• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI RANCANGAN PENELITIAN KONSEP SEPANJANG SEJARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI RANCANGAN PENELITIAN KONSEP SEPANJANG SEJARAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

RANCANGAN PENELITIAN KONSEP SEPANJANG SEJARAH 6.1. PENDAHULUAN

Bab VI ini menguraikan rancangan penelitian mengenai suatu konsep sepanjang sejarah, dan pikiran-pikiran para filsuf tersebut banyak ragamnya sebanyak filsuf itu sendiri. Oleh karena itu kita perlu pemilihan berdasarkan sejarah atau sistimatikanya.

Bab VI memberikan masukan kepada mahasiswa bagaimana meneliti suatu konsep seorang yang dianggap memiliki konsep filsafat. Dan hal ini sesuai dengan tuntutan penelitian filsafat yaitu menurut Bakker dan Charris 1990 objek material penelitian adalah suatu ide atau konsep filosofis, yang muncul kembali dalam filsafat segala jaman; misalnya hukum kodrat, keadilan, kebebasan, perang yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan objek formal adalah ide yang diambil sebagai ide filosofis, bukan sebagai ide antropologis, sosiologis, psikologis politis. Artinya konsep yang bersangkutan diambil sejauh dihubungkan dengan hakikat manusia, dan mempunyai tempat dalam suatu kerangka pikiran menyeluruh: antropologis, ontologis, aksiologis, mungkin juga epistemologis. Persoalannya adalah bagaimana mengklarifikasi konsep tersebut tergolong sebagai karya filsafat atau bukan. Bila konsep tersebut sudah merupakan karya filsafat untuk apa diteliti lagi?

Tujuan Instruksional Khusus

Untuk menjawab pertanyaan di atas maka perlu dijelaskan mengapa memilih suatu konsep sebagai objek material penelitian, menurut Bakker dan Charris (1990) karena maksud dan tujuan penelitian bermacam-macam maka perlu dilakukan inventarisasi, evaluasi kritis, sintestis, dan pemahaman baru. Dan yang lebih penting adalah minat dari peneliti sendiri, sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan dimana peneliti akan mengembangkan hasil penelitiannya.

Agar jelas bagaimana suatu rancangan penelitian mengenai suatu konsep, dapatlah diikuti contohnya sebagai berikut:

(2)

Usulan penelitian untuk tesis S2. Program studi Ilmu Filsafat. Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora. Program Pasca Sarjana. Diajukan oleh Soedarso. 9612/IV-9/75/97. Januari 1998.

Intisari

Objek material dari penelitian ini adalah suatu konsep tentang manusia yang pernah berkembang di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Suatu konsep yang dimaksudkan adalah ‘Kramadangsa’. Objek formal penelitian ini adalah filsafat manusia.

Konsep Kramadangsa untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Ki Ageng Suryomentaram (1892 - 1962) dan bermakna sebagai usaha bentuk kesadaran tentang diri yang keliru. Kekeliruan tersebut dikarenakan apa yang dipahami tentang dirinya bukanlah hakikat yang sesungguhnya. Penelitian ini bermaksud mengangkat dan merumuskannya lebih lanjut tentang Kramadangsa agar menjadi sebuah konsepsi filsafati. Metode yang digunakan adalah kepustakaan, dengan dukungan perangkat analisa dan sintesa. Dalam konsep Kramadangsa tersirat adanya penolakan terhadap “diri dalam artian murni”. Menurut konsep Kramadangsa diri tidak lain merupakan pribadi, tidak lain merupakan kumpulan aktualita.

6.2. LATAR BELAKANG

Ki Hadjar Dewantara pada suatu kongres budaya di Solo tahun 1935 menyatakan bahwa: “Hidup kita adalah kutipan dari hidup orang Barat, suara kita gema suara Eropa, sebagai ganti intelek kita tidak lain dari tas penuh dengan keterangan-keterangan, dalam jiwa kita ada kekosongan yang sedemikian besar sehingga kita tidak sanggup menangkap yang indah dan berharga dari dalam diri kita sendiri (Bakker, 1984: 129). Bangsa Indonesia telah begitu asing dengan pemikiran-pemikiran dan pandangan sendiri. Seolah-olah apa yang diterima sebagai pengetahuan adalah yang berasal dari Barat, tidak ada sedikitpun warisan pemikiran bangsa sendiri yang pantas untuk dihargai.

Meskipun hal tersebut diungkapkan pada tahun 1935 bukan berarti keadaan sekarang telah berubah. Kecenderungan untuk berpaling ke Barat dan menengok sebelah mata terhadap pandangan-pandangan maupun pemikiran-pemikiran bangsa sendiri kiranya masih mewarnai khasanah intelektualitas dewasa. Sebenarnya beberapa tokoh Indonesia telah berupaya mengangkat

(3)

serta membuat formulasi keilmuan yang mendekati kekhasan budaya asli. Adanya usaha mengupas tentang Pancasila, tentang Ekonomi Pancasila, tentang Demokrasi Pancasila, dan sebagainya merupakan contoh akan hal itu.

Khusus rnengenai khasanah kefilsafatan di Indonesia terdapat dua bentuk yakni:

1. Berupa perkembangan ilmu filsafat pada lembaga-lembaga ilmiah seperti pada perguruan tinggi.

2. Berupa pandangan hidup, seperti pada ungkapan-ungkapan, simbol-simbol, kitab-kitab klasik, maupun pandangan-pandangan yang hidup dan diyakini dalam, kehidupan sehari-hari.

Dari dua bentuk filsafat di Indonesia tersebut berjalan beriringan, namun yang pertama masih relatif asing khusunya bagi masyarakat awam, sedang yang kedua telah melekat dalam keseharian meskipun terkadang dengan pemahaman yang tidak lengkap (Azis, dalam Sutrisno, ed. 1986: 103). Yang menjadi permasalahan berkenaan dengan filsafat adaLah rumusan yang sistematis belum begitu menjiwai dalam pemahaman atas konsep-konsep sendiri, sehingga pemikiran-pemikiran bangsa Indonesia sendiri seolah-olah menjadi tidak ilmiah, tidak memenuhi asas pengetahuan, bahkan mungkin terlihat sebagai tidak filosofis walaupun sebetulnya filosofis.

Menghadapi permasalahan di atas, menjadi jelas bahwa tidak ada alasan yang memadai untuk menganggap bahwa bangsa Indonesia tidak memiliki pemikirannya sendiri. Pemikiran-pemikiran, pandangan-pandangan, dan konsep-konsep itu ada dan memerlukan sistematisasi yang lengkap, rnenyeluruh, baik dan benar. Asuseno (1992:7) mengemukakan bahwa bidang yang harus digarap para filsuf Indonesia antara lain adalah warisan pemikiran metafisika dan etika bangsa Indonesia; warisan itu perlu dianalisa dari segi pandangan tentang hakikat rnanusaia dan dunia. Warisan itu perlu ditempatkan dalam cakrawala filosofis manusia universal.

Peneliti menemukan adanya warisan pemikiran seorang tokoh Jawa, Ki Ageng Suryomentaiam ( 892- 1962). Pada masa hidupnya pernah menawarkan pembahasan tentang manusia dengan mengemukakan suatu term khusus yakni ‘Kramadangsa’. Yang merupakan eksistensi setiap orang, hahkan seolah-olah merupakan eksistensi setiap orang. Betapa tidak, hubungan antar manusia dapat dijelaskan melalui konsep ini. Bahwa hakikatnya cara berada orang di dalarn

(4)

dirinya dan di dalarn berhadapan di luar dirinya meneripatkan Kramadangsa sehagai ‘pribadi’.

Dari konsep rnanusia Krarnadangsa ini penulis berrnaksud mengadakan suatu sintesis baru, mengadakan suatu pemahaman yang Iebih komprehensif dan filsafati. Pintu ke arah sana menurut peneliti terbuka lebar dengan alasan: pertama apa yang dipaparkan oleh Ki Ageng Suryomentaram lebih bersifat deskriptif, landasan ontologis dan episternologis kurang begitu nampak. Yang kedua, dalam khasanah kefilsafatan khususnya filsafat rnanusia konsep Kramadangsa dapat diperbandingkan dengan konsep-konsep lain yang telah tersaji secara lebih filosofis. Dari dua alasan ini megharuskan peneliti mengadakan suatu analisis dan sintesis, untuk selanjutnya dimungkinkan pemekaran konsep yang tidak sedefinitif sebelumnya. Yang lebih memiliki arti penting dari penelitian ini adalah bahwa kramadangsa sebagai konsep tentang manusia betul-betul original dari segi semantik maupun pemaknaannya. Sehingga diharapkan akan muncul konsep ‘baru’ tentang apa itu hakikat manusia dan menjawab segala permasalahan yang ada di dalamnya, dalam angka panjangan pemikiran asli budaya bangsa Indonesia.

6.3. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian yang khusus tentang kramadangsa pernah dilakukan dalam studi ilmu Psikologi oleh Darmanto Jatman dengan judul: “Ilmu Jiwa Kramadangsa Satu Usaha Eksplitisasi dan Sistimatisasi dan wejangan-wejangan Ki Ageng Suryomentaram”, tesis S2, 1985. Yang membedakan dengan penelitian itu adalah dicari hakikat terdalam dari konsep kramadangsa, bukan melakukan Eksplisitasi dan sistimatisasi yang bersifat psikologis melainkan kefilsafatan. Tidak sebatas menerima konsep melainkan melakukan analisa kritis terhadapnya, bahkan berusaha melakukan suatu sintesa yang menghasilkan sebuah konsepsi yang memenuhi kaidah kefilsafatan.

6.4. MANFAAT YANG DIHARAPKAN

Bagi pembangunan negara, konsepsi manusia kramadangsa memberi gambaran dasar tentang manusia, sehingga secara tidak langsung dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dalam. pembangunan. Bagaimanapun titik sentral pembangunan adalah manusia, dan gambaran dasar tentang manusia menjadi memiliki kedudukan penting.

(5)

Bagi ilmu pengetahuan, penemuan konsepsi kramadangsa mernperkarya khasanah ash ke-ilmuan Nusantara. Umumnya bidang filsafat, dan khususnya filsafat manusia. Usaha-usaha penggalian kekayaan budaya bangsa senciiri semakin memantapkan kedudukan atas keberadaban manusia Indonesia dengan segala kekayaan ilmu dan pengatahuan yang ada di dalamnya.

6.5. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan membuat sintesis baru suatu konsep manusia yang telah ada. Konsep tersebut adalah konsep ‘kramadangsa’ yang untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh pemikir dan Jawa Ki Ageng Suryomentaram.

6.6. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian filsafat berkaitan dengan penelitian terhadapa aktifitas manusia. Keseluruhan aktifitas dipandang sebagai fakta, yang merupakan ekspresi manusia. Filsafat berusaha rnengungkapkan sedapat mungkin hakikat dan ekspresi-ekspresi yang berasal dari ‘orang sendiri’ lebih memungkinkan lebih relevan dengan kondisi faktual di Indonesia. Dan lebih beruntung karena ternyata dapat ditemukan adanya ekpresi-ekspresi tentang manusia dan orang sendiri tersebut. Sebagai contoh adalah adanya konsepsi kramadangsa sebagai sebuah konsep yang menjelaskan tentang perilaku manusia. Konsep kramadangsa ini untuk pertama kalinya diperkenalkan dari Jawa Ki Ageng Suryomentaram.

Suseno (1992:6) berkaitan dengan filsafat Nusantara menyatakan pendapatnya sebagai beikut : “Tidaklah cukup kalau filsafat di Indonesia membatasi diri pada kebanggaan atas warisan falsafi yang memang pantas dibanggakan. Filsafat Indonesia harus sanggup rnenganalisanya. Mengulang-ulang saja pemikiran lama tidak lebih daripada pelarian nostagis dari realitas yang sekaligus malahan menelantarkan warisan itu karena tidak sanggup menggali nilai yang sebenarnya”.

Seandainya pemikiran-pemikiran yang pernah diperkenalkan oleh para pendahulu tidak diperbaharui, diperlengkapi dikaji dan dianalisis, maka kemungkinan lenyap menjadi besar, karena berarti dengan itu tidak bisa hidup, tumbuh dan berkembang dengan baik.

Bagaimana untuk dapat menghidupkan, menumbuh kembangkan sebuah konsep lama tentulah bukan persoalan sepele. Namun usaha apapun lebih bijak daripada tidak ada sama sekali. Untuk permasalahan konsepsi filsafati manusia

(6)

perlu dianalisa landasan metafisika dan epistemologinya. Konsep kramadangsa yang telah diperkenalkan Ki Ageng Suryomentaram dianalisis secara seksama dengannya sebelum dimekarkan lebih lanjut. Dan untuk pemekaran perlu diperhatikan konsep-konsep filsafat yang berdekatan dengannya. Pada konsep kramadangsa pribadi secara murni tidaklah ada, pribadi ada dalam kompleksitas dengan segala pengalaman personal.

Yang agak dekat dengan konsep ini antara lain sebagairnana dijumpai pada analisis tentang manusia model Plato. Menurut Plato, manusia seharusnya dipelajari dari sudut kehidupan sosial dan politik. Pendekatan terhadap manusia bukanlah terhadap pribadi secara murni, melainkan pribadi dalam kedudukannya sebagai anggota masyarakat, yang hidup bersama-sama dengan yang lain. Manusia ibarat sebuah teks yang sulit, teks yang tetulis dengan huruf yang terlampau kecil sehingga tidak terbaca. Maka tugas pertama filsafat adalah ‘memeperbesar’ tulisan tersebut. Filsafat hanya mengajukan teori yang memadai tentang manusia, dapat meperbesar tulisan, hanya jika ia sampai pada teori tentang negara. Dalam teori tentang negara arti ‘teks’ yang semula tersembunyi seketika muncul dan apa yang semula kabur dan ruwet menjadi jelas dan dapat dibaca. Sementara itu, Comte juga sangat tidak setuju kepada pendekatan masalah manusia secara individual. Mengenal diri bagi Comte adalah mengenal sejarahnya (Cassirer, 1978: 97-99)...dstnya

6.7. HIPOTESIS

Contoh: Konsepi manusia kramadangsa Ki Ag mg Suryomentaram merniliki kelemahan metodis. Pembaharuan dan pengkonstruksian kembali konsep tersebut akan menghasilkan konsep bahwa manusia tidak memiliki pribadi murni melainkan suatu akumulasi dan konstruksi rumit berkaitan dengan segala pengalamannya.

6.8. METODOLOGI PENELITIAN 6.8.1. Bahan Penelitian

Objek material penelitian ini adalah suatu konsep tentang manusia. Sedangkan objek formalnya adalah filsafat manusia sejauh berhubungan dengan hakikat manusia. Bahan utama penelitian ini adalah buku-buku yang membahas konsepsi kramadangsa Ki Ageng Suryomentaram. Selanjutnya bahan penunjang utamanya adalah pustaka-pustaka tentang filsafat manusia segi akar bahasa dan

(7)

‘kramadangsa’. Sedangkan bahan penunjang adalah kepustakaan tentang ilmu filsafat beserta beserta cabang-cabangnya dan tentang filsafat Jawa. Dimungkinkan pula observasi lapangan, yakni terhadap para pengikut atau anggota dari perkumpulan nama Ki Ageng Suryomentaram, jika studi kepustakaan dimasa masih memerlukan data tambahan.

6.8.2. Jalan Penelitian

Pertama-tama dikumpulkan semua bahan-bahan penelitian, untuk selanjutnya disistematisasi dan dideskripsi sejelas mungkin untuk dibuat suatu alur pemahaman. Kedua, dicari term-term kunci untuk memudahkan analisis dan sintesis.

Dari deskripsi, analisis dan sintesis, langkah ketiga adalah penyusunan kembali konsep kramadangsa dengan pemenuhan azas-azas kefilsafatan sehingga konsepsi menjadi jelas dan termasuk di dalam lingkup filsafat manusia. Langkah terakhir, adalah melakukan uji hipotesis dan uji konsepsional, sejauh mana manusia dengan hakikat dan dengan segala permasalahannya, dapat dijawab dengan konsepsi kramadangsa yang baru.

6.8.3. Analisa Hasil

Dalam analisis hasil, pada dasamya peneliti rnenggunakan unsur-unsur umum dalam penelitian filsafat yaitu:

a. Inerpretasi yaitu melakukan Interpretasi terhadap bahan, maksudnya menangkap arti suatu deskripsi kepustakaan.

b. Induksi dan deduksi yaitu mencari makna-makna objektif hasil interpretasi (induktif), kemudian mensistematisasikannya dikelompokkan dalam satu pengertian.

c. koherensi Intern mengumpulkan semua unsur-unsur struktural ditempatkan dalam suatu struktur yang konsisten.

d. Holistik yaitu maninjau objek material dalam interaksinya dengan seluruh kenyataan manusiawi.

e. Kesinambungan historis yaitu menemukan konsepsi yang baru berlandaskan pada yang lama dan mendapat arti dari relevansi baru.

f. Idealisasi yaitu pemahaman terhadap objek material maupun objek formal sedalam mungkin, dan pemahaman terstruktur dan aktualitas.

(8)

g. Komparasi yaitu membandingkan dengan berbagai konsep-konsep manusia dan filsuf lain, mengujinya dengan kenyataan manusia dan alam.

h. Heuristika yaitu mencoba menemukan jalan baru yang hersifat reflektif dan teruji secara rasional. Perumusan sistematis, penyelidikan asumsi dasar, pencarian alternatif, kemungkinan inkonsistensi, dan langkah pemekaan terhadap segala permasalahan.

i. Bahasa analogal yaitu melihat analogi dan yang terbatas kepada yang lebih luas.

j. Deskripsi yaitu semua dan hasil penelitian dibahasakan, diusahakan mencapai kesatuan antara bahasa dan pikiran.

Komentar dan kritik kita terhadap metodologi yang diajukan oleh Soedarso ini adalah membingungkan, dan objek material dan objek formal yang akan diselidiki serta sumber bahan atau teks yang akan diteliti tersebut tidak disebutkan. Namun marilah kita telusuri bagaimana Soedarso mempertahankan usulan ini di depan dosen pembimbing dan penguji nantinya.

(9)

Latihan

1. Berikan alasan mengapa anda memilih suatu konsep dan seorang filsufsebagai objek material penelitian.

2. 1’erangkan per bedaan antara penelitian tentang suatu konsep dengan penelitian teks naskah?

3. Terangkan cara pengumpulandata dalam penelitian suatu konsep.

4. Terangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penelitian suatu konsep. 5. Terangkan bagaimana anda melakukan analisis terhadap hasil penelitian anda. 6.9. PENUTUP

Rangkuman

Dalam melakukan penelitian terhadap suatu konsep haruslah bertitik tolak dari objek material yaitu konsep dan filsuf itu sendiri tentang sesuatu hal, peneliti tidak diperkenankan untuk memasukkan konsep peneliti dengan peneliti harus berusaha seobjektif mungkin. Kemudian objek formal artinya konsep tersebut diambil sejauh dihubungkan dengan hakikat manusia, dan mempunyai tempat dalam suatu kerangka pikiran menyeluruh: antropologi, ontologis, aksiologis maupun epistemologis.

Perlu penegasan tentang tujuan penelitian terhadap konsep; apakah inventarisasi, evaluasi kritis, sintesis, atau pemahaman baru. Semuanya itu ditelurusi melalui studi pustaka yang merupakan metodologi penelitian yang khusus bagi suatu konsep, berarti dengan mengikuti pikiran-pikiran filsuf-filsuf dan aliran itu sudah dengan sendirinya terjamin objek formal filosofis. Dalam pikiran mereka sudah termuat semua unsur metodis umum seperti berlaku bagi pemikiran filosofis yaitu interpretasi, induksi dan deduksi, koherensi intern, idealisasi, komparasi, heuristika, bahasa inklusif, deskripsi. Peneliti dituntut untuk menangkap logika pikiran orang lain, diperlukan dasar pemikiran filosofis yang kuat, baik sistirnatis maupun historis.

(10)

Soal Test Formatif

1. Jelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan penelitian satu konsep.

2. Terargkan metodologi yang digunakan untuk penelitian suatu konsep. 3. Rumuskanlah suatu persoalan mengenai penelitian suatu konsep. 4. Buatlah sebuah contoh hipotesis dalam penelitian suatu konsep.

5. Sebutkanlah kesulitan-kesulitan yang dihadapi peneliti dalam penelitian suatu konsep.

Kunci Jawaban Test Formatif

1. Data dan pengolahannya harus dikerjakan dengan seobjektif dan jujur tanpa memasukkan konsepsi peneliti ke dalamnya

2. Metode penelitian suatu konsep adalah dengan penelusuran kepustakaan; sebagai titik tolak menentukan objek material dan objek formal. Kemudian menelusuri pikiran-pikiran filsuf tersebut yang seharusnya telah memuat unsur metodis umum yaitu interpretasi, induksi dan deduksi, koherensi intern, holistika, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, bahasa inklusif, dan deskripsi.

3. Rumusan masalah dalam penelitian suatu konsep; contoh sebagai berikut; Sejauh mana konsep Kramadangsa dan Ki Ageng Suryomentaram mengandung unsur-unsur filsafat manusia.

4. Contoh sebuah hipotesis dalam penelitian suatu konsep:

Dalam konsep Kramadangsa Ki Ageng Suryomentaram tersirat adanya penolakan terhadap diri dalam antrian murni.

5. Kesulitan yang dihadapi dalam penelitian suatu konsep;

6. Peneliti harus objektif dalam mengumpulkan data dan melakukan analisis terhadap konsep dan kemudian menafsirkan sesuai dengan situasi zaman filsuf itu hidup. Oleh karena itu penguasaan terhadap bahasa asli filsuf sangatlah penting agar peneliti mampu mengikuti jalan pikiran filsuf tersebut.

(11)

Daftar Pustaka

Bakker, Anton dan Zubair, Achmad Charris Zubair 1990 “Metodologi Penelitian Filsafat”, Kanisius. Yogyakarta.

Soedarso 1998 “Kramadangsa Sebuah Konsep Tentang Manusia”, usulan proposal penelitian untuk memenuhi tugas kuliah Metodologi Penelitian Filsafat Program Pasca Sarjana UGM.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pelaksanaan pelayanan Perizinan Berusaha oleh DPMPTSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal g ayat (2) huruf a sesuai dengan ketentuan peraturan.. perundang-undangan

Dalam masyarakat desa, sebutan ustad ditujukan kepada mereka yang memiliki keahlian di bidang agama, mengajar Al-Qur’an kepada anak-anak desa di sebuah musholla atau masjid.

Penelitian ini bertujuan menganalisa kinetika, produk dan jenis korosi pada paduan kobalt (ASTM F 75) hasil metalurgi serbuk melalui variasi penambahan

Hanya karyawan yang memiliki harga diri yang tinggi yang dapat mempengaruhi penerapan Organizational Citizenship Behavior karena jika perusahaan dan manajer

Ada beberapa pipa baja dengan ketebalan dinding tertentu yang biasa digunakan pada mesin pendingin, adapun ukuran diameter pipa baja tersebut sama dengan ukuran

Flores perfectas, chasmógamas o cleistógamas, actinomorfas, blancas o blanco-azuladas, dispuestas en inflorescencias terminales o axilares, raro solitarias en el ápice de las

Perusahaan tambang di Kota Samarinda diharapkan agar segera melakukan perbaikan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan pertambangan tanpa harus menunggu warga

Analisis pengaruh economic value added (EVA) momentum, net profit margin (NPM), basic earning power (BEP), return on total assets (ROA), dan return on equity (ROE)