

Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Tes Praktik

No Aspek Skor Deskriptor

1 2 Teknik Gerak (wiraga) Ketetapan Gerak Terhadap Iringan Musik (wirama) 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku. Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan sikap yang wajar, tenang, namun sedikit kaku.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan sikap yang kurang wajar, namun tenang, dan tidak kaku.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan sikap yang tidak wajar, namun tenang, dan tidak kaku.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan sikap yang tidak wajar, tidak tenang, dan kaku.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan tepat terhadap iringan musik.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan tepat terhadap iringan musik, namun di akhir kurang tepat.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan tepat terhadap iringan musik, namun dipertengahan kurang tepat.

Siswi dapat menarikan tari tersebut dengan kurang tepat terhadap iringan musik hingga akhir.

(69)

3 Ekspresi (wirasa) 5

4

3

2 1

Siswi dapat menari dengan baik, yaitu dengan senyuman dari awal hingga akhir. Siswi menggunakan ekspresi dengan baik dari awal hingga akhir, namun masih terlihat gugup.

Siswi tersenyum tidak sampai akhir gerakan atau tidak semua gerakan siswa tersebut tersenyum.

Siswi kurang tersenyum.

Siswi tidak tersenyum sama sekali.

Penilaian dilakukan bersama dengan guru bidang studi seni budaya agar penilaian bersifat obyektif dan akurat. Setelah skor masing-masing didapat dari aspek yang dijadikan indikator penilaian yaitu teknik gerak, ketetapan gerak dengan iringan musik, dan ekspresi pada saat menari, maka dilakukan akumulasi penilaian lembar praktik. Setelah itu lakukan perhitungan untuk mengetahui nilai siswi berdasarkan dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel lembar pengamatan tes praktik yang memiliki skor maksimal 15. Selanjutnya setelah skor siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut:

NS = Skor siswa x skor ideal % Skor maksimum

3.4 Teknik Analisis Data

Menurut Susan Stainback, analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses

(70)

dalam penelitian kualitatif. Analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Pengambilan data berdasarkan pengumpulan data sifatnya objektif.

Langkah-langkah analisis data sebagai berikut.

1. Membuat perencanaan pada pembelajaran tari Muli Siger.

2. Melaksanakan pembelajaran tari Muli Siger dengan menggunakan metode demonstrasi.

3. Mengamati aktivitas guru dan siswi pada pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuan. 4. Menganalisis pembelajaran tari Muli Siger menggunakan metode demonstrasi.

5. Membagi 2(dua) kelompok untuk penilaian evaluasi dengan menggunakan pola lantai. 6. Menganalisis hasil tes gerak tari Muli Siger pada evaluasi pembelajaran yang

dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar. 7. Memberi nilai hasil tes praktik siswi dengan menggunakan rumus presentase sebagai

berikut.

NS = Skor siswa x skor ideal % Skor maksimum

8. Menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan kemudian diukur kualitas hasil menarinya menggunakan tolak ukur sebagai berikut.

Tabel 3.2 Penentuan Patokan Dengan Penghitungan Persentase Untuk Skala Lima Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Keterangan

85%-100% Baik Sekali

75%-84% Baik

60%-74% Cukup

40%-59% Kurang

0%-39% Gagal

(71)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama sampai dengan pertemuan kesepuluh

menunjukkan bahwa pembelajaran tari Muli Siger membantu siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mengembangkan pengetahuan dibidang seni tari.Dalam proses pembelajaran tari Muli Siger dapat langsung diikuti siswi sehingga siswi dapat mengenali gerak tari kreasi baru daerah Lampung.

2. Tari Muli Siger diajarkan dengan menggunakan metode demonstrasi. Dalam pembelajaran tari Muli Siger siswi kesulitan menggerakkan beberapa gerak tari. Dalam tempo lambat siswi mampu menggerakkannya dengan baik namun saat tempo cepat, siswi mengalami kesulitan. Ketika latihan menggunakan iringan musik dan pola lantai siswi awalnya terlihat kesulitan dalam menggabungkan gerakan dengan pola lantai, namun siswi terus berlatih dengan kelompoknya sehingga terlihat siswi mampu menarikan tari Muli Siger dengan baik.

(72)

Kesenian sebagai tempat pembelajaran ketika siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler musik tidak latihan.

4. Metode demonstrasi diterapkan pada pembelajaran tari Muli Siger dari pertemuan awal hingga pertemuan akhir. Metode demonstrasi merupakan metode yang tepat untuk pembelajaran tari Muli Siger. Hal ini terlihat pada siswi yang cepat menangkap gerakan yang didemonstrasikan daripada menerangkan nama gerakannya saja

sehingga membuat siswi semangat mengikuti pembelajaran tari Muli Siger. Dari pertemuan awal hingga pertemuan akhir terlihat peningkatan keseluruhan gerak tari Muli Siger pada siswi.

5. Metode demonstrasi membuat siswi bersemangat untuk belajar dan berlatih tari Muli Siger. Hasil pembelajaran tari Muli Siger pada kegiatan ekstrakurikuler tari di SMP

Negeri 14 B. Lampung menggunakan metode demonstrasi menunjukkan bahwa siswi sudah mampu memeragakan tari Muli Siger dengan baik. Sehingga kelemahan dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran ini hampir tidak ditemukan, hanya saja siswi yang kurang menangkap gerakan dengan kurang cepat membuat pengulangan mendemonstrasikannya dengan perlahan-lahan.

(73)

5.2 Saran

Kendala utama yang menghambat pembelajaran tari Muli Siger sehingga tidak dapat berjalan dengan lancar adalah digabungkannya ekstrakurikuler tari dan ekstrakurikuler musik dalam satu ruangan kesenian yang kurang luas. Disarankan kepada kepala sekolah untuk memperluas Aula Kesenian di SMP Negeri 14 B. Lampung agar proses

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Arshad, M. A, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Barnadib M. A., Ph. D., Imam. 1996. Dasar-dasar Kependidikan, Memahami Makna Dan

Perspektif Beberapa Teori Pendidikan. Yogyakarta: Balai Aksara-Yudhistira.

Budiningsih, C. Asri. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Mustika, I Wayan. 2012. Tari Muli Siger. Lampung: Anugrah Utama Raharja. N. K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudarsono, dkk. 2011. Tari-tarian Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto, B. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wetty S, Ni Nyoman.2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Lampung: Universitas Lampung.

Widaryanto, FX. 2007. Antropologi Tari. Bandung: Sunan Ambu Press.

Gambar

Gambar
Tabel 2.1. Urutan Gerak Tari Muli Siger
Tabel 2.2. Gambar Gerak Tari Dengan Penjelasannya
Gambar 2.3 Samber Melayang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teori konstruktivisme digunakan untuk melihat proses dan hasil pembelajaran tari halibambang menggunakan model discovery learning pada kegiatan ekstrakurikuler, yang

Ekstrakurikuler tari diharapkan untuk menambah kreatifitas siswa dalam menciptakan suatu gerakan tari karena di dalam pembelajaran di kelas hanya terbatas

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dengan melakukan pengamatan terhadap pembelajaran gerak tari sigeh penguten melalui metode demonstrasi

Tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran tari halibambang menggunakan

Peneliti memilih SMP Negeri 26 Bandar Lampung karena di SMP tersebut pada kegiatan ekstrakurikuler tari nya yaitu tari bedana, di SMP Negeri 26 Bandar Lampung ini tidak

Pembelajaran Seni Tari Dengan Menggunakan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas VII D Di SMP Negeri 1 Mlonggo merupakan pembelajaran seni budaya khususnya seni tari dalam

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses pembelajaran tari sigeh pengunten menggunakan metode demonstrasi pada kegiatan ekstakulikuler di SMP N 5

Salah satu program sekaligus upaya menumbuhkan peningkatan pemahaman dan apresiasi guru seni budaya SMP terhadap seni tari khususnya pada tari nusantara adalah dengan pelatihan tari