• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Ceramah di Babussalam oleh MIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Ceramah di Babussalam oleh MIF"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Memahami Karakteristik Akhir Masa Kanak-kanak

< Usia Kelas VI SD dan Kelas I SMP >

Oleh: MIF Baihaqi

Bahan Ceramah pada Orangtua Siswa di Babussalam Kamis, 23 Nopember 2006

Pukul 09.00 – selesai

A. Ciri Akhir Masa Kanak-kanak

1. Label yang digunakan oleh orangtua

- Usia yang menyulitkan. Anak tidak mau lagi menuruti perintah, ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orangtua dan anggota keluarga.

- Usia tidak rapi. Kebanyakan anak, terutama laki-laki, kurang memperhatikan dan tidak bertanggungjawab terhadap pakaian/benda-benda miliknya sendiri. Anak ceroboh dalam penampilan, kamarnya berantakan. Hanya beberapa saat saja bisa taat rapi, setelah itu berantakan lagi.

- Usia bertengkar. Terkadang anak laki-laki mengejek saudara perempuannya, kalau anak perempuannya membalas, terjadilah adu mulut dan saling memaki.

2. Label yang digunakan oleh pendidik

- Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, juga keterampilan penting tertentu.

- Periode kritis. Anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja biasa-biasa saja/rata-rata/di bawah/di atas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.

- Periode mengalah. Bagi anak perempuan, memperoleh nilai akademik yang lebih baik daripada anak laki-laki dianggap kurang sesuai dengan peran-seks kelompoknya, sehingga ia mulai mengembangkan kebiasaan untuk bekerja di bawah kemampuannya. ‘Dorongan untuk menghindari sukses’ yang menjadi ciri anak perempuan ini terbentuk sejak kelas V atau VI SD.

(2)

- Usia berkelompok. Perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.

- Usia penyesuaian diri. Karena itu anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku. Menurut Church dan Stone (1960), “bagi anak 7 atau 8 tahun, ukuran ‘dosa’ yang paling buruk berbeda dari ukuran anak lain... Ia meniru pakaian dan perilaku anak yang lebih tua dan mengikuti peraturan kelompok sekalipun bertentahngan dengan peraturan dirinya, keluarga, dan peraturan sekolah.”

- Usia kreatif. Anak-anak bila tidak dihalangi oleh rintangan-rintangan ling-kungan, oleh kritik, atau cemoohan orang-orang dewasa atau orang-orang lain, akan mengarahkan tenaga kedalam kegiatan kreatif. Pada masa ini akan ditentukan apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru dan orisinal.

- Usia bermain. Maksudnya, bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada dalam periode lain, tetapi karena terdapat tumpang tindih antara ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak remaja. Jadi alasan disebut usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain, bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.

B. Keterampilan Awal Masa Kanak-kanak

♦ Pada permulaan akhir masa kanak-kanak, anak-anak mempunyai sejumlah besar keterampilan yang mereka pelajari selama tahun-tahun prasekolah. Keterampilan ini, sebagian bergantung pada lingkungan, pada kesempatan untuk belajar, pada bentuk tubuh, dan pada apa yang sedang digemari oleh teman sebayanya.

♦ Perbedaan gender, tidak hanya terdapat dalam keterampilan bermain tetapi juga dalam tingkat kesempurnaan menampilkan permainan. Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam berbagai keterampilan yang melibatkan otot halus (melukis, menjahit, menganyam), sedangkan anak laki-laki pandai da-lam berbagai keterampilan yang melibatkan otot kasar (melempar bola basket, menendang bola, lompat jauh).

♦ Jenis keterampilan ada empat kategori:

- Keterampilan menolong diri sendiri (dapat makan, mandi, berpakaian, dan berdandan sendiri hampir secepat dan semahir orang dewasa).

(3)

- Keterampilan sekolah (tulis-baca-hitung, melatih ketekunan ibadah dan doa, menggambar-melukis-mewarnai-membentuk, pekerjaan tangan).

- Keterampilan bermain (melempar dan menangkap bola, naik sepeda, be-renang, dan keterampilan olahraga).

C. Emosi dan Ungkapan-ungkapan Emosi

♦ Umumnya, ungkapan emosional pada akhir masa kanak-kanak merupakan ungkapan yang menyenangkan. Anak tertawa genit atau tertawa terbahak-bahak, menggeliat-geliat, mengejangkan tubuh, atau berguling-guling di lantai. Pada umumnya menunjukkan pelepasan dorongan yang tertahan. Untuk standar orang dewasa (ungkapan emosional ini kurang matang), tetapi hal ini menandakan bahwa anak bahagia dan penyesuaian dirinya baik.

♦ Tidak semua emosi pada usia ini menyenangkan. Banyak ledakan amarah terjadi dan anak menderita kekhawatiran dan perasaan kecewqa. Anak pe-rempuan sering mencurahkan airmata. Anak laki-laki lebih banyak meng-ungkapkan kekesalan atau kekhawatirannya dengan cemberut danmerajuk.

♦ Cara meredakan emosi yang tidak tersalurkan (katarsis emosional) dapat menimbulkan cara baru bagi anak untuk mengatasi ungkapan emosional, agar sesuai dengan harapan sosial.

♦ Beberapa anak yang mempunyai teman akrab (sebelum masa kanak-kanak berakhir) mulai mengerti bahwa membicarakan pelbagai situasi yang me-nimbulkan emosi yang tidak menyenangkan (seperti kecewa, takut, cemburu, dan sedih) dengan teman, akan banyak membantu peredaan emosinya.

D. Pengelompokan Sosial dan Perilaku Sosial

♦ Ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkat-kan keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya.

♦ Dua atau tiga teman tidaklah cukup baginya. Anak ingin bersama dengan kelompoknya, karena dengan cara itu terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga, serta dapat memberikan kegembiraan.

(4)

♦ Geng anak-anak berbeda dengan geng remaja

♦ Beberapa cara peningkatan sosialisasi melalui keanggotaan kelompok (meng-ikuti geng) pada akhir masa kanak-kanak: belajar kepada kelompok, belajar menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar bermain dan berolah raga, belajar turut berbagi rasa dengan orang yang dianiaya, belajar bersikap sportif, belajar menerima dan melaksanakan tanggung jawab, belajar bersaing secara positif dengan orang lain, belajar perilaku sosial yang baik, belajar bekerja sama, belajar bebas dari orang-orang dewasa.

♦ Efek dari Keanggotaan Kelompok:

Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak; empat diantaranya sangat sering terjadi dan cukup gawat sehingga dapat mengganggu proses sosialisasi.

Pertama, menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orangtua. Berpengaruhnya anggota geng daripada orangtua membuat anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gengnya daripada dengan keluarga, sehingga anak tidak melakukan tugas-tugas rumah. Kalau orangtua menen-tangnya maka pertentangan orangtua-anak semakin meluas dan memperlemah ikatan emosional antara kedua pihak.

(5)

dengan anak perempuan, tetapi takut kalau-kalau sikap yang tidak menye-nangkan timbul dari anggota kelompoknya. Sehingga demi memenuhi setia kelompok, terjadilah cek-cok antara kelompok laki-laki dengan perempuan. Ketiga, kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda. Diskriminasi sering karena perbedaan rasial, selanjutnya pada saat anak menjelang masa puber berdasarkan pada perbedaan sosial ekonomi, juga perbedaan agama.

Keempat, merupakan akibat yang paling merusak, yaitu cara anak memper-lakukan anak-anak yang bukan anggota geng. Sekali anak-anak telah mem-bentuk geng, mereka sering bersikap kejam kepada anak-anak yang tidak dianggap sebagai anggota geng. Kecenderungan untuk bersikap kejam dan tidak berperasaan kepada anak yang bukan anggota kelompok biasanya mencapai puncaknya sekitar sebelas tahun.

E. Minat dan Kegiatan Bermain

♦ Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan psikologis sehingga semua anak sepatutnya diberi waktu dan kesempatan untuk bermain, serta didorong untuk mau bermain. Menurut Lever, “selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.”

♦ Anak yang tidak diterima oleh kelompok bermain, terpaksa melakukan kegiatan bermain sendiri, seperti membentuk sesuatu, menghibur diri dengan menonton televisi, mendengarkan radio, atau suntuk di depan play station.

♦ Anak cerdas, terutama bila telah bertambah besar, lebih banyak bermain sendiri daripada bermain yang bersifat sosial, dan hanya sedikit mengikuti kegiatan yang melibatkan permainan fisik yang berat daripada anak yang tidak terlampau cerdas.

♦ Dengan berjalannya waktu, bagi sebagian besar anak, bermain menjadi kurang aktif karena tergeser oleh hiburan-hiburan (film, radio, tv, VCD) dan bacaan yang semakin bertambah dan semakin populer.

F. Sikap dan Perilaku Moral

♦ Pada usia ini, konsep moral anak tidak lagi sesempit dan sekhusus sebelum-nya. Antara usia 7-12 tahun, konsep anak mengenai keadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar-salah (yang dipelajari dari orangtua) menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Menurut Piaget, “relativisme moral meng-gantikan moral yang kaku”. Sebagai contoh: Bagi anak 5 tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan bagi anak yang lebih besar, dia sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan; dan oleh karena itu, ia terpengaruh situasi, bahwa berbohong tidak selalu buruk.

(6)

Tingkat pertama, moralitas anak baik – anak mengikuti peraturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk mempertahankan hubungan-hubungan yang baik.

Tingkat kedua, moralitas konvensional – yaitu moralitas dari aturan-aturan dan penyesuaian konvensional. Jika kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi semua anggota kelompok, maka anak harus menyesuaikan diri dengan peraturan untuk menghindari penolakan kelompok dan celaan.

♦ Ketika anak mencapai akhir masa kanak-kanak, kode moral berangsur-angsur mendekati kode moral dewasa, dimana perilakunya semakin sesuai dengan standar-standar yang ditetapkan oleh orang dewasa.

♦ Perkembangan moral anak-anak, ditentukan oleh: peranan disiplin, perkem-bangan suara hati, pengalaman rasa bersalah, dan pengalaman rasa malu.

G. Pelanggaran Hukum pada Akhir Masa Kanak-kanak

♦ Beberapa pelanggaran ringan oleh anak yang lebih besar disebabkan oleh ketidaktahuan akan apa yang diharapkan dari padanya atau karena salah mengerti peraturan.

♦ Ada beberapa pelanggaran yang merupakan bentuk usaha anak (biasanya anak bandel) untuk menguji tokoh otoriter dan usaha memaksakan kemandiriannya; tetapi kebanyakan anak tidaklah berniat demikian. Pelanggaran yang dilaku-kan anak-anak sering karena ia menjadi korban ‘ajadilaku-kan’ teman yang lebih ‘dewasa’ dan karena keluguan/kepolosannya tanpa bisa mengukur resiko atau akibat ajakan perbuatan orang lain.

♦ Dengan kata lain, sebagian besar pelanggaran hukum merupakan akibat dari mikut sertanya anak dalam perbuatan geng yang salah, dan lemahnya pengawasan orang dewasa. Untuk mempertahankan kedudukannya di dalam kelompok, anak sadar bahwa ia harus berbuat sesuai dengan yang dilakukan gengnya, tanpa mempertimbangkan pandangannya terhadap perilaku tersebut.

♦ Meningkatnya pelanggaran di sekolah dapat diterangkan oleh kenyataan bahwa: a) anak yang lebih besar tidak lagi menyenangi sekolah seperti ketika masih kecil, b) anak tidak lagi menyukai guru seperti ketika masih duduk di kelas-kelas yang lebih rendah, c) anak menganggap beberapa mata pelajaran membosdankan sehingga ia ‘berhenti belajar’ dan tidak memusatkan perhatian pada matapelajaran tersebut, d) anak tidak lagi didukung oleh teman-teman sekelas seperti ketika duduk di kelas-kelas yang lebih rendah seperti apa yang diharapkan. Apapun penyebabnya, pelanggaran seringkali merupakan akibat kebosanan.

♦ Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, pelanggaran menjadi berkurang. Ini disebabkan kematangan fisik, kematangan psikologis, dan kurangnya tenaga untuk bergerak tak terarah. Banyak anak prapuber yang sama sekali tidak mempunyai tenaga untuk menjadi nakal.

(7)

Di rumah: berkelahi dengan saudara; merusak milik saudara; bersikap kasar kepada saudara yang dewasa; malas melakukan kegiatan rutin; melalaikan tanggung jawab; berbohong; tidak berterus terang; mencuri milik saudara; sengaja menumpahkan sesuatu.

Di sekolah: mencuri peralatan belajar; menipu teman; berbohong ke guru; menggunakan kata-kata yang kasar/kotor; merusak perabot sekolah; mem-bolos; mengganggu anak-anak lain dengan mengejek, menggertak, dan men-ciptakan gangguan; membaca komik atau mengunyah permen karet selama pelajaran berlangsung; berbisik-bisik, melucu, berbuat gaduh di kelas; ber-kelahi dengan teman sekelas; merokok sembunyi-sembunyi di luar area sekolah; berusaha kabur dari asrama.

H. Perubahan-perubahan Kepribadian

♦ Menjelang berakhirnya masa kanak-kanak, anak mulai mengagumi tokoh-tokoh (tokoh-tokoh sejarah, tokoh-tokoh nasional, cerita khayal, tokoh-tokoh sinetron, film, dan pemain olahraga). Anak-anak mulai membentuk konsep diri yang ideal, anak ingin menjadi seperti tokoh ideal itu.

♦ Menjelang puber hingga memasuki usia remaja, anak akan mencari identitas. Mereka sangat terpukai dengan anggapan bahwa mereka harus menyesuaikan diri dengan standar dalam penampilan, berbicara, berperilaku seperti yang ditetapkan oleh kelompok.

♦ Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri pada akhir masa kanak-kanak: kondisi fisik, bentuk tubuh, nama dan julukan, status sosial ekonomi, lingkungan sekolah, dukungan sosial, keberhasilan dan kegagalan, inteligensi, jenis kelamin.

I. Bahaya pada Akhir Masa Kanak-kanak

♦ Setiap perkembangan senantiasa diikuti peluang bahaya (yang berisi resiko-resiko) akibat perkembangan yang salah-suai dan peluang bahagia. Bahaya bisa berupa bahaya fisik dan bahaya psikologis.

♦ Bahaya fisik berupa: penyakit, kegemukan, bentuk tubuh yang tidak sesuai, kecelakaan, ketidakmampuan fisik, kecanggungan dalam berpenampilan, kesederhanaan/tak memperhatikan penampilan.

♦ Bahaya psikologis berupa: bahaya perkembangan bicara, bahaya emosi, baha-ya sosial, bahabaha-ya bermain, bahabaha-ya konsep diri, bahabaha-ya moral, bahabaha-ya baha-yang menyangkut minat, bahaya hubungan keluarga, bahaya dalam perkembangan kepribadian.

J. Kebahagiaan pada Akhir Masa Kanak-kanak

(8)

sekolah dan di rumah), keberhasilan dalam melaksanakan tanggung jawab akan menambah bentuk kebahagiaan.

♦ Bila sekolah dapat memenuhi kegiatan anak, maka perasaan terhadap sekolah dapat menjadi sumber kebahagiaan. Anak yang nilai sekolahnya baik, yang dapat menyesuaikan diri secara baik dengan guru dan teman-teman sekelas, yang gemar mempelajari hal-hal baru, dia akan semakin merasa bahagia.

♦ Sekalipun anak yang lebih besar semakin banyak bermain di luar rumah, tetapi suasana rumah dan hubungan-hubungan dengan berbagai anggota keluarga merupakan dua faktor yang sangat penting dalam kebahagiaan.

♦ Bagi anak yang tinggal di lingkungan asrama sekolah, maka penataan asrama dan hubungan yang baik dengan pengelola asrama, bisa menjadi sumber kebahagiaan. Sebaliknya suasana asrama yang tidak tertata dan hubungan antar-anggotanya yang membosankan, juga dapat mengurangi kebahagiaan masa kanak-kanak,

♦ Anak-anak yang memandang diri sendiri secara realistis, yang pengalaman kegagalannya menjadikan cambuk untuk mencari cara-cara yang lebih baik guna mencapai tujuan; atau dijadikan dorongan untuk mengubah harapan agar sesuai dengan kemampuannya, kalau besar nanti akan mudah beradaptasi dengan tantangan-tantangan baru yang akan dihadapinya. Demikian pula sebaliknya, kegagalan akademik, kegagalan sosialisasi, kegagalan usaha, akan berpengaruh negatif pada perkembangan selanjutnya.

Sumber Bacaan:

Referensi

Dokumen terkait

Kaitannya dengan guru maka motivasi kerja guru ini merupakan suatu kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku seorang guru yang berhubungan

Investments in the capital of banking, finan - cial and insurance entities that are outside the scope of regulatory consolidation, net of eligible short positions, where the bank

Dalam melakukan penelitian terhadap suatu konsep haruslah bertitik tolak dari objek material yaitu konsep dan filsuf itu sendiri tentang sesuatu hal, peneliti tidak

Ada tiga kabupaten yang memiliki IPM tertinggi yaitu Kota Bukitinggi, Kota Padang, dan Kota Padang Panjang untuk merencanakan pembangunan di Sumatera Barat harus

Kriteria lainnya yang baik untuk menentukan apakah kamma itu baik, dan seharusnya dilakukan atau apakah itu kamma buruk yang tidak seharusnya dilakukan, adalah, menurut

Dengan semakin banyaknya peminat untuk kegiatan camping, baik dari lembaga pendidikan atau perusahaan, Villa Pinus Kenteng menyediakan area Camping untuk mengadakan mengadakan

Digital forensik atau sering disebut juga sebagai komputer forensik adalah salah satu cabang dari ilmu forensik yang berkaitan dengan bukti legal yang masih terdapat

Prestasi loji kompos yang terlibat diukur melalui empat parameter iaitu kandungan nutrien seperti nitrogen dan kalium, nisbah karbon kepada nitrogen, kandungan kelembapan dan