• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, system muskulo retikulo endotelia, mata, otot, tulang, testis dan organ lain kecuali system saraf pusat. Bila tidak terdiagnosis dan diobati secara dini, akan menimbulkan kecacatan menetap yang umumnya akan menyebabkan penderitanya dijauhi, dikucilkan, diabaikan oleh keluarga dan sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka menjadi sangat tergantung secara fisik dan finansial kepada orang lain yang pada akhirnya berujung pada kemiskinan (Depkes, 2008).

(2)

2

Penanganan kusta dikomunitas sebagai population at risk sesuai dengan tiga dari delapan tujuh Millenium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan millennium, yaitu memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, (Susanto, 2010). Berdasarkan pendekatan epidemiologi, penyakit kusta merupakan masalah yang cukup serius karena jumlah populasi beresiko (population at risk) dan terpapar oleh penyakit kusta sangat besar (Susanto, 2010). Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), jumlah kasus kusta tahun 2009 di dunia berjumlah 497.791 kasus. Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dengan jumlah 16.549 kasus. Pada tahun 2010 Indonesia melaporkan 17.012 kasus baru dan 1.822 diantaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang tampak).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa timur 2012, penemuan penderita Kusta di Indonesia merupakan urutan ketiga di bawah India dan Brazil. Dan secara nasional, Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang penderita kusta terbanyak di antara provinsi lainnya. Rata-rata penemuan penderita Kusta di Provinsi Jawa Timur per tahun antara 4.000-5.000 orang. Pada tahun 2012, penemuan penderita baru di Indonesia sebanyak 18.853 orang, sedangkan penemuan penderita baru di Provinsi Jawa Timur sebanyak 4.807 orang (25,5% dari jumlah penderita baru di Indonesia). Berdasarkan hasil survey peneliti di wilayah Malang Timur, masih ditemukan penderita kusta di wilayah Kedung Kandang sebanyak 47 penderita. 37 penderita terbaru ditemukan di tahun 2013-2014 dan menduduki urutan pertama angka kejadian kusta tertinggi di Kota Malang.

(3)

3

MDT (Multi Drug Therapy) untuk kusta. Upaya penanggulangan penyakit Kusta dipengaruhi oleh ketidakteraturan berobat dan menghilangnya penderita tanpa melanjutkan program pengobatan Multi Drug Therapy (MDT). Menurut Avianty (2005) dalam Budiman (2010), kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon yang hanya muncul apabila individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah menjadi ketetapan dapat dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat di pengaruhi oleh beberapa variabel yaitu variabel umur, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan peran pengawas minum obat (PMO). Ketidakteraturan berobat dapat menimbulkan suatu kondisi putus obat (default).

Jika seorang penderita PB (Pausi Bassiler) tidak mengambil atau meminum obatnya lebih dari 3 bulan (tidak menyeleseaikan pengobatan sesuai waktu yang telah ditetapkan) maka mereka dinyatakan sebagai Defaulter PB (Pausi Bassiler). Dan jika seorang MB (Multi Bassiler) tidak mengambil atau meminum obatnya lebih dari 6 bulan (tidak menyeleseaikan pengobatan sesuai waktu yang telah ditetapkan) maka mereka dinyatakan sebagai Defaulter MB (Multi Bassiler). Selama mengikuti program pengobatan MDT (Multi Drug Therapy), penderita secara rutin harus mengambil obat untuk pengobatan selama satu bulan di Puskesmas. Obat yang pertama kali dalam bentuk Blister ini wajib diminum di depan petugas dan selanjutnya diteruskan dirumah (Depkes RI,2006).

(4)

4

buruk bagi penderita karena akan menimbulkan resistensi obat-obatan anti kusta. Bila Penderita kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit syaraf yang dapat memperburuk keadaan, disinilah pentingnya pengobatan sedini mungkin dan teratur (Depkes RI, 2008).

Pengobatan kusta yang memerlukan jarak lama antara 6-12 bulan, biasanya memiliki resiko tinggi dalam ketidakteraturan berobat dan minum obat. Dalam perjalanannya penyakit kusta sering mengalami reaksi yang disebut dengan reaksi kusta yang apabila tidak cepat ditangani atau terlambat penanganan akan menimbulkan cacat yang permanen, inilah salah satu yang sangat ditakuti dari penyakit ini meskipun tidak menimbulkan kematian namun akan mengurangi produktifitasnya dan bila tingkat cacatnya berat akan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat. Akan tetapi dengan penanganan yang tepat dan cepat dapat mencegah dan mengurangi tingkat kecacatan sehingga pasien akan sembuh tanpa meninggalkan cacat dan akan bisa produktif lagi (Dewi, 2014).

Melihat masalah diatas, kusta perlu mendapat perhatian. Salah satu kunci pemberantasan kusta, untuk mencapai kesembuhan penyakit kusta diperlukan keteraturan atau kepatuhan berobat bagi penderita. Upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk mempercepat eliminasi penyakit kusta adalah dengan melakukan promosi kesehatan tentang kepatuhan dan ketepatan minum obat secara konsisten dan berkesinambungan. Tenaga kesehatan dapat berperan sebagai care giver dan konselor yang berfungsi untuk mendampingi serta memantau pengobatan penderita kusta (Dewi, 2014).

(5)

5

dari itu diperlukan seseorang yang bisa dipercaya menjadi seorang pengawas minum obat (PMO). Menurut Depkes RI (2008), pengawas minum obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita kusta dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas minum obat (PMO) bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. Pengawas minum obat (PMO) berperan untuk memantau keteraturan penderita dalam meminum obat sesuai dengan dosis dan waktu yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program kusta, peneliti mengetahui bahwa masih ada 3 dari 11 penderita baru (8%) yang tidak teratur dalam mengambil obat dan 2 dari 26 penderita lama (5%) sempat menjadi defaulter karena tidak tahan dengan efek samping dan lama pengobatan. Penderita memiliki pengawas minum obat (PMO) dan seluruh PMO tersebut adalah keluarga pasien yang tinggal serumah dan mampu memantau pasien setiap hari. Selain itu, sebelum menjadi seorang PMO, anggota keluarga yang ditunjuk sudah diberi pelatihan singkat tentang bagaimana penyakit kusta dan harus mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak efektifnya kinerja PMO.

(6)

6

(PMO). Pengawas minum obat (PMO) sangat penting untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil pengobatan yang optimal (Depkes,2008). Kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilannya (Purwanta,2005).

Kepatuhan minum obat merupakan faktor yang paling menentukan kesembuhan penderita penyakit kusta. Kepatuhan minum obat penderita kusta sangat membutuhkan pengawasan agar penderita tidak lupa minum obat sehari-hari dan tidak putus obat (default dandrop out). Melihat kondisi tersebut peneliti ingin melihat kepatuhan penderita kusta dalam mengikuti program pengobatan MDT (Multi Drug Therapy) sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di

Puskesmas Kedungkandang Kota Malang“ .

1.2 Rumusan Masalah

1. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “ Apakah terdapat hubungan kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Puskesmas Kedungkandang Kota Malang ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

(7)

7

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan gambaran kinerja pengawas minum obat (PMO) pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang. 2. Mendeskripsikan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah

kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

3. Menganalisis hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dalam penyusunan karya tulis, khususnya tentang hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Puskesmas Kedungkandang Kota Malang serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti dan kemudian sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Sebagai masukan kepada puskesmas dalam upaya peningkatan pemantauan pengobatan penderita kusta melalui pengawas minum obat (PMO) sampai selesai berobat dan dinyatakan Release from Treatment (RFT).

1.4.3 Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pembanding atau

(8)

8

1.5 Keaslian Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Resty,2010) tentang hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan keteraturan berobat pasien TB Paru dengan hasil pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur berobat 5,23 kali lebih besar dibanding pasien yang memiliki kinerja PMO buruk dan secara statistic hubungan tersebut signifikan. Penelitian di atas menunjukkan adanya hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan keteraturan penderita untuk mengikuti program pengobatan.

Sedangkan dalam penelitian (Nurvita, 2013) hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan pengawas minum obat (PMO) dan kepatuhan berobat pada penderita TB Paru di Puskesmas Limboto Kab. Gorontalo. Dukungan pengawas minum obat yang baik menunjukkan adanya hasil yang significant terhadap tingkat kepatuhan berobat pada penderita TB Paru. Dengan adanya dukungan dan pengawasan langsung dari pengawas minum obat (PMO) membuat penderita lebih termotivasi dalam menjalani dan menyelesaikan pengobatan.

1.6 Batasan Penelitian

Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi penelitian pada :

1. Peneliti hanya meneliti penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

2. Peneliti hanya meneliti penderita kusta yang kooperatif di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

(9)

HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO)

TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA

PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KEDUNGKANDANG

KOTA MALANG

SKRIPSI

Oleh :

REY LUNA

NIM. 201010420311102

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(10)
(11)
(12)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Rey Luna

NIM : 201010420311102

Program studi : Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES (UMM)

Judul Skripsi : Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita kusta di Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.

Malang, 02 Mei 2015 Yang membuat pernyataan,

Rey Luna

NIM. 201010420311102

(13)

THANK’S GIVING PAGE

Tak terasa 4,5 tahun telah terlewati. Masa – masa kuliah, masa – masa menjadi seorang mahasiswa yang penuh tanggung jawab dengan segala kemandirian.Universitas Muhammadiyah Malang, tempat dimana aku menemukan sahabat^^baru, pengalaman^^ baru dan relasi^^baru.Khususnya di Fakultas Ilmu Kesehatan jurusan PSIK. Terimakasih tak terkira saya ucapkan………….

1. Gusti Allah SWT yang telah memberikan saya hidup dan memberikan jalan terbaik untuk masa depan saya.

2. Ayahanda tercinta Yasminto (Alm) yang telah berpulang ke Rahmatullah ketika saya masih SD tapi telah memberi banyak sekali ilmu yang bermanfaat hingga kini. U are The Best Dady. Sukartin Ibunda terayang yang telah melahirkan saya.

3. Om dan tante yang telah membantu pendidikan saya dalam hal materiil maupun non materiil.

4. My Owner Heart yang setia mendampingi saat suka maupun duka dan tak lelah memberi motivasi dalam bentuk apapun demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bp.Husni yg mengijinkan saya bekerja sebagai guru Part Time di bimbelnya selama 2,5th dan membuat saya banyak bertemu relasi dan mendapatkan segudang pengalaman^^baru

6. Para Responden yang dengan senang hati bersedia untuk saya teliti

7. Keluarga Lawang yang tiada henti memberikan nasehat selalu 8. Seluruh teman^^ saya di UMM dari berbagai jurusan khususnya

PSIK C 2010,teman^^ kos 427K.

9. Bulek paklek dan keponakan di Blitar yang selalu memperhatikan kesehatan saya.

10. My hamster yg sangat lucu dan menghibur saat stress, dan terakhir….

11. Thanks to INDOMIE dan GOOD DAY yang membuat

(14)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih banyak setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Yoyok Bekti Prasetyo.S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Nurul Aini.S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Aini Alifatin.S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.

4. Nurlailatul Masruroh.S.Kep.,Ns.,MNS selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.. 5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah memberikan ilmunya.

Malang, 02 Mei 2015

Penulis

(15)

HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

, ,

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit kusta tidak hanya dari segi medis, tetapi juga dari segi social, ekonomi dan psikologis. Penderita kusta membutuhkan pengobatan jangka panjang antara 6-12 bulan. Pengobatan yang lama menimbulkan resiko ketidakpatuhan minum obat. Hasil wawancara dengan 12 penderita kusta yang tidak patuh minum obat mengatakan bahwa pengawas minum obat (PMO) jarang memberi motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kinerja pengawas obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

Metode Penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana sebagai variabel independen adalah kinerja pengawas minum obat (PMO), sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang. Subyek penelitian ini adalah penderita kusta sebanyak 30 orang. Diambil dengan metode total sampling. Analisa data dengan menggunakan system komputerisasi SPSS dengan uji korelasi Chi-Square.

Hasil Penelitian : Hasil analisis didapatkan gambaran kinerja pengawas minum obat (PMO) baik sebanyak 17 orang (56,67%) dan kinerja PMO sedang sebanyak 13 orang (43,33%). Sedangkan didapatkan gambaran kepatuhan minum obat pada penderita kusta dengan kategori patuh 18 responden (60%) dan kategori tidak patuh 12 responden (40%). Dengan nilai p value 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat.

Kesimpulan : Ada hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

Kata kunci : Kinerja PMO, Kepatuhan

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

(16)

RELATION OF DRUG CONSUMPTION SUPERVISOR (PMO) PEFORMANCE TOWARD ADHERENCE OF TAKING

MEDICINE FOR LEPROSY PATIENTS IN KEDUNGKANDANG HEALTH CENTER IN MALANG CITY

, ,

ABSTRACT

Background : Leprosy is contagion disease that’s it still to be health problem in Indonesia. The impact of Leprosy not only medically, but also socially, economic, and pshycologically. Leprosy patients need a long time treatment about 6-12 month. A long treatment has a risk in disobedience of taking medicine. The result of interview with 12 leprosy victims whose disobedience said that drug consumption controller (PMO) rarely give motivation. This research aimed to know the relation between drug consumption controller (PMO) performance with adherence of taking medicine for leprosy patients in Kedungkandang health center in Malang city.

Research method : This research used cross-sectional design. The independent variable was drug consumption supervisor (PMO) performance and the dependent variable was adherence of taking medicine. This research conducted on March 2015 in Kedungkandang public health center in Malang city. The amount of sample were 30 people, taken by total sampling. Data analyze by SPSS for Windows 15 with Chi-Square Corelation.

Research result : The result shows, good drug consumption supervisor (PMO) performance is 17 people (56,57%) and moderate drug consumption supervisor (PMO) performance is 13 people (43,33%). Adherence patients taking medicine for leprosy is 18 peaople (60%) and non-adherence patients is 12 people (40%). The p value 0,000 < 0,05. So can be concluded there is a relation between drug consumption supervisor (PMO) performance with adherence of taking medicine.

Conclusion : There is a relation between drug consumption controller (PMO) performance with compliance of taking medicine in Kedungkandang public health center in Malang city.

Keyword : PMO performance, Adherence.

1. Student in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang.

2. Lecturer in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang.

3. Lecturer in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health Science, University of Muhammadiyah Malang.

(17)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... . iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 TujuanUmum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1 Bagi Peneliti ... 9

1.4.2 Bagi Dinas Kesehatan ... 9

1.4.3 Bagi Puskesmas ... 9

1.4.4 Bagi Peneliti Lain ... 9

1.5 Keaslian Penelitian ... 9

1.6 Batasan Penelitian ... 10

(18)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Konsep kusta ... 11

2.1.1 Definisi ... 11

2.1.2 Etiologi kusta ... 11

2.1.3 Diagnosa dan klasifikasi ... 12

2.1.4 Pencegahan penyakit kusta ... 15

2.1.5 Pengobatan penyakit kusta ... 18

2.2 Konsep kepatuhan ... 28

2.2.1 Definisi ... 28

2.2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan ... 29

2.2.3 Strategi untuk meningkatkan kepatuhan ... 29

2.2.4 Akibat Ketidakpatuhan Minum Obat ... 31

2.2.5 Kiat penting mengingat minum obat ... 32

2.2.6 Cara mengukur kepatuhan... 32

2.3 Konsep kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) ... 33

2.3.1 Definisi ... 33

2.3.2 Persyaratan PMO ... 33

2.3.3 Siapa yang bisa jadi PMO ... 34

2.3.4 Tugas PMO ... 34

2.3.5 Informasi yang perlu dipahami dan disampaikan PMO ... 35

2.4 Hubungan kinerja PMO dengan kepatuhan ... 36

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 38

3.1 Kerangka konseptual ... 38

3.2 Hipotesis penelitian ... 39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 40

4.1 Desain penelitian ... 40

4.2 Kerangka penelitian ... 41

4.3 Populasi, sampel, dan tehnik sampling ... 42

(19)

4.3.1 Populasi ... 42

4.3.2 Sampel ... 42

4.3.3 Tehnik sampling ... 42

4.4 Variabel penelitian ... 43

4.4.1 Variabel independen ... 43

4.4.2 Variabel dependent ... 43

4.5 Definisi Operasional ... 43

4.6 Tempat dan waktu penelitian ... 45

4.6.1 Tempat penelitian ... 45

4.6.2 Waktu penelitian ... 45

4.7 Intrument penelitian ... 45

4.8 Proses pengumpulan data ... 47

4.9 Tehnik pengolahan data ... 48

4.10 Analisa data ... 49

4.11Uji validitas dan reliabilitas ... 52

4.11.1 Uji validitas ... 52

4.11.2 Uji reliabilitas ... 52

4.12 Etika penelitian ... 53

BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ... 54

5.1 Analisa univariat... 54

5.1.1 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 54

5.1.2 Karakteristik responden berdasarkan hubungan PMO ... 55

5.1.3 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin ... 55

5.1.4 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan ... 56

5.1.5 Gambaran kinerja PMO ... 56

5.1.6 Gambaran kepatuhan minum obat ... 57

5.2 Analisis bivariat ... 58

5.2.1 Tabulasi silang kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat ... 58

5.2.2 Hasil uji chi-square ... 59

(20)

BAB VI PEMBAHASAN ... 61

6.1 Interpretasi dan hasil diskusi ... 61

6.1.1 Gambaran kinerja PMO ... 61

6.1.2 Gambaran kepatuhan minum obat ... 62

6.1.3 Hubungan kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat ... 64

6.2 Implikasi keperawatan ... 67

6.3 Keterbatasan penelitian ... 69

BAB VII PENUTUP ... 70

7.1 Kesimpulan ... 70

7.2Saran 71 7.2.1 Bagi penderita ... 71

7.2.2Bagi PMO ... 71

7.2.3 Bagi Puskesmas ... 72

7.2.4Bagi peneliti selanjutnya ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN ... 74

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tanda utama kusta pada tipe PB dan MB ... 14

Tabel 2.2 Tanda lain untuk klasifikasi penyakit kusta ... 15

Tabel 2.3 Pedoman praktis pengobatan MDT tipe PB ... 20

Tabel 2.4 Pedoman praktis pengobatan MDT tipe MB ... 21

Tabel 2.6 Efek samping yang disebabkan obat dan penanganannya ... 23

Tabel 2.7 Tindakan untuk penderita default ... 27

Tabel 4.1 DefinisiOperasional ... 44

Tabel 4.2 Kisi-kisi kuesioner penelitian ... 46

Table 4.3 Kisi-kisi kuesioner penelitian ... 47

Tabel 5.1 Gambaran karakteristik usia PMO ... 54

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan hubungan PMO... 55

Tabel 5.3 Tabulasi Silang antara Kinerja PMO dengan Kepatuhan Minum Obat ... 58

Tabel5.4 Hasil analisa bivariat uji Chi-Square ... 59

Tabel5.5 Hasil Uji Koefisien Kontingensi ... 59

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian ... 75

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 76

Lampiran3 Lembar Permohonan Menjadi Responden ... 77

Lampiran4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 78

Lampiran5 Lembar Kuesioner ... 79

Lampiran6 Hasil Uji Validitas dan reliabilitas Kuesioner... 83

Lampiran7 Hasil Uji Chi Square ... 85

Lampiran8 Master Data Penelitian ... 86

Lampiran9 Lembar Konsultasi Skripsi ... 87

Lampiran10 Gambar Dokumentasi Penelitian ... 90

Lampiran 11 Curriculum Vitae ... 92

(23)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Kemasan (blister) obatkusta ... 23

Gambar 3.1.Kerangka Konseptual Hubungan antara Kinerja Pengawas Minum Obat ... 38

Gambar 4.2 Kerangka Penelitian ... 41

Gambar 5.1Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Gambar 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 56

Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja PMO ... 56

Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan Minum Obat ... 57

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.(2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V. Jakarta : Rineka Cipta. Ariyana, D. (2011). Thesis. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Dukungan Psikososial

Keluarga Pada Anggota Keluarga dengan Penyakit Kusta Di Kabupaten Pekalongan.Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Azwar, S. (2007).Penyusun Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Avianty (2005) dalam Budiman, Novie .E.,& Dewi.A.M. (2010). Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru pada Fase Intensif Di Rumah Sakit Umum Cibabat Cimahi.Dalam Jurnal STIKES A.Yani Cimahi Vol.4 No.2.

Bart, S. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Becher.(1997). Patient Adherence to Prescribed Therapis.Medical Care.23:539.

Cytler, Lierras M (2009). Leprosy dalam Penyakit Menular Jilid 1.Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan .R.I. (2008). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.Jakarta : Pedoman Riset Departemen Kesehatan R.I.

Departemen Kesehatan .R.I. (2006). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta Cetakan XVIII.Jakarta : Pedoman Riset Departemen Kesehatan R.I.

Dewi, Nur. (2014). Skripsi. Hubungan Locus of Control dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di Puskesmas Proppo Kabupaten Pamekasan 2014.Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya. Dinas Kesehatan Kota Malang.(2013). Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Malang.

Djuanda, A.,dkk. (2002). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-3.Jakarta : Indonesia University Press.

Donna.(2008). Pengadaan Obat Kusta. Medan : Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Elenkolis, Kristin. (2012). Skripsi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Skizofrenia dalam Melakukan Kontrol Rutin terhadap Kesehatan Jiwa di Poliklinik RSJD Dr. Amina Semarang.Semarang : Universitas Satya Wacana.

(25)

Gitawati, Suksediati. (2000). Studi Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di 10 Puskesmas di DKI Jakarta 1996-1999.Cermin Dunia Kedokteran Jurnal.Vol 18.

Hadianto.(2011). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hutabarat, B. (2008). Thesis. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan Tahun 2007.Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan

Komunitas/Epidemiologi. Universitas Sumatera Utara.

Hutapea, T.P. (2010). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.Dalam Jurnal Ilmiah Respirology. Surabaya Vol.10.

Kementrian Kesehatan R.I. (2012). Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta.Jakarta : Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan.

Morisky, et.al.(1986). Medication Adherence Quesionaire (MAQ).Dalam Jurnal Imiah CERP (Centre of Exellent For Relaps Prevention).

Niven, N. (2002). Perilaku Kesehatan, dalam : Psikologi Kesehatan Edisi Ke-2. Jakarta : .: EGC 183-199. Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta. Nurhayati, J. (2013). Skripsi. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan

Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo.Universitas Negeri Gorontalo.

Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika. _______. (2007). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika. Nursing.(2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit.Jakarta : Index.

Noor.(2010). Skripsi. Meningkatkan Keteraturan Berobat pada Penderita TB Paru di Puskesmas Cikarang. Universitas Padjajaran.

Nurhayati.(2013). Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di RS. Kariadi Semarang. Dalam Jurnal Medical Health Vol.9 No. 04.

Nurvita, P. (2013). Skripsi. Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan

Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.

Panirogo, S. (2007).Skripsi. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Berobat Penderita Kusta Di Provinsi Gorontalo.Universitas Gadjah Mada.

(26)

Pramono.(2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan pada Penderita Kusta di RS. Tugurejo Semarang. Dalam Jurnal Ilmiah Universitas Padjajaran Vol. 10 No. 05. Purwanta.(2005). Ciri-ciri Pengawas Minum Obat yang Diharapkan oleh Penderita Tuberkulosis

Paru Di Daerah Urban dan Rural di Yogyakarta.(Diakses dari www.jmpk-online.net

pada tanggal 10 Oktober 2014).

Rachmat, H.R. (2004). Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip dasar, Kebijakan, Perencanaan dan Kajian Masa Depannya.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Saranani.(2005). Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan Rutin.Dalam Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Universitas Muhammadiyah Semarang Vol.01 No.02.

Setiadi.(2007). Konsep Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu. Siregar. (2005). Atlas Berwarna ; Saripati Penyakit Kulit Edisi Ke-2. Jakarta : EGC. Smeet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Erlangga.

Stanhope, M. & Lanchaster, J. (2000). Community Health Nursing : promoting health of aggregates, families and individualis, 4th Edition. St. Louis : Mosby-Year Book, Inc.

Subdirektorat Kusta dan Frambusia.(2007). Modul Pelatihan Program P2 Kusta Bagi UPK. Sugiono.(2010). Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta.

Sukamto.(2002). Thesis. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru Tahap Intensif dengan Strategi DOTS di Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantas Selatan.Surabaya : Universitas Ailangga.

Susanto, T. (2010).Thesis. Penanggulangan Klien Dewasa Dalam Menjalani Perawatan Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember (Studi

Fenomelogi).Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Thompson, et.al. (2000). Medication Adherence Rating Scale (MARS). Dalam Jurnal Imiah CERP (Centre of Exellent For Relaps Prevention).

Resty, J. (2010). Skripsi. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Hasil Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Tahap Intensif dengan Strategi DOTS di RSUD Dr. Moewardi.Universitas Sebelas Maret.

World Health Organization (WHO). (2006). Report of The Global Forum on Elimination of Leprosy as a Public Health Problems.(Diakses dari

http://www.who.org.cds_ntd_2006_4egn pada tanggal 05 September 2014). _________. (2009). Regional Health Forum, WHO-South-East Asia Region Journal. Vol.9,

Number 2.(Diakses dari http://www.who.org/ pada tanggal 25 september 2014). __________. (2010). Weekly Epidemiological Record..(Diakses dari http://www.who.int/ pada tanggal

Referensi

Dokumen terkait

The CEOS Recovery Observatory Pilot will cover a multi-year period, beginning with a preparatory phase, in which satellite agencies collaborate with international

[r]

Kualitas dari aspek medis harus adekuat (tidak lebih dan tidak kurang) Sementara peran swasta for profit ada kecenderungan untuk memberi layanan berlebihan (untuk

Berdasarkan Penetapan Pengadaan Langsung nomor: : 06/PAN-PL/HCL-DIPA/2012 tanggal 30 November 2012 untuk pekerjaan Pengadaan Hidrolic Car Lift Penelitian Mobil Listrik Nasional

Dokumen dan catatan yang digunakan berupa formulir-formulir selama proses pengadaan bahan baku benang yang dicetak urut nomor yang sesuai dengan

yang sama dan ada juga mutu yang lebih baik.. Faditlah Advertising Palembang harus dapat menyaingi perusahaan lain untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan menetapkan harga

Resiko Likuditas (Liquidty Risk) adalah risiko likuiditas yang terjadi akibat adanya variabilitas likuiditas, yang mana jika variabilitas likuiditas ini semakin tinggi,

Diharapkan dari penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah atau instansi kesehatan dalam mencanangkan program pemanfaatan starter tape, nasi basi