SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP
PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2011-2013
OLEH
EVELYN KOSASIH 110503147
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap Praktik
Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2011-2013” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri
yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 24 Maret 2015 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
FINANCIAL LEVERAGE, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP
PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2011-2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, penelitian ini juga melihat apakah ada perbedaan antara perusahaan yang tidak melakukan perataan laba dengan perusahaan yang melakukan perataan laba atas faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang diuji meliputi ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen.
Penelitian ini melibatkan tujuh belas perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan adalah data eksternal, yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Pengujian univariate (T-test dan Mann-Whitney test) serta pengujian multivariate (regresi logistik) digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba.
Hasil perhitungan indeks Eckel (1981) menunjukkan bahwa praktik perataan laba juga dilakukan oleh sebagian perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen tidak mempunyai perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba. Hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF FIRM SIZE, PROFITABILITY, FINANCIAL LEVERAGE, AND DIVIDEND POLICY ON INCOME SMOOTHING PRACTICE
AMONG PROPERTY & REAL ESTATE COMPANIES LISTED IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE FOR THE PERIOD 2011-2013
This study aims to determine the factors that influence income smoothing practice on property & real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). In addition, this study also looked at whether there is a difference between smoothing and non smoothing company over these factors. Factors examined include firm size, profitability, financial leverage and dividend policy.
This study involved seventeen property & real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2011-2013. The sample selection is done by using purposive sampling method. This research utilizes external data, obtained from the website www.idx.co.id. Univariate test (T-test and Mann-Whitney test) and multivariate testing (logistic regression) were used to identify factors that influence the income smoothing practice.
The results of Eckel’s Index (1981) showed that income smoothing practice is also performed by some property & real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange. Univariate test results indicate that the variable firm size, profitability, financial leverage and dividend policy has no significant difference between smoother firm and nonsmoother firm. Multivariate testing results show that the variable firm size, profitability, financial leverage and dividend policy does not significantly influence the income smoothing practice.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai
dengan kasih setia dan berkat-Nya, ter-khusus dalam perkuliahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, dan bimbingan selama
masa perkuliahan, yaitu kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Acc., Ak., CA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., CPA dan Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M.,
Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, M.M., Ak., selaku Dosen Pembimbing
menyelesaikan skripsi ini dan Ibu Dra. Naleni Indra, M.M., Ak., selaku
Dosen Pembaca Penilai penulis yang memberikan masukan atas penulisan
skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis, Bapak Henry Kho dan Ibu Tio Kim Tjoe yang
telah memberikan dukungan material dan moril dengan penuh kasih
sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi S1 ini. Adik
tersayang, Hebert Kosasih yang telah memberikan dukungan moril dan
doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
6. Sahabat S1 Akuntansi (Meryana, Monica, Winny, Anita, Khaterine,
Yenni), teman-teman XII-IPA’11 dan teman-teman S1 Akuntansi stambuk
2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti
mendoakan, memberi semangat, dan menghibur selama ini.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 24 Maret 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 9
2.1.1 Laporan Keuangan... 9
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 9
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 10
2.1.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 12
2.1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 14
2.1.2 Teori Keagenan ... 15
2.1.3 Manajemen Laba ... 16
2.1.4 Perataan Laba ... 18
2.1.4.1 Pengertian Perataan Laba ... 18
2.1.4.2 Klasifikasi dan Dimensi Perataan Laba ... 19
2.1.4.3 Motivasi Manajer Melakukan Praktik Perataan Laba ... 20
2.1.4.4 Tujuan Perataan Laba... 21
2.1.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba ... 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
2.3 Kerangka Konseptual ... 28
2.4 Hipotesis ... 29
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba ... 29
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba ... 29
2.4.3 Pengaruh Financial Leverage terhadap Praktik Perataan Laba ... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 33
3.2.1 Variabel Independen ... 33
3.2.2 Variabel Dependen ... 35
3.3 Skala Pengukuran Variabel ... 38
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
3.5 Jenis Data ... 42
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 42
3.7 Teknik Analisis Data ... 43
3.7.1 Statistik Deskriptif ... 43
3.7.2 Pengujian Univariate ... 43
3.7.3 Pengujian Multivariate ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 48
4.2 Perhitungan Index Smoothing ... 48
4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 52
4.3.1 Statistik Deskriptif ... 52
4.3.2 Pengujian Univariate ... 53
4.3.3 Pengujian Multivariate ... 55
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
4.4.1 Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 60
4.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba ... 60
4.4.2.1 Ukuran Perusahaan ... 60
4.4.2.2 Profitabilitas ... 61
4.4.2.3 Financial Leverage ... 62
4.4.2.4 Kebijakan Dividen ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 65
5.3 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba ... 23
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.2 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 40
3.3 Daftar Sampel Perusahaan ... 41
4.1 Perhitungan Coefficient of variation of earnings ... 49
4.2 Perhitungan Coefficient of variation of sales ... 50
4.3 Perhitungan Index Smoothing ... 51
4.4 Statistik Deskriptif ... 52
4.5 Hasil Pengujian Normalitas Sebaran Data ... 53
4.6 Hasil Pengujian Univariate ... 54
4.7 Koefisien Regresi Logistik ... 55
4.8 Hasil Pengujian Multivariate Secara Serentak ... 56
4.9 Model Summary ... 57
4.10 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap II ... 58
4.11 Hasil Pengujian Multivariate Secara Terpisah Tahap III ... 59
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2011-2013 ... 70
2 Data Profitabilitas Berdasarkan ROA pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013... 70
3 Data Financial Leverage Berdasarkan DAR pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013... 71
4 Data Kebijakan Dividen Berdasarkan DPR pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013... 72
5 Nilai CV Earnings pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013 ... 72
6 Nilai CV Sales pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013 ... 73
7 Nilai Index Smoothing pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013 ... 74
8 Statistik Deskriptif ... 75
9 Uji Normalitas ... 75
10 Pengujian Univariate ... 76
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan dunia bisnis sangat pesat. Hal ini dapat dilihat
dengan munculnya pengusaha atau pelaku bisnis yang baru. Seiring dengan
semakin berkembangnya dunia bisnis, maka persaingan diantara perusahaan akan
semakin ketat. Hal inilah yang menjadi pemicu bagi manajemen perusahaan untuk
menampilkan performa terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya, karena baik
dan buruknya performa perusahaan akan berdampak terhadap nilai pasar
perusahaan dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik
investasinya dari sebuah perusahaan.
Selain bertanggung jawab untuk menampilkan performa terbaik
perusahaan, manajemen juga bertanggung jawab untuk menyediakan laporan
keuangan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan informasi akuntansi
perusahaan. Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan (Kieso et al., 2007: 2).
Informasi tersebut bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau
pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Oleh karena
itu informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut harus dapat
dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan serta dapat menggambarkan
kondisi perusahaan pada masa lalu dan proyeksi masa mendatang.
Salah satu parameter penting dalam laporan keuangan yang digunakan
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 1 bahwa informasi
laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen, dan informasi laba membantu pemilik atau
pihak lain melakukan penaksiran atas “earning power” perusahaan di masa yang
akan datang. Sebagian besar investor memusatkan perhatiannya pada informasi
laba. Kondisi inilah yang mendorong manajemen untuk melakukan perilaku yang
tidak semestinya, yaitu manipulasi laba atau manajemen laba seperti perataan
laba.
Praktik perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba.
Penjelasan tentang manajemen laba dengan menggunakan pendekatan teori
keagenan yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang
timbul ketika semua pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat
kemakmuran yang dikehendakinya (Salno dan Baridwan, 2000).
Ashari et al. (1994) menyatakan bahwa tindakan perataan laba merupakan
tindakan yang sengaja dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi perbedaan
atau perubahan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu.
Menurut Nasir dan Suzanti (2002) praktik perataan laba merupakan fenomena
yang umum terjadi sebagai usaha manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan. Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat
digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan laba dan
memanipulasi variabel-variabel akuntansi atau dengan melakukan
Tindakan manajemen untuk melakukan perataan laba umumnya
didasarkan atas berbagai alasan, yaitu untuk memperbaiki citra perusahaan di
mata pihak eksternal dan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko
yang rendah (Foster, 1986 dalam Suwito dan Herawaty, 2005), maupun untuk
memuaskan kepentingannya sendiri, seperti mendapatkan kompensasi dan
mempertahankan posisi jabatannya (Juniarti dan Corolina, 2005).
Alasan apapun yang melatarbelakangi manajemen melakukan perataan
laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi atas laba
yang dihasilkan perusahaan. Tindakan perataan laba ini menyebabkan
pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan. Oleh karena itu,
akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal
(Jatiningrum, 2000). Akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi
akurat yang memadai mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dan risiko dari
portfolio mereka.
Penelitian tentang perataan laba telah banyak dilakukan baik di Indonesia
maupun di luar negeri. Namun, penelitian tentang perataan laba tetap menarik
untuk diteliti mengingat tidak konsistennya hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Ada beberapa ukuran yang digunakan untuk mendeteksi faktor-faktor yang
mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, antara lain faktor ukuran
perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen.
Ukuran perusahaan umumnya dinilai dari total aset yang dimiliki oleh
berukuran besar akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung
mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis, investor, maupun pemerintah
dibandingkan perusahaan kecil. Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan
menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis. Hasil penelitian Budiasih (2007)
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik perataan laba. Sementara itu, Sherlita dan Kurniawan (2013) dan
Juniarti dan Corolina (2005) menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Profitabilitas perusahaan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Profitabilitas merupakan faktor yang
diduga dapat mempengaruhi perataan laba, karena tingkat keuntungan terkait
langsung dengan obyek perataan laba (Ashari et al., 1994). Laba yang terlalu
tinggi akan meningkatkan pajak yang harus dibayar, sebaliknya penurunan laba
yang terlalu rendah akan memperlihatkan bahwa kinerja manajemen tidak bagus.
Oleh sebab itu, ada kemungkinan manajemen membuat laba yang dilaporkan tidak
berfluktuasi dengan cara melakukan perataan laba. Hasil penelitian Ashari et
al.(1994), Sherlita dan Kurniawan (2013), dan Budiasih (2007) menunjukkan
bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Sementara itu, hasil penelitian Juniarti dan Corolina (2005) menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk
pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Dengan adanya kondisi tersebut, manajemen
perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba (Sartono dalam
Budiasih, 2007). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Subhekti (2008) yang
menunjukkan bahwa variabel financial leverage berpengaruh terhadap praktik
perataan laba. Hasil penelitian Sherlita dan Kurniawan (2013) dan Budiasih
(2007) menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.
Kebijakan dividen dalam penelitian ini diukur dengan dividend payout ratio
(DPR).Dividend payout ratio menunjukkan rasio antara dividen yang dibayarkan
sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih
perusahaan pada tahun buku tersebut. Besar kecilnya dividen tergantung oleh
besar kecilnya laba yang diperoleh sehingga perusahaan cenderung untuk
melakukan praktik perataan laba (Sartono dalam Budiasih, 2007). Hasil penelitian
Budiasih (2007) menunjukkan bahwa variabel dividend payout ratio berpengaruh
positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut pada perusahaan property &
real estate yang terdaftar di BEI. Industri property & real estate dipilih karena
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat saat ini. Hal ini dapat dibuktikan
perbelanjaan, ruko dan tempat-tempat rekreasi yang tersebar di berbagai daerah.
Industri ini dianggap sebagai investasi yang paling aman dilakukan di Indonesia,
mengingat harga lahan yang semakin melonjak seiring dengan bertambahnya
jumlah peduduk dan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat. Selain itu,
perusahaan yang bergerak di bidang property & real estate memiliki tingkat
resiko yang relatif rendah, tidak begitu terpengaruh oleh kondisi perekonomian
dan cenderung lebih stabil dibandingkan dengan perusahaan bidang lainnya
sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan lebih akurat.
Penelitian ini merupakan replikasi dari Igan Budiasih (2007), yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”. Variabel
independen yang diuji yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage,
dan dividend payout ratio.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini
menggunakan data perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2013, sedangkan penelitian terdahulu mengambil data
dari perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2002-2006. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali beberapa
faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba yaitu ukuran perusahaan,
profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen dengan rentang waktu
yaitu 2011-2013 sehingga penelitian ini memberikan kontribusi untuk menguji
apakah terjadi penguatan konsistensi terhadap teori maupun penelitian yang ada
Berdasarkan gambaran dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti
dapat dirumuskan : apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage,
dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, financial leverage, dan kebijakan dividen terhadap praktik perataan
laba pada perusahaan property & real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pemahaman dan wawasan
pada perusahaan property & real estate yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia.
2. Bagi investor maupun calon investor, diharapkan dapat memberikan
informasi dan menjadi bahan pertimbangan bagi investor maupun calon
investor yang berkepentingan untuk berinvestasi.
3. Bagi pengetahuan di kalangan umum, hasil penelitian ini dapat menambah
pemahaman dan wawasan untuk mereka yang berminat mempelajari lebih
jauh tentang investasi.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan bahan perbandingan dan
tambahan masukan dalam penelitian yang berkaitan dengan praktik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Laporan Keuangan
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses atau siklus akuntansi.
Siklus akuntansi terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pencatatan, meliputi analisis transaksi dan bukti-bukti transaksi,
penjurnalan, dan pemindahbukuan (posting) dari jurnal ke akun-akun.
2. Tahap pengikhtisaran, meliputi pembuatan neraca saldo.
3. Tahap pembuatan laporan keuangan (pelaporan), yaitu pembuatan laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi
keuangan, dan laporan arus kas.
Menurut Kieso et al.(2007: 2) definisi laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
2.1.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan oleh IAI menurut PSAK No. 1 (dalam Ng dkk,
2012: 120) adalah “untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja,
dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi beragam pengguna laporan dalam
membuat keputusan ekonomi”.
Tujuan laporan keuangan menurut A Statement of Basic Accounting
Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2012: 126), merumuskan empat tujuan
laporan keuangan sebagai berikut :
a. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan.
b. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.
c. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan. d. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.
Menurut APB Statement No. 4 dalam Harahap (2012: 126), tujuan laporan
keuangan digolongkan sebagai berikut:
a. Tujuan Khusus
Tujuannya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
b. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai berikut : 1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber
-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud : a. untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan; b. untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya; c. untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan
utang-utangnya;
2. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud :
a. memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang saham;
b. menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan;
c. memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan;
d. menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan
mendapatkan laba dalam jangka panjang;
3. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.
5. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
c. Tujuan Kualitatif
Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statement No. 4 adalah sebagai berikut:
1. Relevance
Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Understandability
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. 3. Verifiability
Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama.
4. Neutrality
Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja.
5. Timeliness
Laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
6. Comparability
Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.
7. Completeness
2.1.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
IAI dalam PSAK No. 1 paragraf 10 (dalam Ng dkk, 2012: 120)
menyatakan bahwa laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
komponen-komponen berikut ini:
a. laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode; b. laporan laba rugi komprehensif;
c. laporan perubahan ekuitas; d. laporan arus kas;
e. kebijakan akuntansi beserta catatan atas laporan keuangan;
f. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Menurut Warren et al. (2005: 24), laporan keuangan yang utama bagi
perusahaan ada empat macam yaitu:
1. Laporan laba rugi
2. Laporan ekuitas pemilik
3. Neraca
4. Laporan arus kas
1. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode
waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan laba rugi melaporkan
pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep
penandingan. Konsep ini diterapkan dengan menandingkan atau mengaitkan
tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap
beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan
bersih. Jika beban melebihi pendapatan, maka disebut rugi bersih.
2. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang
terjadi selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan
ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu
tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba
bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini.
Demikian juga, laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan
neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di
neraca. Oleh karena itu, laporan ekuitas pemilik sering kali dipandang sebagai
penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca.
3. Neraca
Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada
tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Neraca
melaporkan jumlah aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada akhir bulan
atau akhir tahun. Bentuk neraca ada dua macam, yaitu: (1) bentuk akun
(account form) yang menempatkan aktiva di sebelah kiri, sedangkan
kewajiban dan ekuitas pemilik di sebelah kanan, dan (2) bentuk laporan
(report form) yang menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik di bawah
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas
selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan arus
kas terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Arus kas dari aktivitas operasi
Bagian ini melaporkan ikhtisar penerimaan dan pembayaran kas yang
menyangkut operasi perusahaan.
b. Arus kas dari aktivitas investasi
Bagian ini melaporkan transaksi kas untuk pembelian atau penjualan
aktiva tetap atau permanen.
c. Arus kas dari aktivitas pendanaan
Bagian ini melaporkan transaksi kas yang berhubungan dengan investasi
pemilik, peminjaman dana, dan pengambilan uang oleh pemilik.
2.1.1.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
FASB dalam SFAC No. 2 (dalam Kieso et al., 2007: 36) secara lebih
spesifik membagi karakteristik kualitatif laporan keuangan ke dalam dua kategori
sebagai berikut :
1. Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas a. Relevansi
Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan, maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai :
ii. Menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu; yaitu memiliki nilai umpan balik (feedback value).
iii. Mengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil; yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness).
b. Reliabilitas
Informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi, disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
i. Daya-uji (verifiability) ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa. ii. Ketepatan penyajian (representational faithfulness) berarti
bahwa angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi. iii. Netralitas (neutrality) berarti bahwa informasi tidak dapat
dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus faktual, benar, dan tidak bias.
2. Kualitas Sekunder : Komparabilitas dan Konsistensi a. Komparabilitas
Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Komparabilitas memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan perbedaan riil dalam peristiwa ekonomi antarperusahaan.
b. Konsistensi
Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu tidak berarti bahwa perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya. Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan metode lainnya, tetapi perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya. Kemudiaan sifat dan pengaruh perubahan akuntansi, serta alasannya, harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.
2.1.2 Teori Keagenan
Menurut Anthony dan Govindarajan (dalam Budiasih, 2007), teori agensi
asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent.
Keown etal. (2001: 18) menyatakan bahwa,
Masalah keagenan (agency problem) adalah masalah yang berasal dari konflik kepentingan antara manajer (agen) dan pemegang saham. Walaupun tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham, kenyataannya masalah keagenan dapat terjadi pada saat tujuan ini diimplementasikan. Masalah keagenan timbul akibat dari pemisahan tugas antara pemegang manajemen perusahaan dengan pemegang saham.
Menurut Brigham & Daves (dalam Lubis dan Putra, 2014: 11) mengenai
hubungan keagenan adalah sebagai berikut:
Hubungan keagenan timbul pada saat seorang atau lebih individu yang disebut sebagai Principal : (1) menggaji individu lain yang disebut sebagai Agent untuk memberikan jasa kepadanya, (2) kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada Agent tersebut. Didalam konteks manajemen keuangan, hubungan keagenan tersebut terutama antara : (1) pemegang saham dengan manajer, (2) manajer dengan debitur yang memberikan hutang, dan (3) antara manajer dan para pemegang saham, dan debitur yang pada suatu waktu akan menyebabkan distress keuangan (financial distress).
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba dapat didefinisi sebagai intervensi manajemen dengan
sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi
(Wild et al., 2005: 120).
Stice dan Skousen (2004: 420) menyatakan bahwa terdapat empat alasan
yang menjadi pendorong para manajer untuk memanipulasi laba yang dilaporkan,
1. Memenuhi target internal. 2. Memenuhi harapan eksternal.
3. Meratakan atau memuluskan laba (income smoothing).
4. Mendandani laporan keuangan (window dressing) untuk keperluan penawaran saham perdana (initial public offering-IPO) atau untuk memperoleh pinjaman dari bank.
Menurut Wild et al. (2005: 118), manajemen laba dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu:
a. Mengubah metode akuntansi, yang merupakan bentuk manajemen
laba yang paling jelas terlihat.
b. Mengubah estimasi dan kebijakan akuntansi yang menentukan angka
akuntansi, suatu bentuk manajemen laba yang lebih samar.
Menurut Wild et al. (2005: 120), terdapat tiga jenis strategi manajemen
laba antara lain:
1. Manajer meningkatkan laba (increasing income) periode kini.
Salah satu strategi manajemen laba adalah meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode kini untuk membuat perusahaan dipandang lebih baik. Cara ini juga memungkinkan peningkatan laba selama beberapa periode.
2. Manajer melakukan “mandi besar” (big bath) melalui pengurangan laba periode ini.
Strategi big bath dilakukan melalui penghapusan sebanyak mungkin pada satu periode. Periode yang dipilih biasanya periode dengan kinerja yang buruk (sering kali pada masa resesi dimana perusahaan lain juga melaporkan laba yang buruk) atau peristiwa saat terjadi satu kejadian yang tidak biasa seperti perubahan manajemen, merger, atau restrukturisasi. Strategi big bath juga sering kali dilakukan setelah strategi peningkatan laba pada periode sebelumnya.
3. Manajer mengurangi fluktuasi laba dengan perataan laba (income smoothing).
periode buruk. Banyak perusahaan menggunakan bentuk manajemen laba ini.
2.1.4 Perataan Laba
2.1.4.1 Pengertian Perataan Laba
Beidleman (1973) yang dikutip oleh Belkaoui (2000: 56) menyatakan
bahwa:
Perataan labayang dilaporkan dapat didefinisi sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat earnings yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam pengertian ini perataan merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi tidak normal dalam earnings pada tingkat yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Koch (1981) dalam Subhekti (2008: 25) mendefinisikan perataan laba
sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial
(melalui metode akuntansi) maupun secara riil (melalui transaksi).
Menurut Fudenberg dan Tirole (1995) dalam Sugiarto (2003: 351)
mendefinisikan perataan laba sebagai berikut: “Perataan laba adalah proses
manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan
kelihatan stabil”.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perataan laba yang
dilakukan oleh manajemen bertujuan agar laba yang dilaporkan terlihat stabil, laba
yang stabil akan menarik perhatian investor untuk menanamkan investasinya pada
2.1.4.2 Klasifikasi dan Dimensi Perataan Laba
Eckel (1981) dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001) menggolongkan
perataan laba ke dalam dua tipe, yaitu:
1. Perataan alami (natural smoothing)
Perataan alami adalah perataan laba yang terjadi akibat proses menghasilkan laba.
2. Perataan yang disengaja (intentionally smoothing)
Perataan yang disengaja merupakan hasil dari artificial smoothing maupun real smoothing. Artificial smoothing muncul ketika manajemen memanipulasi waktu pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artificial smoothing merupakan implementasi prosedur-posedur akuntansi untuk memindahkan beban dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Real smoothing muncul ketika manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba yang akan datang.
Barnea et al. yang dikutip Belkaoui (2000: 59) membagi perataan laba ke
dalam tiga dimensi, yaitu:
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan: manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu. Waktu terjadinya peristiwa yang direncanakan (misalnya riset dan pengembangan) sebagian besar akan merupakan fungsi dari aturan akuntansi yang mengatur tentang pengakuan akuntansi terhadap peristiwa tersebut. 2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu: berkaitan dengan
terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
2.1.4.3 Motivasi Manajer Melakukan Praktik Perataan Laba
Dye (1988) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menyatakan bahwa
perataan laba terjadi karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal,
dengan tujuan:
1. Menjelaskan kondisi yang diperlukan untuk melakukan manajemen laba.
2. Mengidentifikasikan pengaruh atas permintaan internal dan eksternal atas manajemen laba pada kebijakan pengumuman laba perusahaan yang optimal.
3. Menjelaskan manfaat dan kerugian bagi pemegang saham akibat dilakukannya manipulasi laba.
Dipandang dari sisi manajemen, Hepworth (1953) dalam Salno dan
Baridwan (2000) mengungkapkan bahwa manajer yang termotivasi untuk
melakukan perataan laba penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai
keuntungan ekonomis dan psikologis, yaitu:
1. mengurangi pajak terhutang;
2. meningkatkan kepercayaan diri manajer, karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula;
3. meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan, karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah; serta
4. siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang pesimisme dan optimisme dapat diperlunak.
Brayshaw dan Eldin (1989) dalam Dwiatmini dan Nurkholis (2001)
mengungkapkan dua alasan mengapa manajemen diuntungkan dengan adanya
praktik perataan laba:
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen secara langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang yang sesuai dengan keinginan pemilik.
Sedangkan menurut Belkaoui (2000: 58), ada tiga kendala yang dianggap
memotivasi manajer melakukan perataan, yaitu:
1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan bagi
manajemen.
2. Skema kompensasi manajemen, yang secara langsung terkait dengan
kinerja perusahaan.
3. Ancaman penggantian manajemen.
2.1.4.4 Tujuan Perataan Laba
Tujuan perataan laba menurut Foster (1986) dalam Dwiatmini dan
Nurkholis (2001) adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah.
2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.
3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.
5. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
Menurut Mulfrod dan Comiskey (2002: 4), terdapat rewards dari
permainan angka-angka keuangan (financial numbers game). Rewards itulah yang
kemungkinan menjadi tujuan dan motivasi manajemen untuk melakukan perataan
laba maupun bentuk praktik akuntansi kreatif lainnya. Bentuk-bentuk rewards
1. Efek harga saham (Share-price effect): harga saham yang lebih tinggi,
mengurangi volatilitas harga saham, meningkatkan nilai perusahaan,
menurunkan biaya modal (cost of equity capital).
2. Efek biaya pinjaman (Borrowing cost effect): meningkatkan kualitas
kredit, menaikkan debt rating, menurunkan biaya pinjaman,
mengurangi ketatnya perjanjian keuangan, meningkatkan keuntungan
berdasarkan bonus.
3. Efek biaya politik (Political cost effect): mengurangi ketatnya
peraturan dan menghindari pajak yang tinggi.
2.1.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong
manajer untuk melakukannya. Menurut Prasetio dkk. (2002), faktor-faktor yang
mendorong praktik perataan laba merupakan cerminan dari upaya manajemen
untuk menghindari konflik dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari:
1. Faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi
Merupakan kondisi yang terpengaruh oleh angka-angka akuntansi,
sehingga perubahan akuntansi yang mempengaruhi angka-angka
akuntansi akan mempengaruhi kondisi itu; seperti: pembayaran bonus
dan harga saham.
Merupakan angka-angka yang dengan sendirinya ikut mendorong
perilaku perataan laba, seperti: perbedaan yang signifikan antara laba
yang diharapkan dengan laba yang sesungguhnya.
Terdapat banyak penelitian empiris terdahulu yang telah menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba dan menunjukkan simpulan yang
belum sepakat, karena tidak konsistennya hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya.
Menurut Juniarti dan Corolina (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi
[image:34.595.108.517.404.646.2]perataan laba adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba No Faktor yang Berpengaruh Peneliti (Tahun)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Besaran Perusahaan: Total Aktiva Profitabilitas Kelompok Usaha Winner/losser stocks Kebangsaan Harga Saham
Perbedaan laba aktual dan laba normal Kebijakan akuntansi mengenai laba Leverage operasi
Moses (1987), Albretch (1990) Archibald (1967), White (1970), Ashari, dkk. (1994), Carlson dan Chenchuramaiah (1997),
Jatiningrum (2000)
Belkaoui dan Picur (1984), Albretch dan Richardson (1990), Ashari, dkk. (1994)
Prasetio et al. (2002) Ashari, dkk. (1994) Ilmainir (1993) Ilmainir (1993) Ilmainir (1993)
Zuhroh (1996), Jin dan Machfoez (1998)
Sumber: Juniarti dan Corolina (2005)
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan praktik perataan
Ashari et al.(1994) melakukan penelitan dengan judul “Factors Affecting
Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore”. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif, univariate test dan analisis logit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, sektor industri, dan
nationality berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sementara ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Sherlita dan Kurniawan (2013) melakukan penelitian dengan judul
“Analysis of Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in
Indonesia”. Metode analisis yang digunakan adalah univariate testing dan
multivariate testing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas dan net
profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sementara ukuran
perusahaan dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba.
Budiasih (2007) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Praktik Perataan Laba”. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan dividend payout ratio mempunyai pengaruh positif
terhadap perataan laba, sedangkan financial leverage tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perataan laba.
Juniarti dan Corolina (2005) melakukan penelitian dengan judul “Analisa
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing)
pada Perusahaan-Perusahaan Go Public”. Metode analisis yang digunakan adalah
bahwa faktor besaran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri perusahaan
tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
Subhekti (2008) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) dan Bukan Perataan Laba
(Non-Income Smoothing) (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2002-2006)”. Metode analisis yang digunakan adalah pengujian
univariate (Man-Whitney test dan chi-square test) serta pengujian multivariate
(regresi logistik). Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy sektor industri, dan
winner/losser stock mempunyai perbedaan yang signifikan antara perusahaan
perata laba dan perusahaan bukan perata laba. Hasil pengujian multivariate
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy
sektor industri, dan status winner/losser stock secara serentak berpengaruh
signifikan terhadap praktik perataan laba. Hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa hanya variabel profitabilitas dan financial leverage yang
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba; sedangkan variabel yang
lainnya tidak berpengaruh secara signifikan.
Ayu Siska P S (2014) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2012)”.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, profitabilitas berpengaruh positif
ukuran perusahaan dan net profit margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap praktik perataan laba. Secara simultan, profitabilitas, risiko keuangan,
ukuran perusahaan dan net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap
praktik perataan laba.
[image:37.595.110.519.285.753.2]Penelitian terdahulu di atas dapat diikhtisarkan pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
Ashari et al. (1994) “Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Singapore” Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Sektor Industri Perusahaan, dan Nationality Variabel Dependen : Perataan Laba Analisis statistik deskriptif, univariate test dan analisis logit
Profitabilitas, sektor industri, dan nationality berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sementara ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Sherlita dan Kurniawan
(2013)
“Analysis of
Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companies in Indonesia” Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage, dan Net Profit Margin (NPM) Variabel
Dependen : Perataan Laba
Univariate testing dan multivariate testing
Profitabilitas dan net profit margin berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sementara ukuran perusahaan dan financial leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Budiasih (2007) “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba” Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan
Analisis regresi linear berganda
Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividend
Dividend Payout Ratio (DPR) Variabel Dependen : Perataan Laba
signifikan terhadap perataan laba. Juniarti dan Corolina (2005) “Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income
Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Public” Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Sektor Industri Variabel Dependen : Perataan Laba Pengujian univariate dan pengujian multivariate
Faktor besaran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba. Subhekti (2008) “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) dan Bukan Perataan Laba ( Non-Income Smoothing) (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2002-2006)” Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Dummy Sektor Industri, dan Status Winner/Losser Stock Variabel Dependen : Perataan Laba Pengujian univariate ( Man-Whitney test dan chi-square test) serta
pengujian multivariate (regresi logistik)
Hasil pengujian univariate menunjukkan bahwa variabel
ukuran perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, dummy sektor industri, dan winner/losser stock mempunyai perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata laba dan perusahaan bukan perata laba. Hasil pengujian multivariate menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dummy sektor industri, dan status winner/losser stock secara
serentak berpengaruh signifikan terhadap praktik
Ayu Siska P S (2014) “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2009-2012)” Variabel Independen : Profitabilitas (ROA), Risiko Keuangan (DAR), Ukuran Perusahaan, Dan Net Profit Margin (NPM) Variabel Dependen : Perataan Laba Analisis regresi linear berganda
Secara parsial, profitabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap praktik perataan laba sedangkan risiko keuangan, ukuran perusahaan dan net profit margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap praktik perataan laba. Secara simultan, profitabilitas, risiko keuangan, ukuran perusahaan dan net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.
Sumber: Diolah Peneliti (2014)
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan konsep teori diatas maka kerangka konseptual penelitian ini
[image:39.595.109.515.111.331.2]dapat digambarkan seperti gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ukuran Perusahaan (X1)
Profitabilitas / ROA (X2)
Financial Leverage / DAR (X3)
Praktik Perataan Laba
(Y)
Kebijakan Dividen / DPR (X4)
H4
H3
H2
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya aset yang dimiliki suatu
perusahaan. Ukuran perusahaan umumnya dinilai dari total aset yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Ashari et al.(1994) menyebutkan bahwa perusahaan yang
berukuran besar akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan besar cenderung
mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis, investor, maupun pemerintah
dibandingkan perusahaan kecil. Untuk itu perusahaan besar diperkirakan akan
menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba akan
menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan
memberikan image yang kurang baik. Oleh karena itu, perusahaan besar
diperkirakan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan praktik
perataan laba (Nasser dan Herlina, 2003). Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Budiasih (2007) yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah :
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba
Profitabilitas perusahaan menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Profitabilitas dalam penelitian ini
diukur dengan return on asset yaitu perbandingan antara laba setelah pajak
mempengaruhi perataan laba, karena tingkat keuntungan terkait langsung dengan
obyek perataan laba (Ashari et al., 1994). Menurut Carlson dan Bathala, dalam
Aji dan Mita (2010), tingkat profitabilitas perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi praktik perataan laba. Hal ini dikarenakan tingkat profitabilitas
yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan
masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada
mereka berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada
masyarakat. Laba yang terlalu tinggi akan meningkatkan pajak yang harus
dibayar, sebaliknya penurunan laba yang terlalu rendah akan memperlihatkan
bahwa kinerja manajemen tidak bagus. Oleh sebab itu, ada kemungkinan
manajemen membuat laba yang dilaporkan tidak berfluktuasi dengan cara
melakukan perataan laba untuk menghindari pembayaran pajak yang tinggi. Hasil
penelitian Ashari et al.(1994), Sherlita dan Kurniawan (2013), dan Budiasih
(2007) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah :
H2 : Profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba
2.4.3 Pengaruh Financial Leverage terhadap Praktik Perataan Laba
Financial leverage diukur dengan perbandingan antara total kewajiban
atau utang dengan total aset. Menurut Sartono (2001) dalam Budiasih (2007)
financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai
investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko
semakin tinggi. Dengan menggunakan asumsi bahwa investor atau pihak kreditur
adalah risk averse (menghindari atau menolak risiko), maka investor atau kreditur
akan enggan menanamkan modal atau meminjamkan dananya bila perusahaan
yang bersangkutan memiliki rasio leverage yang besar (Narsa dkk, 2003). Dengan
adanya kondisi tersebut, manajemen perusahaan cenderung untuk melakukan
praktik perataan laba. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Subhekti (2008) yang
menunjukkan bahwa variabel financial leverage berpengaruh terhadap praktik
perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah :
H3 : Financial leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba
2.4.4 Pengaruh Kebijakan Dividenterhadap Praktik Perataan Laba
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.
Kebijakan dividen dalam penelitian ini diukur dengan dividend payout ratio
(DPR).Dividend payout ratio menunjukkan rasio antara dividen yang dibayarkan
sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih
perusahaan pada tahun buku tersebut. Menurut Sartono (2001) dalam Budiasih
(2007) besar kecilnya dividen tergantung oleh besar kecilnya laba yang diperoleh
sehingga perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba.
Kebijakan dividen merupakan salah satu faktor yang diduga
kebijakan dividen yang tinggi lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan
laba. Jika perusahaan bisa membagikan dividen yang tinggi, berarti laba pada
perusahaan tersebut bisa dikatakan besar. Jika dalam kondisi laba yang tinggi
tetapi laba yang diperoleh perusahaan tidak stabil, hal ini berarti risiko pada
perusahaan tinggi, maka perusahaan akan melakukan perataan laba (Purwanto,
2005). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Budiasih (2007) yang
menunjukkan bahwa variabel dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan
terhadap praktik perataan laba.
Dari uraian tersebut maka hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah :
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian asosiatif. Penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel atau lebih. Adapun analisis penelitiannya dilakukan melalui
pendekatan kuantitatif dengan metode statistik yang bertujuan untuk menguji
hipotesis.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 3) “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, dan Kebijakan Dividen terhadap
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013”, maka terdapat dua jenis variabel
penelitian, yaitu: variabel independen dan variabel dependen.
3.2.1 Variabel Independen
Sugiyono (2010: 4) “Variabel independen adalah variabel yang
dependen”. Berdasarkan judul di atas, maka terdapat empat variabel yang menjadi
variabel independen, yaitu ukuran perusahaan (X1), profitabilitas (X2), financial
leverage (X3), dan kebijakan dividen (X4).
1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan ditentukan dengan total aset yang dimiliki
perusahaan selama 3 tahun periode pengamatan. Peneliti memilih total
aset sebagai proksi untuk mengukur variabel ukuran perusahaan,
karena nilai total aset yang disajikan secara historis dianggap lebih
stabil dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan. Rumus untuk
menghitung ukuran perusahaan sebagai berikut :
Ukuran perusahaan = Total Aset
2. Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan diproksikan dengan return on asset (ROA)
yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total aset. Alasan
menggunakan laba bersih setelah pajak adalah karena laba bersih
setelah pajak merupakan angka laba yang akan mencakup seluruh
akibat tindakan perataan laba dimana elemen-elemen luar biasa (extra
ordinary items) juga dapat digunakan sebagai sarana perataan laba
(Assih dan Gudono, 2000). Rumus untuk menghitung profitabilitas
perusahaan sebagai berikut :
ROA = ��������� ����������� ���
3. Financial Leverage
Financial leverage atau pada umumnya disebut debt ratio digunakan
untuk mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur.
Financial leverage diproksikan dengan debt to total assets (DAR)
yaitu rasio antara total utang dengan total aset. Sehingga financial
leverage dapat dirumuskan sebagai berikut :
DAR = ����� ����
����� ������� 100%
4. Kebijakan Dividen
Variabel kebijakan dividen ini diproksikan dengan dividend payout
ratio (DPR). Dividend payout ratio diukur dengan membandingkan
antara dividend per share dengan earning per share dengan rumus :
DPR = �������� ����ℎ���
������� ����ℎ��� � 100%
3.2.2 Variabel Dependen
Sugiyono (2010: 4) “Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen”. Berdasarkan judul
di atas, maka yang menjadi variabel dependen adalah praktik perataan laba (Y)
yang diukur dengan indeks Eckel. Penggunaan indeks ini dapat digunakan untuk
mengetahui apakah perusahaan melakukan perataan laba atau tidak.
Indeks Eckel dapat dihitung dengan rumus:
dimana:
∆I = perubahan penghasilan bersih/laba dalam satu periode
∆S = perubahan penjualan dalam satu periode
CV= koefisien variasi (deviasi standar/expected value)
Indeks Eckel untuk perusahaan bukan perata laba adalah ≥ 1, sedangkan
untuk perusahaan perata laba adalah < 1.
CV ∆S dan CV ∆I dapat dihitung sebagai berikut:
CV ∆S dan CV ∆I = �Σ(∆X−∆X)���2 �−1 : ∆��
dimana:
∆X = perubahan laba (I) atau penjualan (S)
∆��= rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S)
n = banyaknya tahun yang diamati
Ashari et al. (1994), mengemukakan alasan mengapa indeks Eckel yang
dipilih sebagai penunjuk terjadi atau tidaknya praktik perataan laba. Adapun
alasan yang dikemukakan adalah sebagai berikut:
a. Obyektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas antara perusahaan yang melakukan perataan laba dan tidak.
c. Mengukur perataan laba dengan menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perata laba yang potensial dan menyelidiki pola dari perilaku perataan laba selama periode waktu tertentu.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Nama Variabel Definisi Operasional Konsep Variabel
Indikator Skala
Pengukuran
Ukuran Perusahaan
(X1)
Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya aset yang dimiliki suatu perusahaan. Diukur dengan besarnya total aset perusahaan
Total Aset Rasio
Profitabilitas (X2)
Profitabilitas menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Diukur dengan ROA �����������������������
����������� � 100% Rasio
Financial Leverage
(X3)
Financial leverage digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Diukur dengan DAR ���������
����������� � 100% Rasio
Kebijakan Dividen
(X4)
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan Diukur dengan rasio DPR ������������ℎ���
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Praktik Perataan Laba (Y) Praktik perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan. Diukur dengan indeks Eckel ��∆� ��∆� Nominal
Sumber: Diolah Peneliti (2014)
3.3 Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel independen (X1, X2, X3,
dan X4) adalah skala rasio, sedangkan untuk variabel dependennya (Y)
menggunakan skala pengukuran nominal.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan property & real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013.
Sampel penelitian menurut Sugiyono (2010: 62) “adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Penentuan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yakni metode
pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu berdasarkan pertimbangan
atau kuota tertentu.
Pertimbangan peneliti dalam pemilihan sampel berdasarkan kriteria
berikut :
1. Perusahaan property &real estate yang terdaftar di BEI dan menerbitkan
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit untuk periode 2011-2013.
2. Perusahaan tidak delisting dan tidak melakukan akuisisi atau merger
selama periode 2011-2013.
3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode 2011-2013.