TOBIN’S Q SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
oleh:
HOTTUA SAMOSIR 117017008/Akt
MAGISTER AKUNTANSII FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TOBIN’S Q SEBAGAI VARIABEL MODERATING
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Oleh
HOTTUA SAMOSIR 117017008/Akt
MAGISTER AKUNTANSI SI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keputusan Investasi Perusahaan dengan Tobin’s Q
Sebagai Variabel Moderating.
Nama Mahasiswa : Hottua Samosir
Nomor Pokok : 117017008
Program Studi : Ilmu Akuntansi
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Dr. Rina Bukit, SE., M.Si., Ak) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Ekonomi,
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Dr. Rina Bukit, SE., M.Si., Ak
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak
Judul Tesis
ANALISIS PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, KESEMPATAN BERTUMBUH DAN SENSITIVITAS ARUS KAS TERHADAP KEPUTUSAN
INVESTASI PERUSAHAAN DENGAN TOBIN’S Q SEBAGAI VARIABEL MODERATING
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat utnuk
memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis
sendiri.
Adapun pengutipan–pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini
bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang
dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Juli 2014
Penulis,
TOBIN’S Q SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari likuiditas kesempatan bertumbuh, dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan investasi perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga menguji pengaruh moderating Tobin’s Q dalam hubungan antara likuiditas, kesempatan bertumbuh, dan sesitivitas arus kas dengan keputusan investasi perusahaan. Populasi penelitian ini adalah 138 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 - 2012. Sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling sebanyak 93 perusahaan. Sumber data penelitian ini berasal dari data Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan auditan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan model Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel likuiditas, kesempatan bertumbuh, dan sensitivitas arus kas berpengaruh terhadap keputusan investasi perusahaan. Secara parsial juga menunjukkan bahwa kesempatan bertumbuh,
sensitivitas arus kas dan Tobin’s Q berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi perusahaan. Dari hasil pengujian MRA, didapatkan bahwa Tobin’s Q merupakan variabel moderating pada pengaruh sensitivitas arus kas dan kesempatan bertumbuh terhadap keputusan investasi. Sebaliknya, Tobin’s Q merupakan variabel yang memperlemah pengaruh likuiditas terhadap keputusan investasi walaupun tidak signifikan. Besar pengaruh secara serentak variabel likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan
investasi dengan Tobin’s Q sebagai variabel moderating adalah signifikan.
AS MODERATING VARIABLE
(A Case Study at manufacture Companies in BEI)
ABSTRACT
The objective of the research was to verify the influence of liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity on the decision to invest by manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange. It was also to verify the influence of moderating Tobin’s Q in the correlation of liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity on companies’ decision to invest. The population was138 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange in the period of 2008-2012, and 93 of them were used as the samples, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and audited financial report, issued by the Indonesia Stock Exchange. This research used Moderated Regression Analysis (MRA) model. The result of the research showed that, simultaneously, the variables of liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity influenced companies’ decision to invest. Partially, opportunity to grow, cash flow sensitivity, and Tobin’s Q had significant influence on companies’ decision to invest. The result of MRA test showed that Tobin’s Q was moderating variable in the influence of cash flow sensitivity and opportunity to grow on the decision to invest. On the other hand, Tobin’s Q was the variable which insignificantly weakened the influence of liquidity on the decision to invest. Simultaneously, there was significant correlation of the variables liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity on the decision to invest with Tobin’s Q as moderating variable.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas Anugerah dan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak
lepas dari pengorbanan dan bantuan dari banyak pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
3. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, AK, CA, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA., selaku Ketua Program
Studi Akuntansi sekaligus Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan
saran, kritik, dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini untuk
semakin baik.
5. Ibu Dr. Rina Bukit, SE., M.Si., AK, selaku Ketua Komisi Pembimbing Tesis,
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, selaku Anggota Komisi
6. Bapak Dr. Parapat Gultom, MSIE selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan saran, kritik, dan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis ini untuk semakin baik.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak., selaku Sekretaris Program Studi
sekaligus Dosen Pembanding yang telah memberikan arahan, saran, dan
masukan kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan tesis ini serta
setiap urusan administratif.
8. Seluruh Dosen Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pemahaman selama masa
perkuliahan yang dilalui oleh penulis.
9. Seluruh Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
untuk setiap arahan administratifnya.
10.Kedua Orang Tua Saya, Ayahku P. Samosir dan Ibuku T. Sitinjak. Adik-adik
Saya, Hotlina Samosir, Rotua Samosir, Rantio Samosir, S.Pd., Tumpak
Samosir, Ida Samosir dan Romiana Samosir yang telah memberikan doa,
dukungan, dan motivasi dengan penuh kasih sayang baik moril maupun
materil kepada penulis.
11.Kekasihku, Harly Christy Maristella Siagian, S.Sos., yang telah memberikan
doa, dukungan, peringatan dan motivasi dengan penuh kasih sayang sehingga
dapat dengan segera menyelesaikan tesis ini.
12.Amangboruku Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd untuk setiap nasihat dan ilmu
berharga yang membuat penulis mampu menyelesaikan tesis ini.
Raflis Lubis, Adri Ihsan Nasution, Nova Mahendra SE., dan Evi Kurniawan,
SE.
14.Rekan-rekan mahasiswa Magister Akuntansi Khususnya Angkatan 2011
Ganjil (Hendra Marbun, Boris, Hendra, Yusuf, Christin Situmorang, Bang
Dudi) yang telah mendukung dan memberikan saran yang membangun
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih
diperlukan masukan dan saran yang membangun guna perbaikan dan
kesempurnaan, dan akhirnya harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Terima Kasih. Tuhan Memberkati. Amin.
Medan, Juli 2014
Data Pribadi
Nama : Hottua Samosir
Tempat/Tgl Lahir : Siparunggu, 16 November 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Ke : 1 (satu) dari 7 (tujuh) bersaudara
Agama : Kristen Katolik
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Pelajar Timur Perumahan Griya Unimed No. 2
No.HP : 085261317633
E-mail :hottuarealy@gmail.com/realysamosir@gmail.com
Orangtua : P. Samosir (Ayah) ; T. Sitinjak (Ibu)
Pendidikan
2011-2014 : Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program
Magister Ilmu Akuntansi
2007-2011 : Fakultas Ekonomi Program Strata-1 (S1) Jurusan
Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Medan
2003-2006 : SMK Handayani 2 Balige
2000-2003 : SLTP Negeri 1 Onan Runggu
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Kata Pengantar ... iii
Riwayat Hidup ... vi
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... viiii
Daftar Gambar ... vivi
Daftar Lampiran ... vvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Originalitas Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1 Signaling Theory ...8
2.2 Pecking Order Theory ... 9
2.3 Keputusan Investasi... 10
2.4 Likuiditas ... 13
2.5 Kesempatan Bertumbuh ... 16
2.6 Sensitivitas Arus Kas ... 17
2.7 Tobin’s Q ... 18
2.8 Penelitian Terdahulu ... 20
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 23
3.1 Kerangka Konseptual ... 23
4.2 Lokasi Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian ... 27
4.3 Populasi dan Sampel ... 28
4.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28
4.5 Metode Pengambilan Data ... 32
4.6 Model dan Teknik Analisis Data ... 32
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ... 38
5.1.1. Penentuan Sampel Penelitian ... 38
5.1.2. Data Variabel Penelitian ... 38
5.2 Statistik Deskriptif ... 40
5.3 Uji Asumsi Klasik ... 41
5.3.1. Pengujian Normalitas Model ... 43
5.3.2. Pengujian Multikolonieritas ... 43
5.3.3. Uji Heterokedastisitas ... 44
5.3.4. Uji Autokorelasi ... 45
5.4 Pengujian Hipotesis ... 46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 56
6.1 Kesimpulan ... 56
6.2 Keterbatasan ... 56
6.3 Saran ... 55
Tabel 5.1. Penetapan Kriteria Sampel ... 38
Tabel 5.2. Pengujian Multikolinearitas ... 44
Tabel 5.3. Hasil Pengolahan Model 1 ... 47
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual ... 23
Gambar 5.1. Curren Ratio Untuk Tiap Perusahaan ... 40
Gambar 5.2. Kesempatan Bertumbuh Untuk Tiap Perusahaan ... 41
Gambar 5.3. Sensitivitas Arus Kas Tiap Perusahaan...41
Gambar 5.4. Nilai Tobin’s Q untuk Tiap Perusahaan...42
Gambar 5.5. Keputusan Investasi untuk Tiap Perusahaan...42
Lampiran 1. Tabulasi Data Sampel
TOBIN’S Q SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari likuiditas kesempatan bertumbuh, dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan investasi perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga menguji pengaruh moderating Tobin’s Q dalam hubungan antara likuiditas, kesempatan bertumbuh, dan sesitivitas arus kas dengan keputusan investasi perusahaan. Populasi penelitian ini adalah 138 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 - 2012. Sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling sebanyak 93 perusahaan. Sumber data penelitian ini berasal dari data Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan auditan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan model Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel likuiditas, kesempatan bertumbuh, dan sensitivitas arus kas berpengaruh terhadap keputusan investasi perusahaan. Secara parsial juga menunjukkan bahwa kesempatan bertumbuh,
sensitivitas arus kas dan Tobin’s Q berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi perusahaan. Dari hasil pengujian MRA, didapatkan bahwa Tobin’s Q merupakan variabel moderating pada pengaruh sensitivitas arus kas dan kesempatan bertumbuh terhadap keputusan investasi. Sebaliknya, Tobin’s Q merupakan variabel yang memperlemah pengaruh likuiditas terhadap keputusan investasi walaupun tidak signifikan. Besar pengaruh secara serentak variabel likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan
investasi dengan Tobin’s Q sebagai variabel moderating adalah signifikan.
AS MODERATING VARIABLE
(A Case Study at manufacture Companies in BEI)
ABSTRACT
The objective of the research was to verify the influence of liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity on the decision to invest by manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange. It was also to verify the influence of moderating Tobin’s Q in the correlation of liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity on companies’ decision to invest. The population was138 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange in the period of 2008-2012, and 93 of them were used as the samples, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and audited financial report, issued by the Indonesia Stock Exchange. This research used Moderated Regression Analysis (MRA) model. The result of the research showed that, simultaneously, the variables of liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity influenced companies’ decision to invest. Partially, opportunity to grow, cash flow sensitivity, and Tobin’s Q had significant influence on companies’ decision to invest. The result of MRA test showed that Tobin’s Q was moderating variable in the influence of cash flow sensitivity and opportunity to grow on the decision to invest. On the other hand, Tobin’s Q was the variable which insignificantly weakened the influence of liquidity on the decision to invest. Simultaneously, there was significant correlation of the variables liquidity, opportunity to grow, and cash flow sensitivity on the decision to invest with Tobin’s Q as moderating variable.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi, telah menjadi
perhatian khusus dari masyarakat. Perkembangan perekonomian selalu dikaitkan
dengan pasar modal. Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa perkembangan pasar
modal akan memberikan dukungan kepada perkembangan perekonomian suatu
negara. Hal ini yang kemudian membuat banyak pihak yang menginginkan
perkembangan pasar modal yang signifikan. Kebutuhannya selain untuk
mendukung perekonomian nasional, juga mengingatkan aktivitas perputaran
keuangan masyarakat secara luas. Pasar modal menjadi sarana investasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat sebagai suatu calon investor ataupun investor
perusahaan. Melalui pasar modal, masyarakat mendapatkan informasi tentang
kinerja perusahaan. Informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam menentukan
strategi dan keputusan investasinya.
Informasi tentang perkembangan kinerja perusahaan menjadi hal yang
sangat penting karena berkaitan langsung dengan keinginan pemilik perusahaan
bahwa perusahaan harus mampu meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan
(Investor wealth). Manajemen perusahaan akan didorong oleh pemilik untuk dapat
bekerja dengan kebijakan sebaik mungkin dalam meningkatkan keuntungan
perusahaan. Isu untuk peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan. Sejak
dahulu konsep komersialisasi bisnis sudah menjadi hal yang harus dilakukan. Hal
perusahaan sebagai principal dan manajemen yang dipilih oleh pemilik sebagai
agent. Konflik ini menimbulkan rasa tidak saling percaya diantara kedua belah
pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan.
Keputusan investasi sangat penting bagi perusahaan. Tujuan dari
perusahaan berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dalam
rangka kegiatan investasi perusahaan, perlu dipikirkan juga penggunaan dana
yang dipakai. Keputusan investasi dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain
likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus kas. Jika perusahaan
memiliki likuiditas yang cukup maka kemungkinan perusahaan akan melakukan
investasi, sebaliknya jika perusahaan tidak memiliki dana yang cukup maka
kemungkinan perusahaan untuk melakukan investasi akan semakin kecil.
Kesempatan bertumbuh juga memiliki kontribusi untuk mempengaruhi keputusan
investasi. Jika kesempatan bertumbuh perusahaan cukup tinggi maka perusahaan
akan cenderung melakukan investasi untuk mencapai kemajuan yang lebih
optimal. Fazzari et al. (1998) menyatakan bahwa sensitivitas arus kas terhadap
investasi dipengaruhi oleh kendala keuangan yang disebabkan oleh adanya
masalah asimetri informasi di pasar modal. Degryse dan De Jong (2005)
menyatakan bahwa perusahaan dengan prospek yang buruk (Tobin’s Q yang
rendah) dalam hal menentukan keputusan investasi perusahaan mengalami
masalah dalam kebijakan manajerial sedangkan pada perusahaan yang berprospek
baik (dengan Tobins Q yang tinggi) dalam hal menentukan keputusan investasinya
perusahaan mengalami masalah asimetri informasi. Hasil penelitian yang mereka
(Tobin’s Q) yang rendah cenderung memiliki sensitivitas arus kas investasi yang
lebih besar.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh likuiditas,
kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus terhadap keputusan investasi pada
perusahaan memiliki masalah asimetri informasi dan perusahaan memiliki
masalah deskresi manajerial. Pada suatu kondisi, pemilik perusahaan tidak perduli
dengan kondisi apapun asalkan manajemen perusahaan dapat menghasilkan
keuntungan bagi pemilik perusahaan. Hal ini membuat manajemen harus
melakukan berbagai kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Salah satu kebijakan diantara begitu banyak kebijakan yang harus dilakukan
manajemen adalah kebijakan keuangan perusahaan. Dalam konteks kebijakan
keuangan perusahaan, kebijakan penetapan sumber pendanaan investasi atau
proyek yang dilakukan perusahaan menjadi faktor yang harus dan sangat penting
diperhatikan oleh perusahaan.
Pada dasarnya sumber pendanaan atas proyek-proyek yang dilakukan oleh
perusahaan terbagi atas dua bagian, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber
pendanaan eksternal perusahaan. Pecking Order Theory oleh Myers and Majluf
(1984) menekankan lebih diutamakannya penggunaan pendanaan yang berasal
dari internal perusahaan yaitu laba ditahan atau tambahan investasi yang
dilakukan oleh pemilik perusahaan. Sedangkan, Trade off Theory menyatakan
bahwa keberanian manajemen dalam melakukan pendanaan perusahaan yang
berasal dari dana eksternal seperti memberikan jaminan bahwa proyek yang
Kebijakan pendanaan pelaksanaan proyek perusahaan atau yang sering
disebut sebagai keputusan investasi perusahaan akan tergantung kepada kebijakan
manajemen dan asimetri informasi yang terjadi diantara pemilik perusahaan
dengan manajemen yang dipilihnya. Hasil penelitian yang didapatkan oleh
Degryse dan De Jong (2005), kemudian menjadi pemikiran utama ketika
penelitian ini akan dilakukan. Yaitu, bagaimana kebijakan manajerial dan asimetri
informasi dapat mempengaruhi keputusan pendanaan investasi perusahaan. Yakni,
keputusan pendanaan dinilai berdasarkan besarnya pengeluaran perusahaan
terhadap aset tetap. Dan, variabel karakteristik perusahaan sebagai pengujinya.
Penelitian dengan topik seperti ini, sebelumnya telah pernah diteliti oleh
Moyen (2004), Hoshi (1991), Kadapakkam (1998), dan Hubbard (1995).
Sedangkan di Indonesia telah pernah diteliti oleh Anjani (2012), Kurniati (2012)
dan Hidayat (2010). Setiap hasil penelitian tersebut memiliki pendapat yang
berbeda-beda tentang faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan investasi
di perusahaan tanpa mempergunakan variabel Tobin’s Q sebagai variabel
pemoderasi. Setiap penelitian tersebut yang berasal dari jurnal internasional
menggunakan cara dan metode penelitian yang berbeda-beda dan cenderung
sangat sulit untuk dilakukan secara matematis dan metode statistik. Penelitian
kemudian mengikuti mekanisme penelitian yang digunakan di beberapa penelitian
yang terdapat di Indonesia dengan menambahkan variabel independen sensitivitas
arus kas dan memasukkan Tobin’Q sebagai variabel pemoderasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Anjani (2012) menguji pengaruh dari
likuiditas, profitabilitas, kesempatan bertumbuh, dan hutang terhadap keputusan
berpengaruh terhadap Keputusan Investasi Perusahaan. Profitabilitas berpengaruh
terhadap Keputusan Investasi Perusahaan. Kesempatan bertumbuh sebagai
pemoderasi berpengaruh terhadap keputusan investasi. Sedangkan, Kurniati
(2012) hanya melakukan pengujian likuiditas perusahan terhadap keputusan
investasi sensitivitas arus kas sebagai pemoderasi. Likuiditas berpengaruh positif
dan signifikan terhadap arus kas. Sensitivitas arus kas memoderasi hubungan
likuiditas dan keputusan investasi.
Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel independent yaitu
Likuiditas, Kesempatan Bertumbuh dan Sensitivitas Arus Kas, 1 (satu) variabel
pemoderasi yaitu Tobin’s Q dan 1 (satu) variabel dependen yaitu Keputusan
Investasi. Dimana dalam penelitian ini akan menguji pengaruh likuiditas,
kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus terhadap keputusan investasi dengan
Tobin’s Q sebagai variabel moderating. Perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q
rendah maka mengalami diskresi manajerial dan perusahaan yang memiliki
Tobin’s Q tinggi mengalami asimetri informasi.
Berdasarkan latar belakang diatas kemudian peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan Judul: “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Kesempatan Bertumbuh dan Sensitivitas Arus Kas terhadap Keputusan Investasi Perusahaan dengan Tobin’s Q sebagai variabel Moderating” (Studi
Empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu, maka masalah yang
1. Apakah likuiditas, kesempatan bertumbuh, dan sensitivitas arus kas
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap keputusan investasi pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Tobin’s Q dapat memoderasi hubungan likuiditas, kesempatan
bertumbuh, dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan investasi pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh likuiditas, kesempatan bertumbuh
dan sensitivitas arus kas secara parsial dan simultan terhadap keputusan
investasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
2. Untuk menguji dan menganalisis Tobin’s Q dalam memoderasi hubungan
likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan
investasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini menjadi penambah informasi dan pengetahuan dari peneliti
tentang masalah keputusan investasi perusahaan.
2. Bagi Investor, Calon Investor dan Analis, penelitian ini bisa menjadi
penambah informasi didalam menetapkan kebijakan pendanaan investasi
perusahaan.
3. Bagi Calon Peneliti, penelitian ini akan bisa menjadi salah satu rujukan
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Anjani (2012) dan dimodifikasi dengan memasukkan pengaruh baru dari
penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2012) dan Kadapakkam (1998) serta
memberikan konsep baru dari penelitian Degryse dan De Jong (2005) dan
Kurniati (2012). Pada penelitian Anjani (2012) diuji faktor Likuiditas,
Kesempatan Bertumbuh, Profitabilitas dan Hutang. Penelitian ini kemudian tidak
lagi menggunakan variabel profitabilitas yang sudah dinyatakan berpengaruh pada
penelitian Anjani (2012). Sedangkan hutang juga tidak digunakan karena
cenderung lebih dekat kepada konsep keputusan struktur modal bukan kepada
keputusan investasi. Untuk memberikan kebaruan dalam penelitian ini,
digunakanlah konsep yang diuji pada penelitian Degryse dan De Jong (2005) dan
Kurniati (2012) yaitu menggunakan konsep Sensitivitas Arus Kas dan Nilai
Perusahaan. Sensitivitas Arus Kas akan digunakan sebagai variabel bebas
sedangkan Nilai Perusahaan yang dalam hal ini digunakan nilai Tobin’s Q akan
menjadi variabel pemoderasi. Hal tersebut dilakukan dikarenakan, sensitivitas
arus kas merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan manajemen dalam
tindakan keputusan investasi. Sedangkan Tobin’s Q menjadi alat evaluasi
kelayakan kinerja masa depan perusahaan. Modifikasi model, tahun penelitian dan
objek penelitian juga menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori 2.1.Signaling Theory
Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu
tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang
bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Signal dapat berupa informasi yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain
(Ratna dan Zuhrotun, 2006). Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
merupakan hal yang penting karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi
pihak di luar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku
bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan
datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada
perusahaan.
Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai
perusahaan merupakan signal positif yang dapat mempengaruhi opini investor
dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan
seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk
membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Signalling theory
pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga
saham sebagai indikator nilai perusahaan (Hasnawati, 2005). Peningkatan utang
diartikan oleh pihak luar sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban di masa yang akan datang atau adanya resiko bisnis yang rendah, hal
tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999).
2.2. Pecking Order Theory
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donaldson tahun 1961,
sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun
1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara
ringkas teori tersebut menyatakan bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan).
2. Apabila perusahaan memerlukan pendanaan dari luar (eksternal financing),
maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih
dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), namun apabila
masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
Menurut Myers dalam Kartika (2009) perusahaan lebih menyukai
penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas
dan laba ditahan. Urutan penggunaan sumber pendanaan menurut pecking order
theory adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal
Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak
memperoleh sorotan dari publik akibat penerbitan saham baru (Kartika, 2009).
Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang dari pada modal sendiri karena
dua alasan yaitu, pertimbangan biaya emisi, dimana biaya emisi obligasi lebih
murah dibandingkan biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena
penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Alasan kedua adalah
adanya kekhawatiran manajer bahwa penerbitan saham baru dapat ditafsirkan
sebagai kabar buruk oleh pemodal.
2.3. Keputusan Investasi
Keputusan investasi sangat penting bagi perusahaan, tujuan dari
perusahaan berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dalam
rangka kegiatan investasi perusahaan, perlu dipikirkan juga penggunaan dana
yang dipakai. Pecking order theory merupakan teori yang menjelaskan
bagaimana urutan-urutan penggunaan dana apabila perusahaan ingin berinvestasi.
Dalam teori ini diungkapkan bahwa hal utama yang dilakukan untuk mendanai
investasi tersebut adalah melalui sumber dana internal perusahaan, lalu melalui
hutang untuk pendanaan eksternalnya, dan yang terakhir dapat berupa saham atau
obligasi. Sumber dana internal yang digunakan perusahaan erat kaitannya dengan
likuiditas, untuk melihat kelancaran dalam melakukan investasi. Likuiditas yang
semakin tinggi menandakan bahwa adanya dana bagi perusahaan untuk
berinvestasi, sedangkan likuiditas yang rendah menandakan bahwa perusahaan
mengalami kendala dalam sumber dana internal sehingga mempengaruhi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut
pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar
perusahaan pada berbagai bentuk investasi (Purnamasari dkk, 2009). Keputusan
investasi dapat dikelompokkan kedalam investasi jangka pendek seperti investasi
kedalam kas, surat-surat berharga jangka pendek, piutang, dan persediaan maupun
investasi jangka panjang dalam bentuk tanah, gedung, kendaraan, mesin, peralatan
produksi, dan aktiva tetap lainnya. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001).
Kegiatan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang dibentuk
melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang
investasi. Selanjutnya Fama (1978) mengatakan bahwa nilai perusahaan
semata-mata ditentukan oleh suatu keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa keputusan investasi itu penting karena untuk mencapai tujuan perusahaan
hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan (Hasnawati, 2005).
Jenis pengeluaran modal tampaknya besar pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan karena jenis informasi tersebut akan membawa informasi tentang
pertumbuhan pendapatan yang diharapkan dimasa yang akan datang (Hasnawati,
2005). Mc Connel dan Muscarella (1984) menguji gagasan dalam kaitannya
dengan tingkat pengeluaran research dan development perusahaan. Ternyata
kenaikan dalam pengeluaran modal, relatif terhadap harapan-harapan
pengumuman, dan sebaliknya return negatif atas perusahaan melakukan
penurunan pengeluaran modal. Temuan ini membawa kepada suatu hasil bahwa
keputusan investasi yang dilakukan mengandung informasi yang berisi sinyal-
sinyal akan prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Sejalan dengan hal
tersebut, Chan et al. (1990) dalam Hasnawati (2005) menemukan bahwa harga
merespon pengumuman akan naiknya biaya research and development sebagai
suatu sinyal positif.
Myers (1977) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) pada
studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS
memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan tergantung pada
pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga prospek perusahaan
dapat ditaksir dari Investment Opportunity Set (IOS). Menurut Gaver dan Gaver
(1993) dalam Hasnawati (2005), IOS merupakan nilai investasi perusahaan yang
besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan oleh
manajemen dimasa mendatang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai
sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa
mendatang. Menurut Kole (1991), dalam Gaver dan Gaver (1993), nilai IOS
bergantung pada future discretionary expenditure yang pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih
besar dari biaya modal dan dapat menghasilkan keuntungan.
Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur
antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau
diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas,
lain-lain. Gaver dan Gaver (1993) juga menyatakan bahwa pilihan investasi di
masa depan tidak hanya pada proyek-proyek yang didanai dari kegiatan riset dan
pengembangan, namun juga kemampuan mengeksploitasi kesempatan untuk
memperoleh keuntungan.
2.4. Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan
perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas
tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi
juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi
uang kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang
mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa
perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak
mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut
insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
lancar. Dengan demikian, rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan keputusan investasi
perusahaan.
Adapun jenis-jenis dari rasio likuiditas, adalah sebagai berikut:
2.4.1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current
ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban
lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar maka
semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan (Sawir, 2009:10). Apabila
mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat
pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat
dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1. Dengan hutang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah
hutang lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah hutang lancar sama-sama dengan mengurangi
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
2.4.2. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio juga digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya
rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika
terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah
semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan. Quick ratio dapat
dihitung dengan formula:
2.4.3. Cash Ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat
menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan.
2.5. Kesempatan Bertumbuh
Masing-masing perusahaan mempunyai tingkat kesempatan bertumbuh
yang berbeda, tergantung pada struktur modal yang dimiliki perusahaan tersebut.
Menurut pecking order theory, perusahaan yang memiliki kesempatan
bertumbuh pertama-tama akan memilih sumber dana internal dan kemudian dana
eksternal yang berisiko rendah untuk membiayai proyek.
Kesempatan bertumbuh dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk
mengelola uang dengan cara menanamkan uang tersebut pada bidang-bidang
tertentu dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang
Benito (2003). Namun, kesempatan bertumbuh dapat juga diartikan sebagai
pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa
yang akan datang. Kesempatan bertumbuh yang identik dengan pertumbuhan
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan size
perusahaan, yang dapat diproksikan dengan peningkatan aktiva, ekuitas, laba dan
penjualan (Buferna et al, 2005).
Dalam perilaku pecking order, kesempatan bertumbuh memiliki pengaruh
terhadap penentuan pengeluaran pendanaan. Adanya asymmetric information
antara manajer dan pemegang saham memberi penjelasan tentang perlu adanya
financial intermediaries. Tidak semua perusahaan yang memiliki kesempatan
bertumbuh yang bagus (nilai NPV-nya positif) memiliki finansial slack yang
cukup untuk mendanai proyek. Perusahaan baru dan perusahaan yang memiliki
tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya tidak memiliki cukup dana (internal)
untuk membiayai proyek-proyeknya. Dengan hal diatas, perusahaan akan mencari
2005). Besarnya leverage tergantung pada seberapa besar kesempatan bertumbuh
yang dimiliki oleh perusahaan.
2.6. Sensitivitas Arus Kas
Sensitivitas arus kas terhadap investasi menggambarkan bahwa biaya
relatif lebih tinggi dari pendanaan eksternal dibandingkan dengan pendanaan
internal karena adanya informasi yang asimetris atau masalah keagenan.
Hovakimian dan Hovakimian (2005) mengatakan bahwa ada hubungan yang
positif antara pendanaan internal terhadap keputusan investasi karena adanya
keterbatasan likuiditas yang dihadapi perusahaan sebagai akibat dari perbedaan
biaya external financing dan internal financing.
Hovakimian (2009) menjelaskan bahwa perusahaan dengan sensivitas arus
kas positif akan menghadapi biaya modal eksternal yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan dengan arus kas tidak sensitif. Almeida et al.
(2004) menemukan bahwa level ketersediaan kas berhubungan dengan
kesempatan investasi di masa depan serta resiko bisnis yang akan dihadapi
perusahaan, tetapi berhubungan negative dengan tingkat kewaspadaan outside
investor.
Penelitian dari Soumaya (2012) merumuskan perhitungan sensitivitas Arus
Kas dengan menjumlahkan nilai dari Laba bersih yang dihasilkan perusahaan
dengan Depresiasi dan Amortisasi aset yang terjadi sepanjang tahun tersebut.
Perhitungan ini menunjukkan bagaimana perusahaan lebih condong dalam
penggunaan dana internal untuk melakukan atau mengambil tindakan keputusan
2.7. Tobin’s Q
Tobin’s Q atau biasa juga disebut Q ratio atau Q Teori diperkenalkan
pertama kali oleh James Tobin pada tahun 1969. James Tobin adalah ekonom
Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi dengan mengajukan
hipotesis bahwa nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya
penggantian aktiva perusahaan tersebut sehingga menciptakan keadaan
ekuilibrium.
Tobin’s Q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin’s Q
model mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva
berwujud dan aktiva tak berwujud. Nilai Tobin’s Q perusahaan yang rendah
(antara 0 dan 1) mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar
daripada nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar
menilai kurang perusahaan tersebut. Sedangkan, jika nilai Tobin’s Q suatu
perusahaan tinggi (lebih dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai
aktiva perusahaan yang tercatat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat
beberapa aktiva perusahaan yang tidak terukur atau tercatat.
Tobin’s Q atau Q ratio merupakan suatu model yang berguna dalam
pembuatan keputusan investasi. Menurut Ricardo (2009), Tobin’s Q meringkas
informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan.
Perusahaan meningkatkan modal saham jika Q tinggi karena jika nilai Tobin’s Q
di atas satu maka perusahaan akan menghasilkan rate of return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh biaya aktiva.
Pengukuran kinerja dengan menggunakan Tobin’s Q tidak hanya
pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar
termasuk investor. Tobin’s Q mewakili sejumlah variabel yang penting dalam
pengukuran kinerja, antara lain aktiva tercatat perusahaan, kecenderungan pasar
yang memadai seperti pandangan–pandangan analis mengenai prospek
perusahaan, dan variabel modal intelektual atau intangible asset.
Secara khusus, Tobin’s atau Q ratio sering digunakan sebagai alat
pengukur nilai intangible asset atau modal intelektual suatu perusahaan seperti
kekuatan monopoli, sistem manajerial dan peluang pertumbuhan. Karena adanya
modal intelektual inilah suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. .
Nilai Tobin’s Q atau Q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan
membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham
yang beredar dan hutang) dengan biaya penggantian aktiva. Rumus dasar ini
kemudian banyak dikembangkan lagi, diantaranya oleh Lindenberg dan Ross.
Lindenberg dan Ross (2009) mengembangkan metode untuk mengukur Tobin’s Q
dengan mengabaikan variabel intangible asset. Rumus Tobin’s Q ini kemudian
menjadi:
Untuk perhitungan yang lebih akurat, Yan Liu (2009) menambahkan biaya
iklan serta R & D sebagai proxy intangible asset, dengan rumus sebagai berikut:
Tobin’s Q = (ME + PS + DEBT) / (TA + Advertising + R & D)
Analis keuangan lain yang mengembangkan rumus Tobin’s Q adalah
Chung dan Pruitt (2003). Mereka mengembangkan rumus Tobin’s Q karena pada
Tobin’s Q = Market Value (Equity + Debt + Preferred Stock)
kenyataannya biaya penggantian aktiva seringkali tidak tersedia dan sulit
diperhitungkan. Oleh karena itu mereka menyamakan biaya penggantian aktiva
dengan nilai buku aktiva sehingga rumus Tobin’s Q menjadi:
Tobin’s Q = ME + PS + DEBT / TA
Dimana:
ME = Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga
penutupan saham
PS = Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar.
DEBT = (Total Utang + Persediaan –Aktiva Lancar)
TA = Nilai buku total aktiva perusahaan
Darmawati dan Khomsiyah (2003) telah menyesuaikan rumus Tobin’s Q
dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan–perusahaan di Indonesia. Rumus
tersebut sebagai berikut:
Tobin’s Q = ME + DEBT / TA
Menurut Maryatmo (2005) jika Q tinggi, perusahaan akan memutuskan untuk
meningkatkan investasi dan stok kapital, dan jika Q rendah, perusahaan akan
mengurangi investasi dan stok kapital.
2.5.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang keputusan investasi pada suatu perusahaan,
telah banyak dilakukan sebelumnya. Berikut ini merupakan rangkuman dari
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No Nama
(Tahun) Judul Variabel Hasil
1 Anjani (2012) Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Investasi Pada Perusahaan Food And Beverages Di Bursa Efek
Indonesia (Studi pada Perusahaan
Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009)
X1: Likuiditas
X2: Profitabilitas
X3: Kesempatan
Bertumbuh X4: Hutang
Y : Keputusan Investasi
Likuiditas, Kesempatan
Bertumbuh, dan
Hutang tidak
berpengaruh terhadap Keputusan Investasi Perusahaan.
Profitabilitas
berpengaruh terhadap Leputusan Investasi Perusahaan.
2 Christian (2013) Pengaruh Likuiditas dan Kesempatan Investasi Terhadap Keputusan Investasi Perusahaan
X1: Likuiditas
X2: Kesempatan
Investasi Y : Keputusan Investasi Perusahaan
Likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap keputusan investasi perusahaan
financially constrained dan non financially constrained.
Sedangkan
kesempatan investasi berpengaruh signifikan
negatif terhadap
keputusan investasi perusahaan financially constrained dan tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi
perusahaan non
Lanjutan Tabel 2.1
No Nama
(Tahun) Judul Variabel Hasil
3 Kurniati (2012) Likuiditas Perusahaan, Sensitivitas Arus Kas, dan Keputusan Investasi
X1: Likuiditas
Variabel Kontrol: Sales Growth Leverage Size Asset Tangibility Age Variabel Moderasi
Sensitivitas Arus Kas
Y: Keputusan Investasi
Likuditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap arus kas. Sensitivitas arus kas memoderasi hubungan
likuiditas dan
keputusan investasi.
4 Degryse
dan De Jong (2005) Investment and internal finance: Asymmetric information or managerial discretion?
X1 : Sensitivitas
arus kas. X2 : karakteristik
perusahaan Y: Kesempatan berinvestasi
Arus kas merupakan variabel yang sangat
penting dalam
menentukan keputusan investasi perusahaan. Sensitivitas arus kas, cenderung lebih besar pada perusahaan yang memiliki prospek yang buruk dengan kondisi kelebihan investasi
yang dialaminya.
Demikian sebaliknya
pada perusahaan
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1.Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis penelitian ini, maka dapat
[image:41.595.125.509.263.509.2]dinyatakan kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Likuiditas adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas
dalam memenuhi kebutuhan perusahaan baik jangka panjang maupun jangka
pendek. Likuiditas mengukur apakah ketersediaan kas untuk mendanai
investasinya. Perusahaan dikatakan tidak mengalami kesulitan dalam mendanai
investasinya apabila perusahaan mampu menghasilkan kas dalam membiayai
investasi. Semakin besar likuiditas perusahaan struktur modalnya/hutangnya akan
semakin berkurang karena dengan likuiditas yang tinggi, perusahaan memiliki
dana tersedia yang dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan LIKUIDITAS
(X1)
KESEMPATAN BERTUMBUH (X2)
SENSIVITAS ARUS KAS (X3)
KEPUTUSAN INVESTASI (Y)
TOBIN’S Q
perusahaan dengan modal sendiri dalam pengambilan keputusan investasi biaya
modal sendiri justru diperhitungkan daripada menanggung resiko.
Fazzari et all (1988) menyelidiki hubungan likuiditas (arus kas) dengan
keputusan investasi dengan mengklasifikasikan perusahaan sampel menjadi tiga
kelas berdasarkan rasio pembayaran deviden. Pengaruh likuiditas terhadap
investasi lebih tinggi daripada pengaruh kesempatan investasi terhadap
keputusan investasi. Hidayat (2009) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh
positif terhadap keputusan investasi. Likuiditas lebih sensitif terhadap keputusan
investasi pada perusahaan dengan kendala keuangan tinggi dibanding pada
perusahaan dengan kendala keuangan rendah. Kesempatan investasi lebih
berpengaruh terhadap keputusan investasi pada perusahaan dengan kendala
keuangan rendah dibanding perusahaan dengan kendala keuangan tinggi.
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan bahwa
perusahaan sedang berada dalam kondisi yang berpotensi memberikan
keuntungan di masa depan. Di sisi lain perusahaan yang tumbuh akan
memerlukan lebih banyak sumber pendanaan sehingga perusahaan yang tumbuh
akan membuka kesempatan bagi investor untuk berinvestasi. Penelitian Christian
(2013) menunjukkan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi dapat
meningkatkan keputusan investasi. Dengan kata lain, jika perusahaan mengalami
kondisi kesempatan bertumbuh yang tinggi maka akan meningkatkan keputusan
investasi dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kondisi kesempatan
Sensitivitas arus kas terhadap investasi menggambarkan bahwa biaya relatif
lebih tinggi dari pendanaan eksternal dibandingkan dengan pendanaan internal
karena adanya informasi yang asimetris atau diskresi manajerial.
Penelitian Hovakimian (2009) membahas mengenai pengaruh sensitivitas
cash flow terhadap investasi berbeda pada tingkat sensitivitas yang berbeda.
Penelitian Fazzari et al. (1998) menemukan bahwa tingkat sensitivitas arus kas
merefleksikan tingginya biaya modal eksternal dibandingkan biaya modal
internal, yang menyebabkan terjadinya informasi asimetris seperti yang juga
pernah diteliti oleh Mayers dan Majluf (1984) dan Greenwald, Stiglitz, dan
Weiss (1984) serta masalah keagenan.
Penelitian ini mengharapkan bahwa Tobin’s Q dapat memperkuat
hubungan antara likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus kas
terhadap keputusan investasi. Perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi,
kesempatan bertumbuh yang tinggi, sensitivitas arus kas yang tinggi cenderung
akan melakukan investasi jika perusahaan dalam kondisi Q yang tinggi.
Dengan pemikiran bahwa Tobin’s Q akan mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan peluang keuntungan yang baru atau yang sering
dinyatakan sebagai bentuk nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan menunjukkan
prospek kemampuan perusahaan dimasa yang akan datang. Sehingga, dapat
dinyatakan bahwa semakin tinggi nilai Tobin’s maka Q perusahaan akan semakin
meningkatkan hubungan likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sesitivitas arus kas
3.2.Hipotesis
Berdasarkan Kerangka konseptual yang disajikan diatas, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah:
H1 : Likuiditas, kesempatan bertumbuh dan sensitivitas arus kas
berpengaruh terhadap keputusan investasi secara parsial dan simultan
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Tobin’s Q dapat memoderasi hubungan Likuiditas, kesempatan
bertumbuh dan sensitivitas arus kas terhadap keputusan investasi pada
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kausal komparatif yang merupakan penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Variabel
dalam penelitian ini terdiri dari : (i) Variabel independen (bebas), yaitu variabel
yang menjelaskan atau variabel yang memprediksi variabel yang lain. (ii)
Variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan atau yang diprediksi
oleh variabel independen. Penelitian ini menggunakan Keputusan Investasi (KI)
sebagai variabel dependen. (iii) Variabel moderating, yaitu variabel yang dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q sebagai variabel
moderating.
4.2.Lokasi Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bukan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini
tidak akan menuju kepada sebuah lokasi, walaupun penelitian ini menggunakan
data yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, namun tidak akan dilakukan
observasi langsung kepada tempat tersebut. Penelitian ini akan menggunakan data
sekunder yang dikeluarkan oleh BEI, dan yang akan menjadi objek dari penelitian
4.3.Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini di download dari alamat: www.idx.co.id,
dengan jumlah populasi sebanyak 138 perusahaan yang terdaftar dalam kategori
saham sektoral manufaktur. Data populasi yang diambil pada periode tahun 2008
– 2012. Untuk menentukan sampel yang menjadi objek dari penelitian, digunakan
teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu (purposive sampling).
Adapun kriteria yang diinginkan dalam penentuan sampel penelitian ini adalah:
1. Merupakan perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan sejak
tahun 2008-2012.
2. Merupakan perusahaan yang melaporkan laporan keuangan auditannya
yang lengkap sejak tahun 2008-2012.
Dari kriteria pengambilan sampel maka dapat diperoleh jumlah perusahaan
yang memenuhi kriteria sebanyak 93 perusahaan dan 45 perusahaan tidak
memenuhi kriteria pengambilan sampel. Adapun nama dari 138 perusahaan
Populasi dan 93 perusahaan yang akan diambil sebagai sampel dapat dilihat pada
(lampiran 1).
4.4.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah pemahaman tentang teknis penelitian yang akan
dilakukan akan dijelaskan pada operasionalisasi variabel. Penelitian ini
menggunakan 2 (dua) jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen. Variabel independen terdiri dari likuiditas, kesempatan bertumbuh,
1. Variabel Independen a. Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber
informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.
Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan keputusan investasi
perusahaan. Kebijakan yang diambil untuk menanamkan modal pada satu atau
lebih aset untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang atau
permasalahan bagaimana manajer keuangan mengalokasikan dana ke dalam
bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang
akan datang (Degryse dan De Jong, 2005). Rasio ini diukur dengan mengikuti
model yang dibentuk oleh Kadapakkam (1998) dengan menggunakan rasio Cash
Stock pada tahun t. Likuiditas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
CR = Aset Lancar / Hutang Lancar b. Kesempatan Bertumbuh
Kesempatan bertumbuh dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk
mengelola uang dengan cara menanamkan uang tersebut pada bidang-bidang
tertentu dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang
Benito (2003). Menurut Fidhayatin (2012) kesempatan bertumbuh menunjukkan
pertumbuhan nilai pasar dari aset perusahaan dibanding dengan nilai buku aset
yang dimiliki perusahaan. Kesempatan bertumbuh dapat dihitung dengan cara
c. Sensitivitas Arus Kas
Sensitivitas arus kas adalah kemampuan perusahaan untuk
melakukan penyesuaian antara arus kas keluar dengan arus kas masuk.
Semakin sensitif arus kas suatu perusahaan, semakin penting bagi perusahaan
tersebut untuk melakukan penyesuaian antara arus kas keluar dengan arus kas
masuk. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soumaya (2012) dalam
penelitian ini sensitivitas arus kas di hitung dan diukur dengan:
SAK = Net Profit + Depresiasi dan Amortisasi 2. Variabel Moderating
a. Tobin’s Q
Tobin’s Q atau Q ratio merupakan suatu model yang berguna dalam
pembuatan keputusan investasi. Menurut Ricardo (2009), Tobin’s Q meringkas
informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan.
Perusahaan meningkatkan modal saham jika Q tinggi karena jika nilai Tobin’s Q
di atas satu maka perusahaan akan menghasilkan rate of return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh biaya aktiva.
Menurut Degryse dan De jong (2005) Tobin’s Q digunakan mengukur
prospek masa depan perusahaan atau sering dikatakan sebagai nilai perusahaan.
Menurut Maryatmo (2005) jika Q tinggi, perusahaan akan memutuskan untuk
meningkatkan investasi dan stok kapital, dan jika Q rendah, perusahaan akan
mengurangi investasi dan stok kapital.
3. Variabel Dependen Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut
pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar
perusahaan pada berbagai bentuk investasi (Purnamasari dkk, 2009). Kebijakan
yang diambil untuk menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk
mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang atau permasalahan bagaimana
manajer keuangan mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang
akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang (Degryse dan De
Jong, 2005). Keputusan investasi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Definisi operasional masing-masing variabel dan pengukurannya
[image:49.595.95.530.485.721.2]ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Defenisi Pengukuran Skala
Keputusan Investasi (Y)
Kebijakan yang diambil untuk menanamkan modal pada satu atau lebih aset untuk
mendapatkan keuntungan
dimasa yang akan datang atau
permasalahan bagaimana
manajer keuangan
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.
Rasio
Likuiditas (X1)
Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current Ratio=Aset Lancar/
Lanjutan Tabel 4.1
Variabel Defenisi Pengukuran Skala
Kesempatan Bertumbuh (X2)
Menunjukkan pertumbu-han nilai pasar dari aset perusahaan dibanding dengan nilai buku aset yang dimiliki perusahaan.
Rasio
Sensivitas
Arus Kas
(X3)
Sensitivitas arus kas adalah
kemampuan perusahaan
untuk melakukan
penyesuaian antara arus kas keluar dengan arus kas masuk. Semakin sensitif arus kas suatu perusahaan, semakin penting bagi perusahaan tersebut untuk melakukan penyesuaian antara arus kas keluar dengan arus kas masuk.
SAK = Net Profit + Depresiasi
dan Amortisasi Rasio
Tobin’s Q
(Z)
Mengukur prospek masa depan perusahaan atau sering dikatakan sebagai nilai perusahaan.
Tobin’s Q = Firm Market
Value/ Firm Book Value Rasio
4.5.Metode Pengambilan Data
Peneliti mengumpulkan data sekunder eksternal yang disusun oleh suatu
entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Data-data tersebut
diperoleh dengan men-download laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
menjadi sampel dari www.idx.co.id
4.6. Model Dan Teknik Analisis Data 4.6.1. Perumusan Model
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Analisis
regresi linier berganda (multiple regression). Dan untuk semakin meyakinkan
sebuah variabel pemoderasi. Sehingga, lebih lanjut model dari penelitian ini
adalah pengujian Moderated Regression Analysis (MRA). Ghozali (2013)
menyatakan bahwa dalam mekanisme pengujian MRA dengan menggunakan
model pengujian interaksi, maka akan terbentuk sebanyak 2 model dalam proses
pengujiannya. Adapun model regresi linier berganda awal yang dipakai dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Model I:
KI = β01 + β1CR+ β2GO + β3SAK + e
Keterangan :
KI = Keputusan Investasi CR = Current Ratio
GO = Growth Opportunity
SAK = Sensitivitas Arus Kas e = error term
Persamaan regresi berganda dengan tambahan variabel moderating dengan pengujian interaksi adalah sebagai berikut :
Model II
KI = β03 + β1CR+ β2GO + β3SAK + β4 TQ + β5CR*TQ + β6GO*TQ +
β7SAK*TQ + e
Keterangan :
KI = Keputusan Investasi CR = Current Ratio
GO = Growth Opportunity
SAK = Sensitivitas Arus Kas TQ = Tobin’s Q
e = error term
4.6.2. Pengujian Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat
histogram atau normal probabilitas plot. Apabila titik-titik penyebaran data berada
disekitar atau tidak menyimpang terlalu jauh dari garis distribusi normal, maka
data dari penelitian ini dapat dinyatakan berdistribusi secara normal (Ghozali,
2013).
4.6.3. Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel bebas (independen). Deteksi terhadap ada
tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menganalisis nilai Variance Inflation
Faktor (VIP) dan korelasi diantara variabel independen. Jika nilai VIP kurang dari
10, maka tidak terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2013).
Uji Heteroskedastisitas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari variabel tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika varians
berbeda disebut heteroskedastisitas. Jika angka signifikan yang diperoleh dari
persamaan regresi yang baru lebih besar dari alpha 5%, maka dikatakan tidak
terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika angka signifikan yang diperoleh lebih <