i
SKRIPSI
RIZKI NURHIDAYAH WAHYUDA
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN
SIROSIS HATI DENGAN
SPONTANEUS
BACTERIAL PERITONITIS
(SBP)
(Penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii
Lembar Pengesahan
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
SEFALOSPORIN PADA PASIEN SIROSIS HATI DENGAN
SPONTANEUS BACTERIAL PERITONITIS
(SBP)
(Penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang 2016
Oleh:
RIZKI NURHIDAYAH WAHYUDA NIM: 201210410311133
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt NIP. 195809111986011001
Pembimbing II Pembimbing III
iii
Lembar Pengujian
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
SEFALOSPORIN PADA PASIEN SIROSIS HATI DENGAN
SPONTANEUS BACTERIAL PERITONITIS
(SBP)
(Penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)
SKRIPSI
Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Pada tanggal 14 Mei 2016
Oleh:
RIZKI NURHIDAYAH WAHYUDA NIM : 201210410311133
Tim Penguji:
Penguji I
Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt NIP. 195809111986011001
Penguji II Penguji III
Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt Imanda Dyah R., S.Farm., Apt NIP. 1143110522 NRP. 4411624
Penguji IV Penguji V
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
SEFALOSPORIN PADA PASIEN SIROSIS HATI DENGAN SPONTANEUS BACTERIAL PERITONITIS (SBP) (Penelitian Dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan). Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada program studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selalu memberikan rahmat,hidayah, serta nikmat kepada hambanya-Nya, serta Rasullullah SAW yang sudah menuntun kepada rahmat Islam yaitu tujuan akhir manusia.
2. Bapak Yoyok Bekti P, M.Kep., Sp. Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu dr.Hj. Umi Aliyah, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan beserta jajarannya khususnya bagian farmasi klinik dan seluruh staff pegawai bagian rekam medik Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian ini. 4. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing 1, Ibu Nailis
v
terimakasih atas kesabaran dan waktunya untuk membimbing dan memberi saran, pengarahan, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 5. Ibu Sendi Lia Yunita, S.Farm., Apt selaku dosen wali beserta semua dosen
Program Studi Farmasi UMM, terimakasih untuk ilmu yang diberikan, kesempatan serta bantuannya selama penulis menempuh pendidikan
6. Kedua orang tua tercinta, ibunda Sri Wahyuning Widayat, A.md. Keb., dan ayahanda Darsa, S.Sos., Msi., dan adikku yang tersayang Kartika Amelia Permata Sari dan Ilham Fatahillah Ar rasyd, dan keluarga besar yang sangat saya cintai untuk doa dan motivasinya yang tiada henti menjadi penenang bagi penulis.
7. Sahabat dan teman yang terbaik Arini, Amel, Hasanah, Icha, Anita, Fatimah, Ninin, Rahayu, Dini, teman-teman Telo’s (Dita, Novan, Imah, Yuni, Abdi, Tyok, Pak dhe, Mas Ido) dan teman-teman farmasi UMM 2012 terima kasih atas perhatian, doa, motivasi selama ini.
8. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya dikarenakan keterbatasan, penulis mohon maaf dan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput dari bantuan dan doa yang telah diberikan.
Penulis tidak mampu membalas jasa yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam dunia farmasi dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya, serta berguna bagi penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikumwarahmatullahhiwabarakatuh
Malang, 30 April 2016 Penyusun,
vi
RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN SIROSIS HATI DENGAN SPONTANEUS BACTERIAL
PERITONITIS (SBP)
(Penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)
Sirosis hati merupakan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif ditandai dengan distorsi dari struktur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Sirosis hati meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas di negara-negara maju. Keseluruhan mortalitas sirosis di dunia diperkirakan 1.030.000 penduduk per tahun. Sirosis hati merupakan penyebab keempat mortalitas di Eropa Tengah, 170.000 penduduk per tahun di Eropa, dan 33.539 penduduk per tahun di Amerika. Di Indonesia, sirosis hati banyak dihubungkan dengan infeksi virus hepatitis B dan C karena penyalahgunaan alkohol lebih jarang terjadi dibandingkan negara-negara barat. Sekitar 57%, pasien sirosis hati terinfeksi hepatitis B atau C.South EastAsia Regional Office (SEARO) tahun 2011 melaporkan sekitar 5,6 juta orang di Asia Tenggara adalah pembawa hepatitis B, sedangkan sekitar 480 000 orang pembawa hepatitis C.
Manifestasi klinik dari sirosis hati antara lain meliputi hipertensi portal, asites, spontaneous bacterial peritonitis (SBP), varises esofagus, dan ensefalopati hepatik. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) merupakan komplikasi infeksi pada pasien dengan asites yang disebabkan oleh sirosis hati. Organisme yang paling sering terlibat dalam infeksi ini adalah Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan organisme enterik Gram-negatif lainnya. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) lebih dari 95% terjadi akibat translokasi bakteri. Translokasi bakteri dan endotoksin yang dihasilkan memicu produksi mediator inflamasi seperti sitokin dan vasodilator (nitrat oksida), hal tersebut mengakibatkan perubahan aliran darah maupun keseimbangan cairan tubuh/elektrolit yang berlebihan. Penatalaksanaan terapi SBP yaitu pemberian terapi albumin dan terapi antibiotik. Pemberian terapi albumin digunakan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid. Berdasarkan European Association for the Study of Liver (EASL) pemberian antibiotik empiris harus segera diberikan setelah diagnosis SBP karena organisme penyebab paling umum dari SBP adalah Bakteri aerob gram-negatif, seperti E. Coli. Sefalosporin generasi ketiga sebagai terapi antibiotik pertama pada SBP. Bakteri gram positif termasuk Streptococcus vidirans, Staphococcus aureus, dan entercoccus sp juga merupakan penyebab spontaneous bacterial peritonitis (SBP). Sefalosporin generasi pertama efektif terhadap sebagian besar bakteri Staphococcus aureus dan Staphococcus termasuk S.pyogenes, S.viridans dan S.pneumonia. Sefalosporin generasi keempat aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
vii
viiix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN....iii
KATA PENGANTAR.....iv
RINGKASAN.....vi
ABSTRACT.....viii
ABSTRAK.....ix
DAFTAR ISI ...x
DAFTAR TABEL...xiv
DAFTAR GAMBAR.....xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
DAFTAR SINGKATAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN ... …….1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Bagi Peneliti ... 4
1.4.2 Bagi Rumah Sakit ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Hati ... 6
ix xi
2.1.2 Sirkulasi Hati ... 7
2.1.3 Fungsi Hati ... 7
2.2 Sirosis Hati ... 10
2.2.1 Definisi Sirosis Hati ... 10
2.2.2 Epidemiologi Sirosis Hati... 10
2.2.3 Etiologi Sirosis Hati ... 11
2.2.4 PatofisiologiSirosis Hati ... 11
2.2.5 Manifestasi Klinis Sirosis Hati ... 12
2.2.6 Data Klinis dan Data Laboratorium Sirosis Hati ... 16
2.2.7 Penatalaksanaan Sirosis Hati ... 19
2.3 Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) ... 23
2.3.1 Definisi Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) ... 23
2.3.2 Epidemiologi Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) ... 24
2.3.3 Etiologi Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) ... 24
2.3.4 Patofisologi Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) ... 24
2.3.5 Penatalaksanaan Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) ... 25
2.4 Tinjauan tentang Obat ... 28
2.4.1 Sefalosporin ... 28
2.4.2 Mekanisme Kerja Sefalosporin ... 29
2.4.3 Mekanisme Resistensi Sefalosporin ... 31
2.4.4 Farmakodinamik dan Farmakokinetik Sefalosporin ... 31
2.4.5 Interaksi Sefalosporin ... 33
2.4.6 Kontraindikasi Sefalosporin ... 33
x xii
2.4.8 Penggunaan Teraupetik Sefalosporin pada SBP ... 33
2.4.9 Sediaan Sefalosporin yang Beredar di Indonesia ... 36
BAB IIIKERANGKA KONSEPTUAL ... 38
3.1 Kerangka Konseptual ... 38
3.2 Kerangka Operasional ... 41
BAB IV METODE PENELITIAN ... 42
4.1 Rancangan Penelitian ... 42
4.2 Populasi dan Sampel ... 42
4.2.1 Populasi ... 42
4.2.2 Sampel ... 42
4.3 Bahan Penelitian. ... 42
4.3.1 Kriteria Data Inklusi ... 42
4.3.2 Kriteria Data Eksklusi ... 43
4.4 Instrumen Penelitian ... 43
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 43
4.6 Definisi Operasional Penelitian ... 43
4.7 Metode Pengumpulan Data ... 44
4.8 Analisis Data ... 45
BAB V HASIL PENELITIAN ... 46
5.1 Demografi Pasein ... 47
5.1.1 Jenis Kelamin ... 47
5.1.2 Usia ... 47
5.1.3 Status Pasien ... 48
xi xiii
5.3 Pola Terapi Selain Antibiotik Pada Pasien Sirosis Hati ... 49
5.3 Pengunaan Antibiotik Golongan Sefalosporin ... 50
5.3.1 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Golongan Sefalosporin ... 50
5.3.2 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Tunggal ... 50
5.3.3 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Kombinasi Dua ... 51
5.3.4 Pola Penggunaan Switch Antibiotik ... 51
5.3.5 Lama Penggunaan Terapi Antibiotik ... 52
5.4 Lama Rawat Inap Pasien Sirosis Hati dengan SBP ... 52
5.5 Kondisi Pulang dan Status KRS ... 53
5.6 Profil Pasien SBP dengan Kondisi KRS Meninggal ... 53
BAB VI PEMBAHASAN ... 55
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
7.1 Kesimpulan ... 64
7.2 Saran ... 64
xiixiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Sebab-Sebab Sirosis dan atau Penyakit Hati Kronik ... 11
II.2 Penyebab Asites ... 14
II.3 Diagnosa Sindrom Hepatorenal ... 16
II.4 Obat-obat Vasoaktif ... 20
II.5 Klasifikasi Sefalosporin ... 29
II.6 Parameter Farmakokinetik Sefalosporin ... 32
II.7 Pemberian Antibiotika pada Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)……...35
II.8 Obat-obat Sefalosporin pada Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP)……...35
II.9 Sediaan Sefalosporin yang Beredar di Indonesia... 36
V.1 Jenis Kelamin Pasien SBP ... 47
V.2 Usia Pasien SBP ... 47
V.3 Status Pasien SBP ... 48
V.4Faktor Resiko Pasien Terdiagnosis Sirosis Hati dengan SBP ... 49
V.5 Pola Terapi Selain Antibiotik Pada Pasien Sirosis Hati ... 49
V.6Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Golongan Sefalosporin ... 50
V.7 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Tunggal ... 50
V.8 Pola Penggunaan Terapi Antibiotik Kombinasi Dua ... 50
V.9 Pola Penggunaan Switch Antibiotik ... 51
V.10 Lama Penggunaan Terapi Antibiotik ... 52
V.11 Lama Rawat Inap Pasien Sirosis Hati dengan SBP ... 52
V.12 Kondisi Pulang dan Status KRS ... 53
xiiixv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Anatomi dan Struktur Hati ... 6
2.2 Sirosis Hati ... 10
2.3 Patofisiologi Sirosis Hati ... 12
2.4 Asites . ... 14
2.5 Penatalaksanaan Hipertensi Portal dan Varices Esofagus ... 19
2.6 Struktur Sefalosporin ... 28
2.7 Mekanisme Sefalosporin. ... 29
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 40
3.2 Kerangka Operasional Penelitian ... 41
xiv xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Riwayat Hidup ... 71
2 Surat Pernyataan ... 72
3 Keteranagan Kelaikan Etik ... 73
4 Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ... 74
5 LPD Pasien Sirosis di Instalasi Rawat Inap RS. Muhammadiyah Lamongan .... 75
xv xvi
DAFTAR SINGKATAN
AASLD : American Association for the Study Liver Diasease
AAT : Aspartate Aminotransferase
ADH : Antidiuretik Hormone
AF : Ascitic Fluid
AKI : Acute Kidney Injury
ALT : Alanin Aminotransferase
AST : Aspartat Aminotransferase
BT : Bactrial Translocation
DM : Diabetes Meilitus
DNA : Deoxyribose Nucleic Acid
EASL : European Association for the Study of Liver
GGT : Gamma Glutamin Transamin
Hb : Hemoglobin
HBV : Hepatitis B virion
Hct : Hematokrit
HCV : Hepatitis C virion
HDL : High Density Lipoprotein
HRS :Hepatorenal Syndrome
HT : Hipertensi
HVPG : Hepatic Venous Pressure Gradient
IM : Intra Muskular
ISO : Informasi Sediaan Obat
IV : Intra Vena
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
xvi xviii
LDL : Low Density Lipoprotein
LED : Laju Endap Darah
LOLA : L-Ornithine L-Aspartate
Na : Natrium
OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid
PAG : Phosphate Activated Glutaminase
PBP : Penisilin Binding Protein
PMN :Polymorphonuclear
RR : Respiratory Rate
SBP : Spontaneus Bacterial Peritonitis
SEARO : South EastAsia Regional Office
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase
SGPT : Serum Glutamic Piruvic Transminase
SH : Sirosis Hati
SHR : Sindrom Hepatorenal
TD : Tekanan Darah
WBC : White Blood Cell
xvii66
DAFTAR PUSTAKA
Alaniz, C., and Regal, R., 2009. Spontaneus Bacterial Peritonitis Review of Treatment Options. World Journal of Gastroenterology.Vol.34.No.4
Ali, A., Farid, S., Amin, M., Kassem, M., Al-Garem, N. 2014. Clinical Study on the Therapeutic Role of Midodrine in Non azotemic Cirrhotic Patients with Tense Ascites: A Double-Blind, Placebo-Controlled, Randomized Trial.
Hepato-Gastroenterology.Vol 61,pp :1915-1924.
Badawy, A.A., Zaher, T.I., Sharaf, S.M., Emara, M.H., Shaheen, N.E., Aly, T.F., 2013.
Effect of alternative antibiotics in treatment of cefotaxime Resistant Spontaneus bacterial peritonitis. World Journal of Gasteoentrerology. Vol.19, issue 8.
Barreales, M., Fernandez, M.. 2011. Spontaneous bacterial peritonitis.REV ESP ENFERM DIG. Volume : 103, pp : 255-264
Baradero, M., Dayrit, M.W., Siswadi, Y., 2008. Klien Gangguan Hati : Seri Asuhan Keperawatan.Dalam : M. Ester (Ed.)Jakarta: EGC; Hal 2.
Bari., K dan Tsao., G.G. 2012. Treatment of portal hypertension.World J
Gastroenterology. Vol : 18(11), pp : 1166-1175
Bendtsen, F., Gronbaek, H., Hansen, B.J., Aagaard, J.2012. Treatment of ascites and spontaneous bacterial peritonitis.Dan Med J.Volume : 59.
Betty., Gahart,Adrienne R. Nazareno. 2016. Intravenous Medications: A
Handbook for Nurses and Health Professionals. Amerika: Elsevier Health Sciences.
Bibi, S., Ahmed, W., Arif, E., Khan, F., and Alam, S.E., 2015. Clinical, Laboratory and Bacterial Profile of Spontaneous Bacterial Peritonitis in Chronic Liver. World Journal of Gastroenterology. Vol. 25 No. 2, pp. 95-99.
Biecker,E. 2011. Diagnosa and Ascites in liver cirrhosis. World Journal of Gastroenterology. Vol 17, pp. 10-19.
xviii
Brunton, L., Chabner, B and Knollman, B. 2008. Goodman & Gillman’s The
Pharmacological basic of Therapeutic. Edisi ke-11, New York : McGraw-Hill,pp. 692-700.
Corwin, Elizabeth J.2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC; hal 646-679.
Dipiro, J.T.,Schwinghammer, T.L., Hamilton,C.W., 2008. Pharmacotherapy
Handbook. New York; McGraw-Hill.
Dipiro, J.T.,Schwinghammer, T.L., Hamilton,C.W., 2012. Pharmacotherapy
Handbook. New York; McGraw-Hill.
Deck, H.D., Winston, L.G., 2015b. Beta-Lactam & Other Cell Wall- & Membrane-Active Antibiotics. In: B.G. Katzung, A.J. Trevor, (Eds.). Basic & Clinical Pharmacology Ed. 13th, New York: McGraw-Hill Co., pp. 1034-1060.
DEPKES., 2007.Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hati. Jakarta : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Deming, P., Newnham, M.S., and Bobo, K.S. 2010. Complications of chornic liver disease. Gastroenterologi and Nutrition. Vol.70.
Emiliana W. 2013. Sirosis Hepatis Child Pugh Class C dengan Komplikasi Asites
Grade III dan Hiponatremia. Medula., Vol. 1 No. 5,pp :51-57.
Emmanuel, a., Inns, Stephen., 2014. Gastroenterologi dan Hepatologi. Jakarta : Erlangga.hal. 153-164.
European Association for the study of the liver,2010.EASL Clinical Practice Guidelines on the Management of Ascites, Spontaneous bacterial peritonitis, and Hepatorenal syndrome in cirrhosis. EASL journal of hepatology. Vol.53, pp 397-417.
Godong,Brigitta.2013.Patofisiologi dan Diagnosis Asites pada Anak.J Indon Med Assoc, Vol. 63. No.1.
ISO, 2013. Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol. 49, Jakarta: PT. ISFI Penerbitan, pp. 139-145.
Katzung, Bertem G., 2007. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Edisi ke-8, Jakarta :Salenba Medika, hal.271-231.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia. http ;//www.tbindonesia.or.id/2012/04/09/ buku-pedoman-nasional-tb. Diakses tanggal 25 Desember 2016.
xix
Koulaouzidis, Bhat, Karagiannidis, et al.2007. Spontaneous bacterial peritonitis. Postgrad Med J. Volume : 83, pp : 379–383.
Longo. 2013. Horrison’s Manual of Medicine. Edisi Delapan Belas. United States of America, hal. 261-275.
Maradiya,J.2010.Pharmacokinetics of ceftriaxone. International Journal of Medical Science and Public Health. Volume : 10. Issue 5.
McEvory, G.K., 2008. AHFS Drug Information Book 1. United States of America:
America Society of Health System Pharmacist.
McNally.,Peter.2012.Liver Secret. World Journal of Gastroenterology. Vol 20, pp. 256-260.
McPhee, S., Ganong, W., 2006. Pathophysiology of Disease-An Introduction to Clinical Medicine.San Francisco, California :The McGraw-Hill Companies.
Moore., C,Thiel., D. 2013. Cirrhotic ascites review: Pathophysiology, diagnosis and Management. World J Hepatol. Volume : 5, pp: 251-263.
Mubin.,H. 2001. Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal.324-326.
North-Lewis, Penny. 2008. Drug and the Liver 1 th Edition. London. Pharmaceutical Press.
Nurjanah S., 2006. Sirosis Hati., Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Pusat.
Nurrachmah, Elly., dan Angriani, Rida. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Singapura : Elsevier, hal. 192-197
Patasik, YZ., Waleleng, BJ., Wantania. F.,, 2015. Profil Pasien Sirosis Hati yang dirawat Inap di RSUP PROF.DR.R. KANDOU MANADO Periode Agustus 2014 - Agustus 2014. e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1.
Perazzo JC, Tallis S, Delfante A, Souto PA, Lemberg A, Eizayaga FX, et al. 2012.
Hepatic encephalopathy: An approach to its multiple pathophysiological features. World J Hepatol.Vol :4(3), pp : 50- 65.
Petri, W.A., 2006. Antibiotic. In:Brunton, L., Chabner, B and Knollman, B. Goodman
& Gillman’s The Pharmacological basic of Therapeutic. Edisi ke-11, New York : McGraw-Hill, Chapter 43-45.
xx
Price,Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-1.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran hal.472-505.
Purohit., P,Malek., S,Desai., L,Sadadia, M. 2014. A study of bacteriological profile of ascitic fluid in suspected clinical cases of spontaneous bacterial peritonitis. International Journal of Medical Science and Public Health . Vol. 4.Issue 4.
Putz, R., Pabst, R., 2000. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid dua. Dalam : YJ. Suyono (Ed.).Jakarta : EGC, Hal : 142.
Ribeiro, T.C., Cebli, J.M., Kondo, M. 2008. Spontaneus Bacterial Pertitonitis: How to dealwith this life-threatening cirrhosis. Volume 4, pp :919-925.
Riggio O, Ridola L, Pasquale C. 2010. Hepatic encephalopathy therapy: An overview.World J Gastrointest Pharmacol Ther.;Vol : 1, pp : 54-63.
Saadi, T., Khours. S.,Veitsman, E., Baruch, Y.,Pasteur, A. 2013. Spontaneous bacterial peritonitis with a very high leukocyte count in ascitic fluid caused by Haemophilus influenza. International Journal of General Medicine, Volume : 6,pp : 689–69.
Silbernagl, S dan lang, F., 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Setiawan, I., Mochtar., I., (penerjemah) ., Resmisari, T., Liena., (Editor).Jakarta : EGC. Hal : 171-175.
Soekardjo, B., Hardjono, S., dan Sondakh, R., 2008. Hubunagan Struktur Aktivitas Obat Antibiotika. In : Siswandono, dan Soekardjo,H. Kimia Medisinal. Edisi ke-2. Surabaya:Airlangga University press, hal. 110-153.
Sudoyo.,Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi lima. Jakarta Pusat : Ilmu Penyakit Dalam, hal. 668-681.
Sweetman, Sean C.,2009. Martindale The Complete Drug Reference 36 Edition London: Pharmacetical Press,pp.237-238.
Tasnif, S.K., Dhiman, R.K., 2011. Prevention and Management of Bacterial Infection in Cirrhosis. Int.J.Hepatol.,Vol.2011,p.1-7., 2011. Hepatitis V Virus Infection Among Different Sex and Age Groups in Pakistani Punjab. Virol.J., . 1-5.
Tasnif, Y., O dan Hebert, M., F. 2011. Komplikasi Penyakit Hati Stadium Akhir.Penerjemah :Lyrawati.
xxi
Tsochatzis, E., Bosch, J., Burroughs, A., 28 Januari 2014. Liver Cirrhosis. http://dx.doi.org/10.1016/ S0140-6736(14)60121-5. Diakses tanggal 10 Oktober 2015.
Wakim FJ. 2011. Hepatic encephalopathy: suspect it early in patients with cirrhosis.
Walker, R., dan Whittlesea, C. 2012. Clinical Pharmacy and Therapeutics. Edisi ke-5. China : Elsevier,pp : 238-254
Wecker, L., Crespo, L.M., Dunaway, G., Faingold, C., Watts, S., 2010. Bacterial Cell Wall Synthesis Inhibitors. Brody’s Human Pharmacology:
Molecular to Clinical Ed. 5th, Philadelphia: Mosby Inc., pp.528-542.
Wells, B.g., Dg, Dipiro, J.T.,Schwinghammer, T.L., Hamilton,C.W., 2012.
Pharmacotherapy Handbook. New York; McGraw-Hill,p.185-190.
Widjaja, F.F ., Kaaejadi, T., 2011. Pencegahan Pendarahan Berulang pada Pasien Sirosis Hati. http://www.budilukmanto.org/index.php/sirosis-hepatis/41-sirosis-hepatis/250-pencegahan-pendarahan, diakses tanggal 5 Desember 2015.
1
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sirosis hati merupakan keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif ditandai dengan distorsi dari struktur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoselular (Patasik Y et al, 2015). Fibrosis dan nekrosis hepatosit seluruh hepar yang mengakibatkan disfungsi sel hepar (Mubin, 2001).
Sirosis hati meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas di negara-negara maju. Keseluruhan mortalitas sirosis di dunia diperkirakan 1.030.000 penduduk per tahun. Sirosis hati merupakan penyebab keempat mortalitas di Eropa Tengah, 170. 000 penduduk per tahun di Eropa, dan 33.539 penduduk per tahun di Amerika (Tsochatzis E et al, 2014). Di Indonesia, sirosis hati banyak dihubungkan dengan infeksi virus hepatitis B dan C karena penyalahgunaan alkohol lebih jarang terjadi dibandingkan negara-negara barat. Sekitar 57%, pasien sirosis hati terinfeksi hepatitis B atau C. South EastAsia Regional Office (SEARO) tahun 2011 melaporkan sekitar 5,6 juta orang di Asia Tenggara adalah pembawa hepatitis B, sedangkan sekitar 480.000 orang pembawa hepatitis C (Widjaja et al, 2011).
Etiologi dari terjadi sirosis antara lain karena sering mengkonsumsi alkohol, infeksi virus hepatitis B serta infeksi virus hepatitis C (Ali et al, 2014). Virus hepatitis C (HCV) dan alkohol mewakili dua penyebab paling umum dari sirosis dan indikasi untuk transplantasi hati di Amerika Serikat. Sekitar 10% -15% dari transplantasi hati dilakukan di Amerika Serikat adalah untuk pasien dengan sirosis karena gabungan alkohol dan infeksi HCV ( Khan R et al, 2014).
2
keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus (misal hepatitis virus, bahan – bahan hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus maka fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan diganti oleh jaringan ikat (Sudoyo, 2009).
3
menunjukkan angka kematian sekitar 30‐50%. Diagnosis SBP dilakukan berdasarkan hitung sel polimorfonuklear (PMN) ≥ 250 sel/mm3 atau kultur dari cairan asites yang menunjukkan hasil yang positif ada bakteri (Tasnif et al, 2011).
Pengobatan Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) dapat diberikan antibotik seperti sefotaksim, amoksilin, atau aminoglikosida (Sudoyo, 2009). Antibiotik digunakan harus mencakup semua kuman yang umum bertanggung jawab untuk SBP. Bakteri gram negatif menjadi penyebab hampir 80%, terutama Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae. Sisanya 20% hasil dari Gram-positif aerob, terutama Streptococcus dan enterococci (Barreales et al, 2011). Sefalosporin generasi ketiga dianggap sebagai terapi antibiotik pertama pada SBP (Piano et al, 2015). Beberapa antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga adalah cefoperazone, cefotaxime, ceftriaxone, ceftazidime, cefdinir, ceftributen (Sweetman, 2009). Sefalosporin generasi ketiga memiliki spektrum yang luas, relatif aman dan ditoleransi dengan baik dianggap untuk pengobatan pada pasien SBP, sementara Amoksisilin /klavulanat, fluoroquinolon atau Piperacillin / Tazobactam diirekomendasikan sebagai alternatif (Bibi et al, 2015). Berdasarkan The International Ascites Club antibiotik secara empirik untuk terapi SBP, seperti cefotaxime, cefonicid, ceftizoxime, ceftriaxone, ceftazidime dan amoksisilin-klavulanat menunjukkan keberhasilan terapi 77% sampai 93% (Alanizand, 2009). Bakteri gram positif termasuk Streptococcus vidirans, Staphococcus aureus, dan entercoccus sp juga merupakan penyebab Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) (Kasper, 2011). Sefalosporin generasi pertama efektif terhadap sebagian besar bakteri Staphococcus aureus dan Staphococcus termasuk S.pyogenes, S.viridans dan S.pneumonia (Katzung, 2007). Sefalosporin generasi keempat aktif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif (Menkes RI, 2011). Sefepim memiliki aktivitas yang baik melawan kebanyakan strain Streptokokus (Deck dan Winston, 2015).
4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola penggunaan antibiotik golongan sefalosporin pada pasien sirosis hati dengan SBP di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari pola penggunaan antibiotik golongan sefalosporin pada pasien sirosis hati dengan SBP.
1.3.2 Tujuan Khusus
Menganalisa hubungan terapi penggunaan antibiotik golongan sefalosporin terkait dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik dan data laboratorium pada pasien sirosis hati dengan SBP.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi pasien sirosis hati dengan SBP sehingga farmasis dapat memberikan asuhan kefarmasian dan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain.
2. Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi kepada para praktisi kesehatan dan masyarakat umum serta dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan variable yang berbeda.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
5