• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKP : Studi Literatur Penerapan Teknologi Microcell Untuk Mengurangi Pertumbuhan Tower Base Transceiver Station (BTS) di Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKP : Studi Literatur Penerapan Teknologi Microcell Untuk Mengurangi Pertumbuhan Tower Base Transceiver Station (BTS) di Surabaya."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

STATION (BTS) DI SURABAYA

KERJA PRAKTEK

Disusun Oleh :

Nama : MOCHAMMAD MIFTACHUL

Nim : 10.41020.0007

Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

2013

STIKOM

(2)

iv

ABSTRAK

Kebutuhan akan akses komunikasi yang sangat cepat, tidak lepas dari peran pemerintah khususnya Dinas Komunikasi dan Informatika (DINKOMINFO) kota Surabaya. Dengan semakin pesatnya industri telekomunikasi saat ini maka kebutuhan akan telekomunikasi tidak hanya di kota

- kota besar, mulai dari tingkat kabupaten sampai kecamatan. Di kota Surabaya

juga membutuhkan akses komunikasi untuk dapat saling berhubungan meskipun

berada di lokasi yang berbeda. Dengan pertumbuhan menara saat ini menjadi

kendala berkurangnya nilai estetika kota.

Dengan adanya permasalahan tersebut pemerintah kota Surabaya mencoba

teknologi yang dapat menggantikan menara existing dengan teknologi yang dinamakan microcell menggunakan pole atau micro tower dengan serat optik sebagai media koneksi jaringannya, yang terkoneksi ke suatu bangunan yang dinamakanBase Transceiver Station (BTS) Hotel. Saat ini DINKOMIFO sedang melakukan kajian untuk mempersiapkan penerapan teknologiMicrocell.

Diharapkan dengan melakukan kajian terhadap rencana penerapan teknologi microcell dapat mengurangi menara - menara existing tersebut dan dilakukan pada seluruh area kota Surabaya sehingga estetika kota menjadi baik dan mengurangi banyaknya daya yang dikonsumsi oleh tiap menara.

Kata kunci: BTS, Microcell, Serat Optik, Dinkominfo.

STIKOM

(3)

v

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan sebaik-baiknya. Penulis membuat laporan kerja

praktek yang berjudul “STUDI LITERATUR PENERAPAN TEKNOLOGI

MICROCELL UNTUK MENGURANGI PERTUMBUHAN TOWER BASE

TRANSCEIVER STATION (BTS) DI SURABAYA“ ini sebagai bentuk

pertanggung jawaban penulis terhadap pelaksanaan kerja praktek yang telah berlangsung sebelumnya.

Dalam pelaksanaan kerja praktek dan pembuatan laporan kerja praktek ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungannya, baik secara material maupun spiritual kepada penulis.

2. Pembimbing Kerja Praktek, I Dewa Gede Rai Mardiana.,S.Kom. yang disela

–sela kesibukannya, tetap berkenan memberikan bimbingan dan dedikasi nya dalam pekerjaan laporan kerja praktek, serta menjadi tempat bertanya dan menggali ilmu.

3. Bapak Yudho Febriadi.,S.Kom.,M.T dan Bapak Drs. Adang Kurniawan.,MM selaku penyelia yang telah membimbing selama berlangsungnya kerja praktek untuk penulis.

4. Teman-teman seperjuangan yang bersama-sama mengikuti kerja praktek memberikan arti kebersamaan.

STIKOM

(4)

vi

5. Adelia Suryani Aprilia yang telah menemani dan membantu penulis dalam mengerjakan laporan ini.

6. Teman-teman kampus yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan kerja praktek ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan penulis di masa mendatang. Penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kata - kata yang menyinggung atau menyakiti hati para pembaca. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya. Semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 21 Oktober 2013 Penulis

STIKOM

(5)

vii

Halaman

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I.PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Malasah ... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Tujuan ... 2

1.5 Kontribusi... 2

1.6 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II.GAMBARAN UMUM DINKOMINFO Surabaya ... 5

2.1 Uraian Tentang Perusahaan... 5

2.2 Sejarah DINKOMINFO ... 7

2.3 Visi dan Misi ... 9

2.3.1 Visi ... 9

2.3.2 Misi ... 9

2.4 Struktur Organisasi ... 10

2.5 Tanggung Jawab dan Wewenang Bidang POSTEL ... 11

2.5.1 Seksi pos dan standarisasi mempunyai fungsi ... 11

2.5.2 Seksi spektrum frekuensi, telekomunikasi dan standarisasi POSTEL mempunyi fungsi ... 12

BAB III.LANDASAN TEORI ... 13

STIKOM

(6)

viii

3.1 Telekomunikasi ... 13

3.1.1 Pengertian Komunikasi ... 13

3.2 Pengertian BTS ... 14

3.2.1 Jenis Menara BTS ... 15

3.2.2 Topologi BTS... 18

3.3 Perlengkapan dan Komponen pada Menara... 19

3.3.1 AntenaSectoral... 19

3.3.2 AntenaMicrowave... 20

3.3.3 Penangkal Petir... 21

3.3.4 Lampu ... 21

3.3.1 Shelter... 21

3.4 Macrocell... ... 23

3.5 Microcell... ... 23

BAB IV. PEMBAHASAN ... 24

4.1 Identifikasi Masalah ... 24

4.1.1 Peta Surabaya dengan Jumlah Menara... 26

4.1.2 Kondisi Jalan saat ini ... 26

4.2 Pembahasan... 28

4.2.1 BentukMicrocellpada PJU ... 28

4.2.2 PenggunaanMicrocell... 29

4.3 Metode yang diterapkan ... 29

4.3.1 Hasil Editan Foto ... 33

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

STIKOM

(7)

ix

LAMPIRAN ... 38

STIKOM

(8)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Grafik PNS DINKOMINFO berdasarkan eselon ... 6

Gambar 2.2. Grafik PNS DINKOMINFO berdasarkan tingkat pendidikan .... 6

Gambar 2.3. Struktur organisasi... 10

Gambar 3.1. Menara padarooftopgedung... 15

Gambar 3.2. Menara di atas tanah ... 16

Gambar 3.3. Menara 4 kaki ... 16

Gambar 3.4. Menara 3 kaki ... 17

Gambar 3.5. Menara berbentuk pipa ... 18

Gambar 3.6. Alur komunikasi selular secara sederhana ... 19

Gambar 3.7. Antena Pemancar (Sectoral)... 20

Gambar 3.8. Antena penerima(Microwave)... 20

Gambar 3.9.Shelteryang ada pada menara ... 21

Gambar 3.10. jangkauan dari masing-masing jenis teknologinya... 23

Gambar 4.1.Flowchartpembahasan... 25

Gambar 4.2. Peta Surabaya dengan jumlah menara ... 26

Gambar 4.3. Lokasi jalan basuki rachmad depan bumi Surabaya... 27

Gambar 4.4. Lokasi jalan diponegoro ... 27

Gambar 4.5. Tiang PJU dengan antenamicrocell... 28

Gambar 4.6. Tiang PJU tanpa antenamicrocell... 29

Gambar 4.7. Desain tinggi PJUMicrocell... 30

Gambar 4.8. Kiri, bentuk tiang... 31

Gambar 4.9. Kanan, pancarannya ... 31

Gambar 4.10. Mesin dengan remot ... 32

STIKOM

(9)

xi

Gambar 4.13. Kabel pada galian. ... 33

Gambar 4.14. Hasil desain, lokasi Jalan A.Yani ... 34

Gambar 4.15. Hasil desain, lokasi Jalan Raya Darmo ... 34

Gambar 4.16. Hasil desain, lokasi Jalan Mayjen Sungkono ... 35

Gambar 4.17. Hasil desain, lokasi jalan wonokromo... 35

STIKOM

(10)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Fasilitas/Sarana ... 7

STIKOM

(11)

xiii

Lampiran 1. Surat Balasan dari Instansi... 38

Lampiran 2 Form Acuan Kerja Praktek 1 ... 39

Lampiran 3. Form Garis Besar Rencana Kerja Mingguan 1 ... 40

Lampiran 4. Form Log Harian Kerja Praktek 1... 41

Lampiran 5. Form Kehadiran Kerja Praktek 1 ... 42

Lampiran 6. Bimbingan Kerja Praktek... 43

STIKOM

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan komunikasi dewasa ini sangan penting. Baik untuk

berkomunikasi dengan kerabat dekat, keluarga dan teman. Dengan semakin

pesatnya industri telekomunikasi saat ini maka kebutuhan akan telekomunikasi

tidak hanya di kota - kota besar, mulai dari tingkat kabupaten sampai kecamatan.

Di kota Surabaya juga membutuhkan akses komunikasi untuk dapat saling

berhubungan meskipun berada di lokasi yang berbeda. Maka dari itu instansi

pemerintahan tepatnya DINKOMINFO kota Surabaya memiliki tugas untuk

menyediakan akses telekomunikasi di kota Surabaya. Ketersediaan tersebut

digunakan untuk berbagai macam kebutuhan.

Dengan fasilitas yang tersedia tentunya juga diperlukan proses manajemen

di dalam akses komunikasinya. Di kota Surabaya tersedia kurang lebih 460

menara BTS yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan akses telekomunikasi

yang mencakup seluruh area Surabaya. Kapasitas menara yang tersedia tentunya

akan diatur agar penggunaannya menjadi lebih efisien, tetapi masalah timbul

karena tidak teraturnya menara yang dibangun menjadikan tidak indahnya

pemandangan dan mengurangi nilai estetika yang ada di kota Surabaya.

Terdapat solusi agar dapat mengurangi pertumbuhan menara, yaitu dengan merancang teknologi microcell yang memiliki fungsi sebagai pengganti menara pemancar. Teknologi ini sudah banyak digunakan di negara-negara maju. Teknologi microcell ini salah satunya didukung dengan menggunakan media pengkabelan, yaitu dengan serat optik sebagai penyaluran data dari satu pole

STIKOM

(13)

microcell ke tempat yang dinamakan BTS Hotel dengan kecepatan cahaya yang sangat cepat. Disamping itu biaya yang dikeluarkan cukup terjangkau daripada membangun satu menara dengan kualitas yang tidak kalah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana teknologimicrocelldapat diterapkan.

2. Bagaimana Penerangan Jalan Umum (PJU) digunakan untuk penerapan antena

microcell.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian yang dibahas memiliki beberapa batasan masalah, yaitu:

Studi ini difokuskan membahas kajian terhadap penerapkan teknologi

microcell di kota Surabaya untuk meminimalkan jumlah menara macrocell, sehingga estetika kota menjadi membaik.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya sebuah konsep studi mengenai Teknologi Microcell yang akan dilaksanakan oleh pemerintah kota

Surabaya.

1.5 Kontribusi

Beberapa hal yang dapat diperoleh dari kegiatan kerja praktek di DINKOMINFO kota Surabaya antara lain:

1. Meningkatkanexperience diri dalam bidang jaringan di lingkup kerja. Dalam hal ini jaringan telekomunikasi.

2. Terwujudnya pengerjaan desain penerapan TeknologiMicrocell.

STIKOM

(14)

3

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek digunakan untuk menjelaskan penulisan laporan per bab. Sistematika penulisan kerja praktek dapat dijelaskan pada alinea di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, inti dari permasalahan yang disebutkan pada perumusan masalah, pembatasan masalah yang menjelaskan tentang batasan-batasan dari sistem yang dibuat agar tidak menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan. Tujuan dari kerja praktek adalah Jarigngan Telekomunikasi, kemudian dilanjutkan dengan membuat sistematika penulisan laporan kerja praktek.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan tentang gambaran umum DINKOMINFO Surabaya. Gambaran umum ini digunakan untuk menjelaskan kepada pembaca tentang sejarah dan struktur organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya.

BAB III LANDASAN TEORI

Berisikan tentang landasan teori menjelaskan tentang teori-teori penunjang ini berisi tentang penjabaran yang akan di jadikan sebagai acuan analisa dan pemecahan permasalahan yang dibahas, sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan masalah.

BAB IV PEMBAHASAN

Bagian ini memuat uraian tentang pembahasan laporan selama kerja praktek mengenai analisa sistem yang akan dibuat dan bagaimana merancangnya sehingga menjadi sebuah sistem.

STIKOM

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan serta saran sehubungan dengan adanya kemungkinan pengembangan sistem pada masa yang akan datang.

STIKOM

(16)

5

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (DINKOMINFO) SURABAYA

2.1 Uraian Tentang Perusahaan

DINKOMINFO adalah Dinas yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan daerah di bidang pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah dan pemerintah provinsi dimana dalam setiap berhubungan dengan pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pengembangan dan pemeliharaan jaringan komputer antar bidang, pengelolaan produksi informasi dan publikasi, pengelolaan dan pengembangan komunikasi publik, yang mana pada setiap kegiatan - kegiatan tersebut terbagi menjadi 3 bidang serta 1 sekretariat dan dikepalai oleh kepala bidang dari setiap bidangnya.

Sebagai lembaga pemerintahan yang mempunyai tanggung jawab besar dan bergerak di dalam lingkungan pemerintah kota Surabaya, maka DINKOMINFO mempunyai tugas pokok dan fungsi yang besar dalam membangun TIK di kota Surabaya. DINKOMINFO kota Surabaya saat ini berkedudukan dan menempati kantor dengan alamat Jl. Jimerto No. 25–27 lantai V kantor pemkot Surabaya, Telp. (031) 5312144 Pesawat 384; 527; 278; 175; 164; 232; 275;292 dan Fax. ( 031 ) 5450154.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, DINKOMINFO kota Surabaya didukung oleh 52 (Lima Puluh Dua) PNS. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kinerja, dilakukan pembagian tugas bagi pejabat eselon, sesuai dengan peraturan walikota Surabaya No. 42 Tahun 2011.

STIKOM

(17)

Berikut data jumlah Pegawai DINKOMINFO kota Surabaya berdasarkan eselonisasi dan tingkat pendidikan sebagaimana grafik berikut:

Gambar 2.1.Grafik PNS DINKOMINFO berdasarkan eselon. (dinkominfo.surabaya.go.id)

Gambar 2.2.Grafik PNS DINKOMINFO berdasarkan tingkat pendidikan. (dinkominfo.surabaya.go.id)

Sedangkan bila ditinjau dari aspek sarana dan prasarana untuk mendukung kinerja pengelolaan dan pelayanan kegiatan komunikasi dan informatika, bahwa sebagaimana kondisi yang ada, fasilitas yang dimiliki DINKOMINFO kota Surabaya sebagaimana tabel berikut:

STIKOM

(18)

7

Tabel 2.1.Tabel fasilitas / sarana. (dinkominfo.surabaya.go.id)

2.2 Sejarah DINKOMINFO

Pada awalnya Badan Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BAPETIKOM) berdiri pada bulan November 2005, karena ada Peraturan baru dalam rangka pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah, maka di laksanakan langkah-langkah penyelarasan dan penataan kembali organisasi perangkat daerah yang ada sebagai upaya penguatan peraturan akuntanbilitas kinerja kelembagaan perangkat daerah.

Bahwa untuk mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat melalui langkah-langkah sebagai mana dimaksud diatas, telah di bentuk organisasi perangkat daerah sesuai karakteristik, kebutuhan dan potensi, kemampuan keuangan daerah serta ketersediaan sumber daya aparatur peraturan daerah nomor 8 tahun 2008 pada tanggal 15 Desember 2008.

STIKOM

(19)

Dalam peraturan daerah tersebut, BAPETIKOM ditetapkan dan berubah menjadi DINKOMINFO. Secara umum DINKOMINFO membawahi 51 PNS yang terbagi dalam empat bidang yaitu:

1. Sekretariat

2. Bidang Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) 3. Bidang Aplikasi dan Telematika (APTEL)

4. Bidang Pos dan Telekomunikasi (POSTEL)

Sedangkan DINKOMINFO sendiri adalah dinas yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan daerah di bidang pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi serta melaksanakan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah dan atau pemerintah provinsi dimana dalam setiap kegiatannya selalu berhubungan dengan pembangunan dan pengembangan sistem informasi, pengembangan dan pemeliharaan jaringan komputer antar bidang, pengelolaan produksi informasi dan publikasi, pengelolaan dan pengembangan komunikasi publik, yang mana pada setiap kegiatan - kegiatan tersebut terbagi menjadi tiga bidang yang dibawahi oleh kepala bidang dari setiap bidangnya. Sebagai lembaga pemerintahan yang mempunyai tanggung jawab besar dan bergerak di dalam lingkungan pemerintah kota Surabaya maka tidak menutup kemungkinan DINKOMINFO mempunyai tugas pokok dan fungsi yang besar dalam membangun TIK di kota Surabaya.

STIKOM

(20)

9

2.3 Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari DINKOMINFO Surabaya ini adalah:

2.3.1 Visi

Visi DINKOMINFO Surabaya adalah:

“TERCIPTANYA SISTEM INFORMASI PEMERINTAH KOTA YANG TERPADU MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI. Pernyataan visi diatas mempunyai penjelasan bahwa terwujudnya kota Surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh penyelenggaraan komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien.

2.3.2 Misi

Misi DINKOMINFO Surabaya adalah:

1. Meningkatkan kapasitas pelayanan informasi dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat berbudaya informasi. 2. Meningkatkan kerjasama kemitraan & pemberdayaan lembaga komunikasi &

informatika pemerintah & masyarakat.

3. Meningkatkan daya jangkau infrastruktur komunikasi & informatika untuk memperluas aksesbilitas masyarakat terhadap informasi dalam rangka mengurangi kesenjangan informasi.

4. Meningkatkan sumber daya manusia di bidang komunikasi & informatika menuju profesionalisme.

STIKOM

(21)

2.4 Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi dari DINKOMINFO Surabaya tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3.Struktur organisasi. (dinkominfo.surabaya.go.id)

STIKOM

(22)

11

2.5 Tanggung Jawab dan Wewenang Bidang POSTEL

Bidang Pos dan Telekomunikasi (POSTEL) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas DINKOMINFO dibidang POSTEL.

Rincian tugas bidang POSTEL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 123, sebagai berikut:

1. Pemrosesan teknis perizinan / rekomendasi sesuai bidangnya. 2. Penertiban jasa titipan untuk kantor agen.

3. Pengawasan / pengendalian terhadap penyelenggaraan telekomunikasi yang cakupan areanya kota, pelaksanaan pembangunan telekomunikasi dan penyelenggaraan warung telekomunikasi, warung seluler atau sejenisnya. 4. Penanggung jawab panggilan darurat telekomunikasi.

5. Pengendalian dan penertiban terhadap pelanggaran standarisasi pos dan telekomunikasi.

6. Pelaksanaan fasilitasi pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan pos dan telekomunikasi serta penggunaan frekuensi radio di daerah perbatasan dengan negara tetangga.

2.5.1 Seksi Pos dan Standarisasi Mempunyai Fungsi

1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pos dan standarisasi.

2. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pos dan standarisasi.

3. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang pos dan standarisasi.

STIKOM

(23)

4. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang pos dan standarisasi.

5. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang POSTEL sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2.5.2 Seksi spektrum frekuensi, telekomunikasi dan standarisasi POSTEL mempunyi fungsi

1. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang spektrum frekuensi telekomunikasi dan standarisasi POSTEL.

2. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang spektrum frekuensi telekomunikasi dan standarisasi POSTEL.

3. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang spektrum frekuensi telekomunikasi dan standarisasi POSTEL. 4. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang spektrum

frekuensi telekomunikasi dan standarisasi POSTEL.

5. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang POSTEL sesuai dengan tugas dan fungsinya.

STIKOM

(24)

13

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Telekomunikasi

3.1.1 Pengertian Telekomunikasi

Telekomunikasi adalah teknik pengiriman atau penyampaian infomasi, dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam kaitannya dengan “telekomunikasi”

bentuk komunikasi jarak jauh dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:

(Hidayatullah, 2008)

1. Komunikasi Satu Arah (simplex). Dalam komunikasi satu arah (simplex)

pengirim dan penerima informasi tidak dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Pager, televisi, dan radio.

2. Komunikasi Dua Arah (duplex). Dalam komunikasi dua arah (duplex)

pengirim dan penerima informasi dapat menjalin komunikasi yang berkesinambungan melalui media yang sama. Contoh : Telepon dan Voice over Internet Protocol(VoIP).

3. Komunikasi Semi Dua Arah (half duplex). Dalam komunikasi semi dua arah

(half duplex) pengirim dan penerima informsi berkomunikasi secara bergantian namun tetap berkesinambungan. Contoh :Handy Talkie, FAX, dan

Chat Room

Perangkat telekomunikasi bertugas menghubungkan pemakainya dengan pemakai lain. Kedua pemakai ini bisa berdekatan tetapi bisa berjauhuan, Kalau menilik arti harfiah dari telekomunikasi (tele = jauh, komunikasi = hubungan

STIKOM

(25)

dengan pertukaran informasi) memang teknik telekomunikasi dikembangkan manusia untuk menebus perbedaan jarak yang jauhnya bisa tak terbatas menjadi perbedaan waktu yang sekecil mungkin.

Perbedaan jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu yang sekecil mungkin dengan cara merubah semua bentuk informasi yang ingin disampaikan oleh manusia kepada yang lainnya menjadi bentuk gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, yakni diruang hampa adalah 100.000 Km/detik.

Jaringan telekomunikasi adalah segenap perangkat telekomunikasi yang dapat menghubungkan pemakaiannya (umumnya manusia) dengan pemakai lain, sehingga kedua pemakai tersebut dapat saling bertukar informasi (dengan cara bicara, menulis, menggambar atau mengetik) pada saat itu juga.(Iradath, 2010) 3.2 Pengertian BTS

Base Transceiver Station(BTS), Terminologi ini termasuk baru dan mulai populer di era kenaikan seluler saat ini. BTS berfungsi sebagai perantara perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu cakupan pancaran BTS dapat disebut sel. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Dari beberapa BTS kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan dengan koneksimicrowaveataupun serat optik.

Meskipun istilah BTS dapat diterapkan ke salah satu standar komunikasi nirkabel, biasanya dan umumnya terkait dengan teknologi komunikasi mobile

seperti GSM yang beroperasi di frekuensi 900 MHz dan CDMA yang beroparasi di frekuensi 800 MHz / 1900 MHz. Dalam hal ini, BTS merupakan bagian dari

STIKOM

(26)

15

base station subsystem (BSS) perkembangan untuk sistem manajemen. Ini juga mungkin memiliki peralatan untuk mengenkripsi dan mendekripsi komunikasi, spektrum penyaringan alat (band pass filter), dll. Antena juga dapat dipertimbangkan sebagai komponen dari BTS dalam arti umum sebagai mereka memfasilitasi fungsi BTS.(Hidayatullah, 2008)

3.2.1 Jenis Menara BTS

Menara terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Menara BTS sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko yang ditanggung penduduk di bawahnya. Menara BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya.(Hidayatullah, 2008)

Menara juga dibedakan berdasarkan jenis lokasinya, ada dua jenis yaitu: 1) Rooftop: menara yang berdiri di atas sebuah gedung, dan

Gambar 3.1.Menara padarooftopgedung. (www.tower-bersama.com)

STIKOM

(27)

2) greenfield: Tower yang berdiri langsung di atas tanah.

Gambar 3.2.Menara di atas tanah. (www.tower-bersama.com)

Diklasifikasikan berdasarkan bentuk, menara dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Menara dengan 4 kaki(Rectangular)

Menara 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki kekuatan tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Menara ini mampu menampung banyak antena dan radio. Jenis menara ini banyak dipakai oleh perusahaan - perusahaan bisnis komunikasi dan informatika yang terkenal seperti (Indosat, Telkom, Xl, dll).(Hidayatullah, 2008)

Gambar 3.3.Menara 4 kaki. (www.tower-bersama.com)

STIKOM

(28)

17 2. Menara dengan 3 kaki(Triangle)

Menara 3 kaki dibagi dua macam, pertama menara 3 kaki diameter besi pipa 9 cm keatas, atau yang lebih dikenal dengan nama triangle, menara ini juga mampu menampung banyak antena dan radio.

Kedua, menara 3 kaki diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya menara jenis ini karena memakai besi dengan diameter dibawah 2 cm. Ketinggian maksimal menara jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter.(Hidayatullah, 2008)

Gambar 3.4.Menara 3 kaki. (www.tower-bersama.com) 3. Menara dengan 1 kaki(Pole)

Menara 1 kaki dibagi dua macam, pertama menara yang terbuat dari pipa atau plat baja tanpaspanner, diameter antara 40 cm s/d 50 cm, tinggi mencapai 42 meter, yang dikenal dengan nama monopole. Menara kedua lebih cenderung untuk dipakai secara personal. Tinggi menara pipa ini sangat disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan melengkung). Teknis penguatannya dengan

spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu padaspanner. Menara ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi / Network Operation Systems

(NOC) (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin kencang, serta benar - benar diproyeksikan dalam rangka emergensi biaya.(Hidayatullah, 2008)

STIKOM

(29)

Gambar 3.5.Menara berbentuk pipa. (www.tower-bersama.com)

3.2.2 Topologi BTS

BTS & handphone sama-sama disebut transceiver karena sifatnya yang sama-sama bisa mengirim informasi & menerima informasi. Pada saat BTS mengirim informasi kepada handphone, saat itu pula handphone juga bisa mengirim informasi kepada BTS secara bersama-sama yang dapat disebut Full Duplex. Dalam topologinya BTS berfungsi untuk menyediakan jaringan berupa sinyal radio gelombang elektromagnetik untuk penggunanya dalam hal ini adalah telepon genggam, modem, fax dll. Frekuensinya mengikuti alokasi yang telah diberikan pemerintah kepada masing-masing operator, ada yang di band 450Mhz, 800Mhz, 900Mhz, 1800 Mhz maupun frekuensi diatas itu. Komunikasi dari arah BTS ke pengguna disebut downlink, sedangkan jalur frekuensi yang digunakan mengirim informasi dari pengguna ke BTS disebutuplink.(William, 2007)

STIKOM

(30)

19

Gambar 3.6.Alur komunikasi selular secara sederhana. (William, 2007 Komunikasi & Jaringan Nirkabel)

3.3 Perlengkapan dan Komponen pada Menara

Pada sebuah menara BTS terdapat komponen - komponen dan perlengkapan lainya yang harus ada pada menara telekomunikasi. Yaitu, terdapat antenasektoral, antenamicrowave, penangkal petir, lampu,shelterdan komponen yang ada didalamnya. Berikut penjelasannya.(Wildan, 2010)

3.3.1 Antena Sectoral

Antena didefinisikan sebagai suatu struktur yang berfungsi sebagai pelepas energi gelombang elektromagnetik di udara dan juga bisa sebagai penerima / penangkap energi gelombang elektromagnetik diudara, Karena merupakan perangkat perantara antara saluran transmisi dan udara, maka antena harus mempunyai sifat yang sesuai dengan saluran pencatunya.

Antena adalah alat yang digunakan untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal elektromagnetik lalu meradiasikannya. Antena sectoral merupakan antena yang memancarkan dan menerima sinyal sesuai dengan sudut pancar sektornya. Antena yang digunakan adalah antena 3 sektor dengan kombinasi Distributed Control System(DCS).(Wildan, 2010)

STIKOM

(31)

Gambar 3.7.Antena pemancar (Sectoral). (www.tower-bersama.com)

3.3.2 Antena Microwave

Microwave system adalah sebuah sistem pemancaran dan penerimaan gelombang mikro yang berfrekuensi sangat tinggi. Microwave system digunakan untuk komunikasi antar BTS atau BTS-BSC. Microwave System yang digunakan merupakan sistemindoor, namun antenamicrowavetetap terpasang pada menara.

Pada antena MicrowaveRadio, yang bentuknya seperti rebana genderang, itu termasuk jenis high performance antenna, biasanya ada dua brand, yaitu Andrew dan RFS. Ciri khas dari antena high performance ini adalah bentuknya yang seperti gendang dan terdapat penutupnya yang disebut radome. Fungsi radome antara lain untuk melindungi komponen antena tersebut, dari perubahan cuaca sekitarnya.(Wildan, 2010)

Gambar 3.8.Antena penerima(Microwave). (www.tower-bersama.com)

STIKOM

(32)

21

3.3.3 Penangkal Petir

Penangkal petir adalah semacam rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda - benda yang dilewatinya.(Wildan, 2010)

3.3.4 Lampu

Lampu adalah peralatan yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Lampu digunakan untuk penerangan di sekitar lingkungan BTS.

(Wildan, 2010)

3.3.5 Shelter

Shelter BTS adalah suatu tempat yang terdapat perangkat - perangkat telekomunikasi. Untuk letaknya, biasanya juga tidak akan jauh dari suatu menara karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara keduanya, yakni shelter

BTS dan Menara.(Wildan, 2010)

Gambar 3.9. Shelteryang ada pada menara. (www.tower-bersama.com)

STIKOM

(33)

Komponen yang ada padashelter:

Pada suatushelter terdapat RBS 3G dan RBS 2G,1 RBS terdapat 6 TRU dan 1 TRU terdapat 2 TRx. TRx adalah perangkat yang memancarkan dan menerima sinyal komunikasi dari atau ke perangkat mobile. TRx terdiri dari perangkatTransmitterdanReceiver.

1. Transmisi. Perangkat yang digunakan untuk mengatur slot trafik pada BTS. Menghubungkan dari TRx ke BOIA adalah Prosesor BTS (bentuk sama denganBase band, namun memilikiportpenghubung untukmaintenance). 2. Rectifier.Rectifiersebagai penyearah tegangan dari tegangan AC yang berasal

dari PLN dikonversikan kedalam tegangan searah untuk dikomsumsi perangkat lainnya. Terdapat 2 buah modul, tiap modulnya mensuplai 30 Ampere, tegangan yang digunakan di BTS adalah -48 Vdc.

3. Air Conditioner (AC). AC adalah suatu komponen / peralatan yang dipergunakan untuk mengatur suhu, sirkulasi, kelembaban dan kebersihan udara di dalam ruangan.

4. Power Distribution Board (PDB). Berupa kotak berisi MCB / saklar-saklar power tiap-tiap perangkat.

5. Power Distribution Box. Untuk mendistribusikan / membagikan arus listrik ke berbagai komponen yang digunakan pada BTS.

6. Grounding. Berfungsi untuk mengurangi atau menghindari bahaya yang disebabkan oleh tegangan tinggi. Misalnya bahaya petir dengan tegangan tinggi.(Wildan, 2010)

STIKOM

(34)

23

3.4 Macrocell

Macrocell adalah teknologi saat ini dengan sel pada jaringan telepon selular yang menyediakan coverage radio yang dilayani oleh daya base station seluler yang tinggi (tower). Umumnya, macrocell menyediakan coverage yang lebih besar dari mikro. Antena untukmacrocellsdipasang pada tiang di darat atau

rooftop dan struktur lain yang sudah ada, pada ketinggian yang memberikan pandangan yang jelas di atas bangunan sekitarnya. Biasanya macrocell memiliki

outputdaya puluhan watt.(abdusajid, 2011) 3.5 Microcell

Microcell adalah sel yang wilayah coverage nya lebih kecil daripada

macrocell. Microcell biasanya digunakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi seperti wilayah pasar dan perumahan padat (urban). Agar suatu daerah dengan populasi yang padat yang agak luas dapat dilayani dengan baik, maka daerah tersebut tidak dapat hanya dilayani denganmacrocellyangcoverage

nya luas. Tapi harus dibagi-bagi menjadi beberapa daerah coverage yang lebih kecil yang disebut microcell. Dengan pembagian ini, maka kapasitas kanal dapat ditingkatkan sehingga pengguna yang banyak tersebut dapat dilayani dengan baik. Ciri lain microcell ialah daya transmisinya tidak terlalu besar, karena wilayah

[image:34.595.44.551.161.731.2]

coveragenya juga tidak terlalu jauh, hanya sekitar 1 km.(abdusajid, 2011)

Gambar 3.10. Coveragedari masing-masing jenis teknologinya.

(www.mobileindonesia.net/microcell)

STIKOM

(35)

24

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Semakin banyaknya pertumbukan menara telekomunikasi oleh para

provider telekomunikasi tersebut menjadikan ancaman bagi tidak indahnya tatanan suatu kota sehingga jika dilihat dari atas gedung banyak sekali terlihat berdirinya menara bahkan yang diatas gedung dan yang di atas tanah. pemerintah mempunyai suatu rencana untuk mengatasi masalah tersebut, dengan melakukan kajian - kajian terhadap tekonologi microcell yang akan diterapkan di kota Surabaya, untuk mengurangi pertumbuhan menara tersebut dengan layanan yang memuaskan.

Dalam tahap pembahasan ini yang dilakukan adalah menunjukan hasil kerja dari studi yang dilakukan di DINKOMINFO Surabaya. Dalam kasus ini hasil yang didapat adalah melakukan pemotretan untuk wilayah - wilayah tertentu yang akan jadi perencanaan penerapan teknologimicrocell.

Pemotretan dilakukan disepanjang jalan Ahmad Yani, jalan Diponegoro, jalan Basuki Rahmad, jalan Praban, jalan Panglima Sudirman dan jalan H.R Muhammad.

STIKOM

(36)

25

Gambar 4.1. Flowchartpembahasan.

Gambar 4.1. Adalah gambaran keseluruhan pembahasan pada bab IV. Dimana di bab ini membahas mengenai keseluruhan pekerjaan yang dilakukan di DINKOMINFO Surabaya. Berikut penjelasannya:

1. Identifikasi masalah membahas masalah yang terjadi sehingga dari masalah tersebut di dapatkan suatu solusi untuk diselesaikan. Pada sudi literatur ini masalah yang timbul adalah jumlah menara telekomunikasi yang sangat banyak. Untuk lebih jelasnya dibahas pada sub bab 4.1.

2. Pembahasan, membahas mengenai solusi untuk menyelesaikan masalah. Yaitu, dengan mengkaji teknologimicrocell dan penerapannya menggunakan PJU. Untuk lebih jelasnya dibahas pada sub bab 4.2.

3. Metode yang digunakan, adalah langkah yang akan dilakukan untuk melakukan kajian sehingga microcell dapat diterapkan. Untuk lebih jelasnya dibahas pada Sub bab 4.3.

STIKOM

(37)

4. Hasil, yaitu berupa pekerjaan yang telah kami lakukan selaku Mahasiswa yang melakukan kerja praktek selama 1 bulan, berupa desain antena microcell

dan di letakkan pada beberapa jalan protokol Surabaya yang telah difoto. Untuk lebih jelasnya dibahas pada sub bab 4.3.1.

4.1.1 Peta Surabaya dengan Jumlah Menara

Gambar 4.2.Peta Surabaya dengan jumlah menara. (www.dinkominfo.surabaya.go.id)

Gambar 4.2. Menggambarkan peta Surabaya yang terdiri dari 31 kecamatan dan 163 kelurahan dengan luas kota 374,8 km² dan lebih dari 460 BTS di kota Surabaya. Banyaknya menara yang berdiri di daerah protokol mengganggu pemandangan apabila dilihat dari atas gedung. Pemerintah mepunyai trobosan untuk memanfaatkan teknologi microcell yang sudah diterapkan oleh kota Jakarta dan Bandung.

4.1.2 Kondisi Jalan saat ini

Ada 10 lokasi yang menjadi titik yang rencananya akan menjadi tempat penempatan antenamicrocell yang dijadikan satu dengan PJU, dan juga beberapa

STIKOM

(38)

27 kondisi bentuk dan lokasi menara saat ini yang ada di kota Surabaya. Saya tunjukkan sebagian, berikut kondisi jalannya.

Gambar 4.3.Lokasi jalan basuki rachmad depan bumi Surabaya.

[image:38.595.137.557.140.372.2]

Pada Gambar 4.3. Berlokasi di pusat kota Surabaya dengan bentuk trotoar jalan yang telah dibangun sehingga terlihat bagus dan luas bagi pejalan kaki. Pada trotoar ini lah nantinya akan ditempatkan PJU dengan antenamicrocellnya.

Gambar 4.4.Lokasi jalan diponegoro.

STIKOM

(39)

Pada gambar 4.4. Ini berlokasi di jalan Diponegoro di jalan ini bentuk karakteristik jalannya ada dua sisi yang dipisah dengan pohon - pohon. Pada jalan ini bentuk trotoarnya terlihat tidak terawat sehingga tidak ada jalur bagi pejalan kaki sehingga kesulitan untuk menerapkan tiang PJUnya, tetapi saat ini sedang ada pembangunan untuk melebarkan trotoar di daerah jalan Diponegoro ini. Selanjutnya akan dijelaskan pada pembahasan sub bab 4.2.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Bentuk Microcell pada PJU

Rencananya tiang microcell akan di jadikan satu dengan PJU di trotoar yang nantinya akan menggantikan BTS sekitar. Dengan begitu dapat mengurangi BTS yang ada pada lokasi penempatanmicrocelltersebut.

PJUmicrocellnya dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu: 1. PJU denganmicrocell, terdapat dua jenis.

[image:39.595.38.552.172.729.2]

a. Di sepanjang trotoar. b. Di posisi tengah jalan.

Gambar 4.5.Tiang PJU dengan antenamicrocell. Lampu penerang jalan

Antena microcell

STIKOM

(40)

29 2. PJU tanpamicrocell.

a. Di sepanjang pedestrian. b. Di posisi tengah jalan.

Gambar 4.6.Tiang PJU tanpa antenamicrocell 4.2.2 Penggunaan Microcell

Untuk menerapkan teknologi mikrocell yang akan di terapkan di kota Surabaya, tentu harus ada prosesur dan cara menerapkan teknologi tersebut. Pemerintah kota Surabaya bersama DINKOMINFO bagian POSTEL menimbang-nimbang penuh dengan apa yang akan di terapkan di Surabaya.

Pemerintah kota pada akhirnya memilih dan berkonsentrasi penuh menerapakan seperti diluar negeri yaitu Korea Selatan yang sudah terapkan dan di Indonesia sendiri yaitu Jakarta dan Bandung. Penerapnya melalui beberapa urutan antara lain:

1) Standar tinggi antena,

2) bentuk antenamicrocell, dan

3) koneksi dengan menggunakan serat optik.

4.3 Metode yang diterapkan

1. Antena microcell tersebut akan digunakan oleh perusahaan provider, mereka menginginkan tinggi antenanya setinggi kurang lebih 18 – 20 meter, dengan

STIKOM

(41)

tinggi tersebutcoverageyang dipancarkan tidak sejauhmacrocellyaitu sekitar 500 meter, maka dari itu akan banyak dipasang antena tersebut dalam satu lokasi. Berikut gambarnya.

Gambar 4.7.Desain tinggi PJUMicrocell.

Pada gambar 4.7. Adalah desain pekerjaan selama KP dengan pertimbangan bimbingan dari penyelia di POSTEL, yaitu tinggi PJU dengan antena microcell 18 meter. Paling atas sebagai antenanya, tinggi penerangan jalannya sendiri 9 meter, standar PJU di kota Surabaya.

2. Bentuk antena dari microcell ini sendiri kami desain berbentuk melingkar seakan-akan antena ada pada semua sisi dari tiangnya, hal ini dilakukan agar antena yang sifatnya sectoral dapat mencakup seluruh area. Berikut gambarnya.

STIKOM

(42)

31

Gambar 4.8.Kiri, bentuk tiang.Gambar 4.9.Kanan, pancarannya

Penjelasan dari gambar 4.8. Bentuk antenanya seharusnya seperti antena

sectoral yang ada pada menara, tetapi pada desain digambarkan melingkar dikarenakan agar selah-olah antena melingkar pada tiang. Warna yang ada pada tiang ini dimaksutkan dari jenis - jenis provider, misalnya provider telkomsel ditandakan dengan warna merah, indosat dengan warna kuning. Pada satu tiang digunakan oleh 4providersedangkan ada 9providerdi kota Surabaya.

Pada gambar 4.9. Maksutnya coverage yang di dapatkan, melingkar sehingga mencakup semua sudut, sifat antenasectoraladalah mengirimkan sinyal sebanding lurus dengan arah antennya.

3. Penggalian untuk tempat kabel serat optik. Ada dua metode yaitu dengan kendaraan yang dikendalikan dengan remot kontrol untuk menggali tanah agar bentuk galian lurus simetris. Yang kedua dengan manual yaitu mesin didorong lurus sehingga terbentuk lurus simetris.

STIKOM

(43)

Gambar 4.10.Mesin dengan remot. (www.e-knet.com)

Gambar 4.11.Mesin manual dengan dorongan. (www.e-knet.com)

[image:43.595.206.412.85.200.2]

Sehingga didapatkan hasilnya lurus simetris yang akan ditempatkan kabel serat optik.

Gambar 4.12.Hasil galian. (www.e-knet.com)

STIKOM

(44)
[image:44.595.60.553.147.671.2]

33 Gambar 4.12. Adalah hasil galian dari mesin pada gambar 4.10. dan gambar 4.11. Hasilnya membentuk lubang lurus simetris yang akan digunakan untuk meletakkan kebel serat optic.

Gambar 4.13.Kabel pada galian. (www.e-knet.com)

Serat optik dimanfaatkan sebagai koneksi data dari pusat BTS ke antena

microcell, kenapa menggunakan serat optik karena dengan serat kaca data dapat dikirimkan dengan sangat cepat dengan kecepatan kurang lebih mencapai 200.000 Mbps (200 Gbps).

4.3.1 Hasil Editan Foto

Setelah semua konsep - konsep penerapanmicrocelldipelajari, selanjutnya yaitu pemilihan tempat dimana microcell akan ditempatkan di jalan - jalan kota Surabaya. DINKOMINFO kota Surabaya berkeinginan menerapkan di pusat kota terlebih dahulu. Untuk merealisasikan di pusat kota, berarti penerapan penggalian dan pemasangan kabel di lakukan di jalan protokol kota Surabaya.

Berikut adalah beberapa jalan protokol di Surabaya yang sudah di foto dan di desain beserta microcell nya oleh kami selaku mahasiswa yang melakukan kerja praktek di DINKOMINFO kota Surabaya.

STIKOM

(45)

Gambar 4.14.Hasil desain, lokasi Jalan A.Yani.

Penjelasan pada gambar 4.14. Tiang PJU microcell berada pada tengah-tengah pembatas jalan, dan lampu penerangan (a) menerangi kedua sisi jalan. (b) adalah antenamicrocellnya. (c) jalur untuk serat optic.

Gambar 4.15.Hasil desain, lokasi Jalan Raya Darmo.

Penjelasan pada gambar 4.15. Tiang PJU microcell berada pada trotoar, sebelah kanan dan kiri jalan.

a

b

c

STIKOM

(46)

35

Gambar 4.16.Hasil desain, lokasi Jalan Mayjen Sungkono.

Penjelasan pada gambar 4.16. Tiang PJU microcell berada pada trotoar, sebelah kanan, kiri jalan dan pada tengah pembatas jalan.

Gambar 4.17.Hasil desain, lokasi jalan wonokromo.

Penjelasan pada gambar 4.17. Tiang PJU microcell berada pada trotoar, sebelah kanan dan kiri jalan.

STIKOM

(47)

36

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapat selama kerja praktek pada DINKOMINFO Surabaya adalah:

1. Dengan menggunakan teknologi microcell akan sangat bermanfaat karena angka pertumbuhan BTS yang mengurangi nilai estetika di kota Surabaya akan sangat berkurang.

2. Teknologi microcell ini dapat dikembangkan lagi yaitu memberikan jangkauan layanannya semakin luas.

3. Jika pemerintah kota Surabaya bersama DINKOMINFO berhasil menerapkan konsep microcell. sangat mempunyai banyak keuntungan, baik disisi masyarakat Surabaya, pemerintah kota dan Provider. Keuntungannya adalah mengurangi jumlah menara macrocell, nilai tatanan kota semakin baik, keselamatan akan kejatuhan menara bagi penduduk sekitar, modal pembangunan menara dapat diminimalkan dan mengurangi banyaknya daya yang dikonsumsi menara.

5.2 Saran

Diharapkan implementasiMicrocell, tidak hanya di terapakan di protokol -protokol kota Surabaya, namun bisa merambah ke semua sisi kota Surabaya.

STIKOM

(48)

37

DAFTAR PUSTAKA

Abdusajid, 2011 “Microcell dan Macrocell”, (online). http://mobileindonesia.net diakses pada tanggal 23 September 2013.

Dinkominfo, (online). http://dinkominfo.surabaya.go.id/index.php diakses pada Tanggal

1 Agustus 2013.

Dynastya., & Haryo S. 2013. Model Lokasi Menara BTS ditinjau dari Faktor-faktor

penentu lokasi Menara BTS di Surabaya, dari jurnal.Surabaya. Institute Sepuluh

November (ITS).

Hidayatullah, 2008. Jenis menara BTS. (online). http://wikimu.com/News/displaynews.aspx?id=9473 diakses pada tanggal 22 September 2013.

Joko, S. 2009.BTS Hotel for Journal Publication. Bandung. School of Electrical Engginering and Informatics ITB.

Menara telekomunikasi, (online). http://tower-bersama.com diakses pada tanggal 23 September 2013.

Serat Optik, (online). http://e-knet.com diakses pada tanggal 22 September 2013.

Telekomunikasi, (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi diakses pada tanggal 15 September 2013.

Wildan, Nugraha. 2010.Base Transceiver Station (BTS). Jakarta.

William, S. 2007.Komunikasi & Jaringan Nirkabel. Ciracas, Jakarta. Erlangga.

STIKOM

Gambar

Tabel 2.1. Tabel fasilitas / sarana. (dinkominfo.surabaya.go.id)
Gambar 3.1. Menara pada rooftop gedung. (www.tower-bersama.com)
Gambar 3.3. Menara 4 kaki. (www.tower-bersama.com)
Gambar 3.10. Coverage dari masing-masing jenis teknologinya.(www.mobileindonesia.net/microcell)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pertanian mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang pertanian, kewenangan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan oleh

Dinas Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang kebudayaan dan kewenangan dekonsentrasi serta tugas pembantuan yang diberikan oleh

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang kesehatan dan kewenangan dekonsetrasi serta tugas pembantuan yang diberikan oleh

Dinas Perhubungan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang perhubungan serta kewenangan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan

(1) Dinas Kesehatan mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang

Dinas Perhubungan mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah di bidang perhubungan serta kewenangan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan

Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pelayanan kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantuan

Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan bidang komunikasi dan informatika, bidang statistik, dan bidang persandian dan tugas