F
UNI
SKRIPSI
Oleh
Rahmi Amalia Hasibuan 111101005
FAKULTAS KEPERAWATAN
NIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan
skripsi yang berjudul “Perkembangan Psikososial Remaja Pasca Erupsi Sinabung
diDesa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo“.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih ynag sebesar- besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp, MNS Pembantu Dekan 3
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji 1
9. Para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
10. Teristimewa kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Agus Salim Hasibuan
dan Ibunda Zubaidah Dalimunte serta kakak- kakakku tersayang yang
telah memberikan doa, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman–teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas sumatera Utara, khususnya stambuk 2011 yang telah memberikan semangat dan
masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan ,
oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Akhirnya kepada Allah SWT penilis berserah diri semoga kita selalu dalam
lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap
mudah- mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis khususnya.
Medan , Juli 2015
Lembar orisinalitas ... iii
Bab 1. Pendahuluan ... 1
1.1 Latar belakang... 1
1.2 Perumusan masalah ... 5
1.3 Pertanyaa penelitian ... 6
1.4 Tujuan penelitian ... 6
1.5 Manfaat penelitian………. 6
Bab 2. Tinjauan pustaka ...…… 7
2.1 Konsep remaja ... 7
2.1.1 Defenisi remaja ... 7
2.1.2 Perkembangan fisik pada masa remaja ... 8
2.1.3 Perkembangan kognitif pada masa remaja... 8
2.1.4 Perkembangan psikososial pada masa remaja... 9
2.1.4.1 Hubungan dengan Orang tua... 11
2.1.4.2 Hubungan dengan Saudara Kandung ... 12
2.1.4.3 Hubungan dengan kelompok... 12
2.1.4.4 Konsep diri ... 13
2.1.4.5 Ketakutan ... 14
2.1.4.6 Pola Koping... 15
2.1.4.7 Moral ... 15
2.1.4.8 Aktifitas Pengalih... 16
2.1.4.9 Nutrisi... 16
2.2 Konsep bencana ... 17
2.2.1 Defenisi bencana ... 17
2.2.2 Jenis-jenis bencana... 17
2.2.3 Dampak bencana terhadap psikososial ... 18
Bab 3. Kerangka penelitian... 20
3.1 Kerangka konseptual ... 20
3.2 Defenisi operasional... 21
Bab 4. Metodologi penelitian... 22
4.1 Desain penelitian... 22
4.5 Instrumen penelitian... 25
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas ... 26
4.7 Prosedur pengumpulan data ... 27
4.8 Analisa data... 28
Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 29
5.1 Hasil penelitian ... 29
5.1.1 Data demografi remaja ... 29
5.1.2 Perkembangan Psikososial ... 30
5.1.3 Aspek Perkembangan Psikososial ... 31
5.2 Pembahasan ... 33
5.2.1 Perkembangan Psikososial ... 33
Bab 6. Kesimpulan dan Rekomendasi ... 38
6.1 Kesimpulan ... 38
6.2 Rekomendasi ... 38
6.3 Keterbatasan penelitian. ... 40
Daftar pustaka ... 41
Lampiran 1Inform consent ... 43
Lampiran 2 Instrumen penelitian ... 44
Lampiran 3 jadwal tentative penelitian ... 46
Lampiran 4 Lembar bukti bimbingan ... 47
Lampiran 5 Lembar uji validitas ... 48
Lampiran 6 Surat etika Penelitian ... 49
Lampiran 7 Surat izin uji reliabilitas... 50
lampiran 8 Surat uji reliabilitas ... 51
lampiran 9 Surat izin penelitian ... 52
lampiran 10 Surat penelitian ... 53
lampiran 11 Master data penelitian ... 54
Lampiran 12 Reliability ... 58
Lampiran 13 Pengolahan data ... 62
Lampiran 14 Hasil pengolahan kuesioer... 65
Lampiran 15 Daftar riwayat hidup ... 77
Lampiran 16 Taksasi dana ... 78
Payung Kab.Karo……… 30 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi perkembangan Psikososial
remaja pasca erupsi gunung Sinabung di desa Batukarang
Kecamatan Payung Kab.Karo... 31 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentasi aspek Perkembangan
psikososial remaja pasca erupsi gunung Sinabung di
Nim : 111101005
Jurusan : Sarjana Keperawatan(S.Kep) Tahun Ajaran : 2015/2016
ABSTRAK
Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat dan dapat mengakibatkan dampak psikologis dan sosial yang tentunya berpengaruh tehadap perkembangan psikososial individu khususnya remaja karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan psikososial remaja pasca erupsi gunung Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. Desain penelitian ini adalah desain deskriptif. Besar sampel 94 responden, dengan metode pengambilan sampel, yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan kuesioner Unicef yang telah di modifikasi sesuai dengan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 81,9% remaja mengalami perkembangan psikososial cukup, 18,1% remaja mengalami perkembangan psikososial baik. Hasil penelitian ini dapat membantu perawat jiwa dalam memberikan dukungan psikologis dan sosial pasca bencana dengan metode pendekatan asuhan keperawatan jiwa sehingga perkembangan psikososial korban bencana khususnya remaja berlangsung dengan baik dan dapat meningkatkan kesehatan jiwa korban bencana .
Std.ID Number : 111101005
Department : S1(Undergraduate) Nursing (S.kep) Academic Year : 2015
ABSTRACT
Disaster can threaten and disturb people’s lives and can cause psychosocial impact which will influence individual psychosocial development, especially teenagers’,
because they are in the period of searching for self-identification. The objective of
the research was to identifity teenagers’ psychosocial development in the post -Mount Sinabung eruption at Batukarang village, Payung Subdistrict, Karo District. The research used descriptive design. The samples were 94 respondents, taken by using purposive sampling technique. The data were gathered by using questionnaires about demographic data and the data from Unicef which had been modified according to the objective of the research. The result of the research showed that 81,9% of the respondents had sufficient psychosocial development 18,1% of the respondents had good psychosocial development. The result of the research could help mental nurses provide psychosocial support in the
post-disaster by using mental nursing care so that the victims’ psychosocial condition could develop well and their mental health could increase.
1.1 Latar belakang
Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak– kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan
aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari
perkembangan psikososial menurut Erikson masa remaja merupakan masa
pencarian identitas diri. Pada masa ini remaja akan menghadapi masa
krisis, masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus
dilaluinya. Keberhasilan menghadapi krisis akan mengembangkan
kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self identity) sedangkan kegagalan dalam menghadapi krisis remaja akan mengalami
identity confusion atau kebimbangan identitas diri (Erikson, 1968 dalam Santrock, 2003). Masa ini berlangsung pada usia 12-18 tahun (Erikson,
1968 dalam Upton, 2012).
Remaja yang mengalami kegagalan pembentukan identitas diri
cenderung melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang atau
adanya kenaikan angka kenakalan remaja dapat dipicu oleh kegagalan
remaja dalam sekolah. Remaja yang tidak bersekolah merasa telah gagal
menemukan identitas dirinya sebagai seorang pelajar (Bonokamsi, 1999
dalam Hartini, 2011). Penyebab terjadinya perilaku menyimpang
disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
faktor eksternal ialah keluarga, hubungan teman sebaya yang tidak baik,
komunitas, lingkungan dan tempat tinggal yang kurang baik (Haryanto,
2011).
Berdasarkan hasil penelitian (Hartini, 2011). Pasca tsunami terjadi
perubahan perilaku pada remaja di NAD. Kebanyakan remaja lebih
memilih untuk bekerja di sektor pembangunan dari pada meneruskan
sekolahnya karena upah kerja yang tinggi. Para orangtua juga mendukung
anak mereka untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan perilaku
remaja dan kegagalan pembentukan identitas diri remaja sebagai pelajar
akibat perubahan lingkungan pasca tsunami di NAD. Perubahan perilaku
remaja pasca tsunami dapat ditinjau dari sebuah stresor, salah satu stressor
dari kejadian negatif adalah bencana (Corner, 1995 dalam Hartini, 2011).
Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU
Nomor 24 Tahun 2007).
Bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2010,
disebabkan oleh faktor- faktor yang berbeda. Dampak bencana tidak hanya
mengakibatkan hilangnya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di
Tsunami di Mentawai, erupsi gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa
tengah. Berdasarkan dari data 644 kejadian bencana alam di Indonesia
total kerugian material mencapai lebih 15 triliun rupiah. Kerugian tersebut
meliputi kehilangan harta benda, kerusakan rumah- rumah masyarakat
sarana dan prasarana umum, lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan,
selain itu juga menimbulkan kehilangan orang yang dicintai, trauma, dan
timbulnya gangguan kesehatan (Nugroho, 2010 dalam Astuti 2012).
Salah satu bencana alam yang terbesar pada tahun 2010 yang terjadi
di Sumatera Utara adalah erupsi Gunung Sinabung. Gunung Sinabung
tercatat beberapa kali meletus dari tahun 2010 sampai 2015. Erupsi
Gunung Sinabung mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa. Letusan
terbesar terjadi awal tahun 2014, peningkatan aktivitas gunung Sinabung
dengan letusan yang berkali-kali di sertai luncuran awan panas, guguran
lava pijar, semburan awan panas, rentetan gempa, letusan, dan luncuran
awan panas terus-menerus dari kejadian tersebut mengakibatkan 21 desa
harus diungsikan dan jumlah korban jiwa mencapai 17 orang (Ginting,
2012). Seiring dengan penurunan aktifitas sinabung beberapa desa telah
dipulangkan kembali ke desanya yang berada di luar radius lima kilometer
dari daerah yang berbahaya. Pada tanggal 18 September 2014 jumlah
pengungsi sebanyak 5.546 jiwa dengan rincian 1.721 kk (Karo, 2014).
Salah satu desa yang terkena dampak erupsi Sinabung adalah desa
Batukarang yang terletak 7 km dari gunung Sinabung, dengan jumlah
remaja ± 1500 jiwa, dewasa ± 3000 jiwa, dan lansia ± 700 jiwa.
Berdasarkan laporan dari Kepala Desa Batukarang tidak sedikit warga
yang memilih untuk mengungsi dengan alasan merasa takut jika tinggal
dirumah.
Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadi trauma
akibat bencana alam. Hal ini di karenakan oleh beberapa faktor yaitu
keberadaan remaja masih dibawah resiko dan membahayakan
kelangsungan hidupnya, tingkat ketergantungan hidup yang masih tinggi
terhadap orang dewasa, belum memiliki banyak pengalaman hidup,
kemampuan untuk melindungi diri masih terbatas, tidak dalam kondisi
yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri (Lubis, 2012).
Salah satu dampak bencana yang di alami remaja adalah gangguan
kecemasan. Gangguan kecemasan akan mengakibatkan suatu perasaan
tertekan dan akan memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan
mereka jika dibiarkan begitu saja. Pandangan tersebut dijelaskan (Wilson,
2000 dalam Agustiana, 2012) yang mengungkapkan gangguan kecemasan
pascatrauma berpengaruh pada kapasitas–kapasitas psikologi, konsep diri, perkembangan, dan hubungan seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian (Setyaningrum, 2007) tentang kondisi
emosi remaja pasca gempa bumi di daerah istimewa Yogyakarta. Pada
penelitian ini semua sampel mempunyai hubungan yang baik dengan
orangtua dan sosialnya, pada tahapan emosi di fase krisis, remaja merasa
runtuhan bangunan dan merasa sedih karena kehilangan tempat tinggalnya.
Pada fase isolation dan anger hanya dialami satu remaja. Remaja mengungkapkan tidak dapat berkumpul dengan teman–temannya dikarenakan harus mengungsi, selain itu remaja merasa marah (anger) karena barang–barang berharga terutama buku pelajaran rusak sehingga ia tidak dapat belajar dalam menghadapi ujian.
Berdasarkan hasil survei awal dan hasil wawancara yang telah
dilakukan peneliti terhadap remaja di Desa Batukarang, beberapa remaja
mengatakan bahwa mereka sangat ketakutan jika mendengar gemuruh dari
gunung, takut jika gunung erupsi kembali dan mengeluarkan lahar panas,
sebahagian remaja memilih untuk tetap berada dalam rumah dan tidak
melakukan aktifitas di luar rumah seperti membantu orang tua mereka ke
lahan perkebunan dengan alasan agar tidak terpapar debu vulkanik yang
mengganggu saluran pernapasan mereka.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merasa perlu
melakukan penelitian mengenai perkembangan psikososial remaja pasca
erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung
Kabupaten Karo.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana perkembangan psikososial remaja
pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung
Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo?
1.4 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi perkembangan Psikososial remaja pasca erupsi
Gunung Sinabung.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Pendidikan Keperawatan
Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi
pengembangan mata ajar khususnya yang berhubungan dengan
perkembangan psikososial remaja pasca bencana alam kedalam
mata ajar keperawatan jiwa atau mata ajarnursing disaster. 1.5.2 Pelayanan Keperawatan
Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat atau
petugas kesehatan lainnya mengenai masalah psikososial remaja
pasca bencana alam dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
1.5.3 Penelitian Keperawatan
Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perkembangan
2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Defenisi Remaja
Remaja berasal dari kata latinadolensenceyang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Remaja (adolescence)adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat
dari perkembangan psikososial menurut Erikson masa remaja merupakan
masa pencarian identitas diri. Pada masa ini remaja akan menghadapi
masa krisis, masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang
harus dilaluinya. Keberhasilan menghadapi krisis akan mengembangkan
kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self identity) sedangkan kegagalan dalam menghadapi krisis remaja akan mengalami
identity confusion atau kebimbangan identitas diri (Erikson, 1968 dalam Santrock, 2003). Masa ini berlangsung pada usia 12-18 tahun (Erikson,
2.1.2 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Perubahan fisik sudah dimulai pada masa praremaja dan terjadi
secara cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada
masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Maturasi seksual terjadi
seiring dengan perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder.
Karakteristik primer berupa perubahan fisik dan hormonal yang penting
untuk reproduksi dan karakteristik sekunder mencakup perubahan dalam
bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya, perubahan fisik yang
terjadi yaitu perkembangan kecepatan pertumbuhan skelet, seperti
pertumbuhan skelet, otot, dan viseral. Perubahan spesifik seks, seperti
perubahan bahu dan lebar pinggul. Perubahan distribusi otot dan lemak
perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder (Potter
& Perry, 2005).
2.1.3 Perkembangan Kognitif Masa Remaja
Dalam tahapan perkembangan kognitif remaja, terjadi perubahan
dalam pemikiran dan lingkungan sosial remaja yang akan menghasilkan
tingkat perkembangan yang intelektual yang tinggi. Pada tahap ini remaja
telah mampu memperkirakan suatu kemungkinan, mengurutkannya,
memecahkan masalah, dan mengambil keputusan secara logis. Remaja
dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah hipotetik secara efektif.
Jika berkonfrontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan
berbagai penyebab dan solusi yang tepat. Untuk pertama kalinya remaja
bersifat fisik/konkret menjadi bersifat abstrak seperti saat anak usia
sekolah hanya berfikir mengenai hal yang sedang terjadi sedangkan
remaja telah mampu membayangkan hal apa yang akan terjadi (Potter &
Perry, 2009).
2.1.4 Perkembangan Psikososial Masa Remaja
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama remaja dalam
perkembangan psikososial tahap perkembangan ini disebut tahapan
identitas versus kebimbangan identitas. Setiap remaja pada dasarnya
dihadapkan pada suatu krisis yang berhubungan dengan tugas
perkembangannya. Keberhasilan menghadapi krisis akan meningkatkan
dan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan
jati dirinya sehingga remaja merasa siap untuk menghadapi tugas
perkembangan berikutnya dengan baik, dan sebaliknya, individu yang
gagal dalam menghadapi suatu krisis cenderung akan memiliki
kebingungan identitas. Individu yang mengalami kebingungan identitas
ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan
harga diri, dan tidak percaya diri, akibatnya ia pesimis menghadapi masa
depannya (Erikson, 1968 dalam Dariyo, 2004).
Tugas perkembangan remaja pada masa remaja adalah memperluas
hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan
kawan sebaya baik pria maupun wanita, memperolah peranan sosial,
menerima kondisi fisiknya, memperoleh kebebasan emosionil dari
dan kemampuan berdiri sendiri, memilih da mempersiapkan lapangan
pekerjaan, membentuk sistema nilai-nilai moral, dan falsafah
hidup(Gunarsa. D, 2003).
Proses pembentukan identitas diri adalah proses yang panjang yang
dan kompleks yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang,
dan yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini akan
membentuk kerangka berfikir untuk mengorganisasikan dan
mengintegrasikan perilaku ke dalam bidang kehidupan. Dengan demikian
individu dapat menerima dan menyatukan kecenderungan pribadi, bakat,
dan peran yang diberikan oleh orang tua, teman sebaya maupun
masyarakat dan pada akhirnya dapat memberikan arah tujuan dan arti
dalam kehidupan mendatang (Soetjiningsih, 2004).
Pada saat memasuki usia remaja, remaja akan dihadapkan pada suatu
pertanyaan yang penting yaitu tentang “siapa aku”. Pada saat bersamaan, ketika remaja merasakan ketidakpastian akan dirinya, lingkungan
masyarakat sekitar mulai menanyakan hal–hal yang berkaitan dengan remaja, misalnya remaja sudah harus mulai membuat langkah awal
menentukan karir, pendidikan dimasa depan, dan gaya hidupnya. Dengan
demikian remaja harus berusaha menemukan jawabanya baik untuk
dirinya sendiri maupun bagi masyarakat sekitar (Erikson, 1968 dalam
Soetjiningsih, 2004). Dalam perkembangan psikososial remaja dapat
2.1.4.1 Hubungan dengan orang tua
Pada masa remaja, remaja cenderung menginginkan kemandirian dan
kebebasan dalam mengeksplorasikan diri sehingga dengan sendirinya
keterikatan dengan orang tua berkurang. komunikasi yang efektif dan pola
asuh yang demokratif adalah cara yang paling baik untuk menyelesaikan
masalah ini. Komunikasi yang terbuka dimana masing–masing anggota keluarga dapat berbicara tanpa adanya perselisihan akan memberikan
kekompakan dalam keluarga sehingga hal tersebut juga dapat membantu
remaja dalam proses pencarian identitas diri (Potter & Perry, 2009).
Jersild dkk, 1998 dalam Ali dan Asrori, 2004 mengatakan remaja
memiliki perjuangan untuk membebaskan dirinya dari ketergantungan dari
orang tua untuk mencapai status dewasa. Dengan demikian, ketika
berinteraksi dengan orang tua, remaja mulai berusaha meninggalkan
kemanjaan dirinya dengan orang tua dan semakin bertanggung jawab atas
dirinya sendiri. Akibatnya remaja sering kali mengalami pergolakan dan
konflik ketika berinteraksi dengan orang tua. Remaja berusaha
menempatkan dirinya berteman dengan orang dewasa dan berinteraksi
dengan lancar dengan mereka. Namun, usaha remaja ini sering kali
memperoleh hambatan yang disebabkan oleh pengaruh dari orangtua yang
sebenarnya masih belum bisa melepaskan anak remajanya secara penuh.
2.1.4.2 Hubungan dengan saudara kandung
Hubungan saudara sekandung remaja meliputi menolong, berbagi,
mengajar, bertengkar, dan bermain, dan saudara sekandung remaja bisa
bertindak sebagai pendukung emosi, lawan, dan teman komunikasi. Dalam
beberapa contoh, saudara sekandung bisa lebih kuat mempengaruhi remaja
dibandingkan dengan orang tua. Seseorang yang usianya dekat dengan si
remaja seperti saudara kandung mungkin bisa lebih memahami masalah
remaja dan berkomunikasi lebih efektif dari pada orang tua. Dalam
berhadapan dengan teman sebaya, menghadapi guru yang sulit, dan
mendiskusikan masalah yang tabu (seperti seks), saudara sekandung bisa
lebih berpengaruh dalam melakukan sosialisasi terhadap remaja
dibandingkan dengan orangtua (Santrock, 2003). Saudara sekandung yang
lebih muda jarang memahami kebutuhan pribadi remaja untuk berfikir
dan berinteraksi dengan teman kelompoknya. Pada saat tertentu remaja
menyukai interaksi dengan saudara sekandung yang lebih muda (Potter &
Perry, 2009).
2.1.4.3 Hubungan dengan kelompok
Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orang
tua dan mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya. Pada
umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia sebaya (peer group). Kelompok sebaya menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sosial remaja. Kelompok sosial juga merupakan wadah untuk
menjalani berbagai peran, remaja juga sangat bergantung kepada teman
sebagai sumber kesenangan dan keterikatannya dalam kelompok sangat
kuat. Keterikatan tersebut akan bertambah dengan meningkatnya frekuensi
interaksi di antara anggota kelompok. Dalam pembentukan kelompok
biasanya muncul perilaku konformitas kelompok, dimana remaja akan
berusaha untuk dapat menyesuaikan dirinya dan menyatu dengan
kelompok agar diterima di dalam kelompoknya, kelompok teman
merupakan faktor pengaruh yang penting bagi remaja yang semakin
membutuhkan pengakuan dan penerimaan masyarkat. Hubungan teman
sebaya yang buruk dan penolakan dari teman sebaya dapat menyebabkan
remaja mengalami depresi (Soetjiningsih, 2004).
2.1.4.4 Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun
psikologis yang berpengaruh pada perilaku dalam penyesuaian diri
dengan orang lain. Aspek fisik meliputi warna kulit, bentuk tubuh
(gemuk/kurus), tinggi badan (tinggi/pendek), wajah (cantik/tampan).
Sedangkan aspek psikologis meliputi kebiasaan, kepribadian, watak, sifat,
kecerdasan, minat bakat, dan kemampuan–kemampuan lain.
Sejauh mana individu menyadari dan menerima segala kelebihan
maupun kekurangan yang ada pada dirinya, maka akan mempengaruhi
pembentukan konsep dirinya. Jika individu mampu menerima kelebihan
dan kekurangan tersebut, dalam diri individu akan tumbuh konsep diri
cenderung menumbuhkan konsep diri yang negatif. Konsep diri yang baik,
akan mempengaruhi kemampuan individu dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya dengan baik. Sebaliknya, jika konsep dirinya negatif,
cenderung menghambat dalam penyesuaian diri dengan lingkungan
sosialnya (Dariyo, 2004).
Kelompok sebaya merupakan kekuatan utama dalam membentuk
konsep diri anggota kelompok. Popularitas dan pengakuan dalam
kelompok sebaya dapat meningkatkan harga diri, kepercayaan diri, dan
memperkuat konsep diri remaja. Keterlibatan yang total dalam kelompok
membuat remaja terlihat tidak mampu mengambil keputusan sendiri dan
merasa tidak percaya diri Remaja yang lepas dari kelompok sebayanya
dan terisolasi akan mencari dan mengembangkan identitasnya sendiri
(Potter & Perry, 2009).
2.1.4.5 Ketakutan
Takut pada usia remaja berpusat pada penerimaan kelompok sebaya,
perubahan tubuh, hilangnya pengendalian diri, munculnya dorongan
seksual. Remaja sering mengamati perubahan dan ketidaksempurnaan
pada tubuhnya. Adanya kelainan yang nyata dan tidaknya menyebabkan
remaja merasakan kekhawatiran yang terus menerus (Potter & Perry,
2.1.4.6 Pola Koping
Perilaku meniru koping dikembangkan dari pengalaman remaja
sehari-hari dan dari maturasi kognitif yang berkembang. Kemampuan
untuk memecahkan masalah melalui tindakan logis, sudah dapat berfikir
abstrak dan menghadaapi masalah hipotenik secara efektif, jika
berkonfrontasi dengan masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam
penyebab dan solusi yang banyak. Beberapa remaja menggunakan strategi
koping penghindaran ketika suatu masalah tidak bisa di atasi dan suatu
usaha dilakukan untuk mengurangi ketegangan dengan ikut terlibat dalam
perilaku kenakalan remaja seperti penggunaan zat kimia terlarang (Potter
& Perry, 2009).
2.1.4.7 Moral
Perkembangan penerimaan moral bergantung sekali dengan
keterampilan kognitif dan komunikasi serta interaksi dengan orang lain.
Pada tingkat tertinggi, moralitas di dapat dari prinsip hati nurani individu.
Remaja menilai dirinya sendiri dengan ide internal, yang sering
menyebabkan konflik antara nilai diri dan kelompok. Perkembangan
moral remaja digambarkan sebagai tahap yang konvensional, tahap ini
dicirikan dengan kemampuan untuk mengambil perspektif moral orang tua
dan anggota masyarakat ke dalam dirinya untuk di pertimbangkan
2.1.4.8 Aktifitas Pengalih
Kebanyakan remaja mengembangkan minat khususnya pada olah raga
tertentu dan berkonsentrasi pada perkembangan keterampilan. Sering
melakukan aktifitas rekreasi dan berusaha memiliki barang-barang yang
sedang popular di kalangan sebaya seperti komputer dan mobil (Potter &
Perry, 2009).
2.1.4.9 Nutrisi
Kebutuhan nutrisi total sangat dibutuhkan pada masa remaja untuk
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan remaja, jika asupan
nutrisi tidak adekuat maka proses tumbuh kembang remaja akan
terganggu baik di metabolisme, tingkat aktifitas, tampilan fisik, dan
maturasi seksual (Soetjiningsih, 2004). Seorang remaja yang berada pada
tahap masa krisis identitas, hal ini mendorong remaja untuk mencari jati
diri, dengan cara mewujudkan keinginannya agar menjadi individu yang
sempurna secara intelektual, kepribadian, maupun penampilan fisiknya
agar dapat menarik perhatian lawan jenisnya maka salah satu upaya yang
di lakukan adalah berusaha memiliki bentuk tubuh yang ideal misalnya
mengatur pola makan. Sebahagian remaja memiliki kecemasan yang tinggi
jika ia gagal mengatur pola makannya dan khawatir dirinya menjadi
gemuk. Sehingga kebanyakan remaja melakukan diet atau pantangan
terhadap pola kebiasaan makan secara ketat. Akan tetapi kebanyakan
mengganggu pola pengaturan makan yang baik akibatnya remaja
mengalami gangguan makan (Dariyo, 2004).
2.2 Konsep Bencana 2.2.1 Defenisi Bencana
Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat
yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU
Nomor 24 Tahun 2007). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan
kesusahan, kerugian, atau penderitaan.
2.2.2 Jenis–Jenis Bencana
Jenis – jenis bencana menurut Undang–Undang No.24 Tahun 2007, antara lain :
a. Bencana alam
Bencana alam adalah bencana yang di akibatkan oleh peristiwa
alam seperti : gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam
Bencana non alam adalah bencana yang di akibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam seperti gagal
c. Bencana sosial
Bencana sosial adalah bencana yang di akibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang di akibatkan oleh
manusia seperti adanya konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat dan teror.
2.2.3 Dampak Bencana Terhadap Psikososial
Bencana alam memiliki efek yang sangat besar terhadap individu,
keluarga, dan komunitas. Bencana alam menyebabkan kerusakan yang
luas pada harta benda dan dapat menimbulkan masalah dalam finansial.
Pada kasus yang lebih buruk, bencana dapat menyebabkan luka-luka dan
kematian. Bencana alam juga dapat menimbulkan masalah kesehatan
mental yang efeknya dapat berlangsung selama beberapa bulan atau
bahkan bertahun-tahun setelah bencana. Dampak yang ditimbulkan
sangatlah kompleks, selain masalah pengungsi, kerusakan infrastruktur
terputusnya jalur komunikasi dan transportasi menjadi masalah kompleks
lainnya. Kerusakan-kerusakan fisik dan psikis pun tentunya menjadi
meningkat (Stanley & Williams, 2000 dalam Afrianti, 2011).
Dampak fisik meliputi kondisi fisik yang cedera ataupun terluka
akibat bencana selain itu badan terasa tegang, cepat lelah, susah tidur,
mudah terkejut, palpitasi, mual, perubahan nafsu makan dan kebutuhan
seks menurun (Masykur, 2006). Secara teoritis, individu-individu yang
mengalami bencana dan kehilangan keluarga memiliki kecenderungan
dimungkinkan terjadi pada korban bencana adalah stres berat, stres akut
danPost-Traumatic Stress Disorders.Gangguan stres pasca trauma adalah gangguan kecemasan akibat kejadian traumatis, seperti perang,
pemerkosaan, dan bencana alam. Kejadian traumatis itu menyebabkan
individu yang mengalami kejadian traumatisnya, atau tidak bisa
menghilangkan kejadian traumatis meskipun peristiwanya sudah lampau,
berkurangnya respon terhadap dunia luar seperti berkurangnya minat
untuk melakukan aktifitas yang berarti, merasa asing terhadap orang lain,
efek depresif (murung, sedih, putus asa), mimpi buruk, mimpi kejadian
traumatisnya secara terus menerus atau mengalami gangguan tidur, mudah
marah, kesulitan konsentrasi, merasa waspada, terkejut dan ketakutan yang
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian ini bertujuan mengetahui tentang
gambaran perkembangan psikososial remaja pasca erupsi sinabung
Skema 1. Kerangka konsep perkembangan psikososial remaja pasca erupsi
Sinabung.
Hubungan dengan orang tua
Hubungan dengan saudara kandung
Hubungan dengan teman sebaya
Konsep diri
Ketakutan
Pola koping
Moral
Kegiatan tambahan
Nutrisi Perkembangan
psikososial remaja pasca erupsi Sinabung
Baik Cukup
3.2 Defenisi Operasional Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
4.1 Desain Penelitian
Metode penelitian menggunakan desain deskriptif yaitu penelitian
untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan psikososial remaja
pasca erupsi Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten
Karo.
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek peneliti yang diteliti.
Pada penelitian ini adalah remaja usia 12– 18 tahun yang bertempat tinggal di Desa Batukarang Kecamatan Payung. Berdasarkan data
yang diperoleh dari kepala Desa Batukarang pada tahun 2014 jumlah
remaja adalah 1.500 orang.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti. Teknik sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah suatu pengambilan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut
Adapun kriteria inklusi yang ditentukan oleh peneliti adalah :
1. Sampel bersedia menjadi responden.
2. Remaja yang berusia 12–18 tahun .
3. Remaja yang bertempat tinggal di Desa Batukarang.
4. Remaja yang mengalami langsung kejadian erupsi gunung
Sinabung .
5. Bisa berbahasa Indonesia.
Menentukan sampel yang di ambil menggunakan rumus slovin
yaitu
Keterangan : n = Jumlah sampel
N= jumlah populasi
d= Batas kesalahan yang di torerir untuk setiap populasi
(0,1, 0,05, atau 0,01)
n= 1500
1500(0,1 )+ 1
n =
n= 94 orang
Maka jumlah sampel dari penelitian sebanyak 94 orang responden
di Desa Batukarang Kecamatan Payung.
n = N
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukaan di Desa Batukarang Kecamatan Payung dan
pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari–Mei 2015. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena lokasi ini merupakan salah
satu daerah yang terkena dampak erupsi Sinabung, jumlah populasi yang
cukup, lokasi penelitian mudah dijangkau memungkinkan untuk
dilakukan penelitian. Selain itu, penelitian tentang respon psikososial
remaja pasca erupsi Sinabung belum pernah dilakukan di Desa
Batukarang Kecamatan Payung.
4.4 Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat
menjaga dan menghargai hak asasi para responden. Dalam penelitian ini,
peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Bapak Roin
Andreas Bangun selaku Kepala Desa Batukarang dan mengajukan
pembuatan surat permohonan penelitianEthical Clearence ke komisi etik. Setelah mendapatkan izin persetujuan dari kepala desa Batukarang,
kemudian peneliti memperkenalkan diri kepada calon responden,
menanyakan kesediaan menjadi responden, menjelaskan tujuan, dan
manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian
maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi memberikan kode pada masing-masing lembar
responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil
penelitian (Hidayat, 2007).
4.5 Instrumen penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk
kuesioner. Kuesioner yang dipakai adalah kuesioner dari UNICEF yang
telah dimodifikasi dari 48 pernyataaan peneliti hanya menggunakan 35
pernyataan yang sesuai dengan penelitian. Kuesioner yang digunakan
terdiri dari dua bagian, bagian pertama data demografi meliputi nama
inisial, jenis kelamin, umur, pendidikan. Bagian kedua kuesioner
mengenai perkembangan psikososial remaja terdiri dari 35 pernyataan, 14
pernyataan positif yaitu no 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 14, 15, 17, 33, 34.
Pernyataan negatif 21 pernyataan yaitu no 1, 8, 9, 12, 13, 16, 18, 19, 20,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 35. Untuk penyataan positif,
sering = 2 , kadang–kadang = 1, tidak pernah = 0 , untuk pernyataan negatif sering = 0, kadang–kadang = 1, tidak pernah= 2. Perhitungan data hasil pengukuran berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2005).
Panjang kelas = = = 23
Dengan demikian, perkembangan psikososial remaja pasca erupsi
Sinabung dikategorikan sebagai berikut :
Perkembangan baik = 48-70
Perkembangan cukup = 24-47
4.6 Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2010). Uji validitas dilakukan oleh dosen yang
ahli dalam bidang keperawatan jiwa di Fakultas Keperawatan USU yaitu
Walter, S.Kep.,M.kep.,Sp.Kep.J. Berdasarkan uji validitas tersebut,
kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif untuk
mempermudah responden memahami kalimat dalam instrumen tersebut.
Setelah dilakukan uji validitas maka didapatkan nilai CVI 0,96. Hal ini
berarti instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini telah
valid.
Uji Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan
beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo,
2010). Uji reabilitas dilakukan pada 35 sampel yang tinggal di desa
Payung, instrumen reliabel di ujikan kepada remaja sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan. Hasil uji reliabilitas kuesioner untuk mengetahui
perkembangan psikososial remaja pasca erupsi gunung Sinabung
menggunakan uji Cronbach alpha. Pada penelitian ini diperoleh hasil uji reliabilitas dengan nilai 0.81. karena nilai Alpha >0,7 maka dinyatakan bahwa seluruh instrumen atau pernyataan yang digunakan dalam
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin dari
institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin lokasi
penelitian yaitu Desa Batukarang Kecamatan Payung. Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan pada remaja yang ada di masyarakat
dengan mendatangi rumah ke rumah, menghadiri perkumpulan pemuda
pemudi , dan pada remaja yang ada di sekolah. Kemudian peneliti
memperkenalkan diri dan memberi penjelasan kepada remaja sebagai
calon responden mengenai tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan
penelitian dan cara pengisian kuesioner. Remaja yang bersedia, diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika menolak, maka peneliti tidak memaksa dan menghormati responden.
Kemudian peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk
mengisi sendiri kuesioner, dan selama pengisian kuesioner peneliti
mendampingi responden kemudian memberikan kesempatan kepada
responden untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak di pahami.
Setelah kuesioner diisi sendiri oleh responden, kuesioner di kumpulkan
kembali oleh peneliti dan memeriksa kelengkapan datanya. Apabila ada
yang belum lengkap maka kuesioner tersebut dilengkapi pada saat itu
4.8 Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa
tahapan. Pertama dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi, kedua memberi kode
(coding) pada data untuk memudahkan peneliti dalam mentabulasi data yang telah dikumpulkan. Ketiga scoring dan entry data, memberi penilaian terhadap item–item yang perlu diberi penilaian dan memasukkan data dari hasil isian kuesioner psikososial ke dalam
komputer agar data dapat dianalisis menggunakan program statistik.
Kemudian dilakukan pengambilan kesimpulan dengan menggunakan
tabulasi (tabulating). Pengelolaan data dilakukan dengan tehnik komputerisasi, dilakukan labelisasi variabel, dimana yang di ukur adalah
frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan persentase sehingga memperoleh gambaran tentang perkembangan
psikososial remaja dengan 3 kategori yaitu perkembangan baik,
Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan
yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 94 responden di Desa
Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo selama bulan Februari
sampai bulan Mei 2015. Hasil penelitian ini menguraikan mengenai
perkembangan psikososial remaja pasca erupsi gunung Sinabung di Desa
Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo.
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibawah ini menguraikan gambaran data
demografi responden dan gambaran perkembangan psikososial remaja
pasca erupsi gunung Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung
Kabupaten Karo.
5.1.1 Data demografi remaja
Responden dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di Desa
Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo dengan jumlah 94
responden. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa umur terbanyak berada
pada 14 tahun yaitu sebanyak 29 responden (30,9%). Sedangkan jenis
kelamin responden terbanyak perempuan sebanyak 64 responden (68,1%).
Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Data Demografi Remaja di Desa Batukarang Kecamatan Payung
Kabupaten Karo (n=94)
Data demografi Frekuensi (n) Persentase
Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden
yang berjumlah 94 orang responden yakni remaja di Desa Batukarang
Kecamatan Payung Kabupaten Karo terdapat kategori perkembangan
psikososial yaitu perkembangan baik, cukup, dan perkembangan
psikososial kurang. Mayoritas responden mengalami perkembangan
psikososial cukup yaitu sebanyak 77 responden(81,9%) sedangkan
perkembangan psikososial baik yaitu sebanyak 17 responden(18,1%),
untuk perkembangan psikososial kurang tidak dialami oleh remaja di Desa
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Perkembangan Psikososial Remaja Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Batukarang
Kecamatan Payung
Perkembangan psikososial Frekuensi n=(94) Persentasi(%)
Perkembangan baik 17 18,1
Perkembangan cukup 77 81,9
Perkembangan kurang 0 0
5.1.3 Aspek Perkembangan Psikososial Remaja Tabel 5.3
Distribusi dan Frekuensi Pernyataan Perkembangan Psikososial Remaja
No. Pernyataan Sering N(%) KK N(%) TP N(%)
1. Saya suka berada didekat
orang tua saya 61(64,9) 32(34,0) 1(1,1)
2. Saya dapat melakukan 38(40,8) 54(5,74) 2(2,1) kegiatan bersama keluarga
saya
3. Saya akur dengan saudara- 53(56,4) 39(41,5) 2(2,1) saudara saya
4. Saya menjalin pertemanan 39(41,5) 53(56,4) 2(2,1) dengan teman lama saya
5. Saya merasa cocok dengan 40(42,6) 42(44,7) 12(12,8) lingkungan saya
6. Saya bekerja sama dengan 54(57,4) 38(40,4) 2(2,1) teman-teman saya dengan
baik
7. Saya menyenangi semua 42(44,7) 50(53,2) 2(2,1) aktifitas kehidupan saya
8. Saya merasa malu bila 17(18,1) 45(47,9) 32(34,0) berada disekitar orang lain
9. Saya kesulitan untuk 17(18,1) 60(63,8) 17(18,1) menyelesaikan pekerjaan
yang saya mulai
10. Saya mampu berkonsentrasi 36(38,3) 54(57,4) 4(4,3) dalam melakukan pekerjaan
ataupun tugas
12. Saya bersikap buruk 7(7,4) 53(56,4) 34(36,2) terhadap orang lain
13. Saya merasa sangat bersalah 22(23,4) 48(51,1) 24(25,5) setelah bencana
14. Saya mampu menceritakan 33(35,1) 47(50,0) 14(14,9) kembali kejadian yang saya
alami
15. Saya mampu mengerti 28(29,8) 60(63,8) 5(5,3) orang lain
16. Saya pikir saya tidak 11(11,7) 66(70,2) 17(18,1) mampu mengerjakan
apapun dengan baik
17. Saya mampu membuat 25(26,6) 66(70,2) 3(3,2) keputusan dengan baik
18. Saya bisa menjadi 22(23,4) 37(39,4) 35(37,2) sangat ketakutan walau
saya tahu saya sebenarnya tidak ketakutan
19. Saya kehilangan kontrol 38(40,4) 39(41,5) 17(18,1) diri saya saat ketakutan
22. Saya merasa bahwa 5(5,3) 49(52,1) 40(42,6) tidak ada harapan untuk
masa depan yang lebih baik
23. Saya mudah menangis 27(28,7) 40(42,6) 27(28,7) setelah bencana
24. Saya merasa sangat sedih 42(44,7) 41(43,6) 11(11,7) setelah bencana
28. Saya suka melakukan hal- 5(5,3) 16(17,0) 73(77,7) hal yang beresiko melukai
diri saya
29. Saya membolos dari sekolah 4(4,3) 16(17,0) 80(85,1) 30. Saya mementingkan 2(2,10) 48(51,1) 44(46,8)
31. Saya sedih ketika 8(8,5) 34(36,2) 52(55,3) orang lain senang
32. Saya merasa tidak ada satu 6(6,4) 58(61,7) 30(31,9) orang pun yang dapat
saya percaya
33. Saya mendengarkan 51(54,3) 40(42,6) 3(3,2) orang lain bicara dan
menghormatinya
34. Saya senang melakukan 73(77,7) 20(21,3) 1(1,1) kegiatan yang saya
sukai
35. Saya makan jauh lebih 7(7,4) 38(40,4) 49(52,1) banyak/sedikit setelah
bencana
5.2 Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang perkembangan psikososial remaja di
Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo.
5.2.1 Perkembangan Psikososial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan psikososial
yang dialami remaja di Desa Batukarang pasca erupsi gunung Sinabung
mayoritas mengalami perkembangan psikososial cukup yaitu sebanyak 77
responden (81,9%). Sebahagian remaja masih mengalami trauma pasca
erupsi gunung Sinabung seperti tidak bisa mengontrol diri saat marah
50(53%), sering merasa sangat sedih 42(44,7%), mudah menangis setelah
bencana 27(28,7%),sering merasa bersalah setelah bencana 22(23,4%),
menjadi sangat ketakuatan 22(23%) akibat erupsi gunung sinabung yang
terus beraktivitas sampai saat ini hal tersebut tentunya beresiko terhadap
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti
(2012) tentang pengalaman traumatik remaja perempuan akibat banjir
lahar dingin pasca erupsi gunung Merapi menyatakan bahwa peristiwa
traumatik di alami oleh semua sampel penelitian akibat banjir lahar dingin
pasca erupsi gunung Merapi hal ini menimbulkan rasa takut, cemas dan
rasa sedih yang berdampak pada psikologis remaja tersebut sehingga
remaja mengalami kesulitan tidur, stress, dan ketakutan yang
berkepanjangan dan diikuti dengan gejala akut seperti mimpi buruk, dan
ingatan terhadap peristiwa traumatik yang di alami nya dampak ini
tentunya dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang remaja dalam
mencapai identitas dirinya
Menurut Davidson & Neale (1996) kejadian traumatis dapat
menyebabkan individu yang mengalami kejadian traumatisnya atau tidak
bisa menghilangkan kejadian traumatisnya meski sudah lampau sehingga
berkurangnya respon terhadap dunia luar seperti minat untuk melakukan
aktifitas, merasa asing terhadap orang lain, efek depresif (murung, sedih,
putus asa), mimpi buruk, mimpi kejadian traumatisnya secara terus
menerus atau mengalami gangguan tidur, mudah marah, kesulitan
konsentarsi, merasa waspada, terkejut dan ketakutan yang berlebihan.
Menurut Erikson, setiap remaja pada dasarnya dihadapkan pada
suatu krisis yang berhubungan dengan tugas perkembangannya.
Keberhasilan menghadapi krisis akan meningkatkan dan mengembangkan
remaja merasa siap untuk menghadapi tugas perkembangan berikutnya
dengan baik, dan sebaliknya, individu yang gagal dalam menghadapi suatu
krisis cenderung akan memiliki kebingungan identitas. Individu yang
mengalami kebingungan identitas ditandai dengan adanya perasaan tidak
mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, dan tidak percaya diri,
akibatnya ia pesimis menghadapi masa depannya.
Berdasarkan hasil penelitian responden perempuan lebih banyak
ditemukan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 64(68,1%). Remaja
perempuan merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadinya trauma
akibat bencana alam karena keberadaanya remaja perempuan masih
dibawah diresiko dan tingkat ketergantungannya masih tinggi terhadap
orang dewasa. Hasil penelitian ini sesuai dengan buku Sadock, Bj &
Sadock, V.A(2007) yang mengatakan bahwa prevalensi terjadinya PTSD
lebih tinggi pada populasi perempuan yaitu berkisar 5-6%. Hasil Penelitian
Rachmadiany (2008) juga menemukan bahwa penderita PTSD yang
mendapat penanganan di Trauma Centre Lhksukon Kabupaten Banda
Aceh Utara lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 62,5%
sedangkan laki-laki sebanyak 37,5%.
Berdasarkan hasil penelitian perkembangan psikososial baik
dialami oleh responden yaitu sebanyak 17 responden (18,1%) yang
artinya responden memiliki perkembangan psikologis dan hubungan sosial
bencana tsunami hanya menyisakan tidak lebih dari 10% traumatis,
anak-anak dan remaja Aceh tidak menunjukkan simptom-simptom atau gejala
stress pasca tsunami karena mereka menganggap bencana tsunami adalah
takdir Tuhan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa mayoritas
responden berusia 14 tahun yakni sebanyak 29 responden (30,9%).
Menurut Erikson pada usia remaja merupakan masa pencarian identitas
diri. Pada masa ini remaja akan menghadapi masa krisis, masalah yang
berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Keberhasilan
menghadapi krisis akan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti
mampu mewujudkan jati dirinya (self identity) sedangkan kegagalan dalam menghadapi krisis remaja akan mengalami identity confusion atau kebimbangan identitas diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas responden memiliki identitas diri sebagai pelajar terlihat dari
sebanyak 80 responden(80,5%) tidak pernah membolos dari sekolah pasca
bencana walaupun saat ini kondisi sekolahnya kurang baik. Hasil ini tidak
sesuai dengan penelitian yang di lakukan Hartini (2011). Pasca tsunami
terjadi perubahan perilaku pada remaja di NAD. Kebanyakan remaja lebih
memilih untuk bekerja di sektor pembangunan dari pada meneruskan
sekolahnya karena upah kerja yang tinggi.. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi perubahan perilaku remaja dan kegagalan
pembentukan identitas diri remaja sebagai pelajar akibat perubahan
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa remaja pasca bencana
tetap memiliki hubungan sosial yang mayoritas baik yaitu hubungan
dengan orang tua 61(64,9%), hubungan dengan saudara kandung
53(56,5%), dan hubungan dengan teman sebaya 54(57,4), mendengarkan
orang lain dan menghormatinya 51(54,3%). Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian (Setyaningrum, 2007). Pada penelitian ini semua sampel
mempunyai hubungan yang baik dengan orangtua dan sosialnya pasca
gempa bumi di daerah istimewa Yogyakarta. Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian Pratiwi(2004) kemampuan sosial anak pengungsi timor-timur
termasuk dalam kategori tinggi 88% mereka tetap menjalin interaksi yang
baik dengan teman dan saudaranya ditempat pengungsian dan di luar
tempat pengungsian.
Berdasarkan hasil penelitian juga dapat dilihat mayoritas kodisi
nutrisi responden tidak pernah mengalami masalah 49(52,1%) hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi(2004) menyatakan
bahwa kondisi status gizi responden di tempat pengungsian Timor-timor
Pasca Jajak Pandapat mayoritas baik yaitu 70% dan yang bukan di di
tempat pengungsian sebanyak 56%. Kebutuhan nutrisi total sangat
dibutuhkan pada masa remaja untuk membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan remaja, jika asupan nutrisi tidak adekuat maka proses
tumbuh kembang remaja akan terganggu baik di metabolisme, tingkat
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang perkembangan psikososial remaja
pasca erupsi gunung Sinabung di desa Batukarang Kecamatan Payung
Kabupaten Karo:
Responden berjumlah 94 orang. Mayoritas umur responden umur
14 tahun (30,9%), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan
(68,1%) dan pendidikan responden mayoritas SMP (78,7%). Berdasarkan
hasil penelitian perkembangan psikososial remaja pasca erupsi gunung
Sinabung mayoritas responden mengalami perkembangan psikososial
cukup (81,9%) dan mengalami mengalami perkembangan psikososial baik
(18,1%) tetapi tidak ada responden yang mengalami psikososial yang
kurang.
6.2 Rekomendasi
a. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan maupun
wawasan tentang pelaksanaan standar asuhan keperawatan jiwa untuk
mendukung upaya dalam peningkatan kesehatan jiwa khususnya pada
remaja yang mengalami trauma pasca bencana. Diharapkan kepada
perawat jiwa berkomitmen memberikan dukungan secara psikologis
dan sosial kepada remaja pasca bencana secara cepat untuk
b. Institusi Pendidikan Keperawatan
Melalui institusi pendidikan penting untuk memberikan materi tentang
tidakan-tindakan psikososial yang dapat dilakukan oleh peserta didik
kepada penyintas bencana alam untuk meminimalkan gangguan
kejiwaan mengingat wilayah Indonesia termasuk wilayah yang rawan
terjadi bencana alam. Materi ini dapat diberikan melalui perkuliahan
elektifNusing Disaster
c. Penelitian Keperawatan Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan yang
ingin melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.
Diharakapkan pada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial
remaja pasca bencana sehingga masyarakat dapat mengetahui secara
dini faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial hal ini
tentunya dapat meminimalisisir terjadinya perkembangan psikososial
yang tidak baik. Untuk membantu peneliti berikutnya dalam mengkaji
perkembangan psikososial secara langsung , mendalam dan
mendapatkan informasi yang lebih luas, di sarankan menggunakan
desain deskriptif kualitatif dengan metode wawancara sehingga
6.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan yaitu
instrumen penelitian masih ada yang kurang sesuai untuk
menggambarkan kondisi psikososial para korban erupsi, oleh sebab itu
bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan isi yang lebih
valid untuk menggunakan instrumen dalam penelitian ini sebagai
N 02 Terandam Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2011. Skripsi.
Agustiana, R. (2012).Efektifitas Konseling Berbasis Petualangan Imajinatif Dalam Mereduksi Gangguan Kecemasan Pasca Trauma Pada Siswa Korban Bencana Alam ; Pra Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Viismp Sunan Kalijogo Yang Menjadi Korban Bencana Erupsi Gunung Merapi. Skripsi.
Ali, M dan M.( 2004). Psikologi Remaja: perkembangan peserta didik. Jakarta:Buku Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitiansuatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, R. (2012).Pengalaman Traumatic Remaja Perempuan Akibat Banjir Lahar Dingin Pasca Erupsi Gunung Merapi Dalam Perspektif Tumbuh Kembang Di Hunian Sementara Kabupaten Magelang. Tesis.
Dariyo, A. (2004).Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor : Ghalia Indonesia. Ginting, B (2012) .Dampak Bencana Pasca Meletusnya Gunung Sinabung
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Di Desa Kutarakyat Kecamatan Naman Taren Kabupaten Karo. Skripsi.
D. G. S. (2003).Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hartini, N. (2019). Bencana tsunami dan stress pasca trauma pada anak. Journal Universitas Erlanggahal 259-264.
Hartini, N. (2011). Remaja Nangroe Aceh Darussalam Pasca Tsunami.Journal Universitas Airlanggavolume 24, 45-51.
Haryanto. (2011).Kenakalan Remaja. Diakses tanggal 29 September 2014 pukul 20.00 Wib http://belajarpsikologi.com.
Hidayat, A. A. (2007).Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
Karo. (2014).Sebanyak 2.027 Pengungsi Sinabung Dipulangkan. Diakses tanggal 28 September 2014 pukul 15.00 wib. http://regional.kompas.com.
Masykur, A. (2006). Potret psikososialkorban gempa 27 mei 2006.Journal Universitas Diponerogo, volume 3.
Nursalam. (2009).Konsep Dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter & Perry. (2009).Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC. Potter & Perry. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC. Pratiwi, R.(2004)Perbedaan Kemampuan Sosial Anak Pengungsi Timor-Timur
Dan Bukan Pengungsi. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas diponegoro. Semarang.
Rachmadiany. (2008)Pengaruh Karakteristik, Dukungan keluarga dan Kebutuhan Pasien Stress Pasca Trauma Terhadap Pemanfaatan
Pelayanan di Trauma Centre Lhoksukon Kabupaten aceh Utara .Tesis. Sekolah PascaSarjana Universitas sumatera Utara . Medan.
http://repository.usu.ac.id
Santrock, John W. (2003).Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta:Erlangga. Sadock, B.J., Sadock, V.A.(2007). Synopsis of Psychiatrry Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins.
Setyaningrum, E. (2007).Kondisi Emosi Remaja Pasca Gempa Bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi.
Soetjiningsih. (2004).Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.Jakarta : Sagung Seto.
Sudjana. (2005).Metode Statistika. Edisi 6. Bandung : Tarsito.
Suharso, A. (2005).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Widya Karya. Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan bencana. Diakses
tanggal 29 September 2014 pukul 18.00 wib. http://www.bnpb.go.id.
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN
Judul : Perkembangan Psikososial Remaja Pasca Erupsi Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo
Peneliti : Rahmi Amalia Hasibuan
Nim : 111101005
Alamat : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan, akan melakukan penelitian tentang” Perkembangan Psikososial Remaja
Pasca Erupsi Sinabung di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo“.
Penelitian ini merupakan salah satu tugas kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saudara/ saudari mempunyai hak bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden, jika saudara/saudari tidak bersedia menjadi responden maka saya akan tetap menghargai dan tidak akan mempengaruhi terhadap proses penelitian ini . dan jika saudara/saudari bersedia, mohon untuk menandatangani lembaran persetujuan ini.
Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban yang saudara/saudari berikan. Jika saudara/saudari mempunyai pertanyaan atas penelitian ini maka dengan senang hati saya akan memberikan penjelasan.
Demikian permohonan ini disampaikan atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2015
Responden
Lampiran 2 Kuesioner “ Respon Psikososial Remaja Pasca Erupsi Sinabung “
A. Data Demografi
Nama inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Untuk setiap perilaku di bawah ini, silahkan tandai di kolom Tidak Pernah, Kadang-kadang, atau Sering mengenai perilaku anda. Untuk setiap pernyataan pilihlah hanya satu pilihan jawaban dan berikan tanda cheeklist(√) di kotak jawaban. Jawablah sejujur–jujurnya, tidak ada jawaban yang benar atau salah.
No Deskripsi Tingkah Laku TP KD S
1 Saya suka berada di dekat orang tua saya 2 Saya dapat melakukan kegiatan bersama
keluarga saya
3 Saya akur dengan saudara–saudara saya 4 Saya menjalin pertemanan dengan
teman-teman lama saya
5 Saya merasa bahwa saya cocok dengan lingkungan saya
6 Saya bekerja sama dengan teman-teman saya dengan baik
7 Saya menyenangi semua aktifitas kehidupan saya
8
Saya merasa malu bila berada disekitar orang lain
9 Saya kesulitan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah saya mulai
10 Saya mampu berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan ataupun tugas
yang sama alam
15 Saya mampu mengerti orang lain
16 Saya berpikir saya tidak mampu mengerjakan apapun dengan baik
17 Saya mampu membuat keputusan dengan baik 18 Saya bisa menjadi sangat ketakutan walaupun
saya tahu sebenarnya tidak ketakutan 19 Saya kehilangan kontrol diri saya saat saya
ketakutan
20 Ketika saya marah, saya tidak bisa mengontrol diri saya
21 Saya merasa sesuatu yang buruk akan terjadi 22 Saya merasa bahwa tidak ada harapan untuk
masa depan yang lebih baik
23 Saya mudah menangis setelah bencana 24 Saya merasa sangat sedih setelah bencana 25 Saya menggerutu kalau ada hal-hal yang tidak
sesuai dengan hati saya
26 Saya merasa sangat marah sehingga saya tidak bisa bicara
27 Saya pernah mencoba menyakiti diri saya 28 Saya suka melakukan hal-hal yang beresiko
melukai diri saya sendiri 29 Saya membolos dari sekolah
30 Saya mementingkan diri saya sendiri 31 Saya sedih ketika orang lain senang 32 Saya merasa tidak ada satu orangpun yang
dapat saya percaya
33 Saya mendengarkan orang lain bicara dan menghormatinya
34 Saya senang melakukan kegiatan yang saya sukai.
Lampiran 3
JADWAL PENELITIAN No Aktivitas
Penelitian Sep-14 Oktober 2014 Nov-14 Desember 2014
Januari Februari
2015 Maret 2015 Apr-15
Lampiran 11
Hasil Kuesioner Perkembangan Psikososial
I U JK Pe 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 tot
Rs 1 2 1 0 1 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 0 2 1 1 1 0 0 1 1 2 0 0 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 0 35
Nm 1 2 1 0 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 2 2 2 2 1 0 2 2 1 39
Ra 1 2 1 0 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 0 2 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 39
Tab 1 2 1 0 0 1 2 1 2 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 36
Db 1 2 1 0 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2 2 2 2 1 1 0 2 2 1 38
Eb 1 2 1 0 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 0 1 2 1 0 1 2 1 0 2 2 2 1 2 2 2 46
Cy 1 2 1 0 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 2 1 2 1 1 1 2 34
Eb 1 2 1 0 2 1 2 2 2 2 1 1 0 1 0 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 2 1 0 1 1 2 2 35
Gf 1 2 1 0 2 1 1 2 2 1 1 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 2 1 0 0 2 2 1 42
Ym 1 2 1 0 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 0 1 1 1 0 1 1 2 2 2 1 1 0 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 46
Jb 1 1 1 0 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 0 1 0 2 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 2 1 1 2 1 1 1 36
Js 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 0 2 1 1 1 0 2 1 1 2 1 0 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1 2 2 1 1 1 42
Ad 1 1 1 0 2 1 2 1 0 2 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 57
Dk 1 2 1 0 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 0 0 2 1 1 1 0 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 47
Iv 2 2 1 0 2 2 1 2 2 1 0 0 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 45
Aa 2 2 1 0 2 2 1 2 2 1 0 0 2 2 2 0 2 0 1 1 1 0 1 0 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 45
Dm 2 2 1 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 0 2 1 2 1 0 0 0 0 2 1 0 0 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 47
Aw 2 1 1 0 1 2 2 2 1 2 2 1 0 2 2 0 1 1 2 2 1 0 0 1 1 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 47
Cab 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 2 0 2 2 1 0 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 49